Analisis tingkat kebangkrutan model altman dan foster pada perusahaan textile dan garment go public di bursa efek Indonesia periode tahun 2007-2009
1 ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Disusun Oleh : KOSASIH 103081029231
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(2)
2 ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Sebagai Persyaratan Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Kosasih NIM : 103081029231
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM IndoYama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19690203 2001121 003 NIP. 19741127 2001121 002
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
3 ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN
MODEL ALTMAN DAN FOSTER
PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2007 – 2009)
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi syarat – syarat untuk meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh
KOSASIH
NIM : 103081029231 Dibawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM IndoYama Nasaruddin, SE, MAB
NIP. 19690203 2001121 003 NIP. 19741127 2001121 002
Penguji Ahli I Penguji Ahli II
Suhendra, SAg, MM M. Arief Mufraini, Lc, MSI
NIP. 19711206 2003121 001 NIP. 19770122 2003121 001
Penguji Seminar Proposal Skripsi
Ella Patriana, SE, MM NIP. 19690528 200801 2010
(4)
4
Hari ini tanggal 10 bulan mei tahun 2010 telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Kosasih nim 103081029231 dengan judul skripsi “ ANALISIS TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (PERIODE 2007 – 2009)” . Dengan memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Ketua Sekretaris
Indo Yama Nasaruddin,SE.MAB Titi Dewi Warninda,SE.MSI
NIP. 19741127 2001121 002 NIP. 19731221 2005012 002
Penguji Ahli
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM NIP. 19690203 2001121 003
(5)
5 KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS Jl. Ir. H. Juanda no.95, Ciputat 15412 Indonesia Telp : (62-21) 7493318, 7496006, 74715705
Fax : (62-21)7496006, 74715705 Website : www.uinjkt.ac.id email : feis@uinjkt.ac.id / uinjkt@indo.net.id
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Kosasih
NIM : 103081029231
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini di buat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 8 Juli 2010
(6)
6
Daftar Riwayat Hidup
Kosasih
Kebangsaan : Indonesia
Tempat Kelahiran : Jakarta
Tanggal Lahir : July 12nd 1984
Alamat : Perum. Dasana Indah TB3 no. 5 Kelapa Dua,
Serpong Tangerang
Nomor Telepon : 021 – 94078815
Handphone : 0813 – 88009917
Email : Shasibean@yahoo.com – Shasicbtl@gmail.com
IPK / GPA : 3, 51 (Cumlaude)
Pendidikan
Pendidikan Formal● Sekolah Dasar – SDN 07 Jakarta
● Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama – SLTP 204 Jakarta
● Sekolah Lanjutan Tingkat Atas – SLTA 94 Jakarta
● 2010 – Strata Satu (S1) Jurusan Manajemen Keuangan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Hobbi dan Ketertarikan
● Music ● Computer ● Game online, Nds, Psp
(7)
7
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the condition of the company and further to analyze the different levels of bankruptcies among companies Altman Model and Foster in Textiles and Garments Go - public on the Indonesia Stock Exchange the methodology used in this study using a different analysis test (t test) , so that the results obtained in this study occurred in a statistical difference between the results of Altman model analysis with Foster in 2007, this was due to test the hypothesis probability values smaller than 0.05, then Ho is rejected and the conclusion was also no difference statistical significance between the analysis using the Altman model and Foster in 2008 and 2009, and this is due to the results of hypothesis testing the probability values greater than 0.05, Ho is accepted that conclusion.
(8)
8 ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi perusahaan serta pula menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan
antara Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment
Go – Public di Bursa Efek Indonesia.Dan metodologi yang digunakan
didalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda (uji t), sehingga
hasil yang didapatkan didalam penelitian ini terjadi perbedaan secara
statistik antara hasil analisis Model Altman dengan Foster pada tahun
2007, hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai
probabilitasnya lebih kecil dari 0,05,oleh karena itu kesimpulannya Ho
ditolak dan pula tidak terdapat perbedaan secara statistik antara hasil
analisis menggunakan Model Altman dan Foster pada tahun 2008 dan
2009, dan hal ini disebabkan karena hasil pengujian hipotesis nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0,05, sehingga kesimpulannya Ho
diterima.
(9)
9 KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan curahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman
Dan Foster Pada Perusahaan Textile Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007 - 2009”. Shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan para pengikutnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan baik yang bersifat moral maupun materi, waktu, tenaga dan pikiran dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan, perhatian,
motivasi dan do’a serta saran-saran dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada kakak - kakak yang memberikan semangat kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing I dan
Pembantu Dekan I Bidang Akademik yang telah memberikan arahan serta petunjuk yang sangat penting sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Bpk Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB selaku Dosen Pembimbing II dan
Ketua Jurusan Manajemen yang dengan sabar dan telah meluangkan waktunya untuk membantu serta memberikan bimbingan yang sangat mendasar dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik.
4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bpk Arief Mufraini, Lc, Msi dan Bpk Suhendra, S.Ag, MM selaku Tim
Penguji Ujian Skripsi.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku Tim Penguji Ujian
Komprehensif sekaligus Tim Penguji Seminar Proposal bersama Ibu Ella Patriana, SE, MM.
7. Para Dosen dan staf pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya
Jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan selama masa perkuliahan.
(10)
10
8. Seluruh staf pegawai di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang
telah bersedia membantu dalam segala urusan administrasi selama masa perkuliahan dan pembuatan skripsi ini hingga selesai.
9. Keluarga dan kerabat yang tidak pernah bosan mengingatkan,
memberikan dukungan semangat dan motivasi serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Kawan-kawan Eral, Lilis, Hery, Dika, Ade, Ipung, Soni, Ajeng, Dada,
Rizky dan Faiz yang telah membantu dan berbagi informasi selama proses pembuatan skripsi ini.
11.Dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun
telah banyak membantu selama proses pembuatan skripsi ini.
Semoga atas semua bantuannya diberikan balasan yang setimpal dan pahala yang berlipat-lipat dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dari segi materi pembahasan maupun cara penyajiannya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan dan menghargai berbagai saran dan kritik yang bersifat membangun guna menwujudkan karya ilmiah yang lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan kemudahan bagi kita semua dalam meraih masa depan yang lebih baik. Amin.
Wassalamualaikum wr wb
Jakarta, 8 Juli 2010
(11)
11
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ………ii
PENGESAHAN KELULUSAN ………...iii
PENGESAHAN KOMPREHENSIF ………iv
PERNYATAAN ………v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………vi
ABSTRACT ………vii
ABSTRAK ………...viii
KATA PENGANTAR ………..ix
DAFTAR ISI ………..xi
DAFTAR TABEL ……….xiv
DAFTAR GAMBAR ……….xvi
DAFTAR LAMPIRAN ………...xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Identifikasi Masalah …...7
C. Pembatasan Masalah …...8
D. Perumusan Masalah …...9
(12)
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebangkrutan …...11
B. Penyebab Kegagalan Perusahaan …...14
C. Manfaat Informasi Kebangkrutan …...16
D. Analisis Laporan Keuangan …...17
E. Kerangka Pemikiran …...42
F. Hipotesis …...45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian …...46
B. Metode Penentuan Sampel …...46
C. Metode Pengumpulan Data …...47
D. Metode Analisis Data …...48
E. Operasional Variabel Penelitian …...50
F. Penelitian Terdahulu …...52
G. Pengujian Hipotesis …...55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian …...57
B. Rasio Keuangan Altman ...63
C. Rasio Keuangan Foster ...69
D. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman …….79
(13)
13
E. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster ……..90
F. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang – UndangKepailitan No. 37 Tahun 2004 ………..94
G. Pengujian Hipotesis …...97
H. Pembahasan …...106
I. Rasio Keuangan Altman …...107
J. Rasio Keuangan Foster …...115
K. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Altman……117
L. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 Model Foster …..121
M. Tingkat Kebangkrutan Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009, Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 ………..124
N. Interpretasi ………...126
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan …... 128
B. Implikasi …... 130
DAFTAR PUSTAKA …... 131
(14)
14 DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel A.2 Ringkasan Profil Perusahaan Textile dan Garment Go
Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 ………63
Tabel B.1 Rasio Keuangan Altman Perusahaan Textile dan
Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007 - 2009 …...64
Tabel B.2 Rasio Keuangan Foster Perusahaan Textile dan
Garment Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007 - 2009 …...69
Tabel E Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut
Model Altman …...81
Tabel H Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut Model Foster …...90
Tabel I.1 Daftar Perusahaan Yang Diprediksi Dalam Tiga Kategori
Yaitu Bangkrut, Rawan Bangkrut Dan Tidak Bangkrut Menurut Undang – Undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 .94
(15)
15
Tabel J.1 Hasil Means (Nilai rata – rata) Antara Z-score Model Altman
dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment Go Public di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 200...97
Tabel J.3 Hasil Uji F – hitung dan t – hitung Antara Z-score Model
Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile dan Garment
Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 – 2009 …100
(16)
16 DAFTAR GAMBAR
(17)
17 DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Perhitungan Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 133
Lampiran 2 Perhitungan Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 133
Lampiran 3 Perhitungan Earnings Before Interest and Taxes to Total
Assets Ratio (X3) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 134
Lampiran 4 Perhitungan Market Value Equity to Book Value of Total
Debt Ratio (X4) Tahun 2007 – 2009
Dalam Jutaan Rupiah) 134
Lampiran 5 Perhitungan Sales to Total Assets Ratio (X5) Tahun
2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 135
Lampiran 6 Rata – Rata Rasio Keuangan Altman Tahun 2007 – 2009 135
Lampiran 7 Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009 136
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Z-Score Altman Tahun 2007 – 2009 136
Lampiran 9 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2007 137
Lampiran 10 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2008 137
Lampiran 11 Nilai Cut – Off Z-Score Altman Tahun 2009 138
(18)
18
Tahun 2007 – 2009 138
Lampiran 13Perhitungan Transportation Expense to Operating Revenue
Ratio (X) Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah) 139
Lampiran 14Perhitungan Time Interest Earned Ratio (Y) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 139
Lampiran 15Rata – Rata Rasio Keuangan Foster Tahun 2007 – 2009 140
Lampiran 16Perhitungan Z-Score Foster Tahun 2007 – 2009 140
Lampiran 17 Hasil Perhitungan Z-Score Tahun 2007 – 2009 141
Lampiran 18 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2007 141
Lampiran 19Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2008 142
Lampiran 20 Nilai Cut – Off Z-Score Foster Tahun 2009 142
Lampiran 21Tingkat Kebangkrutan Model Foster Tahun 2007 – 2009 143
Lampiran 22Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung) Tahun 2007 – 2009
(Dalam Jutaan Rupiah) 143
Lampiran 23Tingkat Kebangkrutan MenurutUndang – Undang Kepailitan
(19)
19
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak mampu kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5).Perusahaan merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan tujuan utama untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4). Disamping itu ada pula tujuan lain
yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)
dalam persaingan, berkembang (growth) serta dapat
melaksanakan fungsi-fungsi sosial lainnya di masyarakat.
Harahap (2002: 69) menyatakan bahwa prinsip going concern
(kelangsungan usaha) menganggap bahwa perusahaan akan terus melaksanakan operasinya sepanjang proses penyelesaian proyek, perjanjian dan kegiatan yang sedang berlangsung.
Perusahaan dianggap tidak akan berhenti, ditutup atau
dilikuidasi dimasa yang akan datang.Perusahaan dianggap akan hidup dan operasi untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
Kemakmuran diartikan sebagai kesejahteraan dan
(20)
20
terhadap prospek masa depannya. Nilai masa depan merupakan keberlanjutan usaha bagi suatu perusahaan. Keberlanjutan usaha dapat dicapai, bila pengelolaan perusahaan dijalankan dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin sehingga sumber daya yang dimilki dapat dimanfaatkan secara efektif. Keberlanjutan usaha sangat penting bagi perusahaan dan bagi investor.
Salah satu dampak dari krisis moneter adalah
ditutupnya sejumlah peusahaan karena tidak mampu
mempertahankan going concernnya (kelangsungan usahanya).
Ketidakmampuan atau kegagalan perusahaan-perusahaan tersebut dapat disebabkan oleh dua hal, pertama yaitu kegagalan ekonomi dan yang kedua yaitu kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Selain itu, kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya historis investasi.
Perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika
perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo meskipun total aktiva melebihi total kewajibannya (Weston dan Brigham, 1993:474). Jatuh bangunnya perusahaan merupakan hal yang biasa. Kondisi yang membuat para investor dan kreditor merasa khawatir jika
(21)
21
perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress)
yang bisa mengarah kebangkrutan.
Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah
dengan munculnya Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang (Perpu) No. 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan.
Menurut Perpu No. 1, debitur yang terkena default (gagal
bayar) dapat dipetisikan bangkrut oleh dua kreditur saja. Resiko kebangkrutan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan , dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif
untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya
(22)
22
kemungkinan kebangkrutan (terlikuidasi) pada perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah maupun oleh stakeholders yang lain.
Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh
informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasilain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Analisis laporan keuangan tersebut meliputi perhitungan dan interpretasi rasio keuangan. Terjadinya likuidasi atau kebangkrutan pada sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar kalau proses kebangkrutan pada sebuah perusahaan dapat diprediksi lebih dini. Adanya tindakan untuk memprediksi terjadinya kebangkrutan tersebut, tentu saja akan dapat menghindari atau mengurangi resiko terjadinya kebangkrutan tersebut.
Secara empiris prediksi kebangkrutan atau likuidasi ini
dapat dibuktikan, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.
(23)
23
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi
kebangkrutan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun
sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut. Sektor textile
dan garment cukup menarik untuk dijadikan obyek penelitian karena derasnya produk-produk textile buatan luar negeri yang membanjiri pasaran di Indonesia, terutama produk textile
buatan Cina. Membanjirnya produk textile dari Cina membuat
kalang kabut produsen dalam negeri.
Kekhawatiran ini beralasan karena harga produk
mereka jauh dibawah harga textile dalam negeri, dan dari segi
kualitas tidak kalah bagusnya. Produk lokal harus
mempertahankan kualitasnya dengan menekan biaya serendah mungkin agar mampu bersaing dengan produk buatan luar negeri, karena produk luar negeri ditawarkan dengan harga
yang relative rendah. Perusahaan harus mempunyai
keunggulan kompetitif agar mampu bersaing dan tetap survive.
Berbagai kondisi tersebut di atas akhirnya akan memperburuk
kondisi perusahaan textile dan garment yang tidak tertutup
kemungkinan akan mengalami kebangkrutan dalam usahanya,
meskipun sebelumnya kita ketahui sektor industri textile dan
garment cukup memliki pangsa pasar yang bagus di dalam negeri. Salah satu indikator yang dapat kita gunakan untuk melihat perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan
(24)
24
berkembang, atau bahkan bangkrut adalah dengan melihat pendapatan bersih.
Sebagai salah satu contohnya dari data tahun 2007
sampai dengan 2009 (Sumber : Indonesian Capital Market),
dapat memperlihatkan bahwa sebagian besar perusahaan
industri textile dan garment mengalami kecenderungan
penurunan pendapatan bersih dan bahkan mengalami kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat
menghasilkan profit. Apabila keadaan ini terus – menerus
terjadi maka kelangsungan usaha akan terganggu, sebab dengan laba yang diperoleh perusahaan bisa mengembalikan pinjaman, bisa membiayai operasi perusahaan dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi.
Keuntungan atau laba merupakan sarana yang penting
untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, makin tinggi laba yang diperoleh diharapkan perusahaan akan mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang serta tangguh menghadapi persaingan. Perusahaan dituntut untuk seefisien mungkin dalam arti bahwa dalam pengorbanan tertentu yang diberikan maka dicapai hasil yang sebesar mungkin, maksudnya pengorbanan adalah modal usaha sedangkan hasilnya adalah laba usaha. Turunnya penjualan berakibat pada turunnya laba, bila itu terjadi dalam waktu berkepanjangan,
(25)
25
akan berdampak pada berkelanjutan usaha industri textile dan
garment. Oleh karena itu, perlu kajian tentang analisis kinerja
keuangan dengan menggunakan metode Z- Score model
Altman dan Foster untuk mengukur tingkat kebangkrutan pada
perusahaan textile dan garment go-public di Bursa Efek
Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan
masukan dan pertimbangan bagi manajemen perusahaan textile
dan garment mengenai kemungkinan terjadinya kebangkrutan agar dapat mengambil langkah pengambilan keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan kinerja melalui strategi yang cepat dan tepat demi peningkatan nilai perusahaan dimasa depan. Penelitian ini juga dapat menjadi masukan bagi
investor dalam mengambil keputusan investasi. Para investor
dapat berpikir dua kali untuk masuk ke saham textile dan
garment. Bila industri textile dan garment mengalami
kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk
tidak melakukan investasi.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka
penelitian ini mengambil judul “ANALISIS TINGKAT
KEBANGKRUTAN MODEL ALTMAN DAN FOSTER PADA PERUSAHAAN TEXTILE DAN GARMENT
(26)
26
B. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi beberapa masalah diantaranya :
1. Menganalisis kemampuan model Altman dalam mengukur
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
2. Menganalisis kemampuan model Foster dalam mengukur
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
3. Melihat perbedaan antara model Altman dan model Foster
dalam mengukur tingkat kebangkrutan suatu perusahaan.
C. Pembatasan Masalah
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda
kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena
manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur-kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.
Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan
likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan bisa dilihat
(27)
27
sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat.
Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi
kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.
D. Perumusan Masalah
Mengadakan interpretasi atau analisa terhadap laporan
finansiil suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi
penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan dan
perkembangan finansiil dari perusahaan yang bersangkutan,
sehingga dapat diketahui kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan keadaan yang terdapat di perusahaan,
maka timbul permasalahan :
1. Apakah kondisi perusahaan tersebut terjadi kebangkrutan
dengan menggunakan model Altman dan Foster pada
perusahaan Textille dan Garment Go-Public di Bursa Efek
(28)
28
2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa efek Indonesia ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas dan maka
tujuan dan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :
1.Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis kondisi perusahaan tersebut terjadi
kebangkrutan dengan menggunakan Model Altman dan Foster
pada perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia.
b. Untuk menganalisis perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian
a. Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini merupakan media untuk belajar memecahkan masalah secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh dibangku kuliah.
b. Bagi civitas akademik, peneliti ini dapat menambah
informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian bagi peneliti lebih lanjut.
(29)
29
c. Untuk dunia praktis, dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat mengambil langkah dan keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahaan tersebut serta memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan
tersebut. Bagi Investor penelitian ini dapat digunakan dalam
mengambil keputusan investasi. Bila industri textile dan
garment mengalami kebangkrutan maka investor dapat segera menarik diri untuk tidak melakukan investasi.
(30)
30 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebangkrutan
1. Pengertian umum
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan No. 4 tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih krediturnya ( Yani dan Widjaja, 2004: 153 ).
Emiten atau perusahaan publik yang gagal atau tidak
mampu menghindari kegagalan untuk membayar
kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak
terafiliasi, maka emiten atau perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan mengenai pinjaman termasuk jumlah pokok dan bunga, jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, penggunaan pinjaman dan alasan kegagalan atau ketidakmampuan menghindari kegagalan kepada Bapepam
(31)
31
tercatat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kedua sejak
emiten atau perusahaan publik mengalami kegagalan atau mengetahui ketidakmampuan untuk menghindari kegagalan dimaksud (Br Ferdinand D. Saragih,2005: 14).
Kesulitan keuangan jangka pendek bisa berkembang
menjadi kesulitan tidak solvable, dan perusahaan bisa
dilikuidasi atau direorganisasi. Likuidasi dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau diteruskan. Reorganisasi dipilh apabila nilai perushaan kalau diteruskan lebih besar dibandingakn nilai likuiditas (Harahap dan Syafri,2002 : 140).
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan semakin baik bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntasi (Ross, 2005: 156).
Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat. Kesulitan keuangan
(32)
32
bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang paling berat (Pindado,et.al, 2002: 135).
Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan.
(Karen Wruck dalam Ross, 2005: 158).
Pendekatan univariate bisa dipakai untuk memprediksi
kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan berbeda dengan distribusi variabel keuangan untuk perusahaan yang tidak mengalami kesulitan keuangan. Jika
beberapa variabel dipakai untuk memprediksi, ada
kemungkinan hasil yang saling bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semcam itu metode prediksi
multivariate bisa digunakan. (Platt,H: 2004)
Kegagalan (Failure) dapat didefinisikan dalam
beberapa cara dan kegagalan tidak harus menyebabkan
keruntuhan atau pembubaran perusahaan. Kegagalan
(33)
33
menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan keuangan berarti jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada wakunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi kewajiban toatalnya (Weston dan Brigham, 1993: 474).
B. Penyebab Kegagalan Perusahaan
Menurut R. Agus Sartono (2001), ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu :
1. Perusahaan yang menghadapi technically insolvent, jika
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi asset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.
2. Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai
asset perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan.
3. Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.
Sebab utama kegagalan sebuah perusahaan adalah manajemen perusahaan yang kurang kompeten (Weston dan Brigham, 1993: 474).
Sementara menurut Bambang Riyanto (2001: 315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu
(34)
34
perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Sebab intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri, yang meliputi sebab finansiil maupun
non finansiil.
a. Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi :
1). Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang berat bagi perusahaan.
2). Adanya “current liabilities” yang terlalu besar diatas
“current assets”
3). Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya “
Bad-Debts” (piutang tak tertagih).
4). Kesalahan dalam “dividend-policy”
5). Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
b. Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil
meliputi :
1). Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan, yaitu antara lain :
a). Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan.
b). Kesalahan dalam penentuan produk yang
dihasilkan.
(35)
35
2). Kurang baiknya struktur oragnisasi perusahaan. 3). Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan
4). Adanya “managerial incompetence”
a). Kesalahan dalam policy pembelian .
b). Kesalahan dalam policy produksi.
c). Kesalahan dalam policy marketing.
d). Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan.
2. Sebab ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal
dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain :
a). Adanya persaingan yang hebat.
b). Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkannya.
c). Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.
C. Manfaat Informasi Kebangkrutan
Menurut Hanafi dan Halim (2000: 261) Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak seperti berikut ini:
1. Pemberi Pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan
(36)
36
kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.
2. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya
perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor
yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model
prediksi kebangkrutan untuk melilhat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.
3. Pemerintah
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah juga mempunyai badan-badan usaha yang harus selalu diawasi.
Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
4. Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai
(37)
37
5. Manajemen
Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka tindakan-tindakan penghematan bisa
dilakukan yang berkaitan dengan munculnya biaya
kebangkrutan. Misalnya dengan merger atau restrukturisasi
keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.
D.Analisis Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, oleh para pemilik perusahaan dan juga diharapkan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan (Baridwan, 2001: 17).
Laporan Keuangan merupakan produk dari akuntasi, begitu juga interpretasi laporan keuangan juga merupakan salah satu fungsi pokok dari akuntansi.
Perusahaan menyediakan informasi akuntansi karena
memilki stakeholders yang bervariasi seperti pemegang
saham, pemegang obligasi, banker, kreditur, supplier,
karyawan dan manajemen. Para stakeholders perlu
(38)
38
Mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut maka laporan keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan kelayakannya. Oleh karena itu, dalam melaksanakan proses akuntasi tersebut, perlu mendasarkan diri dengan adanya
konsep dasar (basic assumption) dan prinsip-prinsip yang
diterima umum. Untuk itu mereka bergantung pada laporan keuangan perusahaan yang diumumkan secara periodik untuk menyediakan informasi mendasar tentang kinerja keuangan perusahaan (Asquith,P,1991: 34).
Laporan keuangan berisi informasi tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan datang. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989 adalah laporan Direksi yang mencakup kebijaksanaan keuangan perusahaan, neraca, perhitungan laba rugi, sumber dan penggunaan dana, penerimaan dan pengeluaran kas (arus kas) dan perubahan modal.
Analisis kinerja keuangan merupakan suatu
interpretasi atau analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Hal ini karena
(39)
39
menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
740/KMK.00/1989, pengertian kinerja itu sendiri adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.
a. Jenis Laporan Keuangan
Analisis kinerja keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting di samping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu perusahaan (Munawir,2000: 26) yaitu :
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis untuk menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Ada tiga elemen pokok dalam neraca yaitu aktiva yang menggambarkan keputusan penggunaan dana atau keputusan investasi dimasa lalu, sedang hutang dan modal (passiva) menunjukkan asal sumber dana untuk kepentingan pendanaan dimasa lalu tersebut. Pos-pos pada neraca disusun mulai dari yang paling likuid, mudah dicairkan menjadi uang tunai sampai yang paling tidak likuid.
(40)
40
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun
secara sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang
diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Prinsip-prinsip yang umum diterapkan dalam laporan laba rugi adalah :
a. Bagian pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau
memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang
atau service yang dijual sehingga diperoleh laba kotor.
b. Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operasional yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum atau administrasi (operating expenses).
c. Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh dari luar organisasi pokok perusahaan yang diikuti dengan
biaya-biaya yang terjadi diluar usaha pokok perusahaan (non
operating atau financial income dan Expenses).
d. Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil
(extra ordinary) diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan. Laporan keuangan ini memperlihatkan laporan hasil kegiatan atau operasional perusahaan selama suatu periode tertentu. Ikhtisar perubahan posisi keuangan memperlihatkan keefektifan manajemen dalam menyerap
(41)
41
dana dan menyalurkannya. Jenis dana yang diserap dan jenis
penyaluran dana juga mencerminkan profesionalisme dari
manajemen yang ada. 3. Laporan Aliran Kas
Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas menggambarkan aliran kas yang masuk dan yang keluar pada suatu periode tertentu yang meupakan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan yaitu operasi, investasi dan pendanaan.
Laporan aliran kas mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai berapa besar dan kemana saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkan apakah perusahaan sedang maju atau akan mengalami kesulitan keuangan.
Laporan keuangan menjadi sangat penting karena memberikan input yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, resiko, timing aliran kas, yang
(42)
42
kesemuanya akan memberikan pengaruh harapan pihak-pihak yang berkepentingan. Harapan tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi nilai perusahaan (Supardi dan Mastuti,2003: 78).
a. Jenis Analisa Laporan Keuangan
Dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, pada dasarnya ada beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan yaitu :
1. Analisa Internal
Merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja.
2. Analisa Eksternal
Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan
oleh pihak-pihak di luar manajemen perusahaan misalnya
bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang
mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang
(43)
43
sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum
pihak eksternal melakukan kerjasama financial dengan
perusahaan tersebut.
3. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis)
Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan
data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar
pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat
perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan.
4. Analisa Vertikal (Analisa Statis)
Analisa vertikal, merupakan analisa laporan keuangan
yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya lapoaran keuangan atau hasil usaha periode itu saja. b. Analisis Rasio keuangan
Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan
adanya ukuran atau “yard-stick” tertentu. Ukuran yang sering
digunakan dalam analisis keuangan adalah “rasio”. Pengertian
(44)
44
“arithmetical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang
lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio akan
dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan tentang posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2000:64).
Penganalisa keuangan dalam mengadakan analisa rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukan dengan dua macam cara pembanding yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan
rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (ratio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain yang sejenis atau industry (rasio
industry/rasio rata-rata/ratio standard) untuk waktu yang sama (Riyanto, 2001:329).
(45)
45
c. Penggolongan Angka Rasio
Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Berdasarkan sumber datanya angka rasio digolongkan sebagai berikut : (Riyanto,2001: 330)
1. Rasio neraca (balance sheet ratios) yaitu semua rasio yang
datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya
current ratio, acid test ratio, dan sebaginya.
2. Rasio laporan laba rugi (income statement ratios) yaitu
semua rasio yang datanya diambil atau bersumber dari laporan
laba rugi misalnya gross profit margin, net operating margin,
operating ratio dan sebagainya.
3. Rasio antar laporan (interestatement ratios) yaitu semua
rasio yang datanya diambil atau bersumber dari neraca dan data lainnya dari laporan laba rugi, misalnya tingkat
perputaran persediaaan (inventory turnover), tingkat
perputaran piutang (Accounting receivable turnover), assets
turnover dan sebagainya.
Menurut Edward Altman (2000:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut :
1. Rasio likuiditas adalah rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur likuiditas perusahaan misalnya current ratio, acid
(46)
46
2. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk
mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan yang
dibiayai dengan utang, misalnya total debt to total asset ratio,
total debt to total capital asset, long debt to equity ratio, tangible asset debt coverage, time interest earned ratio.
3. Rasio aktivitas adalah rasio-rasio yang digunakan untuk
mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dayanya, misalnya total asset
turnover, receivableturnover, average collection period, inventory turnover, average days inventory, working capital turnover.
Dalam menganalisa dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan-kemajuan perusahaan, faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian adalah :
a. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu : (Riyanto,2001: 332).
(47)
47
1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Aktiva Lancar
Rasio Lancar = Hutang Lancar
2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancar diluar persediaan.
Aktiva Lancar - persediaan
Rasio Cepat = Hutang Lancar
3. Rasio kas (cash ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhihutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya yang paling likuid.
Kas + Effect
Rasio Kas = Hutang Lancar
4. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to
total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
(48)
48
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Rasio Modal Kerja = Total Aktiva
b. Rasio Aktifitas
Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauhmana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya :
1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.
Piutang x 360 hari
Rasio Periode Pengumpulan Piutang = Penjualan Kredit
2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk
mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya.
Penjualan Kredit
(49)
49
3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat
efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan.
Harga Pokok Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Persediaan = Rata – rata Persediaan
4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauhmana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya.
Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap
5. Rasio tingkat perputaran total aktiva menunjukkan
efektifitas penggunaan total aktiva.
Penjualan
Rasio Tingkat Perputaran Total Aktiva = Aktiva Tetap
c. Rasio Leverage atau Solvabilitas
Rasio leverage atau solvabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk
dalam rasio leverage atau solvabilitas diantaranya :
1. Rasio Hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
(50)
50
Total Hutang
Rasio Hutang = Total Aktiva
2. Rasio Kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio)
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.
Total Hutang
Rasio Kewajiban terhadap Modal = Total Modal Sendiri
3. Time interest earned ratio mengukur kemapuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bung dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga.
Laba Operasi
Time Interest Earned Ratio = Beban Bunga per Tahun
4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar.
Hutang Lancar
(51)
51
5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar.
Hutang Tidak Lancar
Rasio kewajiban Tidak Lancar = Total Aktiva
d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas
Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau
profitbilitas diantaranya (Riyanto, 2001: 332) :
1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga
pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan
manajemen untuk meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan.
Laba Kotor
Marjin Laba Kotor = Penjualan Bersih
2. Marjin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha
(52)
52
dan harga pokok penjualan dalam hubungannya denga penjualan yang dilakukan.
Laba Usaha
Marjin Laba Usaha = Penjualan Bersih
3. Marjin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk mengahsilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan.
Laba Bersih Marjin Laba Bersih = Penjualan Bersih
4. Return on Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal
mungkin sehingga dicapai laba bersih yang
diinginkan.(Weston dan Copeland, 2003)
(EBIT) Laba Usaha
ROI = Total Aktiva
Analisis perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan memungkinkan manajer keuangan untuk
mengevaluasi dengan cepat. Dengan rasio keuangan juga memungkinkan perbandingan jalannya perusahaan dari waktu
(53)
53
ke waktu serta mengidentifikasi perkembangannya.
(Muslich,2000: 61)
Walaupun rasio-rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna dalam proses analisis kinerja keuangan perusahaan, analisis rasio mempunyai keterbatasan yang berasal dari kenyataan bahwa pada dasarnya metodologinya
adalah univariate, dimana setiap rasio dianalisis secara
terpisah. Pengaruh gabungan rasio hanyalah berdasarkan pertimbangan para analisis keuangan. Jadi untuk mengurangi kelemahan analisis rasio ini, adalah penting menggabungkan beberapa rasio menjadi suatu model peramalan yang berarti. Ada dua teknik statistik, yaitu analisis regresi dan analisis diskriminan yang telah sering digunakan untuk tujuan ini.
a. Multiple Discriminant Analysis
Analisis ini diskriminan adalah suatu analisis yang
menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan
penggolongan suatu observasi ke dalam salah satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Misalnya seorang analisis keuangan memiliki beberapa rasio keuangan dari sebuah perusahaan dan ingin menggunakan rasio tersebut untuk menggolongkan perusahaan itu masuk kategori bangkrut atau tidak.
(54)
54
Multiple Discriminant Analysis atau analisis pembeda ganda merupakan suatu metodologi formal yang digunakan
untuk memperkecil rasio dan untuk mempertinggi
kerepresentatifan rasio keuangan yang dipilih sebagai
variabel. Model analisis semacam ini dapat digunakan untuk:
1. Memprediksi kebangkrutan perusahaan
2. Mengevaluasi atas prospek perusahaan secara individual
3. Menilai kelayakan dan kewajaran suatu rencana oragnisasi dalam memutuskan alternatif - alternatifnya.
b. Analisis Z-score Model Altman
Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan usaha. Salah satu studi tentang
prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analysis yang
dilakukan oleh Altman yaitu analisis Z-score. Z-score adalah
skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan
kebangkrutan perusahaan. Formula Z-score untuk
memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah
multivariate formula yang digunakan untuk mengukur
(55)
55
Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara
perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-score
Altman ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Z-score = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets)
X2 = laba yang ditahan terhadap total harta (retained earning
to total Assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (earning before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Presentase rasio ke 1 sampai dengan ke 4 dihitung dengan presentase penuh, sedang untuk rasio ke 5 dihitung dengan presentase normal. Kriteria yang digunakan untuk
(56)
56
memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan model ini adalah :
Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,81 sampai 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu, dengan
nilai “cut-off” untuk indeks ini adalah 2,675 (Muslich,
2000:60).
Karena banyak perusahaan yang tidak go-public
sehingga tidak mempunyai nilai pasar, maka Altman mengembangkan model alternatif dengan menggantikan
variabel X4 yang semula merupakan perbandingan nilai pasar
modal sendiri dengan nilai buku total hutang, menjadi perbandingan nilai saham biasa dan preferen dengan nilai buku total hutang. Model Altman hasil revisi tahun 1983 inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini.
(57)
57
Persamaan hasil revisi tersebut adalah :
Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets)
X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained
earnings to total assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (earnings before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
(Supardi dan Mastuti, 2003: 80).
Dalam model tersebut perusahaan yang mempunyai skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area atau daerah kelabu.
(58)
58
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Altman yaitu :
Current Assets – Current Liabilities
1. Working Capital to T.A = Total Assets
Retained Earnings
2. Retained earnings to total assets = Total Assets
EBIT
3. EBIT to total assets = Total Assets
Market Value Equity
4. MVE to BVTD = Book Value of Total Debt
Sales
5. Total Assets Turnover = Total Assets
Kelima Rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut. Dalam manajemen keuangan rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ini dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :
1. Rasio likuiditas yang terdiri dari X1
(59)
59
3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto,
2001:330).
Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total
assets) digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas
perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti
ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal menurun, penambahan utang yang tak terkendali dan beberapa indikator lainnya.
2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total
assets) digunakan untuk mengukur profitabilitas kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Umur perusahaan berpengaruh terhadap rasio tersebut karena semakin lama perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba ditahan.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada umumnya akan menunjukkan hasil rasio
(60)
60
yang rendah, kecuali yang labanya sangat besar pada masa awal berikutnya.
1. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta
(earnings before interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam mengahasilkan laba dari aktiva yang digunakan.
Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabiliats perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
2. Nilai Pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market
value equity to book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan perusahaan menjadi pailit. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham prefer, sedangkan hutang mencakup hutang lancar dan hutang jangka panjang.
(61)
61
3. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Analisis diskriminan dilakukan untuk memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dengan menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan dua sampai dengan lima tahun sebelum perusahaan tersebut diprediksi bangkrut.
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Analisis diskriminan bermanfaat bagi perusahaan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan dan keberlanjutan usahanya. Semakin awal suatu perusahaan memperoleh peringatan kebangkrutan, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan dapat memberikan gambaran dan harapan yang mantap terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.
(62)
62
c. Analisis Z-score Model Foster
George Foster dalam bukunya yang berjudul “Financial Statement Analysis” melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan-perusahaan kereta api di Amerika Serikat periode 1970-1971. Semula ia
menggunakan Univariate models dengan menggunakan dua
variabel rasio secara terpisah, yaitu Transportation Expense to
Operating revenue ratio (TE/OR Ratio) dan Time Interest Earned Ratio (TIE Ratio).
Kemudian Foster mencoba menerapkan sampel
perusahaan yang sama untuk dianalisis dengan Multivariate
Models, yaitu :
Z-score = aX + bY
Keterangan : X = TE/OR Y = TIE
Rasio yang pertama menjelaskan seberapa besar biaya operasi dibandingkan dengan penghasilan, sedangkan rasio kedua menunjukkan seberapa besar laba operasi apabila dibandingkan dengan bunga yang harus dibayar. Dengan
menggunakan data yang sama seperti Univariate Models,
(63)
63 Z-Score = -3,366 X + 0,657 Y
Persamaan ini kemudian kita perguankan untuk menyusun peringakat nilai-nilai Z untuk semua perusahaan yang diambil sebagai sampel. Setelah itu dicari “Cut-off point” untuk memisahkan perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Dalam hal ini Foster mempergunakan “Cut-Off point”
Z = 0,640, sehingga perusahaan yang mempunyai Z < 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang bangkrut, sedangkan jika Z > 0,640 termasuk dalam kelompok perusahaan yang tidak bangkrut. Studi ini dinilai berhasil karena dari 10 perusahaan hanya terdapat 1 perusahaan yang salah dalam pengelompokan (Husnan, 2002:685).
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Foster yaitu :
Transportation Expense
1. TE/TO = Operating Revenue
EBIT
(64)
64 D. Kerangka Pemikiran
Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan
mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan
usahanya. Kebangkrutan biasanya dihubungkan dengan kesulitan keuangan. Kesehatan suatu perusahaan bisa digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ke titik yang tidak sehat yang paling ekstrim.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh
peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal
kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.
Bagi setiap perusahaan penyusunan lapporan
keuangan merupakan hal penting, laporan keuangan sendiri
merupakan hal mutlak bagi perusahaan yang go-public.
Melalui laporan keuangan dapat dilihat kinerja keuangan perusahaan yang meliputi posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.
(65)
65
kebangkrutan perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan.
Laporan keuangan adalah Ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan unutk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan dan juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lainnya yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan.
(66)
66
Secara sistematis kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti bagan dibawah ini :
Laporan Keuangan Perusahaan
Z-Score Model Altman
1. Working Capital to Total Assets Ratio
2. Retained Earnings to Total Assets Ratio
3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio 4. Market Equity to Book Value of Total Debt Ratio
5. Sales to Total Assets Ratio
Z-Score Model Foster 1. Transportation Expense to Operating Revenue Ratio ( TE/OR Ratio )
2. Time Interest Earned Ratio
( TIE Ratio )
(67)
67 B. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu anggapan yang masih harus diuji kebenarannya, digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2002: 64).
Penelitian ini menggunakan uji beda (uji t) untuk mengetahui apakah ada perbedaan secara statistik tingkat kebangkrutan antara Model Altman dan Foster pada
Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek
Indonesia.
Berdasarkan Landasan teori dan kerangka berfikir diatas, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha : Bahwa ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara Model
Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan Garment
go-public di Bursa Efek Indonesia.
Ho : Bahwa tidak ada perbedaan tingkat kebangkrutan antara
Model Altman dan Foster pada perusahaan Textile dan
(68)
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup PenelitianPada penelitian kali ini, yang menjadi titik perhatian suatu penelitian dalam skripsi ini adalah penggunaan laporan keuangan perusahaan sebelum terjadi kebangkrutan untuk
mengukur tingkat kebangkrutan pada perusahaan Textile dan
Garment go-public di Bursa Efek Indonesia 2007 – 2009.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2002: 108). Dalam penelitian ini seluruh anggota populasi menjadi subjek yang akan diteliti. Adapun populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan industri textile dan garment go-public di Bursa
efek Indonesia periode tahun 2007 sampai periode 2009.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu ( Arikunto, 2002:117). Kriteria tersebut adalah :
(69)
69
1. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selam 3 tahun berturut-turut yaitu tahun 2007,2008 dan tahun 2009.
2. Laporan Keuangan harus mempunyai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember.
3. Perusahaan harus sudah listing pada awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
Perusahaan yang bergerak pada industri textile dan
garment go-public di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai 2009 hingga saat ini berjumlah 19 perusahaan, namun menurut hasil klasifikasi tersebut ternyata hanya ada 15 perusahaan yang memenuhi kriteria.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak
lain dalam bentuk laporan bulanan antara lain JSX Monthly
(Sekarang manjadi IDX atau Indonesia Stock Exchange) yang
diperoleh dari publikasi BEI, publikasi Bank Indonesia yang
diperoleh dari website www.idx.co.id dan www.bi.go.id dan
(70)
70
2
.
Kepustakaan :Pengumpulan data ini juga dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisa literatur-literatur yang bersumber dari buku-buku, jurnal, artikel dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, apabila dalam penelitian tersebut bermaksud untuk mengambil kesimpulan dari masalah yang diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan suatu cara atau metode analisis data. Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterpretasikan sehingga laporan yang dihasilkan mudah dipahami.
1. Analisis Z-score model Altman
Dengan fungsi sebagai berikut :
Z-score = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Keterangan :
X1 = Modal kerja terhadap Total harta (working capital to
(71)
71
X2 = Laba yang ditahan terhadap total harta (retained
earnings to total assets)
X3 = Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total
harta (Earnings before interest and taxes to total assets)
X4 = Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang
(market value equity to book value of total debt)
X5 = Penjualan terhadap total harta (sales to total assets)
Dengan klasifikasi skor Z > 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, sedangkan perusahaan yang mempunyai skor Z < 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan potensial bangkrut. Selanjutnya skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaaan pada grey area atau daerah kelabu.
2. Analisis Z-score Model Foster
Dengan fungsi persamaan sebagai berikut :
Z-score = -3,366X + 0,657Y
Keterangan :
X = Transportation Expense to Operating Revenue Ratio
(TE/OR Ratio)
(1)
179
Lampiran 20
Nilai Cut – Off Z-Score Foster
Tahun 2009
No
< 0.640 > 0.640
Bangkrut Tidak Bangkrut
1 -0.220
2 0.047
3 -0.850
4 -0.546
5 0.182
6 -1.088
7 -1.793
8 -0.976
9 3.664
10 -1.105
11 1.337
12 -27.930
13 2.042
14 -0.053
15 0.058
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan Z-Score
Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk
GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk
Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk
(2)
180
Lampiran 21
TINGKAT KEBANGKRUTAN MODEL FOSTER
TAHUN 2007 – 2009
No Nama Perusahaan
Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi
1 -0.326 Bangkrut -0.110 Bangkrut -0.220 Bangkrut
2 -0.252 Bangkrut -5.055 Bangkrut 0.047 Bangkrut
3 2.110 Tidak Bangkrut 0.571 Bangkrut -0.850 Bangkrut
4 -0.963 Bangkrut 1.913 Tidak Bangkrut -0.546 Bangkrut
5 -0.756 Bangkrut 13.388 Tidak Bangkrut 0.182 Bangkrut
6 -0.205 Bangkrut -0.201 Bangkrut -1.088 Bangkrut
7 -1.361 Bangkrut -1.869 Bangkrut -1.793 Bangkrut
8 -12.176 Bangkrut 0.052 Bangkrut -0.976 Bangkrut
9 -0.691 Bangkrut -2.615 Bangkrut 3.664 Tidak Bangkrut
10 -0.604 Bangkrut -1.627 Bangkrut -1.105 Bangkrut
11 -4.930 Bangkrut 4.145 Tidak Bangkrut 1.337 Tidak Bangkrut
12 -1.12 Bangkrut -0.441 Bangkrut -27.930 Bangkrut
13 -4.121 Bangkrut 0.069 Bangkrut 2.042 Tidak Bangkrut
14 0.515 Bangkrut 12.447 Tidak Bangkrut -0.053 Bangkrut
15 1.014 Tidak Bangkrut 0.059 Bangkrut 0.058 Bangkrut
Karwell Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk
Tifico Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk
(3)
181
Lampiran 22
Perhitungan Debt Ratio (Ratio Hitung)
Tahun 2007 – 2009 (Dalam Jutaan Rupiah)
No
2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 2816389 1915103 2048469 2687344 2592556 2576148 98% 74% 80%
2 2277498 2124752 1983059 2265174 2125970 1759150 101% 100% 113%
3 14805 13884 546606 40856 40096 830457 36% 35% 65%
4 339660 262717 297078 418678 290042 298389 81% 91% 100%
5 276107 214371 198378 664935 574093 543566 42% 37% 36%
6 7798613 6601155 3079865 6637499 6239217 4549288 117% 106% 68%
7 2820089 2581733 2743174 4837746 4530166 4937424 58% 57% 56%
8 422433 369948 475660 491824 412820 514999 86% 90% 92%
9 654383 633908 606634 780672 717711 709778 84% 88% 85%
10 1708635 1592882 837849 2010353 1863039 1113478 85% 85% 75%
11 66895 38171 46019 140844 112292 126772 47% 34% 36%
12 246508 246419 78120 260766 263827 297377 95% 93% 26%
13 48751 50634 52236 301737 309646 322871 16% 16% 16%
14 530594 574359 633075 811519 913734 923895 65% 63% 69%
15 1425160 1385908 1888334 2279387 2123547 2547453 63% 65% 74%
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk Daeyu Orchid Indonesia Tbk
Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk
Nama Perusahaan Total Hutang Total Aktiva Rasio Hutang
Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk
Tifico Tbk GT Petrochem Industries Tbk
Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk
(4)
182
Lampiran 23
TINGKAT KEBANGKRUTAN MENURUT
UNDANG – UNDANG KEPAILITAN NO. 37 TAHUN 2004 TAHUN 2007 – 2009
No Nama Perusahaan
Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi Ratio Hutang Prediksi 1 98% Bangkrut 74% Bangkrut 80% Bangkrut 2 101% Bangkrut 100% Bangkrut 113% Bangkrut 3 36% Tidak Bangkrut 35% Tidak Bangkrut 65% Bangkrut 4 81% Bangkrut 91% Bangkrut 100% Bangkrut 5 42% Tidak Bangkrut 37% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut 6 117% Bangkrut 106% Bangkrut 68% Bangkrut 7 58% Bangkrut 57% Bangkrut 56% Bangkrut 8 86% Bangkrut 90% Bangkrut 92% Bangkrut 9 84% Bangkrut 88% Bangkrut 85% Bangkrut 10 85% Bangkrut 85% Bangkrut 75% Bangkrut 11 47% Tidak Bangkrut 34% Tidak Bangkrut 36% Tidak Bangkrut 12 95% Bangkrut 93% Bangkrut 26% Tidak Bangkrut 13 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 16% Tidak Bangkrut 14 65% Bangkrut 63% Bangkrut 69% Bangkrut 15 63% Bangkrut 65% Bangkrut 74% Bangkrut
Daeyu Orchid Indonesia Tbk
2007 2008 2009
Apac Citra Centertex Tbk Argo Pantes Tbk
Tifico Tbk Eratex Djaja Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk
GT Petrochem Industries Tbk Indorama Synthetics Tbk
Karwell Indonesia Tbk Panasia Filament Inti Tbk
Panasia Indosyntec Tbk Pan Brothers Tex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk
Roda Vivatex Tbk Sunson Textile Manufacture Tbk
(5)
183
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster
pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Hasil Group Statistics Antara Z-Score Model Altman dan Foster
pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode )
Group Statistics
15 .90887 1.054604 .272298
15 -1.59107 3.411905 .880950
15 .89520 .998028 .257690
15 1.38173 5.109408 1.319243
15 1.02880 .935213 .241471
15 -1.81540 7.356798 1.899517
ALTMAN & FOSTER 1
2 1 2 1 2 ALTMAN & FOSTER 2007 ALTMAN & FOSTER 2008 ALTMAN & FOSTER 2009
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Group Statistics
45 .94422 .976054 .145502
45 -.67491 5.603818 .835368
ALTMAN DAN FOSTER 1
2 ALTMAN DAN FOSTER
N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
(6)
184
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman
dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara periode )
Hasil Independent Samples Test Antara Z-Score Model Altman
dan Foster pada Perusahaan Textile dan Garment Go-Public di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 – 2009. ( dihitung secara akumulasi periode)
Independent Samples Test
4.547 .042 2.711 28 .011 2.499933 .922073 .611152 4.388715 2.711 16.651 .015 2.499933 .922073 .551417 4.448449 8.921 .006 -.362 28 .720 -.486533 1.344175 -3.239952 2.266885 -.362 15.067 .722 -.486533 1.344175 -3.350470 2.377403 2.849 .103 1.485 28 .149 2.844200 1.914804 -1.078098 6.766498 1.485 14.452 .159 2.844200 1.914804 -1.250619 6.939019 Equal variances
assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed ALTMAN & FOSTER 2007
ALTMAN & FOSTER 2008
ALTMAN & FOSTER 2009
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
6.540 .012 1.909 88 .059 1.619133 .847945 -.065979 3.304245 1.909 46.667 .062 1.619133 .847945 -.087033 3.325299 Equal variances
assumed Equal variances not assumed ALTMAN DAN FOSTER
F Sig.
Levene's Test for Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
Difference Lower Upper 95% Confidence
Interval of the Difference t-test for Equality of Means