PENDAHULUAN Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas X Tentang Pengurangan Risiko Bencana Banjir Di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang rentan dengan enam bencana alam, seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, banjir, angin puting beliung, dan letusan gunung berapi. Dari tahun ke tahun bencana alam terus meningkat.
Data bencana di BAKORNAS menyebutkan bahwa antara 2003–2005 telah
terjadi1429 kejadian bencana alam. Bencana hidrometeorologi (banjir dan tanah longsor) merupakan bencana yang paling sering terjadi (53,3%). Bencana geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api) hanya 6,4%, tetapi kerusakan dan korban jiwa yang ditimbulkan sangat besar. Banjir merupakan bencana hidrometeorologi, yang paling sering terjadi (34,1%), diikuti tanah longsor (16 %). Contoh bencana yang terjadi di Indonesia adalah gempa bumi yang diikuti tsunami di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumut, gempa bumi di pulau Nias, bencana tanah longsor dan banjir bandang di Semarang, Banjarnegara, Jember, Trenggalek, Menado, Samarinda, dan daerah lainnya.
Secara geologi, Indonesia berada di daerah rawan bencana, karena Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-Australia di bagian selatan, Lempeng Euro-Asia di bagian utara dan Lempeng Samudra Pasifik di bagian Timur. Pergerakan tiga lempeng tersebut yang menjadikan tiap daerah di Indonesia mempunyai keadaan fisik yang berbeda yang menjadikan tiap daerah mempunyai potensi bencana dan itensitas bencana yang berbeda.
(2)
2
Indonesia banyak dilanda bencana mulai dari bencana alam sampai bencana sosial.Terutama bencana alam, hampir semua bencana alam melanda negara ini baik bencana geologi (gempabumi, tsunami, erupsi gunungapi) maupun bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, kekeringan, kebakaran lahan dan hutan, putting beliung, dan gelombang pasang).Hampir semua jenis bencana terjadi di Indonesia, yang paling dominan adalah banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Dilihat dari posisinya, Surakarta memang merupakan kawasan rawan
banjir karena berada di zona depresi (intermontain plain) yang diapit Vulkan
Lawu, Vulkan Merapi dan Pegunungan Seribu. Air permukaan yang masuk kota Surakarta berasal dari tiga arah yaitu dari lereng tenggara Gunung Merapi, lereng barat Gunung Lawu dan Wonogiri dengan sembilan anak sungai yang masuk ke Bengawan Surakarta. Bahkan para pakar, menyebut bentuk topografi Surakarta seperti mangkuk, karena mayoritas wilayahnya berelief datar namun memiliki banyak cekungan.Cekungan-cekungan tersebut berpotensi menimbulkan genangan.
Wilayah dikatakan sebagai rentan banjir apabila wilayah tersebut sering terkena banjir, biasanya pada wilayah yang rendah, berdekatan dengan sungai besar dan berdrainase buruk,kerentanan banjir merupakan suatu keadaan mudah tidaknyadaerah tersebut dilanda dan tergenang banjir (Robert J. Kodoatie dan Sugiyanto 2002).Wilayah Solo merupakan wilayah yang padat pemukiman, terdapat daerah tertentu yang memiliki wilayah yang rendah dan diapit oleh sungai sehingga rentan banjir.
(3)
Disusun oleh : Nama : Bagas Setyawan
Nim : A610090071 FKIP Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
KECAMATAN SERENGAN m U 3
KECAMATAN SERENGAN
KOTA SURAKARTA
Proyeksi : Transverse Mercator
Grid Koordinat : Universal Transverse Mercator Zona : 49 South
Datum : WGS-1984
Sumber :
- Agustinus Budi Prasetyo (NIK K5403001 - FKIP UNS 2007) - Survey lapangan pada tanggal 10 juli 2014
! ! ! ! Batas Kabupaten/Kota
Legenda
Kantor Kecamatan Kantor Kelurahan
SMK Muhammadiyah 1 Surakarta
! ! ! ! ! Batas Kecamatan
! ! ! ! ! !Batas Kelurahan
Jalan Kolektor Sungai Jalan Lain Jalan Lokal Tidak Rawan Rawan Kurang Rawan Tingkat Kerawanan
0.2 0.1 0 0.2 0.4 0.6 0.8Km
Skala 1 : 20.000
BT L S 110°52'30" 110°52'30" 110°50'0" 110°50'0" 110°47'30" 110°47'30" 110°45'0" 110°45'0" 7 °3 2 '3 0 " 7 °3 2 '3 0 " 7 °3 5 '0 " 7 °3 5 '0 " Kota Surakarta
Daerah yang dipetakan
Kabupaten Sukoharjo Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar Kabupaten Boyolali ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! !! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !! ! ! !! ! ! ! ! !! ! !! !!! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !! ! !! ! !! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! !! ! !! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! !! ! ! ! ! !! ! ! ! !! ! Tipes Serengan Joyotakan Kratonan Danukusuman Kemlayan Jayengan
KECAMATAN PASAR KLIWON KECAMATAN JEBRES
KECAMATAN BANJARSARI
KECAMATAN LAWEYAN
KABUPATEN SUKOHARJO
479000 480000 481000
9 1 6 1 0 0 0 9 1 6 1 0 0 0 9 1 6 2 0 0 0 9 1 6 2 0 0 0 9 1 6 3 0 0 0 9 1 6 3 0 0 0
¾
Disusun Oleh: Nama : Bagas SetyawanNIM : A610090071 FKIP Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta SMK Muhammadiyah 1 Surakarta
(4)
4
Kota Surakarta, Kecamatan Serengan, Kelurahan Joyotakan termasuk dataran rendah. Ketinggian daerah Joyotakan 92 meter diatas/permukaan laut
dengan kemiringan tanah 0- 400.Jenis tanah di wilayah ini berupa tanah liat
berpasir termasuk Regosol Kelabu dan Alluvial. Joyotakan mempunyai rata- rata hujan setiap tahun mencapai 84,10 mm banyaknya curah hujan yang mencapai 2. 54850 mm. (serengan dalam angka 2012)
Daerah Joyotakan dahulunya berupa rawa diubah menjadi lahan sawah. Secara geografis wilayah Joyotakan diapit dua sungai yaitu sungai jenes dan sungai wingko merupakan anak sungai dari daerah DAS bengawan solo. Selain itu Joyotakantermasuk padat penduduknya, pada tahun 2011 hanya mempunyai luas 45,90/hadengan jumlah penduduk 8941 jiwa/orang. Sehingga tingkat kepadatan mencapai 194,97(serengan dalam angka 2011). Kepadatan rumah menunjukan angka kepadatan 1,55/rumah, sehingga 1 rumah dihuni oleh beberapa keluarga. Itu menunjukan daerah Joyotakan mempunyai lahan yang tidak luas dengan penduduk yang banyak.
Tabel I.1
Banyaknya Penduduk, Luas Wilayah dan Tingkat Kepadatan Tiap Kelurahan Kecamatan Serengan Tahun 2012
Kelurahan Jumlah
Penduduk
Luas Wilayah
Tingkat Kepadatan
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )
Joyotakan 8.949 45,90 194,97
Danukusuman 11.700 50,80 230,31
Serengan 13.038 64,00 203,72
Tipes 13.902 64,00 217,22
Kratonan 6.217 64,00 191,88
Jayengan 5.803 32,40 198,05
Kemlayan 3,882 29,30 117,64
Jumlah 63.491 33,00 198,78
(5)
Melihat berapa aspek keadaan daerah tersebut membutikan wilayah Joyotakan beresiko terjadinya banjir, yang harus dihadapi masyarakat dikarenakan letaknya yang berimpit dengan sungai besar dari aliran bengawan Solo . Daerah joyotakan merupakan daerah yang paling rendah dibandingkan kecamatan serengan lainya. Ini terbukti dari banjir kemarin Puncak yang terjadi pada tahun 2007, Wilayah Joyotakan merupakan tempat terparah sekecamatan Serengan yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2007. (28 Solopos 2007).Sejumlah sekolah dilaporkan tergenang dan ratusan siswa dari sedikitnya 10 sekolah, terdiri dari TK, SD, SMP dan SMK terpaksa
libur(http://busrinews.wordpress.com). Melihat bencana yang sering terjadi di
daerah Joyotakan tersebut, Pemerintah daerah tersebut mengupayakan untuk antisipasi banjir dengan menggunakan pompa air, Sehingga banjir tersebut tidak pernah terjadi sampai sekarang. Walapunn sudah maka diperlukan kewaspadaan apabila banjir tersebut datang kembali.
Salah satu sekolah yang menjadi dampak dari bencana tahun 2007 yaitu SMK Muhammadiyah 1 Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru SMK Muhammadiyah 1 Surakartamenyatakan bahwa banjir tersebut mencapai tembok sekolahan. Dampak yang ditimbulkan dari kejadian tersebut banyak dokumen-dokumen sekolah yang belum bisa terselamatkan serta perabot sekolah menjadi kotor dan tidak bisa dipakai kembali karena kurang kesiapsiagaan sekolah dalam mengantisipasi dampak yang ditimbulkan.
(6)
6
Sekolah merupakan salah satu tempat warga sekolah menghabiskan waktusehingga kemungkinan saat terjadi bencana banjir mereka berada di sekolah. Di dalam sekolah Guru mempunyai peran yang sangat penting untuk kesiapsiagaan komunitas sekolah dalammenghadapi bencana yang terjadi di daerah rawan terjadi banjir. Sebagai pendidik guru dapat mentransfer ilmukepada siswa dari beberapa periode, sekaligus penggerak dan pelaku utama kesiapsiagaan sekolah. Guru dan siswa bagian dari sekolah maka perlu diketahui kesiapanya untuk menghindari jatuhnya korban serta dampak yang ditimbulkan saat banjir datang. Komunitas sekolah merupakan aset yang
potensial untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat dan dapat
menumbuhkembangkan kepekaan sosial penyelamatan korban.
Pembelajaran tentang bencana alam dan mitigasi bencana dapat diberikan melalui mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Melalui pembelajaran bencana alam, siswa dapat memberi perhatian atau melakukan sesuatu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.Untuk mengimplementasikan pembelajaran tentang bencana alam di sekolah, diperlukan adanya kerja sama antara sekolah, pemerintah, dan kesadaran guru (Shiwaku & Shaw, 2008).
Peran pendidikan tentang bencana adalah menyampaikan pengetahuan dan informasi kepada siswa dan menunjukkan tindakan yang harus
dilakukan.Siswa didorong untuk mengetahui resiko bencana, mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana, dan melakukan kegiatan mengurangi resiko bencana. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan cara pengelolaan bencana menurut siswa. Masyarakat
(7)
atau keluarga siswa harus terlibat dalam pendidikan bencana di sekolah.Siswa diharapkan menceritakan tentang manajemen bencana dan tindakan yang dilakukan melalui pendidikan kepada orang tua dan masyarakat sekitarnya.Pendidikan dapat menjadi pelopor untuk pengelolaan bencana berbasis masyarakat dan hal itu menjadi bagian dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari (Shiwaku, et.al, 2007).
SMK Muhammadiyah 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai letak geografis yang masuk dalam peta bencana banjir. Pada pelaksanaan program sekolah siaga bencana dilakukan bersama dengan program pengembangan sekolah untuk meningkatkan kapasitas respons dan manajemen bencana. Selain secara fisik melakukan penyesuaian bangunan sekolah dengan potensi bencana di lain pihak menjadikan sekolah juga berupaya dalam mengembangkan metode manajemen bencana alam pada siswa sekolah serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menghadapi bencana secara dini.Penanaman pendidikan manajemen bencana bagi anak-anak mempunyai sisi positif. Untuk mewujudkan siswa yang mampu mengenali, memahami, dan bersikap produktif bukan hal mustahil asal pendidikan yang dilaksanakan di sekolah secara rutin mengajarkan kepada siswa untuk mampu menumbuhkan sikap tersebut.
Berdasarkan hal itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas X tentang Pengurangan Risiko
(8)
8
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Arikunto (2006:35) menjelaskan bahwa: untuk kepentingan ilmiah, satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas.Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Wilayah Solo merupakan wilayah yang padat pemukiman, terdapat daerah
tertentu yang memiliki wilayah yang rendah dan diapit oleh sungai sehingga rentan banjir.
2. SMK Muhammadiyah 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan
yang mempunyai letak geografis yang masuk dalam peta bencana banjir.
3. Pembelajaran tentang bencana alam dan manajemen bencana dapat
diberikan melalui mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Melalui pembelajaran bencana alam, siswa dapat memberi perhatian atau melakukan sesuatu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat di kaji lebih mendalam. Adapun hal-hal yang membatasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan manajemen bencana yang dimaksudkan adalah pendidikan
(9)
dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta.
2. Pengetahuan tentang manajemen bencana yang dimaksudkan adalah
pengetahuan dan informasi pada siswa dan menunjukkan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian dan merupakan langkah penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah (Moh. Nazir, 2005:111). Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalahbagaimana tingkat pengetahuan siswa kelas X tentang pengurangan risiko bencana banjir di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan tertentu sehingga dalam kegiatannya dapat diukur hasilnya.Menurut Suharsimi Arikunto (2006:58) sesuatu yang ingin dicapai merupakan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas X tentang pengurangan risiko bencana banjir di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta.
(10)
10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan hal penting karena memberikan gambaran yang jelas dalam menjawab permasalahan. Dalam penelitian ini ada 2 manfaat, yaitu manfaat teoritis (untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan) dan manfaat praktis (berhubungan dengan cara pemecahan masalah secara nyata).
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk mengetahui pengurangan risiko bencana, sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi siswa terkait dengan tingkat pengetahuan siswa dalam pengurangan risiko bencana banjir.
(1)
Melihat berapa aspek keadaan daerah tersebut membutikan wilayah Joyotakan beresiko terjadinya banjir, yang harus dihadapi masyarakat dikarenakan letaknya yang berimpit dengan sungai besar dari aliran bengawan Solo . Daerah joyotakan merupakan daerah yang paling rendah dibandingkan kecamatan serengan lainya. Ini terbukti dari banjir kemarin Puncak yang terjadi pada tahun 2007, Wilayah Joyotakan merupakan tempat terparah sekecamatan Serengan yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2007. (28 Solopos 2007).Sejumlah sekolah dilaporkan tergenang dan ratusan siswa dari sedikitnya 10 sekolah, terdiri dari TK, SD, SMP dan SMK terpaksa libur(http://busrinews.wordpress.com). Melihat bencana yang sering terjadi di daerah Joyotakan tersebut, Pemerintah daerah tersebut mengupayakan untuk antisipasi banjir dengan menggunakan pompa air, Sehingga banjir tersebut tidak pernah terjadi sampai sekarang. Walapunn sudah maka diperlukan kewaspadaan apabila banjir tersebut datang kembali.
Salah satu sekolah yang menjadi dampak dari bencana tahun 2007 yaitu SMK Muhammadiyah 1 Surakarta. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru SMK Muhammadiyah 1 Surakartamenyatakan bahwa banjir tersebut mencapai tembok sekolahan. Dampak yang ditimbulkan dari kejadian tersebut banyak dokumen-dokumen sekolah yang belum bisa terselamatkan serta perabot sekolah menjadi kotor dan tidak bisa dipakai kembali karena kurang kesiapsiagaan sekolah dalam mengantisipasi dampak yang ditimbulkan.
(2)
Sekolah merupakan salah satu tempat warga sekolah menghabiskan waktusehingga kemungkinan saat terjadi bencana banjir mereka berada di sekolah. Di dalam sekolah Guru mempunyai peran yang sangat penting untuk kesiapsiagaan komunitas sekolah dalammenghadapi bencana yang terjadi di daerah rawan terjadi banjir. Sebagai pendidik guru dapat mentransfer ilmukepada siswa dari beberapa periode, sekaligus penggerak dan pelaku utama kesiapsiagaan sekolah. Guru dan siswa bagian dari sekolah maka perlu diketahui kesiapanya untuk menghindari jatuhnya korban serta dampak yang ditimbulkan saat banjir datang. Komunitas sekolah merupakan aset yang potensial untuk membangun kesiapsiagaan masyarakat dan dapat menumbuhkembangkan kepekaan sosial penyelamatan korban.
Pembelajaran tentang bencana alam dan mitigasi bencana dapat diberikan melalui mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Melalui pembelajaran bencana alam, siswa dapat memberi perhatian atau melakukan sesuatu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.Untuk mengimplementasikan pembelajaran tentang bencana alam di sekolah, diperlukan adanya kerja sama antara sekolah, pemerintah, dan kesadaran guru (Shiwaku & Shaw, 2008).
Peran pendidikan tentang bencana adalah menyampaikan pengetahuan dan informasi kepada siswa dan menunjukkan tindakan yang harus dilakukan.Siswa didorong untuk mengetahui resiko bencana, mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penanggulangan bencana, dan melakukan kegiatan mengurangi resiko bencana. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan cara pengelolaan bencana menurut siswa. Masyarakat
(3)
atau keluarga siswa harus terlibat dalam pendidikan bencana di sekolah.Siswa diharapkan menceritakan tentang manajemen bencana dan tindakan yang dilakukan melalui pendidikan kepada orang tua dan masyarakat sekitarnya.Pendidikan dapat menjadi pelopor untuk pengelolaan bencana berbasis masyarakat dan hal itu menjadi bagian dari kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari (Shiwaku, et.al, 2007).
SMK Muhammadiyah 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai letak geografis yang masuk dalam peta bencana banjir. Pada pelaksanaan program sekolah siaga bencana dilakukan bersama dengan program pengembangan sekolah untuk meningkatkan kapasitas respons dan manajemen bencana. Selain secara fisik melakukan penyesuaian bangunan sekolah dengan potensi bencana di lain pihak menjadikan sekolah juga berupaya dalam mengembangkan metode manajemen bencana alam pada siswa sekolah serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menghadapi bencana secara dini.Penanaman pendidikan manajemen bencana bagi anak-anak mempunyai sisi positif. Untuk mewujudkan siswa yang mampu mengenali, memahami, dan bersikap produktif bukan hal mustahil asal pendidikan yang dilaksanakan di sekolah secara rutin mengajarkan kepada siswa untuk mampu menumbuhkan sikap tersebut.
Berdasarkan hal itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan Siswa Kelas X tentang Pengurangan Risiko Bencana Banjir di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta”.
(4)
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah salah satu aspek yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Arikunto (2006:35) menjelaskan bahwa: untuk kepentingan ilmiah, satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah penelitian sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas.Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Wilayah Solo merupakan wilayah yang padat pemukiman, terdapat daerah tertentu yang memiliki wilayah yang rendah dan diapit oleh sungai sehingga rentan banjir.
2. SMK Muhammadiyah 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah kejuruan yang mempunyai letak geografis yang masuk dalam peta bencana banjir. 3. Pembelajaran tentang bencana alam dan manajemen bencana dapat
diberikan melalui mata pelajaran dan kegiatan sekolah. Melalui pembelajaran bencana alam, siswa dapat memberi perhatian atau melakukan sesuatu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat di kaji lebih mendalam. Adapun hal-hal yang membatasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan manajemen bencana yang dimaksudkan adalah pendidikan yang terkait dengan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana
(5)
dan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta.
2. Pengetahuan tentang manajemen bencana yang dimaksudkan adalah pengetahuan dan informasi pada siswa dan menunjukkan tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi bencana.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian dan merupakan langkah penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah (Moh. Nazir, 2005:111). Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalahbagaimana tingkat pengetahuan siswa kelas X tentang pengurangan risiko bencana banjir di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan pasti mempunyai tujuan tertentu sehingga dalam kegiatannya dapat diukur hasilnya.Menurut Suharsimi Arikunto (2006:58) sesuatu yang ingin dicapai merupakan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan siswa kelas X tentang pengurangan risiko bencana banjir di SMK Muhammadiyah 1 Surakarta.
(6)
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan hal penting karena memberikan gambaran yang jelas dalam menjawab permasalahan. Dalam penelitian ini ada 2 manfaat, yaitu manfaat teoritis (untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan) dan manfaat praktis (berhubungan dengan cara pemecahan masalah secara nyata).
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk mengetahui pengurangan risiko bencana, sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan.
b. Manfaat Praktis
Memberikan masukan bagi siswa terkait dengan tingkat pengetahuan siswa dalam pengurangan risiko bencana banjir.