Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
ISSN : 1410 – 0177
Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan
Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih
Juzral Jivai, Nasni Yetti
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Diterima tanggal : 10 Januari 2008 disetujui tanggal : 30 Maret 2008
Abstrak
Telah dilakukan uji pengaruh pemberian tahu berformalin terhadap gangguan fungsi hati dan terbentuknya
radikal bebas dalam tubuh tikus dengan menetapkan kadar SGOT, SGPT dan kadar MDA setelah memberikan
tahu berformalin secara oral selama 25 hari kepada dua kelompok tikus dengan kadar yang berbeda (0,25 % dan
0,50 %) kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (Kelompok tikus yang diberikan tahu tanpa formalin)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi cenderung peningkatan kadar SGOT, SGPT dan MDA dalam darah
tikus yang diberikan tahu berformalin dibandingkan dengan kelompok kontrol tetapi setelah dilakukan uji
statistik p 0.05 ternyata kenaikannya tidak bermakna, berarti tidak ada pengaruh pemberian tahu berformalin
terhadap kenaikan SGOT, SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus.
Keywords : Formalin, SGOT, SGPT, MDA.
Pendahuluan
Formalin adalah larutan formaldehid 37 % dalam
air apabila diencerkan dinamai larutan formalin dan
harus dinyatakan kadarnya, misalnya formalin
diencerkan dengan air yang sama volumenya,
dinamai larutan formalin 50 % , berarti kadar
formaldehidnya 18,5 % dengan demikian
pemakaian istilah larutan formalin harus dinyatakan
kadarnya, misalnya larutan formalin 50 %, larutan
formalin 25 % dan lain sebagainya.
Formaldehid merupakan senyawa berupa gas yang
mudah larut dalam air dengan bau yang menusuk,
lebih reaktif dan berbahaya jika terhirup karena
dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan,
memberikan
reaksi
alergi
bahkan
dapat
menimbulkan kanker, apabila mengenai kulit akan
merasa terbakar dan kalau terpapar dalam jumlah
yang banyak seperti terminum dapat menimbulkan
kematian.
Formaldehid dalam bentuk polimernya atau
Paraformaldehid yang berbentuk padat dalam
jumlah relatif kecil dapat digunakan sebagai obat
bahkan dapat digunakan melalui oral, seperti tablet
troches dengan kadar 1 %, untuk pasta gigi dengan
kadar 35 %, dan dapat pula digunakan untuk bedak
tabur dengan kadar 5 % (Extra Pharmacopeae
Martindalle edisi 27, 1978).
Formaldehid sangat reaktif, dalam tubuh akan
dimetabolisme dengan cepat terutama dalam hati
dan eritrosit yang dapat dirubah menjadi asam
formiat dan dikeluarkan melalui urine. Menurut
penelitian WHO kadar formalin dalam darah yang
dapat menimbulkan keracunan (toksik) apabila
sudah mencapai 6 gram dan menurut penelitian Dr
Yuswanto, Dekan Fakultas Farmasi Univwersitas
Sanata Dharma Jokja tahun 2002. Mengatakan
bahwa dalam mie basah terdapat kadar formalin 20
mg / Kg, berarti formalin dalam mie basah tersebut
tidak berbahaya.
Dr Yuswanto juga menyatakan bahwa formalin
merupakan proses alami karena buah buahan dan
sayur sayuran ada yang mengandung formalin
sebagai hasil proses biologis, sebenarnya alam ini
menghasilkan formalin kemudian diserap oleh
tumbuh tumbuhan dan hewan, misalnya daging sapi
mengandung formalin 30 mg / Kg, kerang laut
mengandung formalin 660 mg / Kg.
Formalin dapat bereaksi dengan protein meskipun
belum diketahui secara pasti mekanisme reaksinya
serta bagian protein mana yang bereaksi dengan
formalin, secara in vitro serum darah ditambah
dengan larutan formalin dapat menurunkan kadar
proteinnya dan kemungkinan reaksi formalin
dengan protein ini yang menyebabkan formalin
dapat digunakan sebagai pengawet.
Pemakaian formalin banyak disalah gunakan dan
sering digunakan sebagai pengawet bahan makanan
seperti tahu dengan cara merendamnya dengan
larutan formalin sehingga tahu menjadi kaku, keras
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
dan tidak rusak kalau disimpan dalam waktu lama
tetapi mereka tidak mengetahui bahwa protein yang
terdapat dalam tahu tersebut telah bereaksi atau
dirusak oleh formalin sehingga mutu tahu tersebut
akan berkurang.
Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat terutama masyarakat golongan
menengah ke bawah dimana harganya relatif
murah, mudah didapat dan mempunyai gizi yang
baik karena mengandung protein yang tinggi. Tahu
yang direndam dengan larutan formalin meskipun
dipanaskan kandungan formalinnya tidak hilang
sempurna, kalau tahu ini dikonsumsi oleh
masyarakat maka tanpa disadari masyarakat telah
mengkonsumsi formalin.
ISSN : 1410 – 0177
Larutan formalin 0,5 % adalah larutan yang
mengandung formaldehid 0,5 %.
Diambil formalin p.a. (kadar Formaldehid 37 %)
50 ml ditambah air suling (Aqua destilata) sampai
1000 ml dikocok sampai rata, diambil 250 ml
larutan ini ditambah air suling sampai 925 ml
dikocok sampai rata dan ditutup dengan rapat.
50 ml X 37 % / 1000 ml
= 1,85 %
250 ml X 1.85 % / 925 ml = 0,5 %
Pembuatan Larutan Formalin 0,25 %
Larutan formalin 0,25 % adalah larutan yang
mengandung formaldehid 0,25 %.
Larutan formalin yang mengandung Formaldehid
apabila masuk kedalam tubuh melalui oral akan
mengalami metabolisme dengan cepat menjadi
asam formiat terutama dalam eritrosit dan hati
kemudian akan dikeluarkan melalui urine namun
formalin juga bereaksi dengan protein dinding sel
hati (lipoprotein) sehingga dapat merusak dinding
sel hati yang dapat menyebabkan fungsi hati
terganggu atau menjadi penyebab terbentuknya
radikal bebas yang toksik.
Diambil 250 ml larutan Formalin 0,5 % ditambah
air suling sampai 500 ml dikocok sampai rata dan
ditutup dengan rapat.
Salah satu gejala dari gangguan fungsi hati dapat
dinyatakan secara laboratorium dengan adanya
peningkatan aktivitas SGOT, SGPT sedangkan
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh dapat
dinyatakan dengan peningkatan kadar MDA dalam
darah.
Kelompok 1, Kelompok tahu tanpa formalin,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml air suling selama 2 jam. Setelah itu tahu dicuci
dengan air suling dan dikeringkan kemudian
ditambah 50 ml air suling masukkan kedalam
blender dan haluskan, setelah halus tambah air
suling sampai 100 ml sediaan.
Dari hal diatas telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui sampai sejauh mana larutan formalin di
dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan pada
fungsi hati dan terbentuknya radikal bebas dengan
cara memberikan makanan tahu berformalin kepada
tikus dengan kadar tertentu selama 25 hari.
Metodologi Penelitian
Persiapan, aklimatisasi Hewan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan tikus jantan Wistar
berumur lebih kurang dua bulan, sehat, dan berat
berkisar 160 sampai 180 gram Aklimatisasi hewan
dilakukan selama 10 hari untuk membiarkan hewan
berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan
minuman
diberikan
secukupnya.
Selama
aklimatisasi tikus dianggap sehat bila berat
badannya tetap (deviasi maksimum 10%) dan
secara visual menunjukkan perilaku yang normal
(Farmakope Indonesia, 1995).
Pembuatan Larutan Formalin 0,50 %
250 ml X 0,50 % / 500 ml = 0, 25 %
Pembuatan sediaan tahu berformalin
Sediaan tahu dibuat 3 kelompok, 2 kelompok tahu
berformalin dengan kadar yang berbeda dan 1
kelompok tahu tanpa formalin.
Kelompok 2, Kelompok tahu berformalin 0,25 %,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml larutan formalin 0,25 % selama 2 jam kemudian
haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml.
Keompok 3, Kelompok tahu formalin 0,50 %,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml larutan formalin 0,50 % selama 2 jam kemudian
haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml.
Hewan Percobaan
Tikus putih Wibstar sebanyak 18 ekor yang
berumur 2 bulan dengan berat badan 160 – 180
gram
dilakukan
aklimatisasi
(penyesuaian
lingkungan) selama 10 hari, setiap hari dilakukan
penimbangan berat badan.
Tikus yang digunakan adalah tikus yang tidak
mengalami penurunan berat badannya dan kelihatan
sehat, digunakan sebanyak 15 ekor dan dibagi atas
3 kelompok masing masing 5 ekor tikus.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
ISSN : 1410 – 0177
Kelompok 1 (Kelompok Kontrol), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu tanpa formalin melalui oral
sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Demikan juga dengan kadar rata rata MDA dimana
kelompok pecobaan 2 (4.090) kadarnya cenderung
meningkat dari kelompok percobaan 1 (3.742) dan
meningkat lagi dari kelompok kontrol (3.408).
Kelompok 2 (Kelompok Perlakuan 1), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu berformalin 0,25 % melalui
oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Setelah dilakukan uji statistik dengan p 0,05
ternyata cenderung meningkatnya kadar SGOT,
SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus yang
diberikan tahu berformalin selama 25 hari pada
kelompok percobaan 1 dan 2 dibandingkan dengan
kelompok kontrol tidak bermakna.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa fungsi hati
secara statistik tidak terganggu dan tidak terjadi
pembentukan radikal bebas dalam tubuh tikus
secara bermakna pada p 0,05.
Kelompok 3 (Kelompok Perlakuan 2), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu berformalin 0,50 % melalui
oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Setelah 25 hari percobaan ketiga kelompok tikus
diambil darahnya dengan cara tikus dibius dengan
Eter kemudian dibuka dadanya dan diambil
darahnya langsung ke jantung dengan speut injeksi
5 ml.
Diambil serumnya dan dilakukan
pemeriksaan SGOT, SGPT dan kadar MDA-nya.
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan
menggunakan metoda analisa varian.
Pembahasan
Berat badan tikus pada waktu penyesuaian selama
10 hari tidak ada yang mengalami penurunan
sehingga semua tikus dapat digunakan dan dipilih
secara acak 15 ekor dari 18 ekor tikus dan dibagi
atas 3 kelompok masing masig 5 ekor tikus.
Kelompok 1, kelompok 2 merupakan kelompok
percobaan 1, dan kelompok 3 merupakan kelompok
percobaan 2., setiap ekor tikus diberikan sediaan
tahu setiap sore hari sebanyak 3 ml / 200 gram BB.
Ternyata selama percobaan (25 hari) berat badan
tikus tidak mengalami penurunan yang berarti
bahkan pada akhir percobaan setelah 25 hari terjadi
peningkatan berat badannya.
Pemberian tahu berformalin tidak mempengaruhi
pola makan tikus karena tidak terjadi penurunan
berat badan bahkan terjadi peningkatan berat badan
setelah percobaan sedangkan pemberian makannya
tetap jumlahnya.
Kadar rata rata SGOT pada kelompok percobaan 2
(139) cenderung meningkat dari kelompok
percobaan 1 (121) dan meningkat lagi dari
kelompok kontrol (119).
Hal yang sama terjadi juga pada kadar rata rata
SGPT dimana kelompok pecobaan 2 (86) kadarnya
cenderung meningkat dari kelompok percobaan 1
(79) dan meningkat lagi dari kelompok kontrol
(63).
Dapat disimpulkan bahwa pemberian 3 ml sediaan
tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % secara oral
selama 25 hari tidak terjadi gangguan fungsi hati
dan tidak terjadi pembentukan Radikal bebas secara
bermakna pada p 0.05.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil percobaan ternyata pemberian sediaan
tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % sebanyak 3 ml/
200 gram BB tikus selama 25 hari tidak
mempengaruhi fungsi hati serta terbentuknya
radikal bebas secara bermakna pada uji statistik
p 0.05.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memberikan tahu berformalin lebih lama lagi atau
kadar formalinnya dinaikkan.
Dapat pula dilakukan penelitian tentang pengaruh
formalin terhadap reaksinya dengan protein.
Literatur :
H
B Waynforth, Experimental and surgical
technique in the rat, Academic Press A
Subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich,
Publishers London, New York, Toronto,
Sydney, San Francisco 1980, 6, 22, 63, 68.
Holinshead, H W, Text Book Of Anatomi 3rd
edition, Oxford & IBH Publishing Co New
Delhi Bombay Calcuta 1974.
Indra Nefri Ridwan dan Subardjo SK, Petunjuk
teknis cara memproduksi makanan yang benar
dan baik sesuai ketentuan untuk Industri Kecil
Pangan.
Izzah Zakiyawati, Tue, 10 Jan 2006 19:54:39 –
0800,
RADAR JOGJA Minggu, 08
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
Jan 2006
Formalin di Makanan Tak
Berbahaya Internet www.Formalin.com
Martindalle Extra Pharmacopoeia 27th edition ,
Edited by Ainley Wade The Pharmaceutical
Press 1 Lambeth High Street SE 1 London
1978
Muray R, Harper’s Review of Biochemistry
terjemahan Andri Hartono, Biokimia Harper
edisi 22 Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jakarta 1995. 295 – 296
Sherlock S. Desease of the liver and billiary
System 8th edition, Blackwell Scientific
Publication, 1989.
Sulistia Gan dan kawan kawan, Farmakologi dan
terapi edisi 2 Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
1980
ISSN : 1410 – 0177
Tabel 1 . Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Berat Badan Tikus Selama Percobaan
Klp
/Tgl
1/10
3
5
7
9
11
13
21
23
25/10
I . 1
180
180
175
175
180
180
185 185 180 180 185
190
190
2
200
200
195
190
190
195
195 200 200 205 205
210
220
3
200
200
200
195
190
195
200 200 205 205 210
210
220
4
190
190
190
185
185
190
190 190 195 195 200
200
200
5
180
180
180
175
175
180
180 180 185 185 190
190
190
II . 1
180
180
175
175
175
180
180 185 180 185 185
190
200
2
200
200
200
205
205
200
200 195 195 200 205
210
220
3
200
190
190
195
195
190
190 195 195 200 210
210
220
4
180
180
180
185
185
190
190 185 180 180 185
190
190
5
190
190
180
175
175
175
180 180 180 185 185
190
200
III. 1
190
185
185
180
180
185
185 190 190 180 185
190
200
2
200
190
190
195
195
195
200 200 205 210 210
220
220
3
200
190
190
195
195
190
190 195 195 200 205
210
210
4
190
190
190
180
180
185
180 185 185 185 190
190
200
15
17
19
5
200
200
200
195
195
190
190 195 195 200 200
200
210
Tabel 2 . Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Kadar SGOT, SGPT dan Kadar MDA
Klp
SGOT
SGPT
MDA
I .1
119
61
3.952
2
134
56
3.930
3
129
84
2.030
4
95
52
3.719
5
---
---
---
477/4=119
253/4=63
13.631/4=3.408
II . 1
110
66
3.736
2
89
83
3.995
3
148
69
3.974
4
112
68
3.930
5
145
108
3.073
604/5=121
394/5=79
18.708/5=3.742
III.1
106
86
4.103
2
173
89
3.650
3
170
108
4.492
4
130
59
4.233
5
117
88
3.970
696/5=139
430/5=86
20.448/5=4.090
LAMPIRAN
HASIL UJI STATISTIK
Report
Kelompok
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
SGOT
119.25
4
17.328
120.80
5
25.154
139.20
5
30.703
126.93
14
25.388
SGPT
63.25
4
14.315
78.80
5
17.655
86.00
5
17.507
76.93
14
18.113
MDA
3.41
4
.924
3.74
5
.388
4.09
5
.312
3.77
14
.595
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
SGOT
14
126.93
25.388
.123
.123
-.098
.459
.984
SGPT
14
76.93
18.113
.169
.169
-.131
.633
.818
MDA
14
3.77
.595
.277
.147
-.277
1.036
.234
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Data penelitian menunjukkkan bahwa data SGOT, SGPT, dan MDA berdistribusi normal p > 0.05
Descriptives
N
SGOT kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
SGPT kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
MDA kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
4
5
5
14
4
5
5
14
4
5
5
14
Mean Std. Deviation Std. Error
119.25
17.328
8.664
120.80
25.154
11.249
139.20
30.703
13.731
126.93
25.388
6.785
63.25
14.315
7.157
78.80
17.655
7.896
86.00
17.507
7.829
76.93
18.113
4.841
3.41
.924
.462
3.74
.388
.173
4.09
.312
.140
3.77
.595
.159
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
91.68
146.82
95
134
89.57
152.03
89
148
101.08
177.32
106
173
112.27
141.59
89
173
40.47
86.03
52
84
56.88
100.72
66
108
64.26
107.74
59
108
66.47
87.39
52
108
1.94
4.88
2
4
3.26
4.22
3
4
3.70
4.48
4
4
3.43
4.11
2
4
ANOVA
SGOT
SGPT
MDA
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
1176.579
7202.350
8378.929
1177.379
3087.550
4264.929
1.040
3.555
4.595
df
2
11
13
2
11
13
2
11
13
Mean Square
588.289
654.759
F
.898
Sig.
.435
588.689
280.686
2.097
.169
.520
.323
1.608
.244
140
Mean of SGOT
135
130
125
120
115
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 1 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGOT
90
85
Mean of SGPT
80
75
70
65
60
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 2 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGPT
Mean of MDA
4
3.8
3.6
3.4
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 3 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar MDA
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
ISSN : 1410 – 0177
Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan
Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih
Juzral Jivai, Nasni Yetti
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Diterima tanggal : 10 Januari 2008 disetujui tanggal : 30 Maret 2008
Abstrak
Telah dilakukan uji pengaruh pemberian tahu berformalin terhadap gangguan fungsi hati dan terbentuknya
radikal bebas dalam tubuh tikus dengan menetapkan kadar SGOT, SGPT dan kadar MDA setelah memberikan
tahu berformalin secara oral selama 25 hari kepada dua kelompok tikus dengan kadar yang berbeda (0,25 % dan
0,50 %) kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (Kelompok tikus yang diberikan tahu tanpa formalin)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi cenderung peningkatan kadar SGOT, SGPT dan MDA dalam darah
tikus yang diberikan tahu berformalin dibandingkan dengan kelompok kontrol tetapi setelah dilakukan uji
statistik p 0.05 ternyata kenaikannya tidak bermakna, berarti tidak ada pengaruh pemberian tahu berformalin
terhadap kenaikan SGOT, SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus.
Keywords : Formalin, SGOT, SGPT, MDA.
Pendahuluan
Formalin adalah larutan formaldehid 37 % dalam
air apabila diencerkan dinamai larutan formalin dan
harus dinyatakan kadarnya, misalnya formalin
diencerkan dengan air yang sama volumenya,
dinamai larutan formalin 50 % , berarti kadar
formaldehidnya 18,5 % dengan demikian
pemakaian istilah larutan formalin harus dinyatakan
kadarnya, misalnya larutan formalin 50 %, larutan
formalin 25 % dan lain sebagainya.
Formaldehid merupakan senyawa berupa gas yang
mudah larut dalam air dengan bau yang menusuk,
lebih reaktif dan berbahaya jika terhirup karena
dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan,
memberikan
reaksi
alergi
bahkan
dapat
menimbulkan kanker, apabila mengenai kulit akan
merasa terbakar dan kalau terpapar dalam jumlah
yang banyak seperti terminum dapat menimbulkan
kematian.
Formaldehid dalam bentuk polimernya atau
Paraformaldehid yang berbentuk padat dalam
jumlah relatif kecil dapat digunakan sebagai obat
bahkan dapat digunakan melalui oral, seperti tablet
troches dengan kadar 1 %, untuk pasta gigi dengan
kadar 35 %, dan dapat pula digunakan untuk bedak
tabur dengan kadar 5 % (Extra Pharmacopeae
Martindalle edisi 27, 1978).
Formaldehid sangat reaktif, dalam tubuh akan
dimetabolisme dengan cepat terutama dalam hati
dan eritrosit yang dapat dirubah menjadi asam
formiat dan dikeluarkan melalui urine. Menurut
penelitian WHO kadar formalin dalam darah yang
dapat menimbulkan keracunan (toksik) apabila
sudah mencapai 6 gram dan menurut penelitian Dr
Yuswanto, Dekan Fakultas Farmasi Univwersitas
Sanata Dharma Jokja tahun 2002. Mengatakan
bahwa dalam mie basah terdapat kadar formalin 20
mg / Kg, berarti formalin dalam mie basah tersebut
tidak berbahaya.
Dr Yuswanto juga menyatakan bahwa formalin
merupakan proses alami karena buah buahan dan
sayur sayuran ada yang mengandung formalin
sebagai hasil proses biologis, sebenarnya alam ini
menghasilkan formalin kemudian diserap oleh
tumbuh tumbuhan dan hewan, misalnya daging sapi
mengandung formalin 30 mg / Kg, kerang laut
mengandung formalin 660 mg / Kg.
Formalin dapat bereaksi dengan protein meskipun
belum diketahui secara pasti mekanisme reaksinya
serta bagian protein mana yang bereaksi dengan
formalin, secara in vitro serum darah ditambah
dengan larutan formalin dapat menurunkan kadar
proteinnya dan kemungkinan reaksi formalin
dengan protein ini yang menyebabkan formalin
dapat digunakan sebagai pengawet.
Pemakaian formalin banyak disalah gunakan dan
sering digunakan sebagai pengawet bahan makanan
seperti tahu dengan cara merendamnya dengan
larutan formalin sehingga tahu menjadi kaku, keras
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
dan tidak rusak kalau disimpan dalam waktu lama
tetapi mereka tidak mengetahui bahwa protein yang
terdapat dalam tahu tersebut telah bereaksi atau
dirusak oleh formalin sehingga mutu tahu tersebut
akan berkurang.
Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi
oleh masyarakat terutama masyarakat golongan
menengah ke bawah dimana harganya relatif
murah, mudah didapat dan mempunyai gizi yang
baik karena mengandung protein yang tinggi. Tahu
yang direndam dengan larutan formalin meskipun
dipanaskan kandungan formalinnya tidak hilang
sempurna, kalau tahu ini dikonsumsi oleh
masyarakat maka tanpa disadari masyarakat telah
mengkonsumsi formalin.
ISSN : 1410 – 0177
Larutan formalin 0,5 % adalah larutan yang
mengandung formaldehid 0,5 %.
Diambil formalin p.a. (kadar Formaldehid 37 %)
50 ml ditambah air suling (Aqua destilata) sampai
1000 ml dikocok sampai rata, diambil 250 ml
larutan ini ditambah air suling sampai 925 ml
dikocok sampai rata dan ditutup dengan rapat.
50 ml X 37 % / 1000 ml
= 1,85 %
250 ml X 1.85 % / 925 ml = 0,5 %
Pembuatan Larutan Formalin 0,25 %
Larutan formalin 0,25 % adalah larutan yang
mengandung formaldehid 0,25 %.
Larutan formalin yang mengandung Formaldehid
apabila masuk kedalam tubuh melalui oral akan
mengalami metabolisme dengan cepat menjadi
asam formiat terutama dalam eritrosit dan hati
kemudian akan dikeluarkan melalui urine namun
formalin juga bereaksi dengan protein dinding sel
hati (lipoprotein) sehingga dapat merusak dinding
sel hati yang dapat menyebabkan fungsi hati
terganggu atau menjadi penyebab terbentuknya
radikal bebas yang toksik.
Diambil 250 ml larutan Formalin 0,5 % ditambah
air suling sampai 500 ml dikocok sampai rata dan
ditutup dengan rapat.
Salah satu gejala dari gangguan fungsi hati dapat
dinyatakan secara laboratorium dengan adanya
peningkatan aktivitas SGOT, SGPT sedangkan
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh dapat
dinyatakan dengan peningkatan kadar MDA dalam
darah.
Kelompok 1, Kelompok tahu tanpa formalin,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml air suling selama 2 jam. Setelah itu tahu dicuci
dengan air suling dan dikeringkan kemudian
ditambah 50 ml air suling masukkan kedalam
blender dan haluskan, setelah halus tambah air
suling sampai 100 ml sediaan.
Dari hal diatas telah dilakukan penelitian untuk
mengetahui sampai sejauh mana larutan formalin di
dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan pada
fungsi hati dan terbentuknya radikal bebas dengan
cara memberikan makanan tahu berformalin kepada
tikus dengan kadar tertentu selama 25 hari.
Metodologi Penelitian
Persiapan, aklimatisasi Hewan Percobaan
Dalam penelitian ini digunakan tikus jantan Wistar
berumur lebih kurang dua bulan, sehat, dan berat
berkisar 160 sampai 180 gram Aklimatisasi hewan
dilakukan selama 10 hari untuk membiarkan hewan
berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan
minuman
diberikan
secukupnya.
Selama
aklimatisasi tikus dianggap sehat bila berat
badannya tetap (deviasi maksimum 10%) dan
secara visual menunjukkan perilaku yang normal
(Farmakope Indonesia, 1995).
Pembuatan Larutan Formalin 0,50 %
250 ml X 0,50 % / 500 ml = 0, 25 %
Pembuatan sediaan tahu berformalin
Sediaan tahu dibuat 3 kelompok, 2 kelompok tahu
berformalin dengan kadar yang berbeda dan 1
kelompok tahu tanpa formalin.
Kelompok 2, Kelompok tahu berformalin 0,25 %,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml larutan formalin 0,25 % selama 2 jam kemudian
haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml.
Keompok 3, Kelompok tahu formalin 0,50 %,
timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100
ml larutan formalin 0,50 % selama 2 jam kemudian
haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml.
Hewan Percobaan
Tikus putih Wibstar sebanyak 18 ekor yang
berumur 2 bulan dengan berat badan 160 – 180
gram
dilakukan
aklimatisasi
(penyesuaian
lingkungan) selama 10 hari, setiap hari dilakukan
penimbangan berat badan.
Tikus yang digunakan adalah tikus yang tidak
mengalami penurunan berat badannya dan kelihatan
sehat, digunakan sebanyak 15 ekor dan dibagi atas
3 kelompok masing masing 5 ekor tikus.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
ISSN : 1410 – 0177
Kelompok 1 (Kelompok Kontrol), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu tanpa formalin melalui oral
sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Demikan juga dengan kadar rata rata MDA dimana
kelompok pecobaan 2 (4.090) kadarnya cenderung
meningkat dari kelompok percobaan 1 (3.742) dan
meningkat lagi dari kelompok kontrol (3.408).
Kelompok 2 (Kelompok Perlakuan 1), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu berformalin 0,25 % melalui
oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Setelah dilakukan uji statistik dengan p 0,05
ternyata cenderung meningkatnya kadar SGOT,
SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus yang
diberikan tahu berformalin selama 25 hari pada
kelompok percobaan 1 dan 2 dibandingkan dengan
kelompok kontrol tidak bermakna.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa fungsi hati
secara statistik tidak terganggu dan tidak terjadi
pembentukan radikal bebas dalam tubuh tikus
secara bermakna pada p 0,05.
Kelompok 3 (Kelompok Perlakuan 2), diberi makan
minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap
sore diberi sediaan tahu berformalin 0,50 % melalui
oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.
Setelah 25 hari percobaan ketiga kelompok tikus
diambil darahnya dengan cara tikus dibius dengan
Eter kemudian dibuka dadanya dan diambil
darahnya langsung ke jantung dengan speut injeksi
5 ml.
Diambil serumnya dan dilakukan
pemeriksaan SGOT, SGPT dan kadar MDA-nya.
Analisa Data
Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan
menggunakan metoda analisa varian.
Pembahasan
Berat badan tikus pada waktu penyesuaian selama
10 hari tidak ada yang mengalami penurunan
sehingga semua tikus dapat digunakan dan dipilih
secara acak 15 ekor dari 18 ekor tikus dan dibagi
atas 3 kelompok masing masig 5 ekor tikus.
Kelompok 1, kelompok 2 merupakan kelompok
percobaan 1, dan kelompok 3 merupakan kelompok
percobaan 2., setiap ekor tikus diberikan sediaan
tahu setiap sore hari sebanyak 3 ml / 200 gram BB.
Ternyata selama percobaan (25 hari) berat badan
tikus tidak mengalami penurunan yang berarti
bahkan pada akhir percobaan setelah 25 hari terjadi
peningkatan berat badannya.
Pemberian tahu berformalin tidak mempengaruhi
pola makan tikus karena tidak terjadi penurunan
berat badan bahkan terjadi peningkatan berat badan
setelah percobaan sedangkan pemberian makannya
tetap jumlahnya.
Kadar rata rata SGOT pada kelompok percobaan 2
(139) cenderung meningkat dari kelompok
percobaan 1 (121) dan meningkat lagi dari
kelompok kontrol (119).
Hal yang sama terjadi juga pada kadar rata rata
SGPT dimana kelompok pecobaan 2 (86) kadarnya
cenderung meningkat dari kelompok percobaan 1
(79) dan meningkat lagi dari kelompok kontrol
(63).
Dapat disimpulkan bahwa pemberian 3 ml sediaan
tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % secara oral
selama 25 hari tidak terjadi gangguan fungsi hati
dan tidak terjadi pembentukan Radikal bebas secara
bermakna pada p 0.05.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil percobaan ternyata pemberian sediaan
tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % sebanyak 3 ml/
200 gram BB tikus selama 25 hari tidak
mempengaruhi fungsi hati serta terbentuknya
radikal bebas secara bermakna pada uji statistik
p 0.05.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memberikan tahu berformalin lebih lama lagi atau
kadar formalinnya dinaikkan.
Dapat pula dilakukan penelitian tentang pengaruh
formalin terhadap reaksinya dengan protein.
Literatur :
H
B Waynforth, Experimental and surgical
technique in the rat, Academic Press A
Subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich,
Publishers London, New York, Toronto,
Sydney, San Francisco 1980, 6, 22, 63, 68.
Holinshead, H W, Text Book Of Anatomi 3rd
edition, Oxford & IBH Publishing Co New
Delhi Bombay Calcuta 1974.
Indra Nefri Ridwan dan Subardjo SK, Petunjuk
teknis cara memproduksi makanan yang benar
dan baik sesuai ketentuan untuk Industri Kecil
Pangan.
Izzah Zakiyawati, Tue, 10 Jan 2006 19:54:39 –
0800,
RADAR JOGJA Minggu, 08
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11
Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003
Jan 2006
Formalin di Makanan Tak
Berbahaya Internet www.Formalin.com
Martindalle Extra Pharmacopoeia 27th edition ,
Edited by Ainley Wade The Pharmaceutical
Press 1 Lambeth High Street SE 1 London
1978
Muray R, Harper’s Review of Biochemistry
terjemahan Andri Hartono, Biokimia Harper
edisi 22 Penerbit Buku Kedokteran EGC
Jakarta 1995. 295 – 296
Sherlock S. Desease of the liver and billiary
System 8th edition, Blackwell Scientific
Publication, 1989.
Sulistia Gan dan kawan kawan, Farmakologi dan
terapi edisi 2 Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
1980
ISSN : 1410 – 0177
Tabel 1 . Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Berat Badan Tikus Selama Percobaan
Klp
/Tgl
1/10
3
5
7
9
11
13
21
23
25/10
I . 1
180
180
175
175
180
180
185 185 180 180 185
190
190
2
200
200
195
190
190
195
195 200 200 205 205
210
220
3
200
200
200
195
190
195
200 200 205 205 210
210
220
4
190
190
190
185
185
190
190 190 195 195 200
200
200
5
180
180
180
175
175
180
180 180 185 185 190
190
190
II . 1
180
180
175
175
175
180
180 185 180 185 185
190
200
2
200
200
200
205
205
200
200 195 195 200 205
210
220
3
200
190
190
195
195
190
190 195 195 200 210
210
220
4
180
180
180
185
185
190
190 185 180 180 185
190
190
5
190
190
180
175
175
175
180 180 180 185 185
190
200
III. 1
190
185
185
180
180
185
185 190 190 180 185
190
200
2
200
190
190
195
195
195
200 200 205 210 210
220
220
3
200
190
190
195
195
190
190 195 195 200 205
210
210
4
190
190
190
180
180
185
180 185 185 185 190
190
200
15
17
19
5
200
200
200
195
195
190
190 195 195 200 200
200
210
Tabel 2 . Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Kadar SGOT, SGPT dan Kadar MDA
Klp
SGOT
SGPT
MDA
I .1
119
61
3.952
2
134
56
3.930
3
129
84
2.030
4
95
52
3.719
5
---
---
---
477/4=119
253/4=63
13.631/4=3.408
II . 1
110
66
3.736
2
89
83
3.995
3
148
69
3.974
4
112
68
3.930
5
145
108
3.073
604/5=121
394/5=79
18.708/5=3.742
III.1
106
86
4.103
2
173
89
3.650
3
170
108
4.492
4
130
59
4.233
5
117
88
3.970
696/5=139
430/5=86
20.448/5=4.090
LAMPIRAN
HASIL UJI STATISTIK
Report
Kelompok
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
Mean
N
Std. Deviation
SGOT
119.25
4
17.328
120.80
5
25.154
139.20
5
30.703
126.93
14
25.388
SGPT
63.25
4
14.315
78.80
5
17.655
86.00
5
17.507
76.93
14
18.113
MDA
3.41
4
.924
3.74
5
.388
4.09
5
.312
3.77
14
.595
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
SGOT
14
126.93
25.388
.123
.123
-.098
.459
.984
SGPT
14
76.93
18.113
.169
.169
-.131
.633
.818
MDA
14
3.77
.595
.277
.147
-.277
1.036
.234
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Data penelitian menunjukkkan bahwa data SGOT, SGPT, dan MDA berdistribusi normal p > 0.05
Descriptives
N
SGOT kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
SGPT kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
MDA kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Total
4
5
5
14
4
5
5
14
4
5
5
14
Mean Std. Deviation Std. Error
119.25
17.328
8.664
120.80
25.154
11.249
139.20
30.703
13.731
126.93
25.388
6.785
63.25
14.315
7.157
78.80
17.655
7.896
86.00
17.507
7.829
76.93
18.113
4.841
3.41
.924
.462
3.74
.388
.173
4.09
.312
.140
3.77
.595
.159
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
91.68
146.82
95
134
89.57
152.03
89
148
101.08
177.32
106
173
112.27
141.59
89
173
40.47
86.03
52
84
56.88
100.72
66
108
64.26
107.74
59
108
66.47
87.39
52
108
1.94
4.88
2
4
3.26
4.22
3
4
3.70
4.48
4
4
3.43
4.11
2
4
ANOVA
SGOT
SGPT
MDA
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
1176.579
7202.350
8378.929
1177.379
3087.550
4264.929
1.040
3.555
4.595
df
2
11
13
2
11
13
2
11
13
Mean Square
588.289
654.759
F
.898
Sig.
.435
588.689
280.686
2.097
.169
.520
.323
1.608
.244
140
Mean of SGOT
135
130
125
120
115
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 1 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGOT
90
85
Mean of SGPT
80
75
70
65
60
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 2 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGPT
Mean of MDA
4
3.8
3.6
3.4
kelompok 1
Kelompok 2
kelompok 3
Kelompok
Gambar 3 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar MDA