Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

(1)

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP

KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE- KECAMATAN

BUMIAYU KABUPATEN BREBES TAHUN 2009

Skripsi

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh Rojikin 6101405003

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009


(2)

ii SARI

Rojikin. 2009. Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

Penelitian ini dilatar belakangi karena adanya rumor negatif tentang kinerja guru pendidikan jasmani yang hal tersebut hanya beredar dari mulut-kemulut yang belum tahu kebenaran secara pasti maka peneliti dengan latar belakang diatas ingin melakaukan penelitian dengan maksud untuk mengetahui kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan hasil yang akurat dan valid.

Dalam Penelitian ini permasalahan yang diangkat adalah bagaimana persepsi guru non pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes.

Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode pengumpulan data menggunakan angket untuk memperoleh informasi persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Populasi dalam penelitian ini adalah persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang berjumlah tiga sekolahan dengan jumlah guru bukan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebanyak 117 orang. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling yaitu dengan mengambil seluruh guru mata pelajaran selain guru penjasorkes di SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif persentase.

Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 mempunyai persepsi yang baik. Hal ini disebabkan guru telah memiliki kualifikasi kompetensi yang baik, yang meliputi kompetensi kepribadian yang memenuhi kriteria sangat baik, kompetensi pedagogik yang memenuhi kriteria baik, kompetensi profesional yang memenuhi kriteria baik, dan kompetensi sosial yang memenuhi kriteria baik Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu.

Peneliti menyarankan kepada guru penjasorkes untuk lebih meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan, kesehatan serta lebih meningkatkan mutu pelaksanaan proses pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes, maka guru-guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar sehingga semua kurikulum dapat diajarkan kepada siswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Serta menambah sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 28 Agustus 2009

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. M. Nasution, M.Kes. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd NIP. 196404231990021001 NIP.19651020 199103 1 002

DEWAN PENGUJI Ketua,

Drs. Cahyo Yuwono, M. Pd. NIP.19620425 198601 1 001 Anggota I,

Dra. Heny Setyawati, M.Si. NIP. 19670610 199203 2 001

Anggota II,

Drs. Zaeni, M.Pd


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Sesungguhnya alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali bila mereka sendiri yang mengubah keadaannya”(Surat Ar-Rad : 11).

”Alloh kelakakan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan)”(QS.Ath Thalaq[65] : 7).

”Jadikan setiap masalah menjadi sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri”(Abdullah Gymnastiar,2001:30).

Selalu berdoa dan bekerja keras untuk menjadi yang lebih baik (penulis).

Meskipun sulit tidak ada yang tidak mungkin (penulis).

PERSEMBAHAN :

Bapak ibu yang selalu saya banggakan terima kasih untuk segala kasih sayang, dukungan, dan doa yang tidak ternilai.

Kakaku tersayang (ka Agus dan ka Erna) yang selalu mendukung dan memotivasi saya.

Adiku tersayang (ad Andi dan ad Eril)..

Teman-temanku yang selalu membantu (PJKR A)


(5)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat alloh S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 2009.” Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. 3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK

UNNES yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penyususnan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Heny Setyawati, M.Si pembimbing utama yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

5. Bapak Drs. Zaeni, M.Pd pembimbing pendamping yang yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusuna skripsi ini

6. Segenap Bapak/Ibu dosen Jurusan PJKR FIK Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan.

7. Staf tata usaha fakultas dan jurusan yang telah membantu dalam penyusunan sakripsi ini.


(6)

vi

8. Kepala Dinas Pendidikan Kebupaten Brebes yang telah memberikan ijin penelitian dalam skripsi ini.

9. Seluruh Kepala Sekolah SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang telah memberikan ijin penelitian.

10.Segenap Guru Penjasorkes SMA di Kecamatan Bumiayu Kebupaten Brebes yang telah membantu penelitian dari awal sampai akhir.

11.Semua sahabat dan rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu memperlancar selama proses hingga terselesaikannya skripsi ini.

Dan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan penulis doakan semoga bantuan dan amal saudara mendapat berkah yang melimpah dari Allah S.W.T.

Akhirnya penulis berharap semoga dengan adanya laporan ini bermanfaat bagi peneliti dan dan para pembaca semua.

Semarang, Juni 2009


(7)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

SARI ... ii

HALAMAN PEMBIMBING ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Permasalahan ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 10

1.4Manfaat Penelitian ... 10

1.5Penegasan Istilah ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Persepsi ... 15

2.1.1 Tinjauan persepsi ... 15

2.1.2 Pengertian Persepsi ... 15


(8)

viii

2.1.4 Fungsi dan Sifat-sifat Dunia Persepsi... 20

2.1.5 Faktor yang Mempengrauhi Persepsi ... 21

2.2 Pendidikan Jasmani ... 23

2.2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani, kesehatan, dan olahraga ... 23

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Penjasorkes ... 25

2.2.3 Kurikulum Pendidikan Jasmani ... 28

2.2.4 Proses Belajar Mengajar Penjasorkes ... 29

2.3 Kinerja Guru ... 43

2.3.1 Pengertian Kinerja ... 43

2.3.2 Kinerja Guru ... 44

2.3.3 Komponen Kinerja Guru ... 45

2.3.4 Kriteria Kinerja Guru ... 46

2.3.5 Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru ... 48

2.3.6 Jenis-jenis Kompetensi Guru ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 52

3.1 Jenis Penelitian ... 52

3.2 Populasi ... 52

3.3 Instrumen Penelitian ... 53

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5 Analisis Uji Instrumen ... 54

3.5.1 Validitas ... 55

3.5.2 Reliabilitas ... 55


(9)

ix

3.7 Sistematika Skripsi ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Hasil Penelitian ... 60

4.1.1 Kepribadian Sebagai Pendidik ... 62

4.1.2 Kompetensi Paedagogik ... 63

4.1.3 Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik ... 65

4.1.4 Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik ... 67

4.2 Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN ASARAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL Tabel :

1. Kriteria Analisis deskriptif Persentase ... 58 2. Gambaran umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap gu-

ru pendidikan jasmani ... 60 3. Gambaran umum kepribadian guru sebagai pendidik... 62 4. Gambaran kompetensi pedagogik ... 64 5. Gambaran kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai

Pendidik ... 65 6. Gambaran kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pend-


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR Daftar gambar :

1. Proses Terjadinya Persepsi ... 19 2. Gambaran umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap

guru pendidikan jasmani ... 61 3. Gambaran kepribadian guru sebagai pendidik ... 63 4. Gambaran kompetensi pedagogik ... 65 5. Gambaran kompetensi profesional guru pendidikan jasmani seba-

gai Pendidik ... 66 6. Gambaran kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pen-

Didik ... 68 7. Diagram umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga,

dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang meliputi empat asfek……… 69


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran :

1. Usul Penelitian ... 84

2. Surat Penetapan Dosen Pembimbing dari Fakultas ... 85

3. Surat Penetapan Dosen Pembimbing dari Jurusan ... 86

4. Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupa- ten Brebes ... 87

5. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA N 1 6. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA BU NU Bumiayu ... 89

7. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA Islam Bumiayu ... 90

8. Daftar Nama Guru Non Penjasorkes SMP N Se-Kecamatan Bumiayu ... 91

9. Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru Bidang Studi Non- Penjasorkes Terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes ... 95

10. Kuesioner Persepsi Guru Bidang Studi Non- Penjasorkes terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes ... 100

11. Perhitungan Validitas Kuesioner ... 105

12. Perhitungan Reliabilitas Kuesioner ... 109


(13)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu hak pada individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam UUD dasar 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyatakan bahwa :” setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan ”.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Memiliki pengetahuan dan kesehatan jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertangung jawab masyarakat dan kebangsaan.

Dalam GBHN tentang pendidikan ditekankan pula bahwa pembinaan dan pengembangan pendidikan merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kesehatan jasmani dan


(14)

rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin, dan sportifivitas serta pengembangan prestasi olahraga dapat meningkatkan rasa kebangsaan nasional.

Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan di kembangkan terus menerus. Pembinaan guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra- jabatan (pre-service education) maupun program dalam jabatan (in(pre-service education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan berkualitas (well training and well qulified) potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus bertambah dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional (Piet Sahertian, 2000 : 1)

Dalam intensifikasi pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat (Depdiknas 2003 : 5 ).

Selain itu pengembangan dibidang pendidikan jasmani adalah upaya yang amat menentukan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia. Salah


(15)

satu upaya itu adalah mewujudkan bentuk manusia indonesia yang sehat, kuat, terampil dan bermoral. Dan pembinaan pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar daripadanya dapat dihasilkan manusia yang kreatif dan produktif.

Adapun istilah penggunaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan atau disebut juga dengan penjasorkes mengalami banyak perubahan pada awalnya digunakan istilah pendidikan jasmani kemudian seiring dengan perkembangan pendidikan istilah pendidikan jasmani diganti dengan pendidikan jasmani dan kesehatan atau yang disebut juga dengan penjaskes dan sekarang digunakan istilah penjasorkes.

Banyak sekali batasan-batasan yang dikemukakan dalam berbagai pengertian tentang pendidikan jasmani. Jika rohani dan jasmani dipandang sebagai dua bagian yang terpisah, maka pendidikan jasmani adalah untuk jasmani. Namun pandangan demikian sudah ditingggalkan dan organisme manusia secara wajar dan alami sekarang dilihat dalam satu kesatuan individu hingga pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani. Yang bertujuan untuk membentuk manusia secara menyeluruh atau seutuhnya (Abdulkadir Ateng, 1992 ).

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan yang menyeluruh memiliki tujuan yang meliputi empat asfek antara lain asfek fisik, kognitif, afektif, dan psikomotor. Melihat pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi pencapaian tujuan maupun yang ingin dicapai, maka perlu adanya peninjauan yang lebih


(16)

mendalam tentang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan supaya nanti tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tersebut benar-benar memenuhi sasaran, untuk itu dalam proses pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi penyampaian materi, bahan pengajaran, guru, sarana dan prasarana maupun siswa perlu dikaji lebih mendalam lagi.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melaui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap positif, dan kecerdasan emosi (Depdiknas :2004 ).

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, siswa akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Meskipun pendidikan jasmani menawarkan pada siswa untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar siswa bergembira dan bersenang-senang.


(17)

Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ” selingan ” , tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari hal-hal yang penting. Untuk itu, pelajaran penjasorkes tidak kalah pentingnya dengan pelajaran lain seperti : Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain.

Untuk mencapai semua itu maka guru penjasorkes harus memiliki kinerja yang baik. Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi dalam proses pencapaian kinerja guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang, 2004:138). Selain motivasi faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani yaitu persepsi, persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal objek-objek dan fakta-fakta melalui pengamatan panca indra, selanjutnya dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, diharapkan guru dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran. Selain dua faktor diatas, fasilitas juga sangat berperan dalam


(18)

tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang guru akan lebih mudah dalam melakukan proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan juga akan berjalan dengan lancar. fasilitas merupakan salah satu peran yang penting dalam pencapai tujuan dan meningkatkan kinerja guru.

Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat karena itu maka pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan juga menjangkau luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendayagunakan fasilitas yang ada.

Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan nasional perlu adanya partisipasi seluruh lapisan masyarakat termasuk guru. Peran guru menjadi penentu kualitas bangsa dan sebagai tenaga profesional kependidikan yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam berhasil atau tidaknya program pendidikan tergantung dari kinerja guru itu sendiri.

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan tanggal 8 sampai 9 Januari 2009. di SMA N 1 Bumiayu, di SMA BU NU Bumiayu, di SMA Islam Bumiayu (wawancara dengan guru). Bahwa belakangan ini banyak sorotan yang berkaitan dengan terus menurunnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah dan guru menjadi penyebabnya.


(19)

Masalah ini yang masih dipertanyakan. Apa benar guru penjasorkes penyebabnya, karena fenomena yang terjadi dikalangan guru SMA Se-Kecamatan Bumiayu mengatakan bahwa adanya pendapat yang pro dan kontra dari para guru selain mata pelajaran penjasorkes kaitannya dengan kinerja guru mata pelajaran penjasorkes.

Sebagian besar kalangan guru yang suka ( pro) terhadap kinerja guru penjasorkes mengemukakan pendapat bahwa kinerja guru penjasorkes sebenaranya sudah baik dan sama dengan mata pelajaran lainnya. Mereka sudah menjalankan tugas pokoknya dan tugas lainnya sebagai seorang guru secara profesional. Dalam hal ini mereka sudah menguasai materi yang akan diajarkan, merencanakan pembelajaran dibuktikan dengan membuat rancangan pembelajaran sebelum mereka mengajar, melaksanakan serta mengawasi proses pembelajaran.

Mungkin saja dalam proses pembelajaran guru penjasorkes berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain. Hal ini tentunya harus bisa dimaklumi. Mengapa demikian karena :

1. Disiplin ilmu yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mata pelajaran lain.

2. Kuantitas waktu yang berbeda dalam proses pembelajaran.

3. Sarana dan prasarana yang berbeda dalam proses pembelajaran, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan di luar kelas (lapangan).


(20)

4. Kostum guru yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mapel lain, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan diluar kelas (lapangan).

Adapun sebagian kecil kalangan guru yang tidak suka ( kontra ) terhadap kinerja guru mata pelajaran penjasorkes mengemukakan pendapat, bahwa untuk menjadi seorang guru mapel penjasorkes sangatlah mudah, semua orang bisa tidak perlu memiliki disiplin ilmu yang khusus. Mereka menyatakan demikian karena pada kenyataannya dilapangan setiap proses pembelajaran penjasorkes. Hanya seperti itu saja, monoton, membosankan, dan tidak ada perkembangan yang kreatif dari guru penjasorkes dalam proses pembelajaran. Contohnya mereka melihat langsung di lapangan setiap pembelajaran penjasorkes siswa hanya diajak ke suatu tempat dalam hal ini contohnya lapangan bola voli dan diberi bola voli begitu saja, kemudian siswa dibiarkan bermain dengan guru penjasorkesnya hanya mengawasi dari jauh di tempat yang teduh.

Pendapat ini mungkin benar tetapi kita tidak bisa berargument secara mutlak dan memfonis salah semua guru penjasorkes khususnya di SMA se-kecamatan Bumiayu tentang kinerja guru penjasorkes seperti contoh yang dikemukakan di atas. Jikapun ada guru penjasorkes yang demikian, mungkin guru tersebut belum memahami hakekat dan tujuan penjasorkes yang sesungguhnya.


(21)

Agus S. Suryobroto (2001:71) mengatakan bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang baik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan harus :

1. Menyiapkan diri dalam hal fisik dan mental.

2. Menyiapkan materi pelajaran sesuai GBPP dan membuat satuan pembelajaran.

3. Menyiapkan alat, perkakas, dan fasilitas agar terhindar dari bahaya dan kecelakaan.

4.Mengatur formasi siswa sesuai dengan tujuan, materi, sarana dan prasarana, metode dan jumlah siswa.

5. Mengoreksi siswa secara individual dan secara klasikal. 6. Mengevaluasi secara formatif dan sumatif.

Bertitik tolak dari pokok pikiran dan pendapat dari masyarakat yang telah dipaparkan didepan, maka timbullah salah satu pertanyaan bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul :” survei persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes se-kecamatan bumiayu kabupaten brebes tahun 2009”.

1.2.Permasalahan

Kedudukan guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah yaitu, mampu mengetahui dan menerapkan program pengajaran pada siswa, mengarahkan jalannya proses belajar dengan baik bertanggung jawab terhadap terlaksananya kurikulum disekolah sehingga dalam hal ini kinerja


(22)

seorang guru harus memiliki kinerja yang baik , dari uraian di atas muncul permasalahan yaitu :”Bagaimana persepsi guru non penjasorkes SMA Se-kecamatan Bumiayu terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan”.

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang akan dicapai maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Persepsi Guru non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam Proses Pembelajaran Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA di Kecamatan Bumiayu Tahun 2009.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :

1.Bagi pihak sekolah, informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah melaksanakan pembelajaran guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2.Memberikan informasi kepada guru dalam peningkatan pengetahuan dan profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan.

3.Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru pendidikan jasmani sehingga kedepannya diharapkan seorang guru pendidikan jasmani memiliki kinerja yang baik. Sehingga pelaksanaan proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar, bervariasi dan menarik serta tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.


(23)

4.Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk prodi PJKR tentang kekurangan dan kelebihan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

5.Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang mempunyai relevansi.

6.Berguna bagi pembaca yaitu dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

7.Memberikan informasi kepada masyarakat agar bisa menilai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

1.5.Penegasan Istilah

Sehubungan dengan judul di atas agar tidak terjadi salah penafsiran istilah yang tidak tepat dan orang lain yang berkepentingan dalam penelitian mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti, maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut :

1.5.1 Persepsi

Jalaluddin Rahmat (2003 : 51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Desideranto dalam psikologi komunikasi (Jalaluddin Rahmat, 2003 : 51) persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.


(24)

1.5.2 Penjasorkes

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menurut Soepartono (2000:1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktivitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga.

Menurut Abdul Gofur (1983:6): “ Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”.

Menurut Nikon dan Jewett (1980:27) pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi, dan sosial.

Menurut Rusli Lutan dan Soepartono (2000:200), pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional.

Menurut Rusli Lutan (2003 : 14) pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseleruhan.


(25)

Nadisah (1992: 15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku pada individu yang bersangkutan.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang selaras, serasi dan seimbang (Suplemen GBPP: tahun 1994).

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar sekolah (masyarakat, klinik atau lingkungan). Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptrasi yang kondusif bagi kesehatan (Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP, 2000:16).

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromaskuler, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional (Depdiknas, 2003:6).


(26)

1.5.3 kinerja

Kinerja adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik pada intern

sekolah maupun ekstern sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang diprogramkan (Moh.Uzer Usman :1951:4). 1.5.4 Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan ( Moh.Uzer Usman, 1995 : 4 ).


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Persepsi

2.1.1 Tinjauan Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu, adanya obyek persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian.

2.1.2 Pengertian Persepsi

Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh : Jalaludin Rahmat (2003 : 51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal


(28)

ini menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu yaitu, lingkungan fisik dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lampau.

Menurut Desideranto dalam Psikologi Komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003 : 51) persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu. Muhyadi (1989:233) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses stimulus dari lingkungannya dan kemudian mengorganisasikan serta menafsirkan atau suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan atau ungkapan indranya agar memilih makna dalam konteks lingkungannya. Sarwono (1986:238) mengartikan persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain. Pengertian persepsi menurut Bimo Walgito (2002:88) adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu. De Vito (1997:75) mengartikan persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Yusuf (1991:108)


(29)

menyebut persepsi sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Sedangkan menurut Mar'at (1982:23) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran.

Lain dari itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan. Hal tersebut dibarengi adanya pernyataan populer bahwa "manusia adalah korban kebiasaan" karena 90 % dari pengalaman sensoris merupakan hal yang sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Sehingga mempersepsi situasi sekarang tidak lepas dari adanya stimulus terdahulu.

Berbagai batasan tentang persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu dalam usahanya mengenal sesuatu yang meliputi aktivitas mengolah suatu stimulus yang ditangkap indera dari suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulus tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu disaat ia menerima stimulus dari lingkungannnya. Dalam proses persepsi individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan. Berdasarkan atas pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka persepsi berkaitan dengan tingkah laku. Oleh sebab itu individu atau siswa yang persepsinya


(30)

positif tentang suatu obyek, maka ia akan bertingkah laku positif pula tentang obyek tersebut.

Persepsi siswa tentang pelajaran pendidikan jasmani akan mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam belajar yang positif. Apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap mata pelajaran tersebut, maka ia akan memiliki motivasi belajar yang baik atau positif, demikian juga sebaliknya.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagi berikut. Objek menimbulakan stimulus dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor, perlu di ketahui bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kelamaan atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh indra kita diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat syaraf kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

Dengan demikian dapat dikemukakan taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dia lihat, dia dengar, atau dia raba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indara. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi dapat diambil dari berbagai macam bentuk.


(31)

Dalam proses persepsi, perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya dikenai stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Secara sistematis hal tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi (Bimo Walgito, 2002:72) Keterangan gambar :

St = Stimulus

Fi = Faktor intern (Faktor dalam termasuk perhatian) SP = Struktur pribadi individu

Skema tersebut memberikan gambaran individu menerima rangsang dari berbagai macam stimulus yang datang dari lingkungannya. Tetapi tidak semua

St St St St

Fi Fi

Fi Fi


(32)

stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperan perhatian. Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologis, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara rangsangan dari luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus- respon), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Sub proses psikologis lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan, menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.

2.1.4 Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi

1.1.3.1 Penelitian tentang persepsi mencakup 2 fungsi utama 1.Lokalisasi atau menetukan letak suatu objek.

2.Pengenalan yakni menentukan jenis objek tersebut. 1.1.3.2. Sifat-sifat umum dunia persepsi

1.Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang dipersepsi itu “meruang”, berdimensi ruang. Kita mengenal relasi-relasi serta penentuan-penentuan yang berhubungan dengan atas-bawah, kiri-kanan, depan-belakang, dekat-jauh.


(33)

2.Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu 2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya.

David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:59), menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor srtuktural.

2.1.3.1 Faktor Fungsional

Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2.1.3.2 Faktor Struktural

Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor stuktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan


(34)

biologis) dan faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus).

1) Faktor eksternal

a. Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Contohnya kita senang melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan.

b. Intensitas stimuli, dimana kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain.

c. Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian.

d. Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur "familiarity" (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur-unsur "novelty" (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar kita.

2) Faktor internal

a. Kebiasaan, kecendeungan untuk mempertahankan pola berfikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas.

b. Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri.


(35)

c. Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi akan mengakibatkan stress, yang menyebabkan sulit berfikir efisien.

d. Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh fikiran didominasi oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda.

2.2. Pendidikan Jasmani

2.2.1. Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menurut Soepartono (2000:1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktivitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga.

Menurut Abdul Gofur (1983:6): “ Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak”.

Menurut Nikon dan Jewett (1980:27) pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan


(36)

atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial.

Menurut Rusli Lutan dan Soepartono (2000:200), pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional.

Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang (Suplemen GBPP: tahun 1994).

Pendidikan kesehatan olahraga dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar sekolah (masyarakat, klinik atau lingkungan). Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptasi yang kondusif bagi kesehatan (Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP, 2000:16).

Thomas D. Wood dalam Nadisah (19%: 17) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman di sekolah atau dimana saja yang berpengaruh baik terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berkenaan dengan kesehatan individu, masyarakat dan bangsa. Sedangkan menurut Detinisi Terminologi (Committee of Terminology, 1951) dalam Nadisah (1992: 17) pendidikan kesehatan adalah proses pemberian


(37)

pengalaman-pengalaman belajar dengan maksud untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perbuatan yang berkenaan dengan kesehatan individu atau kelompok.

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan sebagai bagian pendidikan secara keseluruhan yang prosesnya menggunakan aktivitas jasmani atau gerak sebagai alat-alat pendidikan maupun sebagai tujuan yang hendak dicapai adalah menanamkan sikap dan kebiasaan hidup sehat dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan, baik yang diperoleh secara formal melalui program sekolah ataupun pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh diluar sekolah.

Pendidikan jasmani, mempunyai peran dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam pemantapan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang selaras dan seimbang.

2.2.2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan 2.2.2.1. Tujuan pendidikan jasmani

Menurut Depdiknas (2003:2) menyatakan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai berikut :

1. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui nilai dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam kontek kemajemukan budaya etnis dan agama.


(38)

3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas- tugas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam,aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar sekolah.

6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

2.2.2.2 Fungsi pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

Fungsi dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai berikut:

1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras dan seimbang.


(39)

2) Meningkatkan perkembangan sikap, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

3) Memberikan kemampuan untuk menjelaskan manfaat pendidikan jasmani dan kesehatan dan memenuhi hasrat bergerak.

4) Meningkatkan perkembangan (aktivitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan syarat.

5) Memberikan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan.

Batasan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang dilakukan oleh UNESCO dalam International Charter of Physical Education and Sport yang dikutip Abdulkadir Ateng (1993:8), suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu ataupun seorang anggota masyarakat yang melakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak.

Menurut Rajsdrop yang dikutip oleh Abdulkadir Ateng (1993:20), Pendidikan jasmani adalah suatu aspek dari pendidikan total, karena itu selalu berurusan dengan manusia secara integral. Pendidika jasmani adalah pergaulan paedagogi dalam dunia gerak dan pengalaman jasmani. Sementara dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999:2) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk


(40)

pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang.

2.2.3. Kurikulum Pendidikan Jasmani

Menurut Haryanto ( 1997 : 5) pendidikan disekolah adalah suatu interaksi antara pendidikan dan terdidik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tentunya diperlukan suatu metode dan alat yang dianggap sesuai. Untuk itu perlu suatu landasan yang kokoh untuk memberi arah yang jelas dalam pendidikan. Maka disusunlah kurikulum disekolah yang mempunyai tujuan yang Jelas dengan bahan-bahan yang disusun secara sistematis dan cermat.

Secara sederhana guru-guru pada umumnya mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan dan pengaturan isi dan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di Sekolah. Dalam hal tersebut, kurikulum minimal menyangkut tiga hal, yaitu: 1. Persoalan rencana atau program pendidikan dan pengajaran.

2. Persoalan pengaturan isi dan bahan ajar pada setiap jenjang pendidikan. 3. Pedoman atau cara dalam kegiatan belajar mengajar.

Menurut Rusty Ahmad (1988:6) dalam arti luas bahwa kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu dibawah pengawasan sekolah. Dengan kata lain kurikulum adalah piranti dasar dari proses pendidikan.

Menurut J.L Loyd dan Delmas F. Millar yang dikutip oleh Nasution (2006:6) kurikulum adalah serangkaian komponen metode belajar mengajar,


(41)

cara mengevaluasi kemajuan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dana serta pilihan pelajaran.

Menurut J. Salen Saylor dan William. M Alexander yang dikutip oleh Nasution (2006:4) kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang ditentukan oleh guru. Tujuan ini akan dicapai melalui berbagi pengalaman , baik pengalaman disekolah maupun diluar sekolah.

Menurut Harold. B Albert cs yang dikutip oleh Nurhasan (2000:1) memandang kurikulum sebagai " all the activities that are provide for the student by the school ". Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah di dalam kelas dan di luar kelas.

Berdasarkan struktur program jumlah pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, masing-masing kelas dua jam pelajaran setiap minggu termasuk tes dan ulangan / ujian.

2.2.4. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan.

2.2.4.1 Guru Pendidikan Jasmani,Olahraga, dan Kesehatan

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).


(42)

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjasorkes bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjasorkes adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjasorkes yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga – tenaga profesional dan tenaga – tenaga non profesional bertingkat – tingkat persiapannya. Tingkat profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya.

Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia,

3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya,


(43)

4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, 5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat,

8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan

9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru.

Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, (hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung) sebagai berikut :

1.Fisik


(44)

 Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik.

2.Mental / kepribadian

 Berkepribadian / berjiwa Pancasila.  Mampu menghayati GBHN.

 Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik.

 Berbudi pekerti luhur.

 Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal.

 Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa.  Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggungjawab yang besar

akan tugasnya.

 Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi.  Bersifat terbuka, peka, dan inovatif.

 Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya.  Ketaatannya akan disiplin.

 Memiliki sense of humor.

3.Keilmiahan / pengetahuan

 Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi.

 Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.


(45)

 Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan.

 Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang – bidang yang lain.  Senang membaca buku – buku ilmiah.

 Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi.

 Memahami prinsip – prinsip kegiatan belajar mengajar.

4.Keterampilan

 Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar.

 Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi.

 Mampu menyusun garis – garis besar program pembelajaran (GBPP).  Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik – teknik mengajar

yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan.

 Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah.

Kompetensi professional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru ( Oemar Hamalik, 2002 : 36 – 38 ).

Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian


(46)

tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi – kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik – baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional apabila :

1.Guru tersebut mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik – baiknya.

2.Guru tersebut mampu melaksanakan peranan – peranannya secara berhasil.

3.Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah.

4.Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam program mengajar dan belajar dalam kelas.

Karakteristik itu akan kita tinjau dari berbagai segi tanggungjawab guru, fungsi, dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar ( Oemar Hamalik, 2002 : 38 – 39 ).

Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan beragai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar.

Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams & Dickey dalam bukunya Basic Princiles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas


(47)

(dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang “ inti “ untuk masing – masing peranan tersebut.

1.Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas.

2.Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok – kelompok murid.

3.Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengajarkan dan mendorong kegiatan belajar siswa.

4.Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan arahan pelajaran.

5.Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan.

6.Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan cara menyelidiki sumber – sumber masyarkat yang akan digunakan.

7.Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional.

8.Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas.

9.Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar anak.


(48)

10.Guru sebagai perannya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah.

11.Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak – anak yang berprestasi.

12.Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak – anak secara objektif, kontinyu, dan komprehensif.

13.Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak – anak yang mengalami kesulitan tertentu.

Pandangan klasik yang lain mengenai pengetahuan ialah yang dikemukakan oleh Aristotales, dan yang kemudian dikembangkan pula melalui aliran empirisme John Locke. Menurut pandangan empirisme, pengetahuan bukanlah telah ada dalam pikiran murid – murid berupa “idea“. Tetapi pengetahuan murid itu diperoleh dari dunia luar dirinya. Pandangan ini menganggap bahwa jiwa murid – murid berfungsi sebagai wadah yang dapat diisi dengan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan itu maka guru yang baik adalah orang yang tahu benar pengetahuan yang diajarkannya. Dan murid hanya bersikap menerima dengan pasif saja apa yang diajarkan oleh gurunya.

Pandangan seperti tersebut di atas terjelma di sekolah – sekolah tradisional, sehingga mengajar pada sekolah – sekolah tradisional itu menampakkan ciri – ciri sebagai berikut ini :

1.Mengajar berpusat pada bahan pelajaran. 2.Mengajar berpusat pada guru.


(49)

3.Metode mengajar ialah ceramah.

Konsep modern tentang mengajar mencakup hal – hal sebagai berikut ini : 1.Belajar adalah mengalami.

2.Belajar ialah memecahkan masalah ( problem solving ).

3.Pengajaran tertuju pada pengembangan segenap aspek kepribadian. 4.Dalam proses pengajaran murid yang aktif.

5.Dalam proses pengajaran peranan minat penting.

Definisi mengajar yang umumnya dipahami dan digunakan berbunyi sebagai berikut : “ mengajar ialah usaha menyajikan pengetahuan oleh seorang kepada orang lain “. Rumusan batasan demikian, menurut Smith (1960 : 87) terutama digunakan oleh orang - orang yang berpendapat bahwa pengajaran adalah sebagai usaha mengembangkan daya berpikir, yang berarti bahwa pikiran murid akan berkembang apabila kepadanya disajikan informasi mengenai fakta dan teori. Sesuai dengan batasan seperti itu maka mengajar bersifat kegiatan berceramah dan memberikan penjelasan.

Definisi mengajar yang mendukung pandangan bahwa seseorang yang belajar terlibat dalam kegiatan “ problem solving “ adalah misalnya seperti yang dirumuskan oleh John bubacher ( 1967 ) berbunyi : “ Mengajar merupakan usaha mengatur dan mempengaruhi situasi yang mengandung rintangan, dimana seorang individu ingin mengatasi rintangan itu dan ia belajar dari pengalamannya itu “. Dalam hal ini mengajar berarti melibatkan dan membimbing murid dalam proses memecahkan masalah yang dihadapinya.


(50)

Dibawah ini akan dikemukakan beberapa pinsip mengajar yang bertolak dari pandangan modern ( untuk membedakannya dengan yang tradisional ) mengenai mengajar. Seperti telah disebutkan, pandangan modern itu telah tumbuh sebagai akibat adanya perubahan dalam cara memandang hakekat manusia ( guru, murid, dan masyarakat ) serta kehidupan ini, yang mempunyai implikasi pada proses mengajar belajar.

Beberapa prinsip yang mendapat perhatian dalam pengajaran modern adalah sebagai berikut :

1.Pengajaran haruslah bertolak dari filsafat hidup bangsa.

2.Pengajaran harus bertujuan untuk mengubah dan mengembangkan pola – pola tingkah laku murid.

3.Pengajaran harus bertolak dari kurikulum yang menjangkau keperluan anak dan masyarakat.

4.Pengajaran harus memperhatikan setiap murid dan mendorong perkembangan semua potensi mereka sepenuhnya.

5.Pengajaran hendaknya menjadikan masyarakat sumber untuk belajar. 6.Pengajaran modern bertolak dari keyakinan bahwa belajar adalah proses

mengalami.

7.Pengajaran modern mementingkan kreativitas murid.

8.Pengajaran modern bertolak dari kenyataan bahwa murid – murid berbeda satu sama lain.

9.Pengajaran modern bertolak dari anggapan bahwa murid merupakan organisma yang aktif dan beraksi secara menyeluruh.


(51)

10.Penilaian yang kontinyu dan menilai diri sendiri adalah prinsip yang penting dalam pengajaran modern.

11.Pengajaran akan lebih berhasil membuat pengalaman murid saling berhubungan apabila diadakan korelasi antara mata pelajaran.

12.Pengajaran akan lebih berhasil apabila dibantu dengan alat – alat peraga dan menggunakan berbagai sumber.

13.Pengajaran harus memberi kesempatan yang cukup bagi murid untuk bekerjsama dalam kelompok disamping belajar individual.

14.Dalam proses pengajaran motivasi adalah penting.

Disamping fungsi guru yang utama yaitu mengajar, seorang guru mempunyai pula sejumlah fungsi yang lain, yaitu :

1. Mengajar. 2. Membimbing.

3. Mengerjakan tugas – tugas administrasi.

4. Melakukan tugas – tugas dalam hubungan dengan masyarakat. 5. Melakukan kegiatan – kegiatan profesional.

Kode etik guru Indonesia

Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu system yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagi guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di


(52)

masyarakat.dengan demikian, maka kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta menyebutkan kode etik guru Indonesia adalah sebagi berikut :

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945. oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang pesarta didik sebagai bahan melakukan bimbingn dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tangguung jawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.


(53)

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagi sarana perjuangan dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. (Made Pidarta, 2000 : 56)

2.1.4.1. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar tidak hanya dilingkungan sekolah tapi bisa juga di lingkungan keluarga atau masyarakat karena belajar merupakan suatu proses dari tidak tau menjadi tahu baik secara sengaja atau tidak sengaja, contoh yang di sengaja adalah kita belajar di sekolah sedangkan untuk yang tidak disengaja adalah dari pengalaman yang kita dapat, sedangkan menurut Gagne dan Berliner yang dikutip oleh Catharina Tri Anni (2004 :2) belajar adalah merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan itu relative atau konstan dan berbekas.

Catharina Tri Anni (2004 :2) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia cukup mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip


(54)

dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis.

2.1.4.2 Pengertian mengajar

Kata mengajar identik dengan seorang guru dimana guru dipercaya sebagai mediator dalam proses belajar menghafal. Mengajar dapat diberi arti bermacam-macam tergantung pandangan yang mendefinisikan. Secara tradisional mengajar diartikan sebagai penyampaian pengetahuan pada anak, Dalam hal ini memberi kesan bahwa mengajar itu yang lebih aktif adalah pengajar atau guru.

Pengajar aktif memberi informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman, sedangkan pelajar tinggal siap untuk menerima materi yang diberikan (Hartanti, 1997 :26) .

Menurut Raka Joni yang dikutip oleh Hartanti (1997 : 27) mengajar adalah penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, merupakan salah satu tanggung jawab guru atau pengajar, sedangkan unsur-unsur yang lain berfungsi sebagai pendukungnya, seperti kelengkapan sarana dan prasarana juga sangat menentukan. Para pengajar dituntut untuk bekerja ekstra keras dan penuh kesungguhan, sebab ditangan para pengajar inilah akan tercipta manusia-manusia yang lebih cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Belajar yang di maksud dengan sistem lingkungan di sini adalah kesatuan yang terorganisir antara komponen-komponen pengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.


(55)

Proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan akan berjalan dengan lancar bilamana pelajar dan pengajar sama-sama aktif dalam melakukan kegiatan. ss

Belajar merupakan kegiatan yang paling utama bagi para siswa, dimana guru sebagai tenaga pengajarnya membimbing dan mendidik siswa agar lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian integral dari dua kegiatan, yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar. Kedua kegiatan berlangsung secara terpadu dan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan.

Proses belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil apabila didukung oleh tenaga pengajar yang trampil, sumber daya yang memadai dan sarana prasarana yang mendukung, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terlebih lagi mengenai sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar dimana unsur yang satu ini sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, terlebih lagi pengajaran pendidikan jasmani dimana pelajaran ini sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang mendukung agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.

2.3 Kinerja

2.3.1 Pengertain Kinerja

Kinerja adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik pada intern


(56)

sekolah maupun ekstern sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang diprogramkan (Moh.Uzer Usman :1951:4).

Kinerja adalah proses sistematika untuk menilai prilaku atau hasil kerja dalam kurun waktu tertentu yang akan menjadi dasar kebaikan dalam pembangunan (Jiwo Wungu,2003:31).

2.3.2 Kinerja Guru

Kinerja guru adalah kiat atau prosedur yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kurikulum yang diterapkan sehingga menghasilkan tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini kinerja guru diidentikan dengan kompetensi guru, yaitu kemampuan guru baik yang kuantitatif maupuna yang kulitatif ( Moh.Uzer Usman, 1995 : 4 ).

Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Guru sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar.

Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan belajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.


(1)

3

3

3

1

1

1

3

3

3

3

3

3

80

6400

3

3

1

1

1

1

3

3

3

3

3

3

84

7056

3

3

2

3

3

3

1

1

3

3

3

3

86

7396

3

3

2

3

1

3

1

1

3

3

2

3

83

6889

3

1

1

1

1

2

3

3

3

1

1

1

71

5041

3

1

1

1

3

3

3

2

3

1

1

2

66

4356

3

2

3

3

3

3

1

3

3

2

2

3

88

7744

3

1

2

1

2

3

2

2

1

2

3

3

81

6561

1

3

1

1

1

3

3

3

3

1

1

2

66

4356

3

1

1

1

3

3

3

3

3

1

1

3

80

6400

3

1

1

1

1

3

3

3

3

1

1

2

60

3600

3

3

2

2

3

3

3

3

3

2

2

1

85

7225

1

1

1

1

1

3

1

3

3

1

1

3

60

3600

2

2

2

3

3

3

3

3

3

1

1

3

74

5476

2

1

1

1

3

3

3

1

3

1

2

1

66

4356

1

1

1

1

1

3

1

3

3

1

1

3

63

3969

3

3

1

2

1

2

3

3

3

2

1

1

76

5776

3

3

3

3

1

1

3

3

3

3

3

3

89

7921

3

3

3

2

1

1

3

3

2

1

3

2

84

7056

3

3

2

2

3

2

3

3

3

2

1

1

80

6400

1

1

1

1

1

1

3

2

3

2

1

3

66

4356

3

3

2

3

1

3

3

3

3

2

3

3

87

7569

3

1

2

3

2

3

3

3

1

1

3

3

84

7056

3

3

3

3

2

3

3

3

3

3

3

3

88

7744

1

2

2

1

1

2

1

2

1

2

2

2

64

4096

284

290

257

230

216

262

292

307

307

223

231

290

8870

684444

770

798

641

546

486

680

808

859

871

481

517

790

0.53

9

0.40

8

0.40

0

0.41

8

0.33

0

0.37

8

0.49

4

0.47

4

0.41

4

0.32

9

0.35

1

0.33

7

σ

2

102.495

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Vali

d

Σσ

i

2

20.258

0.68

9

0.67

7

0.65

4

0.80

2

0.74

6

0.79

7

0.67

7

0.45

7

0.55

9

0.47

8

0.52

1

0.60

9

0.827

PERHITUNGAN VALIDITAS ANGKET

Rum us:

Kriteria

Butir angket valid jika rxy

> r t able

11

r

  

2 2

2

 

2

Y

X

-XY

Y

Y

N

X

X

N

N

r

xy


(2)

No

Kode

X

Y

X

2

Y

2

XY

1 E-01 3 57 9 3249 171

2 E-02 1 57 1 3249 57

3 E-03 1 69 1 4761 69

4 E-04 3 74 9 5476 222

5 E-05 3 80 9 6400 240

6 E-06 2 81 4 6561 162

7 E-07 1 79 1 6241 79

8 E-08 2 73 4 5329 146

9 E-09 3 79 9 6241 237

10 E-10 2 81 4 6561 162

11 E-11 3 67 9 4489 201

12 E-12 3 79 9 6241 237

13 E-13 1 72 1 5184 72

14 E-14 1 74 1 5476 74

15 E-15 3 80 9 6400 240

16 E-16 3 59 9 3481 177

17 E-17 3 85 9 7225 255

18 E-18 3 86 9 7396 258

19 E-19 3 87 9 7569 261

20 E-20 1 69 1 4761 69

21 E-21 1 60 1 3600 60

22 E-22 3 93 9 8649 279

23 E-23 3 94 9 8836 282

24 E-24 3 87 9 7569 261

25 E-25 3 76 9 5776 228

26 E-26 1 83 1 6889 83

27 E-27 1 85 1 7225 85

28 E-28 1 76 1 5776 76

29 E-29 1 70 1 4900 70

30 E-30 1 66 1 4356 66

31 E-31 1 76 1 5776 76

32 E-32 3 75 9 5625 225

33 E-33 3 87 9 7569 261

34 E-34 1 80 1 6400 80

35 E-35 3 81 9 6561 243

36 E-36 1 56 1 3136 56

37 E-37 3 66 9 4356 198

38 E-38 3 85 9 7225 255

39 E-39 3 86 9 7396 258

40 E-40 1 66 1 4356 66

41 E-41 2 89 4 7921 178

42 E-42 1 80 1 6400 80

43 E-43 1 59 1 3481 59

44 E-44 1 67 1 4489 67

45 E-45 2 75 4 5625 150

46 E-46 2 66 4 4356 132

47 E-47 3 88 9 7744 264

48 E-48 3 86 9 7396 258


(3)

50 E-50 3 76 9 5776 228

51 E-51 2 82 4 6724 164

52 E-52 2 66 4 4356 132

53 E-53 3 91 9 8281 273

54 E-54 2 80 4 6400 160

55 E-55 3 80 9 6400 240

56 E-56 3 83 9 6889 249

57 E-57 3 86 9 7396 258

58 E-58 1 85 1 7225 85

59 E-59 1 78 1 6084 78

60 E-60 3 94 9 8836 282

61 E-61 3 80 9 6400 240

62 E-62 3 74 9 5476 222

63 E-63 3 87 9 7569 261

64 E-64 3 87 9 7569 261

65 E-65 2 74 4 5476 148

66 E-66 1 73 1 5329 73

67 E-67 2 66 4 4356 132

68 E-68 2 70 4 4900 140

69 E-69 1 72 1 5184 72

70 E-70 2 76 4 5776 152

71 E-71 2 64 4 4096 128

72 E-72 3 84 9 7056 252

73 E-73 2 62 4 3844 124

74 E-74 2 80 4 6400 160

75 E-75 2 82 4 6724 164

76 E-76 2 68 4 4624 136

77 E-77 2 67 4 4489 134

78 E-78 3 82 9 6724 246

79 E-79 2 53 4 2809 106

80 E-80 2 68 4 4624 136

81 E-81 2 75 4 5625 150

82 E-82 2 71 4 5041 142

83 E-83 2 64 4 4096 128

84 E-84 3 94 9 8836 282

85 E-85 2 69 4 4761 138

86 E-86 2 91 4 8281 182

87 E-87 2 54 4 2916 108

88 E-88 2 61 4 3721 122

89 E-89 1 51 1 2601 51

90 E-90 2 73 4 5329 146

91 E-91 3 72 9 5184 216

92 E-92 3 90 9 8100 270

93 E-93 3 80 9 6400 240

94 E-94 3 84 9 7056 252

95 E-95 3 86 9 7396 258

96 E-96 1 83 1 6889 83

97 E-97 2 71 4 5041 142

98 E-98 2 66 4 4356 132


(4)

100 E-100 3 81 9 6561 243

101 E-101 2 66 4 4356 132

102 E-102 3 80 9 6400 240

103 E-103 1 60 1 3600 60

104 E-104 3 85 9 7225 255

105 E-105 2 60 4 3600 120

106 E-106 2 74 4 5476 148

107 E-107 2 66 4 4356 132

108 E-108 2 63 4 3969 126

109 E-109 2 76 4 5776 152

110 E-110 3 89 9 7921 267

111 E-111 3 84 9 7056 252

112 E-112 3 80 9 6400 240

113 E-113 3 66 9 4356 198

114 E-114 2 87 4 7569 174

115 E-115 3 84 9 7056 252

116 E-116 1 88 1 7744 88

117 E-117 2 64 4 4096 128



256 8870 634 684444 19812

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :

r

xy

=

117

19812

256 8870

117 634 256 2 117 684444 8870 2

=

0.429


(5)

Perhitungan Reliabilitas Instrumen

Rumus:

Keterangan:

k

:

Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal

σ

2

t

:

Varian total

σ

2

b

:

Jumlah varian butir

Kriteria

Apabila r

11

> r

tabel

, maka instrumen tersebut reliabel.

Perhitungan

1. Varians total

68444

4

8870

2

σ

2

t

=

117

=

102.4945

58

11

7

2. Varians

butir

634

256

2

σ

2 b

1

=

117

=

0.631309

81

11

7

760

286

2

σ

2 b

2

=

117

=

0.520417

85

11

7

765

285

2

σ

2 b

3

=

117

=

0.604865

22

11


(6)

7

:

:

:

790

290

2

σ

2 b

33

=

117

=

0.608517

79

11

7

σ

2

b

=

σ

2 b

1

+

σ

2

b2

+

σ

2

b3

+

……

….

+

σ

2b33

=

0.63130981

+

0.520417

85

+

0.604865

22

+

……

….

+

0.608517

79

=

20.25816349

3. Koefisien reliabilitas

=

33

1

20.25816349

33-1

102.4945577

=

0.827


Dokumen yang terkait

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehata

6 147 156

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 2

(ABSTRAK) PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 0 2

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH DASAR DI DABIN IV KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES.

0 1 82

Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP se- Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal tahun 2008/2009.

0 0 1

(ABSTRAK) SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 2

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMA SE-KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG. TAHUN 2009.

0 0 72

Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Terhapdap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Tingkat SMP Se-Kecamatan Bandar Kabupaten Batang.

0 0 81

PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009.

0 1 112

SURVEI PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN TINGKAT SMP SE KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 66