ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI DI UD.CAHAYA INDAH DI KABUPATEN BANYUWANGI.
ANALISIS NILAI TAMBAH PENGGILINGAN PADI DI
UD.CAHAYA INDAH DI KABUPATEN BANYUWANGI
SKRIPSI
Oleh:
IBRAHIM HAMZAH BAHARMI
NPM : 0824010027
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RINGKASAN
Ibrahim Hamzah Bahar mi : Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi Di
UD.Cahaya Indah Di Kabupaten Banyuwangi. Di bawah Bimbingan :
Ir .A.Rachman Waliulu,SU sebagai pembimbing utama dan Ir .Eko
Priyanto,MP sebagai pembimbing pendamping.
Tujuan penelitian Menganalisis Nilai Tambah Penggilingan Padi Di UD.
Cahaya Indah Di Kabupaten Banyuwangi ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan produksi dan permintaan beras yang di giling di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi
2. Menghitung nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya Indah”
Banyuwangi.
Dalam penelitian ini, penentuan daerah ditentukan secara sengaja yaitu di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa UD.
“Cahaya Indah” adalah industri penggilingan padi yang memiliki 25 orang
pekerja dalam pengelolaan padi sehingga mendukung perusahaan tersebut
menjadi salah satu usaha penggilingan padi terbesar di Kabupaten Banyuwangi.
Untuk memperoleh data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi mutu gabah
yang digunakan, proses produksi penggilingan padi sampai dengan pemasaran,
serta penghitungan nilai tambah. Sedangkan pengambilan data sekunder lebih
pada dokumentasi atau arsip yang dikumpulkan dari pihak manajemen..
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini baik data primer maupun data
sekunder diolah dengan cara tabulasi dalam bentuk tabel dan kurva serta
dianalisis secara statistik dan diskriptif. Untuk menjawab tujuan dan menguji
analisis maka digunakan data sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tujuan pertama dengan menggunakan analisis trend linier
yaitu digunakan satu periode sekurang-kurangnya meliputi satu siklis, jika
lebih dari satu siklis akan lebih baik, atau garis lurus, garis melengkung, dan
tergantung bentuk yang sesuai dengan time series yang sedang diamati
ditujukan oleh scatter diagram (Hayami et. all ,1987)
2. Untuk mengetahui hasil dari tujuan yang kedua yaitu menggunakan metode
analisis Incremental B/C rasio dan nilai tambah untuk mengetahui bagaimana
keuntungan dalam menghasilkan industri beras, analisis ini adalah
penambahan antara hasil yang diperoleh (keuntungan) dari Padi ke beras
dengan biaya yang dilakukanagunan dan dengan prosedur sederhana.
Realisasi dilakukan dengan cepat, dekat, tepat waktu dan jumlah sesuai
kebutuhan, walaupun harus membayar dengan bunga yang lebih tinggi.
Persamaan trend linier diketahui Y’ = 5950.041 + 153.724X untuk
produksi padi di UD. ”Cahaya Indah artinya peningkatan produksi beras di UD.
“Cahaya Indah” selama tahun 2004 - 2011 diketahui sebesar 153,724 ton per
tahun dengan tingkat perkembangan 5950.041 ton per tahun atau terdapat
kenaikan produksi selama 8 tahun. Sedangkan persamaan trend linier untuk
permintaan beras di UD. “Cahaya Indah” adalah: Y’ = 5590.094 + 108.838X,
artinya adalah rata-rata peningkatan permintaan beras di UD. “Cahaya Indah”
selama tahun 2004 - 2011 adalah sebesar 108.838 ton per tahun dengan tingkat
perkembangan 5590.094 ton per tahun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT,yang mana telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan dan penulisan
tugas skripsi penelitian yang berjudul :Analisi Nilai Tambah Penggilingan Padi
di UD.Cahaya Indahdi Kabupaten Banyuwangi
.
Skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa
Fakultas Pertanian guna mencapai gelar sarjana pada senjang S1 di Jurusan
Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimah kasih atas
bimbingan serta
menyelesaikan
saran-saran
skripsi
yang telah di
penelitian
ini
berikan, sehingga penulis
terutama
ucapan
terimah
kasih
kepadaIr .A.Rachman Waliulu,MS selaku dosen Pembimbing Utama dan Ir.Eko
Pr iyanto,MPselaku dosen Pembimbing Kedua yang banyak membantu dan
memberi petunjuk dalam menyelesaikan tulisan ini.Ucapan terimah kasih ini di
tujukan pula kepada:
1.
Dr.Ir.Ramdan Hidayat,MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir.Eko Nurhadi,MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
3. Bapak H.Nur Hasan selaku pembimbing lapangan selama
pelaksanaan penelitian
4. Kedua orang tuaku,Bapak(Abi) dan Ibunda (Mama),serta Kakakku
Tercinta Alm (Kak Nova) dan adikku tercinta (Niswa,Rania)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
i
beserta
seluruh keluargaku (Jidi Yahya, Jida Maryam,Kak
Yan,Kak Muna’ , Kak Eva, Kak Riffat), yang dengan sabar dan
penuh ketabahan mengantarkan saya dalam menyelesaikan tugas
penulisan skripsi ini baik dalam bentuk materiil maupun moril.
5. Sahabat-sahabatku (Ferdyan, Ermining, Mita, Fitri, Abdullah, Erol,
Alfiansyah, Bunga, Firdaus ) dan semua temanku angkatan 2008
Agribisnis
yang selalu mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.
6. Saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat,bantuan
serta dorongan telah membantu penulisan dalam menyusun skripsi
ini,
Penulis menyadari bahwa di dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulisan demi kesempurnaan laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 20 Juni 2012
Penyusun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
vi
1.
11
III.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2.
Permasalahan .....................................................................................
3
1.3.
Tujuan Penelitian .................................................................... .............
4
1.4.
Manfaat Penelitiian .............................................................................
4
TINJ AUAN PUTAKA
2.1. Pengertian Nilai Tambah.........................................................................
5
2.2.
Budidaya Tanaman .............................................................................
5
2.3.
Agroindustri Beras ..............................................................................
8
2.4. Pengolahan Beras............................ ......................................................
10
2.5.
Proses Kegiatan Pembuatan Beras .......................................................
15
2.5. Standar mutu gabah dan beras ..............................................................
20
2.7. Konsep Agribisnis Dalam Menciptakan Nilai Tambah ..........................
22
2.8. Produk Dalam Pemasaran ................................................................ .....
26
2.9.
27
Analisis Incremental Benefit Percos Rasio ..................................... ......
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Pemikiran .........................................................................
29
3.2.
Hipotesis ..........................................................................................
32
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
iii
IV.
V.
VI.
METODE PENELITIAN
4.1.
Penentuan Daerah ......................................................................... ......
33
4.2.
Penentuan Responden.................................................................... ......
33
4.3.
Pengambilan Data ......................................................................... ......
33
4.4.
Definisi Operasional ..................................................................... ......
34
4.5.
Analisi Data ................................................................................... .....
36
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Keadaan Umum Perusahaan ............................................................
42
5.2.
Proses produksi ...............................................................................
48
5.3
Analisis Perkembangan Produksi Dan Permintaan Beras ...................
63
5.4
Analisis Biaya Agroindustri Penggilingan Padi .................................
70
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan .....................................................................................
75
6.2
Saran ...............................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
iv
DAFTAR TABEL
No.
J udul
Halaman
l
Standar Mutu Gabah dan Beras...................................................
20
2.
Sifat Fisik Gabah dan Beras........................................................
22
3.
Produksi beras di UD.Cahaya Indah ..........................................
62
4.
Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi ...........................
64
5.
Perkembangan Permintaan Beras di UD.Cahaya Indah..............
66
6.
Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi.............................
67
7.
Rata –Rata Biaya Produksi...........................................................
69
8.
Nilai Tamhah, Imbalan Kerja dan Keuntungan Penggilingan Padi ......
71
9.
Analisis Benefit Cos Ratio Padi Dan Gabah..........................................
74
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
v
DAFTAR GAMBAR
No.
J udul
Halaman
1. Pengolahan Dari Padi ke Beras.................................................................. 16
2. Sistem Agribisnis ................................................................................................ 23
3. Agribisni dan Lembaga Penunjangnya ...................................................... 25
4. Diagram Alur Penggilingan Beras ............................................................. 30
5. Struktur Organisasi Perusahaan UD.Cahaya Indah .............................................. 43
6. Diagram alir proses penggilingan padi.................................................... 51
7. Jenis Kemasan Yang Di Gunakan UD.Cahaya Indah ........................................... 60
8. Pemasaran Beras Di Minimarket ......................................................................... 60
9. Perkembangan Produksi Beras Di UD.Cahaya Indah ........................................... 63
10.Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi ..................................................... 65
11. Perkembangan Permintaan Beras ............................................................ 66
12. Hasil Analisis Trend Perkembangan Permintaan Beras ............................ 68
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dari perekonomian Negara
Indonesia yang mampu menyumbang devisa di sektor riil. Hal tersebut di dukung
dengan pembangunan pertanian yang sangat erat kaitannya untuk menunjang
terwujudnya sistem pengolahan padi yang kokoh (Nainggolan, 2006).
Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh
petani adalah tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca
panen meliputi proses pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah,
dan penggilingan gabah hingga menjadi beras. BPS (2008) menyebutkan
kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan
penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan
9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%.
Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian
besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah
menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca panennya masih
belum baik dan benar.
Pemerintah perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang
baik, sampai usaha ini mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat
kehilangan panen bisa ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap
kegiatan pasca panen dan secara bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5
persen berarti total produksi padi yang bisa diselamatkan mencapai 1,59 sampai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
2,65 juta ton gabah. Suatu jumlah yang sangat besar untuk mendukung
mengamankan target produksi beras nasional setiap tahunnya (Purwanto, 2005).
Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi
padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan
sebagai cadangan makanan pokok. Dalam kaitan dengan proses penggilingan
padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan
padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.
Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak
enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagianbagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan
yang disebut dengan beras sosoh (beras putih).
Bersama dengan sektor pertanian primer, sektor agroindustri dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi
angka kemiskinan. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah terbukti
pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan
dengan cepat mengalami pemulihan. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan
hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun
juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak
hanya keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu
keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Haggblade dkk., 2008). .
Pengembangan sektor agroindustri, akan tercipta kesempatan kerja dan
sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya
menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas.
Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian
besar berada di sektor pertanian (Haggblade dkk., 2008).
Peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada nilai
pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta
perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah tenaga
kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam satu
titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai stimulus
penyerapan tenaga kerja nasional, sementara peran sektor agroindustri dalam
meningkatkan pendapatan sektor lain dapat ditingkatkan melalui pengganda
keterkaitan sektor, khususnya keterkaitan ke belakang (Haggblade dkk., 2008).
1.2. Rumusan Masalah
Masalah
agribisnis
merupakan
masalah
yang
terpenting
dalam
perkembangan ilmu pertanian. Dalam Agribisnis proses produksi dilakukan
dengan
tujuan
menambah
nilai
ekonomi
yang
berimplikasi
terhadap
keuntungan petani.
Agribisnis di sini dimulai dari waktu panen hingga pemasaran. Agribisnis
beras yang ada di UD.Cahaya Indah dimulai dari gabah hingga pemasaran beras.
Setelah panen gabah kemudian diproses menjadi beras setelah itu dijual ke
pasar lokal.
Nilai tambah yang dilakukan oleh UD.Cahaya Indaha di Kabupaten
Banyuwangi adalah upaya yang dilakukan untuk menambah keuntungan. Cara
yang mereka lakukan yaitu dari pengelolahan gabah menjadi beras, kemudian di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
proses Sehingga nilai jual beras semakin bertambah.Penambahan nilai bisa terjadi
hanya khusus pada petani yang memiliki modal atau sarana pengolahan yang
lengkap (petani besar). Untuk petani kecil penambahan nilai tersebut hanya bisa
dilakukan melalui kerjasamanya dengan petani besar atau koperasi.
Dari uraian tersebut, dapat diringkas permasalahan yang perlu diteliti:
1. Bagaimana perkembangan produksi dan permintaan beras giling di UD.
“Cahaya Indah” Banyuwangi?
2. Berapakah besarnya nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya
Indah” Banyuwangi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan produksi dan permintaan beras yang di giling di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi
2.
Menghitung nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya Indah”
Banyuwangi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai tambahan informasi bagi
peneliti dan petani untuk menjadikan suatu target yang lebih baik.
2.
Diharapkan bagi peneliti dan petani untuk menciptakan hasil penggilingan
yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penger tian Nilai Tambah
Nilai tambah adalah suatu tambahan nilai input antara ya n g d i g u n a ka n
d a l a m p r o s e s m e n g h a s i l ka n b a r a n g / j a s a . Penambahan nilai input
antara ini terjadi karena input antara tersebut telah mengalami proses
produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi. Input
antara sendiri mencakup nilai seluruh komoditi yang habis atau dianggap habis
dalam suatu proses produksi seperti: bahan baku bahan bakar, pemakaian listrik
dan sebagainya.Barang yang digunakan sebagai alat dalam suatu proses produksi
dan umurnya kurang dari setahun dan habis dipakai dimasukkan sebagai input antara
bukan barang modal. (H. Obar Subarna, S.Ip ,2008)
Nilai tambah bisa berupa nilai tambah bruto maupun nilai tambah neto.
Nilai tambah bruto dari suatu unit produksi dihitung dari output bruto atas harga
produsen dikurangi input antara atasdasar harga pasar. Sedangkan nilai tambah neto atas
hargapasar dihitung dari nilai tambah bruto atas harga pasar dikurangipajak tak langsung dan
penyusutan. Karena keterbatasan data penyusutan dan pajak tak- langsung, maka
konsep nilaitambah yang digunakan dalam penghitungan publikasi ini adalah
nilai tambah bruto atas dasar harga pasar . (H. Obar Subarna, S.Ip ,2008)
2.2. Budidaya Tanaman Padi
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
sering kali menurunkan produksi.( Nabilussalam,2011)
1. Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus benar-benar mendapat
perhatian, agar
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c. Pengolahan tanah persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog (semai kering)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
harapan untuk
7
Persemaian Ker ing
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak
terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan
dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih
tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan
pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih
dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
- Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul,
yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur
tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
- Lebar bedengan 100 -150 cm
- Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
¬ Penyiangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,
penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian
basah.Persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian
basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air.
Fungsi genangan air :
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah
yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun
sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu,
kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang
digunakan 1/20 dari areal pertanamanyang akan ditanami ( Nabilussalam,2011)
2.3.Agr oindustri Ber as
A. Saat Panen
Panen merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh setiap petani. Panen
merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu
proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pasca panen perlu dicermati
untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap
mutu
dan
penampilan
produk
yang
berdampak
kepada
pemasaran
(Nurhasan, 2011)
Sekitar sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya
padi berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan
pemanenan. Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang
terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu
banyak butir hijau atau butir berkapur. Bila hal ini yang terjadi, nantinya akan
diperoleh beras yang mudah hancur saat digiling (Nurhasan, 2011)
Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang sudah
menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih
memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila
butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen
(Nurhasan,2011)
B. Car a Panen
Secara tradisional padi dipanen dengan ketam. Hanya saja panen dengan alat
ketam tersebut agak lambat dan perlu banyak tenaga kerja sehingga tidak efisien.
Agar panen dapat berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah sabit. Dikatakan
cepat karena hanya dengan empat tenaga kerja saja luas areal padi yang dapat
dipanen dapat mencapai 2.500 m² untuk waktu setengah hari. Sementara panen
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
dengan ketam memerlukan sepuluh tenaga kerja untuk areal yang sama, tetapi
waktunya 2 hari. Panen dengan sabit ini hanya disisakan batang setinggi 20 cm
dari permukaan tanah.
C.Per ontokan
Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat
perontokan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah
diangkut ke rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin
ataupun dengan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin, perontokan dilakukan
dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara
perontokan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi dipukulpukulkan, malai padipun dapat diinjak-injak agar gabah rontok.
Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka
tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau lembaran plastik
tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah diharapkan dapat
tertampung.
Setelah dirontokkan, butir-butir gabah dikumpulkan di gudang penyimpanan
sementara. Oleh karena tidak semua petani memiliki gudang sementara,
pengumpulan dapat dilakukan di teras rumah atau bagian lain dari rumah yang
tidak terpakai. Gabah tersebut tidak perlu dimasukkan dalam karung, tetapi cukup
ditumpuk setinggi maksimal 50 cm.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2.4. Pengolahan Padi
A. Penger ingan
Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras, maka gabah
harus dikeringkan. Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar
matahari. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka.
Penggunaan lantai semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh
diterima gabah. Bila tidak memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen
maka halaman tanah pun dapat dipakai untuk penjemuran. Namun, gabah perlu
diletakkan pada alas anyaman bambu, tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini
dilakukan agar gabah tidak bercampur dengan tanah.
Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila cuaca cerah dan matahari
bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya berlangsung sekitar 2 – 3 hari.
Namun, bila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis dan terkadang panas.
Waktu penjemurannya dapat berlangsung lama, sekitar seminggu.
B. Penggilingan Padi
Penggilingan dalam pasca panen padi merupakan kegiatan memisahkan
beras
dari
kulit
yang
membungkusnya.
Pemisahan
secara
tradisional
menggunakan alat sederhana, yaitu lesung dan alu. Lesung terbuat dari kayu utuh
yang diceruk mirip perahu. Cerukan pada kayu tersebut berfungsi sebagai tempat
gabah ditumbuk. Sementara alu merupakan pasangan dari lesung sebagai alat
penumbuk gabah. Alu tersebut terbuat dari kayu yang bentuknya bulat panjang
seperti pipa (Nurhasan, 2011). Kendala penggilingan gabah secara tradisional
adalah pengerjaannya sangat lambat, tenaga kerja yang memadai tidak tersedia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
dan alatnya sulit dijumpai. Saat ini kebanyakan lesung dan alu sudah menghilang
dari kehidupan petani padi karena kehadiran alat penggiling yang praktis dan daya
kerjanya cepat.
Pemisahan beras dari kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau
dengan alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa hulle. Hasil yang
diperoleh pada penggilingan dengan alat penggiling gabah ini sama dengan cara
tradisional, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada
penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.
C. Pengemasan
Beras hasil giling tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat
penggilingan hilang. Jenis kemasan disesuaikan beras isinya. Untuk kemasan
lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya.
Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8
mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan
kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari
produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak
mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan
untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari
pemalsuan) (www.agribisnis.deptan.go.id).
Rendemen dan mutu beras hasil giling gabah akan rendah jika mutu gabah
rendah. Rendemen dan mutu beras tersebut juga sangat dipengaruhi oleh jenis
penggilingan, kondisi rangkaian unit, cara kerja dan umur pakai. Macam sistem
penggilingan padi mencakup penggilingan padi kecil (PPK), penggilingan padi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
besar (PPB), rice milling unit (RMU), penggilingan padi engelberg (PPE), huller
(H) dan penyosohan (P). Penyebab turunnya rendemen dan mutu beras yang
paling banyak dikemukakan antara lain adalah rendahnya mutu gabah waktu
digiling dan buruknya kondisi penggilingan (Soemardi, 2009).
Untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan ada beberapa bagian yang
harus diperbaiki yaitu : 1). Perbaikan budidaya padi; 2). Perbaikan penanganan
pascapanen; 3). Perbaikan proses penggilingan; 4). Peningkatan kemampuan
SDM.
Perbaikan proses penggilingan dapat berupa :
a)
Kadar air gabah 14 %
b) Teknik penggilingan dimana proses pecah kulit bertahap 2 kali, penyosohan
bertahap 2 kali, susunan mesin perontok tergantung pada tujuan, pengkilapan
di sarankan tidak menambahkan senyawa lain
c)
Jenis mesin yang dipilih harus tepat, kualitas dan produksinya;
d) Kondisi mesin harus layak dipakai, jika ada yang tidak layak beroperasi harus
diperbaiki atau diganti
e)
Operator harus menguasai prinsip penggilingan padi, harus menguasai mesin
penggilingan dan harus menguasai tentang mutu.
D. Penyimpanan Beras
Beras organik yang sudah digiling secara tradisional maupun modern dapat
langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat
dipasarkan seluruhnya maka perlu ada tempat penyimpanan. Teknik penyimpanan
beras harus diperhatikan agar kondisinya tetap bagus hingga saatnya akan dijual.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik
berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara
manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup
rapat.
Dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk.
Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat
pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain
itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus
kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara.
Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang pun harus ditata
sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar
lebih awal. Akan lebih baik lagi bila setiap karung diberi tanda khusus seperti
tanggal penyimpanan.
E. Pemasaran
Ada dua cara pemasaran beras di Indonesia, pertama petani menjual
langsung di lahan pada saat sudah siap panen kepada pedagang pengumpul yang
disebut penebas. Penebas inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih
lanjut menjadi beras. Kedua, petani sendiri yang memanen, mengeringkan, lalu
menjualnya ke pedagang pengumpul, baik berupa gabah kering giling atau sudah
menjadi beras.
Penjualan beras biasanya dilakukan petani langsung kepada pedagang
beras di pasar, dititipkan ke pasar swalayan atau dijual langsung ke konsumen.
Bila dijual langsung ke pedagang beras di pasar, keuntungan yang diperoleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
hanyalah berupa uang kontan, kerugiannya adalah harga yang diperoleh tidak
maksimal karena pedagangpun harus mengambil keuntungan saat dipasarkan
lebih lanjut.
Bila dijual langsung ke konsumen, harganya memang sama dengan harga
jual ke pasar swalayan, bahkan dapat lebih tinggi. Dari segi usaha cara ini kurang
praktis karena petani harus mendatangi konsumen satu persatu.
Mutu beras, rendemen, mutu gabah dan kehilangan bobot saling berkaitan
selama proses pemberasan. Mutu beras ditentukan oleh mutu gabah sewaktu
digiling, derajat sosoh, kondisi penggilingan dan penanganannya serta sifat
varietas(Soemardi,2009).
Pada penetapan mutu gabah, rendemen giling mencakup rendemen beras
kepala dan rendemen total giling. Mutu giling beras merupakan persyaratan utama
dalam penetapan mutu gabah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu
menentukan jumlah berat beras yang dihasilkan. Rendemen beras kepala
mempunyai keragaman yang besar yang tergantung pada berbagai faktor yaitu
varietas, jenis biji, butir kapur, cara budidaya, faktor lingkungan, perlakuan lepas
panen yang dimulai sejak pemanenan, perontokan, pengeringan, penyimpanan,
hingga penggilingan. Demikian juga rendemen total beras giling dipengaruhi
perlakuan tersebut diatas dan juga ditentukan oleh perbandingan sekam, kulit ari,
dan bagian endosperm.
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menetukan mutu
beras. Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling,
rendemen beras kepala, persentase beras pecah, dan derajat sosoh beras. Sebagian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
besar beras yang beredar di beberapa daerah di Indonesia memiliki derajat sosoh
80 % atau lebih dan persentase beras kepala lebih besar dari 75 % dan
mengandung butir patah kurang dari 30 %. Berbagai faktor yang meliputi keadaan
lingkungan, panen hingga penanganan lepas panen mempengaruhi mutu giling
disamping faktor genetik.
2.5
Pr oses Kegiatan Pembuatan Ber as
Beras merupakan makanan pokok di tidak kurang 26 negara padat
penduduk(China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand,
Vietnam),atau lebih separuh penduduk dunia. Di Indonesia, masalah beras erat
kaitannyadengan masalah budaya, social dan ekonomi bangsa. Keeratan hubungan
antarapadi (beras) dengan manusia tercermin dari berbagai kepercayaan
penduduk,antara lain melalui hikayat Dewi Sri.
Dalam bidang ekonomi, beras seringdigunakan sebagai indeks kestabilan
ekonomi nasional.surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang
nilaiekonominya tinggi.Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari
pertumbuhan kapangyang dapat menyebabkan warna kuning. Pengeringan dapat
dilakukan denganmemakai sinar matahari (penjemuran dengan menggunakan
tikar, tampah,lamporan), pengering buatan dan pengering surya.Lamporan dibuat
miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegahair tergenang. Pada
pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyakmenghasilkan beras patah.
Sedangkan pengeringan dengan sinar matahari untukmenghasilkan beras kepala.
Pengeringan surya tidak cocok untuk gabah biasa.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Padi Bertangkai
Merang
Gabah
Sekam
Beras Pecah Kulit
Dedak
Menir
Bekatul
Beras
Gambar 1. Pengolahan dar i Padi menjadi Ber as.
Padi merupakan famili graminae dan genus Oryza. Padijenis lain yaitu
Oryza glaberrima, merupakan tanaman liar, tetapi biladibudidayakan tidak dapat
menghasilkan beras seperti Oryza sativa L. Padi ditanam lebih dari 100 negara
dari semua benua kecuali antartika. Padi ditanampada daerah 53LU-40oLS
sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut.
Tanaman padi dapat dibedakan atas tiga ras, yaitu Javanika, Japonika dan
Indika. Jenis Indika mempunyai butir padi berbentuk lonjongpanjang dengan rasa
nasi pera, sedangkan pada jenis Japonika, butirnya pendekbulat, dengan rasa nasi
pulen dan lengket. Beras yang ada di Indonesia secaraumum dikategorikan atas
varietas bulu dengan ciri bentuk butiran agak bulatsampai bulat dan varietas cere
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
dengan ciri bentuk butiran lonjong sampai sedang.Indica lebih pendek masa
tanamnya, tahan kekurangan air, dipanen sekaliguskarena butir padi mudah
terlepas dari mulainya sehingga mudah tercecer.Sedangkan japonica lebih lama
masa tanamnya, tanaman lebih tinggi, dipanensatu per satu karena butir padi
melekat kuat pada malainya. Penanaman beras diIndonesia juga sering didasarkan
atas daerah produksinya, misalnya beras Rojolele dan Cianjur dari Jawa Barat,
Siarias dari Sumatra Utara, Solok dariSumatera Barat dan beras empat bulan dari
Sumatera Selatan
Sebagai bahan pangan pokok bagi sekitar 90% penduduk Indonesia,
berasmenyumbang antara 40 – 80% kalori dan 45 – 55 % protein. Sumbangan
berasdalam mengisi kebutuhan gizi tersebut makinbesar pada lapisan penduduk
yangberpenghasilan rendah. Mengingat demikian pentingnya beras dalam
kehidupanbangsa Indonesia, maka pemerintah telah menempuh berbagai
kebijakan untukmeningkatkan produksi padi, yaitu dengan program intensifikasi,
ekstensifikasi,diversifikasi dan rehabilitasi lahan pertanian.
2.5.1
Pr oses Penger ingan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu dengan di oven
atau dengan di jemur di bawah matahari. Pada badan usaha UD.Cahaya Indah
proses pengeringan di lakukan dengan cara di jemur. Menurut pemilik usaha, hal
ini di lakukan dengan alasan karena biaya menjemur jauh lebih murah dari pada di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
oven, selain juga bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Badan usaha UD.
“Cahaya Indah” menetapkan standar kekeringan gabah sebesar 14%.gabah
dianggap kering dan siap untuk di giling bila kadar airnya mencapai
UD.CAHAYA INDAH DI KABUPATEN BANYUWANGI
SKRIPSI
Oleh:
IBRAHIM HAMZAH BAHARMI
NPM : 0824010027
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
RINGKASAN
Ibrahim Hamzah Bahar mi : Analisis Nilai Tambah Penggilingan Padi Di
UD.Cahaya Indah Di Kabupaten Banyuwangi. Di bawah Bimbingan :
Ir .A.Rachman Waliulu,SU sebagai pembimbing utama dan Ir .Eko
Priyanto,MP sebagai pembimbing pendamping.
Tujuan penelitian Menganalisis Nilai Tambah Penggilingan Padi Di UD.
Cahaya Indah Di Kabupaten Banyuwangi ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan produksi dan permintaan beras yang di giling di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi
2. Menghitung nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya Indah”
Banyuwangi.
Dalam penelitian ini, penentuan daerah ditentukan secara sengaja yaitu di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa UD.
“Cahaya Indah” adalah industri penggilingan padi yang memiliki 25 orang
pekerja dalam pengelolaan padi sehingga mendukung perusahaan tersebut
menjadi salah satu usaha penggilingan padi terbesar di Kabupaten Banyuwangi.
Untuk memperoleh data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi mutu gabah
yang digunakan, proses produksi penggilingan padi sampai dengan pemasaran,
serta penghitungan nilai tambah. Sedangkan pengambilan data sekunder lebih
pada dokumentasi atau arsip yang dikumpulkan dari pihak manajemen..
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini baik data primer maupun data
sekunder diolah dengan cara tabulasi dalam bentuk tabel dan kurva serta
dianalisis secara statistik dan diskriptif. Untuk menjawab tujuan dan menguji
analisis maka digunakan data sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tujuan pertama dengan menggunakan analisis trend linier
yaitu digunakan satu periode sekurang-kurangnya meliputi satu siklis, jika
lebih dari satu siklis akan lebih baik, atau garis lurus, garis melengkung, dan
tergantung bentuk yang sesuai dengan time series yang sedang diamati
ditujukan oleh scatter diagram (Hayami et. all ,1987)
2. Untuk mengetahui hasil dari tujuan yang kedua yaitu menggunakan metode
analisis Incremental B/C rasio dan nilai tambah untuk mengetahui bagaimana
keuntungan dalam menghasilkan industri beras, analisis ini adalah
penambahan antara hasil yang diperoleh (keuntungan) dari Padi ke beras
dengan biaya yang dilakukanagunan dan dengan prosedur sederhana.
Realisasi dilakukan dengan cepat, dekat, tepat waktu dan jumlah sesuai
kebutuhan, walaupun harus membayar dengan bunga yang lebih tinggi.
Persamaan trend linier diketahui Y’ = 5950.041 + 153.724X untuk
produksi padi di UD. ”Cahaya Indah artinya peningkatan produksi beras di UD.
“Cahaya Indah” selama tahun 2004 - 2011 diketahui sebesar 153,724 ton per
tahun dengan tingkat perkembangan 5950.041 ton per tahun atau terdapat
kenaikan produksi selama 8 tahun. Sedangkan persamaan trend linier untuk
permintaan beras di UD. “Cahaya Indah” adalah: Y’ = 5590.094 + 108.838X,
artinya adalah rata-rata peningkatan permintaan beras di UD. “Cahaya Indah”
selama tahun 2004 - 2011 adalah sebesar 108.838 ton per tahun dengan tingkat
perkembangan 5590.094 ton per tahun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT,yang mana telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan penyusunan dan penulisan
tugas skripsi penelitian yang berjudul :Analisi Nilai Tambah Penggilingan Padi
di UD.Cahaya Indahdi Kabupaten Banyuwangi
.
Skripsi ini merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa
Fakultas Pertanian guna mencapai gelar sarjana pada senjang S1 di Jurusan
Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimah kasih atas
bimbingan serta
menyelesaikan
saran-saran
skripsi
yang telah di
penelitian
ini
berikan, sehingga penulis
terutama
ucapan
terimah
kasih
kepadaIr .A.Rachman Waliulu,MS selaku dosen Pembimbing Utama dan Ir.Eko
Pr iyanto,MPselaku dosen Pembimbing Kedua yang banyak membantu dan
memberi petunjuk dalam menyelesaikan tulisan ini.Ucapan terimah kasih ini di
tujukan pula kepada:
1.
Dr.Ir.Ramdan Hidayat,MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr.Ir.Eko Nurhadi,MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
3. Bapak H.Nur Hasan selaku pembimbing lapangan selama
pelaksanaan penelitian
4. Kedua orang tuaku,Bapak(Abi) dan Ibunda (Mama),serta Kakakku
Tercinta Alm (Kak Nova) dan adikku tercinta (Niswa,Rania)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
i
beserta
seluruh keluargaku (Jidi Yahya, Jida Maryam,Kak
Yan,Kak Muna’ , Kak Eva, Kak Riffat), yang dengan sabar dan
penuh ketabahan mengantarkan saya dalam menyelesaikan tugas
penulisan skripsi ini baik dalam bentuk materiil maupun moril.
5. Sahabat-sahabatku (Ferdyan, Ermining, Mita, Fitri, Abdullah, Erol,
Alfiansyah, Bunga, Firdaus ) dan semua temanku angkatan 2008
Agribisnis
yang selalu mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan tugas penulisan skripsi ini.
6. Saudaraku tercinta yang selalu memberikan semangat,bantuan
serta dorongan telah membantu penulisan dalam menyusun skripsi
ini,
Penulis menyadari bahwa di dalam menyusun skripsi ini masih banyak
kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulisan demi kesempurnaan laporan ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 20 Juni 2012
Penyusun
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................
i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................
vi
1.
11
III.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang ....................................................................................
1
1.2.
Permasalahan .....................................................................................
3
1.3.
Tujuan Penelitian .................................................................... .............
4
1.4.
Manfaat Penelitiian .............................................................................
4
TINJ AUAN PUTAKA
2.1. Pengertian Nilai Tambah.........................................................................
5
2.2.
Budidaya Tanaman .............................................................................
5
2.3.
Agroindustri Beras ..............................................................................
8
2.4. Pengolahan Beras............................ ......................................................
10
2.5.
Proses Kegiatan Pembuatan Beras .......................................................
15
2.5. Standar mutu gabah dan beras ..............................................................
20
2.7. Konsep Agribisnis Dalam Menciptakan Nilai Tambah ..........................
22
2.8. Produk Dalam Pemasaran ................................................................ .....
26
2.9.
27
Analisis Incremental Benefit Percos Rasio ..................................... ......
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1.
Kerangka Pemikiran .........................................................................
29
3.2.
Hipotesis ..........................................................................................
32
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
iii
IV.
V.
VI.
METODE PENELITIAN
4.1.
Penentuan Daerah ......................................................................... ......
33
4.2.
Penentuan Responden.................................................................... ......
33
4.3.
Pengambilan Data ......................................................................... ......
33
4.4.
Definisi Operasional ..................................................................... ......
34
4.5.
Analisi Data ................................................................................... .....
36
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Keadaan Umum Perusahaan ............................................................
42
5.2.
Proses produksi ...............................................................................
48
5.3
Analisis Perkembangan Produksi Dan Permintaan Beras ...................
63
5.4
Analisis Biaya Agroindustri Penggilingan Padi .................................
70
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan .....................................................................................
75
6.2
Saran ...............................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
iv
DAFTAR TABEL
No.
J udul
Halaman
l
Standar Mutu Gabah dan Beras...................................................
20
2.
Sifat Fisik Gabah dan Beras........................................................
22
3.
Produksi beras di UD.Cahaya Indah ..........................................
62
4.
Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi ...........................
64
5.
Perkembangan Permintaan Beras di UD.Cahaya Indah..............
66
6.
Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi.............................
67
7.
Rata –Rata Biaya Produksi...........................................................
69
8.
Nilai Tamhah, Imbalan Kerja dan Keuntungan Penggilingan Padi ......
71
9.
Analisis Benefit Cos Ratio Padi Dan Gabah..........................................
74
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
v
DAFTAR GAMBAR
No.
J udul
Halaman
1. Pengolahan Dari Padi ke Beras.................................................................. 16
2. Sistem Agribisnis ................................................................................................ 23
3. Agribisni dan Lembaga Penunjangnya ...................................................... 25
4. Diagram Alur Penggilingan Beras ............................................................. 30
5. Struktur Organisasi Perusahaan UD.Cahaya Indah .............................................. 43
6. Diagram alir proses penggilingan padi.................................................... 51
7. Jenis Kemasan Yang Di Gunakan UD.Cahaya Indah ........................................... 60
8. Pemasaran Beras Di Minimarket ......................................................................... 60
9. Perkembangan Produksi Beras Di UD.Cahaya Indah ........................................... 63
10.Hasil Analisis Trend Perkembangan Produksi ..................................................... 65
11. Perkembangan Permintaan Beras ............................................................ 66
12. Hasil Analisis Trend Perkembangan Permintaan Beras ............................ 68
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
dan menyebutkan sumber.
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dari perekonomian Negara
Indonesia yang mampu menyumbang devisa di sektor riil. Hal tersebut di dukung
dengan pembangunan pertanian yang sangat erat kaitannya untuk menunjang
terwujudnya sistem pengolahan padi yang kokoh (Nainggolan, 2006).
Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh
petani adalah tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca
panen meliputi proses pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah,
dan penggilingan gabah hingga menjadi beras. BPS (2008) menyebutkan
kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan
penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan
9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%.
Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian
besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah
menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca panennya masih
belum baik dan benar.
Pemerintah perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang
baik, sampai usaha ini mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat
kehilangan panen bisa ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap
kegiatan pasca panen dan secara bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5
persen berarti total produksi padi yang bisa diselamatkan mencapai 1,59 sampai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2
2,65 juta ton gabah. Suatu jumlah yang sangat besar untuk mendukung
mengamankan target produksi beras nasional setiap tahunnya (Purwanto, 2005).
Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi
padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan
sebagai cadangan makanan pokok. Dalam kaitan dengan proses penggilingan
padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan
padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.
Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak
enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagianbagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan
yang disebut dengan beras sosoh (beras putih).
Bersama dengan sektor pertanian primer, sektor agroindustri dapat dijadikan
sebagai sumber pendapatan sebagian besar penduduk Indonesia dan mengurangi
angka kemiskinan. Ketangguhan industri yang berbasis pertanian telah terbukti
pada masa krisis. Sektor agroindustri tidak banyak terpengaruh oleh krisis dan
dengan cepat mengalami pemulihan. Pentingnya peran sektor agroindustri bukan
hanya dilihat dari ketangguhannya dalam menghadapai krisis ekonomi namun
juga memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain. Keterkaitan tersebut tidak
hanya keterkaitan produk, tetapi juga melaui media keterkaitan lain, yaitu
keterkaitan konsumsi, investasi dan tenaga kerja (Haggblade dkk., 2008). .
Pengembangan sektor agroindustri, akan tercipta kesempatan kerja dan
sumber pendapatan masyarakat, sehingga rumah tangga petani tidak hanya
menggantungkan sumber penghidupan mereka pada sebidang tanah yang semakin
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
menyempit, namun secara luas mampu mendukung pertumbuhan produktivitas.
Kesemua itu akan berdampak positif bagi pengurangan kemiskinan yang sebagian
besar berada di sektor pertanian (Haggblade dkk., 2008).
Peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional difokuskan pada nilai
pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja dan keterkaitan antar sektor serta
perannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga. Apabila upah tenaga
kerja diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam satu
titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai stimulus
penyerapan tenaga kerja nasional, sementara peran sektor agroindustri dalam
meningkatkan pendapatan sektor lain dapat ditingkatkan melalui pengganda
keterkaitan sektor, khususnya keterkaitan ke belakang (Haggblade dkk., 2008).
1.2. Rumusan Masalah
Masalah
agribisnis
merupakan
masalah
yang
terpenting
dalam
perkembangan ilmu pertanian. Dalam Agribisnis proses produksi dilakukan
dengan
tujuan
menambah
nilai
ekonomi
yang
berimplikasi
terhadap
keuntungan petani.
Agribisnis di sini dimulai dari waktu panen hingga pemasaran. Agribisnis
beras yang ada di UD.Cahaya Indah dimulai dari gabah hingga pemasaran beras.
Setelah panen gabah kemudian diproses menjadi beras setelah itu dijual ke
pasar lokal.
Nilai tambah yang dilakukan oleh UD.Cahaya Indaha di Kabupaten
Banyuwangi adalah upaya yang dilakukan untuk menambah keuntungan. Cara
yang mereka lakukan yaitu dari pengelolahan gabah menjadi beras, kemudian di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4
proses Sehingga nilai jual beras semakin bertambah.Penambahan nilai bisa terjadi
hanya khusus pada petani yang memiliki modal atau sarana pengolahan yang
lengkap (petani besar). Untuk petani kecil penambahan nilai tersebut hanya bisa
dilakukan melalui kerjasamanya dengan petani besar atau koperasi.
Dari uraian tersebut, dapat diringkas permasalahan yang perlu diteliti:
1. Bagaimana perkembangan produksi dan permintaan beras giling di UD.
“Cahaya Indah” Banyuwangi?
2. Berapakah besarnya nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya
Indah” Banyuwangi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan produksi dan permintaan beras yang di giling di
UD. “Cahaya Indah” Banyuwangi
2.
Menghitung nilai tambah usaha penggilingan padi di UD. “Cahaya Indah”
Banyuwangi.
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Diharapkan hasil penelitian ini berguna sebagai tambahan informasi bagi
peneliti dan petani untuk menjadikan suatu target yang lebih baik.
2.
Diharapkan bagi peneliti dan petani untuk menciptakan hasil penggilingan
yang baik.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
5
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penger tian Nilai Tambah
Nilai tambah adalah suatu tambahan nilai input antara ya n g d i g u n a ka n
d a l a m p r o s e s m e n g h a s i l ka n b a r a n g / j a s a . Penambahan nilai input
antara ini terjadi karena input antara tersebut telah mengalami proses
produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi. Input
antara sendiri mencakup nilai seluruh komoditi yang habis atau dianggap habis
dalam suatu proses produksi seperti: bahan baku bahan bakar, pemakaian listrik
dan sebagainya.Barang yang digunakan sebagai alat dalam suatu proses produksi
dan umurnya kurang dari setahun dan habis dipakai dimasukkan sebagai input antara
bukan barang modal. (H. Obar Subarna, S.Ip ,2008)
Nilai tambah bisa berupa nilai tambah bruto maupun nilai tambah neto.
Nilai tambah bruto dari suatu unit produksi dihitung dari output bruto atas harga
produsen dikurangi input antara atasdasar harga pasar. Sedangkan nilai tambah neto atas
hargapasar dihitung dari nilai tambah bruto atas harga pasar dikurangipajak tak langsung dan
penyusutan. Karena keterbatasan data penyusutan dan pajak tak- langsung, maka
konsep nilaitambah yang digunakan dalam penghitungan publikasi ini adalah
nilai tambah bruto atas dasar harga pasar . (H. Obar Subarna, S.Ip ,2008)
2.2. Budidaya Tanaman Padi
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan
hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak
dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen. Dalam proses
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6
pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang baik, terutama
harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit yang
sering kali menurunkan produksi.( Nabilussalam,2011)
1. Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan
persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab benih di
persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu
persemian harus benar-benar mendapat
perhatian, agar
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a. Penggunaan benih
- Benih unggul
- Bersertifikat
- Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
- Tanah harus subur
- Cahaya matahari
- Pengairan
- Pengawasan
c. Pengolahan tanah persemaian
- Persemaian kering
- Persemaian basah
- Persemaian sistem dapog (semai kering)
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
harapan untuk
7
Persemaian Ker ing
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah, banyak
terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah kering harus dilakukan
dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih
tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang dilakukan
pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat memasuki tanah lebih
dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih banyak.
- Selanjutnya tanah digaru
Areal persemaian yang tanahnya sempit dapat dikerjakan dengan cangkul,
yang pada dasarnya pengolahan tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur
tanah, agar tanah menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan tetapi perlu
diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
- Lebar bedengan 100 -150 cm
- Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran lebar
30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
¬ Penyiangan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
8
¬ Pengairan
¬ Pemupukan
¬ Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan ditanami,
penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak dari persemaian
basah.Persemaian kering dan basah terletak pada penggunaan air. Persemaian
basah, sejak awal pengolahan tanah telah membutuhkan genangan air.
Fungsi genangan air :
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga pernsak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi lunak, tanah
yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu masing-masing 2 kali. Namun
sebelum pengolahan tanah harus dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu,
kemudian petak sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang
digunakan 1/20 dari areal pertanamanyang akan ditanami ( Nabilussalam,2011)
2.3.Agr oindustri Ber as
A. Saat Panen
Panen merupakan saat yang ditunggu-tunggu oleh setiap petani. Panen
merupakan kegiatan akhir dari proses produksi di lapangan dan faktor penentu
proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan pasca panen perlu dicermati
untuk dapat mempertahankan mutu sehingga dapat memenuhi spesifikasi yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
diminta konsumen. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap
mutu
dan
penampilan
produk
yang
berdampak
kepada
pemasaran
(Nurhasan, 2011)
Sekitar sepuluh hari sebelum panen, sawah harus dikeringkan agar masaknya
padi berlangsung serentak. Selain itu, keringnya sawah akan lebih memudahkan
pemanenan. Pemanenan padi harus dilakukan pada saat yang tepat. Panen yang
terlalu cepat dapat menyebabkan kualitas butir gabah menjadi rendah, yaitu
banyak butir hijau atau butir berkapur. Bila hal ini yang terjadi, nantinya akan
diperoleh beras yang mudah hancur saat digiling (Nurhasan, 2011)
Secara umum padi dikatakan sudah siap panen bila butir gabah yang sudah
menguning sudah mencapai sekitar 80 % dan tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi menunduk karena sarat dengan butir gabah bernas. Untuk lebih
memastikan padi sudah siap panen adalah dengan cara menekan butir gabah. Bila
butirannya sudah keras berisi maka saat itu paling tepat untuk dipanen
(Nurhasan,2011)
B. Car a Panen
Secara tradisional padi dipanen dengan ketam. Hanya saja panen dengan alat
ketam tersebut agak lambat dan perlu banyak tenaga kerja sehingga tidak efisien.
Agar panen dapat berlangsung cepat, alat yang digunakan adalah sabit. Dikatakan
cepat karena hanya dengan empat tenaga kerja saja luas areal padi yang dapat
dipanen dapat mencapai 2.500 m² untuk waktu setengah hari. Sementara panen
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
dengan ketam memerlukan sepuluh tenaga kerja untuk areal yang sama, tetapi
waktunya 2 hari. Panen dengan sabit ini hanya disisakan batang setinggi 20 cm
dari permukaan tanah.
C.Per ontokan
Setelah dipanen, gabah harus segera dirontokkan dari malainya. Tempat
perontokan dapat langsung dilakukan di lahan atau di halaman rumah setelah
diangkut ke rumah. Perontokan ini dapat dilakukan dengan perontok bermesin
ataupun dengan tenaga manusia. Bila menggunakan mesin, perontokan dilakukan
dengan menyentuhkan malai padi ke gerigi alat yang berputar. Sementara
perontokan dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara batang padi dipukulpukulkan, malai padipun dapat diinjak-injak agar gabah rontok.
Untuk mengantisipasi agar gabah tidak terbuang saat perontokan maka
tempat perontokan harus diberi alas dari anyaman bambu atau lembaran plastik
tebal (terpal). Dengan alas tersebut maka seluruh gabah diharapkan dapat
tertampung.
Setelah dirontokkan, butir-butir gabah dikumpulkan di gudang penyimpanan
sementara. Oleh karena tidak semua petani memiliki gudang sementara,
pengumpulan dapat dilakukan di teras rumah atau bagian lain dari rumah yang
tidak terpakai. Gabah tersebut tidak perlu dimasukkan dalam karung, tetapi cukup
ditumpuk setinggi maksimal 50 cm.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2.4. Pengolahan Padi
A. Penger ingan
Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras, maka gabah
harus dikeringkan. Pengeringan gabah umumnya dilakukan di bawah sinar
matahari. Gabah yang dikeringkan ini dihamparkan di atas lantai semen terbuka.
Penggunaan lantai semen terbuka ini agar sinar matahari dapat secara penuh
diterima gabah. Bila tidak memiliki halaman atau tempat terbuka yang disemen
maka halaman tanah pun dapat dipakai untuk penjemuran. Namun, gabah perlu
diletakkan pada alas anyaman bambu, tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini
dilakukan agar gabah tidak bercampur dengan tanah.
Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila cuaca cerah dan matahari
bersinar penuh sepanjang hari, penjemuran hanya berlangsung sekitar 2 – 3 hari.
Namun, bila keadaan cuaca terkadang mendung atau gerimis dan terkadang panas.
Waktu penjemurannya dapat berlangsung lama, sekitar seminggu.
B. Penggilingan Padi
Penggilingan dalam pasca panen padi merupakan kegiatan memisahkan
beras
dari
kulit
yang
membungkusnya.
Pemisahan
secara
tradisional
menggunakan alat sederhana, yaitu lesung dan alu. Lesung terbuat dari kayu utuh
yang diceruk mirip perahu. Cerukan pada kayu tersebut berfungsi sebagai tempat
gabah ditumbuk. Sementara alu merupakan pasangan dari lesung sebagai alat
penumbuk gabah. Alu tersebut terbuat dari kayu yang bentuknya bulat panjang
seperti pipa (Nurhasan, 2011). Kendala penggilingan gabah secara tradisional
adalah pengerjaannya sangat lambat, tenaga kerja yang memadai tidak tersedia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
dan alatnya sulit dijumpai. Saat ini kebanyakan lesung dan alu sudah menghilang
dari kehidupan petani padi karena kehadiran alat penggiling yang praktis dan daya
kerjanya cepat.
Pemisahan beras dari kulitnya dapat dilakukan dengan cara modern atau
dengan alat penggiling. Alat yang sering digunakan berupa hulle. Hasil yang
diperoleh pada penggilingan dengan alat penggiling gabah ini sama dengan cara
tradisional, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada
penggilingan tahap kedua, beras akan menjadi putih bersih.
C. Pengemasan
Beras hasil giling tidak langsung dikemas, sampai sisa panas akibat
penggilingan hilang. Jenis kemasan disesuaikan beras isinya. Untuk kemasan
lebih dari 10 kg sebaiknya menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya.
Sedangkan untuk yang ukuran 5 kg dapat dengan kantong plastik dengan tebal 0,8
mm. Fakta yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan
kemasan, bahan kemasan (sebaikknya bersifat tidak korosif dan tidak mencemari
produk beras, kedap udara atau pori-pori penyerapan uap air dari luar tidak
mengganggu peningkatan kadar air beras dalam kemasan), serta label kemasan
untuk beras hendaknya mencantumkan nama varietas (untuk menghindari
pemalsuan) (www.agribisnis.deptan.go.id).
Rendemen dan mutu beras hasil giling gabah akan rendah jika mutu gabah
rendah. Rendemen dan mutu beras tersebut juga sangat dipengaruhi oleh jenis
penggilingan, kondisi rangkaian unit, cara kerja dan umur pakai. Macam sistem
penggilingan padi mencakup penggilingan padi kecil (PPK), penggilingan padi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
besar (PPB), rice milling unit (RMU), penggilingan padi engelberg (PPE), huller
(H) dan penyosohan (P). Penyebab turunnya rendemen dan mutu beras yang
paling banyak dikemukakan antara lain adalah rendahnya mutu gabah waktu
digiling dan buruknya kondisi penggilingan (Soemardi, 2009).
Untuk meningkatkan mutu beras yang dihasilkan ada beberapa bagian yang
harus diperbaiki yaitu : 1). Perbaikan budidaya padi; 2). Perbaikan penanganan
pascapanen; 3). Perbaikan proses penggilingan; 4). Peningkatan kemampuan
SDM.
Perbaikan proses penggilingan dapat berupa :
a)
Kadar air gabah 14 %
b) Teknik penggilingan dimana proses pecah kulit bertahap 2 kali, penyosohan
bertahap 2 kali, susunan mesin perontok tergantung pada tujuan, pengkilapan
di sarankan tidak menambahkan senyawa lain
c)
Jenis mesin yang dipilih harus tepat, kualitas dan produksinya;
d) Kondisi mesin harus layak dipakai, jika ada yang tidak layak beroperasi harus
diperbaiki atau diganti
e)
Operator harus menguasai prinsip penggilingan padi, harus menguasai mesin
penggilingan dan harus menguasai tentang mutu.
D. Penyimpanan Beras
Beras organik yang sudah digiling secara tradisional maupun modern dapat
langsung dipasarkan. Namun, karena umumnya beras tidak langsung dapat
dipasarkan seluruhnya maka perlu ada tempat penyimpanan. Teknik penyimpanan
beras harus diperhatikan agar kondisinya tetap bagus hingga saatnya akan dijual.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Umumnya beras disimpan di gudang setelah dikemas dalam karung plastik
berukuran 40 Kg atau 50 Kg. Pengemasan dalam karung ini dilakukan secara
manual oleh petani. Bagian karung yang terbuka dijahit tangan hingga tertutup
rapat.
Dalam gudang penyimpanan dapat saja beras diserang oleh hama bubuk.
Biasanya hama bubuk ini menyerang beras yang tidak kering benar saat
pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai beras yang kering karena keras. Selain
itu, hama bubuk pun menyukai tempat lembab sehingga ruangan gudang harus
kering, yang dilengkapi dengan ventilasi udara.
Penumpukan karung berisi beras di dalam gudang pun harus ditata
sedemikian rupa agar beras yang sudah lebih dahulu disimpan dapat mudah keluar
lebih awal. Akan lebih baik lagi bila setiap karung diberi tanda khusus seperti
tanggal penyimpanan.
E. Pemasaran
Ada dua cara pemasaran beras di Indonesia, pertama petani menjual
langsung di lahan pada saat sudah siap panen kepada pedagang pengumpul yang
disebut penebas. Penebas inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih
lanjut menjadi beras. Kedua, petani sendiri yang memanen, mengeringkan, lalu
menjualnya ke pedagang pengumpul, baik berupa gabah kering giling atau sudah
menjadi beras.
Penjualan beras biasanya dilakukan petani langsung kepada pedagang
beras di pasar, dititipkan ke pasar swalayan atau dijual langsung ke konsumen.
Bila dijual langsung ke pedagang beras di pasar, keuntungan yang diperoleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
hanyalah berupa uang kontan, kerugiannya adalah harga yang diperoleh tidak
maksimal karena pedagangpun harus mengambil keuntungan saat dipasarkan
lebih lanjut.
Bila dijual langsung ke konsumen, harganya memang sama dengan harga
jual ke pasar swalayan, bahkan dapat lebih tinggi. Dari segi usaha cara ini kurang
praktis karena petani harus mendatangi konsumen satu persatu.
Mutu beras, rendemen, mutu gabah dan kehilangan bobot saling berkaitan
selama proses pemberasan. Mutu beras ditentukan oleh mutu gabah sewaktu
digiling, derajat sosoh, kondisi penggilingan dan penanganannya serta sifat
varietas(Soemardi,2009).
Pada penetapan mutu gabah, rendemen giling mencakup rendemen beras
kepala dan rendemen total giling. Mutu giling beras merupakan persyaratan utama
dalam penetapan mutu gabah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi yaitu
menentukan jumlah berat beras yang dihasilkan. Rendemen beras kepala
mempunyai keragaman yang besar yang tergantung pada berbagai faktor yaitu
varietas, jenis biji, butir kapur, cara budidaya, faktor lingkungan, perlakuan lepas
panen yang dimulai sejak pemanenan, perontokan, pengeringan, penyimpanan,
hingga penggilingan. Demikian juga rendemen total beras giling dipengaruhi
perlakuan tersebut diatas dan juga ditentukan oleh perbandingan sekam, kulit ari,
dan bagian endosperm.
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menetukan mutu
beras. Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling,
rendemen beras kepala, persentase beras pecah, dan derajat sosoh beras. Sebagian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
besar beras yang beredar di beberapa daerah di Indonesia memiliki derajat sosoh
80 % atau lebih dan persentase beras kepala lebih besar dari 75 % dan
mengandung butir patah kurang dari 30 %. Berbagai faktor yang meliputi keadaan
lingkungan, panen hingga penanganan lepas panen mempengaruhi mutu giling
disamping faktor genetik.
2.5
Pr oses Kegiatan Pembuatan Ber as
Beras merupakan makanan pokok di tidak kurang 26 negara padat
penduduk(China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailand,
Vietnam),atau lebih separuh penduduk dunia. Di Indonesia, masalah beras erat
kaitannyadengan masalah budaya, social dan ekonomi bangsa. Keeratan hubungan
antarapadi (beras) dengan manusia tercermin dari berbagai kepercayaan
penduduk,antara lain melalui hikayat Dewi Sri.
Dalam bidang ekonomi, beras seringdigunakan sebagai indeks kestabilan
ekonomi nasional.surya ini sangat mahal biasanya untuk padi bulu yang
nilaiekonominya tinggi.Padi harus segera dikeringkan untuk menghindari
pertumbuhan kapangyang dapat menyebabkan warna kuning. Pengeringan dapat
dilakukan denganmemakai sinar matahari (penjemuran dengan menggunakan
tikar, tampah,lamporan), pengering buatan dan pengering surya.Lamporan dibuat
miring supaya air dapat mengalir dan untuk mencegahair tergenang. Pada
pengering buatan, jika kering cepat maka akan banyakmenghasilkan beras patah.
Sedangkan pengeringan dengan sinar matahari untukmenghasilkan beras kepala.
Pengeringan surya tidak cocok untuk gabah biasa.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Padi Bertangkai
Merang
Gabah
Sekam
Beras Pecah Kulit
Dedak
Menir
Bekatul
Beras
Gambar 1. Pengolahan dar i Padi menjadi Ber as.
Padi merupakan famili graminae dan genus Oryza. Padijenis lain yaitu
Oryza glaberrima, merupakan tanaman liar, tetapi biladibudidayakan tidak dapat
menghasilkan beras seperti Oryza sativa L. Padi ditanam lebih dari 100 negara
dari semua benua kecuali antartika. Padi ditanampada daerah 53LU-40oLS
sampai ketinggian 3000 m di atas permukaan laut.
Tanaman padi dapat dibedakan atas tiga ras, yaitu Javanika, Japonika dan
Indika. Jenis Indika mempunyai butir padi berbentuk lonjongpanjang dengan rasa
nasi pera, sedangkan pada jenis Japonika, butirnya pendekbulat, dengan rasa nasi
pulen dan lengket. Beras yang ada di Indonesia secaraumum dikategorikan atas
varietas bulu dengan ciri bentuk butiran agak bulatsampai bulat dan varietas cere
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
dengan ciri bentuk butiran lonjong sampai sedang.Indica lebih pendek masa
tanamnya, tahan kekurangan air, dipanen sekaliguskarena butir padi mudah
terlepas dari mulainya sehingga mudah tercecer.Sedangkan japonica lebih lama
masa tanamnya, tanaman lebih tinggi, dipanensatu per satu karena butir padi
melekat kuat pada malainya. Penanaman beras diIndonesia juga sering didasarkan
atas daerah produksinya, misalnya beras Rojolele dan Cianjur dari Jawa Barat,
Siarias dari Sumatra Utara, Solok dariSumatera Barat dan beras empat bulan dari
Sumatera Selatan
Sebagai bahan pangan pokok bagi sekitar 90% penduduk Indonesia,
berasmenyumbang antara 40 – 80% kalori dan 45 – 55 % protein. Sumbangan
berasdalam mengisi kebutuhan gizi tersebut makinbesar pada lapisan penduduk
yangberpenghasilan rendah. Mengingat demikian pentingnya beras dalam
kehidupanbangsa Indonesia, maka pemerintah telah menempuh berbagai
kebijakan untukmeningkatkan produksi padi, yaitu dengan program intensifikasi,
ekstensifikasi,diversifikasi dan rehabilitasi lahan pertanian.
2.5.1
Pr oses Penger ingan
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara,yaitu dengan di oven
atau dengan di jemur di bawah matahari. Pada badan usaha UD.Cahaya Indah
proses pengeringan di lakukan dengan cara di jemur. Menurut pemilik usaha, hal
ini di lakukan dengan alasan karena biaya menjemur jauh lebih murah dari pada di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
oven, selain juga bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Badan usaha UD.
“Cahaya Indah” menetapkan standar kekeringan gabah sebesar 14%.gabah
dianggap kering dan siap untuk di giling bila kadar airnya mencapai