MODELING MELALUI MEDIA VIDEO SEBAGAI TEKNIK TOILET TRAINING SISWA DOWN SYNDROM.

(1)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR

PENGESAHAN

………..

i

LEMBAR

PERNYATAAN

……….

ii

ABSTRAK

………

iii

UCAPAN

TERIMAKASIH

………...

iv

KATA

PENGANTAR

………

v

DAFTAR

ISI

………...

vi

DAFTAR

TABEL

………

vii

DAFTAR

GAMBAR

………..

viii

DAFTAR

LAMPIRAN

………...

ix


(2)

A.

Latar Belakang ………

1

B.

Rumusan

Masalah………...

4

C.

Definisi Operasional Variabel……… .

4

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian……….

6

BAB II

MODELING MELALUI MEDIA VIDEO TOILET TRAINING

UNTUK SISWA DOWN SYNDROME

A.

Konsep Dasar Modeling………...

7

B. Konsep Dasar Media………....

14

C. Toilet Training ………

15

D. Hambatan Yang Dialami Siswa

Down Syndrome……

16

E. Meningkatkan Keterampilan Toilet Training Siswa

Down Syndrome Dengan Modeling Melalui Media

Video ………

18


(3)

A.

Desain Penelitian………

21

B.

Prosedur Penelitian ………

22

C.

Instrumen Penelitian………..

23

D.

Setting dan Subjek Penelitian ………

24

E.

Teknik Pengumpulan Data………

24

F.

Pengolahan Analisis Data………..

26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian………

28

B. Pembahasan……….

32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………

35

B. Saran………

36


(4)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Data Keterampilan Toilet Training

pada Baseline dan Intervensi………

38

2.

Data

Skor Baseline………...

39

3.

Data

Panjang

Kondisi……….

40

4.

Data Estimasi Kecenderungan Arah pada Keterampilan Toilet Training

42

5.

Data Kecenderungan Stabilitas Keterampilan Toilet Training………

45

6.

Data Jejak pada Keterampilan Toilet Training……….

46

7.

Level dan Stabilitas Keterampilan Toilet Training………..

46


(5)

8.

Level Perubahan pada Keterampilan Toilet Training………..

47

9.

Hasil AnalisisVisual dalam Kondisi Keterampilan Toilet Training…

47

10.

Data Jumlah Variabel yang Diubah………

48

11.

Data Kecenderungan Arah dan Efeknya pada Keterampilan Toilet

Training………

49

12.

Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas pada Keterampilan Toilet

Training………

49

13.

Data Perubahan Level pada KeterampilanToilet Training………

50

14.

Data Persentase Overlap Keterampilan Toilet Training……….

52

15.

Hasil Analisis Visual Kondisi pada Keterampilan Toilet Training….

53

16.

Jadual Pengamatan………

55

DAFTAR GAMBAR


(6)

1.

Dokumentasi Penelitian……… 68

2.

Instrumen Penelitian………..

70

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Keterampilan Toilet Training pada Baseline dan Intervensi…………

29


(7)

4.2 Rata-rata Keterampilan Toilet Training………

30

4.3 Estimasi Kecenderungan Arah pada Keterampilan Toilet Training…..

41

4.4 Trend Stabilitas Baseline………..

43

4.5 Trend Stabilitas Intervensi………

43

4.6 Overlap Baseline dan Intervensi pada Keterampilan Toilet Training…

52


(8)

1

BAB I

PANDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Down syndrome

adalah bagian dari tunagrahita dan dapat diartikan

sebagai suatu kondisi yang ditandai oleh adanya abnormalitas perkembangan

kromosom, kemampuan mental jauh di bawah rata-rata, memiliki hambatan

dalam penyesuaian diri secara sosial (perilaku adaptif), berkaitan dengan

adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat dan tidak dapat

disembuhkan.

Menurut catatan

Indonesia Center for Biodiversity dan Biotechnology

(ICBB)

Bogor, di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak penyandang

down syndrome.

Sedangkan angka kejadian penyandang

down syndrome

di

seluruh dunia diperkirakan mencapai 8 juta jiwa (Aryanto, 2008). Angka

kejadian kelainan

down syndrome

mencapai 1 dalam 1000 kelahiran. Di

Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan kelainan

ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300.000 jiwa (Sobbrie,

2008). Melihat data tersebut diperkirakan angka kemungkinan munculnya

down syndrome

semakin bertambah di masa yang akan datang.

Hasil studi pendahuluan di lapangan ditemukan siswa

down syndrome

dengan ciri-ciri fisik bertubuh agak pendek, bagian wajah tampak sela hidung

yang datar, bentuk mata yang `menurun, mulut yang kecil dengan lidah yang


(9)

2

menebal, anak tidak berbicara walaupun bisa mendengar, suka menggerakkan

bibir sampai mengeluarkan bunyi menggumam yang tidak dapat dimengerti.

Kondisi siswa tersebut. mengalami keterlambatan dalam semua aspek

perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Dalam

melakukan komunikasi, siswa menggunakan bahasa sederhana dan

isyarat/gesture, siswa kesulitan dalam mengekspresikan keinginan dan

kebutuhannya. Dalam kesehariannya, aktivitas siswa seperti bangun tidur,

makan, minum, mandi, berpakaian hingga pergi ke sekolah semuanya

tergantung pada pengasuhnya. Di sekolah anak hanya mampu makan dan

minum ketika pengasuhnya memberinya.

Karena siswa tidak bisa menyampaikan keinginan/kebutuhannya,

maka untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) juga siswa

seringkali tidak mampu untuk mengungkapkan keinginannya, oleh karena itu

di sekolah siswa seringkali ngompol dan BAB di celana. Akibatnya kegiatan

belajar mengajar sering terganggu, karena bila siswa tiba tiba ngompol/BAB

akhirnya siswa pulang dan tidak menyelesaikan kegiatan belajar, terlebih bila

kegiatan dilakukan di luar sekolah misalnya di kolam renang, museum atau

tempat-tempat umum lainnya yang sering dikunjungi oleh siswa-siswa SLB

Nike Ardilla.

Dari hasil pengamatan di sekolah, ditemukan fakta bahwa siswa

sering kali ngompol dan buang air besar di celana, hal ini diakibatkan karena

siswa juga tidak mampu membuka celana (luar), membuka celana (dalam),


(10)

3

masuk ke WC, dan jongkok di atas kloset. Padahal keterampilan membuka

celana, masuk ke WC hingga siswa bisa jongkok di atas kloset merupakan

keterampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu dalam melatih keterampilan

toilet training pada tempatnya.

Keterampilan toilet training pada siswa

down syndrome

biasanya

dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Ketika anak berusia balita biasanya

keterampilan toilet training sudah bisa dilatih /dibiasakan. Pola asuh orang tua

yang “tidak tegaan” untuk melatih kedisiplinan dalam toilet training turut

berpengaruh dalam perkembangan kemampuan toilet training. Kebiasaan

untuk selalu menolong dan memanjakan menjadikan anak sangat tergantung

pada pengasuhnya.

Selain itu keberhasilan toilet training tergantung pula pada kesiapan

yang ada pada diri anak dan keluarga seperti kesiapan fisik, dimana

kemampuan anak secara fisik sudah kuat dan mampu duduk atau berdiri

sehingga memudahkan anak untuk dilatih buang air, demikian pula kesiapan

psikologis dimana anak membutuhkan suasana yang nyaman agar mampu

mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk buang air besar atau

kecil (Hidayat, 2008).

Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Khamidah (2006) yaitu

strategi yang paling efektif dalam melakukan toilet training adalah dengan

memperkenalkan penggunaan toilet secara langsung, memberikan pujian


(11)

4

kepada anak atas keberhasilan yang ditunjukkan dan melalui

role models

dari

orang-orang terdekat.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nety Siti Hayati (2006) dengan

judul Penerapan Metode

Teacch

dalam Meningkatkan Keterampilan Toilet

Training pada Anak Tunarungu yang Memiliki Perilaku Autis diperoleh

kesimpulan bahwa metode

teacch

berpengaruh dalam meningkatkan

keterampilan toilet training anak tunarungu yang memiliki perilaku autis.

Melihat fakta di lapangan dan pentingnya keterampilan toilet

training bagi seorang anak, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh

modeling melalui tayangan video terhadap keterampilan toilet training siswa

down syndrome

. Tayangan video dipilih berdasarkan asesmen yang dilakukan

terhadap ketertarikan pada gambar dirinya yang ditayangkan lewat media

video dan belum pernah dilakukan sebelumnya. Siswa sangat tertarik pada

video yang menayangkan rekaman kegiatan belajar di sekolah.

B.

Rumusan Masalah

Masalah utama dari penelitian ini difokuskan pada :

“Apakah modeling melalui media video berpengaruh untuk meningkatkan

keterampilan toilet training siswa

down syndrome?

”.

C. Definisi Operasional Variabel

1.

Variabel Bebas


(12)

5

Variabel bebas dapat diartikan sebagai variabel penyebab munculnya

variabel lain, yang dalam penelitian ini adalah modeling melalui media

video. Modeling dalam penelitian ini diartikan sebagai peniruan perilaku

melalui media video tentang kegiatan toilet training dalam pembelajaran

yang dilakukan oleh seorang siswa. Dalam penelitian ini dipilih teman

sebaya sebagai model untuk memperagakan keterampilan toilet training.

2.

Variabel Terikat

Keterampilan toilet training

Variabel terikat dapat diartikan sebagai variabel yang dipengaruhi oleh

variabel lain. Dalam penelitian ini variabel terikat atau target behavior

adalah keterampilan toilet training yang meliputi kegiatan.

1.

Membuka kancing kait

2.

Menurunkan resleting celana

3.

Menurunkan celana sampai kaki

4.

Melepas celana

5.

Menurunkan celana dalam

6.

Melepas celana dalam

7.

Masuk ke wc

8.

Berdiri di atas kloset

9.

Jongkok di atas kloset.

Pada penelitin ini keterampilan toilet training dinilai dalam bentuk skor

sebagai berikut : skor 1 jika tidak melakukan, skor 2 jika melakukan


(13)

6

dengan bantuan, skor 3 jika melakukan tanpa bantuan. Semakin tinggi

skor yang diperoleh dapat diartikan semakin baik keterampilan toilet

trainingnya.

D.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.

Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

rumusan masalah, penulis menetapkan bahwa tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah:

a.

Mengetahui kemampuan awal toilet training siswa

down syndrome.

b.

Mengetahui keterampilan toilet training siswa

down syndrome

setelah

diberi intervensi modeling melalui media video.

2.

Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat:

a.

Meningkatkan keterampilan toilet training siswa

down syndrome.

b.

Menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan media yang digunakan


(14)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap kasus tunggal sehingga rancangan

yang digunakan adalah desain

Single Subject Research

(Rancangan Penelitian

Subjek Tunggal) yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu subjek

dengan tujuan untuk mengetahui berapa besarnya pengaruh dari perlakuan

yang diberikan secara berulang-ulang terhadap kasus tunggal. Sunanto

(2005;135) menyatakan bahwa: “Desain subjek tunggal biasanya digunakan

pada penyelidikan perubahan tingkah laku dari seseorang yang timbul sebagai

akibat beberapa perlakuan (intervensi) dan dapat dipakai apabila ukuran

sampel adalah satu”.

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah desain A-B.

Gambar tampilan desain dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

3.1 Rancangan Eksperimen A-B

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415

S K O R SESI Baseline Intervensi


(15)

22

Keterangan:

Baseline = Kondisi awal atau dasar kemampuan subjek dalam

keterampilan toilet training

Intervensi = Subjek diberi perlakuan/intervensi , dalam penelitian ini

intervensi yang diberikan berupa modeling melalui video

B.

Prosedur Penelitian

1.

Menentukan baseline (A)

Fase baseline mengukur keterampilan toilet training subjek dengan

memberikan perintah-perintah lisan dan isyarat untuk membuka kancing

kait, menurunkan resleting celana, menurunkan celana sampai kaki,

melepas celana, menurunkan celana dalam, melepas celana dalam, masuk

ke wc, berdiri di atas kloset dan jongkok di atas kloset.

Pada penelitian ini baseline diambil selama lima sesi pengamatan, setiap

sesi dilakukan dalam 30 menit per hari sepanjang jam belajar di sekolah

yaitu dimulai dari jam 08.00 sampai dengan 12.00 setiap hari senin,

selasa, rabu, dan kamis di bulan Mei sampai dengan Juni 2011.

2.

Prosedur Intervensi (B)

Pada fase ini prosedur yang dilakukan pertama adalah memperlihatkan

video berdurasi 5 menit berisi adegan membuka kancing kait,

menurunkan resleting celana, menurunkan celana sampai kaki, melepas

celana, menurunkan celana dalam, melepas celana dalam, masuk ke wc,

berdiri diatas kloset dan jongkok diatas kloset.


(16)

23

Prosedur yang dilakukan pada saat intervansi yaitu pada saat penayangan

video, penayangan tersebut dapat diberhentikan sementara atau

pause

pada setiap adegan yang tidak dapat ditiru/dilakukan subjek. Penilaian

dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

-

Melakukan tanpa bantuan skor = 3

-

Melakukan dengan bantuan skor = 2

-

Tidak melakukan skor = 1

Setelah prosedur tersebut dilaksanakan maka skor yang diperoleh dapat

dihitung dan dimasukkan ke dalam tabel dan grafik.

C.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah video toilet training

yang berisi 9 adegan yaitu:

1.

Membuka kancing kait

2.

Menurunkan resleting celana

3.

Menurunkan celana sampai kaki

4.

Melepas celana

5.

Menurunkan celana dalam

6.

Melepas celana dalam

7.

Masuk wc

8.

Berdiri di atas kloset

9.

Jongkok di atas kloset


(17)

24

Perintah untuk meniru gerakan diberikan setelah video ditayangkan,

kemudian subjek melakukan peniruan gerakan toilet training sesuai perintah

lisan dan isyarat yang diberikan.

D.

Setting dan Subjek Penelitian

1.

Setting

Penelitian ini dilaksanakan di SLB B-C Nike Ardilla dengan mengambil

tempat belajar di depan wc/ toilet sekolah selama 30 menit setiap sesinya.

2.

Subjek Penelian

Subjek penelitian ini adalah 1 (satu) orang siswa

down syndrome

berinisial IFN, berusia 16 tahun yang mengalami hambatan dalam

perkembangan kognitif, bahasa, motorik, sosial dan mempunyai masalah

dalam keterampilan buang air besar dan buang air kecil yaitu ngompol dan

BAB di celana selama di sekolah.

E.

Teknik Pengumpulan Data

Observasi

Dilakukan dengan mengisi lembar pengamatan seperti di bawah ini

Lembar Observasi

Nama Subjek : IFN

Nama Observer : ……….……….

Target Behavior : Keterampilan Toilet Training

Tahap/sesi ke : ……….


(18)

25

Waktu setiap sesi : 30 menit

Hari/Tgl/

Jam

Kegiatan yang dinilai

Penilaian

MTB (3) MDB (2)

TM (1)

1. Membuka kancing kait

2. Menurunkan resleting celana

3. Menurunkan celana sampai kaki

4. Melepas celana

5. Menurunkan celana dalam

6. Melepas celana dalam

7. Masuk ke WC

8. Berdiri di atas kloset

9. Jongkok di atas kloset

Keterangan :

MTB = Melakukan Tanpa Bantuan

(Skore = 3)

MDB = Melakukan Dengan Bantuan

(Skore = 2)

TM

= Tidak Melakukan

(Skore = 1)

Diisi dengan cara memberi ceklis (

) pada pilihan penilaian berdasarkan unjuk kerja

yang dilakukan oleh subjek.


(19)

26

F.

Pengolahan Analisis Data

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada

penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu, setelah

semua data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif.

Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks

tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang

sederhana (Sunanto 2005: 65). Adapun tujuan analisis data dalam modifikasi

perilaku adalah untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh intervensi terhadap

perilaku yang ingin dirubah atau target behavior, pada penelitian ini untuk

melihat bagaimana pengaruh modeling melalui media video pada

keterampilan toilet training siswa

down syndrome.

Metode analisis visual

yang digunakan adalah dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap

data yang ditampilkan dalam grafik, dalam proses analisis data pada penelitian

subjek tunggal banyak menampilkan data ke dalam grafik khususnya grafik

garis, tujuan penggunaan grafik dalam penelitian ini adalah supaya peneliti

lebih mudah menjelaskan perilaku subjek secara efisien dan detail. Menurut

Sunanto (2005: 36) terdapat beberapa komponen-komponen dasar yang harus

dipenuhi dalam pembuatan grafik diantaranya sebagai berikut:

1.

Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang

menunjukkan satuan variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal).

Dalam penelitian ini absis digunakan untuk menunjukkan banyaknya

sesi.


(20)

27

2.

Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang

menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi

dan durasi). Penelitian ini menggunakan ordinat untuk menunjukkan

skor kemampuan keterampilan toilet training.

3.

Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y

sebagai titik awal satuan bebas dan terikat.

4.

Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang

menunjukkan ukuran.

5.

Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi

eksperimen misalnya baseline atau intervensi

6.

Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan

adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7.

Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(21)

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

1.

Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek

memiliki hambatan dalam keterampilan toilet training, hal ini dapat dilihat

dari grafik sebelum diberikan intervensi, data menunjukkan bahwa

sembilan indikator yang diukur untuk melihat keterampilan toilet training

dapat dilakukan dengan bantuan, terutama pada indikator membuka

kancing kait

2.

Setelah diberikan intervensi modeling melalui media video hasilnya

keterampilan toilet training subjek meningkat, hal ini dapat dilihat dari

adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi adalah peniruan yang

dilakukan subjek terhadap sembilan indikator keterampilan toilet training

yang meningkat terutama pada keterampilan menurunkan resleting celana

tanpa bantuan, menurunkan celana sampai kaki tanpa bantuan, membuka

celana tanpa bantuan, menurunkan celana dalam tanpa bantuan, membuka

celana dalam tanpa bentuan, masuk wc tanpa bantuan, berdiri diatas kloset

tanpa bantuan serta jongkok di atas kloset juga tanpa bantuan. Hanya satu

indikator yang dilakukan dengan bantuan yaitu membuka kancing kait.


(22)

36

Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh modeling melalui

media video terhadap keterampilan toilet training siswa

down syndrome

dengan karakteristik seperti diuraikan diatas

.

B.

Saran

Atas dasar hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1.

Bagi Orang Tua

a.

Mempertimbangkan hambatan dan kondisi fisik subjek yang dialami

selama penelitian, disarankan untuk menyediakan seragam sekolah

yang disesuaikan dengan kondisi anak, pemakaian celana berkancing

kait diganti dengan celana yang berperekat.

b.

Membatasi pemakaian pempers/diapers karena membuat iritasi pada

kulit.

c.

Menanamkan disiplin yang konsisten dalam melatih toilet training.

2.

Peneliti selanjutnya

Modeling melalui media video dapat dijadikan bahan penelitian

selanjutnya dengan mempertimbangkan indikator yang lebih lengkap

untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain

itu juga perlu dipertimbangkan pemilihan sampel yang lebih banyak, atau

peningkatan keterampilan yang lainnya.


(23)

37

I. Daftar Pustaka

Gunarhadi. (2005)

Penanganan Anak Syndroma Down dalam Lingkungan Keluarga

dan Sekolah

, Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hayati, N.S. (2006).

Penerapan Metode Teach Dalam Meningkatkan Keterampilan

Toilet Training Pada Anak Tuna Rungu Yang Memiliki Perilaku Autis

,

Skripsi, Jurusan PLB, UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lewis, V. (2003).

Development and Disability, Second Edition

, United Kingdom.

Blackwell Publishers

Sunanto, J., Takeucchi, K. dan Nakata, H. (2005).

Pengantar penelitian dengan

Subyek Tunggal

, Japan: CRICED, University of Tsukuba.

Spink, H. (2005).

Applying Structured Teching Principles to Toilet Training

[Online], Tersedia:

http://www

. Toilet Training.com [11 November 2010]

Tarsidi, D. (2008).

Memahami Perkembangan Kepribadian Tunanetra Melalui Teori

Kepribadian

Sosial

Learning

Dari

Bandura.

[Online],

Tersedia:

http://www.d-tarsidi.bloggspot.com

. [5 Desember 2010]

Teori

Belajar

Sosial.

[Online].

Tersedia:

http;//edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

[5 Desember 2010]

Toilet Training. [Online]. Tersedia:

http://www.Medicastore.com/cybermed.

[22

Desember 2010]

Toilet Training, [Online] Tersedia : http/www.foxitsoftware.com [10 Desember 2010]

Wasson, J.B. (2005).

Single Subject Research Design

(on line) Tersedia:

http://www.iit.edu/departements/esep/emerging/bme/single.html

. [o4 April

2010]


(1)

Waktu setiap sesi : 30 menit Hari/Tgl/

Jam Kegiatan yang dinilai

Penilaian

MTB (3) MDB (2) TM (1) 1. Membuka kancing kait

2. Menurunkan resleting celana 3. Menurunkan celana sampai kaki 4. Melepas celana

5. Menurunkan celana dalam 6. Melepas celana dalam 7. Masuk ke WC

8. Berdiri di atas kloset 9. Jongkok di atas kloset

Keterangan :

MTB = Melakukan Tanpa Bantuan (Skore = 3) MDB = Melakukan Dengan Bantuan (Skore = 2) TM = Tidak Melakukan (Skore = 1)

Diisi dengan cara memberi ceklis ( √ ) pada pilihan penilaian berdasarkan unjuk kerja yang dilakukan oleh subjek.


(2)

F. Pengolahan Analisis Data

Tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan adalah analisis data, pada penelitian desain kasus tunggal akan terfokus pada data individu, setelah semua data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Pada penelitian dengan kasus tunggal penggunaan statistik yang kompleks tidak dilakukan tetapi lebih banyak menggunakan statistik deskriptif yang sederhana (Sunanto 2005: 65). Adapun tujuan analisis data dalam modifikasi perilaku adalah untuk dapat melihat sejauh mana pengaruh intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah atau target behavior, pada penelitian ini untuk melihat bagaimana pengaruh modeling melalui media video pada keterampilan toilet training siswa down syndrome. Metode analisis visual yang digunakan adalah dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap data yang ditampilkan dalam grafik, dalam proses analisis data pada penelitian subjek tunggal banyak menampilkan data ke dalam grafik khususnya grafik garis, tujuan penggunaan grafik dalam penelitian ini adalah supaya peneliti lebih mudah menjelaskan perilaku subjek secara efisien dan detail. Menurut Sunanto (2005: 36) terdapat beberapa komponen-komponen dasar yang harus dipenuhi dalam pembuatan grafik diantaranya sebagai berikut:

1. Absis adalah sumbu X merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal). Dalam penelitian ini absis digunakan untuk menunjukkan banyaknya


(3)

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi dan durasi). Penelitian ini menggunakan ordinat untuk menunjukkan skor kemampuan keterampilan toilet training.

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan bebas dan terikat.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran.

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa subjek memiliki hambatan dalam keterampilan toilet training, hal ini dapat dilihat dari grafik sebelum diberikan intervensi, data menunjukkan bahwa sembilan indikator yang diukur untuk melihat keterampilan toilet training dapat dilakukan dengan bantuan, terutama pada indikator membuka kancing kait

2. Setelah diberikan intervensi modeling melalui media video hasilnya keterampilan toilet training subjek meningkat, hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Perbedaan yang terlihat setelah diberikan intervensi adalah peniruan yang dilakukan subjek terhadap sembilan indikator keterampilan toilet training yang meningkat terutama pada keterampilan menurunkan resleting celana tanpa bantuan, menurunkan celana sampai kaki tanpa bantuan, membuka celana tanpa bantuan, menurunkan celana dalam tanpa bantuan, membuka celana dalam tanpa bentuan, masuk wc tanpa bantuan, berdiri diatas kloset tanpa bantuan serta jongkok di atas kloset juga tanpa bantuan. Hanya satu indikator yang dilakukan dengan bantuan yaitu membuka kancing kait.


(5)

Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh modeling melalui media video terhadap keterampilan toilet training siswa down syndrome dengan karakteristik seperti diuraikan diatas.

B. Saran

Atas dasar hasil penelitian ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Orang Tua

a. Mempertimbangkan hambatan dan kondisi fisik subjek yang dialami selama penelitian, disarankan untuk menyediakan seragam sekolah yang disesuaikan dengan kondisi anak, pemakaian celana berkancing kait diganti dengan celana yang berperekat.

b. Membatasi pemakaian pempers/diapers karena membuat iritasi pada kulit.

c. Menanamkan disiplin yang konsisten dalam melatih toilet training. 2. Peneliti selanjutnya

Modeling melalui media video dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan indikator yang lebih lengkap untuk meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu juga perlu dipertimbangkan pemilihan sampel yang lebih banyak, atau peningkatan keterampilan yang lainnya.


(6)

I. Daftar Pustaka

Gunarhadi. (2005) Penanganan Anak Syndroma Down dalam Lingkungan Keluarga dan Sekolah, Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hayati, N.S. (2006). Penerapan Metode Teach Dalam Meningkatkan Keterampilan Toilet Training Pada Anak Tuna Rungu Yang Memiliki Perilaku Autis, Skripsi, Jurusan PLB, UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lewis, V. (2003). Development and Disability, Second Edition, United Kingdom. Blackwell Publishers

Sunanto, J., Takeucchi, K. dan Nakata, H. (2005). Pengantar penelitian dengan Subyek Tunggal, Japan: CRICED, University of Tsukuba.

Spink, H. (2005). Applying Structured Teching Principles to Toilet Training [Online], Tersedia: http://www. Toilet Training.com [11 November 2010] Tarsidi, D. (2008). Memahami Perkembangan Kepribadian Tunanetra Melalui Teori

Kepribadian Sosial Learning Dari Bandura. [Online], Tersedia: http://www.d-tarsidi.bloggspot.com. [5 Desember 2010]

Teori Belajar Sosial. [Online]. Tersedia:

http;//edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/ [5 Desember 2010]

Toilet Training. [Online]. Tersedia: http://www.Medicastore.com/cybermed. [22 Desember 2010]

Toilet Training, [Online] Tersedia : http/www.foxitsoftware.com [10 Desember 2010] Wasson, J.B. (2005). Single Subject Research Design (on line) Tersedia:

http://www.iit.edu/departements/esep/emerging/bme/single.html. [o4 April 2010]


Dokumen yang terkait

Paket pendidikan kesehatan “triple T” dalam meningkatkan pengetahuan ibu toddler mengenai toilet training di posyandu seruni kota Tangerang

0 5 123

Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang

16 75 162

Toilet training: methods, parental expectations andassociated dysfunctions

1 48 9

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME (Studi Kasus pada Siswa Down Syndrome di SLB C1 Widya Bhakti Semarang)

3 42 358

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet Training Terhadap Pelaksanaan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler Di Kelurahan Sewu Surakarta.

0 5 15

perilaku ortu toilet training

0 1 7

TOILET TRAINING PADA ANAK BALITA

0 1 7

PENGARUH MODELING VIDEO TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MELATIH TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI DUSUN SANGGRAHAN CONDONGCATUR NASKAH PUBLIKASI - PENGARUH MODELING VIDEO TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MELATIH TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN D

0 1 14

KARYA TULIS ILMIAH PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MODELING VIDEO TERHADAP PERILAKU IBU DALAM MELATIH TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER

0 1 49