Analisis Tingkat Kebangkrutan Z-Score Altman pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan-perusahaan textile dan garment pada tahun 2007 sampai dengan 2009 termasuk kriteria safe, grey area atau distress. Sampel penelitian dilakukan pada 16 perusahaan-perusahaan textile dan garmnet yang telah go-public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan 2009.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis Z-Score Model Altman dengan kriteria perusahaan go-public.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 93,75% atau 15 perusahaan masuk kriteria distress di tahun 2007 dan 2008, 87,5% atau 14 perusahaan di tahun 2009. Kriteria grey area, 6,25% atau 1 perusahaan di tahun 2007 dan 2008, serta 12,5% atau 2 perusahaan di tahun 2009. Dan tidak terdapat satupun perusahaan yang berada pada kategori safe pada tahun 2007-2009.


(2)

v Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

1.1 Identifikasi Masalah ... 3

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Manfaat Penelitian ... 4

1.4 Rerangka Pemikiran ... 4

BAB 11. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesulitan Keuangan Dan Kebangkrutan ... 7

2.1.1 Pengertian Kesulitan Keuangan Dan Kebangkrutan ... 7

2.1.2 Penyebab Kesulitan Keuangan ... 7

2.1.3 Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan ... 9

2.1.4 Memprediksi Kesulitan Keuangan... 10

2.1.5 Prediksi Kebangkrutan ... 11

2.1.6 Manfaat Informasi Kebangkrutan ... 11

2.2 Kegagalan (failure) ... 13


(3)

vi Universitas Kristen Maranatha

2.3 Analisa laporan Keuangan ... 15

2.3.1 Jenis Laporan Keuangan ... 17

2.3.2 Teknik Analisa Laporan Keuangan ... 19

2.3.3 Kelemahan Analisa Laporan Keuangan ... 21

2.3.4 Analisa Rasio Keuangan ... 22

2.3.4.1 Penggolongan Angka Rasio ... 23

2.4 Model Lain Dalam Melakukan Analisa Laporan Keuangan ... 25

2.4.1 Analisa Z-Score Model Altman ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 30

3.1.1 Jenis Penelitian ... 30

3.1.2 Jenis Data ... 30

3.1.3 Teknik Pengumpulan Data... 30

3.1.4 Metode Analisis Data... 31

3.2 Objek Penelitian ... 33

3.2.1 Populasi ... 33

3.2.2 Sampel ... 33

BAB IV. HASIL DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36


(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

4.1.1 Rasio Keuangan Altman ... 36

4.1.1.1 Working Capital to Total Assets(X1) ... 36

4.1.1.2 Retained Earnings to Total Assets(X2) ... 37

4.1.1.3 Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets(X3) ... 38

4.1.1.4 Market Value Equity to Book Value of Total Debt(X4) ... 39

4.1.1.5 Sales to Total Assets(X5) ... 40

4.1.2 Z-Score ... 41

4.2 Pembahasan... 42

4.2.1 Rasio Keuangan Altman ... 42

4.2.1.1 Working Capital to Total Assets(X1) ... 42

4.2.1.2 Retained Earnings to Total Assets(X2) ... 43

4.2.1.3 Earnings Before Interest and Taxes to Total Asset(X3) ... 44

4.2.1.4 Market Value Equity to Book Value of Total Debt (X4) ... 45

4.2.1.5 Sales to Total Assets(X5)... 46

4.2.2 Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 47

4.2.2.1 Kategori Perusahaan Safe ... 49

4.2.2.2 Kategori Perusahaan Grey Area ... 49


(5)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 53 5.2 Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(6)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sampel Penelitian ………. 34

Tabel 2. Working Capital to Total Assets(X1) ………...….... 36

Tabel 3. Retained Earnings to Total Assets(X2) ………..….. 37

Tabel 4. Market Value Equity to Book Value of Total Debt (X4) ………..…. 38

Tabel 5. Sales to Total Assets(X5) ……...………. 39

Tabel 6. Z-Score Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ………..………... 40

Tabel 7. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ………...…. 47


(7)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri tekstil dan garmen merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 250 juta penduduk, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Industri tekstil merupakan industri padat karya, yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta pekerja. Dari sisi tenaga kerja, pengembangan atau penambahan kapasitas industri dapat dengan mudah terakomodasi oleh melimpahnya tenaga kerja dengan tingkat upah yang lebih kompetitif, khususnya dibandingkan dengan kondisi di negara industri maju. Industri tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor.

Namun demikian, industri tekstil dan garmen masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, antara lain dengan maraknya produk impor, terutama dari China, India dan Vietnam, baik yang masuk secara legal maupun illegal. Maraknya produk impor dengan harga yang relatif lebih murah telah mendistorsi pasar Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di dalam negeri. Apalagi daya serap pasar dalam negeri masih lemah dengan rendahnya daya beli masyarakat. Sementara itu biaya produksi terus meningkat. Lonjakan harga minyak mentah dunia secara langsung mengakibatkan kenaikan harga bahan baku, khususnya serat sintetis. Kenaikan harga minyak juga mendorong kenaikan biaya energi (listrik dan BBM). (Economic Review, 2007:1).

Banyaknya produk tekstil impor membuat daya saing produsen garmen lokal menurun. Sehingga, target pertumbuhan ekspor pun menurun (okezone.com, 2009). Oleh karena itu,


(8)

2 Universitas Kristen Maranatha produk lokal harus mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri, karena produk luar negeri ditawarkan dengan harga yang relatif lebih rendah. Perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap bertahan di pasaran. Jika tidak, tidak menutup kemungkinan perusahaan pada akhirnya mengalami financial distress dalam usahanya, meskipun sebelumnya kita ketahui industri tekstilcukup memiliki pangsa pasar yang bagus di dalam negeri.

Seiring dengan berkembangnya industri tekstil, persaingan yang intensif akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan tekstil. Masuknya perusahaan-perusahaan baru merupakan ancaman bagi perusahaan-perusahaan yang telah ada yang mengakibatkan menurunnya penjualan sehingga pendapatan berkurang dan bahkan mengalami kerugian. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tidak dapat menutup biaya. Apabila keadaan ini terus menerus terjadi maka kelangsungan usaha akan terganggu, sebab dengan laba perusahaan dapat mengembalikan pinjaman, membiayai operasi dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi.

Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh diharapkan perusahaan akan mampu bertahan hidup serta tumbuh dan berkembang.

Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan utamanya. Di samping itu ada tujuan perusahaan yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan dalam persaingan, berkembang dan dapat melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.

Laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Tingkat kesehatan perusahaan penting bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam


(9)

3 Universitas Kristen Maranatha menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari kesulitan keuangan (financial distress) yang dapat mengarah pada kebangkrutan suatu perusahaan. Risiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dideteksi melalui laporan keuangan.

Analisis laporan keuangan dapat membantu perusahaan untuk membuat perencanaan di masa mendatang. Selain itu, analisis laporan keuangan memberikan informasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, antara lain investor, kreditur, pemerintah, bank serta pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Analisis laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui adanya risiko kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan, telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Analisis

multivariate yang cukup terkenal adalah model kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward

Altman seorang professor of finance dari New York University School of Business pada akhir 1960-an yang dikenal dengan Altman Z-score.

Model ini menggunakan analisis keuangan yang dibuat dengan mengkombinasikan lima rasio keuangan yang berbeda-beda (Working capital to total assets ratio, retained earnings to total assets ratio, earnings before interest and taxes to total assets ratio, market value equity to book value of total debt ratio, sales to total assets ratio) untuk menentukan potensi atau kemungkinan bangkrutnya sebuah perusahaan. Berdasarkan Z-Score suatu perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam kriteria safe, area abu-abu atau distress.


(10)

4 Universitas Kristen Maranatha Apakah perusahaan-perusahaan textile dan garment yang telah go-public di Bursa Efek Indonesiapadatahun 2007-2009 termasuk kriteria safe, grey area atau distress?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah perusahaan-perusahaan textile dan garment yang telah

go-public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009 termasuk kriteria safe, grey area atau

distress.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan berguna bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Perusahaan tekstil dan garmen.

Memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya.

Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Z-Score Altman sebagai alat untuk memrediksi terjadinya kesuliatan keuangan (financial distress).

1.5. Rerangka Pemikiran

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering diartikan


(11)

5 Universitas Kristen Maranatha sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan. Kegagalan (failure) dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan kegagalan tidak harus menyebabkan rerunuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan ekonomis (economic failure) berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan (financial

failure) berarti perusahaan tidak memenuhi kewajiban pada waktunya harus dipenuhi, walaupun

harta totalnya melebihi kewajiban totalnya (Weston dan Brigham,1993: 474).

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur maupun pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan ini dapat diketahui melalui laporan keuangan.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan akan dapat memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, di mana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Pengaruh gabungan beberapa rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para


(12)

6 Universitas Kristen Maranatha analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.

Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah

multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah

perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.


(13)

53 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa analisis terhadap perusahaan textile dan garment dengan menggunakan metode

Z-Score Altman menunjukan tidak terdapat satupun perusahaan pada tahun 2007

sampai tahun 2009 yang berada pada kriteria safe, ini berarti semua perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan diprediksi akan mengalami distress.

Perusahaan yang masuk kriteria grey area sebanyak 6,25% atau 1 perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 12,5% atau 2 perusahaan pada tahun 2009. Ini berarti kinerja keuangan perusahaan berada pada kondisi “rawan bangkrut”, bila perusahaan dapat memperbaiki diri maka perusahaan dapat masuk kriteria safe, namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka perusahaan akan masuk pada perusahaan distress.

Perusahaan yang masuk kriteria distress sebanyak 93,75% atau 15 perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 87,5% atau 14 perusahaan pada tahun 2009. Ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, baik kepada karyawan maupun kreditur, bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan. Meskipun demikian, sampai saat ini perusahaan-perusahaan textile dan garment tersebut masih menjalankan usahanya.

5.2 Saran


(14)

54 Universitas Kristen Maranatha peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Selain menggunakan rasio Z-Score Altman, financial distress dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan internal maupun eksternal perusahaan seperti perubahan kondisi pasar, ekonomi, dan politik.

2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi atas kinerja yang telah dilakukan dan meningkatkan kinerja perusahaan agar tidak terjadi financial distress. Sehingga perusahaan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.


(15)

55 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Weston, J. Fred. dan Eugene F. Brigham.1993. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan. Jilid 1dan 2. Alih Bahas: Alfonsus Sirait. Erlangga, Jakarta. Weston, J. Fred. dan Eugene F. Brigham.1996. Manajemen Keuangan, Edisi

Kedelapan. Jilid 2. Alih Bahas: Yohanes Lamarto. Erlangga, Jakarta.

Riyanto, B. 2001. Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan, EdisiKeempat. Liberty, Yogyakarta. Wild, J. John, K. R. Subramanyam. dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan

Keuangan. Edisi 8. Buku 1 dan 2. Alihbahasa: Yanivi S. Bachtiardan S.

Nurwahyu Harahap. Salemba Empat, Jakarta.

Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan, Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Barlian Inge dan Sundjaja, Ridwan S. 2003. Manajemen Keuangan. PT Prenhallindo, Jakarta.

Evi Wardhani. 2007. Analisa Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan garment Go-Public Di Bursa Efek Jakarta.

Edward I. Altman. 2002. REVISITING CREDIT SCORING MODELS IN A BASEL 2

ENVIRONMENT. New York University.

Edward I. Altman. 2000. PREDICTING FINANCIAL DISTRESS OF COMPANIES:

REVISITING THE Z-SCORE AND ZETA® MODELS. New York University.

Joseph Swanson and Peter Marshall, Houlihan Lokey and Lyndon Norley, Kirkland & Ellis International LLP (2008). A Practitioner's Guide to Corporate

Restructuring, Andrew Miller’s Valuation of a Distressed Company page 24.

Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek


(1)

4 Universitas Kristen Maranatha

Apakah perusahaan-perusahaan textile dan garment yang telah go-public di Bursa Efek Indonesiapadatahun 2007-2009 termasuk kriteria safe, grey area atau distress?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah perusahaan-perusahaan textile dan garment yang telah go-public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009 termasuk kriteria safe, grey area atau

distress.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan berguna bagi beberapa pihak, antara lain:

1. Perusahaan tekstil dan garmen.

Memberikan informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. 2. Penelitian selanjutnya.

Memberikan referensi bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Z-Score Altman sebagai alat untuk memrediksi terjadinya kesuliatan keuangan (financial distress).

1.5. Rerangka Pemikiran

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering diartikan


(2)

5 Universitas Kristen Maranatha

sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan. Kegagalan (failure) dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan kegagalan tidak harus menyebabkan rerunuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan ekonomis (economic failure) berarti bahwa pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan (financial failure) berarti perusahaan tidak memenuhi kewajiban pada waktunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi kewajiban totalnya (Weston dan Brigham,1993: 474).

Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur maupun pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan ini dapat diketahui melalui laporan keuangan.

Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio keuangan. Rasio keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms

yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan akan dapat memberikan gambaran tentang baik atau buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya adalah univariate, di mana setiap rasio dianalisis secara terpisah. Pengaruh gabungan beberapa rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para


(3)

6 Universitas Kristen Maranatha

analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.

Formula Z-Score untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah

multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.


(4)

53 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa analisis terhadap perusahaan textile dan garment dengan menggunakan metode

Z-Score Altman menunjukan tidak terdapat satupun perusahaan pada tahun 2007 sampai tahun 2009 yang berada pada kriteria safe, ini berarti semua perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan diprediksi akan mengalami distress.

Perusahaan yang masuk kriteria grey area sebanyak 6,25% atau 1 perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 12,5% atau 2 perusahaan pada tahun 2009. Ini berarti

kinerja keuangan perusahaan berada pada kondisi “rawan bangkrut”, bila perusahaan

dapat memperbaiki diri maka perusahaan dapat masuk kriteria safe, namun bila perusahaan tidak segera memperbaiki diri maka perusahaan akan masuk pada perusahaan distress.

Perusahaan yang masuk kriteria distress sebanyak 93,75% atau 15 perusahaan pada tahun 2007 dan 2008, serta 87,5% atau 14 perusahaan pada tahun 2009. Ini berarti semua perusahaan tersebut berada dalam kondisi kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, baik kepada karyawan maupun kreditur, bila dibiarkan bisa mengarah pada kebangkrutan perusahaan. Meskipun demikian, sampai saat ini perusahaan-perusahaan textile dan garment tersebut masih menjalankan usahanya.

5.2 Saran


(5)

54 Universitas Kristen Maranatha

peneliti berikan adalah sebagai berikut:

1. Selain menggunakan rasio Z-Score Altman, financial distress dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor lain, baik yang berasal dari pengelolaan internal maupun eksternal perusahaan seperti perubahan kondisi pasar, ekonomi, dan politik.

2. Sehubungan dengan kondisi keuangan perusahaan, sebaiknya perusahaan melakukan evaluasi atas kinerja yang telah dilakukan dan meningkatkan kinerja perusahaan agar tidak terjadi financial distress. Sehingga perusahaan dapat menghindari kemungkinan terjadinya kebangkrutan.


(6)

55 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Weston, J. Fred. dan Eugene F. Brigham.1993. Manajemen Keuangan, Edisi Kesembilan. Jilid 1dan 2. Alih Bahas: Alfonsus Sirait. Erlangga, Jakarta. Weston, J. Fred. dan Eugene F. Brigham.1996. Manajemen Keuangan, Edisi

Kedelapan. Jilid 2. Alih Bahas: Yohanes Lamarto. Erlangga, Jakarta.

Riyanto, B. 2001. Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Umar, Husein. 1999. Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan, EdisiKeempat. Liberty, Yogyakarta. Wild, J. John, K. R. Subramanyam. dan Robert F. Halsey. 2005. Analisis Laporan

Keuangan. Edisi 8. Buku 1 dan 2. Alihbahasa: Yanivi S. Bachtiardan S. Nurwahyu Harahap. Salemba Empat, Jakarta.

Helfert, Erich. A. 1996. Teknik Analisis Keuangan, Edisi Kedelapan. Erlangga, Jakarta.

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan UPP AMP YKPN, Yogyakarta

Barlian Inge dan Sundjaja, Ridwan S. 2003. Manajemen Keuangan. PT Prenhallindo, Jakarta.

Evi Wardhani. 2007. Analisa Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan garment Go-Public Di Bursa Efek Jakarta.

Edward I. Altman. 2002. REVISITING CREDIT SCORING MODELS IN A BASEL 2 ENVIRONMENT. New York University.

Edward I. Altman. 2000. PREDICTING FINANCIAL DISTRESS OF COMPANIES: REVISITING THE Z-SCORE AND ZETA® MODELS. New York University. Joseph Swanson and Peter Marshall, Houlihan Lokey and Lyndon Norley, Kirkland &

Ellis International LLP (2008). A Practitioner's Guide to Corporate

Restructuring, Andrew Miller’s Valuation of a Distressed Company page 24.

Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa Efek Jakarta. Dalam KompakNo. 7. Januari-April .


Dokumen yang terkait

Penilaian Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode Altman Z-Score Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2009

5 36 79

ANALISIS PENGGUNAAN Z-SCORE ALTMAN DALAM MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT DI BURSA EFEK INDONESIA

3 74 17

ANALISIS PENGGUNAAN Z-SCORE ALTMAN DALAM MEMPREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT DI BURSA EFEK INDONESIA

1 67 19

Analisis tingkat kebangkrutan model altman dan foster pada perusahaan textile dan garment go public di bursa efek Indonesia periode tahun 2007-2009

0 25 184

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia.

0 0 6

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia.

0 2 19

ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO-PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 106

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta.

0 0 1

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Jakarta.

0 0 138

A. JUDUL : ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2013 - ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF

0 0 39