KONSTRUKSI KARAKTER NASIONALISME PADA FILM SOEGIJA (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Konstruksi Karakter Nasionalisme Pada Film Soegija (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).

KONSTRUKSI KARAKTER NASIONALISME PADA FILM SOEGIJA
(Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan)

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
derajat Sarjana S-I Program Studi Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan

Mitha Yuni Astuti
A220100076

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

1

2

3


KONSTRUKSI KARAKTER NASIONALISME PADA FILM SOEGIJA
(Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan)
Mitha Yuni Astuti, A220100076, Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewaganegaraan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2014, xix+99 halaman (termasuk lampiran)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi karakter
nasionalisme pada film Soegija, Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Subjek utama adalah pemain pada film Soegija. Objek utama adalah
karakter nasionalisme pada film Soegija. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan dokumentasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil analisis
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1) film Soegija menceritakan tentang
perjuangan Soegijapranata dalam mengusir penjajahan Jepang dan Belanda. Isi
cerita pada film Soegija berisi karakter nasionalisme yang pantas untuk dicontoh
terutama karakter nasionalisme yang dimiliki Soegijapranata dan pejuang
Indonesia; 2) Deskripsi nasionalisme pada film Soegija yaitu: a) hasrat untuk
mencapai kesatuan, b) hasrat untuk mencapai kemerdekaan, c) hasrat untuk

mencapai keaslian, d) hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa; 3) Deskripsi
karakter nasionalisme pada film Soegija berkisah tentang kepahlawanan
Soegijapranata beserta pejuang Indonesia dalam melawan penjajah Jepang dan
Belanda. Karakter nasionalisme tersebut sesuai dengan materi yang termuat
dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA kelas X pada
kompetensi dasar 1.4 menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan
patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Materi
dalam kompetensi dasar tersebut mengajarkan sebagai warga negara yang baik
harus memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan sikap setia
pada bangsa dan negara serta rela berkorban dalam situasi apapun demi
mencapai kemerdekaan Indonesia
Kata kunci: Karakter Nasionalisme, Film Soegija, Pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan

1

PENDAHULUAN
Nasionalisme merupakan bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara.
Secara detail, penyebab merosotnya sikap nasionalisme pada diri anak karena
zaman globalisasi, yaitu rasa nasionalisme dikalangan generasi muda semakin

memudar. Hal ini dapat dibuktikan banyak generasi muda yang lebih memilih
kebudayaan negara lain, dibandingkan dengan kebudayaan Indonesia. Sebagai
contoh generasi muda selalu menganggap produk luar negeri lebih baik dari pada
produk nasional, sehingga karakter nasionalisme perlu ditanamkan sejak dini
dalam diri anak agar dapat menjadi manusia yang dapat mencintai bangsa dan
negara sendiri. Nasionalisme tidak terlepas dari dorongan untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri, untuk itu perlu adanya penanaman pendidikan karakter kepada
diri setiap individu khususnya generasi muda karena pendidikan sangat penting
bagi kehidupan manusia. Sikap dan moral peserta didik dapat ditempuh melalui
mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan kewaarganegaraan.
Nasionalisme merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewargenegaraan di SMA kelas X dengan standar kompetensi menunjukkan
semangat

kebangsaan,

nasionalisme

dan


patriotisme

dalam

kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapakan generasi muda menjadi manusia yang berkualitas
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat mewujudkan citacita bangsa Indonesia.
Pelajar sebagai generasi muda penerus bangsa dituntut untuk memiliki
karakter nasionalisme. Karakter nasionalisme dapat ditunjukkan dalam film
Soegija. Film Soegija mengangkat kisah perjuangan Segijapranata dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di masa perang kemerdekaan tahun
1940-1949. Soegijapranata adalah seorang uskup pribumi pertama di Indonesia
dan juga pahlawan nasional dengan posisi sebagai pemimpin gereja katolik,
Soegijapranata memang tidak ikut berperang untuk melawan penjajah tetapi
perannya untuk Indonesia sangat besar. Soegijapranata membantu rakyat
Indonesia dengan melalui jalan diplomasi agar dapat menghentikan penjajahan,
memberi bantuan makanan, obat-obatan, selimut terlebih dahulu kepada rakyat


2

kemudian yang terakhir baru diberikan untuk para imam, ikut langsung
berinteraksi dengan masyarakat sekitar pada waktu dilanda perang dan membuka
gereja sebagai tempat perlindungan untuk penduduk. Perjuangan yang dilakukan
Soegijapranata juga dibantu oleh pejuang-pejuang Indonesia hingga akhirnya
tercapai kemerdekaan tanggal 27 Desember 1949. Film Soegija dapat digunakan
sebagai media pembelajaran dalam mencapai tujuan yang terdapat pada mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dan dapat menambah
pengetahuan sejarah bagi generasi muda.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
dipandang cukup penting untuk mengadakan penelitian tentang “Konstruksi
Karakter Nasionalisme pada Film Soegija, Analisis Isi untuk Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”.

METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Tahapan penelitian dilakukan kurang lebih empat bulan, yaitu bulan
Februari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014.
B. Jenis dan Strategi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2010:15), metode penelitian kualitatif disebut metode penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting);
disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih
banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut metode
kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Strategi penelitian merupakan satu cara untuk mengumpulkan data-data
yang menjadi objek, subjek, variabel serta masalah yang akan diteliti, agar data
yang diperoleh lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, studi kasus dalam
penelitian ini adalah karakter nasionalisme pada film Soegija dengan analisis isi.
C. Subjek dan Objek
Menurut Maryadi dkk. (2010:13), “Subjek penelitian mencakup semua
pihak yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini”.

3

Subjek dalam penelitian ini adalah Film Soegija, sedangkan objek dalam
penelitian ini adalah Konstruksi Karakter Nasionalisme pada Film Soegija.
D. Sumber data
Menurut Maryadi dkk. (2010:13), sumber data adalah “sumber darimana

data diperoleh, baik berupa manusia, peristiwa, tingkah laku, dokumen, arsip, dan
benda-benda lain”. Sumber data dari penelitian ini ada dua, yaitu Sumber data
primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini sumber data primer adalah
film Soegija. Film yang menceritakan Soegijapranata dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia tahun 1940-1949. Soegijapranata adalah seorang uskup
pribumi pertama di Indonesia dengan posisi pemimpin gereja katolik yang
berjuang melawan penjajah walaupun tidak ikut perang, tetapi dapat meringankan
penderitaan rakyat Indonesia di tengah kekacauan perang. Sumber data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur situs internet dan
novel Soegija berkaitan dengan film Soegija.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi dokumentasi dan
studi kepustakaan. Adapun Instrumen pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, Nasution sebagaimana dikutip oleh Sugiyono (2010:223) menjelaskan
bahwa:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan
manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasanya ialah bahwa, segala
sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian,
prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas

sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu,
tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itusendiri sebagai alat satu-satunya
yang dapat mencapainya”
Berdasarkan pernyataan di atas, maka yang menjadi instrumen dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Selain peneliti sendiri sebagai instrumen
kunci dalam penelitian ini juga menggunakan instrumen lain, yaitu kisi-kisi
telaah, dokumen, dan pustaka.

4

F. Keabsahan Data
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengetahui validitas data.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data perpanjangan waktu dengan
penyimakan berulang-ulang, mencatat, dan dokumentasi. Sehingga data yang
diperoleh benar-benar valid.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Patton sebagaimana dikutip oleh Tohirin (2012:142), analisis data
merupakan “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu
pola, kategori, dan satuan uraian dasar”. Penelitian ini menggunakan analisis isi

yang digunakan untuk mengetahui makna yang terkandung dalam setiap adegan
maupun dialog pada film Soegija.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan langkah-langkah
sebagaimana dirumuskan oleh Moleong (2004:127-148), yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pra lapangan merupakan tahap yang dilakukan mulai dari pembuatan
usulan penelitian sampai memperoleh izin meneliti.
2. Tahap Penelitian Lapangan. Tahap penelitian lapangan diharapkan mampu
memahami latar belakang masalah dan persiapan diri yang mantab untuk
memasuki lapangan. Penelitian berusaha untuk menggali mngumpulkan data
untuk dibuat analisis data, yang selanjutnya data dikumpulkan dan disusun.
3. Observasi. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara observasi
secara langsung.
4. Tahap analisis data. Setelah data terkumpul cukup, selanjutnya dianalisis
untuk mengetahui permasalahan yang diteliti.
5. Analisis dokumentasi. Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi pada
kegiatan ini digunakan untuk mencatat tanda-tanda yang ada pada film,
gambar-gambar yang mempunyai hubungan dengan karakter nasionalisme
yang dipotong kemudian dianalisis oleh peneliti.
Berdasarkan teori di atas maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
5

1. Melakukan telaah dokumen mengenai teori yang terkait karakter nasionalisme
guna merumuskan indikator.
2. Indikator di atas digunakan untuk menelaah film Soegija agar dapat
menemukan gambar dan dialog mengenai karakter nasionalisme pada film
Soegija untuk pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
3. Hasil analisis di atas dapat digunakan untuk kepentingan skripsi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di tempat tinggal peneliti dengan menggunakan
subjek film Soegija. Objek penelitian adalah karakter nasionalisme yang terdapat
dalam film Soegija. Analisis penelitiannya adalah analisis isi sehingga tidak
memerlukan tempat atau lokasi yang khusus. Peneliti hanya melakukan
penyimakkan terhadap setiap adegan maupun dialog dan pemutaran film
berulang-ulang untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian.
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian
1. Deskripsi Umum Isi Cerita film Soegija

Film Soegija ini dimulai ketika Jepang datang ke Indonesia pada tahun
1942, pada waktu itu Mariyem terpisah dengan kakaknya yaitu Maryono. Lingling
terpisah dengan Ibunya. Keterpisahan itu tidak hanya dialami oleh orang yang
dijajah tetapi juga dialami oleh penjajah. Nobozuki adalah seorang tentara Jepang
yang terkenal kejam tetapi tidak pernah tega membunuh anak-anak karena
mempunyai anak yang tinggal di Jepang. Tentara Jepang datang di Gereja
Randusari Semarang dengan menahan romo dan suster dan meminta agar
Soegijapranata merelakan Gereja Randusari Semarang agar dijadikan tempat
markas Jepang tetapi Soegijapranata menolak serta rela berkorban demi
mempertahankan gereja tersebut. Soegijapranata tidak mau menyerahkan gereja
karena tetap mempertahankan keaslian gereja sebagai tempat ibadah kepada
Tuhan, bukan dijadikan sebagai markas tentara Jepang. Semua itu dilakukan oleh
Soegijapranata sebagai pengabdian terhadap gereja dan membela tanah air dengan
mengusir penjajah dari Bumi Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono

6

(2007:208) tentang pengertian nasionalisme merupakan suatu sikap ingin
membela tanah air (negara) dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.
Soegijapranata memang tidak ikut dalam berperang tetapi perjuangannya sangat
besar bagi kemerdekaan Indonesia, karena rakyat kelaparan maka Soegijapranata
mengusahakan agar memberikan terlebih dahulu makanan untuk rakyat kemudian
yang terakhir diberikan pada romo di Intermiran. Semua dilakukan demi
kecintaannya terhadap bangsa Indonesia. Soegijapranata rela mengutamakan
kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan pribadi. Hal ini sesuai pendapat
Nanchoco’s (2007) tentang ciri-ciri nasionalisme mengenai memiliki rasa cinta
pada tanah air (patriotisme) dan menempatkan kepentingan kepentingan bersama
daripada kepentingan sendiri dan golongan atau kelompoknya.
Tokoh-tokoh utama difilm ini disatukan pada acara persiapan perayaan
paskah di Gereja Bintaran Yogyakarta. Peristiwa itu kelihatan membahagiakan
karena perang dunia ke 2 telah selesai dengan menyerahnya Jepang pada pasukan
sekutu karena dua kota yaitu Hiroshima dan Nagasaki dibom atom sehingga pada
tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 pagi, Soekarno dan Muhammad Hatta dapat
memproklamasikan kemerdekaan. Lebih membahagiakan, Lingling dapat bertemu
dengan ibunya dan cita-cita Mariyem menjadi seorang perawat dapat tercapai,
tetapi tiba-tiba datang serangan dari pasukan Belanda. Perintah Jenderal
Soedirman melakukan perang Gerilya, perintah Sri Sultan mogok bersama-sama
kecuali Rumah Sakit, tempat ibadah dan pelayanan umum. Perang dunia sudah
selesai tetapi perang kemerdekaan Indonesia belum terselesaikan, karena ekonomi
Belanda mengalami krisis akibat perang dunia. Belanda sudah mendapat bantuan
dari Marshall Plan tetapi dana itu diselewengkan untuk membiayai tentara
Belanda agar menjajah kembali Indonesia. Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah
berusaha membantu konflik antara Indonesia dan Belanda dengan perjanjian
gencatan senjata tetapi Belanda selalu mengingkari perjanjian dan melakukan
perlawanan militer.
Belanda sudah masuk kota dan pengungsi sangat panik. Soegijpranata
berusaha melindungi pengungsi dengan membuka Gereja Bintaran Yogyakarta
sebagai tempat perlindungan bagi penduduk yang membutuhkan tempat untuk

7

berlindung. Peran Mariyem pada waktu dijajah Belanda, Mariyem juga berusaha
melindungi dan merawat pasien di Rumah Sakit. Film Soegija ini ada aspek
kemanusiaan yaitu Robert membunuh pejuang Indonesia dan menemukan bayi
dari pejuang tersebut dengan lemah lembut Robert menggendong bayi itu karena
ia sendiri rindu dengan ibunya, di tengah perang Hendrick jatuh cinta pada
Mariyem tetapi cintanya tidak dapat disatukan karena perang dan akhirnya
Hendrick pulang ke Belanda.
Kondisi semakin memprihatinkan, secara mendadak tentara Belanda yaitu
Robert datang ke Rumah Sakit untuk mencari pejuang Gerilya Indonesia tetapi
Mariyem berani melawan Belanda dan melindungi pasien yang berada di Rumah
Sakit, tetapi Mariyem dengan berani melawan dan bertekad mengusir Belanda.
Semua itu dilakukan Mariyem sebagai kecintaan pada tanah air dan juga membela
bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2007:208) tentang
pengertian nasionalisme merupakan suatu sikap ingin membela tanah air (negara)
dari penguasaan dan penjajahan bangsa asing.
Tokoh lain juga ditampilkan yaitu Lantip, seorang komandan pejuang
kemerdekaan Indonesia. Rasa persaudaraan dan solidaritas Lantip bersama
pejuang Indonesia membuat rencana dan serangan umum untuk melawan pejajah
secara besar-besaran, pejuang lainnya juga menggerakkan Ibu-ibu dengan
membuat nasi bungkus, dan akan melawan penjajah dari semua penjuru
Yogyakarta. Semua dilakukan secara bersama-sama dan bersatu padu untuk
mengusir pendudukan Belanda. Hal ini sesuai dengan pendapat Nanchoco’s
(2007) tentang ciri-ciri nasionalisme mengenai senantiasa membangun rasa
persaudaraan, solidaritas, kedamaian, dan anti kekerasan antar kelompok
masyarakat dengan semangat persatuan.
Film Soegija ini juga menampilkan sosok tokoh yang lucu yaitu Banteng.
Banteng adalah seorang pejuang muda yang tidak pernah sekolah, sehingga sulit
untuk membaca, tulisan yang dapat dibaca adalah kata “MERDEKA”. Banteng
secara mendadak ikut melawan ke markas Belanda, dengan pistolnya Banteng
berani menembak Robert hingga mati. Semua itu dilakukan Banteng karena untuk
mengusir Belanda dari Bumi Indonesia dan memperjuangkan demi mencapai

8

kemerdekan Indonesia serta membela tanah air Indonesia. Hal ini sesuai dengan
pendapat Nanchoco’s (2007) tentang ciri-ciri nasionalisme mengenai memiliki
rasa cinta pada tanah air (patriotisme). Pejuang Indonesia tidak akan menyerah
dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda. Belanda akhirnya tidak
tahan dengan perlawanan pejuang-pejuang Indonesia sehingga pada tanggal 27
Desember 1949 di Amsterdam, Belanda mengakui kedaulatan dan kemerdekaan
negara Indonesia.
2. Deskripsi Karakter Nasionalisme pada Film Soegija
Nasionalisme yang terdapat dalam film Soegija meliputi: hasrat untuk
mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai
keaslian, dan hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Karakter nasionalisme
yang terdapat dalam film Soegija sesuai dengan pendapat Hertz sebagaimana
dikutip oleh Moesa (2007:34) berkaitan dengan cita-cita nasionalisme.
3. Deskripsi Karakter Nasionalisme pada Film Soegija untuk Pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Karakter nasionalisme terdapat dalam film Soegija. Karakter nasionalisme
merupakan salah satu materi pelajaran yang diajarkan dalam mata pelajaran
Pendidikan

Pancasila

dan

Kewarganegaraan.

Pendidikan

Pancasila

dan

Kewarganegaraan adalah nama dari suatu mata pelajaran yang terdapat dari
kurikulum sekolah guna membina perkembangan anak didik sesuai dengan nilainilai

Pancasila,

agar

dapat

mencapai

perubahan

secara

optimal

dan

mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat
Daryono dkk. (2011:1) terkait dengan pengertian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Karakter nasionalisme yang terkandung dalam film Soegija
merupakan salah satu nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dapat digunakan
sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka
pembentukan karakter bangsa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ardianto dan
Erdinaya (2005:136) terkait dengan fungsi film.
Karakter nasionalisme sangat penting bagi kehidupan manusia. Ajaran
tentang pentingnya memiliki sikap nasionalisme terhadap bangsa dan negara
termuat dalam buku pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA kelas X

9

pada kompetensi dasar 1.4 menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan
patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hertz sebagaimana dikutip oleh Listyarti dan Setyadi
(2008:33) terkait dengan indikator nasionalisme terhadap bangsa dan negara.
Sikap nasionalisme yang terdapat dalam film Soegija yaitu: a) perjuangan
untuk mewujudkan nasionalisme yang meliputi persatuan dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, keagamaan, persekutuan dan solidaritas, b) Perjuangan untuk
mewujudkan pembedaan diantara bangsa-bangsa, yang meliputi perjuangan untuk
memperoleh kehormatan, kewibawaan, gengsi dan pengaruh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hertz sebagaimana dikutip oleh Moesa (2007:34) terkait cita-cita
nasionalisme.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Isi Cerita Film Soegija
Pendudukan Jepang ternyata tidak lebih baik dari Belanda, ketika Jepang
datang ke Indonesia tahun 1942. Jepang mulai menahan rakyat Indonesia.
Mariyem terpisah dengan kakaknya karena ditembak mati Jepang. Lingling
terpisah dengan Ibunya karena ditahan Jepang. Soegijapranata memang tidak ikut
dalam berperang tetapi perjuangannya sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia.
Pejuang Indonesia sudah berusaha merebut senjata Jepang tetapi Jepang
hanya mau menyerahkan senjata pada sekutu. Soegijapranata membuat surat
untuk diberikan pada Perdana Menteri Syahrir supaya Semarang segera dibentuk
pemerintahan daerah untuk mengatasi bencana dan kekacauan yang menimpa
penduduk. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut Soegijapranata akan
mengupayakan gencatan senjata karena banyak daerah yang tidak ada pemimpin.
Yogyakarta menjadi benteng terakhir pertahanan keamanan negara, para
pejuang dari seluruh tanah air berkumpul dan ikut meramaikan kota Yogyakarta.
Soegijapranata mengirim surat ke vatikan dan Monsinyur Willekens memberitahu
bahwa Semarang sudah tenang karena adanya gencatan senjata untuk sementara

10

ini keuskupan Semarang pindah ke Yogyakarta untuk mendukung Indonesia.
Peristiwa itu membahagiakan karena perang dunia ke 2 telah selesai dengan
menyerahnya Jepang pada pasukan sekutu karena dua kotanya dibom atom
sehingga

dapat

memproklamasikan

kemerdekaan.

Kejadian

itu

sangat

membahagiakan, Lingling dapat bertemu dengan ibunya dan cita-cita Mariyem
menjadi seorang perawat dapat tercapai.
Jepang kalah perang, Belanda mulai datang karena perjanjian gencatan
senjata telah di ingkari. Belanda sudah masuk kota dan rakyat Indonesia sangat
panik. Soegijapranata berusaha melindungi rakyat Indonesia dengan membuka
gereja Bintaran Yogyakarta sebagai tempat perlindungan bagi penduduk yang
membutuhkan tempat untuk berlindung. Peran Mariyem pada waktu dijajah
Belanda. Mariyem juga berusaha melindungi dan merawat pasien di Rumah Sakit.
Tokoh lain juga ditampilkan yaitu Lantip, Lantip bersama pejuang Indonesia
membuat rencana dan serangan umum untuk melawan pejajah secara besarbesaran, pejuang lainnya juga menggerakkan Ibu-ibu dengan membuat nasi
bungkus, dan akan melawan penjajah dari semua penjuru Yogyakarta. Pejuang
Indonesia tidak akan menyerah dalam melakukan perlawanan terhadap pasukan
Belanda. Belanda akhirnya tidak tahan dengan perlawanan pejuang Indonesia
sehingga pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam, Belanda mengakui
kemerdekaan negara Indonesia.
2. Deskripsi Karakter Nasionalisme pada film Soegija
Adapun gambaran karakter nasionalisme yang ditemukan pada film Soegija
yaitu: hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan,
hasrat untuk mencapai keaslian, dan hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa.
3. Deskripsi Karakter Nasionalisme pada Film Soegija untuk Pembelajaran
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Film Soegija mengisahkan tentang kepahlawanan Soegijapranata beserta
pejuang-pejuang Indonesia dalam melawan pendudukan Jepang dan penjajahan
Belanda, kecintaan Soegijapranata dan para pejuang Indonesia terhadap bangsa
Indonesia

mendorong

kerelaan

mengorbankan

harta

dan

nyawa

demi

membebaskan Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda. Karakter

11

nasionalisme tersebut sesuai dengan materi yang termuat dalam Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan di SMA kelas X pada kompetensi dasar 1.4
menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Materi dalam kompetensi
dasar mengajarkan bahwa sebagai warga negara Indonesia yang baik harus
memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi. Kecintaan terhadap bangsa Indonesia
ditunjukkan dengan sikap setia pada bangsa dan negara serta rela berkorban dalam
situasi apapun demi mencapai kemerdekaan Indonesia. Karakter nasionalisme
yang terkandung pada film Soegija diharapkan dapat memberikan contoh bagi
generasi muda agar dapat lebih mencintai tanah air dan berani mempertaruhkan
nyawa untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.

IMPLIKASI
Kesimpulan di atas memberikan implikasi sebagai berikut:
1. Penanaman karakter nasionalisme melalui film Soegija dapat disajikan dengan
lugas dan jelas.
2. Karakter nasionalisme yang terdapat pada film Soegija dapat memberikan
contoh dan manfaat kepada peserta didik agar lebih mencintai tanah air
Indonesia serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, saran yang dapat
penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Terhadap Keluarga
a. Keluarga perlu memberikan contoh atau tauladan tentang rasa kecintaan
terhadap tanah air Indonesia dan penghormatan pada bangsa Indonesia.
b. Keluarga perlu memberikan contoh dengan menanamkan sejak dini
karakter nasionalisme kepada anak agar kelak waktunya sudah dewasa
dapat menerapkan karakter tersebut dalam kehidupan masyarakat, bangsa,
dan negara.

12

2. Terhadap Generasi Muda dan Masyarakat
a. Sebagai generasi muda harus lebih meningkatkan rasa nasionalisme
terhadap negara Indonesia untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan negara
Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
b. Sebagai masyarakat diharapkan selalu memberi perhatian kepada generasi
muda berkaitan dengan upaya pembelajaran karakter nasionalisme dan
mengarahkan generasi muda dapat menunjang peningkatan pengetahuan
mengenai pendidikan.
3. Kepada Sekolah
a. Diharapkan mampu menanamkan sikap cinta pada tanah air dan
menghormati serta menghargai jasa-jasa pahlawan.
b. Diharapkan mampu membangun mental generasi muda, agar menjadi
manusia yang berakhlak mulia, bermoral, bertanggung jawab serta
menjadi generasi penerus bangsa yang berpendidikan.
4. Kepada Guru
a. Diharapkan Guru selalu menanamkan semangat pada peserta didik agar
dapat mencapai keberhasilan.
b. Diharapkan Guru menggunakan film sebagai media untuk pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
5. Kepada Pemerintah
a. Pemerintah diharapkan untuk lebih menghargai dan menghormati aspirasi
dari para generasi pemuda untuk membangun Indonesia agar lebih maju
dan berkualitas.
b. Pemerintah diharapkan memperhatikan kesejahteraan rakyat Indonesia
serta membuka lebih banyak lowongan pekerjaan agar tidak terjadi
kemiskinan.
6. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk mengadakan
penelitian selanjutnya yang sejenis.
b. Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
penelitian berikutnya yang sejenis.

13

DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. 2005. Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Budiyono, Kabul. 2007. Nilai-nilai Kepribadian dan Kejuangan Bangsa
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Daryono, M. dkk. 2011. Pengantar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Listiyarti, Retno dan Setiadi. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMK dan
MAK Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Maryadi, dkk. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: Badan
Penerbit-FKIP Universitas Muhammmadiyah Surakarta.
Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Moesa, Ali Machsan. 2007. Nasionalisme Kiai Konstruksi Sosial Berbasis
Agama. Yogyakarta: Lkis Yogyakarta.
Nanchoco’s. 2007. “Semangat Nasionalisme dan Patriotisme dan Penerapannya
dalam Kehidupan Sehari-hari” (http://blognanchoco.blogspot.com/2007/05/
semangat-nasionalisme-dan-patriotisme.html). Diakses pada hari Jumat
tanggal 6 Desember 2013 pukul 20:20 WIB.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

14