HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN METROSEKSUAL PADA PRIA DEWASA AWAL

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN

KECENDERUNGAN METROSEKSUAL

PADA PRIA DEWASA AWAL

  SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

Oleh:

Erna Dewi

NIM : 059114047

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  SKRIPSI

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

METROSEKSUAL PADA PRIA DEWASA AWAL

  OLEH: ERNA DEWI

  NIM : 059114047 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing Y. Heri Widodo, S. Psi., M. Psi. tanggal......................................

  SKRIPSI

  

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN KECENDERUNGAN

METROSEKSUAL PADA PRIA DEWASA AWAL

  Dipersiapkan dan ditulis oleh : ERNA DEWI

  NIM : 059114047 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

  Pada tanggal 13 Mei 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji

  Nama Lengkap Tanda Tangan Penguji 1 Y. Heri Widodo, S. Psi., M. Psi.

  ................................ Penguji 2 Dr. Christina Siwi Handayani ................................

  Penguji 3 P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M. Si ................................

  Yogyakarta, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Dekan

  ! ""#$$ $% & & & & '( ) '( ) '( ) '( )

  • ( + , - ....

  /

  1

  2 (

  1

  2 (

  1

  2 (

  1

  2 (

  • +

  

Skripsi ini kupersembahkan bagi

Tuhan dan Sahabat Terbaikk, Yesus Kristus

Serta

pribadi-pribadi yang telah memenuhi hidupku dengan cinta dan kasih sayang

  

Papa, Mama, Edi, Shinta, Ade, Tung-Tung, Evan, Kakakku tersayang.......

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 23 April 2009 Penulis

  Erna Dewi

  

ABSTRAK

Erna Dewi (2009). Hubungan antara harga diri dan kecenderungan

metroseksual pada pria dewasa awal. Yogyakarta: Fakultas Psikologi;

Jurusan Psikologi; Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal.

  Subjek dari penelitian ini adalah 100 pria dewasa awal dengan batasan usia 18 sampai 40 tahun. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala harga diri dan skala perilaku metroseksual. Koefisien reliabilitas dari skala harga diri adalah 0,907 dan koefisien reliabilitas dari skala perilaku metroseksual adalah 0,977. Hasil uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kedua variabel yaitu variabel perilaku metroseksual dan harga diri adalah tidak linier karena memiliki probabilitas sebesar 0,071 (p>0,05). Maka untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal digunakan teknik korelasi Spearman.

  Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dalam penelitian ini adalah -0,186 dengan probabilitas 0,032 (p < 0,05). Hal ini berarti ada korelasi negatif yang lemah antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal.

  

Kata Kunci : Harga Diri, Kecenderungan Metroseksual, Pria Dewasa Awal

  

ABSTRACT

Erna Dewi (2009). The correlation between self-esteem and metrosexual

behavior in early adult man. Yogyakarta: Psychology Faculty; Department

of Psychology; Sanata Dharma University.

  The aim of this research was to find the correlation between self-esteem and metrosexual behavior in early adult man. The hypothesis proposed there was negative correlation between self-esteem and metrosexual behavior in early adult man.

  The Subject of this research were 100 early adult man from 18 to 40 years old. Data collecting was performed by distributing the self-esteem scale and metrosexual behavior scale. The reliability coefficient of the self-esteem scale was 0,907 and metrosexual behavior`s reliability coefficient was 0,977. Result of the linearity test in this study suggesting that the two variables, which were metrosexual behavior and self-esteem, was not linear since they have probability by 0.071 (p>0,005). Then, to finding out the relationship between self-esteem and metrosexual behavior in early adult man the Spearman correlation technique was used.

  Coefficient of correlation (r) obtained in this study was -0.186 with probability by 0.032 (p<0, 05). This mean that there was insignificant negative correlation between self-esteem and metrosexual behavior in early adult man. It can be concluded that the higher self-esteem, the lower metrosexual behavior in early adult man.

  Key Words : Self esteem, Metrosexual Behavior, Early Adult Man

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan terang-Nya yang senantiasa menyertai penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Harga Diri dengan Kecenderungan Metroseksual Pada Pria Dewasa Awal” dapat diselesaikan.

  Penulis juga menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan ketulusan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

  1. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan semangat kepada penulis.

  2. Y. Heri Widodo, S.Psi., M.Psi. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang bermanfaat bagi penulis.

  3. Sylvia CMYM, S. Psi., M.Si. yang telah membantu dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

  4. Kristiana Dewayani S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan studi.

  5. Agung Santoso, S.Psi., M.Psi. yang telah memberikan masukan yang bermanfaat bagi peneliti.

  6. Semua dosen di Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa kuliah.

  7. Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gik, yang telah memberi bantuan dan kemudahan kepada penulis. Terima kasih atas kesabaran, senyum dan keramahannya dalam menolong dan melayani kebutuhan kami semua.

  ketabahan dan pengorbanan mama bagi kami. Papa dan Mama adalah semangat, kekuatan dan inspirasi kami. Terima kasih atas kesempatan pendidikan di perguruan tinggi. Hanya ini yang dapat kupersembahkan sebagai rasa sayangku pada Papa dan Mama. Dewi sayang Papa dan Mama....

  9. Kakak (Edi), kakak iparku (sinta) dan adikku (Ade), sepupuku (Silvi) terima kasih untuk segala dukungan kalian. Menjadi saudara kalian adalah kebahagiaan tersendiri bagiku, semoga kita sama-sama bertumbuh dalam kedewasaan. Aku sayang kalian....

  10. Kakakku tercinta, terima kasih karena kakak selalu sabar dan menjadi pendengar yang baik, kakak telah memberi semangat dan pencerahan setiap kali aku merasa jenuh dan bingung. Kakak selalu ada saat aku membutuhkan kakak. Aku sangat sayang kakak....

  11. Keponakanku (Tung-tung dan Evan) yang selalu membuatku tersenyum dan kembali bersemangat. Kalian adalah malaikat kecilku...

  12. Mas Yovi, terima kasih untuk skalanya.... terima kasih untuk dukungan dan informasi yang telah diberikan pada penulis.

  13. Teman-teman yang selalu setia menemani aku: Silvi (“Rajin kuliah ya.... jangan males lagi...!”), Mena (“Buruan nyusul ya bu!”), Melz (“thanks ya ciciku sayang....hehehe...”), Ntong (“Ayo buruan cari pasangan.....!”), Mas Darmaji (“Makasih banget ya untuk dukungannya...”). Makasih banget ya teman-temanku, makasih untuk persahabatan, ketulusan serta kasih sayang yang kalian berikan.

  14. Teman-teman Psikologi, Andien (makasih untuk semua pengertian dan bantuanmu....), Alit (makasih untuk kebersamaan kita...), Beatrix (Semangat ya bu.... pasti cepet nyusul de....!), Koen (Makasih untuk kesabaranmu....), Uci, Arya, Indra, Devi, Jc, Iik, Nora, Marni, Ita, Matilda, Sari, Agatha, Agnes, Ane, Ina, Opos, Piwi, Mbak Tinul, Joana, Adi, Angel, Agung, Tristan, Yandu, M`Esti, Eli, dan seluruh angkatan`05 Fakultas Psikologi Universitas Sanata

  yang diberikan.... makasih juga uda mau jadi teman sms yang setia...hehehe...), Novi & Gaby (sukses sekolahnya ya... jangan kebanyakan belajar nti kurus...hehehe...). Terima kasih untuk setiap senyum, kasih sayang dan persahabatan kita. Semoga kita dapat bertumbuh bersama dan semakin dewasa dalam menjalani hidup. Kalian akan selalu ada di hatiku, aku sayang kalian....

  16. Teman-teman Pendamping PIA: Bu Rina (yang sabar ya bu ketua ma kita- kita...), Pak Bagas, Bu Wiwik, Bu Yuli, M`Dewi, Dundee (Ayo buruan lulus dan cari cewek...hehehe), Deni, Whoelu, Wiwit, Sita, Lisa, Septi, Deta, Boni, Tyas, Alto untuk semangat, doa dan kritik kalian saat aku kurang bersemangat serta kebersamaan kita yang indah. God Bless You All.

  17. Para Biarawan dan Biarawati yang selalu mendukungku: Rm. Sigit (jangan makan banyak-banyak ya mo...inget asam urat...hehehe), Fr. Angga (cepet- cepet jadi monsinyur ye...), Rm. Pras (Makasih ya mo untuk semangat, tawa, kasih dan kepedulian romo), Sr. Eu (di mana engkau sekarang?? Aku uda lulus nih...), Sr. Kanis (Suster, adikmu uda lulus ni... makasih untuk kasih dan tawanya ya...), Br. Yos (Ati-ati latahnya kumat...hehehe...), Br. Cahyo (Makasih ya uda mau jadi temen yang baik...), Rm Yoran (Makasih untuk keceriaannya...) Terima kasih karena kesabaran dan keceriaan yang kalian berikan.... Tuhan akan selalu memberkati panggilan kalian...

  18. Teman-teman kecilku: Ari Yunior (Ancello), Marji Yunior (Paskalis), Embun, Engki, Sonia, Dida, Ryan, Diki, Ryan Plaosan, Ega, Yosma, Putri, Lala, Shinta, Edo, Ivan, Irena, Lady, Pita, Michel, Desy, Cita, Wina, Danas, Nada, Berlinda, Linda, Yoga, Felix, Ica dan semua teman-teman kecilku di sekolah minggu: terima kasih untuk senyum dan tawa kalian. Kalian selalu memberikan pengalaman-pengalaman yang menarik dan membuat aku belajar menghargai hidup dan belajar menjadi pendengar yang baik. Kalian adalah malaikat penghiburku....

  Eko, M`Jabrix, Pak In (Ayo cepet dapet momongan....), Mas Hari (Makasih ya dulu bimbing aku di mudika), M`Coy (jadi suami dan bapak yang baik ya...), Warih & X`ti (Kuliah yang bener ya....hehehe..), Noel, Angel, Endang, Puji, Senyum, Adin, Ajeng, Enjang, Firman, Jorsh, Towo, Mas Erik (makasih karena selalu setia memperbaiki laptopku....). Kalian adalah semangat dan penghiburanku.

  20. Ibu-ibu gaul: Bu Wim (Jagoannya di jaga ya bu...abis ganteng c...hehe..), M`Lusi (Makasih untuk penhiburan selama ini..), Mbak Ika, Bu En, Mama Fafa, Mama Rena, M`Lani, M`Naning, Mami Atun; terima kasih untuk keramahan dan cinta kalian, terima kasih senyum dan canda yang selalu membuat penulis lebih bersemangat. Aku sangat salut pada kalian....

  21. Bapak-bapak Pengertian: Pak Bagas (Makin bijaksana ya bapakku... kami berterima kasih karena selalu diingatkan dan didewasakan...), Pak Wim, Pak Totok, Pak Joyo (Makasih untuk persahabatannya...), Pak Irwan, Pak Marji (Tetap semangat ya pak... bapak sangat dibutuhkan di gereja...), M`Ari, Pak Johan (makasih untuk kesetiaannya melatih anak-anak d-Chox...); terima kasih untuk pengalaman-pengalaman yang boleh penulis lewatkan bersama kalian. Kalian adalah bapak-bapak yang penuh tanggung jawab dan bijaksana. Bagi kalian keluarga adalah yang utama. Terima kasih karena kalian memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar tentang kehidupan. Tuhan memberkati kalian....

  22. Ko Ruben (makasih ya ko karena koko selalu setia membantu dengan tulus....makasih karena koko mau jadi testee-ku dari awal sampai akhir kuliahku...), Mas Puput, Ari, Mas Antok & Mas Teguh (makasih untuk semua info yang diberikan....sehingga peneliti memahami jenis-jenis perawatan tubuh....), Agix, Koko, Holmes, Ko Agus, Deni, Kak Jo, Ko Agung, Ko Beni, Mas Hendi, Pak Adi, Tristan dan seluruh responden penelitian untuk informasi dan bantuannya dalam mengisi skala.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap kekurangan ataupun kesalahan pada karya tulis ini sehingga di masa yang akan datang penulis dapat menulis dengan lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL…………………………………………………..

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………. HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... HALAMAN MOTTO…………………………………………………. HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………..... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………..... ABSTRAK………………………………………………………….... ABSTRACT………………………………………………………...... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………....................

  KATA PENGANTAR………………………………………………... DAFTAR ISI………………………………………………………….. DAFTAR TABEL…………………………………………………….. DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………..

  BAB I PENDAHULUAN……………………………………………... A. Latar Belakang Masalah……………………………………..... B. Rumusan Masalah……………………………………………... C. Tujuan Penelitian……………………………………………… D. Manfaat Penelitian…………………………………………….. i ii iii iv v vi vii viii ix x xv xviii xix

  1

  1

  5

  5

  5

  BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………

  6 A. Metroseksual…………………………………………………..

  6 1. Pengertian Metroseksual…………………………………..

  6 2. Karakteristik Pria Metroseksual…………………………...

  8

  3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Pria Metroseksual………………………………………………

  10 4. Metroseksual Pada Pria Dewasa Awal…………………….

  13

  5. Penelitian-Penelitian Tentang Metroseksual………………

  15 B. Harga Diri……………………………………………………...

  17 1. Pengertian Harga Diri……………………………………...

  17 2. Pembentukan Harga Diri…………………………………..

  18 3. Penggolongan Harga Diri………………………………….

  22 4. Harga Diri Pria Dewasa Awal……………………………..

  23 C. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Metroseksual Pada Pria Dewasa Awal……………………………………….

  25 D. Hipotesis……………………………………………………….

  28 BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….

  30 A. Tujuan Penelitian………………………………………………

  30 B. Jenis Penelitian………………………………………………...

  30 C. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………..

  30 D. Definisi Operasional Variabel Penelitian……………………...

  31

  E. Subyek Penelitian……………………………………………...

  33 F. Metode Pengumpulan Data……………………………………

  34 1. Skala Harga Diri…………………………………………...

  34

  2. Skala Perilaku Metroseksual………………………………

  36

  3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur………………………

  38 G. Metode Analisis Data………………………………………….

  42 1. Uji Asumsi Analisis Data………………………………….

  42 2. Uji Hipotesis……………………………………………….

  43 BAB IV HASIL PENELITIAN……………………………………….

  44 A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………...

  44 B. Analisa Data…………………………………………………...

  44 1. Uji Normalitas……………………………………………..

  45

  2. Uji Linearitas………………………………………………

  45 3. Uji Hipotesis……………………………………………….

  46 C. Pembahasan……………………………………………………

  47 BAB V KESIMPULAN……………………………………………….

  53 A. Kesimpulan……………………………………………………..

  53 B. Saran…………………………………………………………....

  53 C. Keterbatasan Penelitian………………………………………...

  54 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….

  55

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue print Skala Harga Diri sebelum seleksi item…………..

  35 Tabel 2. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban favourabel……………………………………………………

  36 Tabel 3. Pemberian skor pada Skala Harga Diri pilihan jawaban unfavourabel…………………………………………………

  36 Tabel 4. Blue print Skala Metroseksual………………………………

  37 Tabel 5. Pemberian skor pada Skala Metroseksual pilihan jawaban favourabel……………………………………………………

  38 Tabel 6. Blue print Skala Harga Diri setelah seleksi item……………

  40 Tabel 7. Blue print Skala Harga Diri untuk penelitian setelah penyusunan ulang nomor item………………………………

  41 Tabel 8. Hasil uji normalitas sebaran…………………………………

  45 Tabel 9. Hasil uji linearitas hubungan………………………………..

  46

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Perilaku Metroseksual…………………………….

  Lampiran 2. Skala Harga Diri………………………………………… Lampiran 3. Reliabilitas Skala Metroseksual………………………… Lampiran 4. Reliabilitas Skala Harga Diri…………………………….

  Lampiran 5. Uji Normalitas…………………………………………... Lampiran 6. Uji Linearitas……………………………………………. Lampiran 7. Uji Korelasi……………………………………………….

  59

  64

  68

  70

  71

  72

  73

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Awalnya, menjaga penampilan dan merawat tubuh memang menarik

  minat kaum wanita. Seiring dengan berjalannya waktu, tidak sedikit kaum pria yang juga mulai memperhatikan penampilannya; bahkan perilaku mereka melebihi kaum wanita. Dandan rapi, harum, modis dan postur tubuh ideal menjadi ciri khas kaum pria ini. Nongkrong di butik, fitness center dan salon tidak lagi menjadi hal yang tabu bagi kaum pria ini untuk mempersolek diri. Beberapa tahun yang lalu, perilaku pria yang demikian, agak kurang umum. Kata-kata sarkas di dalam masyarakat seperti: bencong, banci hingga tuduhan

  gay dapat muncul kapan saja kepada mereka. Saat ini, ketika dunia telah

  menabrak batas-batas kekaburan, kaum pria tadi telah menempatkan diri dalam strata sosial yang diakui. Mereka inilah yang disebut sebagai pria metroseksual.

  Para pria metroseksual adalah sekelompok pria yang punya perhatian lebih terhadap citra dan penampilan dirinya sendiri; mulai dari perawatan tubuh di salon dan spa center, hingga memperhatikan atribut yang menempel di badan (fashion dan atribut tampil maskulin).

  Istilah “metroseksual” sendiri pertama kali didefinisikan pada tahun memprioritaskan penampilan fisik, dimana penampilan fisik merupakan bagian dari jati diri mereka atau sebagai kebutuhan primer. Pria metroseksual digambarkan sebagai sosok yang normal atau straight, sensitif dan terdidik, hanya saja mereka lebih mengedepankan sisi feminin yang mereka miliki (Jones, 2003 dalam Rahardjo, 2007).

  Makna metroseksual tidak menyangkut simbol seksual manapun, tapi lebih ke life style. Menurut Euro RSCG Worldwide, pria metroseksual adalah juga pria heteroseksual. Mereka tak sungkan menampilkan sisi sensualitas, sehingga bisa jadi mereka diidolakan oleh perempuan dan kaum gay sekaligus (Chamim, 2004). Life style ini merupakan cermin kecintaan mereka untuk berpenampilan yang bagus dan menarik. Pria–pria metroseksual mempunyai penyadaran diri akan penampilan, khususnya penampilan secara fisik.

  Gaya hidup metroseksual berkembang karena dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam diri individu (internal) dan faktor lingkungan (eksternal). Faktor internal terdiri atas konsep diri dan keadaan fisik individu. Individu merasa penampilannya kurang memuaskan dan akhirnya ingin tampil menarik untuk memperoleh konsep diri yang lebih positif.

  Faktor eksternal terdiri atas kelas sosial, peran dan status sosial,

  pekerjaan, serta situasi ekonomi. Menurut Kartajaya (2004), fenomena ini muncul karena semakin banyaknya wanita karier di tempat kerja, tuntutan

  Faktor-faktor tersebut mendorong individu untuk berusaha memiliki penampilan fisik yang maksimal dan menarik.

  Para pria metroseksual dapat membeli apa pun yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan pekerjaan dan penampilan. Kebanyakan pria metroseksual memiliki pendapatan yang besar. Hal ini diperlukan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan mereka, terutama yang berkaitan dengan penampilan. Hal ini menyebabkan perilaku konsumtif yang mereka tunjukkan relatif agak berbeda dengan orang kebanyakan.

  Para pria metroseksual menjadi pria yang konsumtif karena mereka membeli produk bukan berdasarkan kebutuhan, melainkan karena keinginan mereka untuk tampil menarik. Perilaku ini dapat dilihat melalui aktivitas- aktivitas mereka dengan pergi ke salon, butik dan mall (Kartajaya, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa fenomena metroseksual adalah suatu fenomena yang dapat membentuk para pria menjadi individu yang konsumtif. Para pria ini adalah pria yang up to date. Mereka selalu mengikuti perkembangan trend yang ada, serta menghabiskan sebagian besar uangnya untuk menyesuaikan diri dengan trend yang sedang berkembang.

  Para pria metroseksual melakukan itu karena mereka menginginkan tubuh yang sempurna sepanjang hidup. Hal ini didasarkan pada keinginan terbesar mereka akan cinta, keluarga dan penampilan (Kartajaya, 2004). Bagi mereka, penampilan menjadi faktor penting dalam berelasi dengan orang lain. lingkungan sosial mereka. Permasalahan yang berkaitan dengan penerimaan sosial ini terkait pula dengan permasalahan harga diri.

  Harga diri merupakan penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri, dan kualitas (tinggi-rendahnya) harga diri seseorang dipengaruhi oleh interaksinya dengan lingkungan. Harga diri berperan penting dalam mengarahkan perilaku seseorang. Coopersmith (1967) menyatakan bahwa orang yang mempunyai harga diri tinggi percaya bahwa mereka adalah pribadi yang berhasil, menerima diri, bahagia, bisa memenuhi harapan lingkungan, dapat menerima kegagalan dan keberhasilan secara wajar dan lebih realistik, lebih percaya diri. Sedangkan orang yang mempunyai harga diri rendah tidak mempunyai keyakinan ini.

  Individu yang memiliki harga diri rendah cenderung kurang menghargai dirinya dan melihat keterbatasan yang dia miliki secara berlebihan. Individu dengan harga diri yang rendah ini cenderung merasa tidak berharga dan mereka akan terus berusaha untuk memperoleh penerimaan sosial.

  Demi memperoleh penerimaan sosial, para pria metroseksual akan berusaha melakukan segala sesuatu untuk memperoleh penampilan yang sesuai dengan standar sosial. Caranya adalah menggunakan produk kosmetik, mengikuti fashion, serta melakukan berbagai perawatan tubuh.

  Oleh karenanya, berdasarkan uraian permasalahan di atas peneliti

  B. RUMUSAN MASALAH

  Permasalahan yang ingin digali dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Adakah hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal?

  C. TUJUAN

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menyumbang bahan pengetahuan yang tertuang dalam sebuah laporan penelitian terutama dalam bidang psikologi sosial dan psikologi perkembangan, sehingga membantu memperluas wawasan tentang hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang hubungan antara harga diri dengan kecenderungan metroseksual pada pria dewasa awal.

BAB II LANDASAN TEORI A. Metroseksual

1. Pengertian Metroseksual

  Kata “Metroseksual” ini berasal dari dua kata, yaitu “metro” yang menandakan bahwa tipe pria ini mempunyai gaya hidup urban yang modern (perkotaan), dan “seksual” yang berasal dari istilah “homoseksual” yang menandakan bahwa tipe pria ini, meskipun biasanya normal, tetapi memiliki citarasa atau selera yang cenderung diasosiasikan dengan tipe lelaki gay (dalam Deni Tjahyadi, 2007).

  Mark Simpson (1994) -penulis dan pengamat lifestyle Inggris- pertama kali mengedepankan hadirnya para pria metroseksual di tengah masyarakat. Menurutnya, secara umum istilah pria metroseksual ini dikategorikan sebagai,

  A young man with money to spend, living in or within easy of reach of metropolis because that`s where all the best shop, clubs, gym, and hairdresser are. He might be officially gay, straight, or bisexual, but this is utterly immaterial because he has clearly taken himself as his own love object and pleasure as his sexual preference (Simpson, 2002).

  Tokoh ini juga mengatakan bahwa pria metroseksual adalah sosok pria muda berpenampilan dandy yang sangat peduli dengan penampilan (performance), tertarik pada fashion dan berani menonjolkan sisi berlebihan dan tergila-gila dengan gaya hidup urban berkualitas metropolitan (Mopangga, 2009).

  Pengertian tersebut diperkuat oleh dua hasil survei, yaitu survei internasional AC Nielsen dan Indonesian Metroseksual Behavioral Survey yang dilakukan MarkPlus&Co. Hasil survey mendefinisikan metroseksual sebagai pria urban yang memiliki naluri estetis kuat, rela menghabiskan banyak uang dan menghabiskan waktu demi penampilan diri serta mengejar gaya hidup. (Fenomena Metroseksual, 2006)

  Kartajaya dkk (2004) juga menambahkan bahwa pria metroseksual adalah women oriented man, namun bukan berarti kemudian mereka berperilaku seperti wanita, apalagi banci, mereka masih laki-laki seutuhnya dan tetap macho. Namun bedanya, dahulu sosok macho digambarkan oleh icon-icon seperti John Wayne, Clint Eastwood, atau Arnold Schwarzeneger. Sedangkan saat ini pria macho digambarkan sebagai sosok yang normal atau straight, sensitif, dan terdidik, hanya saja mereka lebih mengedepankan sisi feminin yang mereka miliki, misalnya David Beckham, Johnny Depp, atau Robbue Williams.

  Berdasarkan pengertian di atas, pria metroseksual digambarkan sebagai sosok pria muda yang lebih mengedepankan penampilan fisik yang menarik serta memiliki perilaku yang berlebih dalam merawat diri sendiri. Mereka rela menghabiskan banyak uang dan waktu untuk salon, serta menggunakan berbagai produk kosmetik demi memperoleh penampilan diri yang sempurna.

2. Karakteristik Pria Metroseksual

  Menurut Burhanuddin Abe, dalam artikelnya yang berjudul “Pria-pria Metroseksual” yang dimuat dalam majalah SWA, edisi Selasa, 30 Maret 2004, karakteristik kaum ini adalah mereka yang pekerja keras, berpenghasilan tinggi, menikmati hidup (mewah), trendy, dengan life style yang selalu mengikuti tren global. Parfum, busana, aksesori, semua mengikuti arahan mode dunia, dengan

merek-merek ternama yang dulunya hanya menjadi incaran wanita. (Abe, 2004)

  Sedangkan menurut Jake Brennan, seorang lifestyle comentator, dalam artikelnya yang berjudul “Are You A Metrosexual?”, yang dimuat pada situs askmen.com setidaknya ada 8 karakteristik pria metroseksual, yaitu: a Modern, dan umumnya single yang sangat peduli terhadap dirinya sendiri dan juga sisi feminimnya. b Berdandan sebelum pergi ke tempat-tempat hangout atau menghadiri acara tertentu. c Mempunyai pendapatan yang cukup untuk selalu tampil up to date, baik dalam urusan gaya rambut, parfum, sampai tren busana terbaru. d Membingungkan sejumlah laki-laki ketika melihat orientasi seksualitasnya. f Berusaha memikat perempuan yang menikmati kehadirannya dengan sejumlah pengetahuan yang dimilikinya, seperti film, music, atau bidang seni lainnya. g Tinggal di perkotaan h Menikmati bacaan majalah lelaki.

  (Abe, 2004) Lebih lanjut, menurut Euro RSCG World-Wide, terdapat ciri-ciri dan karakteristik yang menyertai seorang pria metroseksual (dalam

  Kartajaya, 2004), yaitu:

  a. Mereka adalah heteroseksual, tapi nyaman saja bergaul di lingkungan

  gay

  b. Mereka sangat tertarik dengan bermake-up dan melakukan perawatan tubuh, tentu saja sebagai wujud kecintaan pada dirinya c. Mereka terus mengikuti mode terbaru dan selalu memperhatikan apa yang dipakai orang lain di sekitarnya d. Mereka hobi shopping , menariknya mereka lebih banyak melakukannya secara iseng untuk hiburan (pleasure shopping) daripada untuk tujuan belanja tertentu (purpose shopping)

  e. Mereka mengekspresikan sensualitas yang lebih halus antara pria dan wanita f. Mereka lebih banyak berkumpul sambil bercengkerama dibanding h. Mereka suka menunjukkan sisi femininnya i. Mereka sangat peka dan peduli terhadap penampilannya j. Umumnya memiliki interpersonal skill yang prima

  Berdasarkan karakteristik di atas, karakteristik pria metroseksual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mereka yang mempunyai pendapatan yang cukup untuk selalu tampil up to date, baik dalam urusan gaya rambut, parfum, sampai tren busana terbaru; Modern, dan umumnya

  single yang sangat peduli terhadap dirinya sendiri dan juga sisi

  feminimnya; serta berdandan sebelum pergi ke tempat-tempat hang-out atau menghadiri acara tertentu.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Pria Metroseksual

  Ada dua faktor yang mempengaruhi para pria memilih gaya hidup metroseksual, faktor-faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.

  a. Faktor Internal 1) Konsep diri

  Setiap orang memiliki konsep diri, yaitu gambaran diri tentang siapakah dirinya menurut pendapatnya sendiri. Konsep diri ini memiliki aspek fisik yang terdiri dari gambaran seseorang tentang penampilannya yang berkaitan dengan wajah dan kondisi tubuh menampilkannya adalah dengan memakai produk kosmetik dan melakukan perawatan tubuh. Demikian pula yang dilakukan oleh para pria metroseksual. Mereka membeli berbagai produk kosmetik, melakukan perawatan tubuh di salon-salon serta mengikuti perkembangan fashion demi memperoleh penampilan yang maksimal dan menarik. Para pria ini merasa sangat senang saat orang lain memperhatikan penampilan mereka. Hal ini mendorong terbentuknya konsep diri yang lebih positif.

  2) Fisik Centi (1993) mengatakan bahwa keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya pergaulan. Setyaningsih (dalam Catharina, 2004) mengungkapkan bahwa berbagai upaya akan dilakukan individu untuk memiliki penampilan fisik yang ideal antara lain dengan cara mempercantik diri dan menutupi keadaan fisik yang kurang menarik. Dalam hal ini para pria metroseksual melakukan perawatan seperti facial, peeling, lulur dan lain-lain demi memperoleh penampilan kulit yang bersih (tanpa jerawat) dan cerah.

  b. Faktor Eksternal konteks pria metroseksual maka beriikut ini adalah penjabarannya, yaitu: 1) Kelas Sosial

  Kelas sosial atau divisi masyarakat yang relatif permanen dan teratur dengan para anggotanya yang menganut nilai-nilai, minat dan tingkah laku yang serupa dan diukur sebagai kombinasi dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan dan lain-lain. Dalam hal ini pria metroseksual sudah seperti kelas sosial baru dalam struktur sosial yang ada dalam masyarakat modern yang berbasis kapitalis. Oleh karena itu wajar jika mereka memiliki perilaku konsumtif yang berbeda dan khas dibandingkan dengan yang lain.

  2) Peran dan Status Sosial Seseorang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.

  Kebanyakan pria metroseksual adalah individu-individu dengan posisi yang baik, bagus dan “berkelas” dalam masyarakat. Peran dan status sosial tersebut secara tidak langsung menuntut mereka

  3) Pekerjaan Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola perilakunya.

  Seseorang dengan jabatan yang tinggi pasti akan lebih memperhatikan penampilan dibandingkan seorang karyawan. Pria metroseksual kebanyakan adalah eksekutif muda. Jadi mereka dituntut untuk memperhatikan penampilannya. Masalah penampilan jelas terlihat dari pakaian dengan segala atributnya seperti dasi, sepatu sampai parfum dan sebagainya. Faktor yang relevan dengan sisi penampilan juga ditambah dengan perawatan tubuh mulai dari salon, spa, dan klub fitnes.

  4) Situasi Ekonomi Sudah dikatakan oleh Kartajaya dkk. (2004) bahwa pria metroseksual biasanya berasal dari kalangan dengan penghasilan ekonomi yang besar. Oleh karena itu besarnya materi yang dikeluarkan untuk menunjang perilaku konsumtif yang mereka lakukan bukan menjadi masalah.

  4. Metroseksual pada Pria Dewasa Awal Menurut Hurlock, masa dewasa terdiri dari 3 bagian, yaitu masa dewasa awal yang dimulai pada usia 18 sampai 40 tahun yang disertai dengan perubahan fisik. Masa dewasa madya dimulai pada usia 40 sampai kematian yang disertai dengan menurunnya kemampuan fisik serta psikologis tetapi ada upaya dalam hal berpenampilan, bertindak dan berperasaan seperti waktu masih muda (Hurlock, 1997).

  Pria metroseksual berada pada masa perkembangan dewasa awal karena rentang usia pria metroseksual adalah 20 sampai 35 tahun (Kontroversi Pria Metroseksual, 2004) dan usia tersebut masuk dalam rentang usia dewasa awal.

  Pada usia ini, para pria metroseksual mempunyai tugas perkembangan yang berhubungan dengan orang lain, antara lain bekerja atau berkarier, menikah, membentuk keluarga dan memelihara serta mempertahankan pernikahan (Hurlock, 1999). Untuk dapat memenuhi tugas perkembangannya dengan baik, maka pria metroseksual harus menjalin hubungan yang baik atau selaras dengan orang lain. Untuk mencapai hubungan yang selaras ini mereka harus melakukan penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial menurut Hurlock (1999) sangat penting dilakukan untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan atau menjalin relasi dengan orang lain dan juga dengan lingkungan sekitarnya.

  Tugas perkembangan lain pada masa ini adalah mencari pasangan yang nantinya dapat berlanjut pada masa tunangan dan hidup berumah tangga dengan pasangan. Dalam mencari pasangan seorang individu dewasa awal tentunya memiliki berbagai macam cara untuk dapat metroseksual sangat identik dengan penampilan luar yang menarik serta harum. Untuk mendapat penampilan yang menarik mereka tidak keberatan melakukan perawatan tubuh di salon-salon di mana hal tersebut biasanya dilakukan oleh kaum wanita.

  Para pria metroseksual adalah sekelompok pria yang sangat memperhatikan penampilan. Kelompok pria ini muncul karena adanya tuntutan dari lingkungan bahwa individu harus berpenampilan menarik. Para pria dewasa awal mengusahakan hal tersebut karena pada usia ini mereka masuk dalam masa pengaturan (Hurlock, 1999). Pada masa ini individu diharapkan mampu untuk mulai mengatur dirinya maupun kehidupannya. Dalam mengatur dirinya individu dewasa diharapkan dapat menyesuaikan dengan hal-hal yang berlaku di masyarakat, sehingga individu tersebut tidak kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangannya.