Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Jambu Mete
PRODUKTIVITAS DAN MUTU
TANAMAN TAHUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE
TAHUN 2013
(2)
KATA PENGANTAR
Jambu mete merupakan salah satu komoditas yang secara signifikan telah tampil berperan sebagai salah satu upaya penanggulangan kemiskinan dan rawan pangan disamping berperan juga untuk konservasi lahan dan reboisasi.
Tanaman jambu mete merupakan tanaman perkebunan yang cocok ditanam di lahan marjinal dan wilayah yang memiliki iklim kering, dimana persyaratan iklim yang diperlukan lebih banyak ditemukan di wilayah Indonesia bagian Timur khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Disamping itu pada provinsi sentra – sentra tanaman jambu mete yang telah berumur tua (tidak produktif) dilakukan kegiatan Rehabilitasi dan Intensifikasi. Melalui pengembangan tanaman jambu mete akan memberikan nilai tambah dari lahan yang sebelumnya tidak produktif atau tidak dimanfaatkan serta bermanfaat untuk konservasi lahan.
Dalam rangka terwujudnya pemahaman yang sama untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud, maka perlu disusun Buku Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013 yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan agar dalam pelaksanaannya dapat menghasilkan
(3)
seperti yang diharapkan. Selanjutnya, pedoman ini untuk dijabarkan lebih rinci dalam bentuk JUKLAK bagi para petugas Provinsi dan JUKNIS bagi para petugas Kabupaten/Kota.
Semoga buku pedoman umum ini dapat memberikan manfaat untuk kelancaran dan terselenggaranya tertib administrasi.
Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan
Ir. GAMAL NASIR, MS NIP. 19560728 198603 1 001.
(4)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .. ... ... i
DAFTAR ISI ... ... ... ... iii
DAFTAR LAMPIRAN .. ... ... iv
I. PENDAHULUAN ... ... 1
A. Latar Belakang... ... 1
B. Sasaran Nasional . ... 3
C. Tujuan ... ... ... 3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... ... ... 5
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan ... ... ... 5
B. Spesifikasi Teknis ... 6
III. PELAKSANAAN KEGIATAN ... 9
A. Ruang Lingkup ... ... 9
B. Pelaksana Kegiatan ... 10
C. Lokasi, Jenis dan Volume Kegiatan ... 13
D. Simpul Kritis ... ... 13
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN ... ... ... 14
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN ... 15
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... ... . ... 16
VII. PEMBIAYAAN.... ... ... 18
(5)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lokasi dan Volume
Bantuan Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun
2013... 19 Lampiran 2. Lokasi dan Volume
Bantuan Kegiatan Rehabilitasi Tanaman Jambu Mete Tahun
2013.. ... ……... 19 Lampiran 3. Lokasi dan Volume
Bantuan Kegiatan Perluasan Tanaman Jambu Mete Tahun
2013.. ... ……... 20 Lampiran 4. Lokasi dan Volume
Bantuan Kegiatan Pemeliharaan Demplot Jambu Mete Tahun 2013... 20
(6)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Jambu mete merupakan tanaman konservasi dan pengembangannya di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1975 melalui proyek Departemen Kehutanan sebagai tanaman konservasi untuk memperbaiki lahan kritis. Karena sifat tanaman jambu mete yang tahan kering, untuk itu tanaman ini pada awalnya dikembangkan sebagai bagian dari
tanaman reboisasi lahan-lahan kritis.
Demikian pula di daerah-daerah dengan kondisi lahan marjinal dan iklim kering,
komoditas ini dapat bersaing dengan
tanaman perkebunan lainnya.
Dampak krisis perekonomian dan bahan bakar minyak (BBM) yang mengakibatkan terjadinya kesulitan ekonomi nasional telah
menyebabkan meningkatnya kerawanan
pangan dan gizi buruk di pedesaan. Dilain pihak terjadinya kemarau panjang juga telah menurunkan tingkat produksi bahan pangan yang mengakibatkan kerawanan penyediaan pangan di pedesaan khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Demikian juga di wilayah perbatasan yang secara agroklimat dan kesesuaian lahan cocok untuk budidaya jambu mete dalam rangka peningkatan pendapatan petani,
(7)
keresahan dan kecemburuan sosial. Kondisi ekonomi nasional dan kerawanan pangan tersebut dapat merupakan salah satu pemicu terjadinya salah pengertian antar warga
masyarakat dalam upaya memenuhi
kebutuhan pangannya.
Kedua peristiwa yang bersamaan di atas merupakan potensi yang dapat menimbulkan terjadinya gejolak dan konflik sosial yang dapat mengganggu stabilitas nasional dan
kelangsungan pembangunan.
Penanggulangan rawan pangan dan gizi buruk termasuk di daerah pasca konflik memerlukan kontribusi dan kerjasama lintas sektor terkait.
Jambu Mete (Annacardium occidentale)
merupakan komoditas yang tak kalah
pentingnya dibanding dengan tanaman
tahunan lainnya dan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, karena hasil tanaman tersebut dapat dimanfaatkan baik untuk pemenuhan kebutuhan dalam
negeri juga sumber devisa Negara.
Disamping itu juga dapat menyerap tenaga kerja untuk mendorong pertumbuhan pada sentra-sentra ekonomi baru di wilayah pengembangan.
(8)
B. Sasaran Nasional
Upaya Direktorat Jenderal Perkebunan
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan program dimaksud yang telah dilaksanakan sejak tahun 2005 baik melalui dana APBN maupun bantuan bibit dari The United World
Food Programme (WFP) dan akan
ditingkatkan secara konsisten untuk tahun yang akan datang.
Berdasarkan hal diatas, pada tahun 2013
direncanakan akan mengembangkan
tanaman jambu mete melalui kegiatan peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman jambu mete, yaitu mengganti tanaman tua/rusak, memanfaatkan lahan-lahan kosong yang sesuai serta memperbaiki kondisi tanaman yang yang daun-daunnya sudah bersentuhan satu dengan lainnya dengan tanaman baru yang merupakan benih bina.
C. Tujuan
Kegiatan pengembangan jambu mete untuk masing-masing pokok kegiatan memiliki
tujuan sebagai berikut :
a. Peremajaan tanaman jambu mete,
(9)
- Mempercepat peremajaan tanaman
jambu mete pada daerah-daerah sentra;
- Meningkatkan produktifitas, mutu serta
nilai tambah usaha budidaya tanaman jambu mete;
- Menyediakan bantuan benih/bibit unggul
bermutu dalam rangka normalisasi
kerapatan/populasi tanaman;
- Membantu penerapan teknis budidaya
b. Perluasan Jambu mete rakyat bertujuan :
- Memanfaatkan lahan-lahan yang sesuai
untuk pengembangan jambu mete.
- Mengurangi dampak erosi dan kelestarian
lingkungan hidup.
- Membantu penerapan teknis budidaya
c. Rehabilitasi tanaman jambu mete ber tujuan :
- Memperbaiki kondisi tanaman yang sudah
tua/rusak ;
- meningkatkan produktifitas, mutu serta
nilai tambah usaha budidaya tanaman jambu mete;
- Menyediakan benih tanaman dalam
rangka normalisasi kerapatan/populasi tanaman;
(10)
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan
a. Daerah sasaran kegiatan Peremajaan, Rehabilitasi dan Perluasan Tanaman Jambu Mete adalah daerah sentra tanaman mete dan khusus untuk
kegiatan Peremajaan serta
Rehabilitasi diutamakan pada daerah yang pertanaman metenya sudah tua/rusak dengan benih unggul lokal. b. Petani atau kelompok tani sasaran
adalah petani / pekebun / kelompok tani didaerah sasaran seperti pada
butir 1, yang telah diseleksi.
Selanjutnya Calon Petani (CP) yang
telah diseleksi ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah (Bupati)
setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat.
c. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani seperti pada butir 2, yang tidak dalam sengketa dan secara
teknis memenuhi persyaratan
(11)
d. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian
e. Pelaksanaan kegiatan diatur secara
spesifik dalam Petunjuk Teknis
(JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat. f. Paket bantuan merupakan hibah
dalam bentuk benih siap salur, sarana produksi.
g. Paket bantuan merupakan hibah dan pelaksanaan pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat (siap tanam)
mengacu kepada PEDOMAN
PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2013
yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian;
B. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi benih yang akan digunakan untuk
peremajaan, perluasan dan rehabilitasi
(12)
a. Benih yang digunakan untuk peremajaan, perluasan dan rehabilitasi adalah benih bina, berasal dari sumber benih yang
telah ditetapkan melalui Keputusan
Direktur Jenderal Perkebunan dan Dinas Perkebunan;
b. Spesifikasi teknis benih siap salur
1) Umur 3–6 bulan setelah penyambungan
2) Benih Bebas hama dan penyakit yang
membahayakan
3) Telah disertifikasi.
c. Spesifikasi teknis saprodi : saprodi dengan merk terdaftar
B. Metode Pelaksanaan 1. Peremajaan
a. Kegiatan Peremajaan tanaman jambu
mete merupakan penanaman kembali pada area tanaman yang sudah ada dengan kondisi tanaman tua dan tidak ekonomis;
b. Berumur lebih dari 25 tahun, produksi
rendah<350 kg gelondong per ha);
c. Menggunakan benih bina yang telah
yang telah dilepas oleh Direktorat Jenderal Perkebunan;
(13)
d. Menerapkan inovasi teknologi terkini, dapat juga dilakukan dengan cara
membongkar tanaman secara
bertahap;
e. Jarak tanam yang digunakan sesuai
petunjuk pelaksanaan (10 m x10 m), diharapkan akan diperoleh kebun jambu mete yang sesuai dengan anjuran teknis.
2. Perluasan
Perluasan tanaman dilakukan dengan : a. menanam tanaman pada lahan kosong,
lahan bukaan baru yang sesuai untuk pengembangan jambu mete;
b. Dengan jarak tanam sesuai teknologi anjuran, 10x10m.
3. Rehabilitasi Tanaman
a. Rehabiliatsi dapat dilakukan dengan menanam tanaman diantara tanaman jambu mete dengan cara menyisip.
b. Dapat juga dilakukan dengan
merapikan tanaman yang daunnya sudah menutup sehingga memperoleh sinar yang cukup
C. Petani Sasaran
a. Kelompok sasaran penerima bantuan
adalah kelompok tani yang sebelumnya sudah terbentuk dan mempunyai lahan
(14)
usaha untuk mengembangkan tanaman.
Kelompok sasaran tersebut tidak
mendapat fasilitas dari proyek lain pada saat yang bersamaan untuk kegiatan yang sama.
b. Petani sasaran adalah anggota kelompok
sasaran yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Bupati/Walikota setempat
atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk atas usul tim teknis kabupaten/kota.
c. Proses seleksi kelompok sasaran dan
calon lokasi dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota. Proses seleksi dilakukan
secara terbuka, ditetapkan secara
musyawarah atas dasar kepentingan pengembangan usaha pertanian di daerah dan usulan dari masyarakat.
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan
peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tanaman jambu mete meliputi identifikasi, seleksi dan penetapan calon lokasi, calon lahan dan calon kelompok tani/petani,
(15)
pemberdayaan kelembagaan, pengawalan dan pendampingan, Monotoring, evaluasi dan pelaporan yang disusun secara spesifik lokasi.
B. Pelaksana Kegiatan
Dengan pertimbangan tujuan
keberhasilannya, untuk dapat
mengkondisikan upaya pengembangan lebih lanjut, pelaksana kegiatan pengembangan kelapa rakyat dilaksanakan Provinsi, Kabupaten berkoordinasi dengan Pusat, masing-masing sebagai berikut :
1. Kegiatan Pusat
a Menyiapkan Pedoman Teknis
Pelaksanaan Pengembangan Jambu mete.
b Melakukan Sosialisasi kegiatan
bersama Dinas Perkebunan Propinsi. c Melak ukan koordinasi perencanaan
dan pelaksanaan kegiatan.
d Melakukan pemantauan, monitoring dan pengendalian kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan. e Menyusun laporan perkembangan hasil
pemantauan dan pengendalian serta perkembangan kegiatan.
(16)
2. Kegiatan Provinsi
a Menetapkan Tim pembina Provinsi,
yang ditetapkan melalui surat
Keputusan Kepala Dinas yang
membidangi perkebunan.
b Merumuskan kebijakan operasional
kegiatan sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah.
c Menjabarkan Pedoman Umum
Pengembangan Tanaman Jambu mete
(Peremajaan, perluasan dan
perluasan) yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (juklak) sesuai kondisi daerah.
d Melakukan sosialisasi, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan
dan membantu mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
e Menyiapkan dan menyampaikan
laporan perkembangan kegiatan
Pengembangan Tanaman Jambu mete
secara berkala (triwulan) yang
ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan.
3. Kegiatan Kabupaten
a Menetapkan KPA/Penanggung jawab
kegiatan, Pejabat pembuat
Komitmen (P2K), Tim Teknis dan Bendahara melalui surat Keputusan Bupati/Walikota atau pejabat lain
(17)
yang ditunjuk
b Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan dan pembinaan teknis produksi,
manajemen usaha kelompok
tani/Gapoktan dan pengembangan usaha.
c Melakukan Identifikasi lokasi,
Penetapan kelompok tani pelaksana kegiatan.
d Sosialisasi kegiatan Pengembangan Kelapa Terpadu,
e Seleksi calon lokasi dan calon petani (CP/CL) calon penerima bantuan pengembangan kelapa terpadu.
f Menjabarkan Pedoman Umum
kedalam Petunjuk Teknis (Juknis).
g Membuat dan melaporkan hasil
kegiatan perkembangan pelaksanaan
kegiatan Pengembangan Kelapa
secara berkala (triwulan) dan
tahunan sesuai form yang telah ditetapkan.
4. Kelompok Tani
a Persiapan lahan seperti pembersihan lahan dan penyiapan lubang tanam. b Penetapan waktu tanaman yang
disesuaikan dengan keadaan masing-masing daerah.
c Pemeliharan dan melaporkan hal-hal yang yang berhubungan dengan
(18)
rehabilitasi kepada Dinas yang membidangi Perkebunan terkait.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
Pengembangan tanaman jambu mete
dilaksanakan pada areal petani mete, dengan rencana peremajaan, perluasan dan rehabilitasi tahun 2013 yang tersebar dibeberapa Provinsi/Kabupaten penghasil mete (secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1.)
D. Simpul Kritis
1. Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang.
2. Pemilihan lokasi/petani/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut.
3. Ketepatan waktu pengadaan dan pengiriman bahan tanaman untuk pengembangan tanaman tahunan, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan.
4. Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.
(19)
5. Penetapan waktu, frekuensi, parameter pengamatan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tahunan.
6. Ketersediaan bahan tanaman, sarana dan prasarana yang akan digunakan sebagai paket teknologi budidaya tanaman tahunan diusahakan tepat waktu dan tepat sasaran.
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
Proses pengadaan dan penyaluran bantuan
kegiatan pengembangan jambu mete
dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan Keputusan
Bupati/Walikota atau Kepala
Dinas/Badan Lingkup Pertanian atau
pejabat yang ditunjuk tentang
Penetapan Kelompok Sasaran,
dilakukan proses pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam dan saprodi.
2. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2013.
(20)
3. Kontrak pengadaan benih dan saprodi tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. 4. Penyaluran benih siap tanam dan atau
saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.
5. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita
acara serah terima barang
sebagaimana format yang telah
ditetapkan.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan, pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
Pengendalian, dilaksanakan melalui jalur struktural dilakukan oleh Pusat, Tim Pembina di tingkat Provinsi dan Tim Teknis di tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan
dokumen penganggaran DIPA/POK/ROP,
Standart Operasional Prosedur (SOP) serta Pedoman Teknis Pengembangan Jambu Mete.
(21)
x
x
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19
Maret 2010 tentang Pedoman sistem
pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pembangunan pertanian. Dinas yang
membidangi perkebunan kabupaten dan
provinsi wajib melakukan monitoring,
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jenis pelaporan
a. SIMONEV yang meliputi:
x Kemajuan pelaksanaan kegiatan
sesuai indikator kinerja;
x Perkembangan kelompok sasaran
dalam pengelolaan kegiatan
lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
x Permasalahan yang dihadapi dan
upaya penyelesaian di tingkat
Kabupaten dan Provinsi;
x Format laporan menggunakan
format yang telah ditentukan; b. Laporan perkembangan fisik yang
sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan
dengan materi meliputi: nama
(22)
desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.
c. Laporan Akhir Kegiatan yang
menyangkut seluruh pelaksanaan
kegiatan ini.
2. Waktu penyampaian laporan:
a.SIMONEV dibuat perbulan dengan
ketentuan:
x Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.
x Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan
kepada Direktorat Tanaman
Tahunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat
pertriwulan, ditujukan kepada
Direktorat Tanaman Tahunan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.
c. Laporan akhir ditujukan kepada
Direktorat Tanaman Tahunan,
(23)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.
VIII. PENUTUP
Pedoman Teknis Pengembangan jambu mete merupakan acuan bagi semua pihak terkait khususnya para penanggung jawab dan petugas dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman jambu mete.
Dengan terlaksananya kegiatan
Pengembangan tanaman jambu mete
diharapkan dapat mendorong percepatan
pembangunan perkebunan melalui
pengembangan tanaman mete dengan penerapan kaidah usaha tani secara baik dan benar dengan penggunaan benih bina,
sekaligus meningkatkan kesejahteraan
masyarakat tani melalui peningkatan
pendapatan serta pengembangan ekonomi wilayah.
Jakarta, Desember 2012 Direktorat Jenderal Perkebunan
(24)
Lampiran 1.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
No Propinsi Kabupaten Volume (ha)
1 Sultra Bombana 100
Buton Utara 100
Muna 100
2 NTB Bima 100
3 NTT Sikka 100
Flores Timur 100
Suburaijua 100
TTS 100
Lembata 100
Kupang 100
Sumba Barat 100
Jumlah 1.100
Lampiran 2.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Rehabilitasi Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 NTB 1 Dompu 100 Ha
2 DIY 2 Gunung Kidul 100 Ha
3 JATENG 3 Wonogiri 100 Ha
(25)
Lampiran 3.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Perluasan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 SULSEL 1 Pangkep 200 Ha
2 JATENG 2 Blora 100 Ha
3 JATIM 3 Sampang 200 Ha
4 SULTRA 4 Muna 200 Ha
4 NTT 5 Alor 200 Ha
6 Sumba Tengah 200 Ha
8 Belu 150 Ha
9 Mangggarai Barat 150 Ha
5 BALI 10 Karangasem 250 Ha
Jumlah 1.650 Ha
Lampiran 4.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan
Pemeliharaan Demplot Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
(1)
3. Kontrak pengadaan benih dan saprodi tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2013. 4. Penyaluran benih siap tanam dan atau
saprodi lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2013.
5. Penyaluran benih dan saprodi tersebut kepada petani dengan dibuat berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN Pembinaan, pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
Pengendalian, dilaksanakan melalui jalur struktural dilakukan oleh Pusat, Tim Pembina di tingkat Provinsi dan Tim Teknis di tingkat Kabupaten/Kota berdasarkan dokumen penganggaran DIPA/POK/ROP, Standart Operasional Prosedur (SOP) serta Pedoman Teknis Pengembangan Jambu Mete.
(2)
x
x
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jenis pelaporan
a. SIMONEV yang meliputi:
x Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja;
x Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
x Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi;
x Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan; b. Laporan perkembangan fisik yang
sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama
(3)
desa/kecamatan/kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah.
c. Laporan Akhir Kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.
2. Waktu penyampaian laporan:
a.SIMONEV dibuat perbulan dengan ketentuan:
x Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.
x Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. b. Laporan Perkembangan Fisik dibuat
pertriwulan, ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan.
c. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan, Direktorat Jenderal Perkebunan,
(4)
disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2013.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan Pengembangan Tanaman Jambu Mete Tahun anggaran 2013 dibiayai oleh dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.
VIII. PENUTUP
Pedoman Teknis Pengembangan jambu mete merupakan acuan bagi semua pihak terkait khususnya para penanggung jawab dan petugas dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tanaman jambu mete.
Dengan terlaksananya kegiatan Pengembangan tanaman jambu mete diharapkan dapat mendorong percepatan pembangunan perkebunan melalui pengembangan tanaman mete dengan penerapan kaidah usaha tani secara baik dan benar dengan penggunaan benih bina, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani melalui peningkatan pendapatan serta pengembangan ekonomi wilayah.
Jakarta, Desember 2012 Direktorat Jenderal Perkebunan
(5)
Lampiran 1.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Peremajaan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
No Propinsi Kabupaten Volume (ha)
1 Sultra Bombana 100
Buton Utara 100
Muna 100
2 NTB Bima 100
3 NTT Sikka 100
Flores Timur 100
Suburaijua 100
TTS 100
Lembata 100
Kupang 100
Sumba Barat 100
Jumlah 1.100
Lampiran 2.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Rehabilitasi Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 NTB 1 Dompu 100 Ha
2 DIY 2 Gunung Kidul 100 Ha
3 JATENG 3 Wonogiri 100 Ha
(6)
Lampiran 3.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan Perluasan Tanaman Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME
1 SULSEL 1 Pangkep 200 Ha
2 JATENG 2 Blora 100 Ha
3 JATIM 3 Sampang 200 Ha
4 SULTRA 4 Muna 200 Ha
4 NTT 5 Alor 200 Ha
6 Sumba Tengah 200 Ha
8 Belu 150 Ha
9 Mangggarai Barat 150 Ha
5 BALI 10 Karangasem 250 Ha
Jumlah 1.650 Ha
Lampiran 4.
Lokasi dan Volume Bantuan Kegiatan
Pemeliharaan Demplot Jambu Mete Tahun 2013
PROVINSI KABUPATEN VOLUME