PEMBATALAN PERKAWINAN SEMARGA PADA MASYARAKAT ADAT BATAK TOBA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.
ABSTRAK
PEMBATALAN PERKAWINAN SEMARGA PADA MASYARAKAT ADAT
BATAK TOBA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Daniel Gefrin A
110110090003
Perkawinan merupakan salah satu bentuk dari hak asasi manusia dan
di Indonesia. Menurut masyarakat Batak Toba, perkawinan merupakan salah
satu bentuk dari hak asasi manusia yang bertujuan meneruskan generasi
masyarakat Batak Toba. Namun, masyarakat Batak Toba menganut dan
memegang teguh larangan perkawinan semarga karena perkawinan semarga
adalah bentuk pelanggaran terhadap nilai luhur masyarakat Batak. Dalam
kenyataannya, sudah banyak kasus perkawinan semarga terjadi.
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis bertujuan meneliti 2 (dua) pokok
permasalahan yang terjadi dalam kasus perkawinan semarga, yaitu
bagaimana kedudukan suami-istri yang telah melakukan perkawinan
semarga menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Hukum Adat masyarakat Batak Toba serta bagaimana
tinjauan hukum perkawinan semarga menurut Undang – Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif
analitis, dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Penelitian dilakukan dengan dua tahapan, yaitu penelitian kepustakaan
dengan cara meneliti data sekunder berupa peraturan perundang-undangan,
literatur, serta bahan lain yang berhubungan dengan penelitian dan penelitian
lapangan untuk memperoleh data primer melalui wawancara dan selanjutnya
dianalisis secara yuridis kualitatif.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kekurangan
dalam penjelasan aturan-aturan perkawinan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Undang-undang
perkawinan tidak melarang perkawinan semarga, tetapi tidak juga
menganjurkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbaikan terhadap
penjelasan dari Pasal 8 huruf f mengenai maksud dari kata “peraturan
lainnya” serta terhadap beberapa pasal lainnya agar tercapai kegunaan,
keadilan, dan kepastian hukum di masa depan sehingga tidak ada lagi
berbagai penafsiran yang muncul dikarenakan ketidaktegasan aturan dalam
undang-undang perkawinan.
iv
ABSTRACT
RENOUNCEMENT OF SAME CLAN MARRIAGE OF THE TOBA BATAK
RELATED TO LAW NO. 1 YEAR 1974 ABOUT MARRIAGE
Marriage is a human right. In Indonesia, according to the Toba Batak
society, marriage is intended to continue the generation of the Toba Batak.
However, the Toba Batak embraces and upholds ban of same clan marriage,
i.e. same family name, as it is a violation of the core values of Batak society.
In fact, there are many cases of same clan marriages. Based on this fact, the
author was obliged to examine two issues involved in the case of same clan
marriage, namely (1) how the position of the husband and wife who have
done same clan marriage is according to both Law No. 1 year 1974 Law of
Marriage and Customary Law of Marriage of Toba Batak society, and (2) how
the same clan marriage is according to Law No. 1 Year 1974 about marriage.
The method used in this examination was a descriptive analysis, using
normative juridical approach. The study was conducted in two phases. The
first was the literature study by examining secondary data in the form of
legislations, references, and other materials related to the examination. The
second was field examination to obtain primary data through interviews, and
then the data were analyzed legal qualitatively.
It can be concluded that there are shortcomings in the explanation of the
rules of marriage regulated in Law Number 1 Year 1974 About Marriage.
Marriage laws do not prohibit nor advocate same clan marriage. Therefore, it
is needed a refinement to the explanation of Article 8 Letter of the Intent, i.e.
the word "regulations", as well as to several other chapters in order to achieve
usability, justice, and rule of law in the future, so that there will not be many
interpretations that arise due to indecision rules in the Law of Marriage.
v
PEMBATALAN PERKAWINAN SEMARGA PADA MASYARAKAT ADAT
BATAK TOBA DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
Daniel Gefrin A
110110090003
Perkawinan merupakan salah satu bentuk dari hak asasi manusia dan
di Indonesia. Menurut masyarakat Batak Toba, perkawinan merupakan salah
satu bentuk dari hak asasi manusia yang bertujuan meneruskan generasi
masyarakat Batak Toba. Namun, masyarakat Batak Toba menganut dan
memegang teguh larangan perkawinan semarga karena perkawinan semarga
adalah bentuk pelanggaran terhadap nilai luhur masyarakat Batak. Dalam
kenyataannya, sudah banyak kasus perkawinan semarga terjadi.
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis bertujuan meneliti 2 (dua) pokok
permasalahan yang terjadi dalam kasus perkawinan semarga, yaitu
bagaimana kedudukan suami-istri yang telah melakukan perkawinan
semarga menurut Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan dan Hukum Adat masyarakat Batak Toba serta bagaimana
tinjauan hukum perkawinan semarga menurut Undang – Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif
analitis, dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif.
Penelitian dilakukan dengan dua tahapan, yaitu penelitian kepustakaan
dengan cara meneliti data sekunder berupa peraturan perundang-undangan,
literatur, serta bahan lain yang berhubungan dengan penelitian dan penelitian
lapangan untuk memperoleh data primer melalui wawancara dan selanjutnya
dianalisis secara yuridis kualitatif.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kekurangan
dalam penjelasan aturan-aturan perkawinan yang diatur dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Undang-undang
perkawinan tidak melarang perkawinan semarga, tetapi tidak juga
menganjurkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu perbaikan terhadap
penjelasan dari Pasal 8 huruf f mengenai maksud dari kata “peraturan
lainnya” serta terhadap beberapa pasal lainnya agar tercapai kegunaan,
keadilan, dan kepastian hukum di masa depan sehingga tidak ada lagi
berbagai penafsiran yang muncul dikarenakan ketidaktegasan aturan dalam
undang-undang perkawinan.
iv
ABSTRACT
RENOUNCEMENT OF SAME CLAN MARRIAGE OF THE TOBA BATAK
RELATED TO LAW NO. 1 YEAR 1974 ABOUT MARRIAGE
Marriage is a human right. In Indonesia, according to the Toba Batak
society, marriage is intended to continue the generation of the Toba Batak.
However, the Toba Batak embraces and upholds ban of same clan marriage,
i.e. same family name, as it is a violation of the core values of Batak society.
In fact, there are many cases of same clan marriages. Based on this fact, the
author was obliged to examine two issues involved in the case of same clan
marriage, namely (1) how the position of the husband and wife who have
done same clan marriage is according to both Law No. 1 year 1974 Law of
Marriage and Customary Law of Marriage of Toba Batak society, and (2) how
the same clan marriage is according to Law No. 1 Year 1974 about marriage.
The method used in this examination was a descriptive analysis, using
normative juridical approach. The study was conducted in two phases. The
first was the literature study by examining secondary data in the form of
legislations, references, and other materials related to the examination. The
second was field examination to obtain primary data through interviews, and
then the data were analyzed legal qualitatively.
It can be concluded that there are shortcomings in the explanation of the
rules of marriage regulated in Law Number 1 Year 1974 About Marriage.
Marriage laws do not prohibit nor advocate same clan marriage. Therefore, it
is needed a refinement to the explanation of Article 8 Letter of the Intent, i.e.
the word "regulations", as well as to several other chapters in order to achieve
usability, justice, and rule of law in the future, so that there will not be many
interpretations that arise due to indecision rules in the Law of Marriage.
v