PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIR TANAH PREATIK DI KELURAHAN BERAS BASAH KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT.

(1)

PERSEBARAN INTRUSI AIR LAUT PADA AIR TANAH PREATIK

DI KELURAHAN BERAS BASAH KECAMATAN

PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ELIZABETH MAY NIM. 3103131016

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

vi ABSTRAK

Elizabeth May, NIM. 3103131016. Persebaran Intrusi Air Laut Pada Air Tanah Preatik Di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Tingkat interusi air laut pada air tanah preatik di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu (2) Sebaran kadar garam pada air tanah berdasarkan kadar garam sumur preatik rumah tangga di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu (3) Sebaran kedalaman interface di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu.

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh air tanah preatik yang terdapat di Kelurahan Beras Basah. Penentuan sampel menggunakan sistematik random sampling, dengan jumlah sampel 27 sumur preatik. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan kenyataan yang ada dilapangan dan dibuat kedalam tabel-tabel frekuensi dan peta.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) tingkat intrusi air laut pada air tanah preatik berkisar 100 mg/lt sampai 4000 mg/lt (2) sebaran kadar garam atau salinitas Kelurahan Beras Basah tersebar dari arah selatan dengan nilai salinitas yang rendah yaitu 100 mg/lt menuju keara utara dengan nilai salinitas yang semakin meningkat hingga 4000 mg/lt. (3) sebaran kedalaman interface juga tersebar dari arah selatan kearah utara, bagian selatan kedalaman interface relative jauh dari muka air tanah dan semikin mendekat kearah barat laut dan utara yang relative dekat dengan muka air tanah.


(5)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Persebaran Intrusi Air Laut Pada Air Tanah Preatik Di Kelurahan Beras Basah

Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten langkat”. Adapun tujuan skripsi ini dibuat adalah sebagai kelengkapan tugas dalam memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Di dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari berbagai kelemahan, namun berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya dapat teratasi, sehubungan dengan itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan berserta stafnya.

2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial berseta stafnya.

3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi. 4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi.

5. Bapak Drs. Nahor M. Simanungkalit, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan pemikiran dalam menyelesaikan penyususnan dan penulisan skripsi ini.


(6)

iv

6. Bapak Drs, Kamarlin Pinem, M.Si selaku dosen pembinbing akademik yang telah banyak membimbing selama perkuliahan.

7. Bapak Darwin P. Lubis, S.Si, M.Si, Ibu Dra. Rosni, M.Pd selaku dosen penguji. 8. Bapak/Ibu dosen kahususnya di Jurusan Pendidikan Geografi yang telah

membekali penulis dengan segudang ilmu di bangku perkuliahan. 9. Bapak Hayat Siagian selaku Tata Usaha Jurusan Pendidikan Geografi.

10.Teristimewa kepada orangtua yaitu Bapak ( Patar Pasaribu) dan Ibu (Erlina Sirait) yang telah memberikan doa, semangat, motivasi dan nasihat serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini juga materi sehingga penulis dapat menjalani pendidikan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan.

11.Teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Laguboti tahun 2013.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih belum semperna, untuk itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pambaca.

Medan, September 2015 Penulis

Elizabeth May NIM. 3103131016


(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ………. i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ……… ii

KATA PENGANTAR ………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v

ABSTRAK……… vi

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL…. ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. . x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Identifikasi Masalah………. 5

C. Pembatasan Masalah……… 6

D. Rumusan Masalah……… 6

E. Tujuan Penelitian………. 7

F. Manfaat Penelitian……… 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis……… 9

B. Penelitian Yang Relevan………. 41

C. Kerangka Berfikir……… 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian……… 47

B. Populasi Dan Sampel………. 47


(8)

viii

D. Teknik Pengumpulan Data………. 50

E. Teknik Analisis Data……….. 52

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH A. Kondisi Fisik……….. 54

B. Kondisi Non Fisik……….58

C. Sarana dan Prasarana………66

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………70

B. Pembahasan ………97

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………103

B. Saran………104

Daftar Pustaka………..106

Lembar Observasi Penelitian.………...109

Data Penelitian Lapangan ……… 110

Hasil Lab ………. 111


(9)

ix

DAFTAR TABEL No.

1. Klasifikasi air menurut jenias air………28

2. Klasifikasi air berdasarkan konsentrasi garam………28

3. Persebaran sampel menurut lingkungan di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu………48

4. Penggunaan lahan di Kelurahan Beras Basah 2014………..56

5. Komposisi penduduk menurut kelompok umur 2014………..60

6. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan 2014………...61

7. Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian 2014………..62

8. Komposisi penduduk menurut agama yang dianat di Kelurahan Beras Basah 2014……….63

9. Komposisi penduduk menurut etnis di Kelurahan Beras Basah 2014………65

10.Komposisi penduduk menurut tenaga kerja di Kelurahan Basah 2014…………..66

11.Sarana kesehatan di Kelurahan Beras Basah 2014………...67

12.Prasarana transportasi di Kelurahan Beras Basah 2014………68

13.Sarana air bersih di Kelurahan Beras Basah 2014……….69

14.Salinitas air tanah preatik Kelurahan Beras Basah 2015………..71

15.Tinggi muka air tanah Kelurahan Beras Basah 2015………77


(10)

x

DAFTAR GAMBAR No.

1. Sumur gali yang sehat……… ... 16

2. Cara pengambilan air tanah dengan sumur dangkal dan sumur dalam ... 18

3. Tipe-tipe akuifer………... 20

4. Hukum Herzberg pada air tanah tawar dan asin dekat garis pantai ... 22

5. Penerobosan air asin pada air terkekang ... 24

6. Empat fase computer assisted cartography ... 31

7. Jaringan aliran untuk bendungan kedap air ... 34

8. memperoleh data kedalaman sumur di lapangan ... 35

9. Metode Three Point Problem dalam pembuatan Flow net... 36

10.Apabila arah aliran telah terbentuk ... 37

11.Rekonstruksi flow net dan arah aliran air tanah... 40

12.Skema kerangka berfikir ... 46

13.Peta nilai salinitas Kelurahan Beras Basah 2015 ... 49

14.Peta adisministrasi Kelurahan Beras Basah 2015 ... 57

15.Peta nilai salinitas Kelurahan Beras Basah ... 73

16.Peta arah aliran air tanah Kelurahan Beras Basah ... 76

17.Peta isopleth salinitas Kelurahan Beras Basah ... 82

18.Peta nilai tinggi muka air tanah Kelurahan Beras Basah ... 84

19.Peta isopleth tinggi muka air tanah ... 86

20.Peta nilai interface Kelurahan Beras Basah ... 89

21.Peta isopleth interface Kelurahan Beras Basah ... 91


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia.

Air merupakan bahan yang sangat vital bagi kehidupan, dan merupakan sumber dasar bagi kelangsungan kehidupan diatas bumi. Namun, perlu disadari bahwa keberadaan air di muka bumi ini sangat terbatas menurut ruang dan waktu, baik secara kuantitas dan kualitas (Suripin 2004). Untuk itu perlu dilindungi agar tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya. Air harus tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan dan pelaksanaan pembangunan di masa kini maupun masa mendatang. Penggunaan air tanah sebagai sarana kehidupan semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk,


(12)

2

termasuk di daerah Sematera Utara baik untuk kehidupan rumah tangga maupun kehidupan industri.

Peningkatan pemanfaatan air tanah yang tidak memperhitungkan daya dukung dan daya tampung lingkungan akan dapat mengubah hidrolika. Eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap keseimbangan lingkungan. Pengembangan sumber air tanah harus berdasarkan pada konsep pengawetan, yaitu memanfaatkan air tanah secara optimal, mencegah pemborosan dengan menjaga skala prioritas pemakaian dan menjaga pelesatarian alam.

Dampak negatif terhadap penggunaan air tanah secara berlebihan menurut Bagian Lingkungan Hidup Pemko Medan (1999) antara lain :

a. Terjadinya degradasi air tanah baik kualitas maupun kuantitas b. Menurunnya muka air tanah

c. Meningkatnya salinitas air tanah, karena terjadinya peristiwa intrusi air laut d. Dampak negatif terhadap lingkungan fisik ditandai dengan gejala amblesan tanah

(Land Subsidance) di sekitar lokasi pengambilan air tanah yang intensif.

Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai lebih dari 95.181Km (Kodoatei dan Sjarief,2010). Kondisi geografis ini menyebabkan banyak kota di Indonesia yang terletak di daerah pantai yang secara geologi, batuan penyusun dataran umumnya berupa endapan aluvial yang terdiri dari lempung, pasir dan


(13)

3

kerikil hasil dari pengangkutan dan erosi batuan di bagian hulu sungai. Umumnya batuan di dataran bersifat kurang kompak, sehingga potensi air tanahnya cukup baik. Akuifer di dataran pantai yang baik umumnya berupa akuifer tertekan, tetapi akuifer bebas pun dapat menjadi sumber airtanah yang baik terutama pada daerah-daerah pematang pantai/gosong pantai. Permasalahan pokok pada kawasan pantai adalah penyebaran penyusupan/intrusi air laut baik secara alami maupun secara buatan yang diakibatkan adanya pengambilan airtanah untuk kebutuhan domestik, nelayan, dan industri. Oleh karena itu, kondisi hidrogeologi di kawasan ini perlu diketahui dengan baik, terutama perbandingan antara kondisi alami dan kondisi setelah ada pengaruh eksploitasi.

Masuknya air laut ke sistem akuifer melalui dua proses, yaitu intrusi air laut dan upconning. Intrusi air laut di daerah pantai merupakan suatu poses penyusupan air asin dari laut ke dalam airtanah tawar di daratan. Zona pertemuan antara air asin dengan air tawar disebut interface. Pada kondisi alami, airtanah akan mengalir secara terus menerus ke laut. Berat jenis air asin sedikit lebih besar daripada berat jenis air tawar, maka air laut akan mendesak air tawar di dalam tanah lebih ke hulu. Tetapi karena tinggi tekanan piezometric airtanah lebih tinggi daripada muka air laut, desakan tersebut dapat dinetralisir dan aliran air yang terjadi adalah dari daratan kelautan, sehingga terjadi keseimbangan antara air laut dan airtanah, sehingga tidak terjadi intrusi air laut. Intrusi air laut terjadi bila keseimbangan terganggu. Aktivitas yang menyebabkan intrusi air laut diantaranya pemompaan yang berlebihan, karakteristik pantai dan batuan penyusun, kekuatan airtanah ke laut,


(14)

4

serta fluktuasi airtanah di daerah pantai. Proses intrusi makin panjang bisa dilakukan pengambilan airtanah dalam jumlah berlebihan. Bila intrusi sudah masuk pada sumur, maka sumur akan menjadi asin sehingga tidak dapat lagi dipakai untuk keperluan sehari-hari.

Upconning adalah proses kenaikan interface secara lokal akibat adanya pemompaan pada sumur yang terletak sedikit di atas interface. Pada saat pemompaan dimulai, interface dalam keadaan horisontal. Makin lama interface makin naik hingga mencapai sumur. Bila pemompaan dihentikan sebelum interface mencapai sumur, air laut akan cenderung tetap berada di posisi tersebut daripada kembali ke keadaan semula.

Kelurahan Beras Basah adalah salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat yang daerahnya berada di pesisir pantai yang memiliki hutan mangrove di sepanjang garis pantainya. Kelurahan Beras Basah berada pada ketinggian sekitar 0 – 10 meter dari atas permukaan laut, keadaan topografi dari kelurahan ini umumnya datar sehingga sebagian besar wilayahnya merupakan daerah permukiman dan perkebunan. Dari hasil wawancara yang peneliti dapat dengan salah satu ketua lingkungan di kelurahan Beras Basah, telah terjadi alih fungsi hutan hingga tahun 2011 kelurahan ini hanya memiliki 200 Ha hutan mangrove yang di akibatkan oleh pemanfaatan berlebihan oleh penduduk dan alih fungsi hutan mangrove menjadi perkebunan kelapa sawit dan tambak. Hasil penelitian Widodo (2011), menemukan bahwa perkembangan luas areal perkebunan kelapa sawit berdampak nyata terhadap lingkungan, diantaranya adalah semakin


(15)

5

berkurangnya ketersediaan air, dimana tanaman kelapa sawit secara ekologis merupakan tanaman yang paling banyak membutuhkan air dalam proses pertumbuhannya, yaitu sekitar 4,10 - 4,65 mm per hari.

Beras Basah terdiri dari 11 lingkungan dengan luas wilayah keseluruhannya ± 700 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 10.178 jiwa yang terdiri dari 1000 kk. Dalam mencukupi kebutuhan sehari – hari dalam hal sumber daya air, sebagian penduduk di Kelurahan Beras Basah telah menggunakan fasilitas air bersih sumur bor hingga kedalaman 50 meter dan pelayanan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), namun ada juga penduduk yang menggunakan sumur gali atau sumur dangkal yang tersebar di ke_11 lingkungan kelurahan Beras Basah sebagai sumber air bersih dengan menggunakan timba untuk mengambil air. Sumur adalah bangunan penyadap air tanah yang dilengkapi dengan pompa, mesin penggerak dan peralatan lainnya (PERDA No. 7, 2004). Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan luas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah (Suryana,2013). Sumur gali menyediakan air tanah preatik yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah.

Sebagian besar wilayah kelurahan Beras Basah adalah permukiman, tambak dan perkebunan kelapa sawit. Sekitar terdapat 921 (kantor Kelurahan Beras Basah) unit sumur gali dan 3 unit sumur bor yang yang dipergunakan oleh penduduk untuk mengambil air tanah di permukiman di tambah dengan keberadaan perkebunan


(16)

6

kelapa sawit yang juga mengambil air tanah sehingga mempercepat terjadinya intrusi air laut ke dalam air tanah. Tidak adanya daerah resapan air hujan yag mengakibatkan sebagian kecil air hujan yang dapat meresap kedalam tanah sebagian besar langsung mengalir ke laut sehingga tidak ada pengisian air tanah yang telah dimanfaatkan secara berlebihan oleh aktifitas penduduk. Setelah dilakukan survey pada beberapa rumah penduduk di kelurahan Beras Basah peneliti menemukan air sumur tidak jernih dan rasanya pun payau. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian persebaran intrusi air laut pada air tanah di Kelurahan Beras Basah ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan, dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses intrusi air laut yang terjadi serta dampaknya bagi lingkungan, bagaimanakah tingkat, sebaran dan sudah seberapa jauh intrusi air laut pada lapisan air tanah terjadi di kelurahan Beras Basah, apakah intrusi air laut terjadi dari permukaan atau dari dalam tanah, apakah kadar garam air sumur lebih tinggi di lokasi permukiman penduduk yang lebih rapat sumurnya dan bagaimana sebaran kedalaman batas air tanah tawar dan air tanah asin (interface) di Kelurahan Beras Basah.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yanag telah diuraikan diatas, akan dibatasi dalam penelitian ini yakni, Pemetaan sebaran intrusi air laut pada air tanah


(17)

7

berdasarkan kadar garam sumur preatik rumah tangga dan sebaran kedalaman interface di Kelurahan Beras Basah kecamatan Pangkalan Susu

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai beikut :

1. Bagaimanakah tingkat intrusi air laut pada air tanah preatik di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu ?

2. Bagaimanakah sebaran kadar garam pada air tanah berdasarkan data kadar garam sumur preatik rumah tangga di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu ?

3. Bagaimana sebaran kedalaman interface di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu ?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui tingkat intrusi air laut pada air tanah preatik di Kelurahan Beras Basah Kecamatn Pangkalan Susu.

2. Untuk mengetahui sebarah kadar garam pada air tanah berdasarkan kadar garam sumur preatik rumah tangga di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu.

3. Untuk mengetahui sebaran kedalaman interface di Kelurahan Beras Basah Kecamatan Pangkalan Susu.


(18)

8 F. Manfaat Penelitian

1. Informasi bagi Pemerintah Daerah alam pembuatan kebijakan menyangkut pengadaan, penggunaan serta pemanfaatan air bawah tanah.

2. Mengurangi dampak negatif dari pengadaan, penggunaan serta pemanfaatan air bawah tanah, sehingga air bawah tanah dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan fungsi kelestarian lingkungan hidup baik generasi saat ini maupun akan datang.

3. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa.

4. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, yakni secara teoritis diharapkan dapat memperkuat teori maupun penelitian yang sudah ada.


(19)

103 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut :

1. Tingkatan intrusi air laut yang terjadi di Kelurahan Beras Basah bervariasi. Air tanah di bagian utara terkategori sebagai air tanah yang berbahaya seluas ±18 Haatau 3% dari ±800 Ha total luas wilayah Kelurahan Beras Basah sudah terkandung kadar garam yang tinggi. Semakin kearah selatan intrusi air laut air laut bervariasi mulai dari meragukan, diizinkan, bagus, dan sangat bagus seluas ±341 Ha atau 42% dari ±800 Ha. Kedalaman interface di daerah penelitian ini yang masih di bawah muka air tanah masih dalam kondisi yang seimbang. Walaupun bagian utara daerah penelitian memiliki kedalaman interface cenderung semakin dekat dengan muka air tanah. Semakin ke arah selatan kedalaman interface cenderung semakin dalam yang dipengaruhi oleh tinggi muka air tanah. Keadaan air tanah preatik di bagian utara terajdi karena lapisan akuifer yang berasal dari pasir yang memudahkan air laut mencemari air tanah tawar.

2. Kadar Garam di Kelurahan Beras Basah memiliki salinitas antara 100-4000 mg/lt. klasifikasi air tanah berdasarkan konsentrasi garam yaitu sebesar 74% dari keseluruhan air tanah preatik Kelurahan Beras Basah termasuk


(20)

104

klasifikasi air tanah sangat bagus sehingga bias digunakan sebagai sumber air minum yang diolah terlebih dahulu, 3,7% termasuk klasifikasi air tanah diizinka bias digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi tidak untuk sumber air minum, 11% termasuk klasifikasi air tanah meragukan dan 11% termasuk air tanah berbahaya yang tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi tidak untuk sumber air minum, 11% termasuk klasifikasi air tanah meragukan dan 11% termasuk air tanah berbahaya yang tidak bias digunakan untuk sumber air minum dan kebutuhan sehari-hari karena dapat merusak kesehatan makhluk hidup

3. Kedalaman zona interface Kelurahan Beras Basah memiliki kedalaman berkisar 24-360 m dibawah muka air tanah dan masih dalam kondisi yang seimbang. Kedalaman zona interface yang bervariasi mengikuti nilai salinitas. Nilai salinitas tinggi maka kedalaman interface dekat dengan muka air tanah dan jika nilai salinitas rendah maka kedalaman interface jauh dari muka air tanah. Kedalaman zona di Kelurahan Beras Basah dipengaruhi oleh factor ketinggian tempat dan ketinggian muka air tanah yang berda diberbagai tempat.

A. Saran

Sesuai dengan kesimpulan maka didapat beberapa saran, yakni :

1. Daerah bagian selatan yang air tanah preatiknya tidak terintrusi air laut berdasarkan salinitas perlu dijaga kualitasn air tanah preatik terhadap intrusi air laut dengan tidak memnafaatkan air tanah dalam jumlah yang besar. Ketersediaan air tanah haruslah disesuikan dengan penggunaan air tanah


(21)

105

agar tidak terjadi gangguan interface akibat penggunaan air tanah yang sangat besar dan mendesak air tanah asin mencemari air tanah tawar melalui zona interface. Untuk daerah bagian utara yang air tanah preatiknya terintrusi air laut yang berbahaya berdasarkan salinitas perlu perhatian dari pemerintah daerah untuk penyediaan sumber air bersih untuk kebutuhan primer masyarakat yang tinggal di bagian utara Kelurahan Beras Basah.

2. Kadar garam pada air tanah preatik Kelurahan Beras Basah yaikni air tanah berbahaya, meragukan, diizinkan, bagus, dan sangat bagus. Untuk masyarakat penduduk sekitar Kelurahan Beras Basah terutama pada bagian selatan yang air tanah preatiknya belum terintrusi air laut agar lebih memerhatikana penggunaan air tanah karena penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan interusi air laut. Untuk masyarakat yang tinggal di bagian barat laut dan utara yang air tanah preatiknya telah terintrusi yang tinggi dan berbahayaagar tidak mengkonsumsin air tanah tersebut untuk minum dan juga kebutuhahan sehari-hari karena dapat merusak kesehatan. 3. Kedalaman zona interface di Kelurahan Beras Basah masih dalam kondisi

baik yaitu zona interface masih berada dibawah muka air tanah. Terutama untuk masyarakat bagian barat laut dan utara zona interface yang sudah dekat dengan muka air tanah agar tidak menggunakan air tanah secara berlebihan karena akan mengakibatkan gangguan yang menyebabkan air asin yang berada dibawah zona interface menyusup mencemari air tanah tawar.


(22)

106

Daftar Pustaka

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Penerbit Andi.

Amsyari.1996.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20 II.pdf), diakses 02 Oktober 2014

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Madja University .

Asmadi, el at. 2011. Teknologi Pengelolaan Air Minum. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dongoran. 2014. Pemetaan Salinitas Sumur Bor Di Desan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.

Ginting. 2014. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan Ii Kecamatan Medan Belawan.Skripsi Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

http://en.wikipedia.org/wiki/Flownet di akses pada hari Senin, 7 July 2014 .

Irham. 2006. Pemetaan Sebaran Air Tanah Asin Pada Aquifer Dalam Di Wilayah Semarang Bawah. Karya Ilmiah. Semarang: Fakultas Matematika Dan Ilmu


(23)

107

Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro (Online), (http//www.eprints.undip.ac.id/pdf. Di akses tanggal 23 Oktober 2014) Kodoatie, Robert J. 1996. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kodoatie, Robert J.2005.Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Lavani. 2009. Analisis Intrusi Air Laut Dan Konsentrasi Klorida Pada Air Bawah Tanah Melalui Sumur Bor Dengan Metode Konduktivitimeter Di Kecamatan Medan Belawan. Skiripsi. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Mustofa, Bisri dan Sektiawan, Inung. 2010. Kamus Lengkap Geografi. Yogyakarta : Penji Pustaka.

Nurwihastuti, D.W ( et al). 2005 . Modul Kuliah Interpretasi dan Analisis Peta. Medan: Universitas Negeri Medan

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990

PERDA No. 7 Tahun 2004

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar – Dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Madja University Press

Simarmata. 2010. Analisis Intrusi Air Laut Dengan Daya Hantar Listrik Pada Sumur Gali Dan Sumur Bor Di Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai. Skripsi. Medan: Program Studi Sarjana Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Sitorus. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Pada Sumur Gali Dan Sumur Bor Dengan Metode Konduktivitas Listrik Di Kecamatan Medan Belawan. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unuversitas Sumatera Utara


(24)

108

Situmorang. 2004. Pendeteksian Intrusi Air Laut Di Kawasan Industry Medan (KIM) Dengan Metode Konduktivitas Listrik. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga.

Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Suharyono. 1996. (http://www.ipalcenter.com/2010/07/pengertian-air.html), diakses 23 Agustus 2014.

Sunjaya. 1999. http://uripsantoso.wordpress.com/2010/01/18/kualitas-dan-kuantitas-air-bersih-untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia/. Diakses 23 Agustus 2014.

Suripin. 2002. (http://www.ipalcenter.com/2010/07/pengertian-air.html), diakses 23 Agustus 2014.

Suripin, M.Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Semarang: Andi Yogyakarta

Suryana.2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Skripsi. UNIVERSITAS HASANUDDDIN MAKASSAR

Sutrisno, Totok.et al. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Widodo (2011). Estimasi Nilai Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit Ditinjau Dari Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit. Karya Ilmiah. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.


(1)

103 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan penelitian ini sebagai berikut :

1. Tingkatan intrusi air laut yang terjadi di Kelurahan Beras Basah bervariasi. Air tanah di bagian utara terkategori sebagai air tanah yang berbahaya seluas ±18 Haatau 3% dari ±800 Ha total luas wilayah Kelurahan Beras Basah sudah terkandung kadar garam yang tinggi. Semakin kearah selatan intrusi air laut air laut bervariasi mulai dari meragukan, diizinkan, bagus, dan sangat bagus seluas ±341 Ha atau 42% dari ±800 Ha. Kedalaman interface di daerah penelitian ini yang masih di bawah muka air tanah masih dalam kondisi yang seimbang. Walaupun bagian utara daerah penelitian memiliki kedalaman interface cenderung semakin dekat dengan muka air tanah. Semakin ke arah selatan kedalaman interface cenderung semakin dalam yang dipengaruhi oleh tinggi muka air tanah. Keadaan air tanah preatik di bagian utara terajdi karena lapisan akuifer yang berasal dari pasir yang memudahkan air laut mencemari air tanah tawar.

2. Kadar Garam di Kelurahan Beras Basah memiliki salinitas antara 100-4000 mg/lt. klasifikasi air tanah berdasarkan konsentrasi garam yaitu sebesar 74% dari keseluruhan air tanah preatik Kelurahan Beras Basah termasuk


(2)

104

klasifikasi air tanah sangat bagus sehingga bias digunakan sebagai sumber air minum yang diolah terlebih dahulu, 3,7% termasuk klasifikasi air tanah diizinka bias digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi tidak untuk sumber air minum, 11% termasuk klasifikasi air tanah meragukan dan 11% termasuk air tanah berbahaya yang tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari tetapi tidak untuk sumber air minum, 11% termasuk klasifikasi air tanah meragukan dan 11% termasuk air tanah berbahaya yang tidak bias digunakan untuk sumber air minum dan kebutuhan sehari-hari karena dapat merusak kesehatan makhluk hidup

3. Kedalaman zona interface Kelurahan Beras Basah memiliki kedalaman berkisar 24-360 m dibawah muka air tanah dan masih dalam kondisi yang seimbang. Kedalaman zona interface yang bervariasi mengikuti nilai salinitas. Nilai salinitas tinggi maka kedalaman interface dekat dengan muka air tanah dan jika nilai salinitas rendah maka kedalaman interface jauh dari muka air tanah. Kedalaman zona di Kelurahan Beras Basah dipengaruhi oleh factor ketinggian tempat dan ketinggian muka air tanah yang berda diberbagai tempat.

A. Saran

Sesuai dengan kesimpulan maka didapat beberapa saran, yakni :

1. Daerah bagian selatan yang air tanah preatiknya tidak terintrusi air laut berdasarkan salinitas perlu dijaga kualitasn air tanah preatik terhadap intrusi air laut dengan tidak memnafaatkan air tanah dalam jumlah yang besar. Ketersediaan air tanah haruslah disesuikan dengan penggunaan air tanah


(3)

105

agar tidak terjadi gangguan interface akibat penggunaan air tanah yang sangat besar dan mendesak air tanah asin mencemari air tanah tawar melalui zona interface. Untuk daerah bagian utara yang air tanah preatiknya terintrusi air laut yang berbahaya berdasarkan salinitas perlu perhatian dari pemerintah daerah untuk penyediaan sumber air bersih untuk kebutuhan primer masyarakat yang tinggal di bagian utara Kelurahan Beras Basah.

2. Kadar garam pada air tanah preatik Kelurahan Beras Basah yaikni air tanah berbahaya, meragukan, diizinkan, bagus, dan sangat bagus. Untuk masyarakat penduduk sekitar Kelurahan Beras Basah terutama pada bagian selatan yang air tanah preatiknya belum terintrusi air laut agar lebih memerhatikana penggunaan air tanah karena penggunaan yang berlebihan akan menyebabkan interusi air laut. Untuk masyarakat yang tinggal di bagian barat laut dan utara yang air tanah preatiknya telah terintrusi yang tinggi dan berbahayaagar tidak mengkonsumsin air tanah tersebut untuk minum dan juga kebutuhahan sehari-hari karena dapat merusak kesehatan. 3. Kedalaman zona interface di Kelurahan Beras Basah masih dalam kondisi

baik yaitu zona interface masih berada dibawah muka air tanah. Terutama untuk masyarakat bagian barat laut dan utara zona interface yang sudah dekat dengan muka air tanah agar tidak menggunakan air tanah secara berlebihan karena akan mengakibatkan gangguan yang menyebabkan air asin yang berada dibawah zona interface menyusup mencemari air tanah tawar.


(4)

106

Daftar Pustaka

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta : Penerbit Andi.

Amsyari.1996.(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20807/4/Chapter%20 II.pdf), diakses 02 Oktober 2014

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Asdak, Chay. 1995. Hidrologi dan Pengolahan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta : Gadjah Madja University .

Asmadi, el at. 2011. Teknologi Pengelolaan Air Minum. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Bengen. 2002. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Sipnosis. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dongoran. 2014. Pemetaan Salinitas Sumur Bor Di Desan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta : Kanisius.

Ginting. 2014. Pemetaan Salinitas Pada Sumur Bor Di Kelurahan Belawan Ii Kecamatan Medan Belawan.Skripsi Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

http://en.wikipedia.org/wiki/Flownet di akses pada hari Senin, 7 July 2014 .

Irham. 2006. Pemetaan Sebaran Air Tanah Asin Pada Aquifer Dalam Di Wilayah Semarang Bawah. Karya Ilmiah. Semarang: Fakultas Matematika Dan Ilmu


(5)

107

Pengetahuan Alam Universitas Diponegoro (Online), (http//www.eprints.undip.ac.id/pdf. Di akses tanggal 23 Oktober 2014) Kodoatie, Robert J. 1996. Pengantar Hidrologi. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kodoatie, Robert J.2005.Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Kodoatie, Robert J. 2012. Tata Ruang Air Tanah. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Lavani. 2009. Analisis Intrusi Air Laut Dan Konsentrasi Klorida Pada Air Bawah Tanah Melalui Sumur Bor Dengan Metode Konduktivitimeter Di Kecamatan Medan Belawan. Skiripsi. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Mustofa, Bisri dan Sektiawan, Inung. 2010. Kamus Lengkap Geografi. Yogyakarta : Penji Pustaka.

Nurwihastuti, D.W ( et al). 2005 . Modul Kuliah Interpretasi dan Analisis Peta. Medan: Universitas Negeri Medan

Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990

PERDA No. 7 Tahun 2004

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar – Dasar Hidrologi. Yogyakarta : Gadjah Madja University Press

Simarmata. 2010. Analisis Intrusi Air Laut Dengan Daya Hantar Listrik Pada Sumur Gali Dan Sumur Bor Di Kecamatan Dumai Timur Kota Dumai. Skripsi. Medan: Program Studi Sarjana Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Sitorus. 2011. Analisis Intrusi Air Laut Pada Sumur Gali Dan Sumur Bor Dengan Metode Konduktivitas Listrik Di Kecamatan Medan Belawan. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unuversitas Sumatera Utara


(6)

108

Situmorang. 2004. Pendeteksian Intrusi Air Laut Di Kawasan Industry Medan (KIM) Dengan Metode Konduktivitas Listrik. Tesis. Medan: Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

Soemarto. 1995. Hidrologi Teknik. Jakarta : Erlangga.

Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1993. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

Suharyono. 1996. (http://www.ipalcenter.com/2010/07/pengertian-air.html), diakses 23 Agustus 2014.

Sunjaya. 1999. http://uripsantoso.wordpress.com/2010/01/18/kualitas-dan-kuantitas-air-bersih-untuk-pemenuhan-kebutuhan-manusia/. Diakses 23 Agustus 2014.

Suripin. 2002. (http://www.ipalcenter.com/2010/07/pengertian-air.html), diakses 23 Agustus 2014.

Suripin, M.Eng. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Semarang: Andi Yogyakarta

Suryana.2013. Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan Biringkanaya Kota Makasar. Skripsi. UNIVERSITAS HASANUDDDIN MAKASSAR

Sutrisno, Totok.et al. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Widodo (2011). Estimasi Nilai Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit Ditinjau Dari Neraca Air Tanaman Kelapa Sawit. Karya Ilmiah. Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.