HUBUNGAN KONDISI AIR TANAH DENGAN INTRUSI AIR LAUT PADA PESISIR DI DAERAH PALABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI.

(1)

No. Daftar FPIPS : 1884/UN.40.2/4/PL/2013

Amilia Widya, 2013

HUBUNGAN KONDISI AIR TANAH DENGAN INTRUSI AIR LAUT PADA PESISIR DI DAERAH PALABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh : AMILIA WIDYA

0901272

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

No. Daftar FPIPS : 1884/UN.40.2/4/PL/2013

Amilia Widya, 2013

HUBUNGAN KONDISI AIR TANAH DENGAN INTRUSI AIR LAUT PADA PESISIR DI DAERAH PELABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

Oleh Amilia Widya

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Amilia Widya 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

No. Daftar FPIPS : 1884/UN.40.2/4/PL/2013

Amilia Widya, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN KONDISI AIR TANAH DENGAN INTRUSI AIR LAUT PADA PESISIR DI DAERAH PALABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI

Oleh :

AMILIA WIDYA (0901272)

Disetujui dan Disahkan Oleh Pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT NIP. 19640603 198903 1 001

Pembimbing II

Drs. Jupri, MT NIP. 19600615 198803 1 003

Mengetahui ,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

Dr.Epon Ningrum,M.Pd NIP.19620304 198704 2 001


(4)

Amilia Widya, 2013

ABSTRAK

HUBUNGAN KONDISI AIR TANAH DENGAN INTRUSI AIR LAUT PADA PESISIR DI DAERAH PALABUHAN RATU

KABUPATEN SUKABUMI Oleh :

Amilia Widya 0901272 Dosen Pembimbing:

Pembimbing I : Prof.Dr.Ir.Dede Rohmat, MT Pembimbing II : Drs. Jupri, MT

Kondisi air tanah pada daerah pesisir berbeda halnya dengan daerah pegunungan maupun daratan, peningkatan pengambilan airtanah pada kawasan pantai memacu terjadinya intrusi air laut, atau masuknya air laut kedalam air tawar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya dugaan intrusi berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan kandungan Mangan (Mg) di pesisir daerah Palabuhan Ratu. Tujuan penelitian ini yaitu : (1) Mengidentifikasi kondisi Air tanah dan air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu, (2) Menganalisis Hubungan Air tanah dengan intrusi air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu. Lokasi penelitian berada di kawasan pesisir pantai Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Palabuhan Ratu yang meliputi 3 desa atau kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir (Palabuhan Ratu, Citepus dan Citarik) serta Kecamatan Cikakak meliputi (Cimaja dan Cikakak). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksploratif dan deskriptif dengan pengambilan sampel sumur didasarkan pada ketinggian, penggunaan lahan dan jenis batuan. Analisis data menggunakan uji kualitas air serta analisis regresi linear sederhana yang menghubungkan antara ketinggian dengan parameter adanya intrusi (NaCl, DHL dan Salinitas). Hasil penelitian menunjukan tidak adanya hubungan antara kondisi air tanah dengan intrusi air laut di daerah pesisir Palabuhan Ratu. Tidak adanya intrusi air laut di daerah pesisir Palabuhan Ratu karena kuantitas air tanah masih sangat besar sehingga air laut yang memiliki berat jenis lebih besar dari air tanah tidak mendesak masuk, hal ini diketahui dari nilai kadar garam (salinitas) 0o/oo atau termasuk kedalam kategori 0–5 ppt (Salinitas air tawar/rendah), dengan nilai DHL berkisar antara (0,25 – 0,75 μ mho/cm) dan kandungan NaCl berkisar (2.30-13.41 mg/L). Kandungan NaCl yang ada dalam air bukan berasal dari air laut, diduga berasal dari jenis batuan dan tanah daerah setempat. Batuan yang ada di daerah setempat yaitu batuan gunungapi (plio-plistosen), batu gamping neogen (mio-plio) dan batuan sedimen neogen (mio-plio) dengan jenis tanah latosol dan alluvial. Saran penelitian perlu dilakukan pengujian lokasi penggalian sumur warga agar mencegah pencemaran dari limbah yang lain dan tehnik konservasi buatan seperti mangrove di sekitar pesisir untuk pencegahan adanya intrusi.

Kata Kunci : Hubungan Kondisi Air Tanah, Intrusi Air Laut, Pesisir, Daerah Palabuhan Ratu


(5)

Amilia Widya, 2013

ABSTRACT

THE RELATION BETWEEN GROUND WATER CONDITIONS WITH SEA INTRUSION ON THE LITTORAL AREA IN PALABUHAN RATU

SUKABUMI DISTRICT By:

Amilia Widya 0901272 Dosen Pembimbing:

Pembimbing I : Prof.Dr.Ir.Dede Rohmat, MT Pembimbing II : Drs. Jupri, MT

Ground water condition on the Littoral area is different with the one on the mountain or lowland. The escalation of ground water extraction on the coast area spurs the occurrence of sea intrusion or the entry of sea water to freshwater. This research is back grounded by the presence of intrusion notion based on the result of previous research which indicates the contents of Manganese (Mg) on the littoral area in Palabuhan Ratu. The objectives of this research are: (1) To identify the condition of ground water and sea water on the littoral area in Palabuhan Ratu, (2) To analyze the relation of ground water and sea intrusion on the littoral area in Palabuhan Ratu. This research site is on the littoral area in Palabuhan Ratu Sukabumi Regency at two sub districts which are Palabuhan Ratu sub district, which covers three villages that on verge with the littoral area (Pelabuhan Ratu, Citepus, and Citarik), and Cikakak sub district which covers Cimaja and Cikakak. The method which is used in this research is the explorative and descriptive method with the selection of well sample is based on the altitude, land utilization and types of rock. The data analysis uses the test of water quality and a simple linear regression analysis which relate the altitude and intrusion existence parameter (NaCl, DHL dan Salinitas). The result of this research shows that there is not any relation between ground water condition and sea intrusion on the littoral area in Palabuhan Ratu. The non existence of sea intrusion on the littoral area in Palabuhan ratu is because the quantity of ground water is still abundant, so the sea water which has the heavier type weight (berat jenis) than ground water is not spurring in, it is known from the salinity 0o/oo or it is included in to 0-55 ppt category (freshwater/low salinity), with the value of DHL is ranging from 0,25 – 0,75 μ mho/cm and contains NaCl around 2.30-13.41 mg/L. NaCl that exists in the water is not come from the sea water, it is expected from the rock types and the soil around that area. The rocks which are exist in that area are plio-plistosen hardcore, neogen limestone (mio-plio) and neogen sediment rock with the kind of latosol and alluvial soil. The suggestion of this research is that it needs to be conducted a location test of citizen’s wells excavation in order to avoid the contamination from the other waste and synthetic conservation technique such as mangrove on the littoral areal to prevent the existence of intrusion.

Key Words: Relation of Ground Water Condition, Littoral, Palabuhan Ratu Area


(6)

Amilia Widya, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

UCAPAN TERIMA KASIH ...ii

ABSTRAK ...iv

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...7

C. Tujuan Penelitian ...8

D. Manfaat Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...9

A. Daur Atau Siklus Hidrologi ...9

B. Neraca Air ...12

1. Persipitasi ...13

2. Evavotransfirasi...13

3. Runoff ...14

4. Infiltrasi ...14

C. Tanah ...15

D. Air Tanah ...18

1. Lapisan Permeabel dan lapisan impermeable ...20

2. Air Bebas dan Air Terkekang ...21

3. Air tanah tumpang ...21

E. Air Laut ...22

1. Unsur-unsur Kimia Laut ...23

2. Kadar Garam (Salinitas) ...26

3. Daya Hantar Listrik ...26


(7)

Amilia Widya, 2013

G. Intrusi Air Laut ...32

1. Penerobosan (supply) air garam lewat atmosfir ...32

2. Masuknya garam lewat pintu pelayaran ...32

3. Intrusi air laut ke muara (estuaries) ...33

4. Rembesan air tanah payau ke daerah rendah (low lying areas) ...33

5. Difusi garam pada tanah asin (saline soil) ...33

6. Drainasi saline efluen ...33

7. Kadar garam dalam air sungai ...34

H. Kualitas Air ...35

BAB III PROSEDURE PENELITIAN ...39

A. Lokasi Penelitian ...39

B. Populasi Sampel ...39

1. Populasi ...39

2. Sampel ...40

C. Metode Penelitian ...42

D. Variabel Penelitian ...43

E. Definisi Operasional ...44

F. Tehnik Pengumpulan Data ...46

1. Observasi Lapangan ...46

2. Wawancara ...46

3. Studi Dokumentasi ...47

4. Cek Laboratorium ...47

5. Studi Literatur ...48

6. Alat dan Bahan Penelitian ...48

G. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data ...50

H. Alur Prosedure Penelitian ...57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...58

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ...58

1. Iklim ...62


(8)

Amilia Widya, 2013

3. Kondisi Geomorfologi ...71

4. Kondisi Tanah ...74

5. Kondisi Hidrogeologi ...81

6. Kondisi Penggunaan Lahan...84

7. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ...87

8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ...93

B. Kondisi Air Tanah dan Air Laut di Daerah Pelabuhan Ratu ...98

1. Kualitas Air Tanah (Pengujian Fisisk dan Kimia) ...98

a) Pengujian Fisik (Bau, Rasa, Warna dan Suhu )...98

b) Pengujian Kimia ( pH, Salinitas, DHL dan NaCl) ...100

2. Hubungan Kondisi Air Tanah dengan Intrusi Air Laut ...105

a) Ketinggian dengan NaCl ...107

b) Kedalam Sumurdengan NaCl ...108

c) Formasi Batuan dengan NaCl ...109

d) Ketinggian dengan DHL...109

e) Kedalam Sumur dengan DHL ...110

f) Formasi Batuan dengan NaCl ...111

3. Analisis Plot Sampel ...113

4. Tanggapan Masyarakat Terhadap Kualitas Air (Kelayakan, Bau dan Warna) dengan Elevasi ...130

C. Tehnik Konservasi Pencegahan Intrusi Air Laut ...135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...136

A. Simpulan ...136

B. Saran ...137

DAFTAR PUSTAKA ...138

DAFTAR LAMPIRAN ...141


(9)

Amilia Widya, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Pelabuhan Ratu……… 4

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Cikakak……… 5

Tabel 1.3 Pengguna Kebutuhan Air Di Kecamatan Pelabuhan Ratu…... 6

Tabel 2.1 Beberapa Sifat Air……… 10

Tabel 2.2 Bentuk Struktur Menurut Bentuknya………... 18

Tabel 2.3 Porositas Beberapa Bahan Sedimen………. 20

Tabel 2.4 Elemen yang terkandung dalam air laut / km3... 24

Tabel 2.5 Unsur Utama Dan Unsur Jarang Dari Air Laut 34.8o/oo………… 25

Tabel 2.6 Analisa Kualitas air Baku dan Alternative Pengolahan……... 38

Tabel 3.1 Kriteria Persentase………... 51

Tabel 4.1 Luas Wilayah Setiap Desa/Kelurahan Berbatasan Dengan Pesisir………... 59 Tabel 4.2 Nilai Q untuk Tipe Scmidth-Ferguson………. 63

Tabel 4.3 Data Curah Hujan Stasiun Citarik DAS Cimandiri Kecamatan Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi………... 64

Tabel 4.4 Frekuensi Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab Stasiun Citarik……….. 65

Tabel 4.5 Klasifikasi Iklim Zone menurut Junghuhn……….. 67

Tabel 4.6 Unit Geologi Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak………... 70 Tabel 4.7 Zone Geologi Menurut Van Bemmelen………... 73

Tabel 4.8 Jenis Tanah di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak... 76 Tabel 4.9 Hidrogeologi di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan

Cikakak………


(10)

Amilia Widya, 2013

Tabel 4.10 Jenis Penggunaan Lahan di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Desa

Citepus dan Desa Citarik………. 84

Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Kecamatan Pelabuhan Ratu ………... 87

Tabel 4.12 Jumlah Penduduk Kecamatan Cikakak……… 89

Tabel 4.13 Pengelompokan Wilayah Kepadatan Penduduk……….. 91

Tabel 4.14 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Pelabuhan Ratu………. 93

Tabel 4.15 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Desa Citepus dan Desa Citarik… 94 Tabel 4.16 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Cikakak………. 95

Tabel 4.17 Jumlah Pendudukan Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Cikakak………. 97

Tabel 4.18 Pengujian Fisik Air……….. 99

Tabel 4.19 Hasil pH dan Salinitas……….. 100

Tabel 4.20 Hasil Nilai R (resistivitas)……… 102

Tabel 4.21 Hasil Nilai DHL (μ mho/cm)………... 103

Tabel 4.22 Hasil Analisis NaCl……….. 104

Tabel 4.23 Profil Kedalaman Dasar Sumur dan Muka Air tanah……….. 106

Tabel 4.24 Elevasi Setiap Sampel……….………. 130

Tabel 4.25 Kelayakan Air dengan Elevasi...……….. 131

Tabel 4.26 Warna Air dengan Elevasi………... 132


(11)

Amilia Widya, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidrologi……….. 12

Gambar 2.2 Parameter-parameter neraca air untuk batas-batas yang

berbeda……….... 15

Gambar 2.3 Faktor-faktor Pembentuk Tanah………. 16 Gambar 2.4 Bentuk Topografi Batas-batas Horison……….. 17 Gambar 2.5 Keseimbangan gravitasi statis antara air tawar dan air asin… 30 Gambar 2.6 contoh keseimbangan antara aliran garam ke arah laut dan

aliran ke hulu akibat penurunan konsentrasi………... 33 Gambar 2.7 Penampang melintang Pertemuan air tanah dengan air asin... 34 Gambar 3.1 Batas Antar Horizon Tanah………. 53

Gambar 3.2 Rangkaian Elektro………... 54

Gambar 3.3 Alat Pengukur Salinitas/Refaktrometer (kanan); Alat-bahan

Pengukur pH Meter (kiri)……… 56

Gambar 4.1 Presentase Luas Wilayah Kecamatan Pel.Ratu dan

Kecamatan Cikakak……… 59

Gambar 4.2 Peta Administrasi……… 61

Gambar 4.3 Grafik Frekuensi Bulan Basah, Bulan Lembab Dan Bulan Kering Pada Stasiun Citarik Das Cimandiri Kecamatan Pelabuhan Ratu Kab. Sukabumi……….. 65 Gambar 4.4 Fluktuasi Hujan Tahunan di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan

Kecamatan Cikakak………. 67

Gambar 4.5 Persentase Formasi Batuan Kecamatan Pelabuhan Ratu dan


(12)

Amilia Widya, 2013

Gambar 4.6 Jenis Batuan Sedimen(kiri) Batuan Beku dan Sedimen

(kanan) pada lokasi penelitian………. 71

Gambar 4.7 Pembagian Fisiografi Jawa Barat menurt Van Bemmlen 1949……….. 72

Gambar 4.8 Presentase Jenis Tanah di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak………. 77

Gambar 4.9 Pengambilan tanah, horizon di lapangan………. 77

Gambar 4.10 Peta Geologi………. 78

Gambar 4.11 Peta Topografi……….. 79

Gambar 4.12 Peta Tanah……… 80

Gambar 4.13 Persentase Kondisi Hidrogeologi di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak……….. 82

Gambar 4.14 Peta Hidrogeologi……… 83

Gambar 4.15 Presentase Penggunaan lahan di Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak………. 85

Gambar 4.16 Persawahan (kiri) Kebun Campuran (kanan) di lokasi penelitian……….. 85

Gambar 4.17 Peta Satuan Lahan……… 86

Gambar 4.18 Presentase Komposisi Penduduk di Kecamatan Pelabuhan Ratu……….. 88

Gambar 4.19 Presentase Komposisi Penduduk di Kecamatan Cikakak…… 89

Gambar 4.20 Peta Kepadatan Penduduk………. 92

Gambar 4.21 Presentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 94 Gambar 4.22 Presentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 96 Gambar 4.23 Sumur Warga (kiri) pengujian suhu; salinitas dan pH (tengah); air sungai (kanan)………. 99

Gambar 4.24 Pengujian Salinitas/ salinometer (kiri); Sampel Sumur dan Sungai (tengah); pengujian pH/Glas Elektrode (kanan)…….. 105

Gambar 4.25 Profil Kedalaman Dasar Sumur dan Muka Airtanah………... 106

Gambar 4.26 Nirai Regresi Elevasi dengan kandungan NaCl………... 107


(13)

Amilia Widya, 2013

Gambar 4.28 Nilai Regresi Formasi Batuan dengan kandungan NaCl……. 109 Gambar 4.29 Nilai Regresi Daya Hantar Listrik dengan Elevasi………….. 110 Gambar 4.30 Nilai Regresi Kedalam Sumur terhadap DHL………. 111 Gambar 4.31 Nilai Regresi Jenis Batuan terhadap DHL………... 112 Gambar 4.32 Kondisi Sumur Plot 1 (Permukiman- Sedimen Neogen

Mio-Plio)………. 114

Gambar 4.33 Kondisi Sumur plot 1.b (Kebun Campuran- Sedimen Neogen

Mio-Plio)……….. 116

Gambar 4.34 Kondisi Sumur plot 2.a (Sawah-Gunungapi Plio Plistosen)… 117 Gambar 4.35 Kondisi Sumur plot 2.b (Permukiman-Gunungapi Plio

Plistosen)………. 118

Gambar 4.36 Kondisi Sumur plot 3.a (Permukiman Gunungapi Plio

plistosen)………. 119

Gambar 4.37 Kondisi Sumur plot 3.b (Permukiman-Gunungapi Plio

Plistosen)………. 120

Gambar 4.38 Kondisi Sumur plot 3.c (Sawah-Gunungapi Plio Plistosen)… 121 Gambar 4.39 Kondisi Sumur plot 4.a (Permukiman-Gamping Neogen

Mio-Plio)………. 122

Gambar 4.40 Kondisi Sumur plot 4.b (sawah-Batuan Gamping Neogen)… 123 Gambar 4.41 Kondisi Sumur plot 4.c (Sawah-Batuan Gamping Neogen)… 124 Gambar 4.42 Kondisi Sumur plot 5.a (Permukiman-Gunungapi Plio

Plistosen)……….. 125

Gambar 4.43 Kondisi Sumur plot 5.b (Hutan Primer-Gunungapi Plio

Plistosen)……….. 126

Gambar 4.44 Kondisi Sumur plot 6.a (Permukiman-Gamping

Neogem)….. 127

Gambar 4.45 Kondisi Sumur plot 6.b (Sawah-Gamping Neogen Mio

Plio).. 128

Gambar 4.46 Kondisi Sumur plot 7.a (Hutan Primer-Gamping Neogen Mio

Plio)……….. 129

Gambar 4.47 Elevasi Setiap Sampel……….. 130


(14)

Amilia Widya, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Air minum memiliki persenyawa kimia sederhana yaitu terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom oksigen (O), digabungkan menjadi simbolik H2O. Pada umumnya kondisi di dalam air tidak benar-benar murni, bahan-bahan yang terlarut selalu ada didalamnya, baik yang berasal dari tanah, udara dan dari metabolisme jasad-jasad didalam air. Sumber-sumber air yang tersedia di bumi sangatlah banyak, menurut Daryanto (2004:1) mengungkapkan bahwa “Secara alamiah sumber-sumber air merupakan kekayaan alam yang dapat diperbaharui dan mempunyai daya generasi yaitu selalu dalam sirkulasi dan timbul kembali mengikuti suatu siklus yang disebut daur hidrologi”. Pada siklus tersebut terdapat beberapa senyawa kimia yang terbawa baik dari berbagai aktivitas. Aktivitas yang berkaitan dengan siklus air atau daur hidrologi antara lain evaporasi (penguapan dari air laut), transpirasi (penguapan dari tumbuhan), evapotranspirasi, kondensasi (perubahan uap menjadi titik-titik air), sublimasi (perubahan uap air menjadi salju), infiltrasi (peresapan air) dan presipitasi. Volume air di bumi selalu tetap, karena air mengalir melalui suatu daur, dalam daur tersebut jatuh ke permukaan bumi dari atmosfer, dan kembali lagi ke atmosfer.

Air tanah merupakan sumberdaya air yang baik untuk air bersih dan air minum. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah dan tersimpan mengisi pori-pori batuan sedangkan air yang masih ada di tanah dinamakan dengan lengas tanah. Sekalipun air tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi kuantitas dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengolahannya, karena manusia yang banyak menggunakan air untuk kebutuhannya. Air yang ada tidak hanya memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan secara fisik tubuh manusia tetapi memiliki fungsi untuk kebutuhan manusia sehari-hari. Keberadaan air tanah di bumi belum merata, di suatu daerah


(15)

2

Amilia Widya, 2013

ada yang kekurangan air, bahkan adapula yang berlebihan, besarnya kuantitas harus didukung oleh kualitas air, agar bisa dipergunakan dengan baik, seperti halnya Menurut Rejeki (2009:2) :

Kuantitas dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengelolaannya, secara kualitas, air harus dilestarikan dan dijaga agar tidak tercemar dan dapat memenuhi standar baku air bersih yang ditentukan. Sedangkan secara kuantitas, air harus dilestarikan dan dijaga agar jumlahnya di muka bumi ini tidak berkurang. Air merupakan kebutuhan esensial bagi kehidupan manusia, mulai dari kebutuhan rumah tangga, industri maupun pertanian.

Pemanfaatan air di bumi oleh manusia sangatlah besar yang banyak digunakan untuk kebutuhan domestik, air yang ada di bumi sebagin besar 71% adalah air laut, Jika dibandingkan dengan sumber air lain seperti dalam air tanah, air permukaan dan air es. Sumber air yang ada di bumi, seluruhnya berasal dari penguapan yang nanti akan kembali dan tersimpan dalam laut, salju atau es, air permukaan dan air tanah. Menurut Miller dalam Susilastuti (2011:50) menyatakan :

Meskipun laut mengandung air dalam jumlah berlimpah, namun air laut sampai saat ini belum dapat dijadikan sebagai sumber air untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia maupun pembangunan, karena pemanfaatannya memerlukan biaya yang sangat besar guna menurunkan kadar garam yang tinggi. Oleh karena itu, sumber air masih terbatas dari air tanah dan air permukaan.

Kondisi air tanah tak selalu baik, pada daerah pesisir kondisi air tanah berbeda halnya dengan di daerah pegunungan maupun daratan, seperti yang sudah dijelaskan oleh Miller dalam Susilastuti. Pengambilan air tanah di pesisir pantai memicu adanya intrusi yang merupakan masuknya air laut ke dalam air tawar. Seperti yang diungkapkan oleh Vineastra (2010):

Ancaman kenaikan muka air laut yang disebabkan oleh global warming dan juga pasang surut air laut yang berubah-ubah, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya perubahan sistem hidrogeologi akibat dari penggunaan air tanah yang berlebihan, hal itu akan mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih.


(16)

3

Amilia Widya, 2013

Air yang sudah terkontaminasi oleh adanya air laut tidak layak untuk dikonsumsi bagi manusia, meskipun air laut didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Satu contoh air laut seberat 1.000 gram akan berisi ≤ 35 gram senyawa terlarut yang secara kolektif disebut garam. Ditunjang pula pada berat jenis air laut yang lebih besar dari pada air tawar yang mengakibatkan air laut akan mudah mendesak masuk ke dalam air tanah. Menurut Sosrodarsono (1987:131) “Jika air asin sudah berada di bawah akuifer, air akan cepat menerobos masuk kedalam sumur, begitupula jika akuifer yang ada tidak tebal, air asinpun akan secara perlahan masuk kedalam sumur”.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Barat, yang memilii potensi sumber daya pesisir dan kelautan. Potensi tersebut tersebar di 8 (delapan) wilayah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, yaitu sepanjang ± 117 km yang memanjang dari wilayah : Kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuleud. Adapun jenis potensi sumber daya pesisir dan kelautan yang ada antara lain : perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, penyu, bahan tambang serta mineral dan pariwisata. Sampai saat ini, pemanfaatan pesisir dan kelautan di wilayah Kabupaten Sukabumi, dimanfaatkan untuk pariwisata pantai, juga dijadikan perhimpunan palabuhan nelayan sebagai pelelangan ikan dan penangkapan ikan. Daerah Palabuhan Ratu dan sekitarnya yang saat ini menjadi pusat kunjungan wisata, merupakan pengembangan daerah wisata pantai di bagian selatan Sukabumi. Aktifitas-aktifitas tersebut menjadikan Palabuhan Ratu mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik populasi penduduk, maupun tatanan fisik ruang kota.

Pertambahan penduduk di daerah Palabuhan Ratu dipengaruhi pula dengan ditetapkannya Palabuhan Ratu sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi sebagimana intruksi Gubernur KDH Tingkat I Jawa Barat No.24 tahun 1998 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Sukabumi dari wilayah Kotamadya Sukabumi ke Kota Palabuhan Ratu. Penetapan Palabuhan Ratu sebagai pusat pemerintah Kabupaten Sukabumi membuka akses pada jalur-jalur


(17)

4

Amilia Widya, 2013

perhubungan antar kecamatan, sehingga ibukota kabupaten ini mengalami pertumbuhan yang besar, selain itu merupakan pengembangan daerah wisata pantai di bagian selatan Sukabumi.

Seiring pertumbuhan dan perkembangan daerah wisata tersebut, tatanan fisik semakin berkembang dalam memajukan daerah pariwisata, banyaknya pertumbuhan bangunan di sepanjang pesisir Palabuhan Ratu memicu konsumsi air yang semakin meningkat. Adapun pertumbuhan penduduk di Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak yang merupakan kecamatan berbatasan langsung dengan pesisir ditunjukan pada Tabel 1.1 menunjukan jumlah penduduk di Kecamatan Palabuhan Ratu dan Tabel 1.2 menunjukan jumlah pendudukan di Kecamatan Cikakak.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Kecamatan Palabuhan Ratu

No Desa/Kelurahan

Karakteristik Laki-laki

/orang

Perempuan /orang

Kepala Keluarga /KK

1 Palabuhan Ratu 15,923 15,385 8,545

2 Citepus 5,380 5,446 2,680

3 Cibodas 3,855 3,419 1,908

4 Buniwangi 4,789 4,656 2,406

5 Citarik 9,846 9,744 4,956

6 Cikadu 4,730 4,251 2,326

7 Tonjong 3,356 3,232 1,781

8 Pasir suren 3,636 3,388 1,975

Jumlah 51,515 49,521 24,165

Sumber :Profile Kecamatan Palabuhan Ratu tahun 2012

Tabel 1.1 menunjukan jumlah penduduk di Kecamatan Palabuhan Ratu dengan jumlah 101.036/orang dan 24.165/KK yang tersebar di delapan desa atau kelurahan. Desa atau kelurahan dengan komposisi terbesar berada di Kelurahan Palabuhan Ratu dengan jumlah 31.308/orang yang termasuk kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir, terdapat 3 desa atau kelurahan di Kecamatan


(18)

5

Amilia Widya, 2013

Palabuhan Ratu yang berbatasan langsung dengan pesisir yakni : Kelurahan Palabuhan Ratu, Desa Citarik dan Desa Citepus. Ketiga desa atau kelurahan tersebut merupakan jumlah penduduk terpadat di sandingkan dengan lima desa yang lainnya yang ada di Kecamatan Palabuhan Ratu. Jumlah penduduk ini akan berkorelasi positif dengan kebutuhan air untuk M.C.K dan kebutuhan air lainnya, yang mempengaruhi konsumsi air di pesisir.

Tabel 1.2

Jumlah Penduduk Kecamatan Cikakak

No Desa/Kelurahan

Karakteristik Laki-laki

/orang

Perempuan /orang

Kepala Keluarga /KK

1 Cikakak 2,896 2,799 1,579

2 Cimaja 3,188 3,107 1,784

3 Sukamaju 2,881 2,731 1,531

4 Ridogalih 2,109 2,212 3,005

5 Cileungsi 2,624 2,454 1,168

6 Margalaksana 1,894 1,758 910

7 Sirnarasa 3,562 3,313 1,967

8 Gandasoli 1,317 1,176 460

Jumlah 20,471 19,550 12,404

Sumber :Profile Kecamatan Cikakak tahun 2012

Tabel 1.2 menunjukan jumlah penduduk di Kecamatan Cikakak dengan jumlah 40.021/orang dan 12.404KK yang tersebar di delapan desa atau kelurahan. Berbeda halnya dengan Kecamatan Palabuhan Ratu yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Desa atau kelurahan dengan komposisi terbesar berada di Desa Sirnarasa dengan jumlah 3.562/orang, desa tersebut tidak berbatasan langsung dengan pesisir, terdapat dua desa yang berbatasan langsung dengan pesisir yakni : Desa Cimaja dan Desa Cikakak. Kedua desa tersebut merupakan desa dengan jumlah penduduk terpadat setelah Desa Sirnarasa di sandingkan dengan enam desa yang lain.


(19)

6

Amilia Widya, 2013

Konsumsi air bersih di daerah Palabuhan Ratu ini menggunakan beberapa sumber air bersih yang berasal dari air tanah, air sungai dan perusahaan daerah air minum (PDAM). Air sumur masih merupakan sumber air utama yang digunakan oleh masyarakat dibandingkan dengan sumber lain. Sumber PDAM saja masih menggunakan sumber utama dalam pemasokan air untuk penggunanya yang berasal dari air permukaan dan air sungai yang disaring kemudian disambungkan pada penggunanya, penjelasan tersebut terlihat pada Tabel 1.3 menunjukan sebagian daerah Palabuhan Ratu dalam penggunaan air.

Tabel 1.3

Pengguna Kebutuhan Air di Kecamatan Palabuhan Ratu

Sumber : PDAM cabang Palabuhan Ratu

Tabel 1.3 menunjukan pengguna air sumur dan sumber air lain pada desa atau kelurahan sebagian di Kecamatan Palabuhan Ratu yang termasuk kedalam desa atau kelurahan berbatasan langsung dengan pesisir masih tergolong besar, ditunjukan dengan jumlah pengguna PDAM/KK untuk sebagian wilayah Palabuhan Ratu di Desa Citepus berjumlah 569 KK, sedangkan jumlah KK di Desa Citepus berjumlah 2.680 KK dan untuk Kelurahan Palabuhan Ratu pengguna PDAM/KK berjumlah 2.798 KK, sedangkan jumlah KK untuk Kelurahan Palabuhan Ratu 8.545 KK. Menunjukan pengguna air sumur masih sangatlah besar.

Penelitian sebelumnya di daerah Palabuhan Ratu dan sekitarnya pada tahun 2000 menunjukan potensi air tanah secara keseluruhan tahun 2000 sebesar 4818,889122 m3/hari dan dinyatakan masih cukup besar dengan komposisi penduduk pada tahun 1999 berjumlah 120.130 jiwa untuk jumlah penduduk

NO Nama Wilayah

Karakteristik Jumlah

KK

Pengguna PDAM

Pengguna Sumur 1. Kecamatan Palabuhan ratu :

Kelurahan Palabuhan Ratu 8.545 2.798 KK 5.747

Desa Citepus 2.680 569 KK 2.111


(20)

7

Amilia Widya, 2013

keseluruhan sebelum adanya pemekaran. Tetapi pada pengujian kualitas air tanah dengan sampel sumur yang terdekat dengan pesisir pantai yang diambil pada kawasan pesisir Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak menunjukan air tersebut mengandung kadar Mangan (Mn) dan nilai pemanganat yang melebihi persyaratan air minum (diisyaratkan Mn<0,1 mg/L dan nilai pemanganat < 10 mg/L KMnO4), disarankan mencari sumber air lain yang lebih baik, apabila tidak ada sumber lain contoh air dapat dipergunakan sebagai air minum setelah diolah dengan tehnik tertentu. Kadar Mangan (Mn) merupakan salah satu unsur yang ada dalam kandungan air laut. Anggraeni (2000:4). Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, daerah sekitar pesisir Palabuhan Ratu, yakni Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai seiring berkembangnya tatanan dalam kemajuan daerah, seiring itupula kebutuhan air yang dibutuhkan lebih banyak. air merupakan sumber daya alam yang sangat utama penopang kehidupan, sedangkan kondisi air tanah di daerah pesisir berbeda halnya dengan di pegunungan maupun daratan, yang tidak menutup kemungkinan terintrusi air laut (masuknya air laut pada air tanah), jika tidak memperhatikan kaidah kemampuan sumber air di daerah Palabuhan Ratu, seperti yang diuraikan oleh Martha J dalam Anggraeni (2000:3) mengungkapkan mengenai pengambilan air tanah yang memperhatikan kaidah :

Pemanfaatan dan pengambilan air tanah di suatu cekungan air tanah yang tidak terkendali dalam arti pengambilan jumlah air tanah melebihi jumlah pengisian air tanah, atau secara keseluruhan “output” system air lebih besar dari pada “input” akan menimbulkan efek-efek antara lain, penurunan cadangan air tanah, penurunan muka air tanah secara terus menerus, terjadi susupan air bergaram dari laut kearah daratan dan terjadinya “land subsidence.

Pendukung lain adalah hasil penelitian yang menunjukan sampel air pada sumur di daerah pesisir pantai Palabuhan Ratu menunjukan terdapat unsur senyawa. Besarnya air yang tercemar besar pula peningkatan kebutuhan air bersih yang dibutuhkan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini, dengan mengetahui kondisi air tanah pada pesisir untuk upaya mengendalikan


(21)

8

Amilia Widya, 2013

besarnya air tanah yang tercemar oleh air laut, dengan mengetahui seberapa jauh intrusi yang terjadi di daerah pesisir Palabuhan Ratu dan sekitarnya serta mengetahui senyawa tersebut berasal dari air pantai atau dari faktor lain. Diambilah dengan judul “Kondisi Air Tanah dengan Intrusi Air Laut pada Pesisir di Daerah Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas menunjukan teori dan faktual mengenai intrusi air laut di daerah pesisir yang bisa mempengaruhi pada kondisi air tanah yang dipergunakan untuk kebutuhan masyarakat. Untuk itu peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi air tanah dan air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu?

2. Bagaimana hubungan kondisi air tanah dengan intrusi air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu ?

C.Tujuan Penelitian

Untuk mengungkapkan masalah-masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi air tanah dan air laut di daerah Palabuhan Ratu. 2. Menganalisis hubungan kondisi air tanah dengan intrusi air laut pada pesisir di

daerah Palabuhan Ratu.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan dan tujuan tersebut maka manfaat yang akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagai bahan masukan dan literatur bagi intansi terkait mengenai pemanfaatan atau pengambilan air tanah di kawasan pesisir Palabuhan Ratu, dalam menentukan dan pertimbangan suatu kebijakan yang akan dilakukan.


(22)

9

Amilia Widya, 2013

2. Menjadi bahan acuan dan referensi bagi penelitian lain yang akan melanjutkan penelitian di pesisir pantai Palabuhan Ratu.


(23)

Amilia Widya, 2013

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.Lokasi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya, dimana lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukabumi dengan dua tempat yang berbeda. Lokasi penelitian berada di tempat yang berbatasan langsung dengan pesisir yaitu Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak. Pada tahun 2005 Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak ini merupakan dua daerah pemekaran dari Kecamatan Palabuhan Ratu yang sebelumnya hanya memiliki satu kecamatan.

Pemilihan kedua lokasi ini dikarenakan, pada penelitian sebelumnya pengujian kualitas air tanah dengan sampel sumur yang terdekat dengan pesisir pantai menunjukan air tersebut mengandung kadar Mangan (Mn) dan nilai pemanganat yang melebihi persyaratan air minum (diisyaratkan Mn<0,1 mg/L dan nilai pemanganat < 10 mg/L KMnO4), kadar Mangan (Mn) merupakan salah satu unsur yang ada dalam kandungan air laut. Anggraeni (2000:77). Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian di kedua lokasi tersebut, untuk mengetahui seberapa jauh intrusi yang terjadi di daerah pesisir Palabuhan Ratu dan sekitarnya serta mengetahui senyawa tersebut bersal dari air pantai atau dari faktor lain.

B.Populasi Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah “Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”. Sedangkan menurut Sumaatmaja (1988 :112) mengartikan

“Populasi adalah semua kasus, individu dan gejala yang ada di daerah penelitian”.

Serta diuraikan oleh Arikunto (1996:116) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah


(24)

40

Amilia Widya, 2013

penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi, studi penelitiannya juga disebut studi populasi atau sensus”. Berdasarkan pengertian populasi diatas maka populasi pada penelitian ini yaitu:

a. Populasi wilayah : Populasi wilayah ini meliputi Kecamatan Palabuhan Ratu meliputi tiga desa atau kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir yakni : Kelurahan Palabuhan Ratu, Desa Citarik dan Desa Citepus.

Kecamatan Cikakak : Populasi wilayah ini meliputi Kecamatan Cikakak meliputi 2 desa atau kelurahan yang berbatasan langsung dengan pesisir yakni : Desa Cikakak dan Desa Cimaja.

b. Populasi penduduk : Populasi penduduk adalah penduduk yang mendiami kawasan pesisir pantai di Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak. 2. Sampel

Sampel bisa diartikan sebagai bagian dari suatu populasi bisa pula diartikan

sebagai “Sampel merupakan bagian dari populasi (cuplikan atau contoh), yang

mewakili populasi yang bersangkutan” menurut Sumaatmaja (1988:112) . Sampel merupakan bagian dari populasi atau memawakili populasi apabila peneliti tidak bisa secara keseluruhan atau keterbatasan karena populasi terlalu besar, maka diambilah sampel dari seluruh populasi pada penelitiannya. Diperjelas kembali oleh Arikunto (2002:116) ialah “Sebagian atau wakil populasi yang diteliti”.

Sampel yang diambil harus representative atau mewakili seluruh populasi dengan tujuan keakuratan data yang akan diambil, beserta mewakili sebagian penelitian yang dibutuhkan. Sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah sampel jumlah sumur dan penduduk yang tinggal di daerah pesisir sekaligus menggunakan air sumur sebagai sumber utamanya yang ada di daerah pesisir Kecamatan Palabuhan Ratu dan Kecamatan Cikakak. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan parameter sebagai berikut :


(25)

41

Amilia Widya, 2013

Pada pengambilan sampel wilayah dengan menggunakan stratified sampling atau pengklasan sampel atau strata, strata tersebut berdasarkan parameter yang berkaitan dengan lajunya intrusi yaitu :

1) Peta ketinggian, pada peta ketinggian menggunakan skala 1:100.000 dengan elevasi 50 mdpl. Sehingga bisa diukur garis lurus dari tepi pantai sampai dengan terjauh. Untuk mengetahui sejauh mana laju intrusi di daerah pesisir Palabuhan Ratu dan Cikakak.

2) Peta penggunaan lahan, pada peta penggunaan lahan adalah peta yang menyajikan informasi penggunaan lahan apa saja yang ada di daerah pesisir Palabuhan Ratu dan Cikakak, dengan tujuan mempermudah ploting sampel sumur. Serta mengetahui laju intrusi di setiap penggunaan yang ada di daerah pesisir.

3) Peta formasi batuan, bertujuan menunjukan informasi akan lajunya intrusi. Batuan mempengaruhi akan laju cepatnya air (permeable) atau lambat akan lajunya air yang masuk (impermeabel).

Ketiga peta tersebut menghasilkan peta satuan lahan yang di overlay dan memberikan informasi mengenai interval setiap wilayah, penggunaan lahan serta formasi batuan apa yang ada diwilayah tersebut. Sampel tersebut diambil berdasarkan interval atau jarak setiap sumur dari pesisir pantai secara tegak lurus, kemudian di deliniasi atau dibatasi sejauh mana sampel sumur yang akan diambil.

≤ 15 plot, terbagi 13 sampel sumur serta 2 sampel air sungai sebagi perbandingan

air asin yang bisa terbawa oleh air sungai. 15 sampel plot sumur ini mewakili seluruh wilayah meliputi Kecamatan Palabuhan Ratu dengan 3 desa yang berbatasan langsung dengan pesisir (Kelurahan Palabuhan Ratu, Desa Citepus dan Desa Citarik) serta Kecamatan Cikakak dengan 2 desa yang berbatasan langsung dengan pesisir (Desa Cikakak dan Desa Cimaja). Diambil secara tegak lurus dari arah pantai.


(26)

42

Amilia Widya, 2013

Pengambilan sampel penduduk adalah penduduk yang mendiami daerah pesisir serta menggunakan sumur sebagai pasokan air untuk kebutuhannya, berdasarkan sampel sumur yang diambil. Adapun pengambilan sampel penduduk untuk mendukung presepsi masyarakat diambil sesuai dengan jumlah sampel sumur yang diambil ± 15 responden masyarakat yang secara otomatis termasuk kedalam masarakat memiliki sumur tersebut meliputi Kecamatan Palabuhan Ratu dengan 3 desa yang berbatasan langsung dengan pesisir (Kelurahan Palabuhan Ratu, Desa Citepus dan Desa Citarik) serta Kecamatan Cikakak dengan 2 desa yang berbatasan langsung dengan pesisir (Desa Cikakak dan Desa Cimaja).

C.Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara secara ilmiah untuk mendapatkan tujuan serta hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian

dengan judul “Intrusi air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu Kabupaten

Sukabumi” diperlukannya suatu metode penelitian yang sesuai dan dilakukan

dengan suatu cara ilmiah. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksploratif. Menurut Sugiyono (2012:9) mengungkapkan pendekatan kuantitatif itu sendiri ialah :

Pendekatan yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Metode eksploratif bisa diartikan sebagai “Penelitian eksploratif yang

dilakukan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu” hal tersebut

diungkapkan oleh Soeharto dalam Rejeki (2009:40). Diperjelas kembali menurut Martono (2011) metode eksploratif dapat diartikan dengan “Penelitian pendahuluan dikarenakan penelitian ini mencoba menggali informasi atau permasalahan yang relatif masih baru. Gejala tersebut belum pernah menjadi

bahan kajian sebelumnya” metode tersebut memilki tujuan yang diuraikan sebagai


(27)

43

Amilia Widya, 2013

1. Menjadikan penelitian lebih dekat dengan fakta atau gejala sosial yang mendasar dan penelitian menunjukan kepedulian didalamnya.

2. Mengembangkan pengalaman mengenai gejala sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

3. Menghasilkan ide dan mengembangkan teori-teori tentative yang mampu memprediksikan terjadinya gejala sosial.

4. Menentukan kelayakan untuk dapat melakukan riset tambahan atau lanjutan. 5. Merumuskan pertanyaan dan menemukan masalah-masalah untuk dapat

diselididki secara lebih sistematis.

6. Mengembangkan tehnik dan arah bagi penelitian masa depan.

Penelitian eksploratif memacu peneliti perlunya mencari gejala-gejala sosial maupun fisik untuk mengetahui bentuk hubungan tersebut. Penelitipun harus memperluas dan mempertajam dasar-dasar empiris mengenai hubungan antara gejala-gejala sosial serta fisik tertentu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan (observasi) secara langsung diamati dengan tehnik survey, serta wawancara yang menguatkan mengenai pengamatan yang ada dilapangan serta kepustakaan. Penelitian ini diharapkan dapat sesuai dengan tujuan dari metode eksploratif yang telah diuraikan diatas, yaitu sebagai alat ilmiah membantu menggali seberapa besar intrusi air laut pada pesisir di daerah penelitian.

D.Variabel Penelitian

Pada konsep-konsep dasar penelitian terdapat variabel penelitian, menurut Hasan (2008:12) variabel adalah “Konstruk yang sifat-sifatnya sudah diberi nilai dalam bentuk bilangan atau konsep yang mempunyai dua nilai atau lebih pada suatu kontinum”. Sedangkan Soewarno dalam Rejeki (2009:41) mengungkapkan

bahwa variabel adalah “Karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan

mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori”

Terdapat dua variable penelitian yaitu Variabel bebas, yang diartikan sebagai variabel yang mempunyai pengaruh besar dibandingkan dengan variabel lain dan variabel ini disebut juga sebagai penyebab variabel lain ada. Selanjutnya

variabel terikat yang diartikan sebagai variabel yang terpengaruh oleh variabel


(28)

44

Amilia Widya, 2013

variabel dimana variabel yang menjadi independen atau variabel bebas ialah kondisi fisis meliputi (iklim, curah hujan, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan lahan) di lokasi penelitian pada dua kecamatan yakni Kecamatan Palabuhan Ratu meliputi tiga desa yang berbatasan langsung dengan pesisir (Kelurahan Palabuhan Ratu, Citepus dan Citarik) dan Kecamatan Cikakak dengan dua desa yang berbatasan langsung dengan Pesisir (Cikakak dan Cimaja) serta jumlah atau komposisi penduduk yang mendiami kawasan pesisir. Sedangkan variabel dependen atau variabel terikatnya ialah intrusi air laut yang terpengaruhi oleh kondisi fisis (iklim, curah hujan, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan lahan) lokasi penelitian.

Variabel Penelitian

E.Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Hubungan Kondisi Air Tanah dengan Intrusi Air Laut pada Pesisir di daerah Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi” secara lebih jelas, untuk mempertegas variabel dalam penelitian ini, dijelaskan definisi operasional pada penelitian sebagai berikut :

Variabel Terikat Intrusi Air Laut Variabel Bebas

Kondisi Fisis : 1. Iklim

2. Curah Hujan

3. Geologi/Jenis Batuan 4. Jenis Tanah

5. Geomorfologi 6. Penggunaan Lahan Kondisi Sosial :

1. Jumlah dan kepadatan Penduduk


(29)

45

Amilia Widya, 2013 1. Kondisi Air Tanah

Kondisi air tanah diartikan sebagai suatu kondisi air yang menunjukan keadaan tertentu, kondisi air tanah pada penelitian ini adalah kondisi air tanah meliputi kualitas air yang menunjukan suatu keadaan air sebenarnya, terintrusi atau tidak.

2. Intrusi air laut

Intrusi air laut diartikan sebagai penerobosan masuknya air laut kedalam air tanah, diperjelas kembali menurut Ahsan (2012:1) adalah :

Naiknya batas antara air tanah dengan air laut kearah daratan. Intrusi air laut diakibatkan tekanan air tanah yang lebih kecil dibandingkan tekanan air laut pada kedalaman yang sama, perbedaan tekanan ini menyebabkan batas antara air tanah dan air laut naik ke daratan.

Dalam penelitian ini adalah adanya tingkat intrusi (masuknya air laut) pada sumur yang merupakan sumber air bagi masyarakat, yang mempengaruhi kualitas air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik.

3. Pesisir pantai

Pesisir pantai menurut Wibisono (2005:39), pengertian pesisir bisa dijabarkan dari dua segi yang berlawanan yakni :

a. Segi daratan, pesisir adalah wilayah daratan sampai wilayah laut yang masih dipengaruhi sifat-sifat darat (Seperti : angin darat, drainase air tawar dari sungai, sedimentasi).

b. Dari segi lautan, pesisir adalah wilayah laut sampai wilayah darat yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut (seperti : pasang surut, salinitas, intrusi air laut ke wilayah daratan, angin laut).

Dalam Penelitian ini memacu pada pengertian pesisir dari segi daratan dan segi lautan, yaitu pesisir di sekitar Palabuhan Ratu dan sekitarnya, yang dijadikan tempat pengambilan sampel dalam pengambilan air tanah.

4. Daerah Palabuhan Ratu

Pada penelitian ini, daerah Palabuhan Ratu meliputi kecamatan yang berbatasan langsung dengan pesisir pantai, dan diambilah dua kecamatan yang


(30)

46

Amilia Widya, 2013

sebelumnya mengalami pemekaran dari daerah Palabuhan Ratu yaitu, Kecamatan Palabuhan Ratu meliputi tiga desa yang langsung berbatasan dengan pesisir (Kelurahan Palabuhan Ratu, Citepus dan Citarik) dan Kecamatan Cikakak meliputi dua desa yang langsung berbatasan dengan pesisir (Cikakak dan Cimaja) penelitian ditekankan pada desa yang berbatasan langsung dengan pesisir.

5. Kondisis Fisis Lahan,

Kondisi fisis lahan yang berhubungan dan mempengaruhi lajunya intrusi meliputi : iklim, kondisi geologi, kondisi geomorfologi, kondisi tanah, kondisi hidrologi dan penggunaan lahan.

6. Kualitas Air,

Kualitas air yaitu standar fisis air minum untuk menjamin higienis dan baik dapat diminum. Pada penelitian ini kualitas air berhubungan dengan analisis pengujian intrusi meliputi dua parameter : Parameter fisik : warna, bau, rasa dan suhu, parameter ini bertujuan mengidentifikasi air dari segi fisikal. Parameter kimia : pH, salinitas, DHL dan NaCl, parameter kimia meliputi parameter dalam pengkajian intrusi yakni pH tingkat keasaman dalam air mempengaruhi air, salinitas merupakan faktor utama adanya kadar garam yang masuk, DHL yakni daya hantar yang menghantarkan listrik menandakan adanya kadar garam dengan berbagai senyawa dan kandungan NaCl kandungan garam terbesar dalam air laut.

F. Tekhnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ialah suatu cara bagaimana data tersebut bisa terkumpul dan diolah untuk bisa menjawab seluruh rumusan dalam penelitian ini yang dikembangkan melalui instrument penelitian. Menurut Sugiyono (2012:92)

“Instrumen Penelitian suatu alat yang digunakan mengukur feomena alam maupun

sosial yang diamati secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel

penelitian”. Maka tehnik pengumpulan data tersebut yaitu :


(31)

47

Amilia Widya, 2013

Observasi lapangan ialah langkah awal penelitian yang menentukan langkah selanjutnya dalam penelitian, observasi lapangan bertujuan mendapatkan data secara langsung mengenai kondisi fisis dan sosial, peneliti dapat memperoleh data primer dengan cara pengamatan secara langsung lapangan pada objek yang diteliti, dan dipastikan keakuratan berdasarkan pengamatannya. Observasi ini menggunakan sebuah instrumen penelitian dengan tujuan tersusunnya secara sistematis. Data pada penelitian intrusi air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu ini meliputi kondisi fisis (iklim, curah hujan, geologi, geomorfologi, jenis tanah dan penggunaan lahan) serta sosial ( kondisi serta penggunaan air yang digunakan masyarakat). Observasi lapangan ini membantu menjawab rumusan I mengenai kondisi fisis daerah pesisir.

2. Wawancara

Wawancara merupakan tehnik pengumpulan data dengan menanyakan langsung kepada responden, hal tersebut bertujuan untuk memperoleh data yang lebih akurat mengenai keterangan pemakaian air yng digunakan oleh masyarakat. Wawancara ini bertujuan melengkapi data berdasarkan responden dengan mengetahui pendapat serta jawaban mengenai pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini. Wawancara ini digunakan pada instrument sosial, mengetahui sumber dan kebutuhan air bagi masyarakat daerah pesisir dan sekitarnya. Tehnik wawancara ini membatu menjawab rumusan II bagaimana tanggapan kualitas air yang sering digunakan oleh masyarakat, serta menghimpun persepsi masyarakat mengenai intrusi air laut tersebut.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi ialah tehnik pengmpulan data yang tidak langsung dilakukan dilapangan, dan tidak ditunjukan kepada responden yaitu dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli. Dokumen tersebut dapat berupa tabel, keterangan seputar objek kajian, gambar maupun film-film


(32)

48

Amilia Widya, 2013

dokumenter. Pengumpulan data tersebut bisa diperoleh data yang berasal dari instansi-instansi pemerintah seperti dinas yang berkaitan dengan penelitian serta dokumentasi lapangan untuk memperkuat penelitian. Berkenaan dengan kondisi fisis dan sosial secara faktual. Data tersebut yang tidak bisa diambil dilapangan dalam jangka waktu yang cepat, tetapi waktu relative lama, yaitu data curah hujan, iklim, monografi serta penggunaan lahan di daerah pesisir. Studi dokumentasi ini membatu menjawab rumusan masalah III, baik mengenai kondisi fisis, kualitas serta intrusi.

4. Cek Laboratorium

Cek laboratorium bertujuan menguji air serta tanah. Pengujian air bertujuan mengetahui parameter yang berkaitan dengan adanya intrusi yaitu:

a. pH Air dan tanah, mengetahui Keasaman pada air dan tanah yang diambil, merupakan faktor penting bagi air minum pada pH <6,5 dan > 8,5 akan mempercepat terjadinya korosi pada pipa distribusi air bersih/minum. Pengukuran pH air dan tanah umumnya dilakukan dengan kertas pH atau pH water tester. Untuk pH air terdapat alat lain yang digunakan adalah aquamate test atau pH meter.

b. Salinitas dalam air, mengetahui parameter utama adanya kandungan air laut yaitu kadar garam dalam sampel sumur. Salinitas ada hubungannya dengan klorinitas ini yang termasuk kedalam klorida, bromide dan iodida. Alat yng digunakan biasanya menggunakan salinometer dan refaktrometer untuk pengujian salinitas.

c. DHL, salinitas dengan konduktivitas disebabkan karena larutan garam lain misalnya MgSO4, maka larutan garam NaCl tersebut mampu sebagai penghantar listrik. Disebut dayan hantar listrik.

d. Suhu, Suhu mengetahui dalam oC pada air, dan penentu perhitungan DHL. Cek laboratotium merupakan tehnik yang membatu menjawab rumusan II mengenai kualitas air, sehingga dapat diketahui besar kecil adanya intrusi dilihat dari kualitas air.


(33)

49

Amilia Widya, 2013 5. Studi Literatur

Studi literatur ini cara mempelajari pernyataan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dapat diperoleh dari sumber buku, internet, jurnal serta hasil penelitian yang berkaitan, untuk dapat diketahui data kondisi fisis (iklim, kondisi tanah, kondisi geologi, kondisi geomorfologi dan penggunaan lahan) maupun kondisi sosial dari literatur-literatur yang terkait dengan intrusi air laut pada pesisir di daerah Palabuhan Ratu. Studi literatur membatu seluruh rumusan dalam pembuktian serta teori yang diambil oleh peneliti.

6. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini beragam, tehnik yang telah dijabarkan sebelumnya ada yang membutuhkan alat serta bahan dalam menjawab seluruh rumusan sehingga dapat diketahui besar kecil adanya intrusi. Alat dan bahan tersebut dipergunakan saat observasi lapangan maupun saat di laboratorium, alat dan bahan tersebut adalah :

a. Pembuatan peta : Pembuatan peta merupakan cara untuk menentukan plot sumur, digunakan peta dasar rupa bumi guna menunjukan obek kajian serta sampel yang akan diambil, pada edisi 1:2000 Lembar :

1) Palabuhan Ratu 2) Cisolok

3) Cicadas 4) Cigenca 5) Cigombong 6) Kabandungan

7) Peta BAPPEDA Kab Sukabumi (Formasi Batuan, Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan)

b. Pengambilan dan pengujian tanah untuk menentukan kondisi fisis daerah kajian : Pada pengambilan dan pengujian tanah pH, tekstur, struktur serta


(34)

50

Amilia Widya, 2013

permeabilitas menggunakan beberapa alat serta bahan yang diujikan langsung dilapangan ataupun cek laboratorium :

1) pH meter 2) Kertas pH 3) Aquades 4) Gelas Ukur 5) Kantong Plastik 6) Karet Gelang 7) Label

c. Pengujian Air, dilakukan untuk mengetahui kualitas air dan diujikan dilaboratorium : pada pengambilan dan pengujian (pH, salinitas, suhu dan DHL) air menggunakan alat dan bahan :

1) Botol Kaca 2) Meteran

3) Salinometer Lokal 4) Refaktrometer 5) Gelas Ukur 6) pH Meter 7) Kertas pH

8) pH 07 dan pH 04 (kalibrasi) 9) thermometer

10)DHL : pengujian DHL menggunakan alat sederhana = multimeter( analog dan digital), 1 set elektroda, tabung plastic, batu bater 1,5 volt seri sebagai sumber tegangan dan kabel. Rangkaian tersebut lebih jelas ditunjukan pada gambar 3.2.

d. Instrumen, digunakan dalam pedoman pelaksanaan pengamatan kondisi fisik dan sosial

e. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan objek-objek kajian, sebagai data otentik


(35)

51

Amilia Widya, 2013

G.Analisis Data

Analisis data dipergunakan setelah seluruh data terkumpul dan dianalisis data mana yang akan di pergunakan atau sesuai dengan pemasalahan penelitian, kegiatan analisis data menurut Sugiyono (2012:166) adalah “Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan”. Adapun analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Presentase

Analisis digunakan mengetahui kecenderungan-kecenderungan jawaban responden, terutama untuk menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam mendukung adanya intruse air laut. untuk menghitung perolehan nilai tersebut digunakan dengan cara :

Keterangan :

P = Presentase jawaban responden F = Frekuensi tiap kategori jawaban N = Jumlah keseluruhan responden 100% = Bilangan Konstanta

Setelah perhitungan tersebut, hasil dilihat dalam penilaian skor yang didasarkan pada criteria menurut Arikunto S (1996:57) yang ditunjukan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Presentase


(36)

52

Amilia Widya, 2013

No Presentase Keterangan

1. 0% Tidak ada

2. 1% - 24% Sebagian kecil

3. 25% - 49% Hampir setengahnya

4. 50% Setengahnya

5. 51% - 74% Sebagian besar

6. 75% - 99% Hampir seluruhnya

7. 100% Seluruhnya

Sumber : Arikunto, S (1996:57) 2. Analisis Tabel Silang

Analisis tabel silang (crosstabulation) merupakan salah satu analisis korelasional yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel. Variabel yang dianalisis kelayakan air, warna, bau air dengan elevasi.

3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Regresi linear sederhana menurut Sembiring (2003:32) adalah “Analisis untuk menjawab hubungan antara 2 peubah yang sering dinamakan dengan

peubah tak bebas (y) dan peubah bebas (x)”, model regresi linear sederhana

Sembiring 2003, menggunakan :

Dimana :

y = Prediksi (taksiran) a = Koefisien Regresi b = Koefisien Regresi


(37)

53

Amilia Widya, 2013

Tehnik Pengolahan Penelitian dilakukan dengan suatu proses langkah-langkah sampai pada analisis data. Adapun langkah-langkah-langkah-langkah tersebut sebagai berikut:

a. Pengolahan dan Analisis Data Rumusan I

Pada pengolahan dan analisis data untuk menjawab rumusan masalah I pada identifikasi kondisi fisis yakni pengolahan dilakukan dengan identifikasi lapangan secara langsung dan penggabungan data literatur sebagai pendukung, serta menggunakan deskriptif yakni mendeskrisikan guna dengan tujuan mengetahui kondisi fisis lahan. identifikasi fisis tersebut meliputi : iklim, kondisi tanah, kondisi geologi, kondisi geomorfologi dan penggunaan lahan. Ada beberapa tehnik pengolahan pada kondisi fisis yaitu pengambilan dan pengujian tanah dilakukan :

Pengujian tanah, pada pengujian tanah, dilaksanakan tehnik pengambilan tanah dilapangan dan pengujian di laboratorium untuk mengetahui faktor-faktor fisis tanah. Langkah awal yaitu ; Menentukan batas antar Horizon, untuk mempermudah menentukan batas horizon, bisa dilihat pada daerah lereng, terasering atau kita bisa menggali tanah atau bor tanah. Horizon tanah dibedakan antar warna yang mencolok. Pengambilan tanah diusahan secara manual atau jatuh sendiri. Ilustrasi tersebut ditunjukan pada gambar 3.1 (kiri).

Selanjutnya mengambil sampel tiap horizon (disturb), Setelah diketahui batas horizonnya maka diambilah sampel tanah setiap horizon yang mewakili antar horizon. Ditunjukan pada gambar 3.1 (kanan). Setelah Sampel tanah diambil maka selanjutnya menentukan struktur, pH, Testur. Di laboratorium.


(38)

54

Amilia Widya, 2013

Gambar 3.1

Batas Antar Horizon Tanah

Sumber : laporan Geografi tanah, 2010 b. Pengolahan dan Analisis Data Rumusan II

Tehnik pengolahan dan analisis pada rumusan ke dua menjawab kualitas air, kualitas air dilakukan dilakukan dengan identifikasi dilapangan serta dilanjutkan dengan pengujian laboratorium, pengujian ini berdasarkan 2 parameter (fisik dan kimia). Setelah identifikasi tersebut maka dilakukan analisis deskriptif, mendeskripsikan bagaimana hasil cek laboratorium dari berbagai parameter.

Menguji air untuk penentuan lajunya intrusi, yaitu parameter (pH, salinitas, suhu dan DHL) sebagian alat pada uji laboratorium ditunjukan pada gambar 3.3. pengujian air ditujukan sebagian berikut :

1) Pengujian suhu, dilakukan langsung di lapangan hanya dengan cara memasukan thermometer pada air sampel sumur.

2) Pengujian pH, dilakukan dua kali dengan menggunakan kertas pH hanya dengan memasukan kertas pH pada air sampel sumur selanjutnya cocokan dengan kadar pH dalam laber kertas tersebut, pH ditunjukan dengan warna dalam kertas. Selanjutnya menggunakan pH meter, alat elektronik yang lebih akurat dalam penentuan keasaman, langkah awal adalah kalibrasi alat dengan menggunakan aquades, sehingga memastikan tidak ada bekas sampel lain menempel dalam alat tersebut, memastikan alat itu berfungsi atau tidak dengan


(39)

55

Amilia Widya, 2013

menguji keasaman pH 07 dan pH 04 pada alat tersebut. Jika sudah menggunakan satu sampel, kalibrasi kembali dengan aquades.

3) Pengujian salinitas, pengujian bisa secara manual ataupun dengan sebuah alat. Pada penelitian ini menggunakan dua alat dalam uji coba di lapangan dan laboratorium. Pada lapangan menggunakan alat salinometer local, yang hanya dicelupkan saja pada air yang menggenang selanjutnya akan diketahui berapa kadar garam yang terkandung o/oo .

Alat yang ke dua menggunakan alat elektronik, yang lebih akurat, dengan nama refaktrometer, hanya meneteskan air sampel sumur, bisa terlihat langsung berapa kandungan garam tersebut dengan cara meneropong. Memastikan alat tersebut bisa digunakan adalah mengkalibrasi alat menggunakan aquades, pastikan setiap 1x pemakaina gunakan kalibrasi untuk pengujian kembali.

4) Pengujian DHL dilakukan secara manual dengan mencari nilai resistivitas menggunakan Rangkaian sederhana yang ditunjukan pada gambar 3.2 dibawah ini yakni :

Gambar 3.2 Rangkaian Elektro


(40)

56

Amilia Widya, 2013

Adapun rangkain tersebut kemudian dilanjutkan dengan rumus yang nanti akan menentkan nilai conductivity setiap sampel air, rumus tersebut ditunjukan sebai berikut :

Dimana :

σ = Conduktifity

R = Resistivitas hitung (ohmmeter) Untuk mencari Resistivitas dihitung dengan :

ρ = Resitivitas R = Resistansi

A = Luas Penampang Elektrolit

ℓ = Panjang Elektrolit

Pada pencarian A/Luas Penampang Elektrolit digunakan Rumus :

D = Diameter2

c. Komposisi dan Jumlah Penduduk

Komposisi Jumlah penduduk, pada prediksi jumlah penduduk dengan mengklasifikasikan penduduk menurut Undang-undang no.5 tahun 1960, mengelompokan wilayah pada kepadatan penduduk, adapun pengelompokan tersebut sebagi berikut :

DHL= σ =

ρ = R


(41)

57

Amilia Widya, 2013

1) Daerah tidak padat, kepadatan penduduk ≤ 50 orang/km2

2) Daerah kurang padat, kepadatan penduduk antar 51-250 orang/km2 3) Daerah padat, kepadatan penduduk antara 352-400/km2

4) Daerah sangat padat, kepadatan penduduk > 401 orang/km2

Setelah mengkategorikan jumlah penduduk, selanjutnya persentasikan untuk mengetahui kategori dalam jumlah penduduk tersebut, meliputi jumlah penduduk dan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian. Selanjunya untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap laju intrusi menggunakan tabel silang. d. Analisis Data Rumusan 3

Akhir untuk menjawab rumusan ke-3 yaitu mengenai bagaimana intrusi air laut, menggunakan analisis regresi. Analisis ini menghubungkan anatara ketinggian tempat yang menjadi faktor yang mempengaruhi (x) dengan parameter intrusi yakni NaCl, Salinitas dan DHL yang menjadi faktor dipengaruhi (y). Dengan menggunakan hubungan atau regresi sederhana menggabungkan antara parameter intrusi dengan ketinggian tempat.

Gambar 3.3

Alat Pengukur Salinitas/Refaktrometer (kanan); Alat-bahan Pengukur pH Meter (kiri)


(42)

58

Amilia Widya, 2013

H.Alur Prosedur Penelitian

Identifikasi Fisis:

1. Land use /penggunaan lahan 2. Formasi Batuan

3. Elevasi

Intrusi Air laut Sampel Peta Satuan Lahan

Karakteristik Fisik Karakteristik Kimia

Kondisi Sosial :

1. Komposisi Jumlah Penduduk

2. Kepadatan Penduduk 3. Komposisi Penduduk

berdsarakan Mata Pencaharian Pesisir Di daerah

Pelabuhan Ratu

Kualitas Air Kondisi Air Tanah


(43)

59

Amilia Widya, 2013 Problem

Terintrusi Tidak terintrusi

Solusi

Rekomendasi

Implikasi bagi kehidupan


(44)

Amilia Widya, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Airtanah merupakan sumberdaya air yang baik untuk air bersih dan air minum. Sekalipun air tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi kuantitas dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengolahannya, karena manusia yang banyak menggunakan air untuk kebutuhannya.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pada daerah pesisir pantai Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan

Cikakak, memiliki iklim pada zone panas, yang memang berbatasan langsung dengan pantai, didominasi batuan gunung api (plio-plistosen), dengan kondisi geomorfologi bentukan asal marine dan berjenis tanah latosol, serta penggunaan lahan masih banyak dimanfaatkan untuk kebun campuran.

2. Kualitas air yang menunjukan parameter intrusi menunjukan hasil Nilai kadar garam salinitas dari seluruh 15 sampel yang terdiri dari 13 sampel sumur dan 2 sampel sungai bersalinitas 0 o/oo atau termasuk kedalam kategori 0–5 ppt (Salinitas air Tawar/Rendah). Dengan nilai Daya Hantar Listrik (DHL) berkisar antara (0,25 – 0,75 μ mho/cm) yang termasuk kategori sedang. dengan kandungan NaCl berkisar (2.30-13.41 mg/L), yang diduga ada dari formasi batuan dan tanah daerah sekitar.

3. Intrusi di pesisir pantai menunjukan tidak ditemukan intrusi air laut. berdasarkan hasil analisis menunjukan ketidak adanya hubungan kondisi air tanah dengan intrusi air laut, karena berdasarkan Analisis hubungan antara ketinggian dengan parameter intrusi sedikit adanya hubungan atau memiliki nilai Regresi lemah, ditunjukan pula pada hasil salinitas dalam air yang berkadar 00/00. sehingga kandungan NaCl dan DHL lah yang dijadikan sebagai penentu adanya intrusi air laut, dan didapatkan kandungan NaCl tidak ada


(45)

137

Amilia Widya, 2013

hubungannya baik dengan ketinggian, maupun kedalaman sumur. Kandungan NaCl serta DHL tersebut bisa dari jenis batuan serta tanah yang tersusun memiliki koloid tanah (mineral dan bahan organik tanah) yang ada di daerah setempat. Adanya tanggapan masyarakat mengenai kualitas air (kelayakan, bau dan warna air) tidak memiliki keuluhan secara khusus dikarenakan terbiasanya mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, keluhan yang dirasakan masyarakat dalam pengkonsumsian air minum, masyarakat lebih sering membeli air isi ulang untuk konsumsi sehari-sehari, bukan karena air itu sudah berasa payau tetapi karena adanya limbah rumah tangga.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukan tidak adanya intrusi air laut di pesisir pantai pelabuhan ratu, air masih bisa digunakan dan tidak tercemar oleh kandungan air laut, tetapi berdasarkan kondisi faktual di lapangan ada beberapa rekomendasi yang diajukan demi terjaganya pelestarian baik lingkungan maupun air adapun rekomendasi tersebut yaitu :

1. Peneliti merekomendasikan agar adanya pengecekan sumur setiap warga karena diduga semakin berkembang tatanan pemukiman, setiap masyarakat tidak memperhatikan antara posisi dalam penggalian sumur dengan dekatnya seaftic tank baik milik sendiri ataupun rumah yang lain. Agar mencegah adanya pencemaran dari limbah yang lain.

2. Sejalan dengan perubahan tatanan daerah, seiring pula pembangunan lahan-lahan pemukiman, perhotelan atau pusat wisata, yang bisa mempengaruhi stabilitas air, maka perlu adanya pengawasan serta konservasi teruntuk daerah pesisir, untuk terhindarnya adanya intrusi, meski sampai saat ini tidak adanya intrusi. Tehnik konservasi secara buatan yaitu dengan menanam tumbuhan pencegahan air laut semakin mendesar seperti mangrove di sekitar pesisir. 3. Masyarakat untuk membuat sarana pengolahan air dengan system aerasi atau

yang dinamakan dengan pengendapan atau penyaringan, cara yang dilakukan dengan mengendapkan air selama 1hari penuh di dalam ember atau


(46)

138

Amilia Widya, 2013

penampungan lain, dan mengambil air pada bagian atas. Hal ini untuk menghindari atau mengurahi kadar dalam air yang berlebih, sehingga air tersebut bisa digunakan untuk konsumsi air minum.

4. Pada pembelajaran geografi Kurikulum 2013, penelitian tentang “Hubungan

Kondisi Air Tanah dengan Intrusi Air Laut” masuk kedalam pembelajaran

Sekolah Menengah Atas (SMA) pada kelas X dengan standar kompetensi : Menganalisis unsur-unsur geosfer, kompotensi dasar : Menganalisi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di bumi. dengan materi : Gerakan air laut. penelitian ini diharapkan siswa dapat mengidentifikasi,menunjukan dan menjelaskan suatu siklus air yang nanti akan kembali ke laut, serta penyerapan air laut dan dampaknya bagi kehidupan, pada kurikulum 2013 terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan, fenomena hidrosfer, pada gerakan air laut ini salah satu masuk kedalam mata pelajaran pilihan, mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.


(47)

Amilia Widya, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adisasmita, Rahardjo. (2006). Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arikunto,S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bineka Cipta

Br.Harto, Sri. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Daryanto. (2004). Masalah Pencemaran. Bandung : Tarsito.

Engel, Leonard dkk. (1973). Laut. Jakarta : Tira Pustaka.

Grolier Internasional, Inc (1986). Ilmu Pengetahuan Populer Jilid I astronomi dan

Pengetahuan Ruang Angkasa. Jakarta : Widyadara.

Hardjowigeno, Sarwono. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. Hasan,I. (2008). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta : Bumi

Aksara.

Hutabarat, S dan Evans S.M. (2008). Pengantar Oceanografi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesi (UI-Press).

Indarto. (2010). Hidrologi dasar teori dan contoh aplikasi model hidrologi. Jakarta : Bumi Aksara.

Joko, Tri. (2010). Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Joko, Tri. (2010). Unit Air Baku dalam Sstem Penyediaan Air minum. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Lippincott,Kristen. (2007). Astronomi. Jakarta : Balai Pustaka.

Martono, M. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mulyo Nianto, Bambang Drs.M.ed dan Drs.Purwadi Suhandini,Msi. (2004).

Kompetensi Dasar Geografi Untuk Kelas I SMA dan MA. Solo : Tiga

serangkai.

Seyhan, Ersin. (1990). Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Mada Unuversity Pers.


(48)

139

Amilia Widya, 2013

Sembiring, RK. (2003). Analisis Regresi. Bandung : Penerbit ITB.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni

Sutedjo, Mul Mulyani. (2008). Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman.

Jakarta :Rineka Cipta.

Soemarto, C.D. (1986).Hidrologi Tehnik. Jakarta : Erlangga.

Susilastuti, Darwati. (2011). Sistem Dynamics pengelolaan sumberdaya air

bersih. Jakarta : Cintya Press

Sosrodarsono,Suryono dan Takeda Kensaku. (1987). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Paradnya Paramita.

Rafi’I, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.

W. Martha dan Adi darma. (1993). Mengenal Dasar-dasar Hidrologi. Bandung : Nova

Skripsi :

Rezeki,kiki. (2009). Potensi dan Kebutuhan Irtanah bagi Penduduk di Daerah

Penambangan Galian C Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anggraeni, Ine. (2000). Potensi Air Tanah di Daerah Pesisir Pelabuhan Ratu

Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Online :

Ahsan, Muh N. (2012). (online). Intrusi Air Laut Pemetaan Sifat Kelistrikan. Tersedia : http://www.slideshare.net/afanasyevich/intrusi-air-laut-10924975. diakses pada tanggal 2 April 2013.

Anggaeni,ine. (2000). Potensi Irtanah di Daerah Pesisir Pelabuhan Ratu

Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana FPIPS UPI Bandung: Tidak


(49)

140

Amilia Widya, 2013

Anggraini, Retno Dkk. (2011). (online). Pengaruh Variasi Campuran Dan Lama

Perendaman Spesi Dalam Air Laut Terhadap Kuat Tekan Dan Kedalaman Intrusinya. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,

Jalan Mt. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia. Tersedia : Jurnal Online. (Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2013).

Dexna. (2012). (online). Geomorfologi Pulau Jawa.

Tersedia :http://dexnachicharito.blogspot.com/2012/01/geomorfologi-pulau-jawa.html. (online).Diakses pada tanggal 14 maret 2013.

Liesnoor Setyowati dkk (2008) (Jurnal Online). Model Spasial Ketersediaan

Airtanah Dan Intrusi Air Laut Untuk Penentuan Zone Konservasi Airtanah.

Fakultas Ilmu Sosial,Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Tersedia : (Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2013).

Sosiawan, Hendri (2010). (jurnal online). Identifikasi Air tanah dan

pemanfaatannya untuk Pertanian.(jurnal).

Tersedi:http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_cnten &view=article&id=203:identifikasi-air-tanah-danpemanfaatannya -untuk-pertanian&catid=51:jurnal&Itemid=72.Diaksespada tanggal 2 April 2013. Vienna, (2010). (online). Intrusi Air Laut.

Tersedia : http://vienastra.wordpress.com/2010/07/06/intrusi-air-laut/. (online). Diakses pada tanggal 7 maret 2013.

Meteri Kesehatan RI (2010) .Kualitas Air Minum Berdasarkan Menteri

Kesehatan,Tersedia:http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Airtanah merupakan sumberdaya air yang baik untuk air bersih dan air minum. Sekalipun air tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, akan tetapi kuantitas dan kualitas air sangat dipengaruhi oleh peranan manusia dalam pengolahannya, karena manusia yang banyak menggunakan air untuk kebutuhannya.

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pada daerah pesisir pantai Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Kecamatan

Cikakak, memiliki iklim pada zone panas, yang memang berbatasan langsung dengan pantai, didominasi batuan gunung api (plio-plistosen), dengan kondisi geomorfologi bentukan asal marine dan berjenis tanah latosol, serta penggunaan lahan masih banyak dimanfaatkan untuk kebun campuran.

2. Kualitas air yang menunjukan parameter intrusi menunjukan hasil Nilai kadar garam salinitas dari seluruh 15 sampel yang terdiri dari 13 sampel sumur dan 2 sampel sungai bersalinitas 0 o/oo atau termasuk kedalam kategori 0–5 ppt

(Salinitas air Tawar/Rendah). Dengan nilai Daya Hantar Listrik (DHL) berkisar antara (0,25 – 0,75 μ mho/cm) yang termasuk kategori sedang. dengan kandungan NaCl berkisar (2.30-13.41 mg/L), yang diduga ada dari formasi batuan dan tanah daerah sekitar.

3. Intrusi di pesisir pantai menunjukan tidak ditemukan intrusi air laut. berdasarkan hasil analisis menunjukan ketidak adanya hubungan kondisi air tanah dengan intrusi air laut, karena berdasarkan Analisis hubungan antara ketinggian dengan parameter intrusi sedikit adanya hubungan atau memiliki nilai Regresi lemah, ditunjukan pula pada hasil salinitas dalam air yang berkadar 00/00. sehingga kandungan NaCl dan DHL lah yang dijadikan sebagai


(2)

hubungannya baik dengan ketinggian, maupun kedalaman sumur. Kandungan NaCl serta DHL tersebut bisa dari jenis batuan serta tanah yang tersusun memiliki koloid tanah (mineral dan bahan organik tanah) yang ada di daerah setempat. Adanya tanggapan masyarakat mengenai kualitas air (kelayakan, bau dan warna air) tidak memiliki keuluhan secara khusus dikarenakan terbiasanya mereka menggunakan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari, keluhan yang dirasakan masyarakat dalam pengkonsumsian air minum, masyarakat lebih sering membeli air isi ulang untuk konsumsi sehari-sehari, bukan karena air itu sudah berasa payau tetapi karena adanya limbah rumah tangga.

B.Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukan tidak adanya intrusi air laut di pesisir pantai pelabuhan ratu, air masih bisa digunakan dan tidak tercemar oleh kandungan air laut, tetapi berdasarkan kondisi faktual di lapangan ada beberapa rekomendasi yang diajukan demi terjaganya pelestarian baik lingkungan maupun air adapun rekomendasi tersebut yaitu :

1. Peneliti merekomendasikan agar adanya pengecekan sumur setiap warga karena diduga semakin berkembang tatanan pemukiman, setiap masyarakat tidak memperhatikan antara posisi dalam penggalian sumur dengan dekatnya seaftic tank baik milik sendiri ataupun rumah yang lain. Agar mencegah adanya pencemaran dari limbah yang lain.

2. Sejalan dengan perubahan tatanan daerah, seiring pula pembangunan lahan-lahan pemukiman, perhotelan atau pusat wisata, yang bisa mempengaruhi stabilitas air, maka perlu adanya pengawasan serta konservasi teruntuk daerah pesisir, untuk terhindarnya adanya intrusi, meski sampai saat ini tidak adanya intrusi. Tehnik konservasi secara buatan yaitu dengan menanam tumbuhan pencegahan air laut semakin mendesar seperti mangrove di sekitar pesisir. 3. Masyarakat untuk membuat sarana pengolahan air dengan system aerasi atau


(3)

penampungan lain, dan mengambil air pada bagian atas. Hal ini untuk menghindari atau mengurahi kadar dalam air yang berlebih, sehingga air tersebut bisa digunakan untuk konsumsi air minum.

4. Pada pembelajaran geografi Kurikulum 2013, penelitian tentang “Hubungan Kondisi Air Tanah dengan Intrusi Air Laut” masuk kedalam pembelajaran Sekolah Menengah Atas (SMA) pada kelas X dengan standar kompetensi : Menganalisis unsur-unsur geosfer, kompotensi dasar : Menganalisi hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan di bumi. dengan materi : Gerakan air laut. penelitian ini diharapkan siswa dapat mengidentifikasi,menunjukan dan menjelaskan suatu siklus air yang nanti akan kembali ke laut, serta penyerapan air laut dan dampaknya bagi kehidupan, pada kurikulum 2013 terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan, fenomena hidrosfer, pada gerakan air laut ini salah satu masuk kedalam mata pelajaran pilihan, mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan didalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adisasmita, Rahardjo. (2006). Pembangunan Kelautan dan Kewilayahan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Arikunto,S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta : Bineka Cipta

Br.Harto, Sri. (1993). Analisis Hidrologi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Daryanto. (2004). Masalah Pencemaran. Bandung : Tarsito.

Engel, Leonard dkk. (1973). Laut. Jakarta : Tira Pustaka.

Grolier Internasional, Inc (1986). Ilmu Pengetahuan Populer Jilid I astronomi dan

Pengetahuan Ruang Angkasa. Jakarta : Widyadara.

Hardjowigeno, Sarwono. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo. Hasan,I. (2008). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta : Bumi

Aksara.

Hutabarat, S dan Evans S.M. (2008). Pengantar Oceanografi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesi (UI-Press).

Indarto. (2010). Hidrologi dasar teori dan contoh aplikasi model hidrologi. Jakarta : Bumi Aksara.

Joko, Tri. (2010). Unit Produksi dalam Sistem Penyediaan Air Minum. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Joko, Tri. (2010). Unit Air Baku dalam Sstem Penyediaan Air minum. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Lippincott,Kristen. (2007). Astronomi. Jakarta : Balai Pustaka.

Martono, M. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Mulyo Nianto, Bambang Drs.M.ed dan Drs.Purwadi Suhandini,Msi. (2004).

Kompetensi Dasar Geografi Untuk Kelas I SMA dan MA. Solo : Tiga

serangkai.


(5)

Sembiring, RK. (2003). Analisis Regresi. Bandung : Penerbit ITB.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa

Keruangan. Bandung : Alumni

Sutedjo, Mul Mulyani. (2008). Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman.

Jakarta :Rineka Cipta.

Soemarto, C.D. (1986).Hidrologi Tehnik. Jakarta : Erlangga.

Susilastuti, Darwati. (2011). Sistem Dynamics pengelolaan sumberdaya air

bersih. Jakarta : Cintya Press

Sosrodarsono,Suryono dan Takeda Kensaku. (1987). Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : Paradnya Paramita.

Rafi’I, Suryatna. (1995). Meteorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa.

W. Martha dan Adi darma. (1993). Mengenal Dasar-dasar Hidrologi. Bandung : Nova

Skripsi :

Rezeki,kiki. (2009). Potensi dan Kebutuhan Irtanah bagi Penduduk di Daerah

Penambangan Galian C Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung.

Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anggraeni, Ine. (2000). Potensi Air Tanah di Daerah Pesisir Pelabuhan Ratu

Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana pada FPIPS UPI Bandung: Tidak

diterbitkan.

Online :

Ahsan, Muh N. (2012). (online). Intrusi Air Laut Pemetaan Sifat Kelistrikan. Tersedia : http://www.slideshare.net/afanasyevich/intrusi-air-laut-10924975. diakses pada tanggal 2 April 2013.

Anggaeni,ine. (2000). Potensi Irtanah di Daerah Pesisir Pelabuhan Ratu

Kabupaten Sukabumi. Skripsi Sarjana FPIPS UPI Bandung: Tidak


(6)

Anggraini, Retno Dkk. (2011). (online). Pengaruh Variasi Campuran Dan Lama

Perendaman Spesi Dalam Air Laut Terhadap Kuat Tekan Dan Kedalaman Intrusinya. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya,

Jalan Mt. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia. Tersedia : Jurnal Online. (Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2013).

Dexna. (2012). (online). Geomorfologi Pulau Jawa.

Tersedia :http://dexnachicharito.blogspot.com/2012/01/geomorfologi-pulau-jawa.html. (online).Diakses pada tanggal 14 maret 2013.

Liesnoor Setyowati dkk (2008) (Jurnal Online). Model Spasial Ketersediaan

Airtanah Dan Intrusi Air Laut Untuk Penentuan Zone Konservasi Airtanah.

Fakultas Ilmu Sosial,Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Tersedia : (Diakses Pada Tanggal 7 Maret 2013).

Sosiawan, Hendri (2010). (jurnal online). Identifikasi Air tanah dan

pemanfaatannya untuk Pertanian.(jurnal).

Tersedi:http://balitklimat.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_cnten &view=article&id=203:identifikasi-air-tanah-danpemanfaatannya -untuk-pertanian&catid=51:jurnal&Itemid=72.Diaksespada tanggal 2 April 2013. Vienna, (2010). (online). Intrusi Air Laut.

Tersedia : http://vienastra.wordpress.com/2010/07/06/intrusi-air-laut/. (online). Diakses pada tanggal 7 maret 2013.

Meteri Kesehatan RI (2010) .Kualitas Air Minum Berdasarkan Menteri

Kesehatan,Tersedia:http://www.google.co.id/#hl=id&sclient=psy-ab&q=