Menggagas Museum Kota.
. - --
Pikiran Rakyat
o Selasa
4
8Peb
5
0
20
21
Mar
OApr
o
_
Ralfu
6
7
8
22
.
Kamis
9
23
24
OMei OJun
0
1r
o
Jumat
11
25
OJul
13
:!7
@.
o
Sabtu
12
28
0 Ags OSep
Minggu
14
OOkt
15
29
30
ONov ODes
Menggagas
w;..
-.
..
-
-,
.-
_
~
Musemn I{ota
---
---~
..-...,---...---
DUDI SUGANDV"PR"
SISWA memperhatikan area tipe Pajajaran yang ditemukan di kawasan Cikapundung
Bandung dan menjadi salah satu koleksi Museum Sri Baduga, Selasa (24/2). Gagasan ten~
tang museum kota ini harus didorong oleh semua pihak di mana museum ini harus digagas
oleh masyarakat dan diakomodasi oleh pemerintah. *
G
AGASAN tentang
museum kota ternyata mendapat respons
yang menarik untuk disimak.
Va, sebuah museum yang
menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan ihwal
sejarah perkembangan Kota
Bandung.
Tak sebatas itu, muncul pula sejumlah pemikiran
berikutnya tentang hal itu.
Termasuk kendala yang menjadi niscaya, pendanaan dan
sumber daya manusia (SDM).
Namun, di hadapan
kendala tersebut, museum
kota tak lantas berhenti untuk
kemudian menjadi sekadar
gagasan. Di luar kendala
pokok itu, bahkan, masih
banyak kendala dalam merealisasikan gagasan tersebut,
termasuk lokasi, koleksi,
hingga kendala atau permasalahan lainnya yang tak
terduga.
Agar tak berhenti pada
sekadar gagasan, justru soal
yang paling...pokok, kini .
-
Klipiny
------
bergantung pada visi dan kemauan Pemerintah Kota Bandung. Soal kendala, toh, nantinya pasti ada pemikiran tentangjalan keluarnya.
Sepanjang visi dan kemauan itu ada--bersama partisipasipublik--bukan tidak
mungkin warga Kota Bandung bisa memiliki sebuah
museum kota.
Kalangan pengusaha dan
dunia usaha, termasuk sejumlah BUMN yang berpusat di
Kota Bandung, bukan tidak
mungkin termotivasi untuk
berpartisipasi.
Dalam hal ini, apa yang dilakukan pemerintah Jepang,
menurut Prof. Dr. Setiawan
Sabana,bukan tidak mungkin
dilakukan di Bandung. pemerintah Jepang, kata dia, menjadi institusi pengasuh museum-museum.
"Semacam dewan penyantun. lnilah yang banyak teIjadi di Jepang. Di setiap mal
yang didirikan, selalu terdapat museum dan pusat kebu-
Humos
Unpod
.
dayaan di lantai puncaknya.
Dengan demikian, semuanya
adalah perpaduan antara
dunia bisnis dan kebudayaan," ujarnya.
**
EU[Lsenadadilontarkan
budayawan Juniarso Ridwan.
Menurut dia, sejumlah
BUMN yang berpusat di Bandung bisa diminta partisipasinya sebagai dewan
penyantun, termasuk kalangan pengusaha. Nama mereka
dan nama perusahaan akan
diabadikan di museum kota
itu. "Ini adalah salah satu
bentuk partisipasi publik yang
juga banyak dilakukan di sejumlah negara," katanya.
Menggalang partisipasi
publik, tampaknya, juga menjadi penting dalam upaya
menyajikan berbagai jenis
koleksi museum kota yang
dibayangkan. Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan pada Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Yunus Satrlo At-
2009
- - -
mojo menceritakan apa dilakukan pemerintah Ekuador,
beberaapa waktu setelah
gempa bumi meluluhlantakkan kota. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat kehilangan memori kolektifnya.
Untuk merawat memori itu,
pemerintah Ekuador lalu
mengadakan sebuah pameran
barang-barang antik yang
berhubungan dengan sejarah
kota. Koleksi pameran itu
adalah milik masyarakat yang
dipinjam.
"Masyarakat, dengan antusias, berduyun-duyun membawa barang-barang pribadi
yang dianggap bersejarah dan
berhubungan dengan masa
lalu kota untuk dipamerkan.
Hasilnya setelah pameran,
lebih dari setengah barang itu
disumbangkan untuk pembangunan sebuah museum,"
tutumya.
Strategi ini memang cukup
menarik meski Ridwan AK,
praktisi marketing communication, mencemaskan hal ini.
Dia khawatir, itu akan dimanfaatkan sebagian masyarakat
untuk mengomersialkannya.
Akan tetapi, kata dia, semua
kembali kepada kasadaran
dan partisipasi publik. Orang
tinggal memilih, menjual
koleksi itu atau namanya tercantum abadi di museum
hingga anak-cucunya kelak
bisa mengetahuinya.
Bukan tidak mungkin, banyak masyarakat yang memiliki dan menyimpan bendabenda lama yang berhubungan dengan sejarah Kota Bandung. Semuanya ini merupakan potensi menarik uptuk
dirangsang sehingga partisipasi publik itu terbangun dengan baik. Tentu saja, dalam
konteks ini, peran seorang ku-'
rator amat menentukan.
"Di Arsip Nasional, banyak
terdapat bahan-bahan tentang masa lalu Kota Bandung.
Termasuk peta Kota Bandung
lama yang asli, " Yunus Satrlo
Atmojo menjelaskan.
Dalam kendala SDM, keIja
sama dan sinergi antara pemerintah kot;1dan berbagai
kalangan--mulai dari se-
jarawan, ahli permuseuman,
dan berbagai komunitas
masyarakat--menjadi penting
segera digalang. Dengan
demikian, manajemen pengelolaan museum kota, kelak,
tidak bemasib sarna dengan
keadaan museum-museum
lainnya di Bandung. Terlebih
lagi Unpad sendiri telah
memiliki jurusan ilmu
permuseuman.
"Tampaknya, gagasan tentang museum kota ini harns
didorong oleh semua pihak.
Museum ini harus digagas
oleh masyarakat dan diakomodasi oleh pemerintah,"
ujar Juniarso Ridwan.
Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kumia membayangkan, lokasi museum
kota itu, kelak, bisa menjadi
bagian dari Balai Kota Bandung. Sementara itu, sejarawan Nina Lubis mengandaikan, museum itu,berada di
pendopo. Namun merekajuga mendukung gagasan museum itu sebaiknya berlokasi
di Jalan Braga.
"Itu sangat bagus. Dari sisi
arsitektur, bangunan sepanjang Jalan Braga itu masuk
kategori cagar budaya. Di
situ, ada bangunan ideal yang
bisa diambil alih oleh Pemkot
Bandung untuk dijadikan
museum, seperti bangunan
milik PN Gas. Gedung itu
memadai untuk sebuah museum kota dan cukup representatif. Lagi pula, jika antarpemerintah, alih fungsinya
tidak terlalu sulit," tutur Juniarso Ridwan.
Antusiasme dan berbagai
pemikiran tentang gagasan
perlunya Bandung memiliki
sebuah museum kota, tentu
akan berhadapan dengan
berbagai kendala. Hanya saja,
seluruh kendala itu bukanlah
jalan tertutup, sepanjang
adanya kesadaran dan partisipasi publik. Namun, sekali lagi, gagasan, pemikiran, dan
.kesadaran publik itu juga
akan menjadi percuma sepanjang pemerintah Kota Bandung sendiri tidak memiliki
visi dail kemauan untuk itu.
(Ahda Imran)***
Pikiran Rakyat
o Selasa
4
8Peb
5
0
20
21
Mar
OApr
o
_
Ralfu
6
7
8
22
.
Kamis
9
23
24
OMei OJun
0
1r
o
Jumat
11
25
OJul
13
:!7
@.
o
Sabtu
12
28
0 Ags OSep
Minggu
14
OOkt
15
29
30
ONov ODes
Menggagas
w;..
-.
..
-
-,
.-
_
~
Musemn I{ota
---
---~
..-...,---...---
DUDI SUGANDV"PR"
SISWA memperhatikan area tipe Pajajaran yang ditemukan di kawasan Cikapundung
Bandung dan menjadi salah satu koleksi Museum Sri Baduga, Selasa (24/2). Gagasan ten~
tang museum kota ini harus didorong oleh semua pihak di mana museum ini harus digagas
oleh masyarakat dan diakomodasi oleh pemerintah. *
G
AGASAN tentang
museum kota ternyata mendapat respons
yang menarik untuk disimak.
Va, sebuah museum yang
menyajikan berbagai informasi dan pengetahuan ihwal
sejarah perkembangan Kota
Bandung.
Tak sebatas itu, muncul pula sejumlah pemikiran
berikutnya tentang hal itu.
Termasuk kendala yang menjadi niscaya, pendanaan dan
sumber daya manusia (SDM).
Namun, di hadapan
kendala tersebut, museum
kota tak lantas berhenti untuk
kemudian menjadi sekadar
gagasan. Di luar kendala
pokok itu, bahkan, masih
banyak kendala dalam merealisasikan gagasan tersebut,
termasuk lokasi, koleksi,
hingga kendala atau permasalahan lainnya yang tak
terduga.
Agar tak berhenti pada
sekadar gagasan, justru soal
yang paling...pokok, kini .
-
Klipiny
------
bergantung pada visi dan kemauan Pemerintah Kota Bandung. Soal kendala, toh, nantinya pasti ada pemikiran tentangjalan keluarnya.
Sepanjang visi dan kemauan itu ada--bersama partisipasipublik--bukan tidak
mungkin warga Kota Bandung bisa memiliki sebuah
museum kota.
Kalangan pengusaha dan
dunia usaha, termasuk sejumlah BUMN yang berpusat di
Kota Bandung, bukan tidak
mungkin termotivasi untuk
berpartisipasi.
Dalam hal ini, apa yang dilakukan pemerintah Jepang,
menurut Prof. Dr. Setiawan
Sabana,bukan tidak mungkin
dilakukan di Bandung. pemerintah Jepang, kata dia, menjadi institusi pengasuh museum-museum.
"Semacam dewan penyantun. lnilah yang banyak teIjadi di Jepang. Di setiap mal
yang didirikan, selalu terdapat museum dan pusat kebu-
Humos
Unpod
.
dayaan di lantai puncaknya.
Dengan demikian, semuanya
adalah perpaduan antara
dunia bisnis dan kebudayaan," ujarnya.
**
EU[Lsenadadilontarkan
budayawan Juniarso Ridwan.
Menurut dia, sejumlah
BUMN yang berpusat di Bandung bisa diminta partisipasinya sebagai dewan
penyantun, termasuk kalangan pengusaha. Nama mereka
dan nama perusahaan akan
diabadikan di museum kota
itu. "Ini adalah salah satu
bentuk partisipasi publik yang
juga banyak dilakukan di sejumlah negara," katanya.
Menggalang partisipasi
publik, tampaknya, juga menjadi penting dalam upaya
menyajikan berbagai jenis
koleksi museum kota yang
dibayangkan. Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan pada Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Yunus Satrlo At-
2009
- - -
mojo menceritakan apa dilakukan pemerintah Ekuador,
beberaapa waktu setelah
gempa bumi meluluhlantakkan kota. Kondisi ini
menyebabkan masyarakat kehilangan memori kolektifnya.
Untuk merawat memori itu,
pemerintah Ekuador lalu
mengadakan sebuah pameran
barang-barang antik yang
berhubungan dengan sejarah
kota. Koleksi pameran itu
adalah milik masyarakat yang
dipinjam.
"Masyarakat, dengan antusias, berduyun-duyun membawa barang-barang pribadi
yang dianggap bersejarah dan
berhubungan dengan masa
lalu kota untuk dipamerkan.
Hasilnya setelah pameran,
lebih dari setengah barang itu
disumbangkan untuk pembangunan sebuah museum,"
tutumya.
Strategi ini memang cukup
menarik meski Ridwan AK,
praktisi marketing communication, mencemaskan hal ini.
Dia khawatir, itu akan dimanfaatkan sebagian masyarakat
untuk mengomersialkannya.
Akan tetapi, kata dia, semua
kembali kepada kasadaran
dan partisipasi publik. Orang
tinggal memilih, menjual
koleksi itu atau namanya tercantum abadi di museum
hingga anak-cucunya kelak
bisa mengetahuinya.
Bukan tidak mungkin, banyak masyarakat yang memiliki dan menyimpan bendabenda lama yang berhubungan dengan sejarah Kota Bandung. Semuanya ini merupakan potensi menarik uptuk
dirangsang sehingga partisipasi publik itu terbangun dengan baik. Tentu saja, dalam
konteks ini, peran seorang ku-'
rator amat menentukan.
"Di Arsip Nasional, banyak
terdapat bahan-bahan tentang masa lalu Kota Bandung.
Termasuk peta Kota Bandung
lama yang asli, " Yunus Satrlo
Atmojo menjelaskan.
Dalam kendala SDM, keIja
sama dan sinergi antara pemerintah kot;1dan berbagai
kalangan--mulai dari se-
jarawan, ahli permuseuman,
dan berbagai komunitas
masyarakat--menjadi penting
segera digalang. Dengan
demikian, manajemen pengelolaan museum kota, kelak,
tidak bemasib sarna dengan
keadaan museum-museum
lainnya di Bandung. Terlebih
lagi Unpad sendiri telah
memiliki jurusan ilmu
permuseuman.
"Tampaknya, gagasan tentang museum kota ini harns
didorong oleh semua pihak.
Museum ini harus digagas
oleh masyarakat dan diakomodasi oleh pemerintah,"
ujar Juniarso Ridwan.
Rektor Universitas Padjadjaran Ganjar Kumia membayangkan, lokasi museum
kota itu, kelak, bisa menjadi
bagian dari Balai Kota Bandung. Sementara itu, sejarawan Nina Lubis mengandaikan, museum itu,berada di
pendopo. Namun merekajuga mendukung gagasan museum itu sebaiknya berlokasi
di Jalan Braga.
"Itu sangat bagus. Dari sisi
arsitektur, bangunan sepanjang Jalan Braga itu masuk
kategori cagar budaya. Di
situ, ada bangunan ideal yang
bisa diambil alih oleh Pemkot
Bandung untuk dijadikan
museum, seperti bangunan
milik PN Gas. Gedung itu
memadai untuk sebuah museum kota dan cukup representatif. Lagi pula, jika antarpemerintah, alih fungsinya
tidak terlalu sulit," tutur Juniarso Ridwan.
Antusiasme dan berbagai
pemikiran tentang gagasan
perlunya Bandung memiliki
sebuah museum kota, tentu
akan berhadapan dengan
berbagai kendala. Hanya saja,
seluruh kendala itu bukanlah
jalan tertutup, sepanjang
adanya kesadaran dan partisipasi publik. Namun, sekali lagi, gagasan, pemikiran, dan
.kesadaran publik itu juga
akan menjadi percuma sepanjang pemerintah Kota Bandung sendiri tidak memiliki
visi dail kemauan untuk itu.
(Ahda Imran)***