EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PENGOBATAN DIARE ANAK USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS BAGOR Evaluasi Ketepatan Dosis Pada Pengobatan Diare Anak Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014.

EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PENGOBATAN DIARE
ANAK USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS BAGOR
KABUPATEN NGANJUK 2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

RAHAYU DWI KURNIAWATI
K100110082

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015

EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PENGOBATAN DIARE ANAK USIA 0-5
TAHUN DI PUSKESMAS BAGOR KABUPATEN NGANJUK 2014
THE EVALUATION OF DOSAGE ACCURACY OF DIARRHEA THERAPY ON
CHILDREN AGED 0-5 AT BAGOR SUBDISTRICT GOVERNMENT CLINIC
NGANJUK REGENCY 2014

Nurul Mutmainah*#, Rahayu Dwi Kurniawati*
*Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasuro Surakarta 57102
ABSTRAK
Di Indonesia penyakit diare banyak menyerang anak usia di bawah 5 tahun. Diare adalah penyakit
yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) pada bayi dan anak lebih dari 3 kali per
hari dan disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tidak adanya lendir atau darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dosis obat diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk 2014 dibandingkan dengan Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dirancang menggunakan metode retrospektif berdasarkan
rekam medik. Data dianalisis secara deskriptif. Subjek penelitian adalah semua pasien diare anak usia 0-5
tahun di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk tahun 2014 yang memenuhi kriteria karakteristik pasien yaitu
tentang jenis kelamin, umur, berat badan, jenis obat, dan besaran dosis. Hasil penelitian di Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk ditemukan pola pengobatan diare anak adalah zink 100%, new guanistrep 100%,
metoklopramid 29%, paracetamol 27%, dan ranitidin 36% serta didapatkan tepat dosis sebanyak 86%, dosis
lebih sebanyak 9%, dan dosis kurang sebanyak 5%
Kata kunci : diare, pengobatan, dosis
ABSTRACT
In Indonesia, many children who are in the age of 0-5 (zero to five) suffer from diarrhea. Diarrhea is
a disease which is indicated by the increase on defecation frequency on infants and children more than three

times a day and followed by a change in feces consistency. The feces becomes liquid with or without mucous
or blood. This research was aimed at evaluating the dosage of diarrhea medicine on children aged 0-5 at
Bagor subdistrict government clinic Nganjuk regency in 2014. The researcher, then, compared the findings
with the medicine service guidelines of Indonesian Medical Association (IDI). This research was non
experimental and was designed by using the retrospective method which was based on medical records. The
data was then analyzed descriptively. The research subject was all of the diarrhea patients who were in the
age of zero to five at Bagor subdistrict government clinic Nganjuk regency in 2014. The patient’s
characteristic criteria were gender, age, weight, medicine types, and dosage. The result of the research is
that at Bagor subdistrict government clinic Nganjuk regency in 2014, it is found that the pattern of diarrhea
therapy on children is zinc tablet 100 %, new guanistrep 100%, metoclopramide 29%, paracetamol 27%,
and ranitidine 36%. The dosage accuracy that is found is 86%, the over dose is 9%, and under dose is 5%.
Keyword: diarrhea, therapy, dosage

1
 

PENDAHULUAN
Pada tahun 2001 anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena diare
diperkirakan 1,5 juta. Di Indonesia pada kelompok balita yang menderita diare sekitar
200–400 kejadian di antara 1000 penduduk, sehingga kejadian diare setiap tahunnya adalah

kurang lebih 60 juta (Soebagyo, 2008).
Dari Kabupaten Nganjuk salah satunya Kecamatan Bagor yang terbagi dari 21 desa
banyak yang menderita diare. Berdasarkan data dari Puskesmas Bagor penderita diare terus
mengalami peningkatan pada tahun 2013 sampai 2014. Pada tahun 2013 penderita diare
sebesar 683 sedangkan tahun 2014 penderita diare sebesar 752 (Masrucah, 2013-2014).
Penyebab diare sering terjadi pada anak-anak karena sistem imun belum sempurna
sehingga lebih mudah terkena infeksi, baik infeksi virus, bakteri, dan parasit (Sudiana &
Ngurah, 2005). Selain itu, penyebab diare lainnya adalah kekurangan gizi pada masa anak
selalu dihubungkan dengan kekurangan vitamin dan mineral spesifik yang berhubungan
dengan mikronutrien tertentu sehingga pada penderita diare diperlukan penggunaan zink
yang berfungsi untuk memperbaiki absorbsi air dan elektrolit dari usus, regenerasi cepat
epitel usus, meningkatkan respon imun, mempercepat klirens kuman diare yang patogen
dari usus (Strand et al., 2002). Pemberian dosis zink pada anak yang menderita diare
adalah 10 sampai 20 mg (Pudjiadi et al., 2009). Apabila melebihi dosis, zink bisa
menyebabkan nyeri epigastrium, lesu, dan kelelahan (Hotz dan Brown, 2004).
Pengobatan untuk terapi diare terdiri dari pemberian Oral Rehydration Solution
(ORS),

zink,


probiotik,

dan

antibiotik

pada

pasien

dengan

keluhan

diare

berdarah/bercampur mukus (Friedman, 2006) sedangkan menurut Katzung (2007)
pemberian obat diare yang sering digunakan adalah bismuth subsalicylate yang merupakan
agen pelindung mukosa usus, dan kaolin pektin sebagai penyerap bakteri, toksin, serta
cairan yang berfungsi untuk mengurangi cairan di feses.

Ketepatan dosis sangat diperlukan dalam keberhasilan terapi. Adanya tidak tepat
dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek samping yang tidak
diharapkan pada pasien. Dosis kurang artinya obat tidak mencapai MEC (Minimum
Effective Concentration) sehingga tidak menimbulkan efek terapi sedangkan dosis yang
lebih akan menyebabkan efek toksik (Priyanto, 2008).
Dari hasil penelitian Tanjung et al., (2009) di RSUD Banyuwangi pada pengobatan
diare ditemukan Drug Related Problems (DRPs) obat yang tidak sesuai dosis yaitu dosis
kurang sebanyak 27 kasus (16,98%) dan dosis berlebih sebanyak 37 kasus (23,27%)
2
 

sedangkan dari hasil penelitian Fadhila (2012) di RSUD Dr.Moewardi dalam pengobatan
diare ditemukan ketidaksesuaian dalam pemakaiandosis golongan antibiotik sebanyak
68,95% dan zink sebanyak 15,16%.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diperlukan untuk mengevaluasi ketepatan
dosis pada pengobatan diare anak umur 0-5 tahun di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk
2014.

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat non eksperimental yang dirancang menggunakan metode
retrospektif berdasarkan rekam medik.
Definisi Operasional Penelitian
Evaluasi ketepatan dosis adalah pemilihan dosis dan frekuensi meliputi durasi
serta rute yang disesuaikan dengan Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia tahun 2009.
Populasi dan Sampel
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien diare anak usia

0-5 tahun di

Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014.
2. Sampel penelitian ini adalah semua pasien diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas
Bagor Kabupaten Nganjuk 2014 yang memenuhi kriteria inklusi.
3. Kriteria inklusi
a. Pasien anak usia 0-5 tahun menderita diare
b. Terdiagnosa diare akut non spesifik memiliki gejala tanpa lendir dan tanpa darah
c. Pasien yang menjalani rawat jalan di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk tahun
2014
d. Data lengkap pasien meliputi jenis kelamin, umur, dan berat badan.

e. Data lengkap obat meliputi jenis obat, besaran dosis, frekuensi (durasi dan rute)
Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk tahun 2014.
Metode Pengambilan Sampel
Teknik sampling dalam penelitian menggunakan purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel pada semua pasien anak umur 0-5 tahun yang
menderita diare di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014 yang memenuhi kriteria
inklusi.
3
 

Pengumpulan data secara retrospektif (data yang lampau) yaitu pengambilan data
rekam medik pasien yang terdiagnosa diare non spesifik dengan identitas tentang jenis
kelamin, umur, berat badan, jenis obat, dan besaran dosis berdasarkan waktu lampau.
Jalannya Penelitian
1. Pengajuan proposal
Dimulai dari pengajuan judul dan ringkasan proposal. Dalam ringkasan proposal
terdiri dari latar belakang, tujuan, metode, dan daftar pustaka.
2. Izin penelitian Fakultas
Dilakukan setelah menyelesaikan revisi Desk Evaluation. Izin penelitian Fakultas

bertujuan untuk mendapat persetujuan melakukan penelitian dengan pengambilan data
rekam medik.
3. Perizinan dari Kepala Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk
Pada proses perizinan, langkah pertama yang dilakukan yaitu mengajukan surat izin
penelitian kepada pihak Fakultas Farmasi yang ditujukan kepada Badan Penanaman Modal
Daerah Provinsi Jawa Tengah. Kemudian ditujukan kepada Kesbangpol Linmas Provinsi
Jawa Timur. Setelah itu, ditujukan kepada Kesbangpol Linmas Nganjuk. Kemudian
ditujukan kepada Dinkes Nganjuk dan terakhir ditujukan kepada Kepala Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk.
4. Rekam medik
Pencatatan data dari Puskesmas Bagor, Kabupaten Nganjuk untuk memperoleh
informasi pasien mengenai identitas, tanda vital, gejala, diagnosa, serta pengobatan dan
ketepatan dosis.
5. Pengumpulan data
Diperoleh dari data pasien anak tahun 2014 berupa usia, jenis kelamin, berat badan,
tanda vital, gejala, diagnosa, pengobatan serta dosis.
6. Pengolahan data
Data yang diperoleh untuk dianalisis berdasarkan karakteristik subjek sampel yaitu
usia, jenis kelamin, gejala, dan derajat dehidrasi. Kemudian terapi pengobatan dan dosis.
Untuk menganalisis dosis berdasarkan ketepatan dosis.

7. Penyusunan laporan
Laporan disusun berdasarkan dari latar belakang, metode penelitian, hasil,
pembahasan, kesimpulan, dan saran.
8. Pembahasan
Diperoleh dari hasil penelitian rekam medik, pengumpulan, dan pengolahan data
mengenai karakteristik usia, jenis kelamin, gejala, derajat dehidrasi. Kemudian
4
 

karakteristik pengobatan dan evaluasi dosis. Pada evaluasi dosis dianalisis berdasarkan
tepat dosis, dosis kurang, dan dosis berlebih.
9. Kesimpulan
Diperoleh dari hasil penelitian mengenai pola pengobatan dan dosis. Dalam
evaluasi dosis berdasarkan tepat dosis, dosis kurang, dan dosis berlebih.
Analisis Data
Seluruh hasil penelitian berasal dari data non eksperimental yang dirancang secara
deskriptif untuk mengetahui evaluasi ketepatan dosis pada pengobatan diare anak usia 0-5
tahun di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk tahun 2014.
Pengambilan data dengan rekam medik yaitu tentang jenis kelamin, umur, berat
badan, jenis obat, dan besaran dosis. Persentase ketepatan dosis dapat dihitung sebagai

berikut :
Persentase ketepatan dosis =

x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelusuran Data
Dari penelusuran data rekam medik di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk
2014 ditemukan pasien anak terdiagnosis diare sebanyak 300 pasien. Pengambilan sampel
berdasarkan diagnosa diare akut non spesifik dengan atau tanpa penyakit penyerta
didapatkan sebanyak 80 pasien yang memenuhi kriteria inklusi sedangkan yang 220 pasien
tidak masuk dalam sampel karena ketidaklengkapan data rekam medik seperti berat badan,
umur, pengobataan, dosis, dan hilangnya data rekam medik dikarenakan ketidaktelitian
petugas dalam pengelompokan berdasarkan tahun.
Karakteristik Subjek Sampel
Tabel 1. Karakteristik pasien anak usia 0-5 tahun terdiagnosa diare di Puskesmas Bagor Kabupaten
Nganjuk 2014
Keterangan
Jumlah
Persentase (%)

(N=80)
(N=100)
Umur
5
4
0-6 bulan
17
14
6-12 bulan
78
62
1-5 tahun
Jenis kelamin
39
31
Perempuan
61
49
Laki-laki
Derajat dehidrasi
34
27
Tanpa dehidrasi
66
53
Dehidrasi ringan
Gejala penyerta
27
22
Demam
29
23
Muntah
36
29
Nyeri perut

5
 

1. Umur
Tabel 1 menunjukkan pasien yang menderita diare anak usia 0-6 bulan sebanyak
5%, usia 6-12 bulan sebanyak 17% dan usia 1-5 tahun sebanyak 79%. Hal tersebut berarti
bahwa penyakit diare anak lebih banyak pada usia 1-5 tahun adalah 79%. Karena pada usia
1-5 tahun mengalami masa oral yaitu dimana anak ingin mencoba memasukan segala
macam benda di mulut sehingga lebih rentan terkena infeksi saluran pencernaan
(Soebagyo, 2008).
2. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 1, jenis kelamin laki-laki lebih rentang menderita diare daripada
yang berjenis kelaimin perempuan yaitu laki-laki sebanyak 61% dan perempuan sebanyak
39%. Hal ini disebakan, aktivitas fisik laki-laki lebih banyak daripada perempuan sehingga
membuat kondisi fisik dan kekebalan tubuh menjadi menurun (Pudjiadi, 2010).
3. Derajat dehidrasi
Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat keparahan derajat dehidrasi yaitu tanpa
dehidrasi sebanyak 34% dan dehidrasi ringan sebanyak 66%. Hal ini berarti bahwa
dehidrasi ringan lebih banyak dibanding tanpa dehidrasi. Penyebab terjadinya dehidrasi
karena tubuh banyak kehilangan air dan elektrolit. Pada penderita diare dehidrasi berat di
Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk tidak ditemukan karena keterbatasan fasilitas rawat
inap sehingga pasien langsung dirujuk ke rumah sakit.
4. Gejala penyerta pada penyakit diare
Tabel 1 menunjukkan bahwa gejala penyerta pada penyakit diare yaitu demam
sebanyak 27%, muntah sebanyak 29%, dan nyeri perut sebanyak 36%. Hal ini berarti
bahwa penyakit diare anak dengan gejala nyeri perut lebih banyak dibandingkan dengan
demam dan muntah. Penyebab nyeri perut tersebut karena gastroenteritis. Gastroenteritis
adalah peradangan pada perut dan usus yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Selain itu, gejala penyerta seperti demam dikarenakan tubuh banyak kehilangan air dan
elektrolit, sedangkan muntah dikarenakan lambung yang meradang atau akibat gangguan
kesetimbangan asam-basa dan elektrolit (Soebagyo, 2008).
Karakteristik Terapi Pengobatan
Tabel 2. Obat-obat yang diberikan pada pasien diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk 2014
Kelas terapi

Obat yang digunakan

Antidiare

Zink
New guanistrep (Kaolin dan
pektin) suspensi
Paracetamol
Metoklopramid sirup
Ranitidin

Antipiretik
Antiemetik
H2 blokers

Jumlah pasien

Persentase (%)

80
80

100
100

22
23
29

27
29
36

6
 

Obat yang digunakan dalam diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk 2014
1. Antidiare
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan penggunaan zink sebanyak 100%. Zink adalah
mikronutrien yang berfungsi untuk memperbaiki absorbsi air dan elektrolit dari usus,
regenerasi cepat epitel usus, meningkatkan respon imun, mempercepat klirens kuman diare
yang patogen dari usus (Fontaine, 2008). Pada penelitian Trivedia et al., (2009)
penggunaan zink menunjukkan penurunan frekuensi diare secara signifikan (36%) dan
luaran tinja (45%).
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan pemakaian new guanistrep suspensi sebanyak
100%. New guanistrep suspensi adalah kombinasi kaolin pektin. Menurut Farting et al.,
(2008) kaolin pektin tidak dianjurkan dalam pengobatan diare akut pada anak umur di
bawah 3 tahun karena tidak diserap oleh tubuh. Akibat pengunaan kaolin pektin pada anak
dapat menyebabkan terjadinya ketidaksetimbangan elektrolit dengan natrium dan
mengurangi kalium dalam feses (Pratiwi et al., 2013) sedangkan menurut penelitian
Dwipoerwantoroet al., (2005) penggunaan kaolin pektin untuk anak dapat membuat
konsistensi tinja menjadi lebih padat.
2. Antipiretik
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan penggunaan paracetamol sebanyak 27%.
Paracetamol sebagai efek antipiretik yang terjadi secara langsung mempengaruhi pusat
pengaturan panas di hipotalamus (Priyanto, 2008). Menurut Sullivan dan Farar (2015)
pemberian antipiretik paracetamol merupakan pilihan yang aman dan efektif dalam
menurunkan gejala demam pada anak.
3. Antiemetik
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan penggunaan metoklopramid sirup sebanyak
29%. Metoklopramid merupakan antagonis reseptor dopamin. Pada pengobatan
metoklopramid kurang sesuai digunakan untuk anak karena bisa menyebabkan gangguan
ekstrapiramidal. Gangguan ekstrapiramidal merupakan gangguan gerakan pada kejang
otot yang melibatkan kepala dan leher serta gerakan tak terkendali seperti berkedut
(Circus & Wharf, 2013).
Hasil penelitian Rerksuppaphol & Rerksuppaphol (2013) menunjukkan bahwa
pengobatan antiemetik yang aman untuk anak adalah domperidone dibanding ondasetron.
Karena pada ondasetron memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih besar.

7
 

5. H2 blokers
Berdasarkan tabel 2 didapatkan penggunaan H2 blokers (ranitidin) dalam
penelitian ini sebanyak 36%. Ranitidin adalah suatu histamin antagonis reseptor H2 yang
menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi
asam lambung. Oleh karena itu, ranitidin dapat digunakan untuk mengobati pasien diare
akut anak yang disertai oleh gejala maag, peningkatan asam lambung, mual, dan muntah
(Siswidiasari, 2014).
Evaluasi Ketepatan Dosis
Tabel 3. Persentase ketepatan dosis pada pengobatan diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas Bagor
Kabupaten Nganjuk 2014
Jumlah pasien
Persentase
Obat yang diberikan
Keterangan
(%)
69
86
Zink, new guanistrep, paracetamol,
Dosis dan frekuensi tepat
metoklopramid, dan ranitidin

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan ketepatan dosis sebanyak 69 (86%) pasien.
Ketepatan dosis sangat menentukan keberhasilan terapi.
Tabel 4. Persentase tidak tepat dosis (dosis lebih dan dosis kurang) pada pengobatan diare anak usia
0-5 tahun di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014
Tidak tepat
Jumlah kasus
Persentase
Obat dan dosis yang
Standar dosis (Pediatric
dosis
(N=80)
(%)
diberikan
Dosage Handbook, 2009)
Paracetamol 3x100mg Paracetamol 3-4x10-15 mg/kgbb
5
4
Dosis kurang
(7,27,37,50)
Ranitidin 2x2-4 mg/kgbb
Ranitidin 2x25mg
Dosis lebih

7
(5, 6, 14, 21,
34, 64, 72)

9

Zink 0-6 bulan 1x20mg Zink 0-6 bulan 1x10mg
Metoklopramid 3cth1/2 Metoklopramid sirup 1cth =
5mL/5mg dan dosis maksimal
0,5mg/kgbb terbagi 2-3 dosis

Berdasarkan tabel 4 menunjukkan dosis lebih sebanyak 7 pasien (9%). Pada
pemberian dosis lebih seperti zink dapat menyebabkan nyeri epigastrium, lesu dan
kelelahan (Hotz & Brown, 2004), sedangkan metoklopramid bisa menyebabkan reaksi
ekstrapiramidal, dan ranitidin bisa menyebabkan takikardi (BNF, 2008).
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan dosis kurang sebanyak 4 pasien (5%). Pemberian
dosis kurang menyebabkan tidak mencapai MEC (Minimum Effective Concentration)
sehingga tidak menimbulkan efek terapi (Priyanto, 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Evaluasi ketepatan dosis pada pengobatan diare anak usia 0-5 tahun di Puskesmas
Bagor Kabupaten Nganjuk adalah sebagai berikut
8
 

1. Pola pengobatan diare anak adalah zink 100%, new guanistrep 100%, metoklopramid
29%, paracetamol 27%, dan ranitidin36%
2. Hasil dari evaluasi ketepatan dosis dari 80 pasien anak didapatkan 86% tepat dosis,
dosis kurang 5%, dan dosis lebih 9%
Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian dapat disarankan sebagai berikut
1. Untuk pengobatan metoklopramid sebaiknya diganti dengan antiemetik yang lebih
aman untuk anak seperti domperidone
2. Untuk obat yang tidak tepat dosis diperlukan pemantuan dan evaluasi agar tidak
menimbulkan efek samping yang memperburuk keadaan pasien

DAFTAR PUSTAKA
British National Formulary (BNF) 54, 2008, United Kingdom, BMJ Group and RPS
Publishing
Circus, W. & Wharf, C., 2013, European Medicines Agency Recommends Changes To The
Use Of Metoclopramide, European Medicines Agency
Dwipoerwantoro, P. G., Hegar, B., Witjaksono, & Pustika A.W, 2005, Pola Tata Laksana
Diare Akut Di Beberapa Rumah Pola Tata Laksana Diare Akut Di Beberapa Rumah
Sakit Swasta Di Jakarta, Sari Pediatri, 6 (4), 182-187
Fadhila, N. Z., 2012, Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diare Akut Pada Anak Di
Instalalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Farthing, M., et al., 2008, World Gastroenterology Organisation Practice Guideline :
Acute Diarrhea, WGO
Fontaine, O., 2008, Bukti Keamanan dan Kemanjuran Suplementasi Zink Pada
Penanganan Diare, Surabaya, Departemen Kesehatan dan Perkembangan Anak dan
Remaja
Friedman, S. L., Kenneth & Grendell, J. H., 2003, Current Diagnostic and Treatment in
Gastroenterology, 2nd Edition, USA, Mc Graw Hill
Hotz, C. & Brown, K. (guest editors), 2004, Suplement 2 : International Zinc Nutrition
Consultative Group (IZiNCG) Technical Document I Asessment Of The Risk Of
Zink Defficiency in Population and Optiond For It Is Control, Food and Nutrition
Bulletin, 25 (1)
Katzung, G. & Bertram, 2007, Basic and Clinical Pharmacology, Tenth Edition, USA, Mc
Graw Hill
9
 

Kemenkes RI, 2011, Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Balita, Jakarta,
DirektoratJendral Pengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan
Masrucah, 2013-2014, Laporan Bulan Diare, Bagor, Puskesmas Bagor
Pratiwi, A. A., Khairinnisa, M. A., Alfian, S. D., Priyadi, A., Pradipta, I. S. & Abdulah,
R., 2013, Peresepan Obat-obat Off Label pada Pasien Anak Usia 0 Hingga 2 Tahun
di Apotek Kota Bandung, Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2 (2), 39-50
Priyanto, 2008, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi, Jawa
Barat, Leskonfi.
Pudjiadi, A. H., Hegar, B., Handryastuti, S., Idris, N. S., Gandaputra, E. P. & Harmoniati,
E. D., 2009, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Palembang,
Ikatan Dokter Anak Indoneia.
Rerksuppaphol, S. & Rerksuppaphol, L., 2013, Randomized Study Of Ondansetron Versus
Domperidone In The Treatment Of Children With Acute Gastroenteritis, J Clin
Med Res, 5(6), 460
Siswidiasari, A., Astuti, K. W. & Yowani, S. C., 2014, Profil Terapi Obat Pada Pasien
Rawat Inap Pada Anak Di Rumah Sakit Umum Negara, Jurnal Kimia, 8 (2), 183190
Soebagyo, B., 2008, Diare Akut Pada Anak, Cetakan 1, Surakarta, UNS Press
Strand, T. A., Chandyo, R. K. & Bahl, R.,2002, Effectiveness and Efficacy Of Zink For
The Treatment Of Acute Diarrhe In Young Children, Pediatricts, 5, 109
Sudiana & Ngurah, I. G., 2005, Pengaruh Suplementasi Seng Terhadap Morbiditas Diare
dan ISPA Pada Anak Umur 6 bulan- 2 tahun, Tesis, Semarang, Universitas
Diponegoro
Sullivan, J. E. & Farar, H. C., 2015, Clinical ReportFever and Antipyretic Use In Children,
American Academy Of Pediatrics, 127 (3), 580-584
Tanjung, D. S., Kusuma, A. M. & Hapsari, I., 2011, Evaluasi Penggunaan Obat Antidiare
Pada Pasien Anak Di Instalasi Rawat Inap RSUD Banyumas Tahun 2009, Jurnal
Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, 6 (1), 52-71
Trivedia, S. S., Chudasamab, R. K. & Patela, N., 2009, Effect Of Zinc Supplementation In
Children With Acute Diarrhea : Randomized Double Blind Controlled Trial,
Gastroenterolgy research, 2, 168

10
 

Dokumen yang terkait

EVALUASI KETEPATAN DOSIS PADA PENGOBATAN DIARE ANAK USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS BAGOR Evaluasi Ketepatan Dosis Pada Pengobatan Diare Anak Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014.

0 4 11

PENDAHULUAN Evaluasi Ketepatan Dosis Pada Pengobatan Diare Anak Usia 0-5 Tahun Di Puskesmas Bagor Kabupaten Nganjuk 2014.

1 9 9

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER Evaluasi Terapi Diare Pada Pasien Anak Di Puskesmas Nguter Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012.

0 2 12

PENDAHULUAN Evaluasi Terapi Diare Pada Pasien Anak Di Puskesmas Nguter Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012.

0 3 9

EVALUASI TERAPI DIARE PADA PASIEN ANAK DI PUSKESMAS NGUTER KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO Evaluasi Terapi Diare Pada Pasien Anak Di Puskesmas Nguter Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012.

0 2 11

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten K

0 3 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten K

0 3 17

Aspek Bahasa Pada Anak Usia 0-5 Tahun.

1 0 5

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 2 4