Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Parasit Pembangunan
LAM PIRAN
Tabel 2.1. Dua Puluh Dua Artikel yang Diterbitkan dalam “Toward a Theory
of the Rent Seeking Society”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Buchanan, J.M. 1980a. “Rent
Seeking
and
Profit
Seeking”.
Membedakan antara perilaku memburu rente
dengan perilaku memburu untung.
2
Tullock, G. 1980a. “Rent Menjelaskan tentang memburu rente sebagai
Seeking as a Negative-Sum
permainan yang berakhir negatif alias
Game”.
merugikan.
3*
Tullock, G. 1967. “The Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan
W elfare Costs of Tariffs,
sumberdaya secara tidak produktif dalam
Monopoly and Theft”.
upaya untuk mempengaruhi keputusan
W estern Economic Journal
politik tentang distribusi penghasilan.
5: 224-232.
4*
Krueger, A.O. 1974. “The Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan
Political Economy of the
membuat
model
untuk
menghitung
besarnya kerugian sosial dari tarif di India
Rent Seeking Society”.
dan kuota impor di Turki.
American
Economic
Review 64: 291-303.
5*
Posner, R.A. 1975. “The Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial
Social Costs of Monopoly
dari monopoli, dan menghasilkan besaran
and Regulation”. Journal of
5% dari PDB Amerika tahun 1950an.
Political Economy 83: 807827.
6
Tullock, G. 1980b. “Efficient
Rent Seeking”.
7
Lee, D.R. & D. Orr. 1980. Mereka membahas tentang kebijakan askriptif,
yaitu sistem yang berhubungan dengan hak
“Two Laws of Survival for
pemanfaatan sumberdaya yang dibagi
Ascriptive
Government
menurut keanggotaan (atau bukan anggota)
Policies”.
dari suatu kelompok atau kelas terntentu.
8*
Cowling, K & D.C. Mueller. Mereka mengestimasi biaya sosial untuk
1978. “The Social Costs of
perusahaan-perusahaan besar dan untuk
Menggunakan suatu parameter skala dalam
model
lotere
untuk
menentukan
keuntungan dari pembelian lotere dan
secara implisit menunjukkan aspek lembaga
dalam kontes memburu rente.
PARASIT PEMBANGUNAN
Monopoly
Power”.
Economic Journal 88: 727748.
perekonomian seluruhnya di Amerika dan
Inggris sebesar antara 3,0 sampai 7,2 persen
dari produk nasional kotornya.
9
Congleton,
R.
1980. I a
“Competitive
Process,
Competitive Waste, and
Institutions”.
10
Buchanan, J.M. 1980b. “Rent
Seeking under External
Diseconomies”.
11*
Demsetz,
H.
1976. Divisi Antimonopoli (Antitrust Division) dan
Komisis Perdagangan Federal (Federal Trade
“Economics as a Guide to
Antitrust
Regulation”.
Commission)
Amerika
cenderung
Journal
of Law and
mendengarkan para ekonom karena 2
Economics 19: 371-384.
alasan.
Pertama,
kehampaan
teori
mendorong lembaga pengatur ini sangat
tergantung pada ilmu ekonomi, dan kedua,
mereka hampir tidak tertawan oleh industri
yang diawasi, karena mereka tidak hanya
mengatur industri tertentu saja.
12*
Tullock, G. 1975. “The Pemberian privilese kepada sekelompok orang
sesungguhnya hanya menguntungkan pada
Transition Gains Trap”.
The Bell
Journal
of
tahap awal. Penerusnya tidak menghasilkan
Economics 6: 671-678.
keuntungan luar biasa, meskipun mereka
akan rugi apabila privilese itu dibatalkan.
13
Orr, D. 1980. “Rent Seeking Legislasi bagi manula adalah suatu proses
in an Aging Population”.
transfer
murni
dan
mudah,
yang
menguntungkan
sekaligus
merugikan.
Transfer itu tidak menambah dana bagi
keahlian produktif dalam masyarakat.
Memburu rente bagi para manula ini jelas
336
menganalisis peran lembaga atau ‘aturan
main’
dengan
menggunakan
model
deterministik yang disebut all-pay auction.
Model ini mengindikasikan bahwa disipasi
rente bisa dikurangi dengan aturan
mayoritas pembagian hadiah dan dengan
aturan yang membagi hadiah menurut
proporsi usaha, daripada melalui kontes
pemenang memperoleh semuanya.
Analisis pilihan publik terhadap metode
regulasi
nonkontrak
atau
nonlelang
menunjukkan bahwa dukungan politik
terhadapnya cenderung naik secara langsung
dari mereka yang berhasil dalam tugas,
bersama dengan mereka yang menduduki
posisi pengambil keputusan dalam struktur
birokrasi politik.
Lampiran
sebagai suatu permainan yang berakhir
negatif.
14
Baysinger, B., R.B. Ekelund, Mereka membeberkan merkantilisme sebagai
Jr., & R.D. Tollison. 1980.
suatu model di mana negara sebagai suatu
“Mercantilism as a Rent
sumber dari rente privat, di dua negara yang
Seeking Society”.
berbeda dalam kelembagaan politik dan
hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.
15*
Tullock, G. 1971.“The Cost of
Transfer”. Kyklos 4: 629643.
16*
Browning, E.K. 1974. “On the I a mengkritik pandangan Tullock tentang biaya
W elfare Cost of Transfers”.
sosial dari lobi yang lebih besar daripada
Kyklos 2: 374-377.
deadweight loss berdasarkan 6 alasan.
17*
Tullock, G. 1974. “More on Artikel ini merupakan tanggapan terhadap
the Cost of Transfers”.
kritik yang disampaikan oleh Browning
Kyklos 2: 378-381.
(artikel #16). Bahwa pandangan, uraian dan
contoh yang disampaikan oleh Browning
berbeda dengan konsep dan contoh yang
diangkat olehnya.
18
McCormick, R.E. & R.D. Mereka mengembangkan model ilmu ekonomi
tentang perilaku lobi berbagai kelompok
Tollison. 1980. “W ealth
kepentingan
untuk
memaksimalkan
Transfers
in
a
keuntungan bagi kelompoknya melalui
Representative
legislasi.
Democracy”.
19*
Goetz, M.L. 1978. “Tax Menggunakan
fungsi
pengeluaran,
ia
Avoidance,
Horizontal
menunjukkan bahwa persoalan tentang
Equity, and Tax Reform: A
penghindaran pajak dan reformasi pajak
Proposed
Synthesis”.
tidak terpisahkan dari definisi tentang
Southern
Economic
keadilan horisontal (horizontal equaity).
Journal 44: 798-812.
20
Faith, R.L. 1980. “RentSeeking
Aspects
of
Bureaucratic
Competition”.
Kemungkinan untuk mendapatkan transfer
membuat orang menanamkan sumberdaya
baik
untuk
mendapatkannya
atau
menghalanginya. Sumberdaya ini dari sudut
pandang
masyarakat
merupakan
pemborosan.
I a menggambarkan bahwa birokrsi pemerintah
itu tidak seperti suatu kartel yang
terorganisasi baik. Ia merupakan kumpulan
dari banyak biro, yang bersaing untuk
memperoleh keuntungan politik dan
ekonominya sendiri.
337
PARASIT PEMBANGUNAN
21
Brennan, H.G. & R.D. Menggunakan model memburu rente untuk
Tollison.
1980.
“Rent
menganalisis
proses
penentuan
gaji
Seeking in Academia”.
akademik dan dampak dari berbagai
kebijakan tertentu pada proses itu.
22
Buchanan,
J.M.
1980c. Reformasi ditujukan untuk mengubah keadaan
“Reform in the Rent
inefficient menjadi efficient dan Teori
Seeking Society”.
Permainan (Game Theory) bisa digunakan
untuk menemukan solusinya.
Sumber: Buchanan, Tollison & Tullock (1980).
Note: *- pernah diterbitkan sebelumnya.
338
Lampiran
Tabel 2.2. Empat Puluh Delapan Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of
Research on Rent Seeking 1: Theory of Rent Seeking”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Tullock, Gordon. 1967. “The
W elfare Costs of Tariffs,
Monopolies, and Theft”.
W estern Economic Journal 5:
224-32.
Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan
sumberdaya secara tidak produktif dalam upaya
untuk mempengaruhi keputusan politik tentang
distribusi penghasilan.
2
Buchanan, James M. 1980. Membedakan antara perilaku dalam kompetisi
“Rent Seeking and Profit memburu rente (nonproduktif) dengan perilaku
Seeking”. In Buchanan, James memburu untung (produktif) secara sosial.
M., Robert D Tollison, and
Gordon
Tullock
(eds.),
Toward a Theory of the Rent
Seeking
Society:
3-15.
College Station: Texas A & M
University Press.
3
Congleton, Roger D. 1980.
“Competitive
Process,
Competitive W aste, and
Institutions”. In Buchanan,
James M., Robert D Tollison,
and Gordon Tullock (eds.),
Toward a Theory of the Rent
Seeking Society: 157-79.
College Station: Texas A & M
University Press.
Menganalisis peran lembaga atau ‘aturan main’
dengan menggunakan model deterministik
yang kemudian disebut sebagai Lelang Berbayar
Lunas (all-pay auctions).
4
Hillman, Arye L. and Eliakin
Katz. 1984. “Risk-Averse
Rent Seekers and the Social
Cost of Monopoly Power”.
Economic Journal 94: 104-10.
Menggunakan suatu model fungsi sukses
persaingan (a general contest success function)
di mana kemungkinan untuk sukses itu
meningkat sejalan dengan usaha memburu
rente diri, dan menurun bersama usaha pesaing
untuk menunjukkan bahwa disipasi komplit
yang diandaikan itu sahih dalam persaingan
yang mayoritas pesertanya adalah bebas risiko,
meskipun disipasi rente itu tidak komplit ketika
para pemburu rente adalah penghindar risiko.
339
PARASIT PEMBANGUNAN
5
Tullock,
Gordon.
1980.
“Efficient Rent Seeking”. In
Buchanan, James M., Robert
D Tollison, and Gordon
Tullock (eds.), Toward a
Theory of the Rent Society:
97-112.
College Station:
Texas A & M University
Press.
Menggunakan suatu parameter skala dalam
model lotere untuk menentukan keuntungan
dari pembelian lotere, dan secara implisit
menunjukkan aspek lembaga dalam kontes
memburu rente.
6
Higgins, Richard S., W illiam
F Shughart II and Robert D
Tollison. 1985. “Free Entry
Games”. Public Choice 46:
247-58.
Menunjukkan
bahwa nilai
dari
skala
parameternya menentukan apakah ‘fungsi
sukses kontes’-nya Tullock itu konsisten dengan
keseimbangan Nash.
7
Perez-Castrillo, J David and
Thierry Verdier. 1992. “A
General Analysis of Rent
Seeking
Games”.
Public
Choice 73: 335-50.
Menformulasi
ulang kontesnya Tullock
menggunakan
kurva
reaksi
dan
memperhitungkan berbagai konsekuensi dari
kebebasan untuk masuk (free entry) dan
keseimbangan Stackelberg.
8
Nti, Kofi O. 1999. “Rent
Seeking with Asymmetric
Valuations”. Public Choice
98: 415-30.
Mengembangkan kontesnya Tullock dengan
ketidaksamaan (asymmetry) nilai hadiah.
Keseimbangan tergantung pada berbagai
penilaian para pemburu rente maupun
parameter skala dalam fungsi sukses kontes.
9
Hillman,
Arye L
and Menawarkan suatu alternatif fungsi sukses
DovSamet. 1987. “Dissipation kontes dengan mengeluarkan partisipan dengan
of Contestable Rents by Small usaha tertinggi sebagai pemenang mutlak.
Numbers of Contenders”.
Public Choice 54: 63-82.
10
Hillman, Arye L and John G
Riley.
1989.
“Politically
Contestable
Rents
and
Transfers”. Economics and
Politics 1: 17-39.
Memperkenalkan istilah kontes diskriminatif
untuk menggambarkan suatu fungsi sukses
kontes. Kontesnya bersifat diskriminatif: para
peserta memasang taruhan, penawar tertinggi
menang, dan semua peserta kehilangan nilai
dari taruhan mereka, baik yang menang
maupun kalah.
11
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
Vries. 1996. “The All-Pay
Auction
with
Complete
Information”.
Economic
Menjabarkan suatu karakterisasi lengkap dari
berbagai tipe keseimbangan yang bisa terjadi
dalam suatu lelang terbayar lunas ketika banyak
pemain dengan berbagai penilaian terhadap
340
Lampiran
Theory 8: 291-305.
hadiah, dan ketika keseimbangannya itu unik.
12
Anderson, Simon P., Jacob K
Goeree, and Charles A Holt.
1998. “Rent Seeking with
Bounded Rationalitry: An
Analysis of the All-Pay
Auction”. Journal of Political
Economy 106: 828-53.
Mempelajari berbagai lelang berbayar lunas
ketika terjadi rasionalitas terbatas. Perilaku
rasional itu tidak konsisten dengan disipasi
rente berlebih sistematis, meskipun disipasi
berlebih itu muncul dalam berbagai percobaan.
13
Hirshleifer,
Jack.
1989.
“Conflict and Rent Seeking
Success Functions: Ratio vs
Difference Models of Relative
Success”. Public Choice 63:
101-12.
Membandingkan fungsi rasio sukses kontes
dengan suatu spesifikasi yang membedakan
usaha. Dalam kasus Tullock, non-konflik tidak
bisa menjadi keseimbangan, dan tidak akan
pernah ada kesimbangan ketika salah satu
pemainnya menyerah.
14
Skaperdas, Stergios. 1996. Menunjukkan bahwa loterenya Tullock lah
“Contest Success Functions”. satu-satunya fungsi sukses kontes yang
Economic Theory 7: 283-90.
konsisten dengan 7 aksioma tentang hubungan
antara usaha dan kemungkinan untuk menang.
15
Szidarovszky, Ferenc and
Koji Okuguchi. 1997. “On the
Existence and Uniqueness pf
Pure Nash Equilibrium in
Rent Seeking Games”. Games
and Economic Behavior 18:
135-40.
Menggunakan suatu transformasi
untuk
memberikan kondisi yang cukup bagi
keberadaan dan keunikan dari keseimbangan
kontes dengan fungsi sukses kontes yang lebih
umum daripada fungsi sukses kontesnya
Tullock.
16
Congleton, Roger. 1984.
“Committees
and
Rent
Seeking Effort”. Journal of
Public Economics 25: 971-85.
Mengembangkan analisis sebelumnya tentang
efek kelembagaan pada disipasi rente dalam
kontes deterministik antara 2 kelompok. Dalam
kontes 2 pihak, ia menunjukkan bahwa
investasi dalam kontes memburu rente
deterministik cenderung lebih rendah ketika
keputusan dibuat oleh komite melalui suara
terbanyak daripada oleh 1 orang, karena
sumberdaya yang
diinvestasikan
untuk
membentuk kondisi mayoritas cenderung
menurun.
17
Long, Ngo Van and Neil Menganalisis kasus di mana rente itu dibagi dan
Vousden. 1987. “Risk-Averse pembagiannya tidak deterministik, serta
Rent Seeking with Shared menunjukkan bahwa disipasi itu berkurang
341
PARASIT PEMBANGUNAN
Rents”. Economic Journal 97: bersamaan dengan penghindaran risiko dari
971-85.
para pemburu rente dan dengan ketidakpastian
tentang bagian yang diperoleh oleh masingmasing partisipan.
18
Nitzan,
Shmuel.
1991.
“Collective Rent Dissipation”.
Economic Journal 101: 152234.
Memperhitungkan rente yang dibagi dan
menunjukkan bahwa aturan yang menentukan
pembagian rente yang dimenangkan bersama
menentukan besarnya masalah penumpang
gelap di antara anggota dan menentukan suatu
keefektifan kelompok dalam suatu kontes di
dalam kelompok.
19
Baik, Kyung Hwan, Bouwe R
Dijkstra, Sanghack Lee and
Shi Young Lee. 2006. “The
Equivalence of Rent Seeking
Outcomes for CompetitiveShare and Strategic Groups”.
European Journal of Political
Economy 22: 337-42.
Menyintesiskan berbagai kontes sebelumnya
dengan menunjukkan kesamaan antara kontes
di mana kelompok bersaing untuk rente
bersama yang diperuntukkan bagi anggota
kelompok melalui aturan distribusi dan kontes
di mana para anggota kelompok bersaing secara
sendiri-sendiri untuk memperoleh rentenya
dan pemenang wajib berbagi dengan angota
kelompok lainnya.
20
Ursprung, Heinrich W. 1990.
“Public
Goods,
Rents
Dissipation, and Candidate
Competition”. Economics and
Politics 2: 115-32.
Memasukkan rent seeking untuk suatu barang
publik dalam suatu model kompetisi politik.
Utilitas individu secara terpisah dikumpulkan
sehingga hanya ada efek substitusi ketika
besarnya kelompok yang mendukung seorang
kandidat politik itu meningkat. Insentif
penumpang gelap melalui efek substitusi antara
pengeluaran sendiri dengan pengeluaran orang
lain menurunkan jumlah usaha rent seeking
kelompok.
21
Baik, Kyung Hwan. 1993.
“Effort Levels in Contests:
The Public-Good Prize Case”.
Economics Letters 41: 36367.
Menggambarkan kelompok yang terdiri dari
orang-orang dengan penilaian yang berbeda
terhadap suatu barang publik. Berbagai
kelompok bersaing untuk barang publik.
Penumpang gelap cenderung komplit dalam
setiap kelompok, dengan satu pesaing dengan
penilaian tinggi aktif mewakili kelompok.
22
Gradstein, Mark. 1993. “Rent
Seeking and the Provision of
Public Goods”. Economic
Journal 103: 1236-43.
Memperhatikan pilihan antara
barang publik oleh swasta
terkoordinasi dengan penyediaan
Memburu rente menggunakan
342
penyediaan
yang tidak
pemerintah.
sumberdaya
Lampiran
secara tidak produktif, tetapi penyediaan barang
publik oleh swasta umumnya juga tidak efisien
karena insentif penumpang gelap.
23
Riaz,
Khalid,
Jason
F
Shogren, and Stanley R
Johnson. 1995. “A General
Model of Rent Seeking for
Public Goods”. Public Choice
82: 243-59.
Menunjukkan bahwa suatu efek pendapatan
akan menaikkan usaha kelompok total ketika
ukuran kelompok meningkat. Biaya kontribusi
konveks memiliki suatu efek yang sama dalam
membuat kontribusi total terhadap usaha rent
seeking kelompok meningkat dalam ukuran
kelompok.
24
Esteban, Joan and Debraj
Ray. 2001. “Collective Action
and the Group Size Paradox”.
American Political Science
Review 95: 663-72.
Menunjukkan model Riaz et al (1995) itu di
dalam suatu model yang memungkinkan
terjadinya campuran antara komponen privat
dan publik atas hadiahnya.
25
Appelbaum, Elie and Eliakim
Katz. 1986. “Transfer Seeking
and Avoidance: On the Full
Social Costs of Rent Seeking”.
Public Choice 48: 175-81.
Menunjukkan tentang besarnya hadiah dan
kelompok pemburu rente perlu diperhitungkan,
demikian pula apakah orang-orang bisa abstein
dari kontes.
26
Ellingsen,
Tore.
1991.
“Strategic Buyers and the
Social Cost of Monopoly”.
American Economic Review
81: 648-57.
Memperhitungkan berbagai konsekuensi dari
perilaku aktif menghindari transfer dari para
konsumen yang menentang penciptaan rente
monopoli. I a mununjukkan bahwa para
pemburu rente lama akan mengubah perilaku
mereka ketika orang-orang baru masuk. Hal itu
akan menghalangi para pemain dari disipasi
rente secara berlebihan.
27
Konrad,
Kai
A.
2000.
“Sabotage in Rent-Seeking
Contests”. Journal of Law,
Economics, and Organization
16: 155-65.
Mengeksplorasi berbagai kontes di mana ada 2
tipe usaha memburu rente, yaitu usaha yang
menaikkan posisi kompetitifnya sendiri relatif
terhadap kontestan yang lain, dan upaya yang
merugikan sebagian dari pesaing yang lain.
28
Epstein, Gil S. and Shmuel
Nitzan.
2004.
“Strategic
Restraint
in
Contests”.
European Economic Review
48: 201-10.
Menunjukkan bahwa kompetisi untuk berbagai
kebijakan alternatif mendorong pertahanan
strategis dalam usulan kebijakan (hadiah yang
dikejar), yang mengurangi sumber daya yang
digunakan dalam memburu rente.
29
Dixit, Avinash K. 1987. Menyelidiki insentif para pemain untuk tegas
“Strategic
Behavior
in memilih suatu tingkat usaha selain upaya
343
PARASIT PEMBANGUNAN
Contests”.
American keseimbangan Nash, jika seorang pemain bisa
Economic Review 77: 891-98. bertindak
sebagai
seorang
pemimpin
Stackelberg, dan mempersoalkan bagaimana
pilihan komitmen tergantung pada penilaian
terhadap hadiah.
30
Baik, Kyung Hwan and Jason
F Shogren. 1992. “Strategic
Behavior
in
Contests:
Comment”.
American
Economic Review 82: 359-62.
Menunjukkan bahwa perilaku pemimpinpengikut Stackelberg muncul secara endogen
dalam suatu kontes probabilistik yang tidak
diskriminatif, dengan pemain yang lebih lemah
atau ‘underdog’ beraksi lebih duulu.
31
Stephan, Joerg and Heinrich
W Ursprung. 1998. “The
Social Cost of Rent Seeking
when
Victories
are
Potentially Transient and
Losses Final”. In Koch, KarlJosef and Klaus Jaeger (eds.),
Trade,
Growth,
and
Economic Policy in Open
Economies: Essays in Honour
of Hans-Jurgen Vosgerau:
369-80. Berlin: Springer.
Menggambarkan memburu rente dalam kontes
berurutan, dengan ketidaksimetrisan penting,
yaitu satu pihak bisa kalah dalam suatu kontes
tetapi kembali ikut dalam kontes berikutnya,
sedangkan bagi pihak yang lain kekalahan
adalah permanen.
32
Kahana, Nava and Shmuel
Nitzan. 1999. “Uncertain
Preassigned Non-Contestable
and
Contestable Rents”.
European Economic Review
43: 1705-21.
Menggambarkan suatu birokrasi pemerintah
yang menunda-nunda dan tidak segera
melunasi pembayaran pada waktunya atau
bahkan tidak pernah membayar. Ketidakpastian
waktu pembayaran mempengaruhi nilai atas
rentenya.
33
Hehenkamp,
Burkard,
W olfgang Leininger, and
Alex Possajennikov. 2004.
“Evolutionary Equilibrium in
Tullock Contests: Spite and
Overdissipation”. European
Journal of Political Economy
20: 1045-57.
Membangun suatu analisa dinamis dari
kontesnya Tullock menggunakan konsep
strategi stabil evolusioner (evolutionary stable
strategy – ESS). Suatu kontes evolutif adalah
suatu kontes untuk survival dan memiliki satu
konotasi memburu rente alamiah.
34
W arneryd,
Karl.
2003.
“Information in Conflicts”.
Journal of Economic Theory
110: 121-36.
Memperhitungkan kontes untuk hadiah, yang
nilainya adalah sama untuk kedua pemain,
tetapi hanya diketahui oleh satu pihak. Yang
tidak tahu justru memiliki kemungkinan lebih
besar untuk menang.
344
Lampiran
35
Malueg, David A and Andrew
J Yates. 2004. “Rent Seeking
with Private Values”. Public
Choice 119: 161-78.
Mempertimbangkan kasus di mana setiap
penilaian pemain terhadap hadiah merupakan
informasi privat dan diputuskan melalui
distribusi kemungkinan binari yang sama.
36
Hillman, Arye L and Eliakim
Katz. 1987. “Hierarchical
Structure and the Social Costs
of Bribes and Transfers”.
Journal of Political Economy
12: 599-607.
Menggambarkan memburu rente dalam hirarki
birokrasi di mana suap itu ditransfer ke atas
dalam hirarki. Suap adalah transfer dan tidak
menggambarkan kerugian sosial melalui
memburu rente
37
Katz, Eliakin and Julia
Tokatlidu. 1996. “Group
Competition
for
Rents”.
European Journal of Political
Economy 12: 599-607.
Menunjukkan suatu kontes ‘nested’. Mula-mula
anggota suatu kelompok bersaing untuk suatu
hadiah, kemudian anggota kelompok yang
menang bersaing untuk memperebutkan hadiah
di antara mereka sendiri.
38
Konrad,
Kai
A.
2004. Menunjukkan bahwa efek komposisi kelompok
“Bidding in Hierarchies”. menjadi penting dalam kontes ‘nested’ jika para
European Economic Review anggota kelompok itu tidak sama.
48: 1301-08.
39
Appelbaum, Elie and Eliakim Menunjukkan peran aktif ‘rent setter’ dalam
Katz. 1987. “Seeking Rents by menentukan kontes memburu rente.
Setting Rents: the Political
Economy of Rent Seeking”.
Economic Journal 97: 685-99.
40
Gradstein, Mark and Kai A
Konrad. 1999. “Orchestrating
Rent
Seeking Contests”.
Economic Journal 109: 53645.
Menunjukkan pengorganisasian suatu kontes
dalam suatu struktur dengan berbagai ronde,
yang dimulai dari kontes di antara kelompokkelompok kecil, dan pemenangnya baru maju
ke ronde berikutnya.
41
Nti, Kofi O. 2004. “Maximum
Efforts in Contests with
Asymmetric
Valuations”.
European Journal of Political
Economy 20: 1059-66.
Memperhitungkan pilihan fungsi sukses kontes
yang memaksimalkan usaha ketika para
kontestan memiliki penilaian tidak sama
terhadap hadiah.
42
Glazer, Amihai and Refael
Hassin.
1988.
“Optimal
Contests”. European Inquiry
26: 133-43.
Mencermati struktur hadiah sebagai mekanisme
insentif. Dengan hadiah yang dialokasikan
menurut output individu atau ranking usaha,
mereka memperoleh rumus tentang suatu
struktur hadiah yang memaksimumkan output
(atau usaha) para kontestan dan menemukan
345
PARASIT PEMBANGUNAN
berbagai struktur optimal tentang hadiah dalam
berbagai situasi.
43
Clark, Derek J and Christian Menginvestigasi struktur hadiah dalam desain
Riis. 1998. “Competition over kontes optimum berdasarkan kondisi informasi
more than One Prize”. lengkap maupun tidak lengkap.
American Economic Review
88: 276-89.
44
Moldovanu, Benny and Aner
Sela. 2001. “The Optimal
Allocation of Prizes in
Contests”.
American
Economic Review 91: 542-58.
Meneruskan Clark & Riis (1998), mereka
menemukan bahwa membagi hadiah ke dalam
beberapa hadiah yang lebih kecil bukanlah satu
strategi yang bagus untuk mendorong usaha
secara keseluruhan.
45
Syimanski,
Stefan
and
Tommaso M Valletti. 2005.
“Incentive Effects of Second
Prizes”. Europen Journal of
Political Economy 21: 46781.
Mengamati efek dari penerapan suatu hadiah
pertama dalam kontes yang diikuti oleh
kontestan yang memiliki kemampuan berbeda.
Dalam suatu kontes 3 orang, hadiah kedua
meningkatkan upaya total jika seorang
kontestan diunggulkan untuk memenanginya.
46
Shogren, Jason F and Kyung
Hwan
Baik.
1991.
“Reexamining Efficient Rent
Seeking
in
Laboratory
Markets”. Public Choice 69:
69-79.
Melaporkan perilaku eksperimen dalam
permainan memburu rente efisiennya Tullock
dan menemukan hasil yang konsisten dengan
perilaku yang diduga dan disipasi rente.
47
Potters, Jan, Casper G de
Vries, and Frans van Winden.
1998.
“An
Experimental
Examination of Rational Rent
Seeking”. European Journal
of Political Economy 14: 783800.
Melaporkan eksperimen menggunakan model
Tullock, baik fungsi probabilistik sukses kontes
dan penawar tertinggi (mendiskriminasi atau
lelang berbayar semua).
48
Vogt,
Carsten,
Joachim Melaporkan perilaku rasional dalam berbagai
W eimann, and Chun-Kei variasi bentuk kontesnya Tullock.
Yang. 2002. “Efficient Rent
Seeking in
Experiment”.
Public Choice 110: 67-78.
Sumber: Congleton, Hillman & Konrad, 2008: Buku 1.
346
Lampiran
Tabel 2.3. Empat Puluh Enam Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of
Research on Rent Seeking 2: Application: Rent Seeking in Practice”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Posner, Richard A. 1975. “The
Social Costs of Monopoly and
Regulation”. Journal of
Political Economy 83: 807-27.
Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial
dari monopoli, dan menghasilkan besaran
antara 1,7% – 3,5% dari PNB Amerika tahun
1950an sebagai akibat dari monopoli.
2
Cowling, Keith and Dennis C
Mueller. 1978. “The Social
Costs of Monopoly Power”.
Economic Journal 88: 727-48.
Menggunakan asumsi disipasi penuh pada
kesimpulan logisnya dan biaya sosial yang
telah disediakan terhadap semua keuntungan
dan pengeluaran pada iklan. Mereka
menghitung kerugian sosial untuk perusahaan
yang relatif besar dan perekonomian secara
keseluruhan di Amerika Serikat dan Inggris.
Besarannya kurang lebih 3,0% - 7,2% dari
PNB.
3
Littlechild, Stephen C. 1981.
“Misleading Calculations of
the Social Costs of Monopoly
Power”. Economic Journal 91:
348-63.
Menghitung ulang studi Cowling & Mueller
dan menunjukkan bahwa perhitungan mereka
terlalu tinggi bagi biaya sosial sesungguhnya
dari monopoli.
4
Hillman, Arye L. 1982.
“Declining I ndustries and
Political-Support Protectionist
Motives”. American Economic
Review 72: 1180-87.
Menunjukkan bahwa proteksi (negara) terhada
industri itu menurun karena perubahan
keunggulan komparatif bisa dijelaskan dengan
berbagai motif dukungan politik.
5
Hillman, Arye L. and Heinrich
W Ursprung. 1988. “Domestic
Politics, Foreign Interests, and
International Trade Policy”.
American Economic Review
78: 729-45.
Menunjukkan kebijakan perdagangan sebagai
hasil dari kontes antara para colon politikus
yang telah berniat untuk menerapkan berbagai
kebijakan yang dipilih untuk persaingan para
importir dan pengekspor.
6
Grossman, Gene M. and
Elhanan Helpman. 1994.
“Protection for Sale”.
American Economic Review
84: 833-50.
Menggambarkan satu pembuat kebijakan yang
bersiap untuk menerima tawaran untuk
menjual perlindungan (sale of protection) bagi
berbagai kepentingan industri. Kelompok
industri
terorganisasi
secara sempurna
sedangkan konsumen tidak terorganisasi sama
sekali, yang menjadi sumber keuntungan
347
PARASIT PEMBANGUNAN
politis bagi industri.
7
Krueger, Anne O. 1974. “The
Political Economy of the Rent
Seeking Society”. American
Economic Review 64: 291-303.
Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan
membuat model untuk menghitung besarnya
kerugian sosial dari tarif di India (7,3% PNK)
dan kuota impor di Turki (15%).
8
Svensson, Jakob. 2000.
“Foreign Aid and Rent
Seeking”. Journal of
International Economics 51:
437-61.
Menunjukkan bukti bahwa bantuan LN itu
tidak efektif dalam menaikkan pendapatan di
negara-negara miskin dan mencatat bahwa
bantuan LN merupakan lebih dari 50%
anggaran pemerintah di 50 negara-negara yang
paling tergantung pada bantuan selama
periode 1975-1995.
9
Verwimp, Philip. 2003. “The
Political Economy of Coffee,
Dictatorship, and Genocide”.
European Journal of Political
Economy 19: 161-81.
Menjelaskan bagaimana latar belakang dari
genosida di Rwanda itu berpusat pada reaksi
pemerintah terhadap nilai rente yang melekat
pada harga kopi.
10
Murphy, Kevin M. Andrei
Shleifer, and Robert W
Vishny. 1993. “Why is Rent
Seeking so Costly to Growth?”.
American Economic Review
83: 409-14.
Mengamati keefektifan proteksi atas hak
kekayaan menentukan keuntungan dari
memburu rente dan menawarkan suatu tesis
bahwa memburu rente itu menghambat
pertumbuhan ekonomi untuk 2 alasan dasar:
karena naiknya keuntungan dari memburu
rente relatif terhadap aktivitas produktif, dan
karena memburu rente birokratik lebih
menghambat inovasi daripada aktivitas
produktif yang sedang berjalan.
11
Hillman, Arye L. and Heinrich
W Ursprung. 2000. “Political
Culture and Economic
Decline”. European Journal of
Political Economy 16: 189213.
Menggunakan suatu model cadangan (nested
model) untuk menggambarkan kelompok
privilese di dalam yang bersaing untuk
mendaptkan keuntungan (rente), pada saat
yang sama orang-orang di luar (outsiders)
bersaing untuk menjadi orang dalam (insiders).
Kebebasan politik membuat orang luar
mendapatkan akses langsung untuk bersaing
untuk
memperebutkan
rente sehingga
manaikkan biaya sosial dari memburu rente,
selama suatu budaya politik tentang memburu
rente tidak berubah.
12
Mehlum, Halvor, Karl Moene,
and Ragnar Torvik. 2006.
Mengkonfirmasi
bahwa lembaga yang
kondusif terhadap memburu rente menjadi
348
Lampiran
“Institutions and the Resource
Curse”. Economic Journal 116:
1-20.
penyebab kegagalan berbagai masyarakat
untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya
alamnya.kekayaan SDA menjadi ‘kutuk’
daripada ‘berkat’ ketika hak kepemilikan tidak
ditentukan atau dihormati dan kemakmuran
menjadi suatu hadiah memburu rente.
13
Epstein, Gil S., Arye L
Hillman, and Heinrich W
Ursprung. 1999. “The King
Never Emigrates”. Review of
Development Economics 3:
107-21.
Menggambarkan seorang raja atau penguasa
yang menciptakan dan menentukan rente
dengan memajaki bagian dari penduduk untuk
keuntungannya sendiri maupun kelompok
privilese tertentu. Orang-orang itu untung
atau rugi tergantung pada hasil persaingan
mereka untuk menentukan kedekatannya
dengan raja.
14
Nannestad, Peter. 2004.
“Immigration as a Challenge to
the Denish W elfare State?”.
European Journal of Political
Economy 20: 755-67.
Menunjukkan bahwa rente yang disediakan
oleh sistem kesejahteraan membuat imigrasi
sebagai satu bentuk memburu rente. Ia
mengutarakan penciptaan rente untuk para
imigran melalui anggaran kesejahteraan
Denmark.
15
Congleton, Roger D. 1986.
“Rent Seeking Aspects of
Political Advertising”. Public
Choice 49: 249-63.
Mencatat bahwa kompetisi antara para
kandidat (dan Partai Politik) untuk menjaring
suara di daerah pemilihan mereka seringkali
mengandung suatu kontes memburu rente.
I klan sering digunakan untuk mempengaruhi
pandangan pemilih tentang kelebihan dari
kebijakan maupun calonnya. Sejauh iklan itu
efektif, meskipun bias, kualitas informasinya
bisa menurun oleh bujukan. Bujukan
cenderung menaikkan variasi dari pendapat
para pemilih terhadap berbagai konsekuensi
kebijakan.
16
McChesney, Fred S. 1987.
“Rent Extraction and Rent
Creation in the Economic
Theory of Regulation”. Journal
of Legal Studies 16: 101-18.
Mengusulkan bahwa permintaan terhadap
sumbangan kampanye bisa mendorong para
kandidat dan partai politik yang berkompetisi
untuk menciptakan permainan memburu
rente baru. Petahana, misalnya, bisa
mengancam untuk menghilangkan rente yang
ada, atau mengancam perusahaan dengan
pajak baru, untuk memperoleh tambahan
dukungan politik. Kontes seperti ini menaikan
kerugian memburu rente dengan menciptakan
349
PARASIT PEMBANGUNAN
persaingan baru untuk pengaruh politik
dengan biaya lebih besar daripada keuntungan.
17
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
Vries. 1993. “Rigging the
Lobbying Process: An
Application of the All-Pay
Auction”. American Economic
Review 83: 289-94.
Mendemonstrasikan bagaimana seorang aparat
pemaksimum rente bisa mendapatkan untung
dengan membuat suatu permainan lobi dua
tahap ketika para partisipan tidak setuju
tentang nilai dari hadiah yang akan diberikan.
18
Che, Yeon-Koo and I an L
Gale. 1998. “Caps on Political
Lobbying”. American
Economic Review 88: 643-51.
Menunjukkan bahwa sumbangan yang
diberikan kepada para calon politikus bisa
menaikkan pengeluaran dalam berbagai kasus
di mana ketidaksepakatan nilai yang besar itu
terjadi.
19
Konrad, Kai A. 2004. “Inverse
Campaigning”. Economic
Journal 114: 69-82.
Mengeksplorasi suatu seting di mana biaya
kampanye
itu
informaatif,
meskipun
menaikkan suatu biaya sosial (deadweight
cost) melalui proses pemilihan. Bagaimana pun
proses kampanyenya, akhirnya para pemilih
menjadi tahu, meskipun tidak lebih baik
karena mereka tahu keputusan yang benar
dalam pemilihan. Biaya kampanye telah
dihamburkan dalam persaingan politik.
20
Tullock, Gordon. 1975. “On
the Efficient Organization of
Trials. Kyklos 28: 745-62.
Mengembangkan satu versi awal dari fungsi
sukses kontesnya untuk menguraikan suatu
kontes hukum antara 2 pihak yang berperkara.
21
Farmer, Amy and Paul
Pecorino. 1999. “Legal
Expenditure as a Rent Seeking
Game”. Public Choice 100:
271-88.
Menunjukkan bagaimana desain dari sistem
hukum, khususnya aturan tentang dana
pengganti, yaitu alokasi biaya sidang sebagai
suatu
fungsi
dari
keputusan
sidang,
mempengaruhi
tingkat
efisiensi
sistem
peradilannya.
22
Parisi, Francesco. 2002. “Rent
Seeking through Litigation:
Adversarial and Inquisitorial
Systems Compared”.
International Review of Law
and Economics 22: 193-216.
Mencatat adanya suatu kontinum dari
prosedur hukum, daripada hanya pilihan
dikotomi antara sistem Kontinental dan sistem
Anglo-Saxon.
23
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
350
Lampiran
Vries. 2005. “Comparative
Analysis of Litigation Systems:
An Auction-Theoretic
Approach”. Economic Journal
115: 583-601.
24
Buchanan, James M. 1983.
“Rent Seeking,
Noncompensated Transfers,
and Laws of Succession”.
Journal of Law and Economics
26: 71-85.
Mengeksplorasi satu bagian dari hukum sipil,
yaitu 1 dari persoalan yang paling tua dan
paling penting, yaitu hukum warisan. Banyak
model berasumsi bahwa agensi itu hidup
selamanya, meskipun bagi analisis jangka
panjang hal ini tidak masuk akal.
25
Sylwester, Kevin. 2001. “A
Model of Institutional
Formation within a Rent
Seeking Environment”.
Journal of Economic Behavior
and Organization 44: 169-76.
Menganalisis suatu seting menengah di mana
satu
kelompok
produsen
menghadapi
memburu rente dari suatu kelompok pragmatis
yang bisa memilih untuk menjadi produktif
atau memburu rente (mencuri) dari para
produsen.
26
Amegashie, J Atsu. 2006. “The
2002 W inter Olympics
Scandal: Rent Seeking and
Committees”. Social Choice
and W elfare 26: 183-89.
Menggunakan kasus skandal penjurian skating
pada Olimpiade Musim Dingin Tahun 2002
sebagai latar untuk mengamati konsekuensi
dari perubahan tata cara keputusan komite. Ia
menemukan tidak ada dampak sistematis yang
mengurangi dorongan untuk memburu rente
melalui pengaruh terhadap dewan yuri. Jika
niatnya untuk menghilangkan memburu
rente, maka hal ini menjadi satu desain
kelembagaan yang gagal.
27
Baysinger, Barry, Robert B
Ekelund Jr., and Robert D
Tollison. 1980. “Mencantilism
as a Rent Seeking Society. In
James M Buchanan, Robert D
Tollison, and Gordon Tullock
(eds.), Towards a Theory of
the Rent-Seeking Society: 23568. College Station: Texas A &
M University Press.
Mereka membeberkan merkantilisme sebagai
suatu model di mana negara sebagai suatu
sumber dari rente privat, di dua negara yang
berbeda dalam kelembagaan politik dan
hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.
28
Jones, S R H. and Simon P
Ville. 1996. “Efficient
Transactors or Rent Seeking
Monopolists? The Rationale
Mengusulkan bahwa perusahaan-perusahaan
dengan saham bersama (joint stock companies)
yang muncul pada abad 17 dan 18 yang
memegang hak berdagang eksklusif untuk
351
PARASIT PEMBANGUNAN
for Early Chartered Trading
barang-barang atau wilayah-wilayah di dunia,
Companies”. Journal of
bukan karena mereka menurunkan biaya
Economic History 56: 898-915. transaksi
yang
berhubungan
dengan
perdagangan jarak jauh, tetapi karena mereka
memaksimalkan rente monopoli.
29
Volckart, Oliver. 2000. “The
Open Constitution and I ts
Enemies: Competition, Rent
Seeking, and the Rise of the
Modern State”. Journal of
Economic Behavior and
Organization 42: 1-17.
Menganalisis munculnya negara merkantilis
awal di akhir abad pertengahan sebagai suatu
cara untuk menggali rente oleh para raja dan
pengikutnya
memberikan
perlindungan
militer bagi masyarakat sebagai pengganti
untuk jasa-jasa yang lain.
30
Hillman, Arye L. and Adi
Schnytzer. 1996. “Illegal
Economic Activities and
Purges in a Soviet-Type
Economy: A Rent Seeking
Perspective”. I nternational
Review of Law and Economics
6: 87-99.
Menguraikan peran rente dan memburu rente
di bawah komunisme, di mana hadiah
ditentukan secara non-market dan transaksi
pasar
membentuk
kriminal
ekonomi.
Penyingkiran adalah cara untuk melindungi
penguasa petahana dari para pemburu rente.
31
DeLorme Jr., Charles D.,
Stacey Isom, and David R
Kamershen. 2005. “Rent
Seeking and Taxation in the
Ancient Roman Empire”.
Applied Economics 37: 705-11.
Mendiskripsikan peran memburu rente pada
keruntuhan Kekaisaran Roma. Perubahan
lembaga politik dari republik menjadi
kekaisaran mengubah perilaku kelas penguasa.
Memburu rente yang berasal dari pajak untuk
keuntungan para pemegang privilese. Kontrol
militer dari Kaisar mencegah unjuk rasa publik
atas penggunaan uang pajak itu.
32
Kornai, Janos. 1980. “’Hard’
and ‘Soft’ Budget Contraint”.
Acta Oeconomica 25: 231-46.
Menggambarkan anggaran lembut (soft
budget) dalam suatu konteks di mana BUMN
berfungsi d dalam pasar, tetapi tidak bisa
bangkrut karena keberatan politik atas
pengangguran atau penutupan BUMN. Suatu
jaminan negara untuk menanggung semua
kerugian menciptakan rente dan penggalian
rente oleh para manajer dan para pekerja.
Konsep anggaran lembut ini juga berlaku bagi
perekonomian
pasar
bagi
departemen
pemerintah dan birokrasi.
33
Hillman, Arye L., Eliakim
Menjelaskan bahwa pemilik suatu perusahaan
352
Lampiran
Katz, and Jakob Rosenberg.
1987. “W orkers as I nsurance:
Anticipated Government
Intervention and Factor
Demand”. Oxford Economic
Papers 39: 813-20.
sadar
bahwa
keberatan
politis
atas
pengagguran dan kecenderungan memproteksi
terjadinya PHK jika perusahaan harus
menghadapi kompetisi dengan berbagai barang
impor yang murah. Rente dalam bentuk
keuntungan pada industri bermodal khusus
diproteksi dengan menerapkan lebih dari
maksimisasi keuntungan jumlah pekerja.
34
Boccola, Steven T. and James E
McCandish. 1999. “Rent
Seeking and Rent Dissipaton
in State Enterprises”. Review
of Agricultural Economics 21:
358-73.
Mengangkat suatu studi kasus dari Afrika di
mana perusahaan swasta bersaing dengan
mantan perusahaan negara yang tetap
mempertahankan koneksi dan privilesenya
dengan pemerintah. Studi kasus ini menjadi
latar belakang bagi penjabaran bagaimana
BUMN berupaya untuk memaksimalkan biaya
yang berasal dari bantuan dari nonor
internasional.
35
Edlin, Aaron S. and Joseph E
Stiglitz. 1995. “Discouraging
Rivals: Managerial Rent
Seeking and Economic
Inefficiencies”. American
Economic Review 85: 1301-12.
Menyajikan suatu model tentang manajer yang
membangun kubu (entrenchment) dengan
membuat
keputusan
investasi
yang
menghalangi pesaing untuk melamar atau
bersaing bagi jabatan mereka. Keuntungan
bagi
kubu
ini
diperoleh
dari
ketidaksempurnaan informasi yang diciptakan
dan penunjukan juru bicara bagi manajer
petahana untuk menerapkan sinergi. Manajer
petahana meningkatkan ketidakjelasan masa
depan
perusahaan
untuk
mengurangi
kompetisi bagi posisi mereka. Merger dan
akuisisi menggambarkan rent seeking oleh
para manajer petahana.
36
Scharfstein, David S. and
Jeremy C Stein. 2000. “The
Dark Side of Internal Capital
Markets: Divisional RentSeeking and Inefficient
Investment”. The Journal of
Finance 55: 2527-64.
Menunjukkan bahwa alokasi modal internal
dalam kelompok perusahaan (konglomerasi)
tidak efisien, karena memburu rente dari para
manajer divisi menurunkan nilai subsidi silang
di antara berbagai divisi konglomerasi itu.
37
Glazer, Amihai. 2002. “Allies
as Rivals: I nternal and
External Rent Seeking”.
Journal of Economic Behavior
Menggambarkan bahwa para pekerja memiliki
opsi penggunaan kemampuan memburu rente
mereka mewakili perusahaan menghadapi
pesaing luar, atau dalam memburu rente bagi
353
PARASIT PEMBANGUNAN
and Organization 48: 155-62.
keuntungan pribadi dalam perusahaan dengan
mengurangi laba perusahaan. Kemampuan
atau cara-cara untuk menggunakan memburu
rente seperti itu menghalangi perusahaan
untuk
mempekerjakan
pemburu
rente
terampil.
38
Lindbeck, Assar and Dennis J
Snower. 1987. “Efficiency
W ages Versus I nsiders and
Outsiders”. European
Economic Review 31: 407-16.
Menggunakan hubungan orang dalam-orang
luar
perusahaan
untuk
menjelaskan
pengangguran.
Hipotesis upah
efisien
menyatakan bahwa pengangguran adalah
dampak dari suatu keseimbangan Nash yang
mana upah yang lebih tinggi daripada upah
bersih
pasar
(market-clearing
wages)
dibayarkan kepada para pekerja sebagai
insentif untuk tidak membolos.
39
Congleton, Roger D. 1989.
“Monitoring Rent-Seeking
Managers: Advantages of
Diffuse Ownership”. Canadian
Journal of Economics 22: 66272.
Mencatat bahwa berbagai upaya pemilik untuk
memonitor pegawai yang lalai menciptakan
suatu kontes seperti memburu rente di man
pemilik bisa memata-matai para pegawainya.
Para pemilik bisa mengorbankan keuntungan
perusahaan seluruhnya selama bagian dari
keuntungannya bisa dinaikkan secukupnya
melalui monitoring.
40
Muller, Holger M. and Karl
W arneryd. 2001. “Inside
Versus Outside Ownership: A
Political Theory of the Firm”.
Rand Journal of Economics 32:
527-41.
Mengeksplorasi pembedaan antara kerjasama
(inside ownership) dengan pemilik luar.
Mereka menunjukkan bahwa menambah
pemilik
luar
memiliki
dampak
pada
penciptaan permainan hirarkis di mana
investasi dalam memburu rente cenderung
berkurang relatif terhadap permainan tingkat
tunggal di antara para partner (insiders).
Akibatnya, para partner menumpang secara
gelap (free rider) di dalam kontes, dengan
pemilik luar meninggalkan lebih sedikit pada
meja para partner untuk diperebutkan.
41
Congleton, Roger D. 1989.
“Efficient Status Seeking:
Externalities and the
Evolution of Status Games”.
Journal of Economic Behavior
and Organization 11: 175-90.
Menunjukkan
adanya tendensi
untuk
permainan status untuk berevolusi menjadi
kontes yang lebih produktif permainan dengan
eksternalitas negatif (private duals and
criminal
competition)
digantikan
oleh
permainan yang menghasilkan eksternalitas
negatif atau nol bagi non-partisipan, seperti
354
Lampiran
dalam kontes pemberian hadiah (gift giving
contests).
42
Glazer, Amihai and Kai A
Konrad. 1996. “A Signaling
Explanation for Charity”.
American Economic Review
86: 1019-28.
Mendiskripsikan pemberian karitatif sebagai
suatu kontes demi status.
43
Ferrero, Mario. 2002.
“Competing for Sainthood and
the Millennial Church”.
Kyklos 55: 335-60.
Mengutarakan
berbagai
kontes untuk
memperoleh status sebagai santo/santa, di
mana proponen
dari
para kandidat
menggunakan sumberdaya dalam kontes post
mortem untuk menarik perhatian terhadap
kasus demi status.
44
Frey, Bruno S. 2003.
“Publishing as Prostitution?
Choosing between One’s Own
I deas and Academic Success”.
Public Choice 116: 205-23.
Mempertimbangkan status yang diperoleh
oleh penerbitan akademik. Memburu rente
terjadi sejauh kehormatan personal dan
pendapatan personal yang lebih tinggi dicari
melalui penggunaan waktu dan kemampuan
tidak produktif secara sosial.
45
Congleton, Roger D. 1991.
“Ideological Conviction and
Persuasion in the Rent Seeking
Society”. Journal of Public
Economics 44: 65-86.
Mengeksplorasi
bagaimana
kelompokkelompok ekonomi dan ideologi membuat
kampanye melaui iklan dan lobi untuk
membujuk pemilih dan birokrat tentang
manfaat dari berbagai kebijakan tertentu. Ia
menunjukkan bahwa kontes persuasif d
iantara kelompok ideologis cenderung lebih
membesar darpada kontes di antara kelompokkelompok kepentingan ekonomi, sehingga
kerugian memburu rente cenderung lebih
tinggi bagi kelompok pertama (kampanye
ideologis) darpada yang kedua (kampanye
persuasif ekonomi).
46
Hillman, Arye L. 1998.
“Political Economy and
Political Correctness”. Public
Choice 96: 219-39.
Mempertimbangkan penerimaan yang lambat
tentang konsep memburu rente pada awal 2
dekade pertama. Ia berargumen bahwa
ideologi kontemporer menuntut bahwa
pemerintahan demokratik dianggap bertindak
menurut kepentingan publik. Konsekuensinya,
ide tentang pemburu rente yang mampu untuk
membujuk orang lain bahwa kepentingan
personal mereka sesungguhnya merupakan
355
PARASIT PEMBANGUNAN
kepentingan publik itu dotolak oleh “ortodoksi
arus utama”, sebagai tidak mungkin atau
paling tidak secara politik keliru.
Sumber: Congleton, Hillman & Konrad, 2008: Buku 2.
*
356
Tabel 2.1. Dua Puluh Dua Artikel yang Diterbitkan dalam “Toward a Theory
of the Rent Seeking Society”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Buchanan, J.M. 1980a. “Rent
Seeking
and
Profit
Seeking”.
Membedakan antara perilaku memburu rente
dengan perilaku memburu untung.
2
Tullock, G. 1980a. “Rent Menjelaskan tentang memburu rente sebagai
Seeking as a Negative-Sum
permainan yang berakhir negatif alias
Game”.
merugikan.
3*
Tullock, G. 1967. “The Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan
W elfare Costs of Tariffs,
sumberdaya secara tidak produktif dalam
Monopoly and Theft”.
upaya untuk mempengaruhi keputusan
W estern Economic Journal
politik tentang distribusi penghasilan.
5: 224-232.
4*
Krueger, A.O. 1974. “The Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan
Political Economy of the
membuat
model
untuk
menghitung
besarnya kerugian sosial dari tarif di India
Rent Seeking Society”.
dan kuota impor di Turki.
American
Economic
Review 64: 291-303.
5*
Posner, R.A. 1975. “The Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial
Social Costs of Monopoly
dari monopoli, dan menghasilkan besaran
and Regulation”. Journal of
5% dari PDB Amerika tahun 1950an.
Political Economy 83: 807827.
6
Tullock, G. 1980b. “Efficient
Rent Seeking”.
7
Lee, D.R. & D. Orr. 1980. Mereka membahas tentang kebijakan askriptif,
yaitu sistem yang berhubungan dengan hak
“Two Laws of Survival for
pemanfaatan sumberdaya yang dibagi
Ascriptive
Government
menurut keanggotaan (atau bukan anggota)
Policies”.
dari suatu kelompok atau kelas terntentu.
8*
Cowling, K & D.C. Mueller. Mereka mengestimasi biaya sosial untuk
1978. “The Social Costs of
perusahaan-perusahaan besar dan untuk
Menggunakan suatu parameter skala dalam
model
lotere
untuk
menentukan
keuntungan dari pembelian lotere dan
secara implisit menunjukkan aspek lembaga
dalam kontes memburu rente.
PARASIT PEMBANGUNAN
Monopoly
Power”.
Economic Journal 88: 727748.
perekonomian seluruhnya di Amerika dan
Inggris sebesar antara 3,0 sampai 7,2 persen
dari produk nasional kotornya.
9
Congleton,
R.
1980. I a
“Competitive
Process,
Competitive Waste, and
Institutions”.
10
Buchanan, J.M. 1980b. “Rent
Seeking under External
Diseconomies”.
11*
Demsetz,
H.
1976. Divisi Antimonopoli (Antitrust Division) dan
Komisis Perdagangan Federal (Federal Trade
“Economics as a Guide to
Antitrust
Regulation”.
Commission)
Amerika
cenderung
Journal
of Law and
mendengarkan para ekonom karena 2
Economics 19: 371-384.
alasan.
Pertama,
kehampaan
teori
mendorong lembaga pengatur ini sangat
tergantung pada ilmu ekonomi, dan kedua,
mereka hampir tidak tertawan oleh industri
yang diawasi, karena mereka tidak hanya
mengatur industri tertentu saja.
12*
Tullock, G. 1975. “The Pemberian privilese kepada sekelompok orang
sesungguhnya hanya menguntungkan pada
Transition Gains Trap”.
The Bell
Journal
of
tahap awal. Penerusnya tidak menghasilkan
Economics 6: 671-678.
keuntungan luar biasa, meskipun mereka
akan rugi apabila privilese itu dibatalkan.
13
Orr, D. 1980. “Rent Seeking Legislasi bagi manula adalah suatu proses
in an Aging Population”.
transfer
murni
dan
mudah,
yang
menguntungkan
sekaligus
merugikan.
Transfer itu tidak menambah dana bagi
keahlian produktif dalam masyarakat.
Memburu rente bagi para manula ini jelas
336
menganalisis peran lembaga atau ‘aturan
main’
dengan
menggunakan
model
deterministik yang disebut all-pay auction.
Model ini mengindikasikan bahwa disipasi
rente bisa dikurangi dengan aturan
mayoritas pembagian hadiah dan dengan
aturan yang membagi hadiah menurut
proporsi usaha, daripada melalui kontes
pemenang memperoleh semuanya.
Analisis pilihan publik terhadap metode
regulasi
nonkontrak
atau
nonlelang
menunjukkan bahwa dukungan politik
terhadapnya cenderung naik secara langsung
dari mereka yang berhasil dalam tugas,
bersama dengan mereka yang menduduki
posisi pengambil keputusan dalam struktur
birokrasi politik.
Lampiran
sebagai suatu permainan yang berakhir
negatif.
14
Baysinger, B., R.B. Ekelund, Mereka membeberkan merkantilisme sebagai
Jr., & R.D. Tollison. 1980.
suatu model di mana negara sebagai suatu
“Mercantilism as a Rent
sumber dari rente privat, di dua negara yang
Seeking Society”.
berbeda dalam kelembagaan politik dan
hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.
15*
Tullock, G. 1971.“The Cost of
Transfer”. Kyklos 4: 629643.
16*
Browning, E.K. 1974. “On the I a mengkritik pandangan Tullock tentang biaya
W elfare Cost of Transfers”.
sosial dari lobi yang lebih besar daripada
Kyklos 2: 374-377.
deadweight loss berdasarkan 6 alasan.
17*
Tullock, G. 1974. “More on Artikel ini merupakan tanggapan terhadap
the Cost of Transfers”.
kritik yang disampaikan oleh Browning
Kyklos 2: 378-381.
(artikel #16). Bahwa pandangan, uraian dan
contoh yang disampaikan oleh Browning
berbeda dengan konsep dan contoh yang
diangkat olehnya.
18
McCormick, R.E. & R.D. Mereka mengembangkan model ilmu ekonomi
tentang perilaku lobi berbagai kelompok
Tollison. 1980. “W ealth
kepentingan
untuk
memaksimalkan
Transfers
in
a
keuntungan bagi kelompoknya melalui
Representative
legislasi.
Democracy”.
19*
Goetz, M.L. 1978. “Tax Menggunakan
fungsi
pengeluaran,
ia
Avoidance,
Horizontal
menunjukkan bahwa persoalan tentang
Equity, and Tax Reform: A
penghindaran pajak dan reformasi pajak
Proposed
Synthesis”.
tidak terpisahkan dari definisi tentang
Southern
Economic
keadilan horisontal (horizontal equaity).
Journal 44: 798-812.
20
Faith, R.L. 1980. “RentSeeking
Aspects
of
Bureaucratic
Competition”.
Kemungkinan untuk mendapatkan transfer
membuat orang menanamkan sumberdaya
baik
untuk
mendapatkannya
atau
menghalanginya. Sumberdaya ini dari sudut
pandang
masyarakat
merupakan
pemborosan.
I a menggambarkan bahwa birokrsi pemerintah
itu tidak seperti suatu kartel yang
terorganisasi baik. Ia merupakan kumpulan
dari banyak biro, yang bersaing untuk
memperoleh keuntungan politik dan
ekonominya sendiri.
337
PARASIT PEMBANGUNAN
21
Brennan, H.G. & R.D. Menggunakan model memburu rente untuk
Tollison.
1980.
“Rent
menganalisis
proses
penentuan
gaji
Seeking in Academia”.
akademik dan dampak dari berbagai
kebijakan tertentu pada proses itu.
22
Buchanan,
J.M.
1980c. Reformasi ditujukan untuk mengubah keadaan
“Reform in the Rent
inefficient menjadi efficient dan Teori
Seeking Society”.
Permainan (Game Theory) bisa digunakan
untuk menemukan solusinya.
Sumber: Buchanan, Tollison & Tullock (1980).
Note: *- pernah diterbitkan sebelumnya.
338
Lampiran
Tabel 2.2. Empat Puluh Delapan Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of
Research on Rent Seeking 1: Theory of Rent Seeking”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Tullock, Gordon. 1967. “The
W elfare Costs of Tariffs,
Monopolies, and Theft”.
W estern Economic Journal 5:
224-32.
Menunjukkan kerugian sosial dari penggunaan
sumberdaya secara tidak produktif dalam upaya
untuk mempengaruhi keputusan politik tentang
distribusi penghasilan.
2
Buchanan, James M. 1980. Membedakan antara perilaku dalam kompetisi
“Rent Seeking and Profit memburu rente (nonproduktif) dengan perilaku
Seeking”. In Buchanan, James memburu untung (produktif) secara sosial.
M., Robert D Tollison, and
Gordon
Tullock
(eds.),
Toward a Theory of the Rent
Seeking
Society:
3-15.
College Station: Texas A & M
University Press.
3
Congleton, Roger D. 1980.
“Competitive
Process,
Competitive W aste, and
Institutions”. In Buchanan,
James M., Robert D Tollison,
and Gordon Tullock (eds.),
Toward a Theory of the Rent
Seeking Society: 157-79.
College Station: Texas A & M
University Press.
Menganalisis peran lembaga atau ‘aturan main’
dengan menggunakan model deterministik
yang kemudian disebut sebagai Lelang Berbayar
Lunas (all-pay auctions).
4
Hillman, Arye L. and Eliakin
Katz. 1984. “Risk-Averse
Rent Seekers and the Social
Cost of Monopoly Power”.
Economic Journal 94: 104-10.
Menggunakan suatu model fungsi sukses
persaingan (a general contest success function)
di mana kemungkinan untuk sukses itu
meningkat sejalan dengan usaha memburu
rente diri, dan menurun bersama usaha pesaing
untuk menunjukkan bahwa disipasi komplit
yang diandaikan itu sahih dalam persaingan
yang mayoritas pesertanya adalah bebas risiko,
meskipun disipasi rente itu tidak komplit ketika
para pemburu rente adalah penghindar risiko.
339
PARASIT PEMBANGUNAN
5
Tullock,
Gordon.
1980.
“Efficient Rent Seeking”. In
Buchanan, James M., Robert
D Tollison, and Gordon
Tullock (eds.), Toward a
Theory of the Rent Society:
97-112.
College Station:
Texas A & M University
Press.
Menggunakan suatu parameter skala dalam
model lotere untuk menentukan keuntungan
dari pembelian lotere, dan secara implisit
menunjukkan aspek lembaga dalam kontes
memburu rente.
6
Higgins, Richard S., W illiam
F Shughart II and Robert D
Tollison. 1985. “Free Entry
Games”. Public Choice 46:
247-58.
Menunjukkan
bahwa nilai
dari
skala
parameternya menentukan apakah ‘fungsi
sukses kontes’-nya Tullock itu konsisten dengan
keseimbangan Nash.
7
Perez-Castrillo, J David and
Thierry Verdier. 1992. “A
General Analysis of Rent
Seeking
Games”.
Public
Choice 73: 335-50.
Menformulasi
ulang kontesnya Tullock
menggunakan
kurva
reaksi
dan
memperhitungkan berbagai konsekuensi dari
kebebasan untuk masuk (free entry) dan
keseimbangan Stackelberg.
8
Nti, Kofi O. 1999. “Rent
Seeking with Asymmetric
Valuations”. Public Choice
98: 415-30.
Mengembangkan kontesnya Tullock dengan
ketidaksamaan (asymmetry) nilai hadiah.
Keseimbangan tergantung pada berbagai
penilaian para pemburu rente maupun
parameter skala dalam fungsi sukses kontes.
9
Hillman,
Arye L
and Menawarkan suatu alternatif fungsi sukses
DovSamet. 1987. “Dissipation kontes dengan mengeluarkan partisipan dengan
of Contestable Rents by Small usaha tertinggi sebagai pemenang mutlak.
Numbers of Contenders”.
Public Choice 54: 63-82.
10
Hillman, Arye L and John G
Riley.
1989.
“Politically
Contestable
Rents
and
Transfers”. Economics and
Politics 1: 17-39.
Memperkenalkan istilah kontes diskriminatif
untuk menggambarkan suatu fungsi sukses
kontes. Kontesnya bersifat diskriminatif: para
peserta memasang taruhan, penawar tertinggi
menang, dan semua peserta kehilangan nilai
dari taruhan mereka, baik yang menang
maupun kalah.
11
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
Vries. 1996. “The All-Pay
Auction
with
Complete
Information”.
Economic
Menjabarkan suatu karakterisasi lengkap dari
berbagai tipe keseimbangan yang bisa terjadi
dalam suatu lelang terbayar lunas ketika banyak
pemain dengan berbagai penilaian terhadap
340
Lampiran
Theory 8: 291-305.
hadiah, dan ketika keseimbangannya itu unik.
12
Anderson, Simon P., Jacob K
Goeree, and Charles A Holt.
1998. “Rent Seeking with
Bounded Rationalitry: An
Analysis of the All-Pay
Auction”. Journal of Political
Economy 106: 828-53.
Mempelajari berbagai lelang berbayar lunas
ketika terjadi rasionalitas terbatas. Perilaku
rasional itu tidak konsisten dengan disipasi
rente berlebih sistematis, meskipun disipasi
berlebih itu muncul dalam berbagai percobaan.
13
Hirshleifer,
Jack.
1989.
“Conflict and Rent Seeking
Success Functions: Ratio vs
Difference Models of Relative
Success”. Public Choice 63:
101-12.
Membandingkan fungsi rasio sukses kontes
dengan suatu spesifikasi yang membedakan
usaha. Dalam kasus Tullock, non-konflik tidak
bisa menjadi keseimbangan, dan tidak akan
pernah ada kesimbangan ketika salah satu
pemainnya menyerah.
14
Skaperdas, Stergios. 1996. Menunjukkan bahwa loterenya Tullock lah
“Contest Success Functions”. satu-satunya fungsi sukses kontes yang
Economic Theory 7: 283-90.
konsisten dengan 7 aksioma tentang hubungan
antara usaha dan kemungkinan untuk menang.
15
Szidarovszky, Ferenc and
Koji Okuguchi. 1997. “On the
Existence and Uniqueness pf
Pure Nash Equilibrium in
Rent Seeking Games”. Games
and Economic Behavior 18:
135-40.
Menggunakan suatu transformasi
untuk
memberikan kondisi yang cukup bagi
keberadaan dan keunikan dari keseimbangan
kontes dengan fungsi sukses kontes yang lebih
umum daripada fungsi sukses kontesnya
Tullock.
16
Congleton, Roger. 1984.
“Committees
and
Rent
Seeking Effort”. Journal of
Public Economics 25: 971-85.
Mengembangkan analisis sebelumnya tentang
efek kelembagaan pada disipasi rente dalam
kontes deterministik antara 2 kelompok. Dalam
kontes 2 pihak, ia menunjukkan bahwa
investasi dalam kontes memburu rente
deterministik cenderung lebih rendah ketika
keputusan dibuat oleh komite melalui suara
terbanyak daripada oleh 1 orang, karena
sumberdaya yang
diinvestasikan
untuk
membentuk kondisi mayoritas cenderung
menurun.
17
Long, Ngo Van and Neil Menganalisis kasus di mana rente itu dibagi dan
Vousden. 1987. “Risk-Averse pembagiannya tidak deterministik, serta
Rent Seeking with Shared menunjukkan bahwa disipasi itu berkurang
341
PARASIT PEMBANGUNAN
Rents”. Economic Journal 97: bersamaan dengan penghindaran risiko dari
971-85.
para pemburu rente dan dengan ketidakpastian
tentang bagian yang diperoleh oleh masingmasing partisipan.
18
Nitzan,
Shmuel.
1991.
“Collective Rent Dissipation”.
Economic Journal 101: 152234.
Memperhitungkan rente yang dibagi dan
menunjukkan bahwa aturan yang menentukan
pembagian rente yang dimenangkan bersama
menentukan besarnya masalah penumpang
gelap di antara anggota dan menentukan suatu
keefektifan kelompok dalam suatu kontes di
dalam kelompok.
19
Baik, Kyung Hwan, Bouwe R
Dijkstra, Sanghack Lee and
Shi Young Lee. 2006. “The
Equivalence of Rent Seeking
Outcomes for CompetitiveShare and Strategic Groups”.
European Journal of Political
Economy 22: 337-42.
Menyintesiskan berbagai kontes sebelumnya
dengan menunjukkan kesamaan antara kontes
di mana kelompok bersaing untuk rente
bersama yang diperuntukkan bagi anggota
kelompok melalui aturan distribusi dan kontes
di mana para anggota kelompok bersaing secara
sendiri-sendiri untuk memperoleh rentenya
dan pemenang wajib berbagi dengan angota
kelompok lainnya.
20
Ursprung, Heinrich W. 1990.
“Public
Goods,
Rents
Dissipation, and Candidate
Competition”. Economics and
Politics 2: 115-32.
Memasukkan rent seeking untuk suatu barang
publik dalam suatu model kompetisi politik.
Utilitas individu secara terpisah dikumpulkan
sehingga hanya ada efek substitusi ketika
besarnya kelompok yang mendukung seorang
kandidat politik itu meningkat. Insentif
penumpang gelap melalui efek substitusi antara
pengeluaran sendiri dengan pengeluaran orang
lain menurunkan jumlah usaha rent seeking
kelompok.
21
Baik, Kyung Hwan. 1993.
“Effort Levels in Contests:
The Public-Good Prize Case”.
Economics Letters 41: 36367.
Menggambarkan kelompok yang terdiri dari
orang-orang dengan penilaian yang berbeda
terhadap suatu barang publik. Berbagai
kelompok bersaing untuk barang publik.
Penumpang gelap cenderung komplit dalam
setiap kelompok, dengan satu pesaing dengan
penilaian tinggi aktif mewakili kelompok.
22
Gradstein, Mark. 1993. “Rent
Seeking and the Provision of
Public Goods”. Economic
Journal 103: 1236-43.
Memperhatikan pilihan antara
barang publik oleh swasta
terkoordinasi dengan penyediaan
Memburu rente menggunakan
342
penyediaan
yang tidak
pemerintah.
sumberdaya
Lampiran
secara tidak produktif, tetapi penyediaan barang
publik oleh swasta umumnya juga tidak efisien
karena insentif penumpang gelap.
23
Riaz,
Khalid,
Jason
F
Shogren, and Stanley R
Johnson. 1995. “A General
Model of Rent Seeking for
Public Goods”. Public Choice
82: 243-59.
Menunjukkan bahwa suatu efek pendapatan
akan menaikkan usaha kelompok total ketika
ukuran kelompok meningkat. Biaya kontribusi
konveks memiliki suatu efek yang sama dalam
membuat kontribusi total terhadap usaha rent
seeking kelompok meningkat dalam ukuran
kelompok.
24
Esteban, Joan and Debraj
Ray. 2001. “Collective Action
and the Group Size Paradox”.
American Political Science
Review 95: 663-72.
Menunjukkan model Riaz et al (1995) itu di
dalam suatu model yang memungkinkan
terjadinya campuran antara komponen privat
dan publik atas hadiahnya.
25
Appelbaum, Elie and Eliakim
Katz. 1986. “Transfer Seeking
and Avoidance: On the Full
Social Costs of Rent Seeking”.
Public Choice 48: 175-81.
Menunjukkan tentang besarnya hadiah dan
kelompok pemburu rente perlu diperhitungkan,
demikian pula apakah orang-orang bisa abstein
dari kontes.
26
Ellingsen,
Tore.
1991.
“Strategic Buyers and the
Social Cost of Monopoly”.
American Economic Review
81: 648-57.
Memperhitungkan berbagai konsekuensi dari
perilaku aktif menghindari transfer dari para
konsumen yang menentang penciptaan rente
monopoli. I a mununjukkan bahwa para
pemburu rente lama akan mengubah perilaku
mereka ketika orang-orang baru masuk. Hal itu
akan menghalangi para pemain dari disipasi
rente secara berlebihan.
27
Konrad,
Kai
A.
2000.
“Sabotage in Rent-Seeking
Contests”. Journal of Law,
Economics, and Organization
16: 155-65.
Mengeksplorasi berbagai kontes di mana ada 2
tipe usaha memburu rente, yaitu usaha yang
menaikkan posisi kompetitifnya sendiri relatif
terhadap kontestan yang lain, dan upaya yang
merugikan sebagian dari pesaing yang lain.
28
Epstein, Gil S. and Shmuel
Nitzan.
2004.
“Strategic
Restraint
in
Contests”.
European Economic Review
48: 201-10.
Menunjukkan bahwa kompetisi untuk berbagai
kebijakan alternatif mendorong pertahanan
strategis dalam usulan kebijakan (hadiah yang
dikejar), yang mengurangi sumber daya yang
digunakan dalam memburu rente.
29
Dixit, Avinash K. 1987. Menyelidiki insentif para pemain untuk tegas
“Strategic
Behavior
in memilih suatu tingkat usaha selain upaya
343
PARASIT PEMBANGUNAN
Contests”.
American keseimbangan Nash, jika seorang pemain bisa
Economic Review 77: 891-98. bertindak
sebagai
seorang
pemimpin
Stackelberg, dan mempersoalkan bagaimana
pilihan komitmen tergantung pada penilaian
terhadap hadiah.
30
Baik, Kyung Hwan and Jason
F Shogren. 1992. “Strategic
Behavior
in
Contests:
Comment”.
American
Economic Review 82: 359-62.
Menunjukkan bahwa perilaku pemimpinpengikut Stackelberg muncul secara endogen
dalam suatu kontes probabilistik yang tidak
diskriminatif, dengan pemain yang lebih lemah
atau ‘underdog’ beraksi lebih duulu.
31
Stephan, Joerg and Heinrich
W Ursprung. 1998. “The
Social Cost of Rent Seeking
when
Victories
are
Potentially Transient and
Losses Final”. In Koch, KarlJosef and Klaus Jaeger (eds.),
Trade,
Growth,
and
Economic Policy in Open
Economies: Essays in Honour
of Hans-Jurgen Vosgerau:
369-80. Berlin: Springer.
Menggambarkan memburu rente dalam kontes
berurutan, dengan ketidaksimetrisan penting,
yaitu satu pihak bisa kalah dalam suatu kontes
tetapi kembali ikut dalam kontes berikutnya,
sedangkan bagi pihak yang lain kekalahan
adalah permanen.
32
Kahana, Nava and Shmuel
Nitzan. 1999. “Uncertain
Preassigned Non-Contestable
and
Contestable Rents”.
European Economic Review
43: 1705-21.
Menggambarkan suatu birokrasi pemerintah
yang menunda-nunda dan tidak segera
melunasi pembayaran pada waktunya atau
bahkan tidak pernah membayar. Ketidakpastian
waktu pembayaran mempengaruhi nilai atas
rentenya.
33
Hehenkamp,
Burkard,
W olfgang Leininger, and
Alex Possajennikov. 2004.
“Evolutionary Equilibrium in
Tullock Contests: Spite and
Overdissipation”. European
Journal of Political Economy
20: 1045-57.
Membangun suatu analisa dinamis dari
kontesnya Tullock menggunakan konsep
strategi stabil evolusioner (evolutionary stable
strategy – ESS). Suatu kontes evolutif adalah
suatu kontes untuk survival dan memiliki satu
konotasi memburu rente alamiah.
34
W arneryd,
Karl.
2003.
“Information in Conflicts”.
Journal of Economic Theory
110: 121-36.
Memperhitungkan kontes untuk hadiah, yang
nilainya adalah sama untuk kedua pemain,
tetapi hanya diketahui oleh satu pihak. Yang
tidak tahu justru memiliki kemungkinan lebih
besar untuk menang.
344
Lampiran
35
Malueg, David A and Andrew
J Yates. 2004. “Rent Seeking
with Private Values”. Public
Choice 119: 161-78.
Mempertimbangkan kasus di mana setiap
penilaian pemain terhadap hadiah merupakan
informasi privat dan diputuskan melalui
distribusi kemungkinan binari yang sama.
36
Hillman, Arye L and Eliakim
Katz. 1987. “Hierarchical
Structure and the Social Costs
of Bribes and Transfers”.
Journal of Political Economy
12: 599-607.
Menggambarkan memburu rente dalam hirarki
birokrasi di mana suap itu ditransfer ke atas
dalam hirarki. Suap adalah transfer dan tidak
menggambarkan kerugian sosial melalui
memburu rente
37
Katz, Eliakin and Julia
Tokatlidu. 1996. “Group
Competition
for
Rents”.
European Journal of Political
Economy 12: 599-607.
Menunjukkan suatu kontes ‘nested’. Mula-mula
anggota suatu kelompok bersaing untuk suatu
hadiah, kemudian anggota kelompok yang
menang bersaing untuk memperebutkan hadiah
di antara mereka sendiri.
38
Konrad,
Kai
A.
2004. Menunjukkan bahwa efek komposisi kelompok
“Bidding in Hierarchies”. menjadi penting dalam kontes ‘nested’ jika para
European Economic Review anggota kelompok itu tidak sama.
48: 1301-08.
39
Appelbaum, Elie and Eliakim Menunjukkan peran aktif ‘rent setter’ dalam
Katz. 1987. “Seeking Rents by menentukan kontes memburu rente.
Setting Rents: the Political
Economy of Rent Seeking”.
Economic Journal 97: 685-99.
40
Gradstein, Mark and Kai A
Konrad. 1999. “Orchestrating
Rent
Seeking Contests”.
Economic Journal 109: 53645.
Menunjukkan pengorganisasian suatu kontes
dalam suatu struktur dengan berbagai ronde,
yang dimulai dari kontes di antara kelompokkelompok kecil, dan pemenangnya baru maju
ke ronde berikutnya.
41
Nti, Kofi O. 2004. “Maximum
Efforts in Contests with
Asymmetric
Valuations”.
European Journal of Political
Economy 20: 1059-66.
Memperhitungkan pilihan fungsi sukses kontes
yang memaksimalkan usaha ketika para
kontestan memiliki penilaian tidak sama
terhadap hadiah.
42
Glazer, Amihai and Refael
Hassin.
1988.
“Optimal
Contests”. European Inquiry
26: 133-43.
Mencermati struktur hadiah sebagai mekanisme
insentif. Dengan hadiah yang dialokasikan
menurut output individu atau ranking usaha,
mereka memperoleh rumus tentang suatu
struktur hadiah yang memaksimumkan output
(atau usaha) para kontestan dan menemukan
345
PARASIT PEMBANGUNAN
berbagai struktur optimal tentang hadiah dalam
berbagai situasi.
43
Clark, Derek J and Christian Menginvestigasi struktur hadiah dalam desain
Riis. 1998. “Competition over kontes optimum berdasarkan kondisi informasi
more than One Prize”. lengkap maupun tidak lengkap.
American Economic Review
88: 276-89.
44
Moldovanu, Benny and Aner
Sela. 2001. “The Optimal
Allocation of Prizes in
Contests”.
American
Economic Review 91: 542-58.
Meneruskan Clark & Riis (1998), mereka
menemukan bahwa membagi hadiah ke dalam
beberapa hadiah yang lebih kecil bukanlah satu
strategi yang bagus untuk mendorong usaha
secara keseluruhan.
45
Syimanski,
Stefan
and
Tommaso M Valletti. 2005.
“Incentive Effects of Second
Prizes”. Europen Journal of
Political Economy 21: 46781.
Mengamati efek dari penerapan suatu hadiah
pertama dalam kontes yang diikuti oleh
kontestan yang memiliki kemampuan berbeda.
Dalam suatu kontes 3 orang, hadiah kedua
meningkatkan upaya total jika seorang
kontestan diunggulkan untuk memenanginya.
46
Shogren, Jason F and Kyung
Hwan
Baik.
1991.
“Reexamining Efficient Rent
Seeking
in
Laboratory
Markets”. Public Choice 69:
69-79.
Melaporkan perilaku eksperimen dalam
permainan memburu rente efisiennya Tullock
dan menemukan hasil yang konsisten dengan
perilaku yang diduga dan disipasi rente.
47
Potters, Jan, Casper G de
Vries, and Frans van Winden.
1998.
“An
Experimental
Examination of Rational Rent
Seeking”. European Journal
of Political Economy 14: 783800.
Melaporkan eksperimen menggunakan model
Tullock, baik fungsi probabilistik sukses kontes
dan penawar tertinggi (mendiskriminasi atau
lelang berbayar semua).
48
Vogt,
Carsten,
Joachim Melaporkan perilaku rasional dalam berbagai
W eimann, and Chun-Kei variasi bentuk kontesnya Tullock.
Yang. 2002. “Efficient Rent
Seeking in
Experiment”.
Public Choice 110: 67-78.
Sumber: Congleton, Hillman & Konrad, 2008: Buku 1.
346
Lampiran
Tabel 2.3. Empat Puluh Enam Artikel yang Diterbitkan dalam “40 Years of
Research on Rent Seeking 2: Application: Rent Seeking in Practice”.
NO
I DENTI TAS A RTI KEL
I SI POKOK A RTI KEL
1
Posner, Richard A. 1975. “The
Social Costs of Monopoly and
Regulation”. Journal of
Political Economy 83: 807-27.
Mengadaptasi model penghitungan biaya sosial
dari monopoli, dan menghasilkan besaran
antara 1,7% – 3,5% dari PNB Amerika tahun
1950an sebagai akibat dari monopoli.
2
Cowling, Keith and Dennis C
Mueller. 1978. “The Social
Costs of Monopoly Power”.
Economic Journal 88: 727-48.
Menggunakan asumsi disipasi penuh pada
kesimpulan logisnya dan biaya sosial yang
telah disediakan terhadap semua keuntungan
dan pengeluaran pada iklan. Mereka
menghitung kerugian sosial untuk perusahaan
yang relatif besar dan perekonomian secara
keseluruhan di Amerika Serikat dan Inggris.
Besarannya kurang lebih 3,0% - 7,2% dari
PNB.
3
Littlechild, Stephen C. 1981.
“Misleading Calculations of
the Social Costs of Monopoly
Power”. Economic Journal 91:
348-63.
Menghitung ulang studi Cowling & Mueller
dan menunjukkan bahwa perhitungan mereka
terlalu tinggi bagi biaya sosial sesungguhnya
dari monopoli.
4
Hillman, Arye L. 1982.
“Declining I ndustries and
Political-Support Protectionist
Motives”. American Economic
Review 72: 1180-87.
Menunjukkan bahwa proteksi (negara) terhada
industri itu menurun karena perubahan
keunggulan komparatif bisa dijelaskan dengan
berbagai motif dukungan politik.
5
Hillman, Arye L. and Heinrich
W Ursprung. 1988. “Domestic
Politics, Foreign Interests, and
International Trade Policy”.
American Economic Review
78: 729-45.
Menunjukkan kebijakan perdagangan sebagai
hasil dari kontes antara para colon politikus
yang telah berniat untuk menerapkan berbagai
kebijakan yang dipilih untuk persaingan para
importir dan pengekspor.
6
Grossman, Gene M. and
Elhanan Helpman. 1994.
“Protection for Sale”.
American Economic Review
84: 833-50.
Menggambarkan satu pembuat kebijakan yang
bersiap untuk menerima tawaran untuk
menjual perlindungan (sale of protection) bagi
berbagai kepentingan industri. Kelompok
industri
terorganisasi
secara sempurna
sedangkan konsumen tidak terorganisasi sama
sekali, yang menjadi sumber keuntungan
347
PARASIT PEMBANGUNAN
politis bagi industri.
7
Krueger, Anne O. 1974. “The
Political Economy of the Rent
Seeking Society”. American
Economic Review 64: 291-303.
Memperkenalkan istilah “Rent Seeking” dan
membuat model untuk menghitung besarnya
kerugian sosial dari tarif di India (7,3% PNK)
dan kuota impor di Turki (15%).
8
Svensson, Jakob. 2000.
“Foreign Aid and Rent
Seeking”. Journal of
International Economics 51:
437-61.
Menunjukkan bukti bahwa bantuan LN itu
tidak efektif dalam menaikkan pendapatan di
negara-negara miskin dan mencatat bahwa
bantuan LN merupakan lebih dari 50%
anggaran pemerintah di 50 negara-negara yang
paling tergantung pada bantuan selama
periode 1975-1995.
9
Verwimp, Philip. 2003. “The
Political Economy of Coffee,
Dictatorship, and Genocide”.
European Journal of Political
Economy 19: 161-81.
Menjelaskan bagaimana latar belakang dari
genosida di Rwanda itu berpusat pada reaksi
pemerintah terhadap nilai rente yang melekat
pada harga kopi.
10
Murphy, Kevin M. Andrei
Shleifer, and Robert W
Vishny. 1993. “Why is Rent
Seeking so Costly to Growth?”.
American Economic Review
83: 409-14.
Mengamati keefektifan proteksi atas hak
kekayaan menentukan keuntungan dari
memburu rente dan menawarkan suatu tesis
bahwa memburu rente itu menghambat
pertumbuhan ekonomi untuk 2 alasan dasar:
karena naiknya keuntungan dari memburu
rente relatif terhadap aktivitas produktif, dan
karena memburu rente birokratik lebih
menghambat inovasi daripada aktivitas
produktif yang sedang berjalan.
11
Hillman, Arye L. and Heinrich
W Ursprung. 2000. “Political
Culture and Economic
Decline”. European Journal of
Political Economy 16: 189213.
Menggunakan suatu model cadangan (nested
model) untuk menggambarkan kelompok
privilese di dalam yang bersaing untuk
mendaptkan keuntungan (rente), pada saat
yang sama orang-orang di luar (outsiders)
bersaing untuk menjadi orang dalam (insiders).
Kebebasan politik membuat orang luar
mendapatkan akses langsung untuk bersaing
untuk
memperebutkan
rente sehingga
manaikkan biaya sosial dari memburu rente,
selama suatu budaya politik tentang memburu
rente tidak berubah.
12
Mehlum, Halvor, Karl Moene,
and Ragnar Torvik. 2006.
Mengkonfirmasi
bahwa lembaga yang
kondusif terhadap memburu rente menjadi
348
Lampiran
“Institutions and the Resource
Curse”. Economic Journal 116:
1-20.
penyebab kegagalan berbagai masyarakat
untuk memanfaatkan kekayaan sumber daya
alamnya.kekayaan SDA menjadi ‘kutuk’
daripada ‘berkat’ ketika hak kepemilikan tidak
ditentukan atau dihormati dan kemakmuran
menjadi suatu hadiah memburu rente.
13
Epstein, Gil S., Arye L
Hillman, and Heinrich W
Ursprung. 1999. “The King
Never Emigrates”. Review of
Development Economics 3:
107-21.
Menggambarkan seorang raja atau penguasa
yang menciptakan dan menentukan rente
dengan memajaki bagian dari penduduk untuk
keuntungannya sendiri maupun kelompok
privilese tertentu. Orang-orang itu untung
atau rugi tergantung pada hasil persaingan
mereka untuk menentukan kedekatannya
dengan raja.
14
Nannestad, Peter. 2004.
“Immigration as a Challenge to
the Denish W elfare State?”.
European Journal of Political
Economy 20: 755-67.
Menunjukkan bahwa rente yang disediakan
oleh sistem kesejahteraan membuat imigrasi
sebagai satu bentuk memburu rente. Ia
mengutarakan penciptaan rente untuk para
imigran melalui anggaran kesejahteraan
Denmark.
15
Congleton, Roger D. 1986.
“Rent Seeking Aspects of
Political Advertising”. Public
Choice 49: 249-63.
Mencatat bahwa kompetisi antara para
kandidat (dan Partai Politik) untuk menjaring
suara di daerah pemilihan mereka seringkali
mengandung suatu kontes memburu rente.
I klan sering digunakan untuk mempengaruhi
pandangan pemilih tentang kelebihan dari
kebijakan maupun calonnya. Sejauh iklan itu
efektif, meskipun bias, kualitas informasinya
bisa menurun oleh bujukan. Bujukan
cenderung menaikkan variasi dari pendapat
para pemilih terhadap berbagai konsekuensi
kebijakan.
16
McChesney, Fred S. 1987.
“Rent Extraction and Rent
Creation in the Economic
Theory of Regulation”. Journal
of Legal Studies 16: 101-18.
Mengusulkan bahwa permintaan terhadap
sumbangan kampanye bisa mendorong para
kandidat dan partai politik yang berkompetisi
untuk menciptakan permainan memburu
rente baru. Petahana, misalnya, bisa
mengancam untuk menghilangkan rente yang
ada, atau mengancam perusahaan dengan
pajak baru, untuk memperoleh tambahan
dukungan politik. Kontes seperti ini menaikan
kerugian memburu rente dengan menciptakan
349
PARASIT PEMBANGUNAN
persaingan baru untuk pengaruh politik
dengan biaya lebih besar daripada keuntungan.
17
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
Vries. 1993. “Rigging the
Lobbying Process: An
Application of the All-Pay
Auction”. American Economic
Review 83: 289-94.
Mendemonstrasikan bagaimana seorang aparat
pemaksimum rente bisa mendapatkan untung
dengan membuat suatu permainan lobi dua
tahap ketika para partisipan tidak setuju
tentang nilai dari hadiah yang akan diberikan.
18
Che, Yeon-Koo and I an L
Gale. 1998. “Caps on Political
Lobbying”. American
Economic Review 88: 643-51.
Menunjukkan bahwa sumbangan yang
diberikan kepada para calon politikus bisa
menaikkan pengeluaran dalam berbagai kasus
di mana ketidaksepakatan nilai yang besar itu
terjadi.
19
Konrad, Kai A. 2004. “Inverse
Campaigning”. Economic
Journal 114: 69-82.
Mengeksplorasi suatu seting di mana biaya
kampanye
itu
informaatif,
meskipun
menaikkan suatu biaya sosial (deadweight
cost) melalui proses pemilihan. Bagaimana pun
proses kampanyenya, akhirnya para pemilih
menjadi tahu, meskipun tidak lebih baik
karena mereka tahu keputusan yang benar
dalam pemilihan. Biaya kampanye telah
dihamburkan dalam persaingan politik.
20
Tullock, Gordon. 1975. “On
the Efficient Organization of
Trials. Kyklos 28: 745-62.
Mengembangkan satu versi awal dari fungsi
sukses kontesnya untuk menguraikan suatu
kontes hukum antara 2 pihak yang berperkara.
21
Farmer, Amy and Paul
Pecorino. 1999. “Legal
Expenditure as a Rent Seeking
Game”. Public Choice 100:
271-88.
Menunjukkan bagaimana desain dari sistem
hukum, khususnya aturan tentang dana
pengganti, yaitu alokasi biaya sidang sebagai
suatu
fungsi
dari
keputusan
sidang,
mempengaruhi
tingkat
efisiensi
sistem
peradilannya.
22
Parisi, Francesco. 2002. “Rent
Seeking through Litigation:
Adversarial and Inquisitorial
Systems Compared”.
International Review of Law
and Economics 22: 193-216.
Mencatat adanya suatu kontinum dari
prosedur hukum, daripada hanya pilihan
dikotomi antara sistem Kontinental dan sistem
Anglo-Saxon.
23
Baye, Michael R., Dan
Kovenock, and Casper G de
350
Lampiran
Vries. 2005. “Comparative
Analysis of Litigation Systems:
An Auction-Theoretic
Approach”. Economic Journal
115: 583-601.
24
Buchanan, James M. 1983.
“Rent Seeking,
Noncompensated Transfers,
and Laws of Succession”.
Journal of Law and Economics
26: 71-85.
Mengeksplorasi satu bagian dari hukum sipil,
yaitu 1 dari persoalan yang paling tua dan
paling penting, yaitu hukum warisan. Banyak
model berasumsi bahwa agensi itu hidup
selamanya, meskipun bagi analisis jangka
panjang hal ini tidak masuk akal.
25
Sylwester, Kevin. 2001. “A
Model of Institutional
Formation within a Rent
Seeking Environment”.
Journal of Economic Behavior
and Organization 44: 169-76.
Menganalisis suatu seting menengah di mana
satu
kelompok
produsen
menghadapi
memburu rente dari suatu kelompok pragmatis
yang bisa memilih untuk menjadi produktif
atau memburu rente (mencuri) dari para
produsen.
26
Amegashie, J Atsu. 2006. “The
2002 W inter Olympics
Scandal: Rent Seeking and
Committees”. Social Choice
and W elfare 26: 183-89.
Menggunakan kasus skandal penjurian skating
pada Olimpiade Musim Dingin Tahun 2002
sebagai latar untuk mengamati konsekuensi
dari perubahan tata cara keputusan komite. Ia
menemukan tidak ada dampak sistematis yang
mengurangi dorongan untuk memburu rente
melalui pengaruh terhadap dewan yuri. Jika
niatnya untuk menghilangkan memburu
rente, maka hal ini menjadi satu desain
kelembagaan yang gagal.
27
Baysinger, Barry, Robert B
Ekelund Jr., and Robert D
Tollison. 1980. “Mencantilism
as a Rent Seeking Society. In
James M Buchanan, Robert D
Tollison, and Gordon Tullock
(eds.), Towards a Theory of
the Rent-Seeking Society: 23568. College Station: Texas A &
M University Press.
Mereka membeberkan merkantilisme sebagai
suatu model di mana negara sebagai suatu
sumber dari rente privat, di dua negara yang
berbeda dalam kelembagaan politik dan
hukumnya, yaitu Inggris dan Perancis.
28
Jones, S R H. and Simon P
Ville. 1996. “Efficient
Transactors or Rent Seeking
Monopolists? The Rationale
Mengusulkan bahwa perusahaan-perusahaan
dengan saham bersama (joint stock companies)
yang muncul pada abad 17 dan 18 yang
memegang hak berdagang eksklusif untuk
351
PARASIT PEMBANGUNAN
for Early Chartered Trading
barang-barang atau wilayah-wilayah di dunia,
Companies”. Journal of
bukan karena mereka menurunkan biaya
Economic History 56: 898-915. transaksi
yang
berhubungan
dengan
perdagangan jarak jauh, tetapi karena mereka
memaksimalkan rente monopoli.
29
Volckart, Oliver. 2000. “The
Open Constitution and I ts
Enemies: Competition, Rent
Seeking, and the Rise of the
Modern State”. Journal of
Economic Behavior and
Organization 42: 1-17.
Menganalisis munculnya negara merkantilis
awal di akhir abad pertengahan sebagai suatu
cara untuk menggali rente oleh para raja dan
pengikutnya
memberikan
perlindungan
militer bagi masyarakat sebagai pengganti
untuk jasa-jasa yang lain.
30
Hillman, Arye L. and Adi
Schnytzer. 1996. “Illegal
Economic Activities and
Purges in a Soviet-Type
Economy: A Rent Seeking
Perspective”. I nternational
Review of Law and Economics
6: 87-99.
Menguraikan peran rente dan memburu rente
di bawah komunisme, di mana hadiah
ditentukan secara non-market dan transaksi
pasar
membentuk
kriminal
ekonomi.
Penyingkiran adalah cara untuk melindungi
penguasa petahana dari para pemburu rente.
31
DeLorme Jr., Charles D.,
Stacey Isom, and David R
Kamershen. 2005. “Rent
Seeking and Taxation in the
Ancient Roman Empire”.
Applied Economics 37: 705-11.
Mendiskripsikan peran memburu rente pada
keruntuhan Kekaisaran Roma. Perubahan
lembaga politik dari republik menjadi
kekaisaran mengubah perilaku kelas penguasa.
Memburu rente yang berasal dari pajak untuk
keuntungan para pemegang privilese. Kontrol
militer dari Kaisar mencegah unjuk rasa publik
atas penggunaan uang pajak itu.
32
Kornai, Janos. 1980. “’Hard’
and ‘Soft’ Budget Contraint”.
Acta Oeconomica 25: 231-46.
Menggambarkan anggaran lembut (soft
budget) dalam suatu konteks di mana BUMN
berfungsi d dalam pasar, tetapi tidak bisa
bangkrut karena keberatan politik atas
pengangguran atau penutupan BUMN. Suatu
jaminan negara untuk menanggung semua
kerugian menciptakan rente dan penggalian
rente oleh para manajer dan para pekerja.
Konsep anggaran lembut ini juga berlaku bagi
perekonomian
pasar
bagi
departemen
pemerintah dan birokrasi.
33
Hillman, Arye L., Eliakim
Menjelaskan bahwa pemilik suatu perusahaan
352
Lampiran
Katz, and Jakob Rosenberg.
1987. “W orkers as I nsurance:
Anticipated Government
Intervention and Factor
Demand”. Oxford Economic
Papers 39: 813-20.
sadar
bahwa
keberatan
politis
atas
pengagguran dan kecenderungan memproteksi
terjadinya PHK jika perusahaan harus
menghadapi kompetisi dengan berbagai barang
impor yang murah. Rente dalam bentuk
keuntungan pada industri bermodal khusus
diproteksi dengan menerapkan lebih dari
maksimisasi keuntungan jumlah pekerja.
34
Boccola, Steven T. and James E
McCandish. 1999. “Rent
Seeking and Rent Dissipaton
in State Enterprises”. Review
of Agricultural Economics 21:
358-73.
Mengangkat suatu studi kasus dari Afrika di
mana perusahaan swasta bersaing dengan
mantan perusahaan negara yang tetap
mempertahankan koneksi dan privilesenya
dengan pemerintah. Studi kasus ini menjadi
latar belakang bagi penjabaran bagaimana
BUMN berupaya untuk memaksimalkan biaya
yang berasal dari bantuan dari nonor
internasional.
35
Edlin, Aaron S. and Joseph E
Stiglitz. 1995. “Discouraging
Rivals: Managerial Rent
Seeking and Economic
Inefficiencies”. American
Economic Review 85: 1301-12.
Menyajikan suatu model tentang manajer yang
membangun kubu (entrenchment) dengan
membuat
keputusan
investasi
yang
menghalangi pesaing untuk melamar atau
bersaing bagi jabatan mereka. Keuntungan
bagi
kubu
ini
diperoleh
dari
ketidaksempurnaan informasi yang diciptakan
dan penunjukan juru bicara bagi manajer
petahana untuk menerapkan sinergi. Manajer
petahana meningkatkan ketidakjelasan masa
depan
perusahaan
untuk
mengurangi
kompetisi bagi posisi mereka. Merger dan
akuisisi menggambarkan rent seeking oleh
para manajer petahana.
36
Scharfstein, David S. and
Jeremy C Stein. 2000. “The
Dark Side of Internal Capital
Markets: Divisional RentSeeking and Inefficient
Investment”. The Journal of
Finance 55: 2527-64.
Menunjukkan bahwa alokasi modal internal
dalam kelompok perusahaan (konglomerasi)
tidak efisien, karena memburu rente dari para
manajer divisi menurunkan nilai subsidi silang
di antara berbagai divisi konglomerasi itu.
37
Glazer, Amihai. 2002. “Allies
as Rivals: I nternal and
External Rent Seeking”.
Journal of Economic Behavior
Menggambarkan bahwa para pekerja memiliki
opsi penggunaan kemampuan memburu rente
mereka mewakili perusahaan menghadapi
pesaing luar, atau dalam memburu rente bagi
353
PARASIT PEMBANGUNAN
and Organization 48: 155-62.
keuntungan pribadi dalam perusahaan dengan
mengurangi laba perusahaan. Kemampuan
atau cara-cara untuk menggunakan memburu
rente seperti itu menghalangi perusahaan
untuk
mempekerjakan
pemburu
rente
terampil.
38
Lindbeck, Assar and Dennis J
Snower. 1987. “Efficiency
W ages Versus I nsiders and
Outsiders”. European
Economic Review 31: 407-16.
Menggunakan hubungan orang dalam-orang
luar
perusahaan
untuk
menjelaskan
pengangguran.
Hipotesis upah
efisien
menyatakan bahwa pengangguran adalah
dampak dari suatu keseimbangan Nash yang
mana upah yang lebih tinggi daripada upah
bersih
pasar
(market-clearing
wages)
dibayarkan kepada para pekerja sebagai
insentif untuk tidak membolos.
39
Congleton, Roger D. 1989.
“Monitoring Rent-Seeking
Managers: Advantages of
Diffuse Ownership”. Canadian
Journal of Economics 22: 66272.
Mencatat bahwa berbagai upaya pemilik untuk
memonitor pegawai yang lalai menciptakan
suatu kontes seperti memburu rente di man
pemilik bisa memata-matai para pegawainya.
Para pemilik bisa mengorbankan keuntungan
perusahaan seluruhnya selama bagian dari
keuntungannya bisa dinaikkan secukupnya
melalui monitoring.
40
Muller, Holger M. and Karl
W arneryd. 2001. “Inside
Versus Outside Ownership: A
Political Theory of the Firm”.
Rand Journal of Economics 32:
527-41.
Mengeksplorasi pembedaan antara kerjasama
(inside ownership) dengan pemilik luar.
Mereka menunjukkan bahwa menambah
pemilik
luar
memiliki
dampak
pada
penciptaan permainan hirarkis di mana
investasi dalam memburu rente cenderung
berkurang relatif terhadap permainan tingkat
tunggal di antara para partner (insiders).
Akibatnya, para partner menumpang secara
gelap (free rider) di dalam kontes, dengan
pemilik luar meninggalkan lebih sedikit pada
meja para partner untuk diperebutkan.
41
Congleton, Roger D. 1989.
“Efficient Status Seeking:
Externalities and the
Evolution of Status Games”.
Journal of Economic Behavior
and Organization 11: 175-90.
Menunjukkan
adanya tendensi
untuk
permainan status untuk berevolusi menjadi
kontes yang lebih produktif permainan dengan
eksternalitas negatif (private duals and
criminal
competition)
digantikan
oleh
permainan yang menghasilkan eksternalitas
negatif atau nol bagi non-partisipan, seperti
354
Lampiran
dalam kontes pemberian hadiah (gift giving
contests).
42
Glazer, Amihai and Kai A
Konrad. 1996. “A Signaling
Explanation for Charity”.
American Economic Review
86: 1019-28.
Mendiskripsikan pemberian karitatif sebagai
suatu kontes demi status.
43
Ferrero, Mario. 2002.
“Competing for Sainthood and
the Millennial Church”.
Kyklos 55: 335-60.
Mengutarakan
berbagai
kontes untuk
memperoleh status sebagai santo/santa, di
mana proponen
dari
para kandidat
menggunakan sumberdaya dalam kontes post
mortem untuk menarik perhatian terhadap
kasus demi status.
44
Frey, Bruno S. 2003.
“Publishing as Prostitution?
Choosing between One’s Own
I deas and Academic Success”.
Public Choice 116: 205-23.
Mempertimbangkan status yang diperoleh
oleh penerbitan akademik. Memburu rente
terjadi sejauh kehormatan personal dan
pendapatan personal yang lebih tinggi dicari
melalui penggunaan waktu dan kemampuan
tidak produktif secara sosial.
45
Congleton, Roger D. 1991.
“Ideological Conviction and
Persuasion in the Rent Seeking
Society”. Journal of Public
Economics 44: 65-86.
Mengeksplorasi
bagaimana
kelompokkelompok ekonomi dan ideologi membuat
kampanye melaui iklan dan lobi untuk
membujuk pemilih dan birokrat tentang
manfaat dari berbagai kebijakan tertentu. Ia
menunjukkan bahwa kontes persuasif d
iantara kelompok ideologis cenderung lebih
membesar darpada kontes di antara kelompokkelompok kepentingan ekonomi, sehingga
kerugian memburu rente cenderung lebih
tinggi bagi kelompok pertama (kampanye
ideologis) darpada yang kedua (kampanye
persuasif ekonomi).
46
Hillman, Arye L. 1998.
“Political Economy and
Political Correctness”. Public
Choice 96: 219-39.
Mempertimbangkan penerimaan yang lambat
tentang konsep memburu rente pada awal 2
dekade pertama. Ia berargumen bahwa
ideologi kontemporer menuntut bahwa
pemerintahan demokratik dianggap bertindak
menurut kepentingan publik. Konsekuensinya,
ide tentang pemburu rente yang mampu untuk
membujuk orang lain bahwa kepentingan
personal mereka sesungguhnya merupakan
355
PARASIT PEMBANGUNAN
kepentingan publik itu dotolak oleh “ortodoksi
arus utama”, sebagai tidak mungkin atau
paling tidak secara politik keliru.
Sumber: Congleton, Hillman & Konrad, 2008: Buku 2.
*
356