KONTRIBUSI KOMPENSASI DAN MOTIF BERPRESTASI TERHADAP ETOS KERJA GURU PENJAS ORKES:Studi Analitik terhadap Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
PERNYATAAN DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
UCAPAN TERIMAKASIH ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah... 9
1. Identifikasi Masalah... 9
2. Perumusan Masalah... 14
C. Tujuan Penelitian... 16
D. Metodologi Penelitian... 17
E. Manfaat Penelitian... 18
F. Struktur Organisasi Tesis... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani... 20
1. Konsep Pendidikan Jasmani... 20
2. Pembelajaran Pendidikan Jasmani... 23
3. Peran dan Fungsi Penjas... 28
4. Peran Guru Penjas... 30
B. Etos Kerja... 33
1. Konsep Etos Kerja... 33
2. Etos Kerja Profesional... 33
3. Indikator Etos Kerja... 43
4. Etos Kerja Guru Penjas... 49
C. Kompensasi... 52
1. Konsep Dasar... 52
2. Bentuk Kompensasi... 58
3. Kompensasi berdasar Etos Kerja... 64
4. Pengukuran Kompensasi... 69
D. Motivasi... 70
1. Konsep Dasar... 70
(2)
3. Teori Motivasi Berprestasi... 97
E. Hubungan antar Variabel... 98
1. Hubungan Kompensasi dengan Etos Kerja... 98
2. Hubungan Motif Berprestasi dengan Etos Kerja... 98
F. Hasil Penelitian Sejenis Terdahulu yang Relevan... 99
G. Kerangka Pemikiran... 99
H. Asumsi Penelitian... 101
I. Hipotesis Penelitian... 102
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 103
B. Tempat Penelitian... 104
C. Populasi dan Sampel... 104
D. Desain Penelitian... 105
E. Jenis dan Sumber data... 105
F. Instrumen Penelitian... 106
G. Skala Nilai... 108
H. Uji Coba Instrumen... 109
I. Teknik Analisis Data... 112
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 115
1. Deskripsi Variabel... 115
a. Kompensasi... 117
b. Motif Berprestasi... 118
c. Etos Kerja Guru Penjas... 120
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data... 122
1. Pengujian Normalitas Distribusi... 122
2. Uji Homogenitas... 126
C. Pengujian Hipotesis Penelitian... 127
1. Pengujian Hipotesis Pertama... 128
2. Pengujian Hipotesis Kedua... 131
3. Pengujian Hipotesis Ketiga... 133
D. Rangkuman Hasil Analisis Data... 136
E. Pembahasan Hasil Penelitian... 137
F. Diskusi Temuan... 146
G. Keterbatasan Penelitian... 151
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan... 152
B. Implikasi... 152
C. Rekomendasi... 153
DAFTAR PUSTAKA... 155
LAMPIRAN... 156
(3)
(4)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan (human invesment) yang menjadi tumpuan harapan bagi masa depan suatu bangsa, dan dilakukan melalui proses pengajaran, pelatihan dan bimbingan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003:
“Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. Kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa dan
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Guru merupakan sosok penting yang memiliki peran strategi dalam dunia
pendidikan. Peran dan fungsinya sebagai “ujung tombak” dalam proses
pendidikan, bahkan guru merupakan orang yang paling bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu penting, sehingga pemerintah melindungi hak dan kewajiban guru melalui Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Melalui undang-undang ini diharapkan kinerja guru dapat meningkat yang juga diikuti dengan meningkatnya kualitas pendidikan. Guru memegang peranan penting dan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan, sehingga
(5)
kedudukannya sulit untuk digantikan. Sedangkan hubungannya dengan pembelajaran, peran guru tidak dapat digantikan oleh media lain, meskipun perkembangan teknologi dewasa ini terasa sangat cepat dalam dunia pendidikan. Tidak dipungkiri lagi bahwa profesi guru saat ini menjadi harapan para generasi muda Indonesia dalam rangka membentuk pribadi, sikap, dan kemampuan.
Guru sekolah dasar mempunyai peranan yang cukup sentral dalam mengembangkan karakter dan watak siswa. Hal ini mengingat bahwa pada jenjang sekolah dasar siswa akan lebih banyak mencari dan membentuk jati dirinya, sehingga sosok guru mutlak diperlukan untuk membantu pembentukan tersebut. Guru sekolah dasar dituntut untuk mencintai sepenuh hati pekerjaan dan para siswanya. Lebih lanjut Soegijono dalam Harsuki (2003: 98) mengungkapkan bahwa Guru merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang turut menentukan kualitas lulusan. Guru sekolah dasar lebih merupakan manusia model yang sedikit banyak akan ditiru oleh para siswa baik sikap, gaya, maupun cara bicaranya. Di sinilah perlunya sosok guru, yang mempunyai etos kerja tinggi. Semangat dan kreativitas kerja guru sekolah dasar sangat diperlukan agar tercapainya tujuan pendidikan pada jenjang ini. Penampilan guru sekolah dasar perlu memperhatikan perkembangan peserta didik dan juga etos kerjanya sendiri.
Di Indonesia, jumlah guru mencapai dua juta orang dan sebagian besar adalah guru sekolah dasar (60%), 37% guru sekolah lanjutan tingkat pertama dan atas, dan 3% dosen Dedi Supriadi (1998: 47). Sejalan dengan program wajib belajar yang dicanangkan pemerintah, maka jumlah guru di tingkat sekolah dasar
(6)
akan terus bertambah. Bertambahnya jumlah guru sekolah dasar secara kuantitas akan menimbulkan masalah dalam upaya peningkatan kesejahteraan guru. Di sisi lain, bertambahnya guru juga akan menimbulkan permasalahan dalam upaya meningkatkan kualitas guru. Melalui undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pemerintah berupaya memberikan jaminan kesejahteraan di samping juga berupaya meningkatkan kualitas para guru.
Para guru sekolah dasar harus bekerja sesuai dengan tanggung jawab dan kewajibannya, meskipun kesejahteraan dirinya masih menjadi perhatian semua pihak. Hal ini berarti bahwa guru sekolah dasar akan lebih banyak dituntut pengabdian tiada henti yang ditunjukkan dengan etos kerja dan kinerja yang baik selama melaksanakan tugas dan kewajibannya itu. Etos kerja dan kinerja yang tinggi para guru sekolah dasar akan berpengaruh pada peningkatan kualitas proses pendidikan pada jenjang sekolah dasar sehingga para siswa akan menjadi lulusan yang berkualitas pula.
Guru pendidikan jasmani mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan guru-guru lainnya. Keberadaannya dalam suatu lingkungan sekolah memang merupakan lebih pada tuntutan kurikulum yang mengharuskan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani yang tentunya dilaksanakan oleh guru pendidikan jasmani. Kedudukan guru pendidikan jasmani itu sendiri, saat ini masih belum diperhatikan secara baik dimana mata pelajaran pendidikan jasmani oleh sekolah-sekolah dianggap bukan sesuatu mata pelajaran yang penting. Selain itu juga banyak pandangan-pandangan negatif mengenai pendidikan jasmani, seperti: pendidikan jasmani hanya mengembangkan aspek fisik saja, mata pelajaran yang
(7)
mengganggu, dan sebagainya. Kedudukan mata pelajaran pendidikan jasmani yang masih nomor dua (second class), tentunya menjadikan posisi guru pendidikan jasmani pun dianggap kurang strategis.
Mata pelajaran pendidikan jasmani membutuhkan guru yang memiliki kemampuan yang baik. Guru pendidikan jasmani harus memiliki kompetensi serta sikap dan tingkah laku yang baik. Hal ini disebabkan mata pelajaran pendidikan
jasmani yang mempunyai ciri khas „unik‟ dalam pembelajarannya. Selain itu juga
sikap dan tingkah laku guru pendidikan jasmani yang bersifat pribadi sering kali dijadikan cermin para siswanya. Kedekatan guru pendidikan jasmani dengan
siswanya nampak lebih „bebas‟ dan bersahabat. Hal inilah yang seharusnya
menjadi dorongan dan bernilai tambah bagi para guru pendidikan jasmani terutama di sekolah dasar untuk benar-benar melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar. Guru pendidikan jasmani seharusnya memperlihatkan sikap dan tanggung jawabnya terhadap tugas dan kewajiban dengan bekerja giat untuk mengangkat dan meningkatkan pandangan terhadap diri pribadi dan juga terhadap kedudukan mata pelajaran pendidikan jasmani.
Keberadaan mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum sekolah dasar mempunyai sasaran pada pengembangan integritas kepribadian dan sosial. Kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar tentunya lebih banyak ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru pendidikan jasmani. Itulah sebabnya guru pendidikan jasmani harus benar-benar mempunyai etos kerja tinggi agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Guru-guru pendidikan jasmani yang mempunyai etos kerja tinggi
(8)
cenderung lebih mempunyai jiwa dan semangat pantang menyerah dalam melakukan segala tugas dan kewajibannya di sekolah. Hal ini mengingat begitu besarnya harapan dari masyarakat dan pemerintah pada para guru di lingkungan sekolah dasar dalam menanamkan karakter dan watak dasar anak didiknya. Demikian juga pada akhirnya orang akan berpandangan dengan adanya mata pelajaran pendidikan jasmani akan melengkapi keberhasilan pelajaran lain, karena siswanya dapat diarahkan menjadi sehat baik jasmani ataupun rohani.
Pada lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja terdapat 34 sekolah dasar terdiri atas 33 sekolah dasar yang mempunyai guru pendidikan jasmani dan 1 sekolah dasar tidak memiliki guru pendidikan jasmani.
Tabel 1.1
Kualifikasi Pendidikan Guru Penjas SD di Kecamatan Darmaraja
No Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1 S1 Penjas 23
2 D2 Penjas 7
3 SGO 3
4 SMA -
5 SPG -
6 SMEA -
7 MA -
8 S1 Non-Penjas -
Jumlah 33
Sumber : Laporan Bulanan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja
Kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh para guru pendidikan jasmani sekolah dasar akan berpengaruh pada kinerja dan etos kerjanya, sehingga berpengaruh pula pada kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa guru pendidikan jasmani sekolah dasar di Kecamatan Dramaraja secara berturutan 23 orang yang berkualifikasi Sarjana (S1
(9)
Penjas), 7 orang berkualifikasi Diploma dua (D2 Penjas), dan 3 orang berkualifikasi SGO (Sekolah Guru Olahraga). Kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh guru pendidikan jasmani tersebut masih ada yang belum sesuai dengan yang diharapkan seperti yang diamanatkan dalam UU nomor 14 tentang guru dan dosen.
Berbagai upaya perlu dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan melalui sinkronisasi kerjasama semua pihak yang termasuk dalam komponen persekolahan. Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan masalah mutu pendidikan seperti kurikulum, fasilitas penunjang serta sumber daya lainnya, namun faktor yang paling menentukan adalah guru dan siswa yang menjadi subjek pendidikan. Berdasarkan hal itu, upaya yang paling utama bagi perbaikan segala kekurangan tersebut adalah diantaranya peningkatan etos kerja guru yang akan berimplikasi terhadap perkembangan kepribadian siswa.
Sejalan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, ada berbagai permasalahan yang dihadapi guru. Permasalahan itu terdiri atas masalah yang bersifat internal seperti; kesejahteraan, kompetensi, masalah etos kerja guru, serta masalah yang bersifat eksternal seperti; lingkungan sekolah, sarana prasarana, pimpinan, siswa, rekan kerja. Kesejahteraan guru seharusnya menjadi pusat perhatian pemerintah, masyarakat, dan pihak lain yang bekepentingan, hal ini mengingat begitu besarnya fungsi dan tanggungjawab guru bila dihubungkan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan.
(10)
Seseorang akan bekerja secara professional bilamana memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, baik sebagai pengajar maupun sebagai pendidik, guru akan selalu menghadapi problema. Problema yang dihadapi guru dapat pula berasal dari kebutuhan-kebutuhan yang kurang terpenuhi sehingga berpengaruh terhadap proses belajar mengajar yang dikelolanya.
Seperti pendapat Siagian (2003: 52) yang menyatakan :
“Motivasi dasar bagi kebanyakan orang menjadi pegawai pada suatu organisasi adalah untuk mencari nafkah. Berarti apabila seseorang menggunakan pengetahuan, keterampilan, tenaga dan sebagian waktunya untuk berkarya pada suatu organisasi, di lain pihak ia mengharapkan
menerima imbalan tertentu”.
Analisis penulis bahwa kompensasi finansial yang diterima guru khususnya pada saat ini masih kurang mencukupi untuk bisa menutupi kebutuhan hidupnya beserta keluarga, sehingga masih ada guru yang belum terkonsentrasi penuh kepada tugasnya, walaupun dapat dikatakan bahwa kompensasi bukanlah satu-satunya faktor yang dapat memberikan motivasi kerja.
Kinerja dan etos kerja dari 33 orang guru pendidikan jasmani sekolah dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja tersebut memperlihatkan indikator, adanya guru pendidikan jasmani yang sering terlambat datang mengajar, kurang bertanggungjawab terhadap tugas mengajarnya, belum dan tidak mau terlibat dalam organisasi sekolah baik menjadi wali kelas maupun pembina ekstrakurikuler. Selain hal di atas, hasil temuan dilapangan pelaksanaan tugas mengajar, membimbing, mendidik, dan melatih para siswa melalui media pemanfaatan aktivitas jasmanai dan olahraga untuk kepentingan pencapaian
(11)
tujuan pendidikan terasa belum sepenuhnya mencapai sasaran yang dimaksud. Guru penjas dalam melaksanakan tugasnya masih sering terkesan mengajar dengan memanfaatkan cabang-cabang olahraga sebagai alat maupun tujuan pembelajaran. Indikator etos kerja misalnya, masih tertangkap guru yang lemah dalam kreativitas rancangan tugas belajar gerak, artinya guru kurang kreatif didalam menciptakan tugas belajar gerak diluar cabang olahraga. Di sisi lain, ada juga guru yang begitu bersemangat dan pantang menyerah dalam melaksanakan tugasnya.
Berdasarkan informasi dari rapat forum KKG penjasorkes di kecematan Darmaraja, masih ada sikap-sikap negatif yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani, mulai dari cara mengajar yang kurang baik, tidak pernah masuk kerja, sampai pada hal-hal yang berbau kriminalitas.. Sikap-sikap yang kurang baik tersebut berakibat pula pada rendahnya pandangan terhadap para guru pendidikan jasmani secara umum.
Dilhat dari segi kompensasi, berdasarkan hasil temuan pengawas TK SD UPTD Kecamatan Darmaraja tahun 2011, diperoleh data bahwa dengan alasan pendapatan yang relatif kecil, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan, seperti mengajar di sekolah lain, memperi les pada sore hari, menjadi penarik ojek, menjual buku dan LKS, berjualan pulsa ponsel, dan sebagainya. Kesejahteraan guru yang kurang memadai akan berdampak pada kualitas etos kerja yang diwujudkan melalui kinerja guru dalam proses pendidikan.
Apabila permasalahan ini dibiarkan berkepanjangan akan berdampak pada etos kerja guru itu sendiri, juga berdampak pula pada kualitas pendidikan itu
(12)
sendiri. Yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan kualitas Sumber daya manusia sebagai output pendidikan secara umum.
Hal yang terungkap di atas menggugah perhatian dan minat peneliti untuk mencoba mengamati dunia pendidikan menghadapi berbagai persoalan yang ada, sehingga dirasakan perlu untuk menganalisis kompensasi yang diterima oleh guru serta motif berprestasi seperti apa yang akan berpengaruh terhadap etos kerja guru. Penelitian ini berjudul Kontribusi Kompensasi dan Motif Berprestasi terhadap Etos Kerja Guru Penjas, dengan subjudul : Studi Analitik Terhadap Guru Penjas SD di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Ada kecenderungan guru pendidikan jasmani dewasa ini belum melaksanakan tugas kewajibannya dengan optimal. Hal ini bertolak belakang dengan peran dan fungsi guru pendidikan jasmani yang begitu strategis dalam konteks proses pendidikan di sekolah khususnya di Sekolah Dasar. Pekerjaan guru pendidikan jasmani menuntut tanggung jawab yang tinggi.
Tanggungjawab dan komitmen yang tinggi dalam tugas akan memberikan kekuatan untuk mengemban tugas profesional, seperti (1) membina keserasian kehidupan siswa/peserta didik; (2) membina kemampuan siswa untuk memahami instruksi guru; (3) memberikan instruksi yang jelas; (4) membangun ketekunan siswa untuk menguasai materi; (5) membina keserasian tugas dan karakteristik peserta didik; (6) meningkatkan kesempatan dan waktu aktif berlatih siswa; (7)
(13)
membina disiplin dan motivasi belajar siswa (Tahir Djide, 2007: 1), merupakan aspek penting yang harus dimiliki dan dipahami para guru pendidikan jasmani. Oleh sebab itu, tanggungjawab hanya dapat dimiliki manakala etos kerja dan kinerja yang tercipta di lingkungan tugas. Etos kerja akan tergambar oleh kinerja dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai guru pendidikan jasmani harus terus ditingkatkan. Guru pendidikan jasmani juga harus memiliki pandangan yang jauh terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Artinya semangat kerja yang tinggi akan berpengaruh positif, peran serta dan faktor ini harus mendapat dukungan dari pimpinan/kepala sekolah yang secara terus-menerus memberikan dorongan pada guru pendidikan jasmani untuk bekerja optimal dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya itu. Etos kerja, komitmen melaksanakan tugas serta memiliki kesadaran tinggi merupakan jati diri sebagai pendidik, menjadi masalah yang teramati di kalangan guru pendidikan jasmani saat ini.
Sejalan dengan keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, ada berbagai permasalahan yang dihadapi guru. Permasalahan itu terdiri atas masalah yang bersifat internal seperti; kesejahteraan, kompetensi, masalah etos kerja guru, serta masalah yang bersifat eksternal seperti; lingkungan sekolah, sarana prasarana, pimpinan, siswa, rekan kerja. Kesejahteraan guru seharusnya menjadi pusat perhatian pemerintah, masyarakat, dan pihak lain yang bekepentingan, hal ini mengingat begitu besarnya fungsi dan tanggungjawab guru bila dihubungkan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Dengan pendapatan yang relatif kecil, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada
(14)
sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya. Kesejahteraan guru yang kurang memadai akan berdampak pada kualitas etos kerja yang diwujudkan melalui kinerja guru dalam proses pendidikan. Permasalahan ini akan berdampak pula pada kualitas pendidikan itu sendiri. Kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan. Etos kerja menurut Tasmara (1995:25)
yang menyatakan bahwa: “ethic adalah pedoman, moral dan perilaku, atau yang
dikenal pula etiket yang berarti cara bersopan santun”. Etika juga memiliki nilai kesusilaan adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging, bukan pandangan yang bersifat sosiologis, tetapi benar-benar sebuah keyakinan yang mengakar sedalam-dalamnya pada jiwa. Sedangkan, Kartodirejo (1993: 174)
mengungkapkan bahwa: “etos itu menunjukkan kepada seluruh proses „pembiasaan” yang menghasilkan permulaan atau pelembagaan nilai-nilai dan
terwujud sebagai sikap, watak atau mentalis”. Etos kerja dipengaruhi oleh berbagi faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Pemberian kompensasi dan motif berprestasi yang berkembang disekolah dapat memberikan kontribusi pada etos kerja guru. Kompensasi menurut Alma (1998: 185) adalah,” imbalan atau jasa yang diberikan perusahaan yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kedalam kompensasi ini adalah upah ,gaji, insentif, komisi dan
sebagainya yang mengikat karyawan agar bekerja”.Sedangkan menurut Silalahi (1996:259) kompensasi adalah,”Sebagai apa yang diterima karyawan dari
organisasi sebagai pengganti untuk kontribusi yang ia berikan kepada organisasi”.
(15)
, ”Apa yang diterima karyawan sebagai pengganti atas kontribusi yang ia berikan
kepada organisasi”. Sedangkan Sastrowardoyo (2003: 181) mengemukakan bahwa :
”Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada semua tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan
guna mencapai tujuan yang di tetapkan”.
Sehingga seseorang yang bekerja atau memberikan kontribusi terhadap organisasi yang berupa badan usaha, lembaga, industri dan sebagainya, berhak memperoleh kompensasi.
Sedangkan Schuler (1987: 287) menyatakan bahwa kompensasi merupakan kegiatan dimana organisasi menilai kontribusi pekerja yang akan ditukarkan dengan imbalan moneter dan non moneter, atau disebut dengan istilah total compensation.
Senada dengan itu, Castetter (1996: 467) yang melihat kompensasi secara keseluruhan atau total compensation perspektive menyatakan bahwa perencanaan kompensasi memperhatikan seluruh personel pada setiap level tugas dalam sebuah sistim dan seluruh bentuk kompensasi personel, termasuk ”salaries, collateral
benefit, non salary payment, and non economic provision”, jelasnya perencanaan
total compensation berhubungan dengan kebijakan, struktur, level pekerjaan, metode pembayaran, analisis, dan perbandingan posisi dan penilaian kinerja personel.
Tujuan kompensasi menurut Hasibuan (2003: 121) yang pertama adalah sebagai ikatan kerja sama, dengan kompensasi terjalin ikatan kerja sama antara guru dengan pimpinan, dimana guru menjalankan tugasnya dengan baik dan
(16)
pimpinan memperhatikan kesejahteraan guru. Tujuan kedua adalah kepuasan kerja, dengan kompensasi yang diberikan sekolah guru dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial dan egoistiknya.
Teori Motivasi Berprestasi mengemukakan bahwa, manusia pada hakikatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Teori ini memiliki sebuah pandangan bahwa kebutuhan untuk breprestasi itu adalah suatu yang berbeda dan dapat dibedakan dari kebutuhan-kebutuhan yang lainnya. Menurut Mc Clelland (1951), seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain.
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah. n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
(17)
Meskipun demikian masalah etos kerja merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh para guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yang diembannya.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah penelitian diatas, maka pertanyaan yang akan dijawab, dirumuskan sebagai berikut: ”Bagaimana kontribusi kompensasi dan motif berprestasi terhadap etos kerja para guru penjasorkes di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang”, pertanyaan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Apakah kompensasi yang diterima memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan etos kerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang ?
2. Apakah motif berprestasi memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan etos kerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang ?
3. Bagaimana kontribusi kompensasi dan motif berprestasi secara bersama-sama terhadap peningkatan etos kerja guru pendidikan jasmani di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang?
Setelah masalah dirumuskan perlunya pembatasan terhadap masalah yang telah dirumuskan hal ini dilakukan semata-mata karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki peneliti. Pembahasan yang komprehensif dari setiap indikator masing-masing variable dalam penelitian diharapkan dapat mengeliminasi keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Variabel yang diteliti
(18)
dibatasi pada tiga variabel yaitu Kompensasi (X1), Motif Berprestasi (X2) sebagai
variabel bebas dan Etos Kerja Guru Penjas (Y) sebagai variabel terikat, dan variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan dalam bentuk devinisi oprasional sebagai berikut :
a. Kompensasi adalah imbalan moneter dan nonmoneter yang diterima sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada lembaga pendidikan menurut jangka waktu tertentu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut Alma (1998: 185) adalah,” imbalan atau jasa yang diberikan perusahaan yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kedalam kompensasi ini adalah upah, gaji, insentif, komisi dan sebagainya yang mengikat
karyawan agar bekerja”.
b. Motif berprestasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan, dimana motivasi itu sering dikaitkan dengan pengertian keinginan (wants, desire), tujuan (aims, goals), kebutuhan (need), dorongan (drives), motiv, dan insentif. Motivasi adalah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sumidjo, 1984).
c. Etos Kerja adalah sebagai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang mewujud nyata secara khas dalam perilaku kerja mereka (Sanamo, 2002: 64). Sedangkan Djide
(19)
melekat dalam diri guru pendidikan jasmani adalah etika”. Etika sangat
berhubungan masalah “moral dan tingkah laku”. Etos kerja merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi dapat diamati melalui perilaku kerja (kinerja) seorang guru pendidikan jasmani ketika melaksanakan tugas dan kewajibannya.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum pada penulisan tesis ini adalah ingin mengetahui tentang informasi yang berkaitan dengan kompensasi yang diterima dan motif berprestasi terhadap peningkatan Etos Kerja Guru Pendidikan Jasmani Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
2. Tujuan Khusus
Dalam penelitian ini dikumpulkan informasi untuk dikaji khusus terhadap Etos Kerja Guru Pendidikan Jasmani di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang. Lebih jelasnya penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mendapatkan informasi dan mengkaji kontribusi kompensasi terhadap peningkatan Etos Kerja Guru Pendidikan Jasmani di kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
b. Mendapatkan informasi dan mengkaji besarnya kontribusi motif berprestasi terhadap etos kerja guru Pendidikan Jasmani di kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
c. Mendapatkan informasi dan mengkaji kontribusi kompensasi dan motif berprestasi secara bersama-sama terhadap peningkatan etos kerja guru
(20)
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
d. Mengungkap seberapa besar kontribusi kompensasi dan motif berprestasi terhadap etos kerja guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Darmaraja Kabupaten Sumedang.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan prosedur penelitian deskriptif, suatau penelitian yang akan memaparkan tentang kondisi etos kerja guru-guru penjasorkes di suatu kecamatan yang diduga sebagai akibat dari dukungan kompensasi da motif berprestasi. Dua variabel bebas ini dan satu variabel penelitian akan diukur masing-masing melalui seberan angket yang dikembangkan berdasarkan definisi konsep variabel tersebut.
Ketiga angket ditujukan pada seluruh guru penjasorkes dikecamatan Darmaraja untuk kemudian dianalisis melalui analisis korelasi sederhana. Hasil penelitian ini diharapkan akan menejukkan kontribusi nyata dari variabel kompensasi dan motif berprestasi terhadap etos kerja guru penjasorkes.
Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan statistik inferensial, sesuai dengan pendapat Sugiyono (2003: 7)
yaitu, “metode penelitian kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan, sedangkan statistik inferensial adalah statistik, yang digunakan untuk menganalisa data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi berdasarkan data suatu sampel.
(21)
Melalui penerapan metode-metode penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh informasi yang tepat dengan gambaran yang lengkap dan dianggap relevan antara permasalahan yang diteliti, hasil dari mengukur indikator-indikator variabel penelitian dengan parameter dan teknik pengukuran statistik, sehingga diperoleh gambaran dan data tentang pola hubungan diantara variabel-variabel yang diukur.
E.Manfaat Penelitian
Apabila tujuan penelitian dapat dicapai, maka hasil penelitian akan memberikan manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi guru penjas agar memahami lebih jauh konsep dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai guru penjas.
b. Pandangan guru pendidikan jasmani sekolah dasar terhadap pekerjaannya yang ditemukan melalui penelitian ini akan dapat bermanfaat bagi guru sebagai pegangan moral dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
c. Sebagai bahan evaluasi dalam upaya meningkatkan kinerja guru-guru pendidikan jasmani bagi UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja dan kepala sekolah.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang ditemukan melalui penelitian ini akan bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi guru itu sendiri, kepala sekolah, dan UPTD Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja.
(22)
e. Peran kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang ditemukan melalui penelitian ini akan bermanfaat bagi bahan evaluasi Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Darmaraja dan guru itu sendiri dalam upaya meningkatkan etos kerjanya.
2. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini akan dapat menambah khasanah pengetahuan dalam pengembangan kualitas guru pendidikan jasmani, terutama dalam hal pengembangan kepribadian dan sosial sebagai kompetensi yang perlu dimiliki oleh guru. Selain itu juga diharapkan penelitian ini akan bermanfaat untuk bahan referensi penelitian-penelitian sejenis.
F. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini sebagai berikut:
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi tesis. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian terdiri dari konsep-konsep/teori-teori, penelitian terdahulu yang relevan, asumsi penelitian, dan hipotesis. Bab III metodologi penelitian terdiri dari metode penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian, desain penelitian, jenis dan sumber data penelitian, instrumen penelitian, skala nilai, uji coba instrumen, dan teknik analisis data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari hasil penelitian, pengujian persyaratan analisis data, pengujian hipotesis penelitian, rangkuman hasil analisis data, pembahasan, diskusi temuan, dan keterbatasan penelitian. Bab V terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.
(23)
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Sebagai bab terakhir dalam tesis ini, ada tiga hal pokok sebagai hasil dari pemaknaan penelitian secara terpadu yang telah diperoleh. Ketiga hal itu terdiri dari kesimpulan, implikasi dan rekomendasi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian lapangan, secara umum terungkap rumusan kesimpulan diantara kesimpulan tersebut adalah:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat ditarik hal-hal sebagai berikut :
1. Pemberian kompensasi memberi kontribusi positif yang signifikan terhadap etos kerja guru Pendidikan Jasmani sebesar 21,2%, sisanya 78,8% ditentukan oleh faktor lain.
2. Motif berprestasi guru Pendidikan Jasmani berpengaruh terhadap etos kerja guru Pendidikan jasmani sebesar 52,7%, sedangkan sisanya 47,3% ditentukan oleh faktor lain.
3. Pemberian kompensasi dan motif berprestasi secara bersama-sama memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap etos kerja guru Pendidikan Jasmani sebesar sebesar 54,5%, sedangkan sisanya 45,5% ditentukan oleh faktor lain.
B. Implikasi
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian berikut disajikan beberapa implikasi yang dianggap relevan dengan penelitian ini, antara lain :
(24)
Kecenderungan jawaban responden menunjukkan bahwa pemberian kompensasi dan motif berprestasi terhadap etos kerja guru Pendidikan Jasmani dari skor ideal kecenderungan daya serap atau skor yang dicapai untuk variabel ini
berada dalam kategori ”sedang”, hal ini berimplikasi agar pemerintah khususnya pemerintah daerah dan pimpinan lembaga pendidikan perlu memperhatikan kesejahteraan guru antara lain kompensasi moneter untuk dapat memenuhi kebutuhan guru dan keluarganya, dengan demikian guru bisa lebih dapat memusatkan perhatian dan memberikan layanan yang maksimal bagi peningkatan etos kerjanya.
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian dengan ini penulis kemukakan rekomendasi yang dianggap relevan.
1. Kepada guru Pendidikan Jasmani agar:
Selalu memotivasi diri untuk meningkatkan etos kerjanya hal ini memerlukan kesadaran diri disertai rasa pengabdian diri yang tulus
Berusaha meningkatkan motif berprestasi diri melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, belajar semakin mandiri dengan banyak membaca dan belajar dari teman sejawat.
2. Kepada pimpinan, pimpinan sebagai penanggung jawab keberhasilan tujuan sekolah, agar :
Selalu memotivasi mengajar guru yang sudah cukup baik untuk tetap konsisten dan dapat terus ditingkatkan, motif berprestasi guru yang
(25)
demikian memungkinkan guru yang lain dapat termotivasi dengan mengerahkan segala upaya bagi keberhasilan belajar peserta didik.
Sebagai pimpinan tidak hanya menuntut guru Pendidikan Jasmani agar menunjukkan etos kerjanya yang baik tapi juga turut memperhatikan kesejahteraannya. Kesejahteraan dalam arti bukan hanya dalam bentuk materi seperti tunjangan kesejahteraan guru, melainkan dalam bentuk lain seperti menciptakan hubungan yang harmonis diantara guru dan karyawan, memberikan pujian dan penghargaan kepada yang berprestasi, memberikan pembinaan dan cara lainnya yang menunjang dan meningkatkan motivasi dan etos kerja guru Pendidikan Jasmani.
Memberikan kesempatan kepada guru Pendidikan Jasmani untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikelolanya, dengan demikian dapat dicapai etos kerja yang lebih baik.
3. Kepada pengambil kebijakan dari pemerintah baik daerah ataupun pusat. Memperhatikan dan memperjuangkan kesejahteraan para pegawainya termasuk guru sebagai tenaga pengajar, agar dengan kesejahteraan itu guru-guru dapat lebih berkonsentrasi kepada pelaksanaan tugasnya dan memberikan pelayanan untuk pencapaian hasil belajar masksimal peserta didiknya tenaga pengajar tidak lagi berusaha untuk mencari tambahan pendapatan untuk mencukupi kebutuhannya dirinya dan keluarganya, karena hal tersebut akan mengurangi konsentrasi saat pelaksanaan tugasnya.
(26)
4. Kepada peneliti selanjutnya :
Etos kerja mengajar merupakan faktor penting untuk tercapainya prestasi belajar peserta didik, faktor-faktor menarik untuk diungkapkan, maka disarankan untuk dapat meneliti variabel lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini.
Penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif dan statistik inferensial yang mengandalkan pendekatan kuantitaif dan pengujian statistik terhadap data yang berupa angka-angka sebagai dasar untuk menarik kesimpulan, disarankan agar pada peneliti berikutnya perlu dilengkapi dengan pendekatan kualitatif untuk mempertajam kajian.
Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama dengan dibantu studi pustaka untuk melengkapi kekurangannya. Sedangkan instrumen pengumpul data lainnya tidak digunakan, keterbatasan-keterbatasan yang dikemukakan diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk mengkaji faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap etos kerja lainnya yang belum dibahas dan diungkapkan dalam penelitian ini.
(27)
DAFTAR PUSTAKA
Alama, B. (1998). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Anonim (2006). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Buana.
Badudu,,JS. (1994), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Karya Pustaka. Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function In Educational
Aministration, New Jersey: Englewood Cliffs.
Cushway, B. (2002), Human Resource Management (terj. Rahadjeng). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Depdiknas (2003), Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta: CV. Tamita Utama.
Dewantara K.H. (1962). Pendidikan (Eds. 1). Jogyakarta. Taman Siswa Lomri Mustari (2002), Pengarah Kompensasi Terhadap Produktivitas Kerja Dosen Pasca UPI.
Djide, T. (2006). Memahami Kemabali Konsep dan Penerapan Pendidikan Jasmanidan Olahraga dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nasional. Makalah pada Seminar dan Rakernas Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia. Jakarta, 16-17 Desember 2006.
Engkoswara. (2002). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Engkoswara. (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan.
Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Freeman, W. H. (2001). Physical Education and Sport in Changing Society. Needham Heights: A Pearson Education Company.
Gading, I. K. (2001). “Peningkatan Etos Kerja Guru Salah Satu Kunci Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Otonomi Daerah dan Era Global”. Aneka Widya Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Singaraja: IKIP Singaraja. Gaffar, M.F. (1987), Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi, Jakarta:
P2LPTK Ditjen Dikti-Depdikbud.
Handoko, H.T. (1995). Pendidikan Untuk Indonesia Baru. Jakrta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Harsuki. (2003) Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, S.P.M. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hopkins, D. dan Reynold. D (ed) (1994), School Development Series: Improving Education. London Cassel.
(28)
Hoy, Wayne K. dan Misekl. Cecil G. (2001). Educational Administration: Theori, Research And Practice, New York Mc. Graw-Hill.
Husdarta. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Nawawi, H. (1998), Administrasi Pendidikan. Jakarta: Ilahi Masasgung.
Nawawi, H. dan Hadari Martini (1997). Instrumen Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nixon, John, E., dan Lyan Vendien. (1985). Physical Education Teacher Education. New York: Macmillan Publishing Company.
Notoatmodjo, S. (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Putrawan, I.M. (1995), Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-Penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan. (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Robbins P. S. (2002), Perilaku Organisasi (jilid 2). Jakarta: Prenhallindo.
Sanusi, A. dkk (1991). Studi Pengembangan Model: Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Satori, D. (1999). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah. Bandung: Naskah Akademik.
Schuler, Randall S. (1987). Personel And Human Resource Managemen, New York: West Publishing Company.
Schumacher, Sally Millan Mc,H James (1996). Research In Education. New York & London.Longman.
Sculler, S. Randall dan Jackson, E. Susan (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia: Menghadapi Abad ke-21 (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Siagian, S.P. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Silalahi, U. (1996). Asas-Asas Manajemen. Bandung: Maju Mundur
Sinamo, J. H. (2005). 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika.
Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian Bandung: CV. Alfabeta. Sujana, N. (1996). Metoda Statistika.Bandung: Tarsito.
Sumantri, S. J. S (2000). Filsafat Umum: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Supriadi, D. dan Fasli Jalal (Edt) (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
(29)
Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik Bandung : Tarsito.
Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutisna, O. (1991). Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan. Bandung: Angkasa.
Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: IKIP Bandung.
Tample , A,Dale. (1982), Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Produktivitas. Jakarta: PT. Gramedia.
Tasmara, T. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. Jakarta: Dana Bakti Wakaf. Team Dosen. (2003). Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: UPI
Bandung.
Timple, A. Dale. (2000). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kepemimpinan. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media.
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan UU RI No. 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta: BP. Dharma Bakti.
Wayne K. and Cecil G. Miskel (1987). Educational Administration. New York: Random I-louse, Inc.
(1)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes
Kecenderungan jawaban responden menunjukkan bahwa pemberian kompensasi dan motif berprestasi terhadap etos kerja guru Pendidikan Jasmani dari skor ideal kecenderungan daya serap atau skor yang dicapai untuk variabel ini
berada dalam kategori ”sedang”, hal ini berimplikasi agar pemerintah khususnya pemerintah daerah dan pimpinan lembaga pendidikan perlu memperhatikan kesejahteraan guru antara lain kompensasi moneter untuk dapat memenuhi kebutuhan guru dan keluarganya, dengan demikian guru bisa lebih dapat memusatkan perhatian dan memberikan layanan yang maksimal bagi peningkatan etos kerjanya.
C. Rekomendasi
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian dengan ini penulis kemukakan rekomendasi yang dianggap relevan.
1. Kepada guru Pendidikan Jasmani agar:
Selalu memotivasi diri untuk meningkatkan etos kerjanya hal ini memerlukan kesadaran diri disertai rasa pengabdian diri yang tulus
Berusaha meningkatkan motif berprestasi diri melalui peningkatan kualifikasi pendidikan, belajar semakin mandiri dengan banyak membaca dan belajar dari teman sejawat.
2. Kepada pimpinan, pimpinan sebagai penanggung jawab keberhasilan tujuan sekolah, agar :
Selalu memotivasi mengajar guru yang sudah cukup baik untuk tetap konsisten dan dapat terus ditingkatkan, motif berprestasi guru yang
(2)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes
demikian memungkinkan guru yang lain dapat termotivasi dengan mengerahkan segala upaya bagi keberhasilan belajar peserta didik.
Sebagai pimpinan tidak hanya menuntut guru Pendidikan Jasmani agar menunjukkan etos kerjanya yang baik tapi juga turut memperhatikan kesejahteraannya. Kesejahteraan dalam arti bukan hanya dalam bentuk materi seperti tunjangan kesejahteraan guru, melainkan dalam bentuk lain seperti menciptakan hubungan yang harmonis diantara guru dan karyawan, memberikan pujian dan penghargaan kepada yang berprestasi, memberikan pembinaan dan cara lainnya yang menunjang dan meningkatkan motivasi dan etos kerja guru Pendidikan Jasmani.
Memberikan kesempatan kepada guru Pendidikan Jasmani untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikelolanya, dengan demikian dapat dicapai etos kerja yang lebih baik.
3. Kepada pengambil kebijakan dari pemerintah baik daerah ataupun pusat. Memperhatikan dan memperjuangkan kesejahteraan para pegawainya termasuk guru sebagai tenaga pengajar, agar dengan kesejahteraan itu guru-guru dapat lebih berkonsentrasi kepada pelaksanaan tugasnya dan memberikan pelayanan untuk pencapaian hasil belajar masksimal peserta didiknya tenaga pengajar tidak lagi berusaha untuk mencari tambahan pendapatan untuk mencukupi kebutuhannya dirinya dan keluarganya, karena hal tersebut akan mengurangi konsentrasi saat pelaksanaan tugasnya.
(3)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes
4. Kepada peneliti selanjutnya :
Etos kerja mengajar merupakan faktor penting untuk tercapainya prestasi belajar peserta didik, faktor-faktor menarik untuk diungkapkan, maka disarankan untuk dapat meneliti variabel lainnya yang belum diungkapkan dalam penelitian ini.
Penelitian ini hanya menggunakan metode deskriptif dan statistik inferensial yang mengandalkan pendekatan kuantitaif dan pengujian statistik terhadap data yang berupa angka-angka sebagai dasar untuk menarik kesimpulan, disarankan agar pada peneliti berikutnya perlu dilengkapi dengan pendekatan kualitatif untuk mempertajam kajian.
Penelitian ini hanya menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data utama dengan dibantu studi pustaka untuk melengkapi kekurangannya. Sedangkan instrumen pengumpul data lainnya tidak digunakan, keterbatasan-keterbatasan yang dikemukakan diharapkan kepada peneliti berikutnya untuk mengkaji faktor-faktor yang mempunyai kontribusi terhadap etos kerja lainnya yang belum dibahas dan diungkapkan dalam penelitian ini.
(4)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes DAFTAR PUSTAKA
Alama, B. (1998). Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Anonim (2006). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Buana.
Badudu,,JS. (1994), Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Karya Pustaka. Castetter, W.B. (1996). The Human Resource Function In Educational
Aministration, New Jersey: Englewood Cliffs.
Cushway, B. (2002), Human Resource Management (terj. Rahadjeng). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Depdiknas (2003), Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003. Jakarta: CV. Tamita Utama.
Dewantara K.H. (1962). Pendidikan (Eds. 1). Jogyakarta. Taman Siswa Lomri Mustari (2002), Pengarah Kompensasi Terhadap Produktivitas Kerja Dosen Pasca UPI.
Djide, T. (2006). Memahami Kemabali Konsep dan Penerapan Pendidikan
Jasmanidan Olahraga dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nasional.
Makalah pada Seminar dan Rakernas Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia. Jakarta, 16-17 Desember 2006.
Engkoswara. (2002). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud. Engkoswara. (2002). Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan.
Bandung: Yayasan Amal Keluarga.
Freeman, W. H. (2001). Physical Education and Sport in Changing Society. Needham Heights: A Pearson Education Company.
Gading, I. K. (2001). “Peningkatan Etos Kerja Guru Salah Satu Kunci Peningkatan Kualitas Pendidikan di Era Otonomi Daerah dan Era Global”. Aneka Widya Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Singaraja: IKIP Singaraja.
Gaffar, M.F. (1987), Perencanaan Pendidikan Teori dan Metodologi, Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti-Depdikbud.
Handoko, H.T. (1995). Pendidikan Untuk Indonesia Baru. Jakrta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Harsuki. (2003) Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasibuan, S.P.M. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
Hopkins, D. dan Reynold. D (ed) (1994), School Development Series: Improving Education. London Cassel.
(5)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes
Hoy, Wayne K. dan Misekl. Cecil G. (2001). Educational Administration: Theori,
Research And Practice, New York Mc. Graw-Hill.
Husdarta. (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta. Nawawi, H. (1998), Administrasi Pendidikan. Jakarta: Ilahi Masasgung.
Nawawi, H. dan Hadari Martini (1997). Instrumen Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Nazir, M. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nixon, John, E., dan Lyan Vendien. (1985). Physical Education Teacher
Education. New York: Macmillan Publishing Company.
Notoatmodjo, S. (1998), Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Putrawan, I.M. (1995), Pengujian Hipotesis dalam Penelitian-Penelitian Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan. (2010), Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung, Alfabeta.
Robbins P. S. (2002), Perilaku Organisasi (jilid 2). Jakarta: Prenhallindo.
Sanusi, A. dkk (1991). Studi Pengembangan Model: Pendidikan Profesional
Tenaga Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung.
Satori, D. (1999). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah. Bandung: Naskah Akademik.
Schuler, Randall S. (1987). Personel And Human Resource Managemen, New York: West Publishing Company.
Schumacher, Sally Millan Mc,H James (1996). Research In Education. New York & London.Longman.
Sculler, S. Randall dan Jackson, E. Susan (1999). Manajemen Sumber Daya
Manusia: Menghadapi Abad ke-21 (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.
Siagian, S.P. (2003) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Silalahi, U. (1996). Asas-Asas Manajemen. Bandung: Maju Mundur
Sinamo, J. H. (2005). 8 Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Darma Mahardika.
Sugiyono. (2003). Statistika untuk Penelitian Bandung: CV. Alfabeta. Sujana, N. (1996). Metoda Statistika.Bandung: Tarsito.
Sumantri, S. J. S (2000). Filsafat Umum: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Supriadi, D. dan Fasli Jalal (Edt) (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
(6)
Cecep Supriadi, 2012
Kontribusi Kompensasi Dan Motif Berprestasi Terhadap Etos Kerja Guru Penjas Orkes
Surakhmad, W. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, Teknik Bandung : Tarsito.
Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutisna, O. (1991). Studi Pengembangan Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan. Bandung: Angkasa.
Sutisna, O. (1993). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek
Profesional. Bandung: IKIP Bandung.
Tample , A,Dale. (1982), Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Produktivitas. Jakarta: PT. Gramedia.
Tasmara, T. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. Jakarta: Dana Bakti Wakaf. Team Dosen. (2003). Pengantar Pengelolaan Pendidikan. Bandung: UPI
Bandung.
Timple, A. Dale. (2000). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kepemimpinan. Jakarta: PT. Gramedia Asri Media.
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan UU
RI No. 25 Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta: BP. Dharma Bakti.
Wayne K. and Cecil G. Miskel (1987). Educational Administration. New York: Random I-louse, Inc.