095920 MQFM 2009 07 Fokus Malam 01 Juli 2009

Fokus Malam
Edisi Rabu , 1 Juli 2009
Tema : Pemilu
Topik : Penggunaan Kartu Tanda Penduduk dalam Pilpres
2009
Sahabat MQ/ Menjelang pelaksanaan pemilihan presiden 8 juli
mendatang/ sempat bergulir gagasan penggunaan KTP/ untuk
pemilihan presiden// Banyak pihak yang mengusulkan
pemakaian KTP bagi mereka yang tidak termasuk dalam DPT/
untuk mengikuti pemilihan presiden mendatang// Usulan
tersebut/ berkait dengan masih kacaunya DPT hingga sekarang//
Bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT/ tetap dapat
menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP//
Sahabat MQ/ Usulan penggunanaan KTP tersebut/ sempat
menimbulkan wacana dalam masyarakat// Ada pro kontra yang
berkembang dimasyarakat// Masyarakat yang setuju dengan
penggunaan KTP ini beranggapan/ hal tersebut/ merupakan
upaya optimal untuk menjamin hak pemilih/ dalam memberikan
suaranya pada Pilpres 2009// Untuk itu/ perlu dilakukan
terobosan hukum yang memungkinkan penggunaan KTP/
sebagai alat bukti warga negara yang memiliki hak pilih/ dapat

diterapkan pada pelaksanaan pilpres 8 Juli 2009// Salah satu
terobosan yang memungkinkan antara lain/ dengan
menerbitkan peraturan pemerintah pengganti undang-undang/
yang membolehkan KTP sebagai instrumen bagi pemilih untuk
dapat menggunakan hak suaranya//
Sementara itu/ ketidaksetujuan beberapa pihak atas pemakaian
KTP/ untuk menggunakan hak pilihnya/ karena KTP dinilai
berpotensi disalahgunakan karena sulit dikontrol// Untuk itu
peluang terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan Pilpres 2009/
akan semakin besar/ karena calon presiden atau calon wakil
presiden dan tim suksesnya/ bisa memiliki peluang untuk
melakukan mobilisasi massa// Kondisi seperti itu/ sangat
terbuka karena sejumlah kepala daerah di tingkat provinsi
maupun kabupaten/ kota merupakan kader-kader partai politik//
Sahabat MQ/ Menanggapi wacana yang berkembang
dimasyarakat atas pemakaian KTP/ dalam pemilihan presiden
mendatang/ KPU yang awalnya sempat juga melontarkan
gagasan tersebut/ pada akhirnya telah/ mengambil keputusan
untuk tidak memberlakukan KTP/ dalam pemilihan presiden


mendatang// Pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya/
harus tercatum dalam DPT// Alasan KPU memutuskan untuk
tidak menggunakan KTP karena/ penggunaan KTP dalam pilpres
mendatang/ terlalu berbahaya// Dimungkinkan warga memiliki
lebih dari satu KTP// Selain hal tersebut/ jika penggunaan KTP
dibolehkan dalam pilpres mendatang/ maka KPU akan mendapati
kesulitan/ terkait dengan penyediaan logistik// Mengingat dalam
undang-undang-undang/ jumlah logistik dibatasi sesuai dengan
jumlah DPT/ plus 2 persen/ dikhawatirkan terjadi kelangkaan/
logistik / jika pemilih tidak terdaftar di DPT// Hal ini seperti
diungkapkan oleh ketua KPU- Hafidz Anshari// Hafidz juga
mengatakan/ bahwa isu DPT cukup sensitivf/ terutama di Jawa
timur//
Sementara itu Sahabat MQ/ Direktur Eksekutif Centre for
Electoral Reform-Cetro-Hadar N Gumay menyatakan/
penggunaan KTP atau identitas diri lain/ atau surat pengantar
dari ketua RT/ tetangga terdekat perlu dipertimbangkan/
untuk mengakomodasi warga yang memiliki hak pilih/ namun
tidak terdaftar dalam daftar pemilih// Hadar menambahkan/
jangan sampai ketidakmampuan pemerintah dan penyelenggara

pemilu menyusun daftar pemilih yang valid/ membuat
masyarakat yang memiliki hak pilih kehilangan hak
konstitusionalnya//
Nah Sahabat MQ/ Apa tanggapan anda terhadap/ KTP yang tidak
dapat digunakan untuk mencontreng/ bagi warga negara yang
tidak terdaftar dalam DPT?// Apakah keputusan KPU/
menerbitkan/ keputusan yang memastikan/ tidak dapat
menggunakan KTP/ untuk mengakomodasi pemilih yang tidak
terdaftar/ merupakan perampasan hak konstitusional setiap
warga negara?// Lalu sejauh mana/ bahaya yang ditimbulkan/
jika KTP dapat digunakan untuk pilpres mendatang?// Anggota
KPU- Andi Nurpati juga menilai/ pemilih yang tidak terdaftar di
TPS/ dapat memilih hanya menggunakan KTP/ maka
berpotensi menghabiskan surat suara yang telah disediakan
untuk pemilih terdaftar// Apakah hanya dengan alasan tersebut/
KPU menghilangkan hak konstitusional warga Negara?//

Nah sahabat MQ/ dalam Program Fokus Malam kali ini/ kita
akan mendiskusikannya bersama dengan sejumlah nara sumber/
diantaranya adalah :

1. Anggota KPU- Andi Nurpati
Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform-Cetro-Hadar N

Gumay

Nara Sumber 1 ( 19.45)
Anggota KPU pusat
- Andi Nurpati1. Apakah benar/ bahwa KPU sudah menerbitkan/
keputusaan/ yang tidak membolehkan menggunakan
KTP/ bagi warga yang tidak terdaftar dalam DPT/ untuk
mencontreng/ pada pilpres nanti?//
Alasan apa/ yang digunakan KPU/ sehingga menerbitkan
peraturan tersebut?//
Persoalan DPT/ masih kisruh/ seperti di Jawa Timur// Lalu jika
sampai pada pilpres mendatang/ persoalan ini/ belum selesai/
bagaimana nasib pemilih/ yang belum terdaftar?//
Bukankah keputusan KPU ini/ dapat menghilangkan hak memilih
warga Negara?// Khususnya bagi mereka yang tidak terdaftar
dalam DPT?//
Ada beberapa pihak/ yang sempat melontarkan diperlukan

adanya perppu/ yang intinya memperbolehkan KTP/ untuk
mencontreng/ ini dalam rangka menyelamatkan/ suara dari
pemilih/ yang tidak terdaftar dalam pilpres nanti// Namun KPU/
jutru mengeluarkan keputusan ini// Tanggapan bapak?//
Apakah KPU/ dapat menjamin/ semua warga negara bisa
terdaftar/ untuk pilpres nanti?// Sementara kita ketahui bahwa/
jumlah pemilih dalam pilpres ini meningkat sekitar/ 5 juta
pemilih/ dibanding jumlah pemilih dalam Pemilu 9 April lalu
yang hanya 171.265.442 orang?//
Kesulitan-kesulitan apa saja/ yang dihadapi KPU/ jika KTP
digunakan/ dalam pilpres nanti?//
Ketua KPU pusat-Abdul Hafidz Anshary/ menggatakan sangat
riskan dan berbahaya/ jika KTP/ dapat digunakan untuk
mencontreng// Kira-kira bahaya apa saja/ yang ditimbulkan?//
Bukankah penggunaan KTP/ bisa dijadikan solusi/ atas DPT/ yang
masih kisruh?
10.Bagi pemilih yang sudah terdaftar/ mungkin kartu C4 nya
hilang/ ini boleh tidak menggunakan KTP?//
11.Lalu apakah benar pada/ 2014 KTP/ baru bisa digunakan/
untuk pemilu?

2. Harapan-harapan Ibu kedepan?//

Nara Sumber 2 ( 20.15)
Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform-Cetro
-Hadar N Gumay-

1.Tanggapan bapak/ dengan diterbitkanya/ aturan dari
KPU/ yang tidak memperbolehkan penggunaan KTP/
pada saat-saat tertentu?
Menurut bapak/ apakah langkah dari KPU/ sudah tepat?//
Sampai sejauh ini/ apakah penggunaan KTP/ dapat dijadikan
solusi/ untuk mengatasi permasalah DPT/ yang masih kisruh?//
Apakah dengan terbitnya pertarturan dari KPU ini/ bisa
merampas hak konstitusional warga Negara?//
Langkah-langkah antisipasi apa/ yang dapat dilakukan KPU/
terhadap warga Negara/ yang tidak terdaftar/ dalam pilpres
mendatang/ namun tetap bisa menggunakan hak pilihnya?//
Apakah benar penggunaan KTP/ dalam pilpres nanti suatu
langkah yang tepat/ dalam mengatasi DPT-DPT bermasalah?//
KPU juga berdalih/ jika penggunaan KTP/ bisa membuat kisruh

pengadaan logistik/ di TPS// Tanggapan bapak?
Prediksi bapak pada pilpres nanti/ apakah masih mengalami
kekisruhan DPT?//
KPU sempat melontarkan kekhawatiran/ jika KTP bisa digunakan
dalam pilpres/ menimbulkan banyak bahaya// Diantaranya
adanya warga Negara/ yang memiliki KTP ganda/ kemudian
terkait dengan penyedian logistik// Bagaimana tanggapan
bapak?//
Haraoan-harapan kedepan?//

Adlibs
Fokus Malam

Edisi Rabu , 24 Juni 2009
Tema : Politik
Topik : Mencermati Iklan-iklan politik capres di Media
Sahabat MQ/ Menjelang pelaksanaan pemilihan presiden 8 juli
mendatang/ sempat bergulir gagasan penggunaan KTP/ untuk
pemilihan presiden//
Banyak pihak yang mengusulkan

pemakaian KTP/ bagi mereka yang tidak termasuk dalam DPT/
untuk mengikuti pemilihan presiden mendatang// Usulan
tersebut/ berkait dengan masih kacaunya DPT hingga sekarang//
Bagi pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT/
tetap dapat
menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP//
Sahabat MQ/ Menanggapi wacana yang berkembang
dimasyarakat atas pemakaian KTP/ dalam pemilihan presiden
mendatang/ KPU yang awalnya sempat juga melontarkan
gagasan tersebut/ pada akhirnya telah/ mengambil keputusan
untuk tidak memberlakukan KTP/ dalam pemilihan presiden
mendatang// Pemilih yang akan menggunakan hak pilihnya/
harus tercatum dalam DPT//
Nah Sahabat MQ/ Apa tanggapan anda terhadap/ KTP yang tidak
dapat digunakan untuk menconterng/ bagi warga Negara yang
tidak terdaftar daalm DPT?// Apakah keputusan KPU/
menerbitkan/ keputusan yang memastikan/ tidak dapat
menggunakan KTP/ untuk mengakomodasi pemilih yang tidak
terdaftar/ merupakan perampasan hak setiap warga negara?//
Lalu sejauh mana/ bahaya yang ditimbulkan/ jika KTP dapat

digunakan untuk pilpres mendatang?//
Untuk itu pada Fokus Malam nanti/ kami akan membahasnya
dengan narasumber/ mereka adalah://

1.Anggota KPU- Andi Nurpati
Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform-Cetro-Hadar N
Gumay
Jangan lewatkan dikusi pembahasan dalam Fokus Malam nanti/
mulai pukul 19.30 sampai dengan 21 WIB/ hanya di MQ 92,3 FM/
Jogjakarta// Suarakan saran dan aspirasi sahabat melalui telpon
0274 884205 atau di sms 0815 78600 923

Fokus Malam

Edisi Rabu , 1 Juli

2009
Tema : Pemilu
Topik : Penggunaan Kartu Tanda Penduduk dalam Pilpres
2009

Nara Sumber 1 (19.45 )
Anggota KPU
Andi Nurpati0816406452-

Nara Sumber 2 ( 20: 15)
Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform-Cetro
Hadar N Gumay
0813.146.687.60/ 0888.1879.813

Jumat, 26 Juni 2009 06:46 WIB | Peristiwa | Politik/Hankam | Dibaca 469 kali
KTP Tidak Bisa Digunakan Untuk Memilih
Yogyakarta (ANTARA News) - Kartu Tanda Penduduk (KTP) tidak bisa
digunakan untuk memilih dalam Pemilu Presiden 2009, karena jika seseorang
memiliki KTP lebih dari satu, yang bersangkutan bisa menggunakan hak pilihnya
di beberapa tempat pemungutan suara (TPS).
"Apabila itu sampai terjadi, tentu persediaan surat suara tidak akan mencukupi,
jumlah logistik pemilu presiden di masing-masing TPS sudah disesuaikan dengan
jumlah pemilih sesuai daftar pemilih tetap (DPT) setempat," kata anggota Komisi
Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) M Zaenuri Ikhsan di Wonosari, Kamis.

Oleh karena itu, KPU Gunungkidul tidak mengizinkan pemilih yang tidak
tercantum dalam DPT menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan KTP atau
kartu identitas lainnya.
Menurut Ketua KPU Gunungkidul Sukimin, kebijakan tersebut merupakan
instruksi dari KPU pusat, sehingga setiap pemilih yang akan menggunakan hak
pilihnya harus membawa surat undangan C4.
Ia mengatakan pemilih akan mendapatkan surat undangan pada Pemilu Presiden 8
Juli 2009, dan pengunaan KTP atau identitas lain untuk mengganti surat undangan
itu, tidak diperbolehkan.
"Apabila surat undangan C4 yang sudah diterima warga kemudian hilang, yang
bersangkutan dibenarkan membawa KTP sebagai pengganti surat undangan, tetapi
nama pemilih itu harus terdaftar dalam DPT di TPS setempat," katanya.
Menurut dia, tidak diizinkannya pemilih menggunakan KTP atau identitas lain
karena dapat mempengaruhi persediaan logistik surat suara pemilu presiden.
Berdasarkan undang-undang, kata dia, persediaan logistik pemilu terutama surat
suara, jumlahnya telah ditentukan sesuai dengan jumlah pemilih berikut dua persen
jumlah surat suara cadangannya di setiap TPS.
"Untuk pemilih yang akan memilih di luar daerah, harus membawa formulir A7,
yakni formulir yang menunjukkan kepindahan lokasi pemilihan dari warga yang
bersangkutan," katanya.
Anggota KPU Gunungkidul M Zaenuri Ikhsan mengatakan apabila ada pemilih
yang tidak terdaftar dalam DPT diizinkan menggunakan KTP, maka penggunaan
logistik tidak akan terkontrol.
"Usulan penggunaan KTP untuk meningkatkan partisipasi pemilih memang
tujuannya baik, namun yang menjadi masalah apabila seseorang punya KTP lebih
dari satu, sehingga warga itu dapat memilih di mana saja, maka kebutuhan logistik

tidak akan bisa diprediksi," katanya.
Menurut dia, KPU sampai sekarang tidak mengusulkan adanya Perppu (Peraturan
pemerintah pengganti undang-undang) yang memperbolehkan penggunaan KTP
untuk memilih, karena akan menimbulkan bahaya terhadap pelaksanaan pemilu
presiden.
"KPU sejauh ini masih mengizinkan penggunaan KTP atau identitas lainnya bagi
calon pemilih dalam Pemilu Presiden 8 Juli mendatang, sepanjang yang
bersangkutan telah tercatat dalam DPT di TPS setempat," katanya.
Pemilih ganda
Masih terkait dengan masalah pemilih, KPU Kabupaten Sleman, DIY menemukan
sedikitnya ada 500 nama ganda dalam DPT Pemilu Presiden 2009.
"Temuan ini baru di 82 desa yang telah dilakukan pencermatan, dan kami masih
terus mencermati desa lainnya, sehingga ada kemungkinan jumlah pemilih ganda
lebih dari itu," kata Ketua KPU Sleman Djajadi, Kamis.
Menurut dia, saat ini masih terdapat empat desa lagi yang belum dilakukan
percermatan terhadap DPT, dan ini akan segera diselesaikan dalam waktu dekat.
"Setelah menyelesaikan pencermatan terhadap DPT dari desa-desa yang tersisa,
kami baru bisa merekap berapa jumlah pemilih ganda yang ada di Kabupaten
Sleman," katanya.
Ia mengatakan DPT tersebut sudah ditetapkan, sehingga tidak dapat diubah lagi,
sehingga terhadap nama pemilih ganda itu nantinya cukup dicoret.
"Jadi, bukan dihapus, tetapi dicoret satu, sehingga surat undangan yang diberikan
untuk pemungutan suara juga hanya satu. KPPS (kelompok penyelenggara
pemungutan suara) tidak perlu menyertakan nama yang sudah dicoret, dan surat
undangan yang dibuat hanya yang namanya tidak dicoret," katanya.
Menurut Djajadi, faktor penyebab terjadi pemilih ganda bisa bermacam-macam,
misalnya karena pemilih sudah berpindah ke TPS lain tetapi di TPS asalnya
namanya belum dihapus.
"Bisa juga saat pemilu legislatif lalu pemilih belum terdaftar, sehingga dia
mendaftarkan diri ke KPPS. Setelah itu mungkin dia merasa tidak yakin, sehingga
mendaftar lagi di PPS (panitia pemungutan suara) maupun PPK (panitia pemilihan
kecamatan) dan petugas PPS (panitia pemungutan suara) kebetulan tidak
mengecek lagi," katanya.
Ia mengatakan selain pemilih ganda, pihaknya juga mesti mencermati rekap DPT
yang dikirimkan PPK karena penomoran atau nomor urut sering meloncat.

"Dalam nomor urut ada yang hilang, namun setelah diperhatikan ternyata karena
kesalahan dalam `entry data`. Ada juga yang tertukar antara perempuan dan
laki-laki," katanya.

Kekurangan surat suara
Sementarta itu, KPU Kabupaten Bantul, DIY kekurangan 205 lembar surat suara,
serta ditemukan 75 lembar surat suara rusak.
"Kekurangan dan kerusakan surat suara tersebut akan dilaporkan ke KPU pusat,
dan kami tidak tahu apakah nanti tetap digunakan atau diganti dengan surat suara
yang baru," kata Ketua KPU Bantul Budhi Wiryawan di Bantul, Kamis.
Ia mengatakan selain kurang dan rusak, juga ada surat suara yang tercetak dalam
posisi terlipat. Ketika surat suara dibuka, terlihat utuh, tetapi pada bagian muka
pasangan capres-cawapres tampak terpisah.
"Pada kolom capres-cawapres paling kiri bahkan ada yang terpotong, sehingga
bentuk surat suaranya menjadi tidak proporsional," katanya.
Menurut dia, dari 728.270 lembar surat suara yang diterima KPU Bantul, pelipatan
dan penyortiran yang semula ditargetkan selesai pada Jumat (26/6), kemungkinan
bisa mundur beberapa hari.
Budhi mengatakan pelipatan surat suara yang telah dilaksanakan selama dua hari
sejak Selasa (23/6) hingga Rabu (24/6) kurang dari 50 persen, yakni 331.754
lembar surat suara.
KPU Bantul, kata dia, menerima logistik pemilu presiden lebih cepat, dan
kualitasnya lebih baik dibanding logistik pemilu legislatif lalu.
"Poster capres-cawapres sebanyak 2.154 lembar dan 49.123 segel juga sudah
diterima, KPU Bantul kini tinggal menunggu formulir dan alat peraga dari KPU
provinsi serta `template` untuk pemilih tunanetra," katanya.
Sementara itu, anggota KPU Bantul Nurudin Latif mengatakan pihaknya telah
melakukan sosialisasi pemilu presiden kepada pemilih pemula di beberapa
SMA/SMK di Bantul.
"Sosialisasi kepada pemilih pemula sudah dilakukan di SMAN 1 dan SMAN 2
Bantul, karena jumlah siswanya cukup banyak," katanya.
Menurut dia, tujuan sosialisasi bagi pemilih pemula untuk meningkatkan
pemahaman tentang pemilu presiden, sehingga mereka memberikan hak pilihnya
pada 8 Juli 2009.

Ia mengatakan pihaknya dalam melaksanakan sosialisasi mendapat bantuan dari
mahasiswa yang sedang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Bantul. "KPU
terbantu dengan adanya mahasiswa KKN ini," katanya.
Jumlah mahasiswa yang membantu sosialisasi sebanyak 60 orang dari Universitas
Gadjah Mada (UGM), dan 20 mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta (UMY).
"Mahasiswa UGM melaksanakan sosialisasi di empat kecamatan, yakni Kretek,
Imogiri, Banguntapan dan Bambanglipuro, sedangkan mahasiswa UMY di
Kecamatan Kasihan," katanya.
Menurut dia, dengan sosialisasi yang dilakukan mahasiswa KKN di beberapa
tempat itu, pihaknya yakin warga masyarakat akan memahami tata cara pemilu
presiden pada 8 Juli 2009.(*
jumat, 26 Juni 2009 14:32 WIB
DPT Pilpres 2009
KPU Tegaskan KTP tidak Berlaku
SURABAYA--MI: Komisi Pemilihan Umum (KPU) menegaskan, penggunaan
kartu tanda penduduk (KTP) tidak berlaku bagi warga yang namanya tak
tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT), namun tetap datang di tempat
pemungutan suara (TPS) dalam pemilu presiden.
"Meskipun membawa KTP, kalau namanya tidak tercantum dalam DPT, tetap saja
tidak boleh mengikuti pemungutan suara," kata Ketua KPU, Hafiz Anshary, di
Surabaya, Jumat (26/6).
Ia menjelaskan, di dalam Undang-undang Pemilu, yang berhak mengikuti
pemungutan suara, baik pemilu legislatif, maupun pemilu presiden, adalah warga
negara Indonesia yang namanya tercantum dalam DPT.
"Kalau namanya tidak ada di dalam DPT, ya tidak boleh memilih. Bukan KPU
yang melarang, tapi undang-undang yang menyebutkan seperti itu," jelasnya.
Menurut dia, aturan itu bukan berarti KPU mengabaikan hak warga negara
Indonesia yang hendak berpartisipasi dalam pemilu presiden pada tanggal 8 Juli
2009. "Kami sudah mendatangi satu per satu warga dalam waktu yang sudah
ditentukan. Bahkan kami mengumumkan pendaftaran itu melalui running text
(tulisan berjalan) di televisi selama satu bulan lebih," tegasnya usai bertemu
Gubernur Jatim, Soekarwo, itu.
Mengenai masih adanya warga yang belum tercatat dalam DPT atau orang yang
tercatat di dalam DPT, tetapi sudah meninggal dunia, Hafiz, menduga, ada dua
kemungkinan. "Memang pendaftaran di lapangan lemah atau memang masyarakat
yang tidak pernah peduli dengan pendaftaran itu sendiri," tambahnya.
Oleh sebab itu, kedatangannya ke Surabaya adalah untuk mendapatkan penjelasan

terkait adanya selisih data DPT antara KPU Jatim dengan Panitia Pengawas
Pemilu (Panwaslu) setempat. Hafiz akan bertemu dengan seluruh anggota KPU
kabupaten/kota se-Jatim di kantor Bakesbang Linmas Provinsi Jawa Timur untuk
membahas persoalan itu.
Sebelumnya, Calon Wakil Presiden Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra),
Prabowo Subianto, mengusulkan penggunaan KTP sebagai solusi bagi warga yang
ingin melakukan pemungutan suara, tapi namanya tidak tercantum dalam DPT.
(Ant/OL-06
Jumat, 26 Juni 2009
Pemilu 2014, KTP Jadi Kartu Pemilih
JAKARTA (BP) - Kartu Tanda Penduduk (KTP) baru dapat digunakan sebagai
bukti pemilih pada Pemilu 2014. Alasannya, sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (UU
Adminduk), paling lambat pada 2011, pemerintah harus sudah memberikan nomor
induk kependudukan (NIK) kepada setiap penduduk.

Pada Pilpres 2009 ini, KTP belum bisa digunakan sebagai bukti pemilih karena
belum semua KTP memiliki NIK. Selain itu, masih banyak penduduk yang
ber-KTP ganda sehingga dapat memunculkan permasalahan apabila KTP dipakai
sebagai bukti pemilih pilpres.

’’Pemilu yang akan datang (2014), insya Allah, sudah menggunakan KTP karena
administrasi kependudukannya sudah satu sistem, di mana satu KTP hanya punya
satu NIK. Kalau KTP digunakan (sebagai bukti pemilih) pada pemilu sekarang,
tentu akan banyak kerawanan,” kata Mendagri Mardiyanto setelah acara
penandatanganan memorandum of understanding (MoU) antara Depdagri dan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di gedung BPPT, Jakarta,
kemarin. MoU itu diteken untuk mempercepat pengkajian dan pengembangan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

Pernyataan Mardiyanto tersebut terkait dengan wacana mengenai digunakannya
KTP sebagai bukti pemilih Pilpres 2009. Wacana itu muncul lantaran masih
banyak warga yang belum terdaftar pada daftar pemilih tetap (DPT) pilpres yang
digelar 8 Juli mendatang.

Dalam rapat kerja dengan Komisi II DPR beberapa waktu lalu, Ketua KPU Abdul
Hafiz Anshary mengaku pernah berkonsultasi dengan Mendagri untuk
membicarakan persoalan tersebut. Saat itu, Abdul Hafiz sudah mengatakan bahwa
Mendagri tidak setuju penggunaan KTP sebagai bukti pemilih Pilpres 2009.

Alasan lain yang dikemukakan Abdul Hafiz, di UU Pilpres, tidak diatur bahwa

KTP bisa digunakan sebagai bukti pemilih. Hanya, terobosan bisa dilakukan bila
ada payung hukum yang mengaturnya, yakni dengan diterbitkannya peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (perppu). Namun, dengan alasan KTP saat
ini masih bisa dipalsukan dan banyak warga yang punya KTP ganda, KPU tidak
punya pikiran untuk mengusulkan diterbitkannya perppu tersebut. (jpnn)
Penggunaan KTP dalam Pilpres 2009
Tanggal :
23 Jun 2009
Sumber :
Harian Terbit
USULAN penggunaan kartu tanda penduduk bagi pemilih yang terdaftar dalam
daftar pemilih sementara [DPS] tetapi tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap
[DPT] memunculkan pro-kontra antarberbagai pihak. Kondisi ini terjadi karena
penggunaan KTP tidak diatur dalam UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
sedangkan esensi penggunaan KTP tersebut adalah untuk menjamin hak
konstitusional warga negara dalam menggunakan hak suaranya pada Pilpres 2009.
Bagi pihak yang pro penggunaan KTP adalah upaya optimal untuk menjamin hak
pemilih dalam memberikan suaranya pada Pilpres 2009. Untuk itu, perlu dilakukan
terobosan hukum yang memungkinkan penggunaan KTP sebagai alat bukti warga
negara yang memiliki hak pilih dapat diterapkan pada pelaksanaan pilpres 9 Juli
2009. Salah satu terobosan yang memungkinkan antara lain dengan menerbitkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang membolehkan KTP sebagai
instrumen bagi pemilih untuk dapat menggunakan hak suaranya.
Menurut Arif Wibowo dari Tim kampanye Nasional Mega-Prabowo, terobosan
hukum dan politik melalui penerbitan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang diperlukan karena undang-undang yang mengatur pemberian hak
suara bagi pemilih belum optimal menjamin hak politik warga negara. Penerbitan
Perppu juga diperlukan agar Komisi Pemilihan Umum tidak melanggar UU
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden/Wapres jika harus mengeluarkan
peraturan yang membolehkan penggunaan KTP sebagai alat bukti bagi warga
negara yang memiliki hak pilih.
Namun demikian, bagi pihak yang kontra usulan penggunaan KTP dinilai
berpotensi disalahgunakan karena sulit dikontrol. Untuk itu peluang terjadinya
kecurangan dalam pelaksanaan Pilpres 2009 akan semakin besar, karena calon
presiden atau calon wakil presiden dan tim suksesnya bisa memiliki peluang untuk
melakukan mobilisasi massa. Kondisi seperti itu sangat terbuka karena sejumlah
kepala daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota merupakan kader-kader
partai politik.
Meski begitu, terlepas dari pro dan kontra, usulan penggunaan KTP bagi pemilih
yang terdaftar dalam daftar pemilih sementara [DPS] tetapi tidak terdaftar dalam
daftar pemilih tetap [DPT] layak dipertimbangkan oleh KPU. Sebab, esensi dari
penggunaan KTP adalah untuk menjamin warga negara yang memiliki hak pilih
dapat memberikan suaranya pada Pilpres 2009. Upaya ini akan efektif untuk
mengatasi kesemrawutan DPT Pilpres 2009 seperti yang terjadi dalam pemilu

legislatif, karena pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dengan bukti KTP tetap
bisa memberikan hak politiknya.
Penggunaan KPT sebagai pengganti kartu pemilih juga bisa dimanfaatkan KPU
untuk menjamin tudingan berbagai pihak yang menduga adanya kecurangan
sistematik dalam pemilu legislatif tidak akan terjadi dalam Pilpres 2009. Hal itu
dimungkinkan karena para pemilih yang dalam pemilu legislatif kehilangan hak
politiknya, pada Pilpres 2009 dapat dijamin bisa menyalurkan suaranya sesuai
dengan pilihan hatinya dengan menggunakan KTP.
Memang, penggunaan KTP sebagai alat bukti warga negara yang memiliki hak
pilih juga rawan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab
sehingga berpotensi meningkatkan angka kecurangan dalam Pilpres 2009. Namun
demikian, sepanjang KPU bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
penyalahgunaan itu diyakini penggunaan KTP bagi pemilih yang tidak terdaftar
dalam DPT akan efektif menjamin hak politik warga negara untuk memberikan
suaranya dalam Pilpres 2009.
Karena itu, jika penggunaan KTP sebagai instrumen pengganti kartu pemilih bagi
pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dipilih oleh KPU, maka penyelenggara
Pilpres 2009 itu harus menyiapkan tinta penanda pemilih yang telah memberikan
suaranya sesuai standar yang ditetapkan. Dengan tinta yang berkualitas tinggi itu
diharapkan pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya akan selalu terkontrol
sehingga kecurangan bisa ditekan. *
Senin, 08 Juni 2009 13:19
Penggunaan KTP Tidak Selesaikan Masalah
OLEH: TUTUT HERLINA
Jakarta - Wacana penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebagai identitas
lain bagi pemilih yang namanya belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap
(DPT) hanya untuk mengalihkan ketidakberesan persoalan DPT pemilihan
presiden (pilpres).

Alih-alih memberikan penyelesaian, wacana ini jika diterapkan justru akan
menimbulkan persoalan baru karena banyaknya KTP ganda.
Demikian disampaikan mantan Ketua Panitia Khusus (Pansus) Rancangan Undang
Undang (RUU) Pemilu dari Fraksi Partai Golongan Karya (Golkar) Ferry
Mursyidan Baldan kepada SH, Minggu (7/6).
“Hal ini akan memberi kesan baik, padahal di balik itu menyimpan masalah,
seperti tidak adanya angka pasti penduduk pemegang KTP, karena masih ada
penduduk yang memegang lebih dari satu KTP,” katanya.
Ferry mengatakan, wacana ini juga terkesan sekadar mengalihkan perhatian atas
belum beresnya persoalan DPT, padahal persoalan DPT tidak bisa dipisahkan dari
persoalan mendasar lainnya, seperti kepastian tentang jumlah suara yang harus
diperebutkan oleh pasangan calon dan juga surat suara ataupun perlengkapan

pemilu lainnya.
“Dengan demikian wacana tersebut tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah,
apalagi jika ditambah wacana untuk mendorong keluarnya perppu,” papar Ferry.
Belajar dari pemilu legislatif, kata Ferry, keluarnya perppu yang mengesahkan
pemberian tanda contang dua kali, justru menjadi salah satu sebab munculnya
masalah dalam rekapitulasi hasil pemilu, padahal UU sudah menegaskan
“memberi tanda satu kali”. “Jadi kembali saja sebagaimana pengaturan dalam UU,
supaya pilpres dapat berjalan baik,” imbuhnya.
Menurut Ferry, wacana KTP untuk memilih dalam pilpres bisa diberlakukan pada
Pemilu 2014, karena KTP tunggal akan berlaku mulai 2011 sebagaimana di atur
dalam UU No 23 Tahun 2006 tentang administrasi kependudukan. Oleh karenanya
penggunaan KTP pada Pilpres 2009 belum menjadi dasar pemberian hak politik
dalam memilih.
Parpol Mendesak
Sementara itu, sembilan partai politik (parpol) Jawa Timur mendesak Presiden
untuk mengeluarkan peraturan pengganti UU (perppu) yang memperbolehkan
penggunaan KTP dalam pilpres pada 8 Juli 2009.
“Pilpres kurang satu bulan, tapi DPT hanya bertambah lima juta dari 171 juta
menjadi 176 juta, karena itu perlu ada perppu yang mendorong masyarakat untuk
memilih,” kata Sekretaris PMB Jatim Syafrudin Budiman di Surabaya, Minggu
(7/6).
Didampingi fungsionaris Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) Jatim Adinata,
ia mengatakan, sembilan parpol yang tergabung dalam satu aliansi untuk Perppu
KTP untuk pilpres adalah PMB, PSI, PIS, PKDI, PKNU, PPNUI, PNBK
Indonesia, Partai Merdeka, dan Partai Buruh.
“Kalau tidak ada akomodasi terhadap hak pilih masyarakat, kami sepakat dengan
Komnas HAM bahwa pemerintah melanggar HAM dengan menghambat
kesempatan rakyat untuk menentukan pemimpin masa depan mereka,” katanya.
Menurut dia, KTP bukan syarat primer, karena itu kartu pemilih tetap diutamakan.
Namun pemerintah juga harus mengakomodasi masyarakat yang tidak terjangkau
kartu pemilih untuk diperbolehkan memilih dengan menggunakan KTP.
“Kalau dibiarkan, akan seperti Pemilu Legislatif 2009 yang memilih para
legislator, karena rakyat tidak banyak yang tidak memilih, karena mereka tidak
mendapatkan kartu pemilih dengan berbagai alasan yang sifatnya teknis saja,”
katanya.
Menurutnya, Aliansi Sembilan Parpol Jatim juga mendesak Presiden untuk
memberi “peringatan” dan sanksi kepada menteri, gubernur, bupati, dan perangkat
pemerintah lainnya yang tidak netral dalam pilpres mendatang.
“Kalau presiden dipilih dengan menghalalkan segala cara maka pemimpin yang
nantinya akan mengabaikan aspirasi masyarakat, karena pemimpin di tingkat
provinsi hingga kelurahan akan mementingkan atasan, bukan rakyat yang
memilih,” katanya. (ant)

Jumat, 12 June 2009 06:22 WIB

KTP Untuk Memilih Berlaku di Pemilu 2014
Anggota Komisi II DPR RI, Ferry Mursyidan Baldan, di Jakarta, Kamis
menyatakan, wacana kartu tanda penduduk (KTP) untuk memilih dalam pemilu
presiden (pilpres) sebenarnya menarik, tetapi itu nanti bisa berlaku pada Pemilu
2014.
"Karena, KTP tunggal baru akan diberlakukan mulai 2011, sebagaimana diatur
dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan," kata mantan Ketua Pansus RUU Pilpres ini kepada ANTARA.
Politisi senior Partai Golkar mengatakan itu, menanggapi berbagai usulan agar
untuk mencegah kasus kehilangan hak pilih sebagaimana menimpa puluhan juta
warga pada Pemilu 9 April 2009, pemilih cukup membawa bukti KTP sudah bisa
memilih.
"Saya kira, pemikiran penggunaan KTP pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2009 ini
belum bisa menjadi dasar dalam pemberian hak politik dalam memilih," tegasnya.
Sebab, menurutnya, sesuai undang-undang, KTP atau keterangan lain berfungsi
sebagai identitas bagi pemilih yang namanya terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap
(DPT).
"Pengaturan ini (untuk) menghilangkan pengadaan Kartu Pemilih yang selalu
diadakan pada pemilu lalu atau di setiap Pemilu Kepala Daerah (Pilkada),"
katanya.
DPT Belum Beres
Ferry Mursyidan Baldan mengakui, memang ada kekhawatiran di balik wacana
tentang penggunaan KTP untuk pemberian suara, karena tidak beresnya (kembali)
DPT Pilpres.
"Hal ini kelihatannya akan memberi kesan baik. Padahal, di balik itu menyimpan
sejumlah masalah, seperti tidak adanya angka pasti penduduk pemegang KTP,
karena masih adanya warga pemegang lebih dari satu KTP," ungkapnya.
Selain itu, demikian Ferry Mursyidan Baldan, wacana ini sekedar pengalihan
perhatian atas (tetap) belum beresnya DPT Pilpres.
"Hal lain juga yang lebih mendasar, ialah, jumlah daftar pemilih adalah kepastian
tentang jumlah suara yang harus diperebutkan oleh pasangan calon, juga
merupakan acuan bagi pembuatan jumlah surat suara dan perlengkapan Pemilu
lainnya yang harus diadakan dalam rangka pilpres," katanya.
Dengan demikian, ujarnya, wacana tersebut tidak tepat dan tak menyelesaikan
masalah.
"Apalagi jika ditambah wacana untuk mendorong keluarnya Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang (Perpu)," kata Ferry Mursyidan Baldan.
Ia mengingatkan juga, belajar dari pemilu lalu, yakni keluarnya Perpu yang
mensahkan pemberian tanda contreng dua kali, ternyata justru menjadi salah satu
sebab munculnya masalah dalam rekapitulasi hasil pemilu.
"Padahal, undang-undang sudah menegaskan "memberi tanda satu kali". Jadi,
kembali saja sebagaimana pengaturan dalam undang-undang, supaya pilpres dapat
berjalan baik," kata Ferry Mursyidan Baldan lagi.(ANT)
Rabu, 24 Juni 2009
Diusulkan Perppu KTP bagi Pemilih Tak Terdaftar
JAKARTA (Suara Karya): Komisi Pemilihan Umum (KPU) diminta untuk
mengajukan penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu)
tentang penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) bagi pemilih yang tidak terdaftar
dalam daftar pemilih tetap Pemilu Presiden 2009.
Seperti disampaikan Koordinator Nasional Komite Pemilih Indonesia (Tepi)
Jeirry Sumampow, perppu tersebut dapat sangat penting dalam rangka
menyelamatkan suara dari pemilih yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap
(DPT).
Menurutnya, keberadaan peraturan pemerintah ini sangat penting karena di
dalam Undang-Undang No 42 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan
Wakil Presiden menyatakan hanya pemilih terdaftar yang bisa menggunakan
haknya.
"Tanpa adanya perppu tersebut, penggunaan KTP sebagai alat bukti untuk ikut
memilih sulit diaplikasikan, karena acuannya tidak ada," katanya di Jakarta, Selasa
(23/6).
Bahkan, dia juga menilai, kekisruhan DPT yang terjadi saat Pemilu Legislatif
lalu akan terulang kembali pada Pemilu Presiden 8 Juli 2009, mengingat
kemungkinan masih banyak masyarakat belum terdaftar dalam daftar pemilih
tetap.
Menurutnya, jika KPU ingin menyelamatkan hak politik rakyat Indonesia,
maka peraturan penganti undang-undang tersebut harus segera diterbitkan.
Jeirry menasa optimis, penggunaan KTP atau kartu identitas lainnya saat hari
pemungutan suara akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu
Presiden mendatang.
"Jika perpu ini benar diterbitkan, maka KPU harus segara menyusun
mekanisme pelaksanaan di lapangan, untuk mengantisipasi berbagai permasalahn,
termasuk kecurangan," katanya.
Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform

(CETRO) Hadar Nafis Gumay. Dia menilai, KPU perlu meminta peraturan
pengganti tersebut sehingga warga yang tidak terdaftar dalam DPT tetap dapat
menggunakan hak pilihnya.
Usulan serupa juga disampaikan Arif Wibowo dari Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan (PDIP). Menurut dia, apabila undang-undang secara teknis
belum optimal menjamin hak konstitusional warga maka perlu diupayakan
terobosan hukum.
"Terobosan itu dengan cara menerbitkan perppu yang membolehkan KTP
sebagai instrumen bagi pemilih untuk menggunakan haknya," katanya.
Dia menilai, memilih dengan menggunakan KTP tetap aman sepanjang tinta
jar, yang digunakan untuk menandai pemilih yang telah menggunakan haknya
tahan lama dan pemilih memberikan suara di TPS sesuai dengan alamat yang
tercantum dalam DPT.
Tak Setuju
Namun, Anggota KPU Andi Nurpati menilai, tidak diperlukan adanya perppu
yang memungkinkan pemilih yang tidak tercantum dalam daftar dapat memilih
asalkan menunjukkan kartu identitas. "saya tidak setuju dengan adanya peraturan
pengganti itu," katanya.
Dia menilai, penggunaan kartu identitas dalam memilih memiliki kelemahan
salah satunya dari segi pemenuhan kebutuhan logistik pemilu.
Misalnya, terkait alokasi surat suara di setiap TPS yang telah didasarkan pada
jumlah pemilih terdaftar di tempat tersebut.
"Jika pemilih yang tidak terdaftar di TPS dapat memilih hanya menggunakan
KTP, maka berpotensi menghabiskan surat suara yang telah disediakan untuk
pemilih terdaftar," katanya. (Tri Handayani)
penggunaan KTP dalam Pilpres 2009
Tanggal :
23 Jun 2009
Sumber :
Harian Terbit
USULAN penggunaan kartu tanda penduduk bagi pemilih yang terdaftar dalam
daftar pemilih sementara [DPS] tetapi tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap
[DPT] memunculkan pro-kontra antarberbagai pihak. Kondisi ini terjadi karena
penggunaan KTP tidak diatur dalam UU Pemilu Presiden dan Wakil Presiden,
sedangkan esensi penggunaan KTP tersebut adalah untuk menjamin hak
konstitusional warga negara dalam menggunakan hak suaranya pada Pilpres 2009.
Bagi pihak yang pro penggunaan KTP adalah upaya optimal untuk menjamin hak
pemilih dalam memberikan suaranya pada Pilpres 2009. Untuk itu, perlu dilakukan
terobosan hukum yang memungkinkan penggunaan KTP sebagai alat bukti warga

negara yang memiliki hak pilih dapat diterapkan pada pelaksanaan pilpres 9 Juli
2009. Salah satu terobosan yang memungkinkan antara lain dengan menerbitkan
peraturan pemerintah pengganti undang-undang yang membolehkan KTP sebagai
instrumen bagi pemilih untuk dapat menggunakan hak suaranya.
Menurut Arif Wibowo dari Tim kampanye Nasional Mega-Prabowo, terobosan
hukum dan politik melalui penerbitan peraturan pemerintah pengganti
undang-undang diperlukan karena undang-undang yang mengatur pemberian hak
suara bagi pemilih belum optimal menjamin hak politik warga negara. Penerbitan
Perppu juga diperlukan agar Komisi Pemilihan Umum tidak melanggar UU
Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden/Wapres jika harus mengeluarkan
peraturan yang membolehkan penggunaan KTP sebagai alat bukti bagi warga
negara yang memiliki hak pilih.
Namun demikian, bagi pihak yang kontra usulan penggunaan KTP dinilai
berpotensi disalahgunakan karena sulit dikontrol. Untuk itu peluang terjadinya
kecurangan dalam pelaksanaan Pilpres 2009 akan semakin besar, karena calon
presiden atau calon wakil presiden dan tim suksesnya bisa memiliki peluang untuk
melakukan mobilisasi massa. Kondisi seperti itu sangat terbuka karena sejumlah
kepala daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota merupakan kader-kader
partai politik.
Meski begitu, terlepas dari pro dan kontra, usulan penggunaan KTP bagi pemilih
yang terdaftar dalam daftar pemilih sementara [DPS] tetapi tidak terdaftar dalam
daftar pemilih tetap [DPT] layak dipertimbangkan oleh KPU. Sebab, esensi dari
penggunaan KTP adalah untuk menjamin warga negara yang memiliki hak pilih
dapat memberikan suaranya pada Pilpres 2009. Upaya ini akan efektif untuk
mengatasi kesemrawutan DPT Pilpres 2009 seperti yang terjadi dalam pemilu
legislatif, karena pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dengan bukti KTP tetap
bisa memberikan hak politiknya.
Penggunaan KPT sebagai pengganti kartu pemilih juga bisa dimanfaatkan KPU
untuk menjamin tudingan berbagai pihak yang menduga adanya kecurangan
sistematik dalam pemilu legislatif tidak akan terjadi dalam Pilpres 2009. Hal itu
dimungkinkan karena para pemilih yang dalam pemilu legislatif kehilangan hak
politiknya, pada Pilpres 2009 dapat dijamin bisa menyalurkan suaranya sesuai
dengan pilihan hatinya dengan menggunakan KTP.
Memang, penggunaan KTP sebagai alat bukti warga negara yang memiliki hak
pilih juga rawan disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab
sehingga berpotensi meningkatkan angka kecurangan dalam Pilpres 2009. Namun
demikian, sepanjang KPU bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
penyalahgunaan itu diyakini penggunaan KTP bagi pemilih yang tidak terdaftar
dalam DPT akan efektif menjamin hak politik warga negara untuk memberikan
suaranya dalam Pilpres 2009.
Karena itu, jika penggunaan KTP sebagai instrumen pengganti kartu pemilih bagi
pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT dipilih oleh KPU, maka penyelenggara

Pilpres 2009 itu harus menyiapkan tinta penanda pemilih yang telah memberikan
suaranya sesuai standar yang ditetapkan. Dengan tinta yang berkualitas tinggi itu
diharapkan pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya akan selalu terkontrol
sehingga kecurangan bisa ditekan
inggu, 07/06/2009 23:59 WIB
DPT Pilpres Belum Beres, Wacana KTP Tidak Tepat
Didi Syafirdi : detikPemilu
detikcom - Jakarta, Wacana penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP)bagi
pemilih tak terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilpres dinilai tidak tepat.
Dikhawatirkan wacana ini hanya untuk mengalihkan DPT Pilpres yang masih
menyisakan sejumlah masalah.
"Wacana ini terkesan sekedar pengalihan perhatian atas belum beresnya DPT
Pilpres," ujar mantan Ketua Pansus RUU Pilpres Ferry Mursyidan Baldan lewat
pesan singkat kepada detikcom Minggu (7/6/2009).
Sebenarnya penggunaan KTP untuk pilpres, menurut Ferry, menarik dalam
konstruksi pemilu di Indonesia dan diharapkan bisa diberlakukan pada Pemilu
2014.
"Namun penggunaan KTP pada Pilpres 2009, belum menjadi dasar dalam
pemberian hak politik dalam memilih," katanya.
Dibalik wacana itu, lanjutnya, DPT pilpres masih menyimpan sejumlah masalah,
seperti tidak adanya angka Pasti penduduk pemegang KTP karena masih adanya
pemegang lebih dari 1 KTP.
Hal lain yang lebih mendasar, kata dia, jumlah daftar pemilih adalah kepastian
tentang jumlah suara yang harus diperebutkan oleh pasangan calon sehingga
jumlah surat suara dan perlengkapan pemilu lainnya yang harus diadakan dalam
pilpres.
"Dengan demikian wacana tersebut tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah,"
tegasnya.
Wacana untuk mendorong keluarnya peraturan pemerintah pengganti
undang-undang (perpu) terkait penggunaan KTP, menurut Ferry, bukanlah solusi
terbaik. Belajar dari Pemilu Legislatif keluarnya perpu tanda contreng 2 kali justru
menimbulkan masalah dalam rekapitulasi hasil pemilu.
"Jadi, kembali saja sebagaimana pengaturan dalam UU, supaya Pilpres dapat
berjalan baik," tandasnya.
Berita terkait :
Kamis, 4 Juni 2009 | 03:19 WIB
Penggunaan KTP dalam Pilpres Berisiko
Jakarta, Kompas - Kendala penggunaan kartu tanda penduduk sebagai alat bukti
diperbolehkannya warga negara yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih untuk

memberikan suaranya bukan hanya dari sisi perundang-undangan. Risiko
terbesarnya adalah kisruh dalam ketersediaan surat suara di tempat pemungutan
suara.
Hal itu diungkapkan anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum, Bambang Eka
Cahya Widada, di Jakarta, Rabu (3/6). Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Nomor
42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden menyebutkan, warga
negara yang berhak memilih adalah yang terdaftar dalam daftar pemilih.
Tak ada ketentuan dalam UU yang mengatur penggunaan KTP atau identitas diri
lain sebagai alat bukti berhak memilih. Meski aturan ini dapat diubah melalui
peraturan pemerintah pengganti UU, masalah lain muncul dari ketersediaan
logistik pemungutan suara di TPS.
”Jika semua pemilih yang tak terdaftar berbondong-bondong memilih dengan
menggunakan KTP atau identitas lain, itu dapat menimbulkan konflik di TPS
karena terbatasnya jumlah surat suara,” katanya.
Sesuai Pasal 113 UU No 42/2008, jumlah pemilih di TPS dibatasi maksimal 800
orang. Ditambah 2 persen surat suara cadangan, total jumlah surat suara di tiap
TPS hanya 816 lembar.
Penggunaan KTP juga rawan menimbulkan mobilisasi massa dari pendukung
calon presiden/calon wakil presiden tertentu, baik untuk membuat KTP sebanyak
mungkin atau mendatangi TPS lebih dari satu daerah. Selama ini banyak warga
yang memiliki KTP lebih dari satu.
Direktur Eksekutif Centre for Electoral Reform (Cetro) Hadar N Gumay
menyatakan, penggunaan KTP atau identitas diri lain atau surat pengantar dari
ketua RT tetangga terdekat perlu dipertimbangkan untuk mengakomodasi warga
yang memiliki hak pilih, tetapi tidak terdaftar dalam daftar pemilih.
”Jangan sampai ketidakmampuan pemerintah dan penyelenggara pemilu
menyusun daftar pemilih yang valid membuat masyarakat yang memiliki hak pilih
kehilangan hak konstitusionalnya,” katanya.
Untuk mengatasi kisruh ketersediaan logistik pemilu di TPS, itu bisa diatur, seperti
pemilih yang tak terdaftar bisa menggunakan haknya jika ada surat suara yang tak
digunakan. (mzw)
Penggunaan KTP Bagi Pemilih Tak Terdaftar, Berisiko
By Republika Newsroom
Minggu, 07 Juni 2009 pukul 13:17:00
JAKARTA -- Direktur Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima) Ray Rangkuti
mengatakan penggunaan KTP untuk mengantisipasi pemilih yang belum masuk
dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), memang bisa menjadi solusi. Tapi bukan tanpa
risiko dan bisa jadi masalah baru.

''Dalam prakteknya jika tidak ketat pengawasanya, bisa menaikkan kemungkinan
pemilih ganda,'' kata Ray, Ahad (7/6). Jika langkah ini ditempuh, imbuh dia,
perkiraan pencetakan surat suara cadangan juga harus ditambah.
''Karenanya, harus ada peningkatan koordinasi antarlini,'' kata Ray. Yaitu KPU
dengan KPPS, Departemen Dalam Negeri dengan Kelurahan, Bawaslu dengan
pengawas, dan Polri dengan Polres.
Tanpa koordinasi kuat tersebut, Ray khawatir kebocoran pemilih akan terjadi.
Sementara katup pengaman - seperti penggunaa tinta penanda jari setelah pemilih
memberikan suara - sangat mudah diakali.
''Persoalannya, sejujurnya koordinasi antarlini ini justru yang akan sulit dicapai,''
kata Ray. Bukan sekedar karena tak terbiasa rapi berkoordinasi, ujar dia,
melainkan hampir seluruh komponen terlihat tak sepenuhnya netral dalam
menghadapi pemilu.
''Karena risiko situasi ini, penggunaan KTP untuk memilih justru bisa nenjadi
masalah baru,'' kata Ray. Dia meminta KPU dengan kinerjanya yang amburadul
hingga sejauh ini - hingga muncul wacana KTP semacam itu - harus mendapat
sanksi terlebih dahulu.
Paling tidak, sebut dia, dengan melarang KPU ke luar negeri. Pada Pemilu
Legislatif, KPU banyak menerima kecaman saat ngotot ke luar negeri dengan dalih
sosialisasi, sementara persiapan di dalam negeri masih carut marut. -ann/ahi
PEMILU - LP3ES: KTP PLUS SOLUSI KISRUH DPT BERMASLAH
Friday, 05 June 2009 09:36
Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
mengusulkan penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) plus sebagai salah satu
solusi untuk mengurangi kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang mungkin terjadi
pada Pilpres 2009.
Jakarta, 4/6 (Roll News) - Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan
Ekonomi dan Sosial (LP3ES) mengusulkan penggunaan Kartu Tanda Penduduk
(KTP) plus sebagai salah satu solusi untuk mengurangi kisruh Daftar Pemilih
Tetap (DPT) yang mungkin terjadi pada Pilpres 2009.
"KTP plus yakni KTP yang disertai tambahan surat rekomendasi atau surat
domisili dari pihak RT setempat, saya kira akan menjadi satu-satunya jalan guna
meredam kisruh DPT. Hal lain tidak akan mungkin dilakukan mengingat waktu
yang sudah semakin dekat," kata Kepala Progran Pemilu LP3S Adnan Anwar usai
acara diskusi "Advokasi Hak Pemilih pada Pilpres 2009" di Jakarta, Kamis.
Untuk itu, kata Adnan, KPU sebaiknya segera mengeluarkan surat edaran guna
menyatakan bahwa pemilih yang tidak masuk dalam DPT, boleh menggunakan
hak pilihnya di TPS terdekat dengan menggunakan atau membawa KTP beserta
surat keterangan dari RT setempat.

"Surat edaran tersebut diperlukan agar tidak dianggap melanggar hukum, dan
keputusan KPU itu nantinya harus dipublikasikan secara besar-besaran," katanya.
Sebelumnya, KPU telah menetapkan DPT pilpres 2009. Jumlahnya meningkat 5
juta pemilih dibanding jumlah pemilih dalam Pemilu 9 April lalu yang hanya
171.265.442 orang. Padahal, sejumlah pihak sebelumnya memperkirakan puluhan
juta warga yang memiliki hak pilih tidak terdaftar dalam pemilu legislatif.
Sementara data yang dimiliki LP3ES menyebutkan ada sekitar 20,8 persen orang
yang memiliki hak pilih tetapi tidak terdaftar dalam Pemilu 9 April lalu. Pemilih
potensial yang tidak terdaftar pada Pemilu 2009 lalu sekitar 10 juta hingga 12 juta
pemilih, yang seharusnya masuk dalam DPT Pilpres 2009.
Data BPS
Untuk itu, Adnan menambahkan, sebaiknya pada pemilu berikutnya, sumber data
kependudukan yang nantinya akan diproses oleh KPU, dikembalikan kepada
Badan Pusat Statistik (BPS) karena lebih berpengalaman.
"BPS lebih perpengalaman dalam mekanisme `cross check` data atau memiliki
keahlian kontrol yang baik," kata Adnan.
DPT merupakan permasalahan yang sudah menjadi isu publik, sehingga KPU
perlu melakukan tindakan ekstra guna mencegah kisruh yang terjadi pada Pemilu 9
April lalu, terulang kembali pada Pilpres 8 Juli mendatang.
"KPU diharapkan dapat membuka ruang sebesar-besarnya guna menampung
keluhan masyarakat untuk mencegah terjadinya pelanggaran pemilu," katanya.
(T.PSO-013/B/A041)
Kamis, 4 Juni 2009 | 09:18
Bawa KTP Silahkan Mencontreng
Jakarta – Kekacauan daftar pemilih tetap (DPT) di Pemilihan Legislatif 2009
lalu hingga kini masih menjadi sorotan banyak pihak. Sehingga, pemerintah
diminta menerbitkan perppu yang memperbolehkan pemilih menggunakan KTP
pada Pilpres 2009 agar mereka tidak kehilangan hak pilih.
Hal itu dikatakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin, yang
mewakili 30 pimpinan ormas Islam lain, di Jakarta, Selasa (2/6). “Harus ada
perppu untuk membolehkan penggunaan KTP/Paspor sebagai dasar rakyat
menggunakan hak pilihnya," katanya.
Selain Muhammadiyah, Din juga mewakil sekitar 30 ormas lain, di antaranya
KAHMI, PP Syarikat Islam, dan MUI.
Penggunaan KTP untuk melakukan pencontrengan, menurut Din sebagai bentuk
antisipasi, mengingat kurang terakomodasinya masyarakat dalam DPT Pilpres.
“Karena rakyat yang tidak terdata di DPT itu melanggar hak azasi," ucapnya.
Ia menilai ini adalah sebuah kelemahan dasar yang dimiliki KPU saat ini. "Masih

ada waktu untuk memperbaikinya, sehingga kami berharap kualitas demokrasi
lebih baik pada pilpres nanti," ujar Din. (int/jpnn)
26/06/2009 - 17:33
Mega Pro: KTP Solusi DPT Pilpres Kacau
INILAH.COM, Jakarta - Banyaknya warga yang tidak terdaftar
dalam daftar pemilih tetap (DPT) harus segera diatasi. Jika tidak,
KPU bisa dituduh telah menguntungkan salah satu pasangan
calon.
"Jadi, kita usulkan dimungkinkan gunakan kartu tanda pemilih
(KTP) pada pilpres," kata koordinator teknologi informasi tabulasi
tim kampanye Mega-Prabowo Arif Wibowo di kantor Bawaslu,
Jakarta, Jumat (26/6).
Dilanjutkan Arif, penggunaan KTP ini harus ada payung
hukumnya seperti dikeluarkan Perppu. Selain itu, tinta pilpres
harus tahan lama selama 3 hari.
"KTP itu hanya digunakan pemilih di wilayah sesuai dengan
pemilih alamat yang tertera di KTP," imbuhnya.
Arif mengaku jika dirinya meminta DPT dikoreksi akan
berhadapan dengan UU. Selambat-lambatnya 30 hari sebelum
pemungutan suara, DPT harus sudah ditetapkan oleh KPU. Hal ini
tentunya tidak bisa dirubah.
Namun, perkembangannya KPU masih merubah-ubah DPT
sampai hari ini. "Tentu itu melanggar UU Pilpres pasal 209
tentang menambah atau mengurangi daftar pemilih,"
pungkasnya. [bar]