Nilai pendidikan tauhid menurut Imam al-Ghazali serta implikasinya dalam pendidikan agama Islam.
NILAI PENDIDIKAN TAUHID MENURUT IMAM AL-GHAZALI SERTA
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Oleh:
ABDUL FATAH
NIM. D01211035
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
2017
ABSTRAK
Abdul Fatah, D01211035, 2016. Nilai Pendidikan Tauhid Menurut Imam AlGhazali Serta Implikasinya Dalam PAI. Skripsi program studi pendidikan
agama islam UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Tauhid, Al-Ghazali, Pendidikan Agama Islam
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang nilai pendidikan tauhid
menurut Al-Ghazali serta implikasinya dalam PAI. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, dari beberapa pemikiran-pemikiran Al-Ghazali yang banyak
tercermin dalam beberapa karyanya terutama kitab Ihya’ Ulumuddin.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi dan studi pustaka.
Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis isi.
Secara umum pendidikan tauhid berarti suatu proses pendidikan yang
didasarkan pada pengertian tauhid secara keseluruhan. Nilai pendidikan tauhid
adalah konsepsi abstrak yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam hidup, yang
memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang tentang apa yang baik,
benar, bijaksana dan yang berguna setelah dibimbing oleh pendidik secara
bertahap sehingga berkembang seluruh potensi yang ada pada peserta didik untuk
mengajarkan kepada sesamanya untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat
dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk di sekelilingnya yang
sesuai dengan ajaran Islam.
Setelah data dianalisis oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa nilai
pendidikan tauhid menurut Al-Ghazali, terdiri dari: (1) Nilai Keimanan (Aqidah),
meliputi: Allah Maha Segalanya, memperjelas tauhid secara hakikat, dan
menjauhi syirik (2)Nilai Ibadah/Syariah meliputi : pentingnya melaksanakan
semua aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an (3) Nilai Akhlak, meliputi:
hubungan antara manusia dan Tuhan. (4) Nilai hakikat yang mendasari segalanya
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Cover Dalam ..................................................................................................................... i
Surat Pernyataaan Keaslian Karya ................................................................................... ii
Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................................... iii
Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................................... iv
Lembar Persetujuan Publikasi ........................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................................ vi
Kata Pengantar ............................................................................................................... vii
Daftar Isi........................................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
E. Definisi Operasional.............................................................................................. 7
F. Batasan Masalah.................................................................................................... 9
G. Metode Penelitian ................................................................................................. 9
H. Sistematika Pembahasan ..................................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai
1. Pengertian Nilai............................................................................................. 16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Macam-macam Nilai ..................................................................................... 18
3. Pendekatan Penanaman Nilai ........................................................................ 20
B. Pendidikan Tauhid
1. Pengertian Pendidikan Tauhid ..................................................................... 22
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Tauhid ......................................................... 22
3. Makna dan Nilai Dalam Pendidikan Tauhid ................................................. 27
BAB III NILAI PENDIDIKAN TAUHID MENURUT IMAM AL-GHAZALI
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PAI
A. Biografi Imam Al-Ghazali
1. Latar Belakang Keluarga Imam Al-Ghazali ................................................. 36
2. Karya-Karya Imam Al-Ghazali ..................................................................... 39
3. Latar Belakang Pemikiran Imam Al-Ghazali ................................................ 41
4. Karya Imam Al-Ghazali
B. Konsep Nilai dan Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut
Imam Al-Ghazali.
1. Konsep Nilai Menurut Imam Al-Ghazali ...................................................... 49
2. Pendidikan Agama Islam Menurut Imam Al-Ghazali .................................. 50
3. Pendidikan Tauhid Menurut Imam Al-Ghazali ............................................ 54
BAB IV Analisa
A. Analisis Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut
Imam Al-Ghazali ................................................................................................. 58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Implikasi Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut Imam
Al-Ghazali ........................................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 71
B. Saran .................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dalam dunia pendidikan Islam menjadi tanggung jawab bagi
seluruh umat Islam terutama pada akademisi yang berkecimpung dan mempelajari
pendidikan Islam. Berbagai teori dan penemuan melalui riset telah banyak
ditemukan oleh tokoh dan pakar pendidikan Islam serta cendekiawan muslim di
belahan dunia manapun, masing-masing mempunyai keunggulan dan karekateristik
sendiri bagi wilayah territorial yang mereka temukan. Apalagi jika melihat proses
perjalanan zaman hingga sekarang telah banyak terjadi pergeseran budaya, moral
dan sebagainya yang menimbulkan kekhawatiran akan eksistensi pendidikan Islam.
Dekadensi moral yang terjadi dewasa ini sebenarnya juga disebabkan
oleh masih kurang efektifnya pendidikan dalam arti luas (di rumah, di sekolah, di
luar rumah dan sekolah). Pelaksanaan pendidikan yang sarat nilai dianggap belum
mampu menyiapkan generasi muda bangsa menjadi warga negara yang lebih baik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan reposisi, reevaluasi, dan redefinisi pendidikan nilai.
Keteladanan, keterpaduan, dan kesinambungan penyelenggaraan pendidikan nilai
yang dilakukan orang tua di rumah (lingkungan), para guru di sekolah, para
Pembina/instruktur/pelatih di luar sekolah dan di luar rumah (pendidikan informal,
formal, nonformal); serta penyampaian materi yang didekati dengan metode-metode
yang menyentuh totalitas emosional anak adalah merupakan prinsip-prinsip penting
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
yang sangat perlu diperhatikan menuju terwujudnya kualitas karakter bangsa yang
diharapkan.
Sasaran pembangunan pendidikan di Indonesia adalah untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotic, berdisiplin, kreatif, produktif, dan
professional demi tetap mantapnya budaya bangsa yang beradap, bermartabat,
kehidupan yang harmonis dan pada nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan
dalam proses pendidikan di sekolah. Namun, karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang mempunyai keberagaman atau majemuk dalam berbagai pengertian mulai
etnis, ras, keagamaan, maka secara otomatis mempunyai kerangka nilai yang
berbeda-beda. Sehingga relative sulit untuk menemukan dan mengembangkan nilainilai universal yang merupakan nilai bersama.
Walaupun demikian, pendidikan yang mempunyai nilai universal dalam
masyarakat merupakan proses belajar terus-menerus bagi semua orang dan semua
golongan, karena hal ini sesuai dengan hadits :
طلب العلم فريضة على: عن أنس بن مالك رضي اه ع ه قال قال رسول اه صلى اه عليه وسلم
(كل مسلم و مسلمة )روا إبن ماجه
Dari Anas bin Malik RA. Berkata, Rasulullah SAW. Bersabda “Menuntut
ilmu itu adalah fardlu atas setiap muslimim dan muslimat” (H.r. Ibn Majah).1
Aba ‘Abd’l-Lah Muhammad bin Yazid al-Qazwayni, Sunan Ibn Majah, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr,
1995), hal. 87.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Sehingga pada kali ini penulis akan banyak memfokuskan pada
pendidikan nilai dalam aspek agama (Islam) sesuai dengan bidang yang sedang
ditekuni penulis dijurusan Pendidikan Islam, Sehingga ada sinergitas antara
pendidikan nilai yang masih bersifat universal tersebut dengan pendidikan Islam.
Berbicara tentang Pendidikan Islam, kita tidak bisa melepaskan dari
struktur bangunan Islam itu sendiri. Islam sendiri mempunyai kepentingan dan
komitmen untuk menjadikan nilai-nilai tauhid sebagai landasan dan praktik dalam
dunia pendidikan. Pendidikan yang mempunyai landasan tauhid ini adalah
pendidikan yang mempunyai landasan kuat terhadap nilai ilahiayah (teologi) sebagai
acuan normative-etis dan nilai-nilai insaniah dan alamiah sebagai acuan praksis.2
Sehingga dari pandangan ini, tauhid tidak dijadikan sebagai “materi
pelajaran” tetapi lebih sebagai system ataupun konsep yang mendasari keseluruhan
system pendidikan Islam. Dengan kata lain tauhid akan menjadi basis yang
melandasi keseluruhan aktivitas dari proses pendidikan Islam. Seperti dalam AlQur’an :
...
2
Muhammad Irfan, Mastuki HS, Teologi Pendidikan, dalam kata pengantar prof. Dr. H Mastuhu, Jakarta:
friska Agung insani. 2000. h. x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus…” (QS. Al-Bayyinah : 5) 3
Karena subyek utama dalam pendidikan adalah manusia, maka dengan
tauhid ini pendidikan hendak mengarahkan anak didik menjadi “manusia tauhid”,
dalam arti manusia yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap Tuhannya dan
menjaga hubungan baik dengan sesama dan lingkungannya.4 Oleh karena itu
pendidikan Islam harus dibangun atas landasan yang kuat dan benar dari pandangan
dunia tauhid.
Dalam makna lain, tujuan pendidikan Islam adalah proses sesuatu yang
terikat oleh nilai-nilai ketuhanan (teistik) atau ketauhidan. Karena itu, pemaknaan
pendidikan merupakan perpaduan antara keunggulan spiritual dengan cultural.
Dengan demikian, budaya akan berkembang dengan berlandaskan nilai-nilai agama,
yang mana pada gilirannya akan melahirkan hasil cipta, karya, rasa dan karsa
manusia yang sadar akan nilai-nilai ilahiah (keimanan-ketauhidan).5
Kesadaran tinggi akan keberagamaan yang mengkristal dalam pribadi
orang yang beriman dan bertaqwa adalah wujud dari kepatuhannya terhadap Allah
SWT. Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri seseorang mengenahi
pentingnya seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan maka niat,
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, CV. Karya Insan Indonesia, 2004, hlm.207
Muh.Irfan, op.cit. h.x
5
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004 hlm.199
3
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
ucapan, tindakan, perilaku dan tujuan senantiasa diupayakan berada dalam lingkup
nilai-nilai yang diyakini. Apabila hal ini dikaitkan dengan pendidikan Islam maka
akan mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pencapaian tujuan dari
pendidikan Islam.
Pandangan terhadap fenomena pendidikan di atas memberikan inspirasi
pada penulis untuk lebih jauh mengungkap pendidikan yang sarat akan nilai-nilai
luhur, karena sesuai dengan bidang yang sedang ditekuni oleh penulis adalah
pendidikan Islam maka kajian tentang nilai ini kemudian dispesifikkan atau
dikhususkan pada aspek nilai ketauhidan, yang sekaligus sebagai landasan dalam
pengembangan pendidikan Islam. Sehingga penulis memberi judul penulisan ini
dengan judul: ‘’NILAI PENDIDIKAN TAUHID MENURUT IMAM ALGHAZALI SERTA IMPLIKASINYA DALAM PAI’’.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pusat perhatian dalam sebuah
penelitian. Untuk itu, sesuai latar belakang masalah sebagaimana di jabarkan
di atas, maka masalah penelitian ini adalah berusaha menjawab persoalan
tentang :
1. Bagaimanakah pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan Tauhid?
2. Bagaimanakah implikasi Pendidikan Tauhid dalam PAI?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
C. Tujuan Penelitian
1. Penulis ingin mengetahui bagaimana pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan
Tauhid.
2. Mengetahui implikasi Pendidikan Tauhid menurut pemikiran Al Ghazali.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Secara teoritis:
a. Memberikan kontribusi keilmuan dalam bidang Pendidikan Islam terutama
berkaitan dengan pemikiran Al Ghazali dalam bidang Pendidikan Tauhid.
b. Mengkaji pemikiran Al Ghazali dalam bidang Pendidikan terutama ilmu
tauhid karena dengan mengkaji nilai serta implikasinya,
maka dapat
dijadikan sebagai modal untuk kemudian diterapkan dalam perkembangan
pendidikan dan masyarakat saat ini dan kemudian hari.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bangunan ilmu
pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Khususnya di
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan masyarakat Indonesia
umumnya.
2. Secara praktis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya terkait gagasangagasan Al Ghazali.
b. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah dan
masyarakat.
E. Definisi Operasional
Untuk lebih memudahkan dalam memahami penggunaan istilah dalam penelitian
ini, akan dijelaskan beberapa istilah sebagai penjelasan agar nanti tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menafsirkan dan memahami berbagai istilah tersebut. Istilahistilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai adalah Harga yang diberikan terhadap sesuatu berdasarkan keyakinan
ataupun norma dan standarisasi yang berlaku dalam sebuah komunitas. Bisa
berupa keharusan, larangan atau anjuran.
2. Pendidikan Tauhid, berarti suatu pendidikan yang diarahkan kepada Tauhid,
sedangkan tauhid secara terminologis, mempunyai artian keesaan (berasal dari
kata wahida yang berarti satu atau esa). Secara religius, tauhid mempunyai
artian pengakuan atas keesaan Tuhan, keyakinan atas “kehadiran” peran
Tuhan dalam semua ruang dan waktu dan pelaksanaan keyakinan tersebut
dalam kehidupan praktis-nyata. Diskusi tauhid melampaui pembicaraan logisrasional yang sering hanya mengambang pada tataran teori tanpa nilai karena
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
tanpa diikuti eksistensi pelaksanaan praktis.6 Tauhid pun tidak hanya terbatas
pada definisi serta perdebatan golongan filosof dan teolog, mengenai inti
pokok ketuhanan dalam islam, tetapi tauhid lebih kepada keyakinan serta
pengalaman religius yang mampu melingkupi wilayah transenden dan praktis
sekaligus secara bersamaan tanpa adanya konflik.
3. Implikasi dalam Kamus Filsafat adalah mengandung dampak atau pengaruh
terhadap sesuatu.7
4. Pendidikan Islam, menurut Zakiah Darajat adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat kelak.8
Dalam konsep Islam tentang tauhid ini sebenarnya sudah terformulasi
secara sederhana dalam kalimat lailaha illa Allah tiada illah (tuhan) kecuali
Allah (Tuhan) atau yang lebih dikenal dengan shahadat, kalimat persaksian akan
adanya Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Diskursus tentang ketauhidan ini akan banyak disingungkan dengan
aspek kemanusiaan atau dalam aspek wilayah antropo-sosiologis dan
6
7
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,Bandung: Pustaka, 1988.h.1
Tim Penyusun Rosda, Kamus Filsafat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 155.
8
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm. 86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
kosmologisnya dengan tetap berpegangan pada makna dari tauhid sendiri yang
berarti mengesakan Allah meliputi segala pengesaannya, kesatuan Tuhan dan
kesatuan kebenaran.
F. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi mis-undertansding atau salam pemahaman
dalam
memahami hasil dari penulisan ini nanti, maka penulis perlu untuk menjelaskan
batasan pembahasannya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mengungkapkan
nilai pendidikan yang mana didalamnya mencakup tentang nilai-nilai religius
spiritual yang didalamnya terkandung nilai religius-teistik (ketauhidan) yang
didasarkan dalam pengertian tasawuf. Kemudian pendidikan nilai disini akan
disinergiskan dengan pendidikan agama Islam, yang didalamnya juga dilandasi oleh
nilai ketauhidan.
Sehingga pada akhirnya penulisan ini adalah mengungkap bagaimana nilai
ketauhidan (religius-spiritual) yang kemudian diterapkan dalam kehidupan manusia
atau aspek kemanusian (antropo-sosiologis). Dari sini diharapkan bahwa nilai
ketauhidan mampu memberi landasan yang kuat bagi seseorang (muslim) dalam
kehidupan sehari-harinya dengan akhlak ataupun moral yang bagus.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research). Berpacu
pada definisi penelitian kepustakaan sendiri ialah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian.9Iskandar menjelaskan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berpegang pada paradigma naturalistik atau
fenomenologi10. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan dalam
setting alamiah terhadap suatu fenomena.11 Lebih jauh Sugiyono menjelaskan
penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda-beda. Salah
satunya adalah untuk meneliti sejarah perkembangan kehidupan seorang tokoh
atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan
menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau
orang yang dipandang tahu.12 Berkaitan dengan judul skripsi ini Nilai
Pendidikan Tauhid menurut Imam Al-Ghazali serta implikasinya dalam PAI
maka tokoh yang diteliti adalah Imam Al-Ghazali.
2. Pendekatan Penelitian
9
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), Cet. Ke- 3, h.
3.
10
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 9.
11
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif), (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), hlm. 187-188.
12
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung:
Alfabeta. 2010), hlm 35-36.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Penelitian ini tergolong penelitian pustaka atau literer, maka penelitian
ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan deskriptif13 analitis,
yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan data secara kuantitatif.
3. Sumber yang Digunakan
Karena penelitian ini adalah kajian kepustakaan maka sumber data yang
digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data.14 Jadi secara tidak lansung karya yang ditulis oleh tokoh
tersebut disebut juga dengan data utama (primer). Sedangkan sumber data bantu
atau tambahan (sekunder) adalah kajian-kajian yang berkaitan dengan tema ini.
a. Sumber Primer
1. Ahmad Syamsudin, Kehidupan, Riwayat, dan Falsafah Alghazali. Darul
Kitab Ilmiah, Lebanon, 1990.
2. Al-Ghazali, Neraca Kebenaran.Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003.
3. Al-Ghazali, Ringkasan Ajaran Tasawuf.Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003.
4. Al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin.Gitamedia Press, Yogyakarta,
2003.
13
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002),hlm.6
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
5. Abidin Ibn Rusyn, pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, Pustaka
pelajar, Yogyakarta, 1998
b. Sumber Sekunder
1. Mujamil Qomar, Epistemologi pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta,
2005.
2. Muhammad Zaini, membumikan Tauhid, Pustaka Ilmu,Yogyakarta,
2011)
3. Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2015.
4. Syafi’I Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1995)
5. Dan referensi lainya yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dokumenter,
yaitu mencari atau mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable penelitian
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, prasasti,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
rapat, leger, dan sebagainya.15 penulis juga menggunakan teknik pengumpulan
yang merujuk sumber primer baik sumber itu ditulis langsung oleh Al-Ghazali
maupun sumber-sumber sekunder terkait kajian orang lain yang membahas
pemikiran tokoh yang penulis angkat dalam penelitian ini.
Disamping dokumenter teknik pengumpulan data dalam skripsi ini
menggunakan metode:
a) Reading, yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang
berkenaan dengan tema penelitian.
b) Writing, yaitu mencatat data yang berkenaan dengan penelitian.
c) Editing, yaitu pemeriksaan data secara cermat dari kelengkapan referensi,
arti dan makna, istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan dan semua catatan
data yang telah dihimpun.
d) Untuk semua data yang dibutuhkan agar terkumpul, maka dilakukan analisis
data yang bersifat kualitatif yang bermaksud mengorganisasikan data.
Setelah data terkumpul, maka proses analisis data dimulai dari menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.16
5. Teknik Analisis Data
Adapun tehnik analisis data dari penelitian ini adalah menggunakan
instrument analisis deduktif dan content analysis atau analisa isi. Dengan
menggunakan analisis deduktif, langkah yang penulis gunakan dalam penelitian
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 206.
16
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), 193.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
ini ialah dengan cara menguraikan beberapa data yang bersifat umum yang
kemudian ditarik ke ranah khusus atau kesimpulan yang pasti.17 Sedangkan
content analysis penulis pergunakan dalam pengolahan data dalam pemilahan
pembahasan dari beberapa gagasan atau yang kemudian dideskripsikan, dibahas
dan dikritik. Selanjutnya dikelompokan dengan data yang sejenis, dan dianalisa
isinya secara kritis guna mendapatkan formulasi yang kongkrit dan memadai,
sehingga pada akhirnya penulis pergunakan sebagai langkah dalam mengambil
kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ada.18
Maksud penulis dalam penggunanaan teknik Content analisis ialah untuk
mempertajam maksud dan inti data-data yang menyangkut pemaknaan dan
mencari arti diangkat dari intensitas kejadiannya,19 sehingga secara langsung
memberikan ringkasan padat tentang fokus utama konsep pemikiran Al-Ghazali,
analisis ini penting untuk dijadikan rambu-rambu agar uraian yang ditulis dalam
penelitian ini tidak jauh melebar dari fokus inti pembahasan.
17
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke- 10,
h.18.
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 103.
19
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Raka Sarasin, 1996), hlm. 50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
H. Sistematika Pembahasan
BAB I
: Pendahuluan yang berisikan tentang, latar belakang, alasan
memilih judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian meliputi: (jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data
dan teknik analisa data, sistematika pembahasan.
BAB II
: Kajian Pustaka yang berisi tentang nilai dan pendidikan tauhid.
BAB III
: Pemaparan Hasil Penelitian yang berisi tentang biografi dan
riwayat Imam Al-Ghazali serta pemikirannya
BAB IV
: Analisa yang berisi tentang nilai dan implikasinya.
BAB V
: Penutup meliputi: kesimpulan dan saran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
BAB II
Konsep Nilai dalam Pendidikan Tauhid
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan. Di satu
sisi, nilai dibicarakan sebagai nilai ekonomi yang disandarkan pada nilai produk,
kesejahteraan dan harga, dengan penghargaan yang demikian tinggi pada hal
yang bersifat material. Sementara di lain hal, nilai digunakan untuk mewakili
gagasan atau makna abstrak dan tak terukur dengan jelas. Nilai yang tak terukur
dan abstrak itu antara lain keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan
persamaan. Dikemukakan pula, sistem nilai merupakan sekelompok nilai yang
saling berkaitan satu dengan lainnya dalam sebuah sistem yang saling
menguatkan dan tidak terpisahkan. Nilai-nilai itu bersumber dari agama maupun
dari tradisi humanistik. Karena itu perlu dibedakan secara tegas antara nilai
sebagai kata benda abstrak dengan cara perolehan nilai sebagai kata kerja. Dalam
beberapa hal sebenarnya telah ada kesepakatan umum secara etis mengenai
pengertian nilai, walaupun terdapat perbedaan dalam memandang etika perilaku.
Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian, dimana
pengertian satu berbeda dengan yang lainnya. Adanya perbedaan pengertian
tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai tersebut
sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
yang komplek dan sulit ditentukan batasannya. Bahkan, karena sulitnya itu
Kosttaf, memandang bahwa nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.1
Aneka ragam pengertian nilai yang telah dihasilkan oleh sebagian dari
para ahli sengaja dihadirkan dalam bahasan ini dalam rangka memperoleh
pengertian yang lebih utuh.
Gazalba menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia
ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar dan salah
yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak di kehendaki, disenangi dan tidak disenangi.2
Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersurat atau tersirat,
yang sifatnya membedakan ciri-ciri individu atau kelompok) dari apa yang
diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan
akhir tindakan. Menurut Brameld, definisi itu memiliki banyak implikasi
terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian yang lebih spesifik
andaikata dikaji secara lebih mendalam. Namun Brameld dalam bukunya tentang
landasan-landasan budaya pendidikan hanya mengungkapkan enam implikasi
penting, yaitu: (1) Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif
(logic dan rasional) dan proses atektik (ketertarikan atau penolakan menurut
kata hati); (2) Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak
bermakna apabila diverbalisasi; (3) Apabila hal itu berkenaan dengan budaya,
1
2
Thoha Chatib. Kapita Selekta Pendidikan Islam.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm.61
Thoha, ibid,hlm.61
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau kelompok; (4)
Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa
nilai pada dasarnya disamakan (equated) dari pada diinginkan, ia didefinisikan
berdasarkan keperluan sistem kepribadian dan sosio-budaya untuk mencapai
keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam kehidupan sosial; (5)
Pilihan diantara nilai-nilai alternatif dibuat dengan konteks ketersediaan tujuan
antara (means) dan tujuan akhir (ends); dan (6) Nilai itu ada, ia merupakan fakta
alam, manusia, budaya dan pada saat yang sama ia adalah norma-norma yang
disadari.3
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat difahami bahwa nilai
itu adalah suatu kualitas tertentu yang mempunyai keberhargaan yang harus
diapresiasikan dan dimiliki manusia, baik individu maupun sosial. Nilai tersebut
bersifat normatif, objektif dan universal, yang merupakan cita-cita kehidupan
baik individual maupun komunal.4
2. Macam-macam Nilai
Nilai jika dilihat dari segi pengklasifikasian terbagi menjadi bermacammacam, diantaranya:
a. Dilihat dari segi Sumbernya maka nilai terbagi menjadi dua, yaitu Nilai
yang turun bersumber dari Allah SWT yang disebut dengan nilai
3
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 8-11.
4
M.Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), hlm. 185
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
ilahiyyah dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban
manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan
yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.5
b. Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai
pendidikan yaitu:
1. Nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai
untuk sesuatu yang lain.
2. Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tida untuk sesuatu
yang lain melainkan didalam dan dirinya sendiri.
Nilai instrumental dapat juga dikategorikan sebagai nilai yang
bersifat relatif dan subjektif , dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi
daripada nilai instrumental.
c. Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
1. Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek.
Hal ini sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek
tersebut.
2. Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan
esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat,
5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 250
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
seperti nilai kemerdekaan, nilai kesehatan, nilai keselamatan, badan
dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
3. Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang ternyata mampu
menyusun kenyataan objektif seperti nilai-nilai agama.
3. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) yaitu suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam
diri siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pendekatan
penanaman nilai ini memiliki dua tujuan yaitu diterimanya nilai-nilai sosial
tertentu oleh peserta didik, dan berubahnya nilai-nilai peserta didik yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan mengarahkan pada perubahan
yang lebih baik.
Ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru
dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu pendekatan: pengalaman,
pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan keteladanan.
Pertama, pendekatan pengalaman. Pendekatan pengalaman merupakan
proses penanarnan nilai-nilai kepada siswa melalui pemberian pengalaman
langsung. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman spiritual baik secara individual maupun kelompok.
Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah suatu
tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran
memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep
ajaran nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya
untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilainilai universal serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Keempat, pendekatan rasional. Pendekatan rasional rnerupakan suatu
pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran nilai-nilai universal yang di ajarkan
Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional adalah usaha
menanamkan nilai-nilai yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Keenam, pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah
memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi
pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga
kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang menjungjung
tinggi nilai-nilai universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan
ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
B. Pendidikan Tauhid
1. Pengertian Pendidikan Tauhid
Pendidikan tauhid adalah proses pendidikan yang berorientasi pada
tauhid. Sedangkan pengertian tauhid, dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti
”Keesaan Allah”, mentauhidkan bearti mengakui keesaan Allah, mengesakan
Allah.6Mempercayai
bahwa
Allah
SWT
adalah
satu-satunya
pencipta,
pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta.7
Definisi tauhid secara tasawuf adalah sikap mengesakan Allah dalam
segala aspeknya yang didasarkan pada keadaan empiris. Bertauhid kepada Allah
adalah tidak menjadikan sesuatu selain-Nya untuk dijadikan tempat bersandar
didalam hidup ini.8 Sedangkan tauhid dalam ilmu kalam adalah pembahasan
tentang sifat-sifat yang wajib ada pada Allah.
Demikianlah pengertian tauhid yang intinya adalah keyakinan akan Esanya ketuhanan Allah SWT, dan ikhlasnya peribadatan hanya kepada-Nya, dan
keyakinan atas nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Tauhid
Dalam
konteks
pengembangan
umat,
tauhid
berfungsi
mentransformasikan setiap individu agar menjadi manusia yang lebih ideal
6
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1989) hal. 907.
7
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, (Jakarta: Darul Haq,
1998) hal. 9.
8
Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan, (Jakarta: Gema Insani,2006), hlm.103
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap
belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan tauhid adalah:
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk. Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat
muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya.
Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja
kepada para pemimpin mereka, tanpa daya pikir kritis serta keberanian untuk
mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang
tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT dalam Al-Qur’an :
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, Andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul. Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (Q.S Al Ahzab : 66-67)9
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LaailaahaillAllah” ( tidak ada Tuhan
selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan
mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang muslim telah
memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat muslim
mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad ila
‘ibadatillahi ” atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia
kepada menyembah Allah SWT semata.
2.
Menjaga manusia dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-kesenangan sensual belaka. Suatu
kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti dalam Al-Qur’an :
9
Depag RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya. Op.cit, hlm.604
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?,Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q.S Al Furqan: 4344)10
3. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini
pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia
tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya
lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan
yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya,
dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa
umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut
tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang
dimilikinya.
4.
Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya
dilaksanakan secara konsisten. Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan
dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu
10
Al-Qur’an dan terjemahnya, op.cit. hlm. 508
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di
tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun
kekuasaan selain Ilahirabbi.
5.
Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT
sebagai pusat kesadaran intelektual mereka. Dengan kata lain, kita meyakini
bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi
merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna
oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal
yang ghoib (abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang
tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen,
sehingga tidak mudah terombang- ambing oleh perkembangan zaman dan tidak
terpengaruh keyakinan yang menyesatkan.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga
akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada manusia lainnya di hadapan Allah, maka
juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun
suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau
bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
3. Makna dan Nilai Dalam Pendidikan Tauhid
Pendidikan Islam tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai tauhid karena
hakikat ilmu bersumber dari Allah. Dia mengajari manusia melalui al-qalam dan
al-‘ilm. Al-qalam adalah konsep tulis-baca yang memuat simbol penelitian dan
eksperimentasi ilmiah. Sedangkan al-‘ilm adalah alat yang mendukung manusia
untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaannya. Melalui konsep
tarbiyyah, ta‘līm dan ta’dīb yang telah dikembangkan selama ini oleh para ahli
semuanya mengacu kepada bagaimana membina umat manusia untuk
berhubungan dengan Allah.
Dapat dipastikan bahwa essensi dari peradaban Islam adalah Islam itu
sendiri dan essensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, yang kemudian
terformulasikan dalam kalimat shahadat. Tauhid adalah yang memberikan
identitas pada peradaban Islam, mengikat semua unsurnya bersama-sama dan
menjadikan unsure-unsur tersebut suatu kesatuan yang integral dan organis yang
kita sebut sebagai peradaban. Karenanya berpegang teguh pada prinsip tauhid
merupakan fondamen dari keseluruhan kesalehan.11
Bentuk dari persaksian seorang muslim adalah “kalimat thoiyibah” La
illaha illa Allah yang kemudian terformulasikan kedalam kalimat sahadat
ashadu an Lailaha illa Allah wa ashadu anna Muhammad al Rosulullah (aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah). Kalimat yang sederhana namun mempunyai makna yang
11
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, Penerjemah:Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1988.,h.16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
sangat fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Kalimat yang
menjadikannya
masuk
dan
diakui
sebagai
seorang
Muslim
dan
mengantarkannya kepada Allah dalam keadaan tunduk patuh kepada-Nya.
Kalimat ini adalah ruh hidup dan matinya seorang muslim.
Melihat pengertian Lailaha illa Allah ini dapat difahami bahwa seluruh
orientasi kehidupan seseorang Muslim adalah Allah. Namun persaksian yang
benar dalam Islam tidak cukup hanya berhenti pada ucapan lisan dan
pembenaran hati, begitu juga tidak hanya dengan memahami makna secara
benar, tetapi harus disertai dengan mengamalkan segala ketentuannya, baik
secara lahiriah maupun bathiniyah. Dengan Laillaha illa Allah seorang muslim
tidak hanya meniadakan sesembahan selain Allah, tetapi sekaligus menetapkan
sesembahan bagi Allah semata. Kalimat tauhid ini mencakup loyalitas dan bersih
diri serta al nafy atau menegasikan kepada tuhan- tuhan lain dan afirmasi kepada
Tuhan yang satu (Allah).
Dari konsep penegasian ini bukan berarti kemudian Islam secara
langsung mengklaim bahwa pemahaman-pemahaman terhadap konsep Tuhan
selain Islam adalah salah mutlak, karena secara subtansial semua agama
bersumber pada keyakinan akan satu Tuhan (monoteisme) atau ke-Tauhid-an.
Untuk meminimalisasi kesan bahwa ummat Islam esklusif dan terjebak dalam
ektrimis gerakan, maka dalam memahami konsep Tauhid harus kita maknai
dengan perspektif yang lebih inklusif sekaligus progresif.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Setidaknya ada tiga makna dalam pemahaman Tauhid, yang pertama
adalah, tauhid melahirkan pengakuan pada kenyataan bahwa hanya ada satu
Tuhan yang menciptakan, yang memelihara segala sesuatu yang menjaga dunia.
Karenanya, segala bentuk kemusrikan tidak dibenarkan dan amat bertentangan
dengan faham tauhid. Yang kedua adalah, Tuhan memiliki sifat-sifat unik, suatu
sifat yang tidak dimiliki oleh sesuatu selain Dia. Sedangkan aspek ketiga adalah,
tauhid mengarahkan manusia pada tujuan hidup yang lebih jelas.12
Dalam perspektif ini, pemahaman terhadap tauhid mengantarkan kita
untuk lebih memahami konsep rubbubiyah Allah dan ulluhiya-Nya. Rubbubiyah
Allah adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya pencipta segala yang ada
dan akan ada, sedangkan tauhid ulluhiyah adalah suatu pernyataan tegas dari
hamba-Nya yang menyatakan bahwa Dialah al-Haq, Tiada Tuhan selain Allah,
sehingga seringkali tauhid ulluhiyah disebut juga tauhid ibadah.
a. Tauhid Rububiyah
Konsep ini mengandung pengertian bahwa Allah adalah pelaku mutlak
dalam
setiap
kejadian,
misalnya
penciptaan,
pengaturan,
perubahan,
penambahan, pengurangan, menghidupkan dan mematikan dll. Konsep tauhid ini
lebih menekankan kepada wujud Tuhan dan atau eksistensi Tuhan ya
IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SKRIPSI
Oleh:
ABDUL FATAH
NIM. D01211035
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
2017
ABSTRAK
Abdul Fatah, D01211035, 2016. Nilai Pendidikan Tauhid Menurut Imam AlGhazali Serta Implikasinya Dalam PAI. Skripsi program studi pendidikan
agama islam UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kata Kunci: Nilai, Pendidikan Tauhid, Al-Ghazali, Pendidikan Agama Islam
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang nilai pendidikan tauhid
menurut Al-Ghazali serta implikasinya dalam PAI. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif, dari beberapa pemikiran-pemikiran Al-Ghazali yang banyak
tercermin dalam beberapa karyanya terutama kitab Ihya’ Ulumuddin.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi dan studi pustaka.
Sedangkan analisis data dilakukan dengan analisis isi.
Secara umum pendidikan tauhid berarti suatu proses pendidikan yang
didasarkan pada pengertian tauhid secara keseluruhan. Nilai pendidikan tauhid
adalah konsepsi abstrak yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam hidup, yang
memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang tentang apa yang baik,
benar, bijaksana dan yang berguna setelah dibimbing oleh pendidik secara
bertahap sehingga berkembang seluruh potensi yang ada pada peserta didik untuk
mengajarkan kepada sesamanya untuk berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat
dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan makhluk di sekelilingnya yang
sesuai dengan ajaran Islam.
Setelah data dianalisis oleh peneliti, dapat disimpulkan bahwa nilai
pendidikan tauhid menurut Al-Ghazali, terdiri dari: (1) Nilai Keimanan (Aqidah),
meliputi: Allah Maha Segalanya, memperjelas tauhid secara hakikat, dan
menjauhi syirik (2)Nilai Ibadah/Syariah meliputi : pentingnya melaksanakan
semua aturan yang telah ditentukan dalam Al-Qur’an (3) Nilai Akhlak, meliputi:
hubungan antara manusia dan Tuhan. (4) Nilai hakikat yang mendasari segalanya
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
Cover Dalam ..................................................................................................................... i
Surat Pernyataaan Keaslian Karya ................................................................................... ii
Lembar Pengesahan Pembimbing ................................................................................... iii
Lembar Pengesahan Penguji ........................................................................................... iv
Lembar Persetujuan Publikasi ........................................................................................... v
Abstrak ............................................................................................................................ vi
Kata Pengantar ............................................................................................................... vii
Daftar Isi........................................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6
E. Definisi Operasional.............................................................................................. 7
F. Batasan Masalah.................................................................................................... 9
G. Metode Penelitian ................................................................................................. 9
H. Sistematika Pembahasan ..................................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Nilai
1. Pengertian Nilai............................................................................................. 16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2. Macam-macam Nilai ..................................................................................... 18
3. Pendekatan Penanaman Nilai ........................................................................ 20
B. Pendidikan Tauhid
1. Pengertian Pendidikan Tauhid ..................................................................... 22
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Tauhid ......................................................... 22
3. Makna dan Nilai Dalam Pendidikan Tauhid ................................................. 27
BAB III NILAI PENDIDIKAN TAUHID MENURUT IMAM AL-GHAZALI
SERTA IMPLIKASINYA DALAM PAI
A. Biografi Imam Al-Ghazali
1. Latar Belakang Keluarga Imam Al-Ghazali ................................................. 36
2. Karya-Karya Imam Al-Ghazali ..................................................................... 39
3. Latar Belakang Pemikiran Imam Al-Ghazali ................................................ 41
4. Karya Imam Al-Ghazali
B. Konsep Nilai dan Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut
Imam Al-Ghazali.
1. Konsep Nilai Menurut Imam Al-Ghazali ...................................................... 49
2. Pendidikan Agama Islam Menurut Imam Al-Ghazali .................................. 50
3. Pendidikan Tauhid Menurut Imam Al-Ghazali ............................................ 54
BAB IV Analisa
A. Analisis Nilai Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut
Imam Al-Ghazali ................................................................................................. 58
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Implikasi Pendidikan Tauhid Dalam Pendidikan Agama Islam Menurut Imam
Al-Ghazali ........................................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 71
B. Saran .................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan dalam dunia pendidikan Islam menjadi tanggung jawab bagi
seluruh umat Islam terutama pada akademisi yang berkecimpung dan mempelajari
pendidikan Islam. Berbagai teori dan penemuan melalui riset telah banyak
ditemukan oleh tokoh dan pakar pendidikan Islam serta cendekiawan muslim di
belahan dunia manapun, masing-masing mempunyai keunggulan dan karekateristik
sendiri bagi wilayah territorial yang mereka temukan. Apalagi jika melihat proses
perjalanan zaman hingga sekarang telah banyak terjadi pergeseran budaya, moral
dan sebagainya yang menimbulkan kekhawatiran akan eksistensi pendidikan Islam.
Dekadensi moral yang terjadi dewasa ini sebenarnya juga disebabkan
oleh masih kurang efektifnya pendidikan dalam arti luas (di rumah, di sekolah, di
luar rumah dan sekolah). Pelaksanaan pendidikan yang sarat nilai dianggap belum
mampu menyiapkan generasi muda bangsa menjadi warga negara yang lebih baik.
Oleh karena itu, perlu dilakukan reposisi, reevaluasi, dan redefinisi pendidikan nilai.
Keteladanan, keterpaduan, dan kesinambungan penyelenggaraan pendidikan nilai
yang dilakukan orang tua di rumah (lingkungan), para guru di sekolah, para
Pembina/instruktur/pelatih di luar sekolah dan di luar rumah (pendidikan informal,
formal, nonformal); serta penyampaian materi yang didekati dengan metode-metode
yang menyentuh totalitas emosional anak adalah merupakan prinsip-prinsip penting
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
yang sangat perlu diperhatikan menuju terwujudnya kualitas karakter bangsa yang
diharapkan.
Sasaran pembangunan pendidikan di Indonesia adalah untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, tangguh, sehat, cerdas, patriotic, berdisiplin, kreatif, produktif, dan
professional demi tetap mantapnya budaya bangsa yang beradap, bermartabat,
kehidupan yang harmonis dan pada nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan
dalam proses pendidikan di sekolah. Namun, karena bangsa Indonesia adalah bangsa
yang mempunyai keberagaman atau majemuk dalam berbagai pengertian mulai
etnis, ras, keagamaan, maka secara otomatis mempunyai kerangka nilai yang
berbeda-beda. Sehingga relative sulit untuk menemukan dan mengembangkan nilainilai universal yang merupakan nilai bersama.
Walaupun demikian, pendidikan yang mempunyai nilai universal dalam
masyarakat merupakan proses belajar terus-menerus bagi semua orang dan semua
golongan, karena hal ini sesuai dengan hadits :
طلب العلم فريضة على: عن أنس بن مالك رضي اه ع ه قال قال رسول اه صلى اه عليه وسلم
(كل مسلم و مسلمة )روا إبن ماجه
Dari Anas bin Malik RA. Berkata, Rasulullah SAW. Bersabda “Menuntut
ilmu itu adalah fardlu atas setiap muslimim dan muslimat” (H.r. Ibn Majah).1
Aba ‘Abd’l-Lah Muhammad bin Yazid al-Qazwayni, Sunan Ibn Majah, Juz I, (Beirut: Dar al-Fikr,
1995), hal. 87.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Sehingga pada kali ini penulis akan banyak memfokuskan pada
pendidikan nilai dalam aspek agama (Islam) sesuai dengan bidang yang sedang
ditekuni penulis dijurusan Pendidikan Islam, Sehingga ada sinergitas antara
pendidikan nilai yang masih bersifat universal tersebut dengan pendidikan Islam.
Berbicara tentang Pendidikan Islam, kita tidak bisa melepaskan dari
struktur bangunan Islam itu sendiri. Islam sendiri mempunyai kepentingan dan
komitmen untuk menjadikan nilai-nilai tauhid sebagai landasan dan praktik dalam
dunia pendidikan. Pendidikan yang mempunyai landasan tauhid ini adalah
pendidikan yang mempunyai landasan kuat terhadap nilai ilahiayah (teologi) sebagai
acuan normative-etis dan nilai-nilai insaniah dan alamiah sebagai acuan praksis.2
Sehingga dari pandangan ini, tauhid tidak dijadikan sebagai “materi
pelajaran” tetapi lebih sebagai system ataupun konsep yang mendasari keseluruhan
system pendidikan Islam. Dengan kata lain tauhid akan menjadi basis yang
melandasi keseluruhan aktivitas dari proses pendidikan Islam. Seperti dalam AlQur’an :
...
2
Muhammad Irfan, Mastuki HS, Teologi Pendidikan, dalam kata pengantar prof. Dr. H Mastuhu, Jakarta:
friska Agung insani. 2000. h. x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus…” (QS. Al-Bayyinah : 5) 3
Karena subyek utama dalam pendidikan adalah manusia, maka dengan
tauhid ini pendidikan hendak mengarahkan anak didik menjadi “manusia tauhid”,
dalam arti manusia yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap Tuhannya dan
menjaga hubungan baik dengan sesama dan lingkungannya.4 Oleh karena itu
pendidikan Islam harus dibangun atas landasan yang kuat dan benar dari pandangan
dunia tauhid.
Dalam makna lain, tujuan pendidikan Islam adalah proses sesuatu yang
terikat oleh nilai-nilai ketuhanan (teistik) atau ketauhidan. Karena itu, pemaknaan
pendidikan merupakan perpaduan antara keunggulan spiritual dengan cultural.
Dengan demikian, budaya akan berkembang dengan berlandaskan nilai-nilai agama,
yang mana pada gilirannya akan melahirkan hasil cipta, karya, rasa dan karsa
manusia yang sadar akan nilai-nilai ilahiah (keimanan-ketauhidan).5
Kesadaran tinggi akan keberagamaan yang mengkristal dalam pribadi
orang yang beriman dan bertaqwa adalah wujud dari kepatuhannya terhadap Allah
SWT. Kepatuhan ini dilandasi oleh keyakinan dalam diri seseorang mengenahi
pentingnya seperangkat nilai religius yang dianut. Karena kepatuhan maka niat,
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, CV. Karya Insan Indonesia, 2004, hlm.207
Muh.Irfan, op.cit. h.x
5
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004 hlm.199
3
4
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
ucapan, tindakan, perilaku dan tujuan senantiasa diupayakan berada dalam lingkup
nilai-nilai yang diyakini. Apabila hal ini dikaitkan dengan pendidikan Islam maka
akan mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pencapaian tujuan dari
pendidikan Islam.
Pandangan terhadap fenomena pendidikan di atas memberikan inspirasi
pada penulis untuk lebih jauh mengungkap pendidikan yang sarat akan nilai-nilai
luhur, karena sesuai dengan bidang yang sedang ditekuni oleh penulis adalah
pendidikan Islam maka kajian tentang nilai ini kemudian dispesifikkan atau
dikhususkan pada aspek nilai ketauhidan, yang sekaligus sebagai landasan dalam
pengembangan pendidikan Islam. Sehingga penulis memberi judul penulisan ini
dengan judul: ‘’NILAI PENDIDIKAN TAUHID MENURUT IMAM ALGHAZALI SERTA IMPLIKASINYA DALAM PAI’’.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pusat perhatian dalam sebuah
penelitian. Untuk itu, sesuai latar belakang masalah sebagaimana di jabarkan
di atas, maka masalah penelitian ini adalah berusaha menjawab persoalan
tentang :
1. Bagaimanakah pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan Tauhid?
2. Bagaimanakah implikasi Pendidikan Tauhid dalam PAI?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
C. Tujuan Penelitian
1. Penulis ingin mengetahui bagaimana pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan
Tauhid.
2. Mengetahui implikasi Pendidikan Tauhid menurut pemikiran Al Ghazali.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna:
1. Secara teoritis:
a. Memberikan kontribusi keilmuan dalam bidang Pendidikan Islam terutama
berkaitan dengan pemikiran Al Ghazali dalam bidang Pendidikan Tauhid.
b. Mengkaji pemikiran Al Ghazali dalam bidang Pendidikan terutama ilmu
tauhid karena dengan mengkaji nilai serta implikasinya,
maka dapat
dijadikan sebagai modal untuk kemudian diterapkan dalam perkembangan
pendidikan dan masyarakat saat ini dan kemudian hari.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan bangunan ilmu
pengetahuan dan mengembangkan Pendidikan Agama Islam. Khususnya di
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan masyarakat Indonesia
umumnya.
2. Secara praktis
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
a. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi peneliti berikutnya terkait gagasangagasan Al Ghazali.
b. Hasil rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah dan
masyarakat.
E. Definisi Operasional
Untuk lebih memudahkan dalam memahami penggunaan istilah dalam penelitian
ini, akan dijelaskan beberapa istilah sebagai penjelasan agar nanti tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menafsirkan dan memahami berbagai istilah tersebut. Istilahistilah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai adalah Harga yang diberikan terhadap sesuatu berdasarkan keyakinan
ataupun norma dan standarisasi yang berlaku dalam sebuah komunitas. Bisa
berupa keharusan, larangan atau anjuran.
2. Pendidikan Tauhid, berarti suatu pendidikan yang diarahkan kepada Tauhid,
sedangkan tauhid secara terminologis, mempunyai artian keesaan (berasal dari
kata wahida yang berarti satu atau esa). Secara religius, tauhid mempunyai
artian pengakuan atas keesaan Tuhan, keyakinan atas “kehadiran” peran
Tuhan dalam semua ruang dan waktu dan pelaksanaan keyakinan tersebut
dalam kehidupan praktis-nyata. Diskusi tauhid melampaui pembicaraan logisrasional yang sering hanya mengambang pada tataran teori tanpa nilai karena
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
tanpa diikuti eksistensi pelaksanaan praktis.6 Tauhid pun tidak hanya terbatas
pada definisi serta perdebatan golongan filosof dan teolog, mengenai inti
pokok ketuhanan dalam islam, tetapi tauhid lebih kepada keyakinan serta
pengalaman religius yang mampu melingkupi wilayah transenden dan praktis
sekaligus secara bersamaan tanpa adanya konflik.
3. Implikasi dalam Kamus Filsafat adalah mengandung dampak atau pengaruh
terhadap sesuatu.7
4. Pendidikan Islam, menurut Zakiah Darajat adalah pendidikan dengan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat kelak.8
Dalam konsep Islam tentang tauhid ini sebenarnya sudah terformulasi
secara sederhana dalam kalimat lailaha illa Allah tiada illah (tuhan) kecuali
Allah (Tuhan) atau yang lebih dikenal dengan shahadat, kalimat persaksian akan
adanya Allah sebagai satu-satunya Tuhan.
Diskursus tentang ketauhidan ini akan banyak disingungkan dengan
aspek kemanusiaan atau dalam aspek wilayah antropo-sosiologis dan
6
7
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid,Bandung: Pustaka, 1988.h.1
Tim Penyusun Rosda, Kamus Filsafat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 155.
8
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), hlm. 86
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
kosmologisnya dengan tetap berpegangan pada makna dari tauhid sendiri yang
berarti mengesakan Allah meliputi segala pengesaannya, kesatuan Tuhan dan
kesatuan kebenaran.
F. Batasan Masalah
Agar tidak terjadi mis-undertansding atau salam pemahaman
dalam
memahami hasil dari penulisan ini nanti, maka penulis perlu untuk menjelaskan
batasan pembahasannya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mengungkapkan
nilai pendidikan yang mana didalamnya mencakup tentang nilai-nilai religius
spiritual yang didalamnya terkandung nilai religius-teistik (ketauhidan) yang
didasarkan dalam pengertian tasawuf. Kemudian pendidikan nilai disini akan
disinergiskan dengan pendidikan agama Islam, yang didalamnya juga dilandasi oleh
nilai ketauhidan.
Sehingga pada akhirnya penulisan ini adalah mengungkap bagaimana nilai
ketauhidan (religius-spiritual) yang kemudian diterapkan dalam kehidupan manusia
atau aspek kemanusian (antropo-sosiologis). Dari sini diharapkan bahwa nilai
ketauhidan mampu memberi landasan yang kuat bagi seseorang (muslim) dalam
kehidupan sehari-harinya dengan akhlak ataupun moral yang bagus.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research). Berpacu
pada definisi penelitian kepustakaan sendiri ialah serangkaian kegiatan yang
berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat
serta mengolah bahan penelitian.9Iskandar menjelaskan penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang berpegang pada paradigma naturalistik atau
fenomenologi10. Ini karena penelitian kualitatif senantiasa dilakukan dalam
setting alamiah terhadap suatu fenomena.11 Lebih jauh Sugiyono menjelaskan
penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda-beda. Salah
satunya adalah untuk meneliti sejarah perkembangan kehidupan seorang tokoh
atau masyarakat akan dapat dilacak melalui metode kualitatif. Dengan
menggunakan data dokumentasi, wawancara mendalam kepada pelaku atau
orang yang dipandang tahu.12 Berkaitan dengan judul skripsi ini Nilai
Pendidikan Tauhid menurut Imam Al-Ghazali serta implikasinya dalam PAI
maka tokoh yang diteliti adalah Imam Al-Ghazali.
2. Pendekatan Penelitian
9
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), Cet. Ke- 3, h.
3.
10
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 9.
11
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif), (Jakarta: Gaung
Persada Press, 2010), hlm. 187-188.
12
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung:
Alfabeta. 2010), hlm 35-36.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Penelitian ini tergolong penelitian pustaka atau literer, maka penelitian
ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan deskriptif13 analitis,
yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan data secara kuantitatif.
3. Sumber yang Digunakan
Karena penelitian ini adalah kajian kepustakaan maka sumber data yang
digunakan adalah sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data.14 Jadi secara tidak lansung karya yang ditulis oleh tokoh
tersebut disebut juga dengan data utama (primer). Sedangkan sumber data bantu
atau tambahan (sekunder) adalah kajian-kajian yang berkaitan dengan tema ini.
a. Sumber Primer
1. Ahmad Syamsudin, Kehidupan, Riwayat, dan Falsafah Alghazali. Darul
Kitab Ilmiah, Lebanon, 1990.
2. Al-Ghazali, Neraca Kebenaran.Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003.
3. Al-Ghazali, Ringkasan Ajaran Tasawuf.Pustaka Sufi, Yogyakarta, 2003.
4. Al-Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin.Gitamedia Press, Yogyakarta,
2003.
13
14
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002),hlm.6
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2010), hlm. 62
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
5. Abidin Ibn Rusyn, pemikiran Al-Ghazali tentang pendidikan, Pustaka
pelajar, Yogyakarta, 1998
b. Sumber Sekunder
1. Mujamil Qomar, Epistemologi pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta,
2005.
2. Muhammad Zaini, membumikan Tauhid, Pustaka Ilmu,Yogyakarta,
2011)
3. Biyanto, Filsafat Ilmu dan Ilmu Keislaman. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2015.
4. Syafi’I Ma’arif, Pendidikan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1995)
5. Dan referensi lainya yang berkaitan dengan judul yang penulis angkat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode dokumenter,
yaitu mencari atau mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variable penelitian
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, prasasti,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
rapat, leger, dan sebagainya.15 penulis juga menggunakan teknik pengumpulan
yang merujuk sumber primer baik sumber itu ditulis langsung oleh Al-Ghazali
maupun sumber-sumber sekunder terkait kajian orang lain yang membahas
pemikiran tokoh yang penulis angkat dalam penelitian ini.
Disamping dokumenter teknik pengumpulan data dalam skripsi ini
menggunakan metode:
a) Reading, yaitu dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang
berkenaan dengan tema penelitian.
b) Writing, yaitu mencatat data yang berkenaan dengan penelitian.
c) Editing, yaitu pemeriksaan data secara cermat dari kelengkapan referensi,
arti dan makna, istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan dan semua catatan
data yang telah dihimpun.
d) Untuk semua data yang dibutuhkan agar terkumpul, maka dilakukan analisis
data yang bersifat kualitatif yang bermaksud mengorganisasikan data.
Setelah data terkumpul, maka proses analisis data dimulai dari menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.16
5. Teknik Analisis Data
Adapun tehnik analisis data dari penelitian ini adalah menggunakan
instrument analisis deduktif dan content analysis atau analisa isi. Dengan
menggunakan analisis deduktif, langkah yang penulis gunakan dalam penelitian
15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
hlm. 206.
16
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2002), 193.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
ini ialah dengan cara menguraikan beberapa data yang bersifat umum yang
kemudian ditarik ke ranah khusus atau kesimpulan yang pasti.17 Sedangkan
content analysis penulis pergunakan dalam pengolahan data dalam pemilahan
pembahasan dari beberapa gagasan atau yang kemudian dideskripsikan, dibahas
dan dikritik. Selanjutnya dikelompokan dengan data yang sejenis, dan dianalisa
isinya secara kritis guna mendapatkan formulasi yang kongkrit dan memadai,
sehingga pada akhirnya penulis pergunakan sebagai langkah dalam mengambil
kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah yang ada.18
Maksud penulis dalam penggunanaan teknik Content analisis ialah untuk
mempertajam maksud dan inti data-data yang menyangkut pemaknaan dan
mencari arti diangkat dari intensitas kejadiannya,19 sehingga secara langsung
memberikan ringkasan padat tentang fokus utama konsep pemikiran Al-Ghazali,
analisis ini penting untuk dijadikan rambu-rambu agar uraian yang ditulis dalam
penelitian ini tidak jauh melebar dari fokus inti pembahasan.
17
Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke- 10,
h.18.
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 103.
19
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Raka Sarasin, 1996), hlm. 50
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
H. Sistematika Pembahasan
BAB I
: Pendahuluan yang berisikan tentang, latar belakang, alasan
memilih judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi
operasional, metode penelitian meliputi: (jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data
dan teknik analisa data, sistematika pembahasan.
BAB II
: Kajian Pustaka yang berisi tentang nilai dan pendidikan tauhid.
BAB III
: Pemaparan Hasil Penelitian yang berisi tentang biografi dan
riwayat Imam Al-Ghazali serta pemikirannya
BAB IV
: Analisa yang berisi tentang nilai dan implikasinya.
BAB V
: Penutup meliputi: kesimpulan dan saran
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
BAB II
Konsep Nilai dalam Pendidikan Tauhid
A. Nilai
1. Pengertian Nilai
Nilai diuraikan dalam dua gagasan yang saling berseberangan. Di satu
sisi, nilai dibicarakan sebagai nilai ekonomi yang disandarkan pada nilai produk,
kesejahteraan dan harga, dengan penghargaan yang demikian tinggi pada hal
yang bersifat material. Sementara di lain hal, nilai digunakan untuk mewakili
gagasan atau makna abstrak dan tak terukur dengan jelas. Nilai yang tak terukur
dan abstrak itu antara lain keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan
persamaan. Dikemukakan pula, sistem nilai merupakan sekelompok nilai yang
saling berkaitan satu dengan lainnya dalam sebuah sistem yang saling
menguatkan dan tidak terpisahkan. Nilai-nilai itu bersumber dari agama maupun
dari tradisi humanistik. Karena itu perlu dibedakan secara tegas antara nilai
sebagai kata benda abstrak dengan cara perolehan nilai sebagai kata kerja. Dalam
beberapa hal sebenarnya telah ada kesepakatan umum secara etis mengenai
pengertian nilai, walaupun terdapat perbedaan dalam memandang etika perilaku.
Nilai telah diartikan oleh para ahli dengan berbagai pengertian, dimana
pengertian satu berbeda dengan yang lainnya. Adanya perbedaan pengertian
tentang nilai ini dapat dimaklumi oleh para ahli itu sendiri karena nilai tersebut
sangat erat hubungannya dengan pengertian-pengertian dan aktivitas manusia
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
yang komplek dan sulit ditentukan batasannya. Bahkan, karena sulitnya itu
Kosttaf, memandang bahwa nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi hanya dapat dialami dan dipahami secara langsung.1
Aneka ragam pengertian nilai yang telah dihasilkan oleh sebagian dari
para ahli sengaja dihadirkan dalam bahasan ini dalam rangka memperoleh
pengertian yang lebih utuh.
Gazalba menjelaskan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia
ideal, bukan benda kongkrit, bukan fakta, bukan hanya persoalan benar dan salah
yang menuntut pembuktian empirik, melainkan soal penghayatan yang
dikehendaki dan tidak di kehendaki, disenangi dan tidak disenangi.2
Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai konsepsi (tersurat atau tersirat,
yang sifatnya membedakan ciri-ciri individu atau kelompok) dari apa yang
diinginkan, yang mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan
akhir tindakan. Menurut Brameld, definisi itu memiliki banyak implikasi
terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian yang lebih spesifik
andaikata dikaji secara lebih mendalam. Namun Brameld dalam bukunya tentang
landasan-landasan budaya pendidikan hanya mengungkapkan enam implikasi
penting, yaitu: (1) Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif
(logic dan rasional) dan proses atektik (ketertarikan atau penolakan menurut
kata hati); (2) Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak
bermakna apabila diverbalisasi; (3) Apabila hal itu berkenaan dengan budaya,
1
2
Thoha Chatib. Kapita Selekta Pendidikan Islam.( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1996), hlm.61
Thoha, ibid,hlm.61
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau kelompok; (4)
Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa
nilai pada dasarnya disamakan (equated) dari pada diinginkan, ia didefinisikan
berdasarkan keperluan sistem kepribadian dan sosio-budaya untuk mencapai
keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam kehidupan sosial; (5)
Pilihan diantara nilai-nilai alternatif dibuat dengan konteks ketersediaan tujuan
antara (means) dan tujuan akhir (ends); dan (6) Nilai itu ada, ia merupakan fakta
alam, manusia, budaya dan pada saat yang sama ia adalah norma-norma yang
disadari.3
Dari beberapa pengertian tentang nilai di atas dapat difahami bahwa nilai
itu adalah suatu kualitas tertentu yang mempunyai keberhargaan yang harus
diapresiasikan dan dimiliki manusia, baik individu maupun sosial. Nilai tersebut
bersifat normatif, objektif dan universal, yang merupakan cita-cita kehidupan
baik individual maupun komunal.4
2. Macam-macam Nilai
Nilai jika dilihat dari segi pengklasifikasian terbagi menjadi bermacammacam, diantaranya:
a. Dilihat dari segi Sumbernya maka nilai terbagi menjadi dua, yaitu Nilai
yang turun bersumber dari Allah SWT yang disebut dengan nilai
3
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 8-11.
4
M.Suyudi, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), hlm. 185
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
ilahiyyah dan nilai yang tumbuh dan berkembang dari peradaban
manusia sendiri yang disebut dengan nilai insaniah. Kedua nilai tersebut
selanjutnya membentuk norma-norma atau kaidah-kaidah kehidupan
yang dianut dan melembaga pada masyarakat yang mendukungnya.5
b. Kemudian didalam analisis teori nilai dibedakan menjadi dua jenis nilai
pendidikan yaitu:
1. Nilai instrumental yaitu nilai yang dianggap baik karena bernilai
untuk sesuatu yang lain.
2. Nilai instrinsik ialah nilai yang dianggap baik, tida untuk sesuatu
yang lain melainkan didalam dan dirinya sendiri.
Nilai instrumental dapat juga dikategorikan sebagai nilai yang
bersifat relatif dan subjektif , dan nilai instrinsik keduanya lebih tinggi
daripada nilai instrumental.
c. Sedangkan nilai dilihat dari segi sifat nilai itu dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu:
1. Nilai Subjektif adalah nilai yang merupakan reaksi subjek dan objek.
Hal ini sangat tergantung kepada masing-masing pengalaman subjek
tersebut.
2. Nilai subjektif rasional (logis) yakni nilai-nilai yang merupakan
esensi dari objek secara logis yang dapat diketahui melalui akal sehat,
5
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), hlm. 250
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
seperti nilai kemerdekaan, nilai kesehatan, nilai keselamatan, badan
dan jiwa, nilai perdamaian dan sebagainya.
3. Nilai yang bersifat objektif metafisik yaitu nilai yang ternyata mampu
menyusun kenyataan objektif seperti nilai-nilai agama.
3. Pendekatan Penanaman Nilai
Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) yaitu suatu
pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam
diri siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pendekatan
penanaman nilai ini memiliki dua tujuan yaitu diterimanya nilai-nilai sosial
tertentu oleh peserta didik, dan berubahnya nilai-nilai peserta didik yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan mengarahkan pada perubahan
yang lebih baik.
Ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru
dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu pendekatan: pengalaman,
pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan keteladanan.
Pertama, pendekatan pengalaman. Pendekatan pengalaman merupakan
proses penanarnan nilai-nilai kepada siswa melalui pemberian pengalaman
langsung. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman spiritual baik secara individual maupun kelompok.
Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah suatu
tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran
memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep
ajaran nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya
untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilainilai universal serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Keempat, pendekatan rasional. Pendekatan rasional rnerupakan suatu
pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran nilai-nilai universal yang di ajarkan
Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional adalah usaha
menanamkan nilai-nilai yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Keenam, pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah
memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi
pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga
kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang menjungjung
tinggi nilai-nilai universal, maupun yang tidak langsung melalui suguhan
ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
B. Pendidikan Tauhid
1. Pengertian Pendidikan Tauhid
Pendidikan tauhid adalah proses pendidikan yang berorientasi pada
tauhid. Sedangkan pengertian tauhid, dilihat dari segi Etimologis yaitu berarti
”Keesaan Allah”, mentauhidkan bearti mengakui keesaan Allah, mengesakan
Allah.6Mempercayai
bahwa
Allah
SWT
adalah
satu-satunya
pencipta,
pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta.7
Definisi tauhid secara tasawuf adalah sikap mengesakan Allah dalam
segala aspeknya yang didasarkan pada keadaan empiris. Bertauhid kepada Allah
adalah tidak menjadikan sesuatu selain-Nya untuk dijadikan tempat bersandar
didalam hidup ini.8 Sedangkan tauhid dalam ilmu kalam adalah pembahasan
tentang sifat-sifat yang wajib ada pada Allah.
Demikianlah pengertian tauhid yang intinya adalah keyakinan akan Esanya ketuhanan Allah SWT, dan ikhlasnya peribadatan hanya kepada-Nya, dan
keyakinan atas nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Tauhid
Dalam
konteks
pengembangan
umat,
tauhid
berfungsi
mentransformasikan setiap individu agar menjadi manusia yang lebih ideal
6
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1989) hal. 907.
7
Abdul Latief, M. Alu, DR. Abdul Aziz. Pelajaran Tauhid Untuk Tingkat Lanjutan, (Jakarta: Darul Haq,
1998) hal. 9.
8
Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan, (Jakarta: Gema Insani,2006), hlm.103
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
dalam arti memiliki sifat-sifat mulia yang membebaskan dirinya dari setiap
belenggu sosial, politik, ekonomi, dan budaya.
Adapun fungsi dan tujuan pendidikan tauhid adalah:
1. Membebaskan manusia dari perbudakan mental dan penyembahan
kepada semua makhluk. Sampai sekarang masih banyak manusia, termasuk umat
muslim yang cenderung mengikuti tradisi dan keyakinan nenek moyangnya.
Tidak hanya itu, mereka juga banyak yang menyerah dan tunduk begitu saja
kepada para pemimpin mereka, tanpa daya pikir kritis serta keberanian untuk
mengkritik. Padahal Al- Qur’an telah mengingatkan bahwa orang- orang yang
tidak bersikap kritis terhadap para pemimpin mereka akan kecewa dan mengeluh
di hari akhir.
Firman Allah SWT SWT dalam Al-Qur’an :
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, Andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul. Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, Sesungguhnya kami Telah
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar).” (Q.S Al Ahzab : 66-67)9
Fungsi ini dirujukkan pada kalimat “LaailaahaillAllah” ( tidak ada Tuhan
selain Allah). Kalimat ini merupakan kalimat pembebasan bagi manusia. Dengan
mengucapkan “ tidak ada Tuhan selain Allah” berarti seorang muslim telah
memutlakkan Allah SWT Yang Maha Esa sebagai Kholiq, maka umat muslim
mengemban tugas untuk melaksanakan “tahrirunnasi min ‘ibadatil ‘ibad ila
‘ibadatillahi ” atau membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia
kepada menyembah Allah SWT semata.
2.
Menjaga manusia dari nilai-nilai palsu yang bersumber pada hawa
nafsu, gila kekuasaan, dan kesenangan-kesenangan sensual belaka. Suatu
kehidupan yang didedikasikan pada kelezatan sensual, kekuasaan, dan
penumpukan kekayaan dapat mengeruhkan akal sehat dan menghilangkan
pikiran jernih. Sebenarnya telah dengan tajam Al- Qur’an menyindir orang-orang
seperti dalam Al-Qur’an :
9
Depag RI, AL-Qur’an dan Terjemahnya. Op.cit, hlm.604
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?,Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar
atau memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).” (Q.S Al Furqan: 4344)10
3. Sebagai frame of thought dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi Maksudnya ialah bahwa tauhid menjadi kerangka pemikiran dalam
menemukan hakikat kebenaran mengenai segala yang ada di alam semesta ini
pada seginya yang abstrak, potensial, maupun yang konkret. Sehingga manusia
tidak melampaui batas dalam pemahaman suatu keilmuan yang membuat dirinya
lalai dan merasa benar hingga akhirnya membawa mereka kepada kesombongan
yang pasti berakhir dengan kehancuran. Contoh Hitler dengan tentara Nazinya,
dengan ilmunya Hitler merasa bahwa gagasan yang dia miliki mampu membawa
umat manusia menuju peradaban yang lebih maju, namun karena ilmu tersebut
tidak dilandasi dengan Aqidah, maka yang terjadi adalah kehancuran rezim yang
dimilikinya.
4.
Sebagai pondasi keimanan yang juga menjamin kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup seluruh umat manusia, ketika seluruh ajaran- ajarannya
dilaksanakan secara konsisten. Dengan menjadikan tauhid sebagai pegangan
dalam hidup, serta merealisasikan perintah yang ada, maka akan terwujud suatu
10
Al-Qur’an dan terjemahnya, op.cit. hlm. 508
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
kebahagiaan serta kedamaian hidup yang tak terhingga. Karena telah di
tancapkan dalam hati bahwa tidak ada yang memiliki kekuatan maupun
kekuasaan selain Ilahirabbi.
5.
Mengajarkan kepada umat islam supaya menjadikan Allah SWT
sebagai pusat kesadaran intelektual mereka. Dengan kata lain, kita meyakini
bahwa semua aktivitas yang kita lakukan maupun kejadian yang terjadi
merupakan atas kehendak Allah SWT, semua itu telah diatur dengan sempurna
oleh-Nya. Karena Dia lah pemilik seluruh isi alam ini, Dia mengetahui segala hal
yang ghoib (abstrak) maupun yang dzohir, yang tersembunyi maupun yang
tampak, Dia lah Tuhan yang patut untuk disembah dan tiada Tuhan selain Dia.
Dengan demikina akan terwujud keyakinan yang kukuh dan konsekuen,
sehingga tidak mudah terombang- ambing oleh perkembangan zaman dan tidak
terpengaruh keyakinan yang menyesatkan.
Dengan Tauhid, manusia tidak saja akan bebas dan merdeka, tetapi juga
akan sadar bahwa kedudukannya sama dengan manusia manapun. Tidak ada
manusia yang lebih superior atau inferior terhadap manusia lainnya. Setiap
manusia adalah hamba Allah yang berstatus sama. Jika tidak ada manusia yang
lebih tinggi atau lebih rendah daripada manusia lainnya di hadapan Allah, maka
juga tidak ada kolektivitas manusia, baik sebagai suatu suku bangsa ataupun
suatu bangsa , yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada suku bangsa atau
bangsa lainnya. Semuanya berkedudukan sama di hadapan Allah SWT. Yang
membedakan hanyalah tingkat ketakwaan pada Allah SWT.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
3. Makna dan Nilai Dalam Pendidikan Tauhid
Pendidikan Islam tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai tauhid karena
hakikat ilmu bersumber dari Allah. Dia mengajari manusia melalui al-qalam dan
al-‘ilm. Al-qalam adalah konsep tulis-baca yang memuat simbol penelitian dan
eksperimentasi ilmiah. Sedangkan al-‘ilm adalah alat yang mendukung manusia
untuk meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaannya. Melalui konsep
tarbiyyah, ta‘līm dan ta’dīb yang telah dikembangkan selama ini oleh para ahli
semuanya mengacu kepada bagaimana membina umat manusia untuk
berhubungan dengan Allah.
Dapat dipastikan bahwa essensi dari peradaban Islam adalah Islam itu
sendiri dan essensi Islam adalah tauhid atau pengesaan Tuhan, yang kemudian
terformulasikan dalam kalimat shahadat. Tauhid adalah yang memberikan
identitas pada peradaban Islam, mengikat semua unsurnya bersama-sama dan
menjadikan unsure-unsur tersebut suatu kesatuan yang integral dan organis yang
kita sebut sebagai peradaban. Karenanya berpegang teguh pada prinsip tauhid
merupakan fondamen dari keseluruhan kesalehan.11
Bentuk dari persaksian seorang muslim adalah “kalimat thoiyibah” La
illaha illa Allah yang kemudian terformulasikan kedalam kalimat sahadat
ashadu an Lailaha illa Allah wa ashadu anna Muhammad al Rosulullah (aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah utusan Allah). Kalimat yang sederhana namun mempunyai makna yang
11
Ismail Raji Al-Faruqi, Tauhid, Penerjemah:Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1988.,h.16
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
sangat fundamental dalam kehidupan seorang muslim. Kalimat yang
menjadikannya
masuk
dan
diakui
sebagai
seorang
Muslim
dan
mengantarkannya kepada Allah dalam keadaan tunduk patuh kepada-Nya.
Kalimat ini adalah ruh hidup dan matinya seorang muslim.
Melihat pengertian Lailaha illa Allah ini dapat difahami bahwa seluruh
orientasi kehidupan seseorang Muslim adalah Allah. Namun persaksian yang
benar dalam Islam tidak cukup hanya berhenti pada ucapan lisan dan
pembenaran hati, begitu juga tidak hanya dengan memahami makna secara
benar, tetapi harus disertai dengan mengamalkan segala ketentuannya, baik
secara lahiriah maupun bathiniyah. Dengan Laillaha illa Allah seorang muslim
tidak hanya meniadakan sesembahan selain Allah, tetapi sekaligus menetapkan
sesembahan bagi Allah semata. Kalimat tauhid ini mencakup loyalitas dan bersih
diri serta al nafy atau menegasikan kepada tuhan- tuhan lain dan afirmasi kepada
Tuhan yang satu (Allah).
Dari konsep penegasian ini bukan berarti kemudian Islam secara
langsung mengklaim bahwa pemahaman-pemahaman terhadap konsep Tuhan
selain Islam adalah salah mutlak, karena secara subtansial semua agama
bersumber pada keyakinan akan satu Tuhan (monoteisme) atau ke-Tauhid-an.
Untuk meminimalisasi kesan bahwa ummat Islam esklusif dan terjebak dalam
ektrimis gerakan, maka dalam memahami konsep Tauhid harus kita maknai
dengan perspektif yang lebih inklusif sekaligus progresif.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Setidaknya ada tiga makna dalam pemahaman Tauhid, yang pertama
adalah, tauhid melahirkan pengakuan pada kenyataan bahwa hanya ada satu
Tuhan yang menciptakan, yang memelihara segala sesuatu yang menjaga dunia.
Karenanya, segala bentuk kemusrikan tidak dibenarkan dan amat bertentangan
dengan faham tauhid. Yang kedua adalah, Tuhan memiliki sifat-sifat unik, suatu
sifat yang tidak dimiliki oleh sesuatu selain Dia. Sedangkan aspek ketiga adalah,
tauhid mengarahkan manusia pada tujuan hidup yang lebih jelas.12
Dalam perspektif ini, pemahaman terhadap tauhid mengantarkan kita
untuk lebih memahami konsep rubbubiyah Allah dan ulluhiya-Nya. Rubbubiyah
Allah adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya pencipta segala yang ada
dan akan ada, sedangkan tauhid ulluhiyah adalah suatu pernyataan tegas dari
hamba-Nya yang menyatakan bahwa Dialah al-Haq, Tiada Tuhan selain Allah,
sehingga seringkali tauhid ulluhiyah disebut juga tauhid ibadah.
a. Tauhid Rububiyah
Konsep ini mengandung pengertian bahwa Allah adalah pelaku mutlak
dalam
setiap
kejadian,
misalnya
penciptaan,
pengaturan,
perubahan,
penambahan, pengurangan, menghidupkan dan mematikan dll. Konsep tauhid ini
lebih menekankan kepada wujud Tuhan dan atau eksistensi Tuhan ya