KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANGTUA DENGAN PENDERITA LUPUS.

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANGTUA DENGAN PENDERITA LUPUS

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyartan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom)

Oleh :

Nur Alfiyatur Rochmah NIM. B06213037

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Nur Alfiyatur Rochmah, B06213037, 2017. Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Penderita Lupus. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya

Kata Kunci : Komunikasi Interpersonal, Orang tua, Penderita Lupus

Pada skripsi ini persoalan yang hendak dikaji mencakup dua fokus, yaitu : (1) Isi pesan seperti apakah yang terkandung dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus, (2) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi interpersonal orang tua dengan penderita lupus.

Untuk mengungkap persoalan tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini menggunakan teori aksi bicara dengan jenis penelitian kualitatif. Sesuai dengan persoalan tersebut maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi , wawancara secara mendalam dan dokumentasi. Sementara untuk menegaskan keabsahan data maka dilakukan triangulasi dan penggalian data melalui referensi yang memadai.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Isi pesan yang terkandung dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus berisi pesan kesehatan fisik dan mental (2) Faktor pendukung serta penghambat dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus tergantung pada cara orang tua ketika menangani anaknya. Ketika dengan cara yang baik maka hal itu akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula sebaliknya ketika anak diberi arahan dengan cara yang buruk maka akan buruk pula hasilnya.

Berdasarkan penemuan tersebut, peneliti mengungkapkan beberapa saran sebagai pertimbangan : (1) Bagi orang tua yang memiliki anak yang sedang menderita penyakit lupus, diharapkan agar selalu bisa memberikan energi positif baik itu dalam bentuk komunikasi verbal amaupun non verbal. (2) Bagi para penderita lupus, jangan pernah malu untuk menyembunyikan penyakit yang diderita. (3) Bagi masyarakat, penyakit lupus bukanlah penyakit menular penyakit ini merupakan penyakit auto-imun dengan skala yang cukup besar. (4) Untuk pengembangan penelitian, peneliti menyarankan kepada seluruh mahasiswa ilmu komunikasi untuk lebih kreatif lagi, karena ilmu komunikasi memiliki arti yang sangat luas, jadi mahasiswa dapat melakukan penelitian dengan memilih tema-tema yang bervariasi baik itu berfokus pada Public Relations, Broadcsting maupun Advertising.


(7)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ... 6

F. Definisi Konsep ... 9

G. Kerangka Pikir Penelitian ... 13

H. Metode Penelitian ... 14

a. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

b. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 18

c. Jenis dan Sumber Data ... 18

d. Tahap-tahap Penelitian... 18

e. Teknik Pengumpulan Data ... 21

f. Teknik Analisis Data... 24

g. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 25

h. Sistematika Pembahasan ... 26

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka ... 28

1. Komunikasi Interpersonal ... 28

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 31

b. Macam-macam Komunikasi Interpersonal ... 31

c. Komunikasi Verbal dan Non Verbal... 33

d. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 35

e. Proses Komunikasi Interpersonal ... 36

2. Orang Tua ... 37

a. Pengertian Orang Tua ... 38

b. Peranan Orang Tua ... 38

3. Penderita Lupus ... 41

a. Pengertian Penyakit Lupus ... 43

b. Macam-macam Penyakit Lupus ... 43

c. Gejala Penyakit Lupus ... 43

d. Penyebab Penyakit Lupus ... 43

e. Pengobatan Penyakit Lupus ... 44

B. Kajian teori... 47


(8)

BAB III DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN PENDERITA LUPUS

A. Deskripsi Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ... 51

a. Deskripsi Subyek Penelitian ... 51

1. Keluarga Bapak Ali Mas’ud ... 51

2. Keluarga Bapak Hartono Shofwan ... 54

3. Keluarga Bapak Nur Salim ... 55

4. Keluarga Bapak Ghozali ... 57

5. Keluarga Bapak Muhammad Kaswan ... 58

b. Deskripsi Obyek Penelitian... 61

c. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

d. Deskripsi Hasil ... 62

1. Isi Pesan yang terkandung dalam Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Penderita Lupus ... 64

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dengan Penderita Lupus ... 82

BAB IV ANALISIS DATA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN PENDERITA LUPUS A. Temuan Penelitian ... 90

B. Konfirmasi Temuan dan Teori ... 99

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 103

B. Rekomendasi ... 103 DAFTAR PUSTAKA

BIODATA PENULIS LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian terdahulu ... 6

Tabel 1.2 Kajian Terdahulu... 7

Tabel 1.3 Daftar Informan Orang tua dan penderita lupus ... 18

Tabel 3.1 Data keluarga Bapak Ali Mas’ud ... 51

Tabel 3.2 Data keluarga Bapak Hartono Shofwan ... 54

Tabel 3.3 Data keluarga Bapak Nur Salim... 55

Tabel 3.4 Data keluarga Bapak Ghozali ... 57


(10)

DAFTAR GAMBAR


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting di kehidupan, dimanapun manusia tinggal dan apapun pekerjaannya tentu membutuhkan komunikasi. Banyak orang gagal karena mereka tidak terampil dalam berkomunikasi, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan komunikasi yang baik maka tujuan yang akan diinginkan akan baik pula.1

Komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel dan informal. Komunikasi interpersonal terjadi dalam keluarga. Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik serta silih berganti, bisa dari anak ke orang tua atau dari orang tua ke anak, ataupun dari anak ke anak.Tanggung jawab orang tua dalam komunikasi keluarga adalah mendidik.2 Komunikasi yang lancar dengan noise (gangguan) yang minim menjadi harapan semua orang agar kehidupan terasa nyaman, menyenangkan dan bahagia.

Orang tua merupakan bagian terpenting dalam kehidupan anak, jika orang tuanya baik maka anaknya pun akan baik. Orang tua memiliki

1Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2006), hlm 4.

2Agus M. Harjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal (Yogyakarta: Kanisius, 2003),


(12)

2

peranan yang sangat penting terkait dengan masa depan anak. Anak merupakan amanah dan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia. Tentunya orang tua sangat menginginkan seorang anak yang sehat jasmani serta rohaninya. Kesehatan anak bergantung dari apa yang diberikan oleh orang tuanya, terkait dengan hal itu orang tua mana yang mau melihat anaknya dalam keadaan sakit, setiap orang tua seandainya disuruh untuk memilih lebih baik siapa yang sakit dirinya sendiri atau anaknya, maka orang tua pasti akan menjawab lebih baik dirinya sendiri yang sakit.

Hidup sehat merupakan kebutuhan setiap manusia, kesadaran akan menjaga kesehatan cerminan dari sikap bertanggung jawab baik terhadap pribadi masing-masing maupun lingkunganya, bertanggung jawab artinya ada kemauan untuk merawat diri secara jasmani dan rohani serta peduli terhadap lingkungan sosialnya. Sehat adalah keadaan seseorang secara jasmani dan rohani serta lingkungan sosialnya berada pada tahap yang baik. Pola hidup yang tidak baik menghasilkan pribadi-pribadi yang tidak baik pula. Keluarga sehat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang sejahtera baik dari segi fisik, mental dan sosial yang kemudian memungkinkan sebuah keluarga yang utuh agar dapat hidup secara normal secara sosial dan ekonomi. Akan tetapi tidak akan ada yang bisa mengubah takdir, termasuk penderita penyakit lupus.

Penyakit lupus adalah penyakit autoimun yang terdapat pada kelainan sistem imun yang menyebabkan peradangan pada beberapa organ dan system tubuh. Mekanisme sistem kekebalan dimana tubuh tidak dapat


(13)

3

membedakan antara jaringan tubuh sendiri dan organisme asing (misalnya bakteri atau virus) karena antibody yang menyerang jaringan tubuh sendiri diproduksi tubuh dalam jumlah besar dan terjadi pengendapan antibody yang terikat pada benda asing di dalam jaringan.3

Penyakit kronis satu ini sangat menyangkut pada hidup dan mati seseorang. Penyakit yang masih belum ditemukan obat penyembuhnya secara total di dunia, yang ada hanyalah pengurang rasa sakit saja. Seberapa kuat keluarga menanggapi adanya penyakit yang diderita oleh keluarganya adalah salah satu obat ampuh sebagai bentuk semangat penderita untuk mencapai kesembuhan. Bentuk kasih sayang yang diberikan kepada penderita merupakan salah satu obat nyata sebagai pengurang rasa sakit yang diderita oleh penderita lupus.

Penyakit lupus sulit dikenali gejala awalnya bahkan akan menyerang organ tubuh mana saja. Dalam hal ini orang tua memiliki peran yang sangat penting untuk kesembuhan penderita, segala macam cara dilakukan demi kesembuhan anaknya tanpa memperdulikan bagaimana masa depan anaknya. Banyak dari mereka yang cepat putus asa dan menghiraukan apa yang akan terjadi pada odapus di kemudian hari nanti, hanya karena rasa lelah bosan ketika berada di rumah sakit ataupun sebaliknya.

Penderita Lupus atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan Odapus lebih banyak memilih untuk berdiam diri di rumah daripada

3 Laila Meysa, “Pola Hidup Sehat Untuk Penderita Lupus “ dalam http://www.Bidanku.com


(14)

4

bermain di luar rumah. Hal ini dikarenakan pengaruh yang ditimbulkan oleh sinar matahari dapat membuat tubuh odapus menjadi semakin lemah, bahkan ada sebagian dari mereka yang terkelupas kulitnya. Sehingga rasa percaya diri semakin berkurangmerupakan salah satu hal yang ditakuti oleh odapus ketika bersosial. Bahkan banyak dari mereka lebih memilih untuk berhenti sekolah, hal ini dikarenakan keinginan orang tua yang sangat menginginkan atas kesembuhan anak-anaknya.4

Berdasarkan fenomena yang terjadi di RSUD Dr. Soetomo Surabaya banyaknya penderita lupus yang tidak terselamatkan karena penyakit yang dideritanya cukup parah dan ditambah lagi dari pihak keluarga tidak mendukung penuh atas kesembuhannya, sehingga hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai kenapa penderita tidak diberikan kehidupan yang layak atas apa yang diinginkan olehnya terkait dengan hidup sehat baik itu secara lahir dan batin. Sering sekali peneliti menemukan beberapa pernyataan serta perbuatan yang sedang terjadi di rumah sakit tersebut,sehingga peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai pesan apa yang diberikan orang tua terhadap anaknya terkait dengan proses penyembuhan penyakit lupusnya. Karena dalam hal ini orang tua harus bisa menjaga dan mengembangkan kesehatan mental anaknya, hal ini perlu diteliti lebih lanjut agar peneliti mampu memahami tentang bagaimana pesan-pesan serta faktor penghambat dan pendukung yang terkandung dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus di kehidupan sehari-harinya.

4Wawancara dengan Ibu odapus di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, diakses pada tanggal 20


(15)

5

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan pada paparan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Isi pesan seperti apakah yang terkandung dalam komunikasi

interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi

interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan isi pesan yang terkandung dalam komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor pendukung dan

penghambat dalam komunikasi interpersonal orang tua dengan penderita lupus.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terbagi atas dua kategori, manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun uraian dari kedua kategori tersebut antara lain :


(16)

6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan serta menambah pengetahuan khususnya ilmu komunikasi dan diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang berbasis pada komunikasi interpersonal.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi :

a. Orang Tua

Dapat dijadikan bahan evaluasi mengenai komunikasi yang digunakan oleh orang tua dalam menanggapi penderita lupus terkait dengan proses penyembuhannya.

b. Bagi Universitas

Bagi universitas khususnya program studi ilmu komunikasi, penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam kontribusi disiplin ilmu yang bersangkutan.

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Achmad Zainal Ismail, 2016, Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya

Masalah Komunikasi Interpersonal Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai di PT Trimuda Nuansa Citra Sidoarjo


(17)

7

Tujuan Untuk mendeskripsikan komunikasi interpersonal antar pegawai dalam meningkatkan kinerja pegawai di PT Trimuda Nuansa Citra Sidoarjo serta untuk mengetahui hambatan komunikasi interpersonal pegawai di PT Trimuda Nuansa Citra Sidoarjo

Metode Kualitatif

Hasil Di temukan bahwa untuk menunjang meningkatkan kinerja pegawai di butuhkan suatu keterbukaan demi membentuk kepercayaan antar sesama sehingga sikap keterbukaan di tandai adannya kejujuran serta tidakmenyembunyikan informasi yang sebenarnya dalam melaksanakan tugas.

Perbedaan Perbedaan dalam penelitian iniadalah terdapat pada subjek dan lokasinya. Subjek dan lokasi dalam penelitian ini adalah para pegawai dan lokasinya di PT Trimuda Nuansa Citra Sidoarjo.

Sedangkan peneliti subjeknya adalah orang tua dari penderita lupus dan lokasi penelitiannya adalah di rumah penderita/orang tuanya.

Persamaan Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada obyeknya yaitu fokus pada komunikasi interpersonal.

Tabel 1.2

Kajian Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Rohmatul Hidayati, 2016, Skripsi,UIN Sunan Ampel Surabaya


(18)

8

Masalah Komunikasi Interpersonal Hipnoterapis pada Klien di Aareiza Management

Tujuan Untuk mengangkat dua fokus penelitian, yaitu : 1) Bagaimana komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management, 2) Apa hambatan komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien di Aareiza Management.

Metode Kualitatif

Hasil Hasil penelitian dari pengumpulan data di lapangan ditemukan bahwa 1) Proses komunikasi interpersonal hipnoterapis pada klien dimulai dari tahap Pacing Leading, Modality, Sugestibility dan Client –Centered. Komunikasi alam bawah sadar dapat menyembuhkan klien melalui proses hipnoterapi. 2) Hambatan-hambatan dalam proses hipnoterapi dapat terjadi karena beberapa faktor. Seperti, hambatan fisik, semantik, mekanik, Blocking Mental, psikologis dan biologis. Seluruh hambatan tersebut akan dapat diatasi dengan terapis melalui prosedur-prosedur terapi dan hipnoterapi yang ada.

Perbedaan Perbedaan dalam penelitian ini adalah terdapat pada subjek, obyek dan lokasinya. Subjek dan lokasi dalam penelitian ini adalah para klien di Aareiza Management, obyeknya adalah Proses komunikasi interpersonal


(19)

9

hipnoterapis pada klien dimulai dari tahap Pacing Leading, Modality, Sugestibility dan Client –Centered. Komunikasi alam bawah sadar dapat menyembuhkan klien melalui proses hipnoterapi. Dan lokasi penelitiannya berada di Aareiza Management.

Sedangkan peneliti subjeknya adalah orang tua dari penderita lupus dan penderita lupus, obyeknya adalah komunikasi interpersonal yang berfokus pada isi pesan yang disampaikan oleh orang tua kepada penderita lupus terkait dengan penyembuhan penyakit lupus, lokasi penelitiannya adalah di rumah penderita lupus.

Persamaan Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada obyeknya yaitu fokus pada komunikasi interpersonal.

F. Definisi Konsep

Konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, yakni definisi singkat dari sejumlah fakta atau gejala yang ada.Jadi konsep dalam penelitian dapat memuat tentang batasan permasalahan dan ruang lingkup agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami konsep-konsep yang diajukan. Dengan demikian, konsep dalam penelitian yang berjudul “Komunikasi Interpersonal antara Orang tua dengan Penderita Lupus” yaitu :


(20)

10

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah :

a. Spontan dan informal;

b. Saling menerima feedback secara maksimal; c. Partisipan berperan fleksibel.

Adapun Agus M. Hardjana mengatakan, komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.5 Fungsi

psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati. Proses interpretasi ini setiap individu berbeda. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena pengalaman yang berbeda pula. Keterampilan komunikasi tidak hanya mengacu pada cara berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi meliputi banyak hal seperti cara bagaimana ketika seseorang menanggapi lawan bicaranya, gerakan tubuh serta mimik muka, nada suara dan banyak hal lainnya.6

Komunikasi Interpersonal atau yang biasa disebut sebagai komunikasi antarpribadi adalah proses pertukaran informasi diantara

5Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2007), hlm. 9.

6 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.


(21)

11

seseorang dengan seorang yang lain atau biasanya diantara dua orang yang dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi antarpribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan antara dua individu yang ada dalam satu lingkungan.7 Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu bentuk komunikasi baik verbal ataupun non verbal yang dilalui dua person dandengan tanggapan yang seketika.8

Jadi komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dalam suatu lingkungan maupun kelompok kecil baik itu secara verbal maupun non verbal dengan disertai feed back.

2. Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu, yang didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pimpinan rumah tangga, serta sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak.9

Dalam penelitian ini orang tua yang dimaksudkan adalah ayah dan ibu yang memiliki anak yang sedang ataupun pernah menderita penyakit lupus. Ayah dan ibu merupakan orang yang paling berharga ketika menangani proses dari penyembuhan odapus. Orang tua tidak akan tega melihat anak-anaknya menderita, begitu pula dengan anak,

7 Zulkarmaen Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi (Jakarta:Fakultas ekonomi UI,1990),hlm. 22 8 A. Supratiknya, Komunikasi antar Pribadi: Tujuan Psikologi (Yogyakarta: Kanisius, 1995),

hlm.9


(22)

12

tidak akan ada anak yang menyembunyikan segala rasa sakit yang sedang diderita kepada orang tuanya.

3. Penderita Lupus (Odapus)

Lupus dalam bahasa kedokteran dikenal dengan systemik lupus erythematosus. Penyakit ini menyerang system kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak dapat membedakan substansi asing dengan sel dan jaringan sendiri. Akibatnya tubuh memproduksi antibody berlebihan yang tidak lagi bertugas menyerang antigens, malah menyerang sel jaringan sendiri. Antibodi yang seperti ini disebut dengan auto-antibodi, yang bereaksi dengan antigen rnembentuk imune compex. Adanya immune complex dalam tubuh mengakibatkan peradangan dan luka pada jaringan sehingga penderita rnerasa nyeri dan sakit pada bagian jaringan yang diserang10

Dalam penelitian ini yang dimaksud penderita lupus adalah anak dari para orang tua yang sedang menajalani proses penyembuhan hingga saat ini.

4. Komunikasi Interpersonal antara Orang tua dengan Penderita Lupus

Komunikasi interpersonal orang tua dengan penderita lupus merupakan komunikasi yang melibatkan komunikasi antara orang tua dengan anak, yang mana dalam hal ini yang berpihak sebagai komunikator adalah orang tua yang memberikan pesan-pesan dan informasi mengenai proses penyembuhan kepada komunikan yakni


(23)

13

anaknya (penderita lupus). Bagaimana proses dari penanganan penyakit lupus dalam meraih kesembuhan tergantung pada usaha para orang tua ketika menangani anak-anaknya yang sedang menderita penyakit lupus. Karena penyakit ini memiliki proses penyembuhan yang sangat lama dan tergantung dari aktifitas anak maupun orang tua ketika menangani serta mengurangi beban aktifitas penderita agar tidak memicu hal buruk terkait dengan penyakit tersebut.

G. Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir yang digunakan oleh peneliti untuk melaukan dan mendukung penelitian ini, sebagai berikut :

Gambar 1.1

Kerangka Pikir Penelitian

Dalam skema yang telah dijelaskan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa yang ingin peneliti ketahui dari komunikasi interpersonal orang tua dengan penderita lupus diawali dari komunikasi interpersonal dengan memakai komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa komunikasi orang tua dengan penderita lupus, yang mana dari bahasa itulah akan

Isi pesan, dukungan dan hambatan komunikasi

Komunikasi verbal Komunikasi Non verbal

Komunikasi Interpersonal antara orangtua dengan penderita lupus Teori Aksi Bicara


(24)

14

terlihat ketika komunikator (orang tua) sedang berkomunikasi hingga dapat dipahami oleh komunikan (penderita lupus). Selanjutnya peneliti ingin mengaitkannya dengan menggunakan teori aksi bicara,dalam teori ini berbicara mengenai pemahaman seseorang dalam menggunakan cara berbicara dengan menyempurnakan hal dengan kata-kata. Dalam menyempaikan pesan atau aksi berbicara tentunya akan berbicara tentang aksi yang dapat mempengaruhi komunikan. Teori ini menekankan pada bagaimana cara penyampaian seseorang atas apa yang diinginkan tersebut bisa sesuai dengan kehendaknya. Dalam aksi bicara, aturan pokok memberitahu apa yang harus ditafsirkan haruslah sesuai dengan kenyataan, memainkan bahasa sederhana yang terdiri dari sejumlah aturan yang dapat membantu untuk mendefinisikan kekuatan dari pengaruh sebuah pesan. Selanjutnya dalam penelitian ini akan menghasilkan komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus.

H. Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.11 Metode penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas dan validitas hasil penelitian

11 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995),


(25)

15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan interaksi simbolik. Dalam interaksi simbolik berbicara mengenai segala hal yang saling berhubungan dengan pembentukan makna dari suatu benda atau lambang atau simbol, baik benda mati, maupun benda hidup, melalui proses komunikasi baik sebagai pesan verbal maupun perilaku non verbal, dan tujuan akhirnya adalah memaknai lambang atau simbol (objek) tersebut berdasarkan kesepakatan bersama yang berlaku di wilayah atau kelompok komunitas masyarakat tertentu.

Pendekatan ini digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian mengenai komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus.

b. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitan kualitatif dengan tataran analisis deskriptif.12 Menjelaskan bahwa, penelitian kualitatif dilakukan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan


(26)

16

memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sedangkan penggunaan tataran deskripsi, bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan objek tertentu.13

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif, peneliti mendeskripsikan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian. Hasil wawancara berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari subjek penelitian.

2. Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian, yaitu orang tua yang memiliki anak menderita penyakit lupus.

Tabel 1.3

Daftar Informan Orang tua dan Penderita Lupus

13Rachmat Kriyantono, Teknik Riset Komunikasi (Jakarta: Prenada, 2010), hlm. 67.

Nama Orang Tua/Usia/Status

Anak/Usia/Pendidikan Alamat Rawat Jalan

Sri Winarnik / 51 / Guru TK

Nurul Fauziyah / 10 / 5 MI Thoriqotul Hidayah Laren

Lamongan

Desa Laren Kec. Laren Kab.

Lamongan

RSUD. Dr. Soetomo Surabaya

Hartono Shofwan / 42 / wiraswasta

Intifadhotun Niswah / 22 / Semester 9 Univ Trunojoyo Madura Desa Maduran Kec. Maduran Kab. Lamongan RS. Muhammadiyah Lamongan Afifah / 53 /

wiraswasta

Auliyaaul Hikmah Fitrotullaily / 20 / Semester

5 Univ Muhammadiyah malang

Desa Laren Kec. Laren Kab.

Lamongan

RS. Muhammadiyah


(27)

17

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah komunikasi interpersonal orang tua dengan penderita lupus ketika melakukan aktivitas kesehariannya di rumah.

c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di rumah orang tua penderita lupus di Kabupaten Lamongan tepatnya di suatu Desa tempat subjek tinggal.Alasan peneliti memilih langsung di rumah informan dikarenakan lebih mudah untuk memperoleh informasi secara terperinci dengan mendatangi langsung ke rumah para informan. Di samping itu berdasarkan konteks penelitian diatas menyebutkan bahwa yang berperan penting dalam proses penyembuhan penyakit lupus adalah bagaimana penanganan rasa kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Jadi peneliti secara tidak langsung maupun langsung harus mendatangi satu-persatu ke rumah informan untuk melihat aktifiitas kesehariannya.

Fahimmah / 44 / wiraswasta

Pipit Eka Ayu Rahmawati / 22 / Semester 9 Univ

Negeri Surabaya

Desa Ketintang Kec. Laren Kab.

Lamongan

RS. Muhammadiyah

Lamongan

Lilik / 44 / wiraswasta Slivi Nur Halizah/ 17 / SMA Darul Rohmah Laren

Lamongan

Desa Laren Kec. Laren Kab.

Lamongan

RS. Muhammadiyah


(28)

18

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.Data primer merupakan jenis data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara), yaitu berupa data kualitatif yang berasal dari data verbal dan data visual yang didapatkan dari orang tua penderita lupus.

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.Data sekunder dalam penelitian ini adalah beberapa catatan harian, berkas-berkas dari pihak rumah sakit setempat, riwayat hidup serta dokumen-dokumen lainnya dari orang tua sebagai bahan acuan peneliti menggunakan untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang didapat pada data primer.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilalui dalam proses penelitian ini terdiri dari :

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini adalah tahap awal dimana peneliti memulai dengan menentukan tema dan judul penelitian, menyiapkan proposal penelitian, menentukan lokasi dan mengurus perijinan, menentukan informan, serta mengatur


(29)

19

jadwal wawancara dengan narasumber yang berkompeten sesuai dengan konsep penelitian ini. Pada tahap ini digunakan sebagai penentu hal-hal yang berkaitan dengan persiapan sebelum memasuki lokasi rumah orang tua penderita lupus.

1) Menentukan Tema dan Judul Penelitian

Tahap ini dilakukan sekitar minggu kedua dan ketiga bulan Oktober 2016, peneliti menentukan tema dan judul yang akan dijadikan konsep dan apa fenomena yang akan diteliti oleh peneliti. Hal ini yang nantinya dijadikan sebagai latar belakang dan fokus masalah penelitian yang akan diteliti.

2) Penulisan Proposal Penelitian

Tahap ini dilakukan sekitar pada pertama dan kedua bulan November 2016, kegiatan ini dilakukan setelah peneliti menetukan tema dan judul penelitian, dikarenakan agar peneliti tetap fokus pada permasalahan atau fenomena yang akan diteliti dan akan dimasukkan ke proposal secara utuh.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini dilakukan pada minggu kedua sampai ketiga dibulan Desember 2016. Dalam tahapan ini dilakukan kegiatan pencarian data, wawancara serta


(30)

20

observasi di lokasi penelitian yaitu rumah para informan yang sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah dipilih guna mendapatkan data pendukung yang valid dan relevan sesuai penelitian

c. Tahap Analisis Data

Tahap ini dilakukan pada minggu terakhir di bulan Desember 2016. Tahap analisis ini merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya, ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.14Analisis ini berfungsi untuk menganalisa data-data yang sudah peneliti kumpulkan baik melalui wawancara, observasi, catatan lapangan, serta dokumen-dokumen pendukung.

d. Tahap Penulisan Laporan

Tahap ini dilakukan setiap selesai melakukan observasi dan diselesaikan di minggu awal bulan januari 2017.Dalam tahapan ini, peneliti melakukan kegiatan penulisan data sesuai dengan skema urutan penelitian.Dalam penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, sehingga tahap akhir ini peneliti mempunyai pengaruh terhadap hasil penelitian laporan. Penulisan laporan yang sesuai dengan

14Lexy J. Moleong, Metodoldogi Pendidikan Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),


(31)

21

prosedur penelitian yang baik, akan menghasilkan kualitas yang baik pula terhadap hasil penelitian.15

Setelah sampai pada kesimpulan, perlu segera disusun laporan pelaksanaaan penelitian sebagai bagian dari publikasi atau sosialisasi agar hasil penelitian diketahui oleh orang lain dan mungkin dimanfaatkan orang lain, selain itu juga untuk kepentingan akuntabilitas (pemeriksaan oleh pihak lain).16

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu langkah dalam metode ilmiah melalui prosedur sistematik, logis, dan proses pencarian data yang valid, baik diperoleh secara langsung (primer) atau tidak langsung (seconder) untuk keperluan analisis dan pelaksanaan pembahasan (process) suatu riset secara benar untuk menemukan kesimpulan, memperoleh jawaban (output) dan sebagai upaya untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi oleh peneliti.17

a. Observasi

Observasi sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme, sesuai dengan tujuan-tujuan

15Ibid, hlm. 215-217 16Ibid., hlm. 35

17Rosady Ruslan. Metodologi Penelitian Public Relations dan Komunikasi.(Jakarta : Raja


(32)

22

empiris”.Observasi berguna untuk menjelaskan, memberikan dan merinci gejala yang terjadi.

Dalam hal ini peneliti mengamati komunikasi antara orang tua dengan anaknya yang sedang menderita lupus, begitu pula sebaliknya. Selain itu peneliti juga mengamati kegiatan sehari-hari mereka, dan mengamati prilaku penderita kepada orang tuanya secara langsung dengan mendatangi ke rumahnya serta meneliti proses komunikasi yang terjadi.

b. Wawancara Mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu.Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.18 Tujuan peneliti menggunakan

metode ini, karena untuk memperoleh datasecara jelas dan kongkret dengan memanfaatkan pendekatan antarpribadi agar sang informan mampu menginformasikan segala sesuatu yang ketahui tentang komunikasi interpersonal dengan penderita lupus.

Dalam hal ini peneliti lebih mengarah pada sisi terdalam pada proses komunikasi interpersonal maka wawancara yang digunakan adalah wawancara secara


(33)

23

mendalam (indepht interview). Proses ini berlangsung pada saat peneliti mendatangi atau berkunjung ke tempat tinggal orang tua penderita lupus dengan memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian, wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini diantaranya berupa pertanyaan identitas orang tua dan penderita terkait dengan biodata masnig-masing informan, pendidikan, pekerjaan dan selanjutnya pertanyaan tentang pengalaman kehidupan para informan dalam kesehariannya ketika menanggapi terkait dengan penyakit lupus anak-anaknya.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data dokumen merupakan metode yang digunakan peneliti untuk menelusuri data histories yang berisi sejumlah fakta yang berbentuk dokumen, hal ini sebagai pelengkap data penelitian, data sebagai penunjang dari hasil wawancara dan observasi. Dalam teknik ini, peneliti mendapatkan data-data yang berupa dokumentasi foto, video dan dokumen-dokumen yang ada sebagai kelengkapan penelitian ini.

Dalam hal ini dokumentsi diperoleh dari lapangan berupa daftar nama para orang tua bersama penderita lupus dan latar belakangnya serta dokumen lain yang masih terkait. Dokumentasi yang dirasa paling penting dalam penelitian ini


(34)

24

adalah semua dokumentasi berupa tulisan dan foto. Hal ini bermanfaat sebagai sumber informasi karena foto mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat di rumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Dalam analisis ini menggunakan metode analisis induktif mengembangkan suatu teori dari data tersebut.19

Analisis data ini dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Data dalam kualitatif ini berupa kata-kata, perilaku atau tindakan yang dapat diobservasikan. Analisis data ini terdiri dari 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi.20

Peneliti menganalisis data menggunakan analisis domein.Analisis domein adalah analisis yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperan serta atau wawancara atau pengamatan deskriptif.

19Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),

hlm.156


(35)

25

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pada penelitian ini teknik pemeriksaan keabsahan datanya menggunakan teknik triangulasi, perpanjangan pengamatan serta meningkatkan ketekunan. Dalam hal ini triangulasi terbagi menjadi beberapa jenis teknik, yaitu triangulasi data, triangulasi metode, triangulasi teori dan triangulasi peneliti.

Triangulasi data menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. Peneliti dalam hal ini bermaksud untuk mengguji data yang diperoleh dari satu sumber dengan data sumber lainnya. Triangulasi metode disini menunjuk pada upaya peneliti membandingkan temuan data yan diperoleh dengan menggunakan suatu metode tertentu. Peneliti berusaha untuk menguji seberapa tingkat validitas dan reliabilitas data dengan metode yang berbeda. Triangulasi teori menunjuk pada penggunaan perspektif teori yang bervariasi dalam menginterpretasi data yang sama, data mengenai pengaruh personal yang dapat dilihat dari perspektif teori yang beragam. Triangulasi peneliti dapat dilakukan ketika dua atau lebih peneliti bekerja dalam satu tim yang meneliti persoalan yang sama. Dalam hal ini, temuan data dari peneliti yang satu dapat dibandingkan dengan temuan data dari peneliti yang lain, dan


(36)

26

peneliti kemudian dapat melakukan analisis secara bersama-sama serta mengemukakan penjelasan mengenai temuan yang mungkin saling berbeda21

Perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menggali data lebih mendalam, karena hubungan peneliti dan informan semakin akrab, tidak menutup kemungkinan informan akan semakin terbuka, saling mempercayai, sehingga peluang untuk mendapatkan data yang lebih mendalam. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dalam meningkatkan ketekunan, peneliti akan melakukan cara membaca berbagai referensi untuk memperkaya pengetahuan guna memerikasa data yang telah diperoleh.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam pemaparan skripsi ini dibagi menjadi enam bab pembahasanyang disusun secara sistematik. Adapun pokok pembahasan yang dimaksudadalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep dan sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


(37)

27

Pada bnab ini menjelaskan mengenai kajian teoritis dari judul yang ada, uraian-uraian tersebut dipaparkan secara komperehensif, berisi terdiri dari : pengertian Komunikasi

Interpersonal, fungsi Komunikasi Interpersonal,

karakteristik Komunikasi Interpersonal, Keefektifan Hubungan Interpersonal, dan kerangka Teoritik.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Pada bab ini dijelaskan tentang penyakit lupus serta memaparkan fakta dan data objek penelitian yang berisi tentang jawaban atas berbagai masalah yang diajukan peneliti.

BAB IV : ANALISIS DATA

Pada bab ini akan menganalisis data yang memaparkan hasil temuan berupa data tentang Komunikasi Interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus. Dari hasil temuan tersebut dianalisis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang kemudian dikonfirmasikan dengan teori yang relevan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan tentang : kesimpulan dan saran dari peneliti.


(38)

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal

a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tidakan (action) yang berlangsung terus-menerus.1 Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidaklah mudah memberikan definisi yang mudah di terima oleh semua pihak sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu sosial lainnya. Ketika berkomunikasi dengan orang lainpun manusia mempunyai tujuan-tujuan tertentu, adapun tujuan-tujuan-tujuan-tujuan komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Devito dalam komunikasi interpersonal yang dikutip J Permana bahwa komunikasi interpersonal lmemiliki empat tujuan yaitu pertama, untuk mempelajari secara lebih baik dunia luar, seperti berbagai objek, peristiwa, dan orang lain. Kedua, untuk memelihara hubungan dan mengembangkan kedekatan atau keakraban. Ketiga, untuk mempengaruhi sikap-sikap dan prilaku orang lain. Keempat, untuk menghibur diri dan


(39)

29

bermain. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok manusia kecil dengan berbagai efek dan umpan balik (feed back).2

Komunikasi interpersonal atau antarpribadi sangat penting bagi kebahagian hidup Manusia, hal inilah yang dikatakan oleh Johnson sebagaimana dikutip oleh Supratiknya, menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi antarpribadi dalam rangka menciptakan kebahagian hidup manusia, diantaranya adalah Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia. Dan kesehatan mental manusia sebagian besar juga ditentukan oleh, kualitas komunikasi atau hubungan seseorang dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figures) dalam hidup manusia.3

Komunikasi antarpribadi atau interpersonal merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan didalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya.4

2W. A. Widjaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara,1993),hlm. 8 3Supratiknya, Komunikasi Antar Pribadi (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hlm.9.

4Supratiknya, Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis (Yogyakarta : Penerbit Kanisius,


(40)

30

Komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi-persepsi ahli komunikasi yang mendefinisikan batasan pengertian. Trenholm dan Jensen dalam Suranto Aw mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah spontan dan informal, saling menerima feedback secara maksimal, dan partisipan berperan flexibel.5 Komunikasi antarpribadi sangat penting bagi kebahagiaan hidup manusia, Johnson (1981) menunjukkan beberapa peranan yang disumbangkan oleh komunikasi interpersonal dalam rangka menciptakan kebahagiaan hidup manusia.

1) Komunikasi antarpribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial manusia

2) Identitas atau jati diri manusia terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain

3) Dalam rangka memahami realitas disekeliling manusia serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang manusia miliki tentang dunia di sekitarnya

4) Kesehatan mental manusia sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan seseorang deng orang lainnya.6

5Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta, Graha ilmu 2011) hlm. 4-5 6Ibid.,hlm 9-10


(41)

31

b. Macam-macam bentuk Komunikasi Interpersoonal (Antarpribadi)

Menurut sifatnya komunikasi interpersonal dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Komunikasi diadik yaitu komunikasi antara dua orang dalam situasi tatap muka. Dapat dilakukan dalam bentuk percakapan dialog dan wawancara. Dialog dilakukan dalam situasi yang lebih intim, akrab, lebih personil, sedang wawancara lebih serius.

2) Komunikasi triadik yaitu komunikasi antar pribadi yang pelakunya lebih dari tiga orang yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan. Komunikasi interpersonal berlangsung secara dialogis sehingga memungkinkan interaksi dan dianggap sebagai komunikasi yang paling ampuh dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, karena dilakukan secara tatap muka.7

Beberapa bentuk komunikasi yang bisa digunakan dalam melakukan proses komunikasi interpersonal, antara lain :8

7Yunida Haryanti, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan, (Jakarta : CV Trans Info

Media,2015), hlm 15

8Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal & Intrapersonal, (Yogyakarta : kanisus, 2007),


(42)

32

1) Dialog

Dialog merupakan percakapan yang mempunyai maksud untuk saling mengerti, memahami, dan mampu menciptakan kedamaian dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhannya. Pelaku komunikasi yang terlibat dalam bentuk dialog bisa menyampaikan beberapa pesan, baik kata, fakta, pemikiran, gagasan dan pendapat, dan saling berusaha mempertimbangkan, memahami, dan menerima.

2) Sharing

Sharing dalam hal ini merupakan proses bertukar pendapat, berbagi pengalaman dalam pembicaraan antara dua orang atau lebih, di mana diantara komunikan maupun komunikator saling menyampaikan apa yang telah mereka alami dalam hal yang menjadi bahan pembicaraan. Dengan adanya sharing maka dapat bermanfaat untuk memperkaya pengalaman diri dengan berbagi masukan yang bisa diambil dari curhatan lawan bicaranya, selain itu seseorang akan mampu untuk melepaskan batin yang mungkin selama ini masih menjadi beban pribadi.

3) Wawancara

Wawancara merupakan bentuk komunikasi yang bertujuan untuk tercapainya sesuatu.komunukasi dalam bentuk wawancara ini saling berperan aktif dalam pertukaran


(43)

33

informasi. Selama wawancara tersebut berlangsung pihak yang mewawancarai dan yang diwawancarai, keduanya terlibat dalam proses komunikasi dengan saling berbicara, mendengar, dan juga menjawabnya.

4) Konseling

Bentuk ini biasanya digunakan untuk menjernihkan masalah orang yang meminta bantuan (counsellee) dengan mendampinginya dalam melihat masalah, memutuskan masalah, menemukan cara-cara pemecahan masalah yang tepat, dan memungkinkan untuk mencari cara yang tepat untuk pelaksanaan keputusan tersebut.9

c. Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat perhubungan. Bahasa menurut Larry L. Barker memiliki tiga fungsi, yaitu penanaman (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Efektif tidaknya suatu kegiatan komunikasi tergantung dari ketepatan penggunaan kata-kata atau kalimat dalam mengungkapkan sesuatu.10 Kegiatan komunikasi verbal menempati frekuensi terbanyak dalam keluarga. Setiap hari

9Ibid.,hlm. 116

10 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga, (Jakarta : PT.


(44)

34

orang tua selalu ingin berbincang-bincang kepada anaknya.11

Bahasa dapat di definisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan sehingga dapat dipahami. Bahasa verbal adalah sarana utama menyatakan pikiran, perasaan dan maksut yang diinginkan. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa.12

Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak hanya dalam bentuk verbal, tetapi juga dalam bentuk non verbal. Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan lambang atau symbol. Komunikasi non verbal akan menghasilkan simbol yang berupa pesan, secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A, Samovan dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rancangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima.13

Pesan-pesan non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi. Salah satunya dalam berkomunikasi manusia tidak cukup mempresentasikannya dengan lewat bahasa verbal saja, karena dalam komunikasi nonverbal digambarkan dalam buku ilmu

11Ibid., hlm 116

12Deddy Mulyana, Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung: RemajaRoda Karya, 2009) hlm 262 13Ibid., hlm 340


(45)

35

komunikasi karya Dedy Mulyana, di jelaskan bahwa “Bukan apa yang ia katakan, melainkan bagaimana mengatakannya”. Lewat perilaku non verbal, dapat diketahui suasana emosional seseorang, apakah seseorang sedang bahagia, bingung atau sedih. Kesan awal pada seseorang sering didasarkan perilaku non verbalnya, yang mendorong orang mengenal lebih jauh dan dapat dengan mudahnya untuk mengidentifikasi suatu maksud serta tujuan atau pun merangsang suatu kedekatan yang lebih baik lagi.14

d. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Menurut Richard L. Weaver II menyebutkan kerakteristik komunikasi interpersonal terdiri dari delapan, yaitu :

1) Melibatkan paling sedikit dua orang 2) Adanya umpan balik atau feedback 3) Tidak harus tatap muka

4) Tidak harus bertujuan

5) Menghasilkan beberapa pengaruh atau effect

6) Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata 7) Dipengaruhi oleh konteks

8) Dipengaruhi oleh kegaduhan atau noise15

14Ibid, hlm. 342

15 Muhammad Budyatna, Teori Komunikasi Antarpribadi, ( Jakarta : Charisma Putra Utama,


(46)

36

e. Proses Komunikasi Interpersonal

Gambar 1.2

Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi interpersonal dapat dilakukan yang dinyatakan sebagai pesan yang akan disampaikan harus ada. Pesan itu berlalu anatara sumber (pengirim) dan penerima, pesan tersebut diubah menjadi bentuk symbol yang disebut encoding atau pembuatan kode yang disampaikan melalui beberapa media (saluran) kepada penerima yang menerjemahkan ulang pesan pengirimnya (decoding) atau pengurangan kode. Hasilnya adalah penyampaian maksud dari satu orang satu ke orang lain. Pengiriman suatu pesan dengan melakukan encoding pemikiran. Empat kondisi mempengaruhi keefektifan pesan yang diencode keahlihan, sikap dan pengetahuan pengirim dan system sosial budaya. Keyakinan dan nilai kita bertindak mempengaruhi apa dan bagaimana seseorang berkomunikasi.16


(47)

37

2. Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu, yang didalam kehidupan keluarga mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pimpinan rumah tangga, serta sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak.17 Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli dan sebagainya) orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung. Dalam konteks keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah atau ibu kandung dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.18

Setiap orang tua yang memiliki anak selalu ingin memelihara, membesarkan dan mendidiknya. Seorang ibu melahirkan anak tanpa ayah pun memiliki naluri untuk memlihara, membesarkan dan mendidiknya, meski terkadang harus menanggung beban malu yang berkepanjangan. Sebab kehormatan keluarga adalah salah satunya juga ditentukan oleh bagaimana sikap dan prilaku anak dalam menjaga nama baik keluarga. Lewat sikap dan prilaku anak nama baik keluarga dipertaruhkan.19

17 Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung : Refika Aditama, 2002), hlm 189

18 Syaiful bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga : Untuk

Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak ( Jakarta : PT.Rineka Cipta, 2014), hlm 51

19Syaiful bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga : Untuk


(48)

38

Orang tua dan anak adalah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam ikatan keabadian. Tidak ada seorang pun dapat mencerai-beraikannya. Ikatan itu dalam bentuk hubungan emosional antaar anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku.20 Orang tua sebagai pemimpin adalah faktor penentu dalam menciptakan keakraban dalam keluarga. Tipe kepemimpinan yang diberlakukan dalam keluarga akan memberikan suasana tertentu dengan segala dinamikanya. Interaksi yang berlangsung pun bemacam-macam bentuknya.21

Komunikasi dalam keluarga dapat berlangsung secara timbal balik dan silih berganti, bisa dari orang tua ke anak atau dari anak ke anak. Orang tua tidak akan tega melihat anak-anaknya menderita, begitu pula dengan anak, tidak akan ada anak yang menyembunyikan segala rasa sakit yang sedang diderita kepada orang tuanya.

b. Peranan Orang Tua

Orang tua adalah bagian terpenting dalam lingkungan anak dan dapat menentukan bagaimana anaknya kelak. Nilai, sikap, dan berperilaku secara unik seringkali merupakan hasil dari pengaruh orangtua. Dukungan dan peran serta orangtua dan keluarga sangat diperlukan bagi perkembangan anak yang optimal, terlebih lagi bagi anak yang berkebutuhan khusus, pada penderita lupus khususnya.

20Ibid., hlm 43-44 21Ibid,.hlm 5


(49)

39

Dari sisi intelek, orang tua harus dapat melakukan pengawasan, perhatian, dan mencontohkan susuatu sesuai dengan tahapan-tahapan disamping juga langsung dilaksanakan oleh orang tua. Orang tua memiliki perannya masin-masing, secara umum peran ayah dan peran ibu adalah sebagai berikut:

1. Peran Ayah

a. Ayah sebagai pencari nafkah

b. Ayah sebagai suami yang penuh perhatian dan memberi rasa aman.

c. Ayah berpartisipasi dalam mendidik anak

d. Ayah sebagai pelindung atau tokoh yang tegas,

bijaksana, mengasihi keluarga 2. Peran Ibu

a. Memenuhi kebutuhan biologis dan fisik

b. Merawat dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra, dan konsisten.

c. Mendidik, mengatur dan mengendalikan anak. d. Menjadi contoh dan teladan bagi anak.

Zionts menyatakan bahwa peran orangtua dan keluarga adalah sebagai berikut:

1) Refferal Agents

Menurut Quill, (1995) Orangtua dapat


(50)

40

anak dengan tetangga, masyarakat dan para professional seperti guru sekolah luar biasa, dokter dan psikolog untuk mendapatkan informasi yang terjadi pada anaknya.

2) Advocates For Their Children

Menurut Quill, (1995) arti Advicates mengacu pada pemberian nasehat atau saran. Orangtua dapat mendukung dan menasehati anaknya dengan cara ikut terlibat dengan program pendidikan khusus dimana anak terlibat. Peran orangtua dissini lebih pada ikut berpartisispasi dengan kegiatan sekolah khusus tempat anaknya bersekolah seperti mengikuti pertemuan rutin yang diadakan oleh sekolah, tetap berhubungan dengan guru atau terapis anak, memonitor perkembangan anak dan berbagi informasi denagn pihak sekolah.

3) Support Agents

Peran orangtua lebih pada keterlibatan orangtua dalam membuat rencana pendidikan anak dan memonitor perkembanganya untuk memperbaiki perilaku anak di sekolah maupun di lingkungan rumah.22

22 Syaiful Bahri Djannah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Jakarta : PT.


(51)

41

3. Penderita Lupus (Odapus) a. Pengertian Lupus

Nama Lupus berasal dari bahasa latin yang berarti serigala. Pada abad ke-10, istilah ini pertama kali digunakan untuk menggambarkan kondisi peradangan kulit yang menyerupai gigitan serigala. Systemic Lupus Erythematosus (SLE) adalah penyakit baru yang mematikan setara dengan kanker, prototipe dari kelainan kekebalan tubuh (autoimmune) yang dapat menyebabkan bermacam-macam diagnosis-diagnosis klinis yang berbeda pada penderita dan kelainan immunologi.23 Pada tahun 1972, seorang dokter yaitu Moriz Kaposi menyatakan bahwa Lupus adalah suatu kondisi peradangan kulit yang kadang-kadang disertai dengan gejala sistematik, seperti demam, nyeri sendi, mudah lelah, anemia, penurunan berat badan, rambut rontok, luka di mulut dan sensitive terhadap sinar matahari. Sistem kekebalan tubuh pada odapus kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari sel dan jaringan tubuh sendiri sehingga kekebalan tubuh tidak hanya menyerang kuman yang merusak tubuh tetapi juga merusak organ tubuhnya sendiri (autoimmune).24

Lupus adalah penyakit “autoimun” (kekebalan tubuh sendiri) kronik atau berkepanjangan, dimana sistem kekebalan

23 Mitra Erlina Novianty, e-journal psikologi Penerimaan Diri dan Daya Juang pada Wanita

Penderita Lupus (Mahasiswa Prodi ilmu Pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Univ. Mulawarman, 2013) hlm 174.


(52)

42

tubuh menjadi hiperaktif disebabkan hal yang belum diketahui dan menyerang jaringan tubuh sendiri yang sehat.25 Penyakit lupus akan mengacaukan sistem kekebalan tubuh pada manusia sehingga akan menyerang tubuh sendiri. Selain itu penyakit lupus merupakan penyakit yang sulit dikenali gejalanya bahkan baru diketahui menderita lupus ketika penyakit sudah parah. Penyakit lupus bukan merupakan penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme (kuman ataupun virus) sehingga bukan merupakan penyakit yang menular. Penting sekali penderita lupus atau odapus mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar untuk medapatkan motivasi kesembuhan. Penyakit lupus memang penyakit yang membutuhkan kesabaran dan dukungan dari lingkungan karena membutuhkan waktu yang cukup panjang dalam proses penyembuhan.26

Dr. Rahmat Gunadi dari Fak.Kedokteran Unpad/RSHS menjelaskan, penyakit lupus adalah penyakit sistem imunitas di mana jaringan dalam tubuh dianggap benda asing.Reaksi sistem imunitas bisa mengenai berbagai sistem organ tubuh seperti jaringan kulit, otot, tulang, ginjal, sistem saraf, sistem kardiovaskuler, paru-paru, lapisan pada paru-paru, hati, sistem

25 Tim Widyatamma, Kamus Kedokteran (Jakarta : Penerbit Widyatamma 2009), hlm 306 26 Koes Irianto, Memahami Berbagai Penyakit (Bandung : Alfabeta, 2015) hlm 391


(53)

43

pencernaan, mata, otak, maupun pembuluh darah dan sel-sel darah.27

b. Macam-macam Penyakit Lupus

Penyakit lupus terdiri dari tiga macam, yaitu :

1) Cutaneus Lupus (seringkali disebut Discoid) yang berpengaruh pada bagian kulit.

2) Systemic Lupus Erythematosus (SLE) jenis ini menyerang

organ tubuh seperti kulit, pembuluh darah, persendian, darah, paru-paru, ginjal, jantung, otak, hati dan syaraf.

3) Drug Induced Lupus (DIL) jenis ini timbul karena

mengkonsumsi obat-obatan jenis tertentu, jika obat telah dihentikan, biasanya gejalanya akan hilang.28

c. Gejala Penyakit Lupus

1) Gejala umumnya adalah penderita akan sering merasa lemah, kelelahan yang berlebihan, pegal-pegal dan persendian sakit. 2) Timbulnya gangguan pada pencernakan seperti diare, sariawan

yang terus-menerus dan demam tinggi yang berkepanjangan. 3) Penderita akan mengalami anemia, karena sel-sel darah merah

akan hancur apabila mengidap penyakit ini.

4) Pada kulit penderita akan muncul ruam merah yang

membentang di kedua pipi, mirip kupu-kupu. Dan ruam merah

27http://doktersehat.com/lupus-apa-itu-penyakit-lupus/#ixzz1z9WGBQUU diakses pada tanggal 10

Desember 2016

28 Dwi Prabantini, Keperawatan Medikal bedah edisi Terjemah (Jakarta : Rapha Publishing, 2014)


(54)

44

yang hampir menyerupai cakram dapat muncul di kulit pada seluruh bagian tubuh. Ada juga pada kulit sang penderita akan mudah gosong akibat terkena sinar matahari.

5) Nampak Butterfly rash pada bagian wajah. Butterfly Rash

adalah penderita lupus biasanya memiliki ciri-ciri gejala pada wajah yaitu bintik-bintik berwarna merah yang hampir sama bentuknya dengan kupu-kupu.

6) Sendi membengkak, ketika akan diperiksa sendi tersebut

nampak berwarna merah, selain itu juga di sendi terjadi pembengkakan.

7) Penderita mengalami peradangan pada jantung dan juga paru-paru, meskipun terjadi peradangan pada jantung dan paru-paru biasanya tidak mempengaruhi kinerja pada organ-organ tersebut, biasanya penderita akan merasakan sakit pada saat menghirup nafas atau pada saat batuk.

8) Penderita lupus biasanya kinerja ginjalnya tidak terlalu baik, sehingga ciri yang kelihatan adalah tidak normalnya air seni karena kerja ginjal tidak sempurna dalam menyaring protein yang dihasilkan oleh tubuh.29

d. Penyebab Penyakit Lupus

Perlu adanya pencegahan dari beberapa hal yang dapat menyebabkan penyakit lupus kembali kambuh, yaitu dengan cara menghindari stress, tetap menjaga tubuh tidak terkena paparan


(55)

45

sinar matahari secara langsung, mengurangi waktu kerja dan tidak mengkonsumsi obat-obatan tertentu secara berlebihan yang memicu timbulnya penyakit lupus.

Penyebab penyakit lupus adalah sistem imun yang ada di dalam tubuh seharusnya menjaga ketahanan tubuh seseorang malah sebaiknya menyerang sel-sel pada bagian tubuh pada manusia. Pentingnya pengetahuan penderita lupus (Odapus) untuk mengetahui seputar perkembangan dan informasi terbaru seputar perkembangan dari penyakit lupus ini, oleh karena itu penderita lupus harus lebih memahami dan mengerti tentang gejala, makanan, pengobatan atau bahkan faktor lain yang dapat mempengaruhi sakit lupus ini.30

e. Pengobatan Penyakit Lupus

Pengobatan dari penyakit lupus tergantung pada tanda-tanda dan gejala yang muncul saja, karena biasanya tidak semua gejala muncul pada seseorang. Karena lupus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, maka gejala dan tanda yang munculpun tidak harus semua diobati karena harus dipertimbangkan dengan cermat mengenai manfaat dan resiko pengobatan (efek samping obat). Pengobatan yang diberikan tergantung pada hasil penilaian mengenai aktifitas penyakit, organ


(56)

46

mana yang terkena, serta berat ringannya penyakit. Terdapat dua jenis dalam pengobatan penyakit lupus diantaranya31 :

1) Terapi non-farmakologik

Terapi ini menyebutkan bahwa penderita hanya cukup untuk beristirahat, hindari kelelahan. Menggunakan tabir surya SPF 30%, baju yang lebih tertutup, memakai topi atau payung jika bepergian atau berada di tempat terbuka.

2) Terapi farmakologik

Dalam hal ini penderita yang baru dinyatakan terkena penyakit lupus harus menjalani pengobatan siklus pertama hingga siklus akhir, siklus pertama berjalan setiap bulan sekali selama 6 bulan lamanya meskipun dalam keadaan sehat (stabil). Setiap bulannya penderita diwajibkan untuk masuk obat melalui beberapa cairan yang sudah dipersiapkan. Selanjutnya berjalan ke tahap berikutnya yakni harus tetap kontrol setiap 3 bulan sekali selama 6 kali, dalam hal ini meliputi pemeriksaan fisis dan laboratorium (hematologi, kimia darah dan urinalisis). Odapus sebaiknya mendapatkan terapi secara rutin dan sesuai dengan anjuran dokter.

Odapus harus diingatkan agar menghindari pemakaian antibiotika sulfonamide, Echinacea (obat flu alternative yang berupa


(57)

47

stimulant system imun) karena dapat menimbulkan keadaan odapus semakin parah jiika tidak cocok dengan kondisi odapus tersebut.

Adapun obat-obatan yang dipakai pada penyakit lupus adalah sebagai berikut:

a) Prednison/Prednisolon

b) Methotrexate dan leflunaomide c) Cyclophosphamide

d) Captopril e) Allupurinol f) Chloroquin g) Cyclosporine h) Mycophenolate

i) Intravenous gamma-globulin32

B. Kajian Teori

1. Teori Aksi Bicara

Teori yang mengasumsikan bahwa ketika seseorang ingin menyampaikan suatu pesan dengan niat tertentu maka orang tersebut harus menyampaikan sebuah niat tentang sesuatu yang dilakukan dimasa depan dan menghrapkan pelaku komunikasi lain sadar terhadap apa yang dikatakan dari niatnya. Asumsi bahwa orang lain tahu makna dari kata-katanya. Mengetahui kata-kata tidaklah cukup, mengetahui suatu niat untuk menyelesaikannya dengan menggunakan kata-kata


(58)

48

adalah vital, teori kemampuan berbicara yang kebanyakan dihubungkan dengan John Searle dirancang untuk membantu seseorang dalam memahami bagaimana manusia menyempurnakan hal dengan kata-katanya. 33

Dalam menyampaikan pesan atau aksi berbicara seseorang juga akan berbicara tentang aksi mempengaruhi, aksi mempengaruhi adalah sebuah tindakan yang pembicara harapkan pendengar tidak hanya mengerti maksudnya tapi juga melakukan, sedangkan Aksi berkehendak adalah sebuah tindakan yang menjadi perhatian utama pembicara yaitu pendengar hanya memahami maksud untuk membuat janji, pemintaan atau apapun. Makna dari aksi berbicara adalah kekuatan mempengaruhi. Sebagai contoh, pernyataan “saya lapar“, dapat dianggap sebagai sebuah permintaan jika pembicara bermaksud supaya pendengar menawarkan makanan. Di sisi lain, hal ini dianggap sebagai sebuah penawaran, jika pembicara bermaksud untuk mengatakan bahwa ia akan mulai membuat makan malam atau mungkin secara sederhana memiliki kekuatan memengaruhi dari sebuah rancangan pernyataan yang hanya untuk menyampaikan informasi dan tidak lebih. Menurut Searle, kita tahu maksud di balik sebuah pesan tertentu karena kita berbagi permainan bahsa sederhana

33 Mohammad Yusuf Hamdan, Teori Komunikasi edisi 9, (Jakarta : Penerbit Salemba Humanika,


(59)

49

yang terdiri dari sejumlah aturan yang membantu kita untuk mendefinisikan kekuatan memengaruhi dari sebuah pesan.34

Dalam aksi berbicara, aturan pokok memberitahu apa yang harus ditafsirkan seperti sebuah janji yang berlawanan dengan sebuah permintaan atau sebuah perintah. Maksud dari seseorang sangatlah dimengerti oleh orang lain karena aturan pokok untuk memberitahu orang lain atas apa yang diharapkan dari seuah aksi berbicara seperti itu. Teori aksi berbicara mengidentifikasi apa yang terjadi untuk membuat pernyataan yang berhasil, supaya maksud dapat dipahami dengan mudah.

Dalam teori aksi berbicara, kebenaran tidak terlalu penting. Akan tetapi, pertanyaan sebenarnya adalah apa maksud dari pembicaraan dengan mengutarakan permasalahn tersebut. Searle menguraikan lima jenis aksi berkehendak. Pertama, penyataan yang mengikat pembicara untuk menyokong kebenaran dari sebuah permasalahan (tindakan menyatakan, menegaskan). Kedua, arahan, berusaha pendengar melakukan sesuatu perintah, permintaan). Ketiga, keterikatan, mengikat pembicara pada tindakan selanjutnya (berjanji, bersumpah). Keempat, pernyataan, menyampaikan beberapa aspek psikologis dari kondisi pemicaraan (permintaan maaf, mengucapkan selamat). Kelima, deklarasi, menciptakan sebuah proposisi, sangat menuntut (pemecatan).


(60)

50

Menurut seatle, dalam teori ini rasa ingin tahu maksud dibalik sebuah pesan tertentu karena berbagi permainan bahasa sederhana yang terdiri dari sejumlah aturan yang membantu seseorang untuk mendefinisikan kekuatan memengaruhi dari sebuah pesan. Aksi berbicara tidak akan berhasil ketika kehendak tidak dipahami dan mereka dapat dievaluasi dalam hubungannya dengan tingkatan saat mereka memakai aturan dari aksi berbicara tersebut.35

35 Mohammad Yusuf Hamdan, Teori Komunikasi edisi 9, (Jakarta : Penerbit Salemba Humanika,


(61)

BAB III

DATA TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DENGAN PENDERITA LUPUS

A. Profil Data

Dalam penelitian ini peneliti memilih informasi yang sesuai dengan fokus penelitian sebagai sumber data penelitian.

1. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah para orang tua dari penderita lupus yang berada di daerah kabupaten Lamongan, yang akan memungkinkan dapat memberi informasi atas proses komunikasi interpersonal yang digunakan dalam penyampaian pesannya sehingga dapat menyelesaikan permasalahan fenomena orang tua dan anak untuk memberikan kelancaran dalam proses penyembuhan serta semangat hidup pada penderita lupus. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu :

a. Keluarga Bapak Ali Mas’ud Tabel 3.1

Data Keluarga Bapak Ali Mas’ud

No Nama Umur Kategori

Subyek

Pendidikan

1 Ali Mas’ud 61 Ayah SLTP

2 Sri Winarnik 51 Ibu SMA


(62)

52

Mengenai latar belakang dari informan pertama adalah keluarga bapak Ali Mas’ud yang didapat dari hasil observasi peneliti, keluarga bapak Ali Mas’ud memiliki anak Sembilan dua laki-laki dan tujuh perempuan. Bekerja sebagai montir panggilan, hanya jika di panggil orang dia akan bekerja, akan tetapi jika tidak ada yang memanggilnya ke rumah maka dia pun tidak bekerja. Selain bekerja sebagai montir beliau juga bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Masji jami’ darul rohmah Laren tepatnya di samping rumahnya. Beliau hanya lulusan SLTP saja akan tetapi kecerdasannya ketika membongkar dan memperbaiki mesin-mesin mobil sangatlah luar biasa. Beliau tergolong orang yang pendiam dalam segala hal, ke istrinya pun jarang berkomunikasi bahkan ke anak-anaknya, bapak Sembilan anak ini pernah bekerja di Malaysia dan Dumai akan tetapi karena umur yang semakin menua beliau pun di suruh pulang oleh keluarganya.

Ibu Sri Winarnik adalah orang yang mempunyai semangat hidup tinggi untuk anak-anaknya. Beliau bekerja menjadi guru di TK Muslimat NU 05 Darul Rohmah Laren, sudah hampir 35 tahun lebih beliau mengabdi sebagai guru di sana. Di samping bekerja sebagai guru TK beliau pun mengisi kesehariannya sebagai seorang penjahit, tentunya hal itu masih membuat segala kebutuhan keluarganya merasa belum tercukupi. Berdasarkan pengamatan yang dilihat oleh peneliti ketika berada di rumahnya, beliau merupakan orang yang komunikatif, beliaulah yang paling


(63)

53

dekat dengan anak-anaknya dalam hal apapun berbeda dengan suaminya yang lebih banyak berdiam diri di rumah. Usia yang sudah menginjak kepala lima masih tampak seperti anak muda berumur 30 tahun. Beliau menerapkan cara didik yang jauh beda dengan suaminya, lebih terbuka dalam segala hal kepada anak-anaknya, langsung memarahi ketika anaknya salah, bahkan dalam hal beribadah. Bahkan dalam hal penyakit, sosok ibu Sembilan anak ini merupakan ibu yang selalu siap siaga ketika anak-anaknya mengalami sakit, salah satunya anak bungsu beliau yang bernama Nurul Fauziyah, beliau mengatakan bahwa anak terakhirnya dari kecil memang sakit-sakitan, berawal dari umur Sembilan bulan pernah mengalami sakit paru-paru, dan baru dinyatakan sembuh ketika berumur satu tahun. Tepat berumur Sembilan tahun bungsu tersebut dinyatakan oleh pihak Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan terkena penyakit Lupus jenis SLE (Systemic Lupus Erythematosus) dan di rujuk ke RSUD. Dr. Soetomo Surabaya, hingga kini pengobatan berjalan kurang lebih dua tahun di rumah sakit tersebut.

Nurul Fauziyah si bungsu berumur 10 tahun ini merupakan anak yang duduk di kelas 5 MI Thoriqotul Hidayah Laren Lamongan. Termasuk kategori anak paling aktif di antara saudara lainnya. Merasa anak paling di sayang diantara ke delapan saudara lainnya, hal ini dikarenakan anak bungsu, sehingga apapun yang diminta olehnya akan selalu dituruti, meskipun dalan keadaan tidak


(64)

54

berkecukupan. Kebiasaan buruknya adalah suka sekali dengan makanan snack, sossis dan lainnya yang memiliki kadar garam tinggi, dan hal inilah yang memicu penyakit lupus.

b. Keluarga Bapak Hartono Shofwan Tabel 3.2

Data Keluarga Bapak Hartono Shofwan

No Nama Umur Kategori

Subyek

Pendidikan

1 Hartono

Shofwan

52 Ayah SMA

2 Maryama 42 Ibu SMA

3 Intifadhotun

Niswah

22 Anak Pelajar

Informan kedua ini berasal dari desa Maduran Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan, mereka merupakan orang tua yang hidup jauh dari anak-anaknya, mereka merantau di Jakarta sebagai pedagang kaki lima. Bapak Hartono merupakan sosok ayah yang sangat peduli dengan anak-anaknya begitupun ibu Maryama. Meskipun mereka jauh dari ketiga anaknya, hal itu tidak menjadi hambatan bagi mereka untuk melimpahkan rasa kasih sayangnya. Sudah hampir 10 tahunan mereka merantau di Jakarta. Anak pertama laki-laki dan anak kedua dan ketiga berjenis kelamin perempuan berumur 22 tahun yang sedang menderita penyakit lupus dan anak terakhir berumur 18 tahun. Telepon genggam merupakan alat yang paling utama dalam komunikasi, setiap pagi hingga malam mereka selalu memantau anak-anaknya lewat media tersebut. Dari ketiga anak tersebut masing-masing bertempat


(65)

55

tinggal berbeda, anak pertama sudah beristri dan tinggal di rumah istrinya, anak kedua sedang menjalankan kuliah di kampus daerah Madura dan yang terakhir di pesantren.

Intifadhotun Niswah divonis terkena penyakit Lupus jenis SLE (Systemic Lupus Erythematosus) yang menyerang sendi tulang, tepatnya di bulan Agustus intan di vonis terkena penyakit tersebut dan pengobatannya di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit lupus di tubuh intan adalah merasakan kesakitan di bagian tulang-tulang hampir sama rasanya dengan nyeri seperti rematik, banyak sekali bintik-bintik merah menyerupai penyakit DBD (Demam Berdarah) diseluruh tubuh dengan suhu panas mencapai 39-40 derajat. Rasa lemah tidak berdaya hingga hampir satu bulan lebih membuat segala aktivitanya menjadi terganggu dan terbengkalai.

c. Keluarga Bapak Nur Salim

Tabel 3.3

Data Keluarga Bapak Nur Salim

No Nama Umur Kategori

Subyek

Pendidikan

1 Lilik 47 Ibu SLTP

2 Nur Salim 58 Ayah SLTA

3 Silvi Nur

Halizah

15 Anak SMA

Informan ketiga dalam penelitian ini adalah orang tua yang tinggal di desa Laren RT.02 RW.04 kecamatan Laren kabupaten Lamongan. Bapak Nur Salim (58 tahun) merupakan sosok pekerja


(66)

56

keras yang pantang menyerah, beliau bekerja sebagai kuli bangunan di desa tersebut. Sedangkan ibu Lilik (47 tahun) bekerja sebagai pedagang asongan yakni dengan menjual sossis, tela goreng, dan lain sebagainya. Mereka dikarunia 3 anak, dan yang menderita penyakit Lupus adalah anak pertama yang sedang duduk di SMA Darul rohmah Laren. Ibu lilik merupakan sosok ibu yang sangat penyayang kepada anak-anaknya. Hal ini terlihat ketika beliau sedang melakukan aktivitas setiap harinya, mulai dari pagi hingga malam hari.

Silvi Nur Halizah divonis terkena penyakit lupus ketika berusia 14 tahun, sudah hampir satu tahun silvi menjalani pemeriksaan di RS Muhammadiyah Lamongan. Gejala awal dari penyakit yang diderita silvi adalah seringnya mengalami sakit kepala dan keluarnya darah dihidung hingga timbul bercak-bercak merah menyerupai penyakit DBD (Demam Berdarah). Adapun penyakit lupus yang dialami silvi termasuk jenis lupus SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Hingga saat ini silvi tetap menjalani pengobatan di rumah sakit tersebut. Selama satu hamir satu minggu silvi berada di ruang ICU karena keadaan yang semakin memburuk, tentunya biaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.


(67)

57

d. Keluarga Bapak Ghozali

Tabel 3.4

Data Keluarga Bapak Ghozali

No Nama Umur Kategori

Subyek

Pendidikan

1 Afifah 47 Ibu SLTP

2 Ghozali 58 Ayah SLTA

3 Auliyaaul

Hikmah Fitrotullaily

21 Anak Pelajar

Informan keempat merupakan orang tua yang bekerja sebagai pengusaha jagung emping Maha (makanan ringan) di desa mereka yakni Desa Laren Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan. Bapak Ghozali (58 tahun) merupakan sosok ayah yang selalu memberikan perhatian lebih kepada kedua anak perempuannya begitu pula ibu Afifah (58 tahun). Tidak pernah jauh dari anak-anaknya, hal ini dikarenakan mereka bekerja di rumahnya sendiri. Auliyaaul Hikmah Fitrotullaily merupakan anak bungsu yang sangat pendiam, jarang sekali keluar rumah. Ahfil merupakan mahasiswa semester 7 di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penyakit lupus yang diderita Ahfil sudah hampir satu tahun lamanya, pengobatan jalan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan. Jenis lupus yang diderita Ahfil sama dengan informan-informan sebelumnya yakni SLE (Systemic Lupus Erythematosus). Tubuh sering mengalami kelelahan dan rasa pusing yang sangat luar biasa, diberi obat jenis apapun tidak ada perubahan ditambah lagi rasa ngilu di daerah persendian tulang, berat badan yang


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

mengolah pesan sebelum sampai ke penderita atau anaknya,

bagaimana sebaik mungkin cara orang tua menyampaikan isi pesan

dari apa yang menjadi tujuan utama yakni memperoleh keberhasilan

dalam pencapaian tujuan dari orang tua yakni memperoleh feedback

yang baik dari penderita sehingga dalam proses penyembuhannya

berjalan dengan baik.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi interpersonal

antara orang tua dengan penderita lupus

Dalam proses komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh

orang tua dengan penderita lupus tentunya memiliki suatu faktor

pendukung serta penghambat dalam proses penanganannya. Ketika

peneliti melakukan konfirmasi dengan teori aksi bicara tentunya

memiliki beberapa hasil yang berbeda-beda terkait dengan

komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus.

Faktor pendukung dan penghambat dalam komunikasi

interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus tergantung pada

cara komunikasi pemberian makna serta arahan dari orang tua kepada

penderita, ketika dikaitkan dnegan teori aksi bicara maka asumsi yang

ada dalam teori ini berbicara mengenai cara terbaik ketika

memberikan pengarahan terhadap penderita. Apa dan bagaimana yang

harus dilakukan ketika memberikan pengarahan terkait dengan proses

penyembuhan penyakit lupus. Orang tua memberikan pengarahan


(2)

102

Segala yang dilakukan dengan cara yang baik dan sesuai dengan teori

tersebut maka akan berjalan dengan baik pula. Begitu pula sebaliknya,

ketika orang tua memberikan pengarahan secara kasar dan tidak sesuai

dengan apa yang diinginkan atau dalam pencapaiannya tanpa

memikirkan hasil ke depannya maka hal itu akan menjadi faktor

penghambat. Sehingga komunikasi tidak berjalan dengan efektif.

Jadi faktor dari pendukung serta penghambat dalam

komunikasi interpersonal antara orang tua dengan penderita lupus

tergantung dari bagaimana orang tua ketika memberikan arahan

ataupun cara berbicara yang baik atau tidaknya disaat menerapkan

dalam hal memberikan pengarahan secara menyeluruh baik itu dalam

bentuk lembut maupun kasar, orang tua memberikan peranan yang

sangat tepat ketika anak sedang mengalami masalah terkait dengan


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103 BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan mengenai fenomena yang menjadi fokus dalam

penelitian ini adalah :

1. Isi pesan yang terkandung dalam komunikasi interpersonal antara

orang tua dengan penderita lupus terdiri dari pesan kesehatan fisik dan

mental.

2. Faktor pendukung serta penghambat dalam komunikasi interpersonal

antara orang tua dengan penderita lupus tergantung pada cara orang

tua ketika menangani anaknya. Ketika dengan cara yang baik maka

hal itu akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula sebaliknya

ketika anak diberi arahan dengan cara yang buruk maka akan buruk

pula hasilnya.

B. Rekomendasi

1. Bagi orang tua yang memiliki anak yang sedang menderita penyakit

lupus, diharapkan agar selalu bisa memberikan energi positif baik itu

dalam bentuk komunikasi verbal amaupun non verbal, karena anak

yang sedang menderita penyakit lupus memiliki tingkat emosional

yang sangat tinggi. Jadi ketika orang tua memberikan nasehat terhadap

anaknya harus lebih berhati-hati, kalau bisa kurangi nada tinggi ketika

orang tua sedang kesal atau marah kepada anak tersebut sehingga anak


(4)

104

2. Bagi para penderita lupus, jangan pernah malu untuk

menyembunyikan penyakit yang diderita. Jadikan penyakit itu menjadi

bagian dari hidup, karena segalanya akan terasa lebih indah. Katakan

saja apa yang sedang terjadi pada siapapun, karena hal ini akan

membuat penderita semakin percaya diri, jangan pernah menganggap

remeh dari apa yang dikatakan orang tua.

3. Bagi masyarakat, penyakit lupus bukanlah penyakkit menular penyakit

ini merupakan penyakit auto-imun dengan skala yang cukup besar,

masyarakat harus tahu mengenai hal ini, karena setiap orang berhak

untuk hidup. Oleh karena itu dukungan dari masyarakat luas sangatlah

membantu dalam proses penyembuhannya.

4. Untuk pengembangan penelitian, peneliti menyarankan kepada seluruh

mahasiswa ilmu komunikasi untuk lebih kreatif lagi, karena ilmu

komunikasi memiliki arti yang sangat luas, jadi mahasiswa dapat

melakukan penelitian dengan memilih tema-tema yang bervariasi baik


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Daftar Pustaka

Abu Achmadi, dan Cholid Narbuko. 1997. Metodologi Penelitian.

Jakarta, Bumi Aksara.

Bahri Djamarah, Syaiful. 2014. Pola Asuh Orang tua dan

Komunikasi dalam keluarga. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Budyatna, Muhammad. 2012. Teori Komunikasi Antarpribadi.

Jakarta : Charisma Putra Utama.

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi : Teori dan

Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Gunarsa, Singgih D. 2001. Psikologi Paktis :Anak, Remaja dan

Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia

Gerungan. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Kriyantono, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Irianto, Koes. 2015. Memahami Berbagai Penyakit. Bandung :

Alfabeta.

Matthew B. Mille, dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis data

Kualitatif. terj, TjeptjepRohendi. Jakarta : UI Pers.

Moekijat. 1993. Teori Komunikasi. Bandung: Mandar Maju.

Moleong, Lexy J. 1999. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedy. 2010. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Harjana, Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan

Interpersonal.Yogyakarta: Kanisius.

Haryanti,Yunida. 2015. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik

Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.

Jannah, Lailia Fatkul 2009. Teori Peran (onlline).

http://bidanlia.blogspot.com/2009/07/teori-peran.com diakses pada tanggal 4 Jannuari 2017

Nazir, Moh. 1999. Metode Penelitian, Cet. IV Jakarta: Ghalia


(6)

Novianty, Mitra Erlina. 2013. e-journal psikologi Penerimaan Diri

dan Daya Juang pada Wanita Penderita Lupus. Mahasiswa Prodi ilmu Pemerintahan fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Univ. Mulawarman.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang : Intrans Publishing.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Gelora Aksara

Pratama.

Puspawardani. 2006. Lupus: Ibarat Menggunting Dalam Lipatan.

Prabantini, Dwi. 2014. Keperawatan Medikal Bedah edisi Terjemah.

Jakarta : Rapha Publishing.

Rahmat, Jalaluddin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya. Rangkuti, Freddy. 2009

Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan

Aplikasi. Jakarta :Rineka Cipta.

Ruslan, Rosady. 2006. Metode Penelitian Public Relation dan

Komunikasi. Jakarta : Raja GrafindoPersada.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori Komunikasi. Jakarta :Universitas

Terbuka.

Sudarto. 1997. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Alumni.

Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY

Press.

Supratiknya. 1995. Komunikasi AntarPribadi. Yogyakarta :Kanisius.

Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal.Yogyakarta : Graha ilmu.

S. Nasution. 1982. Metode Research. Edisi 1 Bandung: Jemmars.

Tim Widyatamma. 2009. Kamus Kedokteran. Jakarta :Penerbit

Widyatamma.

Uchjana Efendi, Onong. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Bandung : Remaja Rosda Karya.

Widjaya, A. W. 1993. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.

Jakarta :Bumi Aksara,.http://id. kajian orang tua/ pdf

Penerimaan diri odapus (orang dengan lupus) terhadap penyakit lupus http://www.Siannykosasihs Blog.com.html


Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA PIMPINAN DAN STAF (Studi Deskriptif Kualitatif Pola Interaksi Komunikasi Interpersonal Antara P

0 4 14

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) DALAM MASYARAKAT Pola Komunikasi Interpersonal Orang Dengan Lupus (Odapus) Dalam Masyarakat (Studi Fenomenologi Pola Komunikasi Interpersonal Odapus Pada Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Masyarakat

0 2 12

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) Pola Komunikasi Interpersonal Orang Dengan Lupus (Odapus) Dalam Masyarakat (Studi Fenomenologi Pola Komunikasi Interpersonal Odapus Pada Komunitas Griya Kupu Solo Dalam Masyarakat).

0 3 12

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Interpersonal Dengan Motivasi Belajar.

0 3 16

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR Hubungan Antara Intensitas Komunikasi Interpersonal Dengan Motivasi Belajar.

0 1 19

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN JOB INSECURITY.

0 1 9

Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai.

0 3 123

Hubungan antara komunikasi interpersonal dengan keintiman terhadap pasangan pada dewasa awal dengan orangtua bercerai

0 6 121

hubungan antara komunikasi interpersonal dengan

0 0 15

Hubungan antara efektivitas komunikasi interpersonal antara remaja dengan orangtua dan kecenderungan perilaku bullying pada remaja awal - USD Repository

0 0 153