Evaluasi Jaringan Drainase Perkotaan Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) di Kota Sumenep JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

EVALUASI JARINGAN DRAINASE PERKOTAAN BERBASIS SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG) DI KOTA SUMENEP
Ferry Agrianto1), Rr. Rintis Hadiani2), Yusep Muslih Purwana2)
1)Mahasiswa

Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A,
Surakarta 57126; Telp. 0271-634524. Email: ferryagrianto@yahoo.com
2)Dosen Magister Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36A,
Surakarta 57126; Telp.0271-634524.
Abstrak
Kota Sumenep sering dilanda bencana banjir khususnya pasca terjadinya hujan. Sistem drainase secara umum dapat
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
(banjir) dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem drainase adalah
rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi adanya genangan banjir. Kondisi jaringan drainase sangat
berpengaruh terhadap kinerja layannya, khususnya aspek-aspek yang mempengaruhi terhadap kapasitas saluran drainase.
Aspek yang sangat mempengaruhi kapasitas saluran drainase berupa tingkat sedimentasi dan bangunan pelengkap pada
saluran drainase, misalnya keberadaan tali air (street inlet) dan saringan sampah (trash rack).

Metode yang digunakan adalah pendekatan tingkat kapasitas saluran drainase yaitu penilaian tingkat kondisi tiap ruas
jaringan drainase dengan menghitung perbandingan luas penampang saluran yang terisi sedimen terhadap luas penampang
basah total serta keberadaan bangunan pelengkap. Setelah diperoleh nilai indeks kondisi tiap ruas, maka analisis
berikutnya adalah analisis spasial menggunakan aplikasi ArcGIS untuk memperoleh peta informasi jaringan drainase
tersebut.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kondisi jaringan drainase di Kota Sumenep pada Tahun 2016 yaitu dari
total 428 ruas jaringan terdapat 43 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi “Baik”, 198 ruas tergolong ke dalam tingkat
kondisi “Cukup”, 115 ruas tergolong ke dalam kondisi “Rusak Ringan”, 50 ruas tergolong ke dalam kondisi “Rusak
Berat” dan 22 ruas tergolong ke dalam kondisi “Disfungsi”. Selain itu, dari analisis spasial diperoleh peta jaringan
drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta jenis bangunan jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta tingkat
kondisi jaringan drainase Kota Sumenep Tahun 2016 dan peta rekomendasi tindakan pemeliharaan jaringan drainase
Kota Sumenep Tahun 2016.

Kata kunci: Jaringan Drainase, Indeks Kondisi, Sistem Informasi Geografis.
PENDAHULUAN
Kondisi jaringan drainase sangat
berpengaruh terhadap kinerja layannya,
khususnya aspek-aspek yang mempengaruhi
terhadap kapasitas saluran drainase. Aspek yang
sangat mempengaruhi kapasitas saluran drainase

berupa tingkat sedimentasi dan bangunan
pelengkap pada saluran drainase, misalnya
keberadaan tali air (street inlet) dan saringan
sampah (trash rack). Semakin besar tingkat
sedimentasi dalam saluran maka akan
mengurangi
kapasitas
saluran
yang
menyebabkan berkurangnya kinerja layan,
demikian pula jika saluran tidak dilengkapi
dengan bangunan pelengkap tali air dan saringan

sampah maka berpotensi terhadap penurunan
kapasitas saluran tersebut.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memperoleh nilai evaluasi tingkat kondisi tiap

ruas jaringan drainase di Kota Sumenep,
memperoleh peta persebaran jaringan drainase
beserta jenis bangunannya di Kota Sumenep,
dan mendapatkan peta jaringan drainase di Kota
Sumenep berdasar tingkat kondisi dan
rekomendasi tindakan pemeliharaan berbasis
sistem informasi geografis.
Apabila telah tersusun evaluasi tingkat
kondisi jaringan drainase yang membentang di
Kota Sumenep, maka Pemerintah Daerah akan
mudah untuk memonitoring saluran-saluran
yang buruk untuk segera dilakukan tindakan

commit to user
1

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id


pemeliharaan. Terlebih apabila database
tersebut tersaji dalam data spasial dalam suatu
Sistem Informasi Geografis (SIG) maka akan
mempermudah dalam kegiatan pengembangan
aset dan pemeliharaannya (Hernawan, 2013).
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN
TEORI
Drainase Perkotaan
Drainase (drainage) yang berasal dari kata
kerja ‘to drain’ yang berarti mengeringkan atau
mengalirkan air, adalah terminologi yang
digunakan untuk menyatakan sistem-sistem
yang berkaitan dengan penanganan kelebihan
air, baik di atas maupun di bawah permukaan
tanah (Edisono, 1997). Drainase perkotaan
merupakan sistem pengeringan dan pengaliran
air dari wilayah perkotaan yang meliputi:
permukiman,
kawasan
industri

dan
perdagangan, sekolah, rumah sakit dan fasilitas
umum lainnya yang merupakan prasarana dan
sarana kota.
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum
Republik
Indonesia
Nomor
12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan disebutkan bahwa
saluran drainase terdiri dari:
1. Saluran primer adalah saluran drainase
yang menerima air dari saluran sekunder
dan menyalurkannya ke badan air
penerima.
2. Saluran sekunder adalah saluran drainase
yang menerima air dari saluran tersier dan
menyalurkannya ke saluran primer.
3. Saluran tersier adalah saluran drainase yang

menerima air dari saluran penangkap
menyalurkannya ke saluran sekunder.
Bentuk penampang saluran dapat berupa:
1. Trapesium
2. Segiempat

Gambar 1. Saluran Trapesium (Permen
PU No. 12/PRT/M/2014)

Gambar 2. Saluran Segiempat (Permen
PU No. 12/PRT/M/2014)
Bangunan pelengkap dalam jaringan
drainase perkotaan dapat berupa bak
pemeriksaan (main hole), saringan sampah (trash
rack) dan tali air. Bak pemeriksaan/main hole
adalah lubang pemeriksaan atau lubang
penangkap lumpur yang berfungsi untuk
mengontrol saluran penutup dan atau untuk
menampung sedimen. Trash rack atau saringan
sampah adalah salah satu sarana drainase untuk

tetap menjaga kebersihan saluran. Tali air/inlet
street adalah lubang di tepi jalan yang berfungsi
untuk mengalirkan air hujan ke saluran drainase.
Penilaian Jaringan Drainase Perkotaan
Pemerintah
belum
menerbitkan
peraturan tentang pedoman penilaian kondisi
jaringan drainase. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini proses penilaian kondisi jaringan
drainase sebagai bentuk evaluasi dilakukan
dengan pendekatan pedoman penilaian jaringan
irigasi yang sudah ada. Aspek penilaian akan
ditinjau dari tingkat sedimentasi dan
kelengkapan prasarana dan sarana jaringan
drainase.
Penilaian Aspek Sedimentasi
Penilaian aspek tingkat sedimentasi dalam
saluran drainase dilakukan melalui pendekatan
menurut Surat Edaran Ditjen SDA Menteri

Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2011 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan Reklamasi
Rawa. Pedoman ini menyebutkan untuk menilai
kondisi penampang basah ditunjukkan oleh nilai
indeks yang berkisar antara 1-5. Semakin kecil
nilai indeks menunjukkan bahwa kondisi

commit to user
2

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

�� =���

dengan:

+ ���


A
Ased
b
1/m
H
Hsed

= luas penampang maksimum (m2),
= luas penampang akibat sedimentasi (m2),
= lebar dasar saluran (m),
= kemiringan talud,
= tinggi saluran total (m),
= tinggi saluran akibat sedimentasi (m).
Sedangkan untuk menghitung luas
penampang maksimum saluran berbentuk
segiempat (tipe B) adalah:



=




��



%

tingkat

Kemudian hasil perhitungan sedimentasi
menjadi nilai input kondisi dalam tabel 1:

4
5

Baik

51 75


Cukup

26 50

Rusak
Ringan

125
0

Rusak
Berat
Disfungsi

Penilaian Aspek Kelengkapan Prasarana
dan Sarana Jaringan Drainase
Penilaian aspek kelengkapan prasarana
dan sarana ditinjau dari keberadaan tali air dan
saringan sampah. Hal ini disebabkan banyak
saluran terbuka di Kota Sumenep yang diubah
menjadi saluran tertutup tanpa memperhatikan
lubang yang akan mengalirkan air hujan ke
saluran drainase. Selain itu, untuk tetap
menjamin kebersihan saluran dari sampah perlu
adanya saringan sampah sehingga keberadaan
saringan sampah sangat diperlukan dan dapat
mempermudah pekerjaan pemeliharaan.
Sebagaimana
aspek
sedimentasi,
kelengkapan prasarana dan sarana jaringan
drainase dinilai menjadi 5 indeks sebagai berikut:
Tabel 2. Penilaian Aspek Kelengkapan
Prasarana dan Sarana Jaringan Drainase
Kondisi

1

Terdapat tali air dan
saringan sampah.
Bangunan dalam kondisi

76 100

Tingkat
Kondisi

= ���
Dengan demikian maka
sedimentasi dapat diukur dengan:

3

76 100

Fungsi
(%)

��

2

Tingkat sedimentasi
berada diantara 76-100
%.
Tingkat sedimentasi
berada diantara 51-75
%.
Tingkat sedimentasi
berada diantara 26-50
%.
Tingkat sedimentasi
berada diantara 1-25%.
Tingkat sedimentasi
sampai menutupi
seluruh penampang
saluran (0%).

Indeks

� = ��

1

Tingkat
Kondisi

�=ℎ+

Kondisi
Fungsi
(%)

� = �� + ��

Tabel 1. Penilaian Kondisi Berdasar Tingkat
Sedimentasi Jaringan Drainase
Indeks

penampang basah semakin baik yang berarti
pula bahwa fungsi penampang basah semakin
baik (SE Ditjen SDA Men PU No.
02/SE/M/2011). Nilai kondisi penampang
basah adalah nilai indeks maksimum atau nilai
fungsi yang terburuk dari saluran yang dipantau.
Air akan mengalir dengan lancar jika
kondisi penampang basah baik di bagian hulu,
tengah maupun hilir dalam kondisi baik. Jika
salah satu bagian dari penampang basah
kondisinya buruk, misalnya akibat sedimentasi
tinggi dan ditutupi tanaman aquatik, maka aliran
air akan terganggu.
Berdasar pada pendekatan penilaian
diatas, maka dalam penelitian ini nilai fungsi (%)
tingkat
sedimentasi
dinilai
dengan
membandingkan tinggi sedimentasi yang ada
terhadap kapasitas saluran. Kapasitas saluran
diasumsikan berbanding lurus terhadap luas
penampang saluran maksimum, yaitu tinggi
saluran (H) adalah tinggi air (h) ditambah tinggi
jagaan (w). Dengan demikian, untuk
menghitung luas penampang maksimum saluran
yang berbentuk trapesium (tipe A) adalah:

Baik

commit to user
3

perpustakaan.uns.ac.id

2

3

4

5

baik, tidak ditemui
kerusakan yang berarti.
Terdapat tali air dan
saringan sampah.
Bangunan dalam kondisi
sedang dan berfungsi,
ditemui ada kerusakan
namun bisa diatasi dan
difungsikan.
Terdapat tali air atau
saringan sampah.
Bangunan dalam kondisi
rusak, ditemui
kerusakan, tidak
berfungsi dengan baik.
Terdapat tali air atau
saringan sampah.
Bangunan dalam kondisi
rusak berat, kerusakan
tidak dapat diperbaiki,
hilang, runtuh, dan lainlain.
Bangunan atau
komponen bangunan
tidak ada.

digilib.uns.ac.id

51 75

Cukup

26 50

Rusak
Ringan

125

Rusak
Berat

0

Disfungsi

Tabel 3. Keterkaitan antara Indeks Kondisi
Saluran dan Bangunan, Fungsi Saluran dan
Bangunan, dan Rekomendasi Tindakan
Kondisi
Indeks

Penilaian Total Jaringan Drainase
Penilaian total jaringan drainase
dilakukan dengan pendekatan Surat Edaran
Ditjen SDA Menteri Pekerjaan Umum No.
02/SE/M/2011 tentang Pedoman Penilaian
Kinerja Jaringan Reklamasi Rawa. Kondisi
jaringan drainase yang ditinjau merupakan
gabungan dari indeks kondisi aspek sedimentasi
dan kelengkapan prasarana dan sarana. Nilai
indeks kondisi bangunan air yang ditinjau
dihitung dengan cara pembobotan (SE Ditjen
SDA Men PU No. 02/SE/M/2011), dengan
rumus sebagai berikut:
}
{ ��
��
+ �� ��
Ikdrainase = � �� +� �� ��
��

Persamaan mengandung pengertian
bahwa dalam rangka menghitung indeks kondisi
drainase (Ikdrainase) diperlukan nilai indeks
sedimentasi (Iksed) dan prasarana dan sarana
(IkPS). Indeks kondisi drainase tersebut berasal
dari data hasil pengamatan dikalikan dengan
bobot
masing-masing
sub
komponen.
Kemudian jumlah dari kedua indeks tersebut
dibagi dengan agregat bobot sehingga akan
didapatkan indeks kondisi bangunan.

Pembobotan sedimentasi (Wsed) dan
kelengkapan prasarana dan sarana
(WPS)
menunjukkan nilai relatif dari peran sedimentasi
dan kelengkapan prasarana dan sarana dalam
kapasitas drainase. Secara empiris, sedimentasi
mempunyai pengaruh terhadap kapasitas lebih
besar dibanding dengan kelengkapan prasarana
dan sarana. Dengan demikian, maka bobot
sedimentasi (Wsed) akan lebih besar dari bobot
prasarana dan sarana (WPS). Dalam penelitian ini
digunakan bobot Wsed= 3 dan WPS= 1.
Indeks kondisi saluran menunjukkan
kondisi total (agregat) dari kondisi sedimentasi
dan kelengkapan prasarana dan sarana. Nilai dari
Indeks kondisi saluran berupa angka yang
mempunyai rentang antara 1 sampai 5. Semakin
kecil nilai indeks, menunjukkan bahwa semakin
baik fungsi saluran. Interpretasi dari nilai indeks
kondisi saluran adalah sebagai berikut:
Kondisi 1 : berfungsi antara 76% sampai 100 %,
Kondisi 2 : berfungsi antara 51% sampai 75 %,
Kondisi 3 : berfungsi antara 26% sampai 50 %,
Kondisi 4 : berfungsi antara 1% sampai 25 %,
Kondisi 5 : Tidak ada saluran yang harusnya ada
atau 0%.
Dengan menggunakan interpolasi, dapat
diketahui fungsi saluran berdasarkan nilai
indeks. Misalnya, indeks kondisi suatu saluran =
2,46; maka indeks ini ekuivalen dengan kondisi
saluran yang berfungsi sebesar = 50% - {2,462,0}/1 x 25 = 50% - 11,5 = 38,5%; dengan
demikian saluran berfungsi 38,5%. (SE Ditjen
SDA Men PU No. 02/SE/M/2011).
Apabila telah diperoleh nilai indeks
jaringan drainase di Kota Sumenep, maka
rekomendasi tindakan dapat menggunakan
pendekatan dalam Surat Edaran Ditjen SDA
Menteri Pekerjaan Umum No. 02/SE/M/2011
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Jaringan
Reklamasi Rawa sebagai berikut:

Rekomendasi
Tindakan

commit to user
4

perpustakaan.uns.ac.id

1
2
3
4
5

Berfungsi 76% sampai
100%
Berfungsi antara 51%
sampai 75 %
Berfungsi antara 26%
sampai 50 %
Berfungsi antara 1%
sampai 25 %
Tidak ada saluran
dan/atau bangunan yang
harusnya ada atau 0%

digilib.uns.ac.id

Pemeliharaan
rutin
Pemeliharaan
berkala
Rehabilitasi
Rehabilitasi
Kajian desain

Sumber: SE Ditjen SDA Men PU No.
02/SE/M/2011
Sistem Informasi Geografis (SIG)
SIG adalah sistem informasi yang
berbasis data spasial geografis yang digunakan
untuk menyimpan dan memanipulasi informasiinformasi geografis (Prahasta, 2001).
Sistem komputer untuk SIG terdiri dari
perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software) dan prosedur untuk penyusunan
pemasukkan data, pengolahan, analisis,
pemodelan (modelling) dan penayangan data
geospatial. Sumber-sumber data geospatial
adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel
statistik dan dokumen lain yang berhubungan.
Data geospatial dibedakan menjadi data grafis
(atau disebut juga data geometris) dan data
atribut (data tematik), ditunjukkan pada Gambar
3. Data grafis mempunyai tiga elemen : titik
(node), garis (arc) dan luasan (poligon) dalam
bentuk vektor ataupun raster yang mewakili
geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan
arah.

Gambar 3. Konsep Data Geospatial (Prahasta,
2001).

Aplikasi SIG Dalam Bidang Drainase
Untuk mendukung Pemeliharaan dan
Rehabilitasi Sistem Drainase Perkotaan, SIG
berperan dalam hal (1) Penanganan Data (Data
Handling), (2) Penayangan, (3) Pemutakhiran
Data, (4) Perbandingan antar Set Data dan (5)
Permodelan (Modelling).
Dalam bidang drainase perkotaan peran
utama SIG adalah sebagai alat bantu (tools) dalam
kegiatan pemeliharaan. Informasi yang
dihasilkan oleh SIG merupakan input dalam
proses penentuan prioritas pemeliharaan.
Dalam berbagai model pengambilan
keputusan umumnya tidak seluruh kondisi atau
keadaan lapangan diperlukan melainkan hanya
informasi
obyek-obyek
tertentu
yang
dipertimbangkan sebagai faktor dominan dalam
menentukan kondisi yang ada. Untuk dapat
memperoleh informasi tersebut perlu dilakukan
(1) pengumpulan data yang relevan untuk
disajikan sebagai informasi, (2) proses
pengolahan dan pengelolaan data, serta (3)
analisis data dan penyajian informasi.
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Lokasi yang menjadi pilihan tempat
dalam penelitian adalah wilayah Kota Sumenep.
Batas wilayah Kota Sumenep mengikuti batasbatas yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 03 Tahun 2014 tentang Rencana Detail
Tata Ruang Bagian Wilayah Perkotaan Kota
Sumenep Tahun 2014-2034 yang mana wilayah
Kota Sumenep memiliki:
1. Luas wilayah : 2.889,9 (dua ribu delapan
ratus delapan puluh sembilan koma
sembilan) hektar.
2. Batas utara : Kecamatan Manding;
3. Batas selatan : Kecamatan Saronggi;
4. Batas timur : Kecamatan Gapura dan
Kalianget;
5. Batas barat : Kecamatan Batuan.
Secara administrasi, Kota Sumenep
terdiri dari 4 (empat) kelurahan dan 12 (dua
belas) desa, yaitu Kelurahan Pajagalan,
Kelurahan Kepanjin, Kelurahan Bangselok,
Kelurahan Karangduak, Desa Kebonagung,
Desa Pamolokan, Desa Kebunan, Desa
Bangkal, Desa Parsanga, Desa Paberasan, Desa
Pangarangan, Desa Kacongan, Desa Pabian,

commit to user
5

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Desa Marengan Daya, Desa Kolor dan Desa
Pandian.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data primer yang
akan dikumpulkan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Teknik Pengumpulan Data Primer
N
o

Jenis
Data

Teknik
Pengu
mpula
n Data

1

Dimensi
saluran
drainase
tiap ruas
Tinggi
sedimen
/endapa
n saluran

Penguk
uran
lapanga
n
Penguk
uran
lapanga
n

2

3

4

5

Kelengk
apan
prasaran
a dan
sarana
drainase
Foto
kondisi
saluran
drainase
Koordin
at lokasi
saluran
drainase

Peral
atan
Yang
Dibu
tuhka
n
Rol
meter,
distanc
e meter
Rol
meter,
distanc
e meter

Pengam
atan
lapanga
n

Alat
tulis

Pemotr
etan
kondisi
saluran
drainase
Penguk
uran
lapanga
n
menggu
nakan
alat
GPS

Kame
ra
digital
GPS
Garm
in

Kegunaan
Data

Menghitun
g luas
penampan
g saluran
Penilaian
dalam
menentuka
n
prosentase
tingkat
sedimen
Penilaian
dalam
menentuka
n aspek
prasarana
dan sarana
Penyajian
dokument
asi kondisi
saluran
drainase
Analisis
lokasi
saluran
drainase
dalam SIG

sampling pada masing-masing ruas sebanyak
minimal 3 (tiga) titik, yaitu di titik hulu (awal),
tengah dan hilir (akhir) pengukuran tiap ruas
jaringan drainase. Kemudian dari ketiga titik
pengukuran ini diambil nilai rata-rata untuk
menentukan tinggi sedimen yang mewakili ruas
jaringan drainase tersebut.
Data sekunder diperoleh dari dinas
terkait, dalam hal ini dinas yang menangani
urusan jaringan drainase perkotaan adalah Dinas
PU. Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten
Sumenep. Data yang diperlukan adalah daftar
jaringan drainase di Kota Sumenep sampai
tahun anggaran 2015 dan softcopy data spasial
berupa peta dasar Kota Sumenep dalam bentuk
shapefile (.shp)
Tabel 5. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
N
o

Jenis
Data

1

Daftar
jaringa
n
drainas
e di
Kota
Sumen
ep
Peta
dasar
Kota
Sumen
ep

2

Untuk memperoleh hasil pengukuran
lebih detail serta adanya kemungkinan
perbedaan dimensi saluran drainase, maka
proses pengukuran dimensi dan tinggi sedimen
jaringan drainase dilakukan dengan membagi
atau memotong jaringan drainase pada setiap
ruas
pertemuan
persimpangan
jalan.
Pengukuran ini dilaksanakan dengan metode

Form
at
Data
Tabel

Sumber
Pengump
ulan Data
Dinas PU.
Cipta
Karya dan
Tata Ruang

Shapef
ile
(shp)

Dinas PU.
Cipta
Karya dan
Tata Ruang

Keguna
an Data
Mengeta
hui letak
dan
jumlah
jaringan
drainase
Analisis
spasial
saluran
drainase
dalam
SIG

Teknik Analisis Data
Analisis data dilaksanakan dengan
memberikan penilaian terhadap kondisi fisik
jaringan drainase pada tiap segmen berdasar data
primer dan sekunder. Metode penilaian kondisi
fisik bangunan jaringan drainase menggunakan
indeks penilaian kondisi sedimentasi dan
kelengkapan prasarana dan sarana drainase
sebagaimana yang telah diuraikan dalam Tabel 1.
dan Tabel 2. Penilaian jaringan drainase
dilakukan pada masing-masing saluran yang
berada pada ruas diantara persimpangan jalan,
namun apabila ditemui perbedaan tinggi
sedimen yang berbeda pada ruas jaringan
drainase tiap persimpangan jalan maka

commit to user
6

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

pembagian ruas diambil pada lokasi atau titik
yang menunjukkan perbedaan tinggi sedimen
tersebut.
Selain itu, proses analisis geografis
menggunakan perangkat lunak ArcGIS versi 9.3
yang dimulai dengan memetakan jaringan
drainase di seluruh wilayah Kota Sumenep
berdasar data spasial sehingga dihasilkan peta
tematik jaringan drainase.
Kemudian peta tematik ini diintegrasikan
dengan hasil penilaian fisik jaringan drainase
yang mana data ini sebagai data atribut atau
keterangan tambahan dalam peta tematik
jaringan drainase. Penilaian fisik jaringan akan
muncul sesuai nilai kondisi pada tiap ruas
jaringan digambarkan dalam simbol dan atau
legenda yang berbeda dalam peta tematik
tersebut. Peta tematik ini dapat bermanfaat
dalam kegiatan monitoring dan pemeliharaan,
tepatnya menjadi pertimbangan utama dalam
pengambilan keputusan tindakan pemeliharaan.
Tahapan Penelitian
Secara rinci tahapan penelitian diuraikan
dalam diagram alir di bawah ini:

Sebagai Jalan Kabupaten. Jalan perkotaan yang
ada di Kabupaten Sumenep terdiri dari
sebagaimana pada tabel 6.:
Tabel 6. Jalan Perkotaan di Kota Sumenep
No

Nama Ruas

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Diponegoro
Manikam
Berlian
Kemala
Mutiara
Pepaya
Letnan Merta
Belimbing
Delima
Pahlawan
Teuku Umar
Garuda
Barito
KH. Zainal
Arifin
KH. Sajad
Widuri
Taman Siswa
Mustika
KH. Wahid
Hasyim
Widuri Gg. II
Widuri Gg. I
Wahid Hasyim
Gg. IV
Wahid Hasyim
Gg. III
Bandeng
Pesantren
Kerapu
Belimbing
Bulu
Kartini
Kartini Gg. 1
Kartini Gg. 3
Kartini Gg. 5
Letnan Ramli
Irama
Pendekar
Menari
Meranggi Gg.2
Meranggi
KH. Agus
Salim
MH. Tamrin

15
16
17
18
19

Mulai

Data Primer:
Dimensi jaringan
Tinggi sedimen
Kelengkapan prasarana
Foto jaringan
Titik koordinat

Data Sekunder:
Daftar jaringan drainase
Softcopy peta dasar Kota
Sumenep dalam bentuk
shapefile (.shp)

Menilai kondisi jaringan drainase
dengan metode indeks kondisi
jaringan drainase berdasar sedimentasi
dan kelengkapan prasarana

Memetakan jaringan drainase di Kota
Sumenep menggunakan SIG

20
21
22
23

Peta tematik: jaringan drainase di Kota
Sumenep

Tabel nilai kondisi jaringan drainase
di Kota Sumenep
Integrasi peta jaringan drainase
dengan tabel nilai kondisi jaringan
drainase di Kota Sumenep

Hasil evaluasi jaringan
drainase berbasis SIG

Selesai

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Jaringan Jalan Perkotaan Kota Sumenep
Jaringan jalan perkotaan diatur dalam
Keputusan
Bupati
Nomor
188/474/KEP/435.013/2015
tentang
Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

Klasifikasi
Jalan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

Panjang
(m)
637
388
405
421
402
499
149
541
342
1.047
672
1.044
593
560

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

660
377
267
282
744

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

101
102
182

Perkotaan

185

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

134
334
266
149

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

857
200
196
189
463
138
394
228
233
348
931

Perkotaan

289

commit to user
7

perpustakaan.uns.ac.id

40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68

Mahoni
Jati Emas
Mahoni 2
Cemara Udang
Hos
Cokroaminoto
Dr. Cipto
Kamboja
Setia Budi
Seludang
Basuki
Rahmad
Dr. Soetomo
Kapten Tesna
Kesatrian
KaconganCemara Udang
Kacongan
BangkalKebunan
PamolokanBaddugan
Gapura
(Parsanga)
Bandara
Trunojoyo
Trunojoyo
BypassMarengan
Sumba
Pondok
Marengan
Indah
KH. Mansyur
KaconganKarangpanasan
Payudan Barat
Payudan BaratPayudan Timur
Payudan
Tengah
Payudan
TengahPayudan Timur

digilib.uns.ac.id

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

313
350
172
537
350

69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

1.447
478
437
1.110
206

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

288
429
161
644

Perkotaan
Perkotaan

440
1.096

Perkotaan

1.616

Perkotaan

2.314

Perkotaan

1.685

Perkotaan
Perkotaan

929
735

Sumber: Keputusan Bupati Sumenep
188/474/KEP/435.013/2015

Perkotaan
Perkotaan

720
503

Perkotaan
Perkotaan

1.878
693

Perkotaan
Perkotaan

424
645

Perkotaan

430

Perkotaan

214

Kota Sumenep memiliki 92 (sembilan
puluh dua) ruas jalan yang teridentifikasi sebagai
jalan perkotaan, namun dari keseluruhan ruas
jalan tersebut tidak semua ruas memiliki jaringan
drainase di sisi kiri atau kanan ruas sebagai
infrastruktur pengalir air hujan.
Tingkat Prosentase Sedimen Jaringan
Drainase di Kota Sumenep
Berdasarkan hasil pengukuran tinggi
sedimen dan perhitungan prosentase sedimen
pada setiap ruas jaringan drainase yang ada di
Kota Sumenep maka diperoleh hasil penelitian
sebagaimana pada Tabel 7.

85
86
87
88
89
90
91
92

Payudan Timur
Raung
Matahari
Jupiter
Gemini
Sagitarius
Angkasa
Antariksa
Kejora
Aries
Aquarius
Adipoday
Kolor-Wiraraja
Kolor 2
Kolor 1
SPBU
Trunojoyo
Adirasa
Kurma
Kurma II
Saluran Air
Lontar
Bekisar
Nangka
KebunagungLingkar Barat

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

214
242
531
225
219
262
179
361
388
545
451
1.391
307
904
296
317

Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan
Perkotaan

1.771
838
297
1.155
361
207
487
786

Nomor

commit to user
8

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Tabel 7. Tingkat Prosentase Sedimen pada Jaringan Drainase

No
(1)

Kode

B
(m)

H
(m)

m
(m)

Tipe
Bangunan

Tinggi
Sedimen
(Hsed)
(m)

msed
(m)

Prosentase
Akibat
Sedimen
(%)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Pajagalan

Wahidin-1

0,50

0,70

0,20

A

0,06

0,02

93,67

Pajagalan

Wahidin-2

0,50

0,70

0,20

A

0,10

0,03

89,21

Pajagalan

Wahidin-3

1,05

0,80

0,00

B

0,20

0,00

75,00

Pajagalan

Wahidin-4

0,90

1,15

0,00

B

0,15

0,00

86,96

Pajagalan

Wahidin-5

0,70

1,15

0,20

A

0,14

0,02

90,20

Pajagalan

Tesna-1

0,40

0,60

0,00

B

0,05

0,00

91,67

Pajagalan

Tesna-2

0,45

0,60

0,00

B

0,07

0,00

88,33

Pajagalan

Basuki-1

0,80

0,90

0,20

A

0,60

0,13

37,78

Pajagalan

Basuki-2

0,45

0,50

0,00

B

0,13

0,00

74,00

Pajagalan

Basuki-3

0,50

0,50

0,20

A

0,06

0,02

91,02

Pajagalan

Basuki-4

0,80

0,90

0,20

A

0,07

0,02

93,66

Pajagalan

Suprapto-1

0,40

0,45

0,10

A

0,05

0,01

90,86

Pajagalan

Setia-1

1,50

0,80

0,15

A

0,20

0,04

76,70

Nama
Ruas
(Jalan)

Kelurahan/
Desa

(2)

(3)

13

Dr.
Wahidin
Dr.
Wahidin
Dr.
Wahidin
Dr.
Wahidin
Dr.
Wahidin
Kapten
Tesna
Kapten
Tesna
Basuki
Rahmat
Basuki
Rahmat
Basuki
Rahmat
Basuki
Rahmat
J. A.
Suprapto
Setia Budi

14

Setia Budi

Pajagalan

Setia-2

0,80

1,10

0,60

A

0,60

0,33

56,08

15

Setia Budi

Kolor

Setia-3

0,80

1,10

0,50

A

0,95

0,43

18,17

16

Setia Budi

Kolor

Setia-4

0,80

1,10

0,50

A

0,60

0,27

54,99

17

Seludang

Pajagalan

Seludang-1

0,75

0,70

0,00

B

0,05

0,00

92,86

18

Seludang

Pajagalan

Seludang-2

0,90

0,90

0,00

B

0,12

0,00

86,67

19

Seludang

Pajagalan

Seludang-3

0,60

0,60

0,00

B

0,15

0,00

75,00

20

Seludang

Pajagalan

0,60

0,60

0,00

B

0,20

0,00

66,67

21

Kamboja

Pajagalan

Seludang-4
Kamboja1

0,40

1,00

0,30

A

0,25

0,08

83,04

26
s.d.
428

dan
seterusnya
(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Keterangan:
B
= lebar dasar saluran (m),
H
= tinggi saluran total (m),
m
= kemiringan talud,
Hsed = tinggi saluran akibat sedimentasi (m),
msed = kemiringan sedimen pada talud (m),

Tipe bangunan A = saluran dengan bentuk
penampang trapesium,
Tipe bangunan B = saluran dengan bentuk
penampang segi empat.
Prosentase akibat sedimen diperoleh dari
perbandingan luas penampang sedimen dengan

commit to user
9

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

luas penampang total. Hasil perhitungan
prosentase sedimen pada masing-masing ruas
jaringan drainase selanjutnya menjadi dasar
untuk menentukan nilai indeks kondisi
sebagaimana dalam Tabel 1. tentang penilaian
kondisi berdasar tingkat sedimentasi jaringan
drainase. Penilaian indeks kondisi berdasar
tingkat sedimentasi tersebut akan diintegrasikan
dengan hasil analisis nilai indeks kondisi
berdasar kelengkapan prasarana dan sarana
masing-masing ruas jaringan drainase yang akan
menghasilkan nilai indeks kondisi total. Dengan
demikian, dari hasil total nilai indeks kondisi
maka dapat diperoleh tingkat kondisi pada
masing-masing ruas yang selanjutnya menjadi
acuan dalam penentuan rekomendasi tindakan
sebagaimana pada Tabel 3. tentang keterkaitan
antara indeks kondisi saluran dan bangunan,

fungsi saluran dan bangunan, dan rekomendasi
tindakan.
Tingkat Kondisi dan Rekomendasi
Tindakan Jaringan Drainase
Indeks kondisi total merupakan
gabungan dari indeks kondisi aspek sedimentasi
dan kelengkapan prasarana dan sarana. Indeks
kondisi aspek sedimentasi dinilai menurut
prosentase
akibat
sedimen
yang
mengindikasikan fungsi dari jaringan drainase
tersebut. Indeks kondisi prasarana dan sarana
dinilai dengan cara melakukan pengamatan
terhadap kondisi kelengkapan prasarana dan
sarana jaringan drainase sesuai Tabel 2. Tingkat
kondisi dan rekomendasi tindakan jaringan
drainase ditunjukkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Tingkat Kondisi Dan Rekomendasi Tindakan Jaringan Drainase

No

Kode

Bobot
Sedimen

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Nilai
Indeks
Kondisi
Prasarana
& Sarana
(6)

1

Wahidin-1

3

1

1

2

Wahidin-2

3

1

3

Wahidin-3

3

4

Wahidin-4

5

Bobot
Prasarana
& Sarana

Nilai
Indeks
Kondisi
Sedimen

Nilai
Indeks
Total

Kondisi
(%)

Tingkat
Kondisi

Rekomendasi
Tindakan

(7)

(8)

(9)

2

1,25

68,75

Cukup

1

2

1,25

68,75

Cukup

(10)
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala

1

2

3

2,25

43,75

Rusak
Ringan

3

1

1

4

1,75

56,25

Cukup

Wahidin-5

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

6

Tesna-1

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

7

Tesna-2

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

8

Basuki-1

3

1

3

3

3,00

25,00

9

Basuki-2

3

1

2

2

2,00

50,00

10

Basuki-3

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

11

Basuki-4

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

12

Suprapto1

3

1

1

2

1,25

68,75

Cukup

13

Setia-1

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

14

Setia-2

3

1

2

4

2,50

37,50

Rusak
Ringan

Rusak
Berat
Rusak
Ringan

Rehabilitasi
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Rehabilitasi
Rehabilitasi
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Rehabilitasi

commit to user
10

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

No

Kode

Bobot
Sedimen

Bobot
Prasarana
& Sarana

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Nilai
Indeks
Kondisi
Prasarana
& Sarana
(6)

15

Setia-3

3

1

4

16

Setia-4

3

1

17

Seludang-1

3

18

Seludang-2

19

Nilai
Indeks
Kondisi
Sedimen

Nilai
Indeks
Total

Kondisi
(%)

Tingkat
Kondisi

Rekomendasi
Tindakan

(7)

(8)

(9)

(10)

4

4,00

0,00

2

4

2,50

37,50

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

Seludang-3

3

1

2

2

2,00

50,00

20

Seludang-4

3

1

2

2

2,00

50,00

21

Kamboja1

3

1

1

3

1,50

62,50

Cukup

Pemeliharaan
Berkala

22
s.d
428

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

(dst)

Pemetaan Jaringan Drainase Kota Sumenep
Proses pemetaan jaringan drainase dibuat
berdasar tahapan yang telah diuraikan pada
gambar 5. tentang diagram alir penyajian peta
jaringan drainase.
Mulai

Koordinat
Lokasi Jaringan
Drainase (X,Y).

Layer Jaringan
Jalan Kota
Sumenep
(shapefile).

Layer
Administrasi
Kota Sumenep
(shapefile).

Gambar
Citra Kota
Sumenep
(tiff).

Input (add) data dalam
Arc Map
(ArcGIS).

Pembuatan shapefile
baru (new shapefile).

Proses digitasi jaringan
drainase.

Pengolahan peta dan attribute-nya
(tabel attribute jaringan drainase disesuaikan dengan nama
ruas dalam tabel hasil penilaian kondisi jaringan drainase).

Symbology jaringan drainase
pada masing-masing ruas.

Layout peta jaringan
drainase beserta legendanya.

Pengaturan skala peta pada
1:12.000.

Export peta ke dalam format
gambar (jpg).

Peta Jaringan Drainase
Kota Sumenep

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir Penyajian Peta
Jaringan Drainase

Disfungs
i
Rusak
Ringan

Rusak
Ringan
Rusak
Ringan

Kajian Desain
Rehabilitasi
Pemeliharaan
Berkala
Pemeliharaan
Berkala
Rehabilitasi
Rehabilitasi

Integrasi Hasil Evaluasi Jaringan Drainase
dan Peta Jaringan Drainase
Pada tahap ini dilakukan penggabungan
antara hasil penilaian jaringan drainase
sebagaimana Tabel 8 tentang Tingkat Kondisi
dan Rekomendasi Tindakan Jaringan Drainase
dengan layer jaringan drainase. Proses integrasi
tersebut dilakukan dalam ArcGIS dengan cara
sebagai berikut:
1. Klik kanan layer “Jaringan Drainase” →
klik Open Attribute Table.
2. Tekan tombol Option pada Attributes Table
kemudian tekan Join and Relates → Join.
Pada Join Data atur dasar join menurut
“Kode” dan pilih tabel excel yang sudah
terisi pada kolom tabel yaitu: kode, tingkat
kondisi dan rekomendasi tindakan untuk
digabungkan. Apabila terdapat perubahan
data pada tabel excel, maka perlu dilakukan
join ulang karena aplikasi ArcGIS tidak
dapat menyesuaikan data yang digabung
secara otomatis.
3. Layout layer jaringan drainase menurut
tingkat kondisi dan rekomendasi tindakan
pemeliharaan dengan cara klik View →
Layout View.
4. Untuk menyeleksi ruas-ruas jaringan
drainase menurut kategori tertentu dapat
menggunakan fungsi Selection dengan cara

commit to user
11

perpustakaan.uns.ac.id

5.

6.

7.
8.

digilib.uns.ac.id

Selection → Select by Attributes kemudian pilih
akan diseleksi menurut kategori tertentu.
Simbolisasi tingkat kondisi menjadi
beberapa kategori, yaitu: Baik, Cukup,
Rusak Ringan, Rusak Berat dan Disfungsi.
Pada setiap kategori diatur warna garis dan
ketebalan yang berbeda.
Simbolisasi
rekomendasi
tindakan
pemeliharaan menjadi beberapa kategori,
yaitu: Pemeliharaan Rutin, Pemeliharaan
Berkala, Rehabilitasi dan Kajian Desain.
Pada setiap kategori diatur warna garis dan
ketebalan yang berbeda.
Pengaturan judul peta dan skala 1:12.000
pada ukuran kertas A1.
Export peta ke dalam format jpeg dengan
cara klik File → Export Map → Save as type
“JPEG”.

Penyeleksian Attributes Table Menurut
Tingkat Kondisi
Penyeleksian attribut dimaksudkan untuk
mengetahui secara spasial ruas-ruas jaringan
drainase yang tergolong menurut tingkat kondisi

tertentu. Proses yang dilakukan untuk
penyeleksian attribut adalah sebagai berikut:
1. Klik kanan layer “Jaringan Drainase” →
klik Open Attribute Table.
2. Pilih Selection → Select By Attributes → Klik
“Tingkat Kondisi = Baik” → Apply.
3. Buka kembali Attributes Table Of Jaringan
Drainase, maka akan terseleksi dari ruasruas jaringan drainase yang memiliki
kondisi “Baik” sebanyak 43 ruas. Demikian
pula dengan cara yang sama untuk
menyeleksi ruas-ruas jaringan drainase
dengan tingkat kondisi yang lain.
Diketahui untuk tingkat kondisi “Cukup”
sebanyak 198 ruas, “Rusak Ringan” sebanyak
115 ruas, “Rusak Berat” sebanyak 50 ruas dan
“Disfungsi” sebanyak 22 ruas.
Hasil penyusunan peta jaringan drainase,
peta jenis bangunan jaringan drainase, peta
tingkat kondisi jaringan drainase dan peta
rekomendasi tindakan pemeliharaan jaringan
drainase di Kota Sumenep ditunjukkan pada
gambar L-A1, L-A2, L-A3 dan L-A4.

commit to user
12

13

14

15

16

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Nilai kondisi tiap ruas jaringan drainase di
Kota Sumenep beragam menurut aspek
sedimentasi dan kelengkapan prasarana
dan sarana sehingga menunjukkan tingkat
kondisinya, yaitu: baik, cukup, rusak ringan,
rusak berat dan disfungsi. Ruas jaringan
drainase dikategorikan baik apabila
jaringan tersebut berfungsi antara 76%100%, ruas jaringan drainase dikategorikan
cukup apabila jaringan tersebut berfungsi
antara 51%-75%, ruas jaringan drainase
dikategorikan rusak ringan apabila jaringan
tersebut berfungsi antara 26%-50%, ruas
jaringan drainase dikategorikan rusak berat
apabila jaringan tersebut berfungsi antara
1%-25%, dan ruas jaringan drainase
dikategorikan disfungsi apabila jaringan
tersebut tidak dapat difungsikan atau 0%.
Pada setiap ruas jaringan drainase dapat
pula ditentukan jenis rekomendasi tindakan
pemeliharaannya yaitu: pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala, rehabilitasi dan
kajian desain yang mana sangat terkait
dengan tingkat kondisi ruas jaringan
drainase.
2. Aplikasi ArcGIS dapat dimanfaatkan
sebagai alat bantu berbasis komputer dalam
proses evaluasi kondisi jaringan drainase.
Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan
atau menggabungkan tabel hasil penilaian
tingkat kondisi ruas jaringan drainase
dengan layer peta jaringan drainase
menggunakan fungsi join and relates dalam
aplikasi. Hasil dari pengintegrasian berupa
peta jaringan drainase Kota Sumenep
Tahun 2016, peta jenis bangunan jaringan
drainase Kota Sumenep Tahun 2016, peta
tingkat kondisi jaringan drainase Kota
Sumenep Tahun 2016 dan peta
rekomendasi
tindakan
pemeliharaan
jaringan drainase Kota Sumenep Tahun
2016. Selain itu, aplikasi ArcGIS dapat
melakukan penyeleksian sesuai kriteria
tertentu sehingga dengan menggunakan
fungsi select by attributes dapat diketahui
jumlah beserta lokasi ruas jaringan drainase
menurut tingkat kondisinya. Dari hasil

analisis seleksi ruas-ruas jaringan drainase
menurut tingkat kondisi diperoleh yaitu
dari total 428 ruas jaringan terdapat 43 ruas
tergolong ke dalam tingkat kondisi “Baik”,
198 ruas tergolong ke dalam tingkat kondisi
“Cukup”, 115 ruas tergolong ke dalam
kondisi “Rusak Ringan”, 50 ruas tergolong
ke dalam kondisi “Rusak Berat” dan 22
ruas tergolong ke dalam kondisi
“Disfungsi”.
Saran
Guna
meningkatkan
kualitas
pengambilan
keputusan
dalam
sistem
pemeliharaan jaringan drainase di masa
mendatang maka hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Penentuan lokasi ruas jaringan drainase
yang akan dilakukan tindakan pemeliharaan
hendaknya mengacu kepada hasil penilaian
jaringan drainase agar efektif dalam
menanggulangi terjadinya genangan yang
disebabkan
berkurangnya
kapasitas
jaringan drainase akibat sedimen.
2. Jenis tindakan pemeliharaan hendaknya
mengacu terhadap hasil penelitian ini agar
lebih efektif dan efisien.
3. Diperlukan pembaharuan data sedimen
minimal tiap tahun agar peta yang ada
dapat diperbarui menurut data terkini.
Kemudian dari data terbaru dapat
dilakukan penilaian ulang sehingga hasilnya
dapat digabung kembali dengan layer peta
jaringan drainase.
DAFTAR PUSTAKA
Alexakis, D., Gotsis, D. dan Giakoumakis, S.
2012. Assessment of Drainage Water
Quality in Pre- and Post-Irrigation Seasons
For Supplemental Irrigation Use. Journal
Environ Monit Assess (2012) 184:5051–
5063.
Aydin, N. Y., Kentel, E. dan Duzgun, S. 2010.
GIS-based Environmental Assessment of
Wind Energy Systems for Spatial Planning:
A Case Study From Western Turkey.
Journal Renewable and Sustainable Energy
Reviews
14
(2010)
364-373.
www.elsevier.com/locate/rser.

commit to user
17

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

BeritaSatu.com. Edisi tanggal 01 Februari 2014.
Ratusan Rumah di Sumenep Terendam Banjir.
www.edisisatu.com diunduh tanggal 23
Maret 2015.
Ditjen SDA Kementerian Pekerjaan Umum.
2011. Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum
Nomor 02/SE/M/2011 tentang Pedoman
Penilaian Kinerja Reklamasi Rawa. Jakarta.
Edisono, S. 1997. Drainase Perkotaan.
Gunadarma, Jakarta.
Hernawan, R., Adi, T. J. W. dan Hariyanto, T.
2013. Pemodelan Decision Support System
Manajemen Aset Irigasi Berbasis SIG.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen
Teknologi XVIII, Program Studi MMT-ITS
Surabaya.
Kementerian Pekerjaan Umum Republik
Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum
Republik
Indonesia
Nomor
12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan
Sistem Drainase Perkotaan.
Kurniasari, A., Sobriyah, M. S. dan Muttaqien,
A. Y. 2015. Evaluasi Kinerja Jaringan
Drainase Kelurahan Gandekan, Jebres,
Surakarta (Sub Sistem DAS Kali Pepe
Hilir). E-Jurnal Matriks Teknik Sipil,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Koran Suara Rakyat. Edisi tanggal 19 Januari
2015. Ini Penyebab Banjir di Kota Sumenep.
Oikonomidis, D., Dimogianni, S., Kazakis, N.
dan Voudouris, K. 2015. A GIS/Remote
Sensing-Based
Methodology
For
Groundwater Potentiality Assessment In
Tirnavos Area, Greece. Journal Hydrology
525
(2015)
197–208.
www.elsevier.com/locate/jhydrol

Pradhan, B., Lee, S., Buchroithner, M. F. 2010.
A GIS-Based Back-Propagation Neural
Network Model and Its Cross-Application
and Validation for Landslide Susceptibility
Analyses. Journal Computers, Environment and
Urban Systems 34 (2010) 216-235.
www.elsevier.com/locate/compenvurbsys
Pemerintah Kabupaten Sumenep. 2014.
Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2014
Tentang Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Kota Sumenep Tahun 20142034.
Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Dasar Sistem
Informasi Geografis. Informatika: Bandung.
Rizal, R., Ikhwan, Y. dan Fauzi, M., 2014.
Analisis Tata Kelola Sistim Drainase Yang
Berkelanjutan Berbasis Partisipasi Masyarakat
(Studi Kasus di Perumahan Duta Green City
Kota Pekanbaru Provinsi Riau). Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas
Riau, Pascasarjana Ilmu Lingkungan
Program Pascasarjana Universitas Riau.
United Nations Development Programs, Tim
Teknis Nasional. 2007. Modul Pelatihan
ArcGIS Dasar.
Vadlon. 2011. Desain Kriteria Penilaian Kondisi
Jaringan Drainase dan Aplikasinya. Tesis,
Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas
Maret Surakarta.

Oktavianti, Subari dan Yulius, E. 2014.
Pemetaan Jaringan Irigasi Daerah Jawa
Barat Berbasis Sistem Informasi Geografis
(SIG). Jurnal Bentang Volume 2, Universitas
Islam 45 Bekasi, Balai Irigasi Dinas
Pekerjaan Umum Bekasi.
Oskarsdottir, S. M., Gislason, S. R., Snorrason,
A., Halldorsdottir, S. G. dan Gisladottir, G.
2011. Spatial Distribution of Dissolved
Constituents in Iceland River Waters.
Journal Hydrology 397 (2011) 175-190.
www.elsevier.com/locate/jhydrol

commit to user
18