Sinamot Sebagai Mahar Dalam Perkawinan Adat Batak Ditinjau Dari Hukum Adat Batak Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

SINAMOT SEBAGAI MAHAR DALAM PERKAWINAN ADAT BATAK
DITINJAU DARI HUKUM ADAT BATAK DAN UNDANG–UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Yoshua Ruselvelt Pandenuwu
110110110396
Abstrak
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri
sehingga membutuhkan pasangan untuk meneruskan hidupnya.
Perkawinan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meregenerasi keturunannya. Perkawinan yang sah dilakukan apabila
sesuai dengan hukum agama dan kepercayaan yang dianutnya. Pada
perkawinan masyarakat adat Batak Toba dikenal adanya sinamot yang
merupakan kewajiban pihak pria untuk memberikan sejumlah uang
kepada pihak perempuan sebagai tanda akan melaksanakan perkawinan.
Adapun tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengkaji
kedudukan sinamot dalam perkawinan adat Batak Toba, serta
merumuskan akibat hukum pada perkawinan adat Batak Toba apabila
tidak terjadi pemberian sinamot.
Metode pendekatan yang digunakan bersifat yuridis normatif, yaitu
suatu metode pendekatan yang menitikberatkan penelitian kepada data
kepustakaan dan data sekunder yang berupa bahan hukum primer,

sekunder, dan tersier baik berupa peraturan perundang-undangan,
literatur hukum, dan bahan-bahan lain yang mempunyai hubungan dalam
skripsi ini, dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analisis yaitu
penelitian hukum yang mengutamakan penelitian kepustakaan dan
penekanan pada tinjauan dari segi ilmu hukum dengan menggambarkan,
menelaah dan menganalisis fakta-fakta mengenai peraturan perundangundangan yang berlaku dihubungkan dengan pelaksanaannya.
Hasil Penelitian terhadap Sinamot Sebagai Mahar Dalam
Perkawinan Adat Batak akan menunjukkan bahwa Sinamot memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam perkawinan adat Batak dan akibat
hukum dari adanya perkawinan tanpa pemberian sinamot adalah tidak sah
secara hukum adat walaupun sah menurut Undang-Undang Perkawinan.

SINAMOT AS BRIDE-PRICE IN BATAKNESE TRADITIONAL
MARRIAGE BASED ON BATAKNESE CUSTOMARY LAW AND ACT
NUMBER 1 OF 1974 ABOUT MARRIAGE
Yoshua Ruselvelt Pandenuwu
110110110396
Abstract

Humans are social beings who cannot live without society and need

a partner in order to survive. Marriage is one of the ways of regeneration.
A marriage will be considered legal if it is in accordance with their religion
law and belief. In bataknese marriage laws, sinamot is an obligation of
groom to give a sum of money to bride as a symbol of engagement. The
purpose of this research is to identify the status of sinamot in TobaBataknese traditional marriage and to determine the consequence of not
granting sinamot in Toba-Bataknese traditional marriage.
This research used a juridical-normative approach, which
accentuates the study to literature and secondary data in the form of
primary legal materials,secondary, and tertiary either in the form of
legislation, legal, literature or other materials related to this thesis, with the
specification of analytical-descriptive which prioritizes literature research
and emphasizes to a law point of view by describing, studying and
analyzing the facts related tolaw and its implementation.
The results of this research showed that Sinamot has an important
status in Bataknese marriage. The consequences of marriage with the
absence of granting sinamot is not legally valid according to the customary
law although it is legal according to the laws of marriage.

Dokumen yang terkait

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

Persintuhan Hukum Perkawinan Adat Minangkabau Dengan Hukum Perkawinan Islam Dikaitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

2 32 140

PEMBATALAN PERKAWINAN SEMARGA PADA MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 3 2

kedudukan dan hak waris anak sumbang pada perkawinan pariban di masyarakat adat batak dikaitkan dengan undang - undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dihubungkan dengan hukum adat batak.

0 0 1

TINJAUAN HUKUM TENTANG PENYANGKALAN TERHADAP PERKAWINAN YANG SAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BATAK TOBA.

0 0 1

Sanksi Adat Dalam Perkawinan Sesuku Di Minangkabau dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Hukum Adat Minangkabau.

0 1 1

Status Hukum Perkawinan Penganut Aliran Kepercayaan Parmalim Dalam Masyarakat Adat Batak Toba Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

0 0 1

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEABSAHAN PERKAWINAN PARIBAN DALAM HUKUM ADAT BATAK TOBA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

0 0 13

BAB II PENGATURAN PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengaturan Perkawinan Sebelum Lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan - Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompil

0 0 38

PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT SERTA KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI

0 0 13