Hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri pada perempuan dewasa awal.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
OBJEKTIFIKASI DIRI PEREMPUAN DEWASA AWAL

Maria Fiona Ratih

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan
objektifikasi diri pada perempuan usia dewasa awal. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Objektifikasi diri
merupakan variabel tergantung, sedangkan kepercayaan diri merupakan variabel bebas pada
penelitian ini. Subjek penelitian ini terdiri dari 130 subjek perempuan dewasa awal berusia 18-25
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala objektifikasi diri dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,901 dan skala kepercayaan diri dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,901.
Hasil uji linearitas yang dilakukan terhadap variabel objektifikasi diri dan kepercayaan diri

menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tidak linier yang ditunjukkan dengan angka 0,820
(p < 0,05). Koefisien korelasi kedua variabel penelitian ini menggunakan Spearman yang
menghasilkan angka -0,014 dengan taraf signifikansi 0,872 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Tidak
terbuktinya hipotesis penelitian ini diduga karena pola hubungan kedua variabel yang dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kata kunci :

objektifikasi diri, kepercayaan diri

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONFIDENCE
WITH SELF-OBJECTIFICATION IN EARLY ADULTHOOD WOMEN

Maria Fiona Ratih

ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relationship between self-confidence with selfobjectification in early adulthood women. The hypothesis of this study is that there is a
relationship between self-confidence with self-objectification. Self-objectification is the dependent
variable, while self-confidence is a independent variable in this study. The study subjects consisted
of 130 young adult female subjects aged 18-25 years. Data collected by spreading selfobjectification scale with reliability coefficient of 0,901 and scale of self-confidence with
reliability coefficient of 0,901. Linearity test results conducted on self-objectification variables
and self-confidence shows that the linear relationship between the two variables are not shown in
figure 0,820 (p < 0,05). The correlation coefficient between the two variables of this study using
the Spearman which generates a number -0,014 with a significance level of 0,872 (p < 0,05).
These results indicate that there is no significant relationship between self-confidence with selfobjectification. No evidence of the hypothesis of this study is suspected because of the pattern of
relations between the two variables that can be affected by many factors.

Keywords :

self-objectification, self-confidence


viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
OBJEKTIFIKASI DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Disusun oleh :
Maria Fiona Ratih

109114053

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PER,SETUJUAN IX}SEN PDMBIMBING

SKRIPSI
HTIBT]NGAITT


AI{TARA KF.PERCAYAAI{ DIRI I'ENGAN

OBIEKTIXIKASI I}IRI PAITA PEREMPUA}\I I}EWASA AWAL

4

Sylvia Carolina M. Y. IVL, S. Psi., M. Si

rmggal: I3APR

20ffi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI


IIT]BT]NGAN A}TTARA KEPERCAYAAITT DIRI DSNGAIT{
OB.IEKTIXIKASI DIRI PAI'A PEREMPUAN DEWASA AWAL

Dipersiapkandan Ditulis Oleh

:

MariaFionaRatih
109ll4t)53

Nama

Penguji

l:

Penguji 2: Dra. Lusia

Pengqii 3: C. Sisu'a Widyamoko, M. Psi


Yogyakarra,

l3APR

2015

Psikologi, Universitas Sanata Dhamra

%*#

Widiyanto, M. Si.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


HALAMAN MOTTO

“Tahu bahwa kita tahu apa yang kita ketahui dan tahu bahwa kita tidak tahu apa
yang tidak kita ketahui, itulah pengetahuan sejati.” -Copernicus-

“It’s nice to be important, but it’s more important to be nice.” -From
Dailymanly-

͞Our faith can move mountains.͟ -Anonymous-

“Judge nothing, you will be happy. Forgive everything, you will
be happier. Love everything, you will be happiest.” -Anonymous-

“Saying yes to happiness means learning to say no to things and

people that stress you out.” -Thema Davis-

“No matter how you feel, get up, dress up, show up, and
never give up.” -Anonymous-


“The mind that perceives the limitation is the limitation.” -Buddha-

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus yang Maha Esa karena telah senantiasa membimbing saya
dan mendengarkan doa-doa saya,

Papa (Fx. Suprapto), Mama (Fransiska Manik), Adik-adikku (Dio dan Putri) yang
selalu mendukung, memotivasi dan memberikan saya nilai-nilai hidup yang

berharga

Pacar (Engger) dan Sahabat-sahabatku terkasih (Yovi, Vira, Viga, Nana, Hoyi,
Dita, Tita, Agnes) yang senantiasa mendengarkan keluh kesah saya serta
memberikan keceriaan dalam hidup saya

Keluarga besar saya dimanapun berada karena telah peduli dan perhatian atas
pendidikan dan kehidupan saya

Bapak Ibu Dosen dan seluruh staf maupun karyawan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma atas ilmu-ilmu, fasilitas, dukungan, perhatian, ilmuilmu, dan kesempatan belajar yang diberikan kepada saya untuk memperoleh
pengetahuan maupun pengalaman yang sangat berharga untuk masa depan saya

Keluarga besar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
angkatan 2010 yang selalu kompak, ramah, simpati, membantu, dan mau bertukar
pikir bersama selama menjalani studi serta tidak akan pernah terlupakan

v

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN
OBJEKTIFIKASI DIRI PEREMPUAN DEWASA AWAL

Maria Fiona Ratih

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan
objektifikasi diri pada perempuan usia dewasa awal. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah ada hubungan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Objektifikasi diri
merupakan variabel tergantung, sedangkan kepercayaan diri merupakan variabel bebas pada
penelitian ini. Subjek penelitian ini terdiri dari 130 subjek perempuan dewasa awal berusia 18-25
tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan skala objektifikasi diri dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,901 dan skala kepercayaan diri dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,901.
Hasil uji linearitas yang dilakukan terhadap variabel objektifikasi diri dan kepercayaan diri
menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tidak linier yang ditunjukkan dengan angka 0,820
(p < 0,05). Koefisien korelasi kedua variabel penelitian ini menggunakan Spearman yang
menghasilkan angka -0,014 dengan taraf signifikansi 0,872 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan objektifikasi diri. Tidak
terbuktinya hipotesis penelitian ini diduga karena pola hubungan kedua variabel yang dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor.

Kata kunci :

objektifikasi diri, kepercayaan diri

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

THE CORRELATION BETWEEN SELF-CONFIDENCE
WITH SELF-OBJECTIFICATION IN EARLY ADULTHOOD WOMEN

Maria Fiona Ratih

ABSTRACT
This study aims to determine whether there is a relationship between self-confidence with selfobjectification in early adulthood women. The hypothesis of this study is that there is a
relationship between self-confidence with self-objectification. Self-objectification is the dependent
variable, while self-confidence is a independent variable in this study. The study subjects consisted
of 130 young adult female subjects aged 18-25 years. Data collected by spreading selfobjectification scale with reliability coefficient of 0,901 and scale of self-confidence with
reliability coefficient of 0,901. Linearity test results conducted on self-objectification variables
and self-confidence shows that the linear relationship between the two variables are not shown in
figure 0,820 (p < 0,05). The correlation coefficient between the two variables of this study using
the Spearman which generates a number -0,014 with a significance level of 0,872 (p < 0,05).
These results indicate that there is no significant relationship between self-confidence with selfobjectification. No evidence of the hypothesis of this study is suspected because of the pattern of
relations between the two variables that can be affected by many factors.

Keywords :

self-objectification, self-confidence

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas bimbingan

dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Hubungan antara Kepercayaan
Dewasa Awal

Diri dengan Objektifikasi Diri pada Perempuan

ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini, banyak
bantuan, dukungan, bimbingan, dan petunjuk berharga yang telah diberikan dari

berbagai pihak sehingga penulisan skripsi
Oleh karena

itu

ini dapt diselesaikan dengan baik.

pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk menyarnpaikan

dengan kerendahan hati unnrk mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1- Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma.

2-

Ibu Rafi Sunar Astuti, M. Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dbarma.

3. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. S" selaku Dosen Pembimbing Akademik
atas dukungan dan motivasinya.

4.

lbu Sylvia Carolina M. Y. M., M. Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

atas

bimbingan, petunjuk, pengetahuan, dan kesabaran Ibu selama membimbing
penulis dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.

Ibu Monica Eviandaru M. M.App.Psych. atas bantuannya dalam memberikan
informasi, pengetahuan, jumal-jurnal, dan buku elektronik terkait variabel
objektifrkasi diri serta bimbingannya selama mengerjakan penelitian ini.

6.

Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang senantiasa memberikan ilmunya
kepada penulis.

7.

Seluruh staf dan karyawan Fakultas Psikologi, seperti Mas Gandung, Bu
Nanik, Pak Gik, Mas Muji, Mas Doni, dan staf lainnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu berkat bantuan dan fasilitas yang disediakan.

8. Kedua orangtua penulis yang terkasih,

Bapak FX. Suprapto dan Ibu Fransiska

Manik atas nilai dan pelajaran hidup, dukungan, motivasi. pengertian,
perhatian. serta kesabarannya terhadap penulis selama proses penyusunan
skripsi ini.

9.

Seluruh subjek perempuan yang telah bersedia dan senang hati membantu

untuk mengisi skala penelitian guna data penelitian penulis sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Sahabat-sahabat penulis tercinta (Gracia

Hoyi, Lidwina Evira Maria Krisna,

Yovidia Yofran) atas bantuannya yang banyak, semangat yang diberikan,
dukungan. waktu untuk berdiskusi bersam4 dan keceriaan sehingga penulis
tidak mudah penat serta putus asa dalam menyusun skripsi ini.
I

l. Pacar saya terkasih, Engger yang selalu

senantiasa memotivasi, menduktmg

dengan berbagai cara, sabar, mau mendengarkan dengan baik, dan berdiskusi

bersama selama proses p€nyusunan skripsi sejak awal hingga skripsi ini
terselesaikan-

XI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Kelas A, B,

Co

dan D (terlebih kepada Daning, Luci4 Pudji, Pino, Ghea Fiona Darnanih

Lola Vienna Esti, Nana Paramita, Ninda Sekar, Tutut, Riska Muyu, Iwan,
Yovi, Kiki, Tyastri, Sandra, kak Ri4 Esri, Suster Marcel, Fili, Tita, Lusi, Dita
Mbak Ndut, Agres, Metha Desi, Cha+ha" Riri, Tyas, Ninda, Dian, Helen,
Vian, Vind4 Vero, Maya Kalit, Martha, Astrid Laksita Astrid Rosaria" Tari,
M"gu,

Vivi4

Tirsa" Silvia Regina, Uli, Rais4 Silya Celly, dll.) yang selalu

kompak, bersedia membanfu dan menemani dalam menyebar maupun mengisi

skala penelitian, mau bertukar pikiran, dan mau berbagi informasi serta
pengetahuan yang berguna terhadap penulis selama proses penyusunan skripsi

ini.
13. Teman-teman

dari segala fakultas di Universitas Sanata Dharma yg telah

membantu dalam menyebarkan skala penelitian maupun berkenan untuk
mengisi skala penelitian ini (di antaranya, Uli, Jepe, Immartha" Rosie, Renny,

Manha dll.) dan adik-adik angkatan di Fakultas Psikologi yg

bersedia

membantu dalam pengumpulan data (Rona EndalU dll.)

Penulis meft$a bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena

itq

penulis memohon maaf atas kesalahan maupun kelalaian yang

telah diperbuat dalam bentuk sikap, ucapan, penulisan, dan lain-lain sehingga
penulis menerima serta mengharapkan berbagai macam kritik dan saran yang

bersifat membangun untuk memperbaiki penulisan skripsi

xll

ini

agar menjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 10
1. Manfaat Teoritis .............................................................................. 10
2. Manfaat Praktis ................................................................................ 10
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 12
xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Objektifikasi Diri.................................................................................. 12
1. Pengertian Objektifikasi Diri ........................................................... 12
2. Aspek-aspek Objektifikasi Diri ....................................................... 15
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Objektifikasi Diri ..................... 16
B. Kepercayaan Diri .................................................................................. 20
1. Pengertian Kepercayaan Diri ........................................................... 20
2. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ....................................................... 21
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan Diri ..................... 23
C. Masa Dewasa Awal .............................................................................. 25
1. Pengertian Masa Dewasa Awal ....................................................... 25
2. Perkembangan Fisik Masa Dewasa Awal ....................................... 26
3. Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Awal .................................. 28
4. Perkembangan Sosioemosi Masa Dewasa Awal ............................. 29
D. Hubungan antara Objektifikasi Diri dengan Kepercayaan Diri pada
Perempuan Dewasa Awal .................................................................... 31
Gambar 1. Skema Penelitian ................................................................ 36
E. Hipotesis ............................................................................................... 36
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 37
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 37
B. Identifikasi Variabel ............................................................................. 37
C. Definisi Operasional ............................................................................. 37
1. Objektifikasi Diri ............................................................................. 37
2. Kepercayaan Diri ............................................................................. 39
xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

D. Subjek Penelitian .................................................................................. 41
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 42
1. Skala Objektifikasi Diri ................................................................... 42
2. Skala Kepercayaan Diri ................................................................... 43
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................... 46
1. Validitas ........................................................................................... 46
2. Seleksi item ..................................................................................... 46
3. Reliabilitas ....................................................................................... 51
G. Metode Analisis Data ........................................................................... 52
1. Uji Asumsi ....................................................................................... 52
a. Uji Normalitas .......................................................................... 52
b. Uji Linearitas ............................................................................ 53
2. Uji Hipotesis .................................................................................... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 54
A. Pra Penelitian, Pelaksanaan Penelitian, dan Data Demografi .............. 54
1. Pra Penelitian ................................................................................... 54
2. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 54
3. Data Demografi Subjek Penelitian .................................................. 56
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 57
1. Analisis tambahan ........................................................................... 57
2. Uji Asumsi ....................................................................................... 58
a. Uji Normalitas .......................................................................... 59
b. Uji Linearitas ............................................................................ 60
xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Uji Hipotesis .................................................................................... 61
4. Pembahasan ..................................................................................... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 66
A. Kesimpulan........................................................................................... 66
B. Saran ..................................................................................................... 66
1. Bagi Individu Dewasa Awal ............................................................ 66
2. Bagi Kalangan Masyarakat dan Media Massa ................................ 67
3. Bagi Penelitian Selanjutnya ............................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 68
LAMPIRAN ..................................................................................................... 71

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print Skala Objektifikasi Diri .................................................... 43
Tabel 2. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Objektifikasi Diri ................................ 43
Tabel 3. Blue Print Skala Kepercayaan Diri .................................................... 45
Tabel 4. Kisi-kisi Sebaran Item Skala Kepercayaan Diri ................................ 45
Tabel 5. Distribusi Item Skala Objektifikasi Diri (setelah uji coba) ................ 48
Tabel 6. Distribusi Item Skala Objektifikasi Diri Pengambilan Data
Sesungguhnya .................................................................................... 49
Tabel 7. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri (setelah uji coba) ................ 50
Tabel 8. Distribusi Item Skala Kepercayaan Diri Pengambilan Data
Sesungguhnya .................................................................................... 51
Tabel 9. Deskripsi Usia dan Pekerjaan Subjek Penelitian ............................... 56
Tabel 10. Nilai Minimal, Nilai Maksimal, Mean Teoritis, Mean Empiris, dan
Standar Deviasi ................................................................................ 58
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Objektifikasi Diri..................... 59
Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Kepercayaan Diri..................... 59
Tabel 13. Hasil Uji Linearitas Variabel Objektifikasi Diri dan Kepercayaan
Diri ................................................................................................... 60
Tabel 14. Hasil Uji Korelasi Spearman antara Variabel Objektifikasi Diri dengan
Kepercayaan Diri ............................................................................. 61

xviii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Survei ........................................................................................... 72
Lampiran 2. Skala Objektifikasi Diri dan Kepercayaan Diri untuk Uji Coba . 81
Lampiran 3. Skala Objektifikasi Diri dan Kepercayaan Diri untuk Penelitian 98
Lampiran 4. Uji Asumsi, dan Uji Hipotesis ..................................................... 112

xix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penampilan fisik dianggap penting pada jaman sekarang ini.
Penampilan fisik yang menarik, cantik, dan bentuk tubuh yang ideal lebih
banyak dilakukan oleh perempuan. Banyak perempuan yang melakukan
perubahan terhadap tubuhnya seperti bedah plastik untuk diubah sesuai
dengan keinginan mereka. Selain itu, makin banyaknya dibangun tempat spa
dan berbagai perawatan tubuh pada saat ini memfasilitasi perempuan untuk
lebih mementingkan perhatiannya terhadap penampilan fisik mereka.
Banyak perempuan juga sering melakukan pengurangan porsi makan,
diet, olahraga, dan mengonsumsi suplemen diet untuk mendapatkan
penampilan fisik yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
perempuan penting untuk memiliki penampilan yang cantik. Kaum
perempuan akan merasa berhasil sebagai perempuan ideal apabila dirinya
dapat tampil cantik.
Perempuan yang ingin tampil cantik dan menarik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, salah satunya adalah media massa. Hal ini terlihat dari
banyaknya artikel mengenai diet yang berisi tips-tips untuk mendapatkan
tubuh ideal dengan cara diet makanan, berolahraga, maupun mengonsumsi
suplemen diet dan pelangsing. Selain itu, adapun Iklan Woman Rejuvenation
Program (WRP) yang ditayangkan di televisi sejak tahun 2008. Iklan tersebut
1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

merupakan contoh penawaran susu rendah lemak yang memberikan
gambaran seorang model perempuan yang memiliki bentuk tubuh sangat
langsing menjadi dikagumi banyak orang.
Pengaruh media massa terhadap perempuan membuat banyak
perempuan juga berusaha mendapatkan wajah cantik dan menarik dengan
melakukan berbagai macam perawatan kosmetik. Menurut sebuah survei
tentang penggunaan kosmetik, terjadi pertumbuhan penggunaan kosmetik di
daerah Jawa terutama di wilayah pedesaan hingga 27,5% di tahun 2013.
Pertumbuhan ini menyaingi pertumbuhan di daerah perkotaan yang hanya
mengalami kenaikan 9,4%. Menurut Hellen Katherina, fenomena tersebut
disebabkan karena banyak perempuan merasa penting untuk menjadi cantik
(www.industri.bisnis.com, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Margraf, dkk. (2013) juga menemukan
bahwa sebagian besar subjek setelah melakukan bedah plastik merasa
penampilannya semakin menarik sehingga menimbulkan hal positif terkait
psikologis, yaitu menjadi lebih bahagia, meningkatnya kualitas hidup,
menurunnya kecemasan, depresi, dan phobia sosial.
Peneliti juga melakukan survei sederhana untuk mencari tahu alasan
perempuan yang rutin melakukan perawatan tubuh, perawatan kosmetik, dan
sering mengenakan pakaian yang feminim. Dari 130 perempuan, 48 orang di
antaranya rutin melakukan perawatan tubuh. Sebagian besar subjek
perempuan yang rutin melakukan perawatan tubuh mengatakan alasan
mereka merawat tubuh untuk menunjang penampilan dan merasa penting

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

sebagai wanita supaya terlihat cantik, menarik, sehingga mereka dapat
memandang baik terhadap diri sendiri, puas pada diri sendiri, meningkatnya
kepercayaan diri, dan semangat dalam beraktivitas.
Selain itu, dari 130 perempuan, 101 orang di antaranya mengatakan
rutin menggunakan kosmetik. Sebagian besar subjek perempuan yang rutin
menggunakan kosmetik menyatakan alasan mereka adalah untuk menjaga
penampilan terlihat awet muda dan menarik karena sebagai perempuan
penting tampil cantik, sehingga dapat menghargai diri sendiri, semakin
percaya diri, semangat dalam beraktivitas, dan membuat mood lebih baik.
Dari 130 perempuan, 66 orang di antaranya mengaku sering
mengenakan pakaian feminim. Sebagian besar subjek perempuan yang sering
mengenakan pakaian feminim menyatakan alasannya bahwa dengan
mengenakan pakaian feminim dapat menunjang penampilan atau bentuk
tubuh, terlihat menarik, feminim, dan seksi, sehingga membuat diri mereka
sendiri lebih nyaman dan semakin percaya diri.
Hasil survei juga ditemukan bahwa paling banyak subjek yang
melakukan perawatan tubuh adalah sebulan sekali. Selain itu, paling banyak
subjek melakukan pengeluaran untuk rutin merawat tubuh dalam 1 bulan
adalah sekitar Rp. 100.000,- sampai Rp. 500.000,-.
Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat dilihat bahwa sebagian besar
perempuan melakukan usaha untuk mengubah dan menjaga penampilannya.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku-perilaku untuk selalu memperhatikan
dan mengawasi penampilan pada perempuan jaman sekarang cukup tinggi.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Dapat dikatakan bahwa perempuan akan merasa ideal apabila mereka dapat
memiliki penampilan yang cantik serta menarik.
Perilaku-perilaku tersebut yang dilakukan perempuan untuk mengubah
tubuh dan penampilannya, dipengaruhi oleh pandangan bahwa perempuan
yang ideal adalah perempuan yang memiliki tubuh langsing, muda, dan putih
(Wolf, 1991).
Konsep mengenai perempuan yang ideal dihasilkan dari budaya yang
dibuat oleh masyarakat. Perempuan yang ideal dianggap dapat menarik
perhatian banyak pria, mudah untuk mendapatkan pasangan, lebih
diperhatikan dan dikagumi orang lain, serta semakin dicintai pasangan.
(Fredrickson & Roberts, 1997).
Gambaran konsep perempuan ideal yang dibentuk masyarakat ini
disebut dengan budaya objektifikasi. Budaya objektifikasi merupakan sistem
budaya yang berisi praktek-praktek objektifikasi seperti mengomentari tubuh,
mengevaluasi tubuh, dan sebagainya (Fredrickson & Roberts, 1997).
Budaya objektifikasi tersebut mempengaruhi perempuan untuk
memperlakukan dirinya sebagai objek yang diamati dan dievaluasi. Dalam
penelitian

Muashomah

(2010)

tentang

labelling,

ditemukan

bahwa

perempuan menjadi objek dalam interaksi dan tindakan sosial oleh laki-laki
maupun perempuan dalam struktur masyarakat Indonesia yang patriarki.
Pada kaum pria belum banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
sebagian besar pria sering memperhatikan penampilan fisik dan rela
mengubah penampilan fisiknya seperti yang dilakukan oleh banyak

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

perempuan. Budaya objektifikasi lebih menjadikan kaum perempuan sebagai
sasaran penilaian oleh laki-laki mengenai penampilan fisik (Bordo, 1993).
Budaya objektifikasi mendorong perempuan untuk mengadopsi cara
pandang yang digunakan oleh individu ketiga mengenai kriteria penampilan
ideal. Proses mengadopsi cara pandang individu ketiga disebabkan karena
banyaknya orang yang mengevaluasi penampilan secara terus menerus. Hal
tersebut kemudian menjadi kebiasaan dan terjadi proses internalisasi.
Proses internalisasi timbul pada saat individu menerima pengaruh
disebabkan karena pengaruh yang disosialisasikan oleh masyarakat sesuai
dengan sistem nilai yang dimiliki individu tersebut. Pengaruh yang masuk
dianggap berguna dalam mengarahkan dan memecahkan masalah yang
dimiliki individu (Rakhmat, 2008). Proses internalisasi budaya objektifikasi
kemudian membuat individu memiliki objektifikasi diri.
Objektifikasi diri menurut Fredrickson dan Roberts (1997) merupakan
penilaian terhadap tubuh yang menekankan pada aspek penampilan fisik
(seperti warna kulit, ukuran tubuh) daripada menekankan aspek kompetensi
fisik (seperti kesehatan, stamina). Dengan kata lain, individu yang memiliki
objektifikasi diri berarti individu tersebut mementingkan penampilan fisik
untuk menentukan kualitas dirinya (Fredrickson & Roberts, 1997).
Kriteria penampilan ideal yang terbentuk dalam budaya objektifikasi
dan kemudian mendorong individu untuk menginternalisasi objektifikasi diri
merupakan sesuatu yang sebenarnya tidak realistik dan tidak mungkin

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

dicapai. Oleh karena itu, objektifikasi diri akan menimbulkan kesenjangan
antara konsep diri ideal dan konsep diri aktual individu.
Perempuan yang mengalami objektifikasi

diri membuat individu

tersebut mengalami penurunan tingkat kinerja dalam mengerjakan tugas
(Quinn, Kallen, Twenge & Fredrickson, 2006). Objektifikasi diri juga
membuat perempuan kehilangan dirinya dan mengganggu pikirannya karena
perempuan mengadopsi pandangan bahwa dirinya adalah objek yang dinilai
dan dievaluasi oleh individu lain (Fredrickson & Roberts, 1997).
Objektifikasi diri juga menjadi hal yang dikhawatirkan karena dapat
menghabiskan kinerja untuk mengerjakan tugas matematika, perasaan malu
terhadap kondisi tubuh, serta gejala gangguan makan. Selain itu, perempuan
yang mengalami objektifikasi diri akan selalu mengawasi penampilannya
sehingga hal ini mengganggu kesadaran dan membatasi mental mereka
(Fredrickson, Roberts, Noll, Quinn & Twenge, 1998).
Konsekuensi yang lain dari objektifikasi diri, adalah merasa malu,
cemas, dan lain-lain. Bahkan lebih parah dapat mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan mental, gangguan fungsi seksual, dan gangguan perilaku
makan seperti anorexia nervosa dan bulimia (Fredrickson & Roberts 1997).
Di sisi lain, apabila individu dapat memenuhi kriteria penampilan ideal
dalam budaya objektifikasi, maka individu tersebut akan mendapatkan
pengakuan sosial dan pengartian diri dari masyarakat sehingga menimbulkan
perasaan berharga (Fredrickson & Roberts 1997).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

Objektifikasi diri merupakan salah satu aspek dari konsep diri bahwa
objektifikasi diri dapat mempengaruhi individu mengubah pandangan dan
penilaian terhadap dirinya sendiri atas apa yang dikatakan oleh individu lain
terhadap penampilan fisiknya. Oleh karena itu, objektifikasi diri penting
untuk dilihat karena dapat membantu mengetahui konsep diri individu atau
cara pandang individu terhadap dirinya sendiri.
Objektifikasi diri ini mengalami penelitian secara terus menerus oleh
para peneliti mengenai penyebab dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.
Beberapa di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Gapinski,
Brownell dan LaFrance (2003). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa
perempuan yang dikondisikan memakai pakaian renang dan mendapat
komentar terhadap penampilan fisiknya memiliki objektifikasi diri tinggi
yang kemudian berkorelasi dengan rendahnya motivasi intrinsik, efikasi diri,
dan fungsi kognitif individu tersebut. Menurut hasil penelitian ini, perempuan
yang memiliki objektifikasi diri tinggi turut menggambarkan motivasi, dan
keyakinan yang rendah terhadap kemampuannya, serta mengganggu fungsi
kognitif individu tersebut karena terus menerus mengawasi penampilan fisik.
Selain itu, Strelan, Mehaffey, dan Tiggemann (2003), juga meneliti
objektifikasi diri dan menemukan bahwa perempuan yang memiliki
objektifikasi diri tinggi adalah perempuan yang melakukan olahraga untuk
alasan penampilan fisik daripada untuk alasan kesehatan. Objektifikasi diri
yang tinggi ini ditemukan memiliki korelasi dengan kepuasan tubuh, harga
tubuh, dan harga diri yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

yang memiliki objektifikasi diri tinggi disebabkan karena rendahnya
kepuasan individu terhadap kondisi fisiknya, kurang menghargai kondisi
tubuhnya sendiri, dan kurang memiliki perasaan berharga terhadap dirinya
karena kondisi penampilan fisik yang dimiliki.
Berdasarkan penelitian Strelan dkk. dan penelitian Gapinski dkk. yang
telah dijelaskan sebelumnya, harga diri dan efikasi diri menjadi hal yang
penting untuk diteliti dengan objektifikasi diri karena harga diri maupun
efikasi diri memuat aspek-aspek yang menggambarkan konsep diri individu.
Konsep diri merupakan gambaran terhadap diri sendiri dan kumpulan
keyakinan mengenai individu seperti apa dirinya sendiri (Hamachek, 1987).
Hal ini menjadi sesuatu yang penting untuk dilihat karena dapat berkaitan
dengan keyakinan individu akan kemampuan yang dimiliki untuk berhasil
mencapai harapannya. Hal ini disebut sebagai kepercayaan diri.
Kepercayaan diri diartikan sebagai suatu sikap dan keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki sehingga individu tersebut tidak merasa cemas
dalam setiap tindakannya, merasa bebas dalam melakukan segala hal yang
disenangi, dapat bertanggung jawab, memiliki sikap hangat dan sopan,
memiliki sikap menghargai individu lain, serta dapat mengetahui maupun
mengenal kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Lauster, 1995).
Neill (2005) menambahkan bahwa kepercayaan diri merupakan
kombinasi dari harga diri dan efikasi diri. Dengan kata lain, individu yang
percaya diri memiliki nilai, konsep, dan perasaan mampu terhadap
kemampuan yang dimilikinya. Hal ini berkaitan dengan objektifikasi diri

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

yang kerap diteliti hubungannya terhadap harga diri dan efikasi diri. Dengan
demikian, perempuan yang memiliki objektifikasi diri dapat menggambarkan
kepercayaan diri perempuan tersebut. Selain itu, objektifikasi diri juga diteliti
hubungannya dengan motivasi individu dan kemudian menggambarkan
hubungan objektifikasi diri dengan kepercayaan diri.
Survei sederhana yang dilakukan peneliti juga menemukan bahwa
perilaku-perilaku objektifikasi diri dilakukan oleh perempuan untuk
meningkatkan kepercayaan diri mereka. Selain itu, penelitian mengenai
kepercayaan diri yang dilakukan oleh Scott, S. menemukan hubungannya
dengan rutin menggunakan kosmetik. Dalam penelitian ini, sejumlah subjek
perempuan yang suka mengenakan kosmetik ketika bepergian menghasilkan
bahwa kosmetik dapat menurunkan kecemasan mereka yang kemudian
meningkatkan kepercayaan diri mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
perempuan yang melakukan perubahan pada penampilan fisiknya dapat
disebabkan oleh bagaimana kepercayaan diri perempuan tersebut. Oleh
karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara objektifikasi diri (SelfObjectification) dengan kepercayaan diri (Self-Confidence).
Penelitian mengenai objektifikasi diri dengan kepercayaan diri ini
dilakukan untuk membuktikan adanya korelasi di antara kedua variabel.
Subjek penelitian ini adalah perempuan usia dewasa awal berkisar antara 1825 tahun dan tidak memiliki cacat fisik. Alasan pemilihan subjek perempuan
dewasa awal karena tugas pada tahap perkembangan tersebut salah satunya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

membangun relasi yang intim dan usia ini cukup erat dengan isu budaya
mengenai daya tarik fisik yang memunculkan objektifikasi diri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
Kepercayaan Diri dengan Objektifikasi Diri pada perempuan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Objektifikasi Diri pada
perempuan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi sumbangan pengetahuan kepada ilmu Psikologi Sosial dan
Psikologi Perkembangan tentang Objektifikasi Diri pada perempuan dan
adakah hubungannya dengan Kepercayaan Diri perempuan tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi subjek penelitian
Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada kaum perempuan
tentang objektifikasi diri bahwa adakah hubungannya dengan
kepercayaan diri yang marak terjadi di era jaman sekarang sehingga
dapat membantu dalam pengawasan terhadap diri dan tindakan yang
sekiranya tidak perlu dilakukan untuk menghindari akibat-akibat yang
dapat terjadi pada kondisi fisik dan mental.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

b. Bagi masyarakat
Memberikan

pengetahuan

dan

wawasan

tentang

fenomena

objektifikasi diri bahwa adakah hubungannya dengan kepercayaan diri
di kalangan perempuan jaman sekarang. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari tentang objektifikasi pada perempuan dan akibat
budaya objektifikasi yang dibentuk di ruang lingkup masyarakat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Objektifikasi Diri
1. Pengertian Objektifikasi Diri
Teori objektifikasi diri membahas tubuh perempuan dalam konteks
sosiokultural. Teori ini dikembangkan awalnya oleh Fredrickson dan
Roberts (1997) bertujuan untuk melihat dan memahami fakta-fakta dan
konsekuensi secara psikologis serta risiko kesehatan mental yang terjadi
karena objektifikasi diri.
Objektifikasi diri merupakan salah satu bentuk tekanan gender, dalam
hal ini kerap terjadi pada kaum perempuan. Bentuk tekanan tersebut dalam
hal ini disebut sebagai praktek objektifikasi, yang terjadi ketika tubuh, organ
tubuh, dan fungsi seksual individu dipisahkan dari diri individu dan
dipandang sebagai suatu objek.
Dalam proses objektifikasi diri, individu diperlakukan sebagai tubuh
semata. Menurut Fredrickson dan Roberts (1997), praktek objektifikasi
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk evaluasi seksual
sampai dengan tindakan kekerasan seksual. Praktek objektifikasi dalam
bentuk evaluasi seksual dapat terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan media
massa seperti film, iklan, program-program televisi, majalah, dan lain-lain.
Hasil penelitian terhadap objektifikasi diri memaparkan bahwa tubuh
kaum perempuan lebih sering menjadi objek dari objektifikasi diri daripada

12

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

tubuh laki-laki. Perkembangan objektifikasi diri semakin meluas di
lingkungan masyarakat dan membentuk suatu budaya objektifikasi. Budaya
objektifikasi ini menempatkan dan memberitahukan kepada kaum
perempuan

serta

masyarakat

untuk

melihat,

mengevaluasi,

dan

memperlakukan tubuh perempuan sebagai objek.
Pada saat lingkungan menilai dan mengevaluasi tubuh perempuan
terjadi secara terus menerus, maka perempuan tersebut akan ikut menilai
dan mengevaluasi tubuhnya sendiri berdasarkan pandangan masyarakat dan
inilah yang disebut sebagai proses internalisasi. Proses internalisasi ini
terjadi ketika terdapat kesukarelaan individu untuk memenuhi tuntutantuntutan dari luar, kemudian mengidentifikasi tuntutan-tuntutan tersebut dan
mengakui serta memasukkannya menjadi salah satu bagian dari dirinya,
bukan lagi sebagai tuntutan.
Objektifikasi diri timbul setelah terjadi proses internalisasi cara
pandang yang digunakan oleh lingkungan sosial terhadap individu,
khususnya kaum perempuan. Perempuan akan memandang dirinya sebagai
objek untuk dinilai dan dievaluasi oleh individu lain.
Objektifikasi diri ini kemudian diprediksi memunculkan beberapa
konsekuensi terhadap perempuan yang memiliki objektifikasi diri.
Konsekuensi psikologis dari objektifikasi diri berupa timbulnya perasaan
malu, cemas, merasa tidak aman, dan menurunnya kepekaan terhadap
internal tubuh. Selain itu, konsekuensi-konsekuensi psikologis tersebut akan
memunculkan konsekuensi kesehatan mental seperti gangguan makan,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

depresi, dan disfungsi seksual (Fredrickson & Roberts, 1997; Fredrickson,
Roberts, Noll, Quinn, & Twenge, 1998).
Setelah itu, beberapa peneliti lainnya juga telah melakukan penelitian
untuk mencari penyebab dan konsekuensi yang lain dari objektifikasi diri.
Beberapa di antaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gapinski, dkk.
(2003). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa perempuan yang
dikondisikan

memakai

pakaian

renang

dan

mendapat

komentar

menghasilkan objektifikasi diri tinggi yang berkorelasi dengan rendahnya
motivasi intrinsik, efikasi diri, dan fungsi kognitif individu.
Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Strelan, dkk.
(2003)

menemukan bahwa perempuan yang berolahraga untuk alasan

mendapatkan penampilan menarik memiliki objektifikasi diri tinggi yang
berkorelasi dengan kepuasan tubuh, harga tubuh, dan harga diri individu
yang rendah.
Ciri dari individu yang memiliki objektifikasi diri adalah kebiasaan
untuk selalu waspada dan mengawasi penampilan fisiknya. Oleh karena itu,
objektifikasi diri adalah sikap mengutamakan peran bagian tubuh yang
mudah terlihat (penampilan fisik) daripada peran bagian tubuh yang tidak
mudah terlihat (kompetensi fisik) untuk menentukan kualitas diri. Aspekaspek penampilan fisik yang dimaksud adalah daya tarik fisik, daya tarik
seksual, ukuran tubuh, berat badan, dan kekencangan otot (Fredrickson &
Roberts, 1997).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Selanjutnya, Fredrickson dan Roberts (1997) menjelaskan bahwa tiaptiap individu akan memberikan respon yang berbeda-beda terhadap budaya
objektifikasi. Respon tersebut dipengaruhi oleh faktor usia, etnis, peran jenis
kelamin, dan kepribadian tiap individu. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa objektifikasi diri bisa tidak dimiliki semua individu dan pada
beberapa tingkat, objektifikasi diri individu satu dengan individu lain dapat
berbeda.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan objektifikasi
diri merupakan sikap mengutamakan peran aspek penampilan fisik daripada
peran aspek kompetensi fisik untuk menentukan kualitas dirinya.

2. Aspek-aspek Objektifikasi Diri
Menurut Fredrickson dan Robert (1997), aspek-aspek objektifikasi diri
meliputi sikap mengutamakan peran aspek penampilan fisik daripada aspek
kompetensi fisik, yang dijelaskan sebagai berikut:
- Aspek evaluasi penampilan fisik eksternal terdiri dari :
1) Berat tubuh
Berat tubuh merupakan massa relatif tubuh yang menimbulkan gaya
gravitasi yang menunjukkan beratnya seorang individu. Berat tubuh
individu yang ideal adalah tidak gemuk.
2) Daya tarik seksual
Daya tarik seksual merupakan daya tarik individu melalui seluruh
kelebihan yang dimiliki untuk menjadi menarik secara seksual karena

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

gaya dan pesona seperti mengenakan pakaian yang dapat menutupi
kekurangan pada tubuh, menjaga bau tubuh, dan mengenakan
kosmetik di wajah.
3) Daya tarik fisik
Daya tarik fisik adalah sejauh mana ciri-ciri fisik individu dianggap
menyenangkan, indah, dan cantik seperti warna kulit yang cemerlang
dan penampilan yang terlihat muda.
4) Kekencangan otot
Kekencangan otot menggambarkan kondisi bentuk otot yang kencang,
tidak memiliki penimbunan lemak yang berlebihan, dan otot tidak
terlihat menggelambir.
5) Ukuran tubuh
Ukuran tubuh merupakan sebuah metode untuk menentukan jumlah,
kapasitas, dan dimensi bagian tubuh individu. Objektifikasi diri
ditunjukkan seperti ukuran tubuh yang kecil dan langsing.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi objektifikasi diri
a. Praktek-praktek objektifikasi dalam budaya objektifikasi yang muncul
dalam tiga hal (Fredrickson & Roberts, 1997) :
1) Dalam hubungan interpersonal dan sosial, yang menunjukkan bahwa:
a) Perempuan lebih banyak dan sering merasa diamati, dievaluasi, dan
dinilai oleh lingkungan sosial maupun pasangan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

b) Laki-laki sering mengamati, menilai, dan mengevaluasi serta
memandang perempuan yang berjalan di jalan raya maupun di
tempat umum.
c) Pada saat orang lain mengamati perempuan biasanya sering diiringi
dengan komentar yang menilai tubuh perempuan tersebut.
2) Dalam berbagai media yang menggambarkan hubungan interpersonal
maupun sosial. Menurut Goffman (1979, dalam Fredrickson &
Roberts, 1997), iklan yang tayang di televisi maupun media cetak
sering melukiskan laki-laki yang sedang mengamati seorang
perempuan dari kejauhan dan membayangkan perempuan tersebut.
3) Dalam media visual yang menyoroti tubuh perempuan. Media visual
menyoroti tubuh perempuan yang merupakan salah satu contoh bentuk
objektifikasi tidak hanya dilihat dalam hal pornografi, tetapi juga
sekarang ini semakin ditunjukkan seperti dalam film, beberapa karya
seni, iklan media massa, beberapa program televisi, video klip musik,
majalah-majalah dan foto olahraga. Menurut Archer, Iritani, Kimmes,
dan Barrios (1983, dalam Fredrickson & Roberts, 1997), media cetak
dan karya seni juga memperlihatkan foto laki-laki yang cenderung
ditekankan detail pada bagian wajah dan kepala, sedangkan foto
perempuan cenderung ditunjukkan dengan detail yang ditekankan
pada bagian tubuh tertentu, bahkan terkadang tanpa kepala maupun
wajah. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh perempuan sering menjadi
target budaya objektifikasi seksual.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

b. Kebutuhan dan sistem nilai yang dimiliki individu dalam proses
internalisasi budaya objektifikasi
Menurut Fredrickson dan Roberts (1997), budaya objektifikasi yang
terbentuk untuk memperlakukan perempuan sebagai objek yang dilihat,
diamati, dinilai, dan dievaluasi penampilannya secara fisik membujuk
perempuan untuk mengadopsi cara pandang orang lain mengenai tubuh.
Oleh karena itu, banyak perempuan yang mengadopsi cara pandang
orang lain terhadap tubuhnya. Proses mengadopsi cara pandang orang
lain terhadap tubuh diri sendiri inilah yang disebut proses internalisasi.
Costanzo (1992) berpendapat bahwa proses internalisasi diiringi oleh
sosialisasi yang efektif dari lingkungan dengan adanya kerelaan diri
individu, kemudian saling mengenal sehingga pada akhirnya menggugat
kepememilikan nilai dari lingkungan menjadi milik individu tersebut
yang akan selalu bersama individu dalam kehidupan sehari-harinya.
Selain itu, proses internalisasi timbul karena individu menganggap
pengaruh budaya objektifikasi sesuai dengan sistem nilai yang dimiliki
bahwa berguna untuk mengarahkan dan memecahkan masalah individu
tersebut (Rakhmat, 2008).
Masalah-masalah atau sistem nilai yang mungkin mendorong
individu untuk menginternalisasi budaya objektifikasi dapat dilihat dalam
berbagai penelitian terhadap objektifikasi diri. Individu yang memiliki
objektifikasi diri tinggi berkorelasi dengan motivasi intrinsik, efikasi diri,
dan fungsi kognitif individu tersebut yang rendah (Gapinski, dkk., 2003).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TER