Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

(1)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI USAHA TANI

PADI SAWAH DI KECAMATAN SEI BINGAI

KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh

RAJANAMI YUN SUKATAMI

077018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI USAHA TANI

PADI SAWAH DI KECAMATAN SEI BINGAI

KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RAJANAMI YUN SUKATAMI

077018019/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN PRODUKSI USAHA

TANI PADI SAWAH DI KECAMATAN SEI BINGAI KABUPATEN LANGKAT

Nama Mahasiswa :

Rajanami Yun Sukatami

Nomor Pokok : 077018019

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Drs. Iskandar Syarief, MA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tanggal lulus : 01 September 2009 Telah diuji pada

Tanggal : 01 September 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 1. Drs. Iskandar Syarief, MA

2. Dr. Rahmanta, M.Si 3. Drs. Rujiman, MA


(5)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan, benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi usaha tani.

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data cross section yang diperoleh dari lokasi penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh usaha tani yang ada di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampel acak sederhana dengan sampel yang diambil sebanyak 5 % dari total populasi (167 sampel) dan model yang digunakan adalah model logarima dari fungsi Produksi Cobb Douglas.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, benih, pupuk, tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha tani sedangkan pestisida tidak berpengaruh signifikan.


(6)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

ABSTRACT

The aim of this research is to find out the influence of land acre, seed, fertilizer, pesticide and labor on the production of farm bussiness.

The data used in this research is cross section data obtained from the field. The population of this research is all farmers who have bussines in Sei Bingai District Langkat Regency. Sampling Technique used is Simple Random Sampling which obtained 5 % from population (167 samples). The model employed is Cobb Douglas function with logarithm.

The result shows that land acre, seed, fertilizer, labor significantly influence on farm bussiness, meanwhile pesticide is not significant.


(7)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya, karena dengan segala keterbatasan kemampuan, penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan tesis yang berjudul “Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kec. Sei Bingai Kabupaten Langkat”.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan moril, masukan serta saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada yang terhormat Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si dan Bapak Drs. Iskandar Syarif, MA atas kesediaannya membantu dalam rangka memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis demi kesempurnaan penulisan tesis ini, sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Ucapan terima kasih yang tulus ikhlas juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, SpA(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B, M.Sc selaku Direktur dan Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Dr. Pandapotan Nasution, MS selaku wakil Direktur I dan Wakil Direktur II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera


(8)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Utara atas kesempatan saya menjadi mahasiswa program magister pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas kesempatan saya untuk menyelesaikan pendidikan program magister.

4. Seluruh Dosen dan Guru Besar pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana USU.

5. Bapak H. Syamsul Arifin, SE yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut ilmu di Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya pada saat beliau menjabat sebagai Bupati Langkat.

6. Bapak Ngogesa Sitepu selaku Bupati Langkat beserta seluruh jajaran Pemerintah Kabupaten Langkat yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi data dalam rangka penulisan tesis ini.

7. Kepada rekan-rekan terdekat : Armauliza Septiawan, H. Salman, Sujarno serta rekan-rekan MEP USU Angkatan XII yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

Ucapan terima kasih secara khusus juga penulis sampaikan kepada Alm. Ayahanda Ngalemi Sembiring, BA dan Ibunda Katalige Br Perangin-Angin yang dengan penuh kasih dan disertai doa telah membesarkan dan mendidik penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi seperti pada saat ini. Juga kepada istri


(9)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

tercinta Reh Kejerna Br Sitepu dan anak-anak tersayang; Rachel Shaheila Sembiring, Reinhard Badia Raja Sembiring dan Raja Alvaro Anugerah Sembiring atas kesabaran dan kasih sayangnya, sehingga penulis tetap termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat khususnya di Kabupaten langkat.

Medan, September 2009 Penulis


(10)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Rajanami Yun Sukatami

2. Agama : Kristen

3. Tempat/Tanggal lahir : Medan, 6 Juni 1966 4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil 5. Nama Ayah : Ngalemi Sembiring, BA

Nama Ibu : Katalige Br Perangin-Angin

6. Pendidikan : a. SD Negeri 050644 Bahorok, Lulus Tahun 1977 b. SMP Swasta Karyawan Turangie, Lulus Tahun 1981 c. SMA Swasta Methodist Binjai, Lulus Tahun 1985

d. APDN Medan, Lulus Tahun 1989

e. Strata-1 IIP Depdagri Jakarta, Lulus Tahun 1995 f. Strata-2 MEP SPs USU, Lulus Tahun 2009


(11)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8

2.1 Pendapatan... 8


(12)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

2.3 Fungsi Produksi Cobb Dauglas ... 15

2.4 Marginal Physical Product (MPP) ... 16

2.5 Kemudahan Fungsi Produksi Cobb Dauglas ... 18

2.6 Konsep Efisiensi ... 19

2.7 Penelitian Terdahulu... 21

2.8 Kerangka Pemikiran... 23

2.9 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Lokasi Penelitian ... 26

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.5 Model Analisis ... 27

3.6 Variabel Penelitian ... 28

3.7 Defenisi Operasional ... 29

3.8 Metode Analisis ... 29

3.9 Test of Goodness of Fit ... 30

3.10 Uji Validitas Data ... 31

3.11 Uji Reliabilitas Data ... 32

3.12 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Perkembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Langkat ... 36

4.2 Perkembangan Luas Lahan Sawah ... 39

4.3 Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian ... 41


(13)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4.4.1 Usia Responden ... 42

4.4.2 Tingkat Pendidikan ... 43

4.4.3 Jumlah Anggota Keluarga ... 44

4.4.4 Jenis Rumah ... 45

4.4.5 Lantai Rumah ... 46

4.4.6 Dinding Rumah ... 46

4.4.7 Atap Rumah ... 47

4.4.8 Alat Penerangan ... 47

4.4.9 Sumber Air Minum / Mandi / MCK... 48

4.4.10 Status Kepemilikan Rumah ... 49

4.4.11 Hasil Estimasi Model Penelitian ... 49

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.5.1 Uji Multikollinearitas ... 55

4.5.2 Uji Heterokedastisitas ... 56

4.5.3 Uji Normalitas ... 57

4.5.4 Uji Linearitas ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 59

5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Saran ... 60


(14)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Luas Lahan Tanaman Padi Sawah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Sei Bingei ... 5 3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 27 4.1 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Langkat Menurut

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Tahun 2003 – 2007) 38 4.2 Distribusi PDRB Kabupaten Langkat Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Tahun 2003 – 2007) ... 38 4.3 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Perubahannya Tahun

2004 – 2007 ... 40 4.4 Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten

Langkat 1999 – 2006 ... 42 4.5 Karakteristik Usia Responden di Wilayah Penelitian ... 43


(15)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4.6 Karakteristik Pendidikan Responden Pada Wilayah Penelitian ... 44

4.7 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden ... 45

4.8 Jenis Rumah Yang Dihuni oleh Responden ... 45

4.9 Kondisi Lantai Rumah Tempat Tinggal ... 46

4.10 Kondisi Dinding Rumah Responden ... 47

4.11 Kondisi Atap Rumah Responden ... 47

4.12 Kondisi Alat Penerangan ... 48

4.13 Sumber Air Minum / MCK ... 48

4.14 Status Kepemilikan Rumah Responden ... 49

4.15 Hasil Estimasi Model Penelitian ... 50

4.16 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 57

4.17 Uji Linieritas (Ramsey RESET Test) ... 58

DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tentang Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat ... 24


(16)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian Lapangan ... 64 2. Kondisi Sosial Ekonomi... 69


(17)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar masyarakat di Negara-negara dunia ketiga atau yang sedang berkembang seperti Indonesia, memiliki karakteristik seperti potensi sektor pertanian yang lebih dominan apabila dibandingkan dengan potensi pada sektor industri dan jasa. Jika para perencana sungguh-sungguh menelaah dan


(18)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya maka satu-satunya cara adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya yang hidup disektor pertanian ini. Cara ini bisa ditempuh dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan yang dihasilkan Indonesia dikenal dengan negara agraris yang jumlah penduduknya sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

Merujuk pada perjalanan historis petani khususnya usaha tani padi pada masa penjajahan, perkembangan perekonomian sangat suram untuk mengatasi ekonomi negara pada masa itu, Pemerintah mencoba menggali potensi melalui tanam paksa di Indonesia dengan sistem tanam paksa. Masyarakat Indonesia mengalami tingkat perekonomian yang sangat rendah. Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat jajahan hanya sebagai tempat pemerasan pemerintah asing. Memasuki priode awal kemerdekaan masyarakat dalam status sosial selalu menginginkan mengadakan perubahan baik segi ekonomi sosial maupun kegiatan yang lain. Perubahan yang diinginkan setelah perubahan status ekonomi. Perubahan ini dapat mempengaruhi tata nilai dalam masyarakat. Hal ini terjadi perubahan dalam tata nilai mengenai apa yang biasanya dianggap sangat berharga dan langka menurut anggapan masyarakat (Soekamto, 2000). Kegiatan yang dilaksanakan para petani adalah sistem berhuma dan berladang, dimana petani memanfaatkan lahan kosong.

Setelah zaman Orde Baru pengetahuan dan teknonlogi dari suatu negara sangat berharga dengan kemajuan bangsa ini. Bila teknologi maju maka kemakmuran


(19)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

bangsa ini diharapkan maju pula. llmu pengetahuan harus diabdikan bagi kemakmuran bangsa, produksi pangan dapat ditingkatkan secara kuantitas maupun kualitas dalam teknologi pertanian.

Pada umumnya lahan sawah merupakan bahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang, saluran untuk menahan/ menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya atau status tanah tersebut. Sebaliknya, luas lahan sawah merupakan semua lahan selain sawah yang meliputi: (1) lahan pekarangan, yaitu halaman sekitar rumah termasuk dipakai untuk bangunan; (2) kebun, yaitu lahan kering yang biasanya ditanami tanaman semusim atau tahunan dan terpisah oleh halaman rumah serta penggunaannya tidak berpindah-pindah; (3) huma; yaitu lahan bukan sawah yang biasanya ditanami tanaman musiman dan penggunaannya hanya semusim atau dua musim, kemudian akan ditinggalkan bila sudah tidak subur lagi sehingga kemungkinan lahan ini beberapa tahun kemudian akan dikerjakan kembali jika sudah subur; (4) perkebunan, yaitu lahan yang khusus ditanamai tanaman perkebunan atau industri, seperti karet, kelapa sawit, kopi, teh dan lain sebagainya (Jurnal Analisis, September 2005. Vo1.2 No.2:1999).

Kabupaten Langkat sebagi salah satu wilayah yang memiliki berbagai potensi dengan alamnya yang agraris juga mempunyai penduduk yang bermata pencaharian pada sektor pertanian sebanyak 221,998 orang atau 32% (Langkat Dalam Angka Tahun 2007). Potensi pertanian yang besar terutama usaha tani padi sawah tersebar


(20)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

pada sebagian besar wilayah kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat. Perkembangan produksi padi sawah di Kabupaten Langkat dari tahun 2002 s.d 2006 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2006, produksi padi sawah meningkat dari 372.371 ton pada tahun 2005 menjadi 432.451 ton, sama halnya dengan luas panen dari 69.1777 Ha pada tahun 2005 menjadi 80.167 Ha pada tahun 2006.Sedangkan padi ladang pada tahun 2006 juga mengalami peningkatan dari produksi 726 ton pada tahun 2005 menjadi 810 ton pada tahun 2006. Begitu juga dengan luas panen dari 276 ha pada tahun 2005 menjadi 296 ha pada tahun 2006.( BPS, Kabupaen Langkat, 2007)

Tanaman bahan makanan lain yang dominan dihasilkan Kabupaten Langkat selain padi sawah ada jagung dan ubi kayu, ubi jalar, kedele, kacang tanah dan kacang hijau.

Salah satu Kecamatan yang memiliki potensi yang besar dalam sektor tanaman pangan adalah Kecamatan Sei Bingai yang memiliki tanaman padi sawah seluas 3.019 Ha, setelah Kecamatan Secanggang. Luas areal sawah ini tersebar pada hampir semua desa yang terdapat wilayah kecamatan tersebut.

Dari luas areal tanaman padi sawah tersebut dapat memproduksi padi sawah sebanyak 39.247 gabah kering panen yang setara dengan beras ± 21.585 ton beras/ tahun. Jadi rata-rata produksi adalah sebesar 6.5 ton/Ha gabah kering panen. Dari hasil produksi beras tersebut, sebanyak 7.146 ton dikonsumsi oleh masyarakat


(21)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Kecamatan Sei Bingai dan sisanya masih bisa disumbangkan kepada kecamatan lain yang ada di Kabupaten Langkat.

Perkembangan luas lahan tanaman padi sawah yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai tersebar secara merata di desa-desa yang terdapat di daerah ini. Dari 16 desa yang terdapat di daerah ini hanya 4 desa yang tidak memiliki padi sawah. Gambaran mengenai luas lahan tanaman padi sawah dapat dilihat pada Tabel 1.1. di bawah ini.

Tabel 1.1 Luas lahan Tanaman Padi sawah Menurut Desa/Kelurahan Di Kecamatan Sei Bingai

No. Desa /Kelurahan Luas Lahan (Ha)

1. Telagah 41

2. Tg.Gunung 0

3. Rumah Galuh 0


(22)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

5. Belinteng 400

6. Simp. Kuta Buluh 0

7. Durian Lingga 207

8. Gunung Ambat 0

9. Kel. Namu Ukur Selatan 120

10. Namu Ukur Utara 540

11. Ps. VIII Namo Trasi 350

12. Ps. IV Namo Trasi 355

13. Purwobinangun 353

14. Ps.VI Kwala Mencirim 160

15. Emp. Kwala Mencirim 160

16. Mekar jaya 194

Jumlah 3.030

Sumber : Kecamatan Sei Bingai Dalam Angka, 2007

Berdasarkan kepada latar belakang tersebut, maka dirasa perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi usaha padi sawah di Kecamatan Sei Bingai tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat

2. Apakah Benih berpengaruh terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

3. Apakah pupuk berpengaruh terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat


(23)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4. Apakah pestisida berpengaruh terhadap produksi usaha tani Padi Sawah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

5. Apakah Tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi usaha tani Padi Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

2. Untuk mengetahui pengaruh Benih terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

3. Untuk mengetahui pengaruh pupuk terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

4. Untuk mengetahui pengaruh pestisida terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

5. Untuk mengetahui penagaruh tenaga kerja terhadap produksi usaha tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.


(24)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

1. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang ingin mengetahui pengaruh berbagai aspek penentu terhadap produksi usaha padi sawah di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat

2. Sebagai masukan bagi pemerintah Kabupaten Langkat dalam mengambil keputusan mengenai upaya peningkatan pendapatan masyarakat melalui peningkatan produksi padi.

3. Sebagai bahan acuan atau refrensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat meneliti tentang usaha tani padi sawah khususnya pada sisi produksi padi sawah.


(25)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Pendapatan

Sebagaimana diketahui bahwa pembangunan yang sedang giat dilaksanakan di Negara-negara berkembangang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan per kapita, pendapatan ini umumnya masih rendah. Gejala umum sering terjadi dalam proses pembangunan di Negara berkembang adalah hasrat konsumsi dari masyarakat yang tinggi sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu priode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain :

1. Pendapatan pribadi yaitu : semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun ayang diterima penduduk suatu Negara. 2. Pendapatan disposibel yaitu: pendapatan pribadi dikurang pajak yang harus

dibayarkan oleh para penerima pendapatan yang siap dibelanjakan.

3. Pendapatan nasional, yaitu: nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksi oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Menurut Sobri (1987:50) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau


(26)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

dikonsumsikan. Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor--faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan pengeluaran di Indonesia; pertama, perolehan faktor produksi, adalah hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Pendapatan per kapita dapat diartikan pada sebagai penerimaan yang diperoleh rumah tangga yang dapat mereka belanjakan untuk konsumsi yaitu yang dikeluarkan untuk pembelian barang konsumtif dan jasa jasa, yang dibutuhkan rumah tangga bagi pemenuhan kebutuhan mereka (Sumardi, 1982:83). Dalam hal ini, pendapatan per kapita diterminan potensi ekonomi yang penting selain luas Negara serta penduduk suatu Negara (Todaro, 1998:25).

Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita di suatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-negara berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada


(27)

golongan-Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat.

Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan ditentukan oleh pola produksi pertanian, produksi barang dan jasa nonpertanian di pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian, besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian, produktivitas lahan, intensitas dan pola tanam, serta teknologi yang diterapkan. Di sekitar non-pertanian kesempatan kerja ditentukan oleh volume produksi, teknologi dan tingkat harga komoditi (Kasryno, 2000).

Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumahtangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi.

2.2 Konsep Produksi

Konsep Produksi Analisis produksi berfokus pada penggunaan masukan (input) yang efisien untuk menciptakan output. Koutsoyiannis (1979) serta Pappas


(28)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

dan Hirschey (1993) dalam Salvatore (2001), menyatakan bahwa produksi meneliti karakteristik teknis dan ekonomis yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal menggabungkan input untuk meminimumkan biaya. Untuk menjelaskan konsep produksi, perlu dikaji lebih jauh tentang konsep hubungan antara input dan output yang disebut dengan fungsi produksi (production function). Salvatore (2001), Samuelson dan Nordhaus (1992) serta Schileer (1989) menjelaskan bahwa fungsi produksi

menyatakan hubungan antara jumlah output maksimum yang bisa diproduksi dan input yang diperlukan guna menghasilkan output tersebut, dengan tingkat pengetahuan teknik tertentu. Fungsi produksi mengambarkan apa yang layak secara teknis (technically feasible) bila perusahaan berusaha secara efisien.

Pindyck dan Rubinfeld (1997) menyatakan bahwa hubungan input dan output untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi. Selagi teknologi dapat ditingkatkan dan fungsi produksi berubah, sebuah perusahaan dapat memperoleh lebih banyak output untuk serangkaian input tertentu. Produktivitas faktor adalah kunci untuk menetapkan kombinasi, atau proporsi input (variable proportion) yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law of variable proportion. Produktivitas faktor memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi. Pengembangan output dimana terdapat sekurang-kurangnya satu faktor produksi yang konstan dijelaskan oleh the law of diminishing returns dari


(29)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

faktor berubah. The law of deminishing returns menyatakan bahwa sementara jumlah satu input variabel meningkat, dengan jumlah semua faktor lainnya dinyatakan konstan, kenaikan yang dihasilkan dalam output pada akhirnya akan menurun (Pappas dan Hirschey, 1993 dan Soekartawi, dkk, 1986). Terdapat tiga situasi yang mungkin dalam tingkat pengembalian terhadap skala (Browning dan Browning, 1989). Pertama, jika kenaikan yang proporsional dalam semua input sama dengan kenaikan yang proporsional dalam output (εp = 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala konstan (constant returns to scale). Kedua, jika kenaikan yang proporsional dalam output kemungkinan lebih besar daripada kenaikan dalam input (εp > 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala meningkat (increasing returns to scale). Ketiga, jika kenaikan output lebih kecil dari proporsi kenaikan input (εp < 1), maka tingkat pengembalian terhadap skala menurun (decreasing returns to scale).

Tinjauan literatur menunjukkan terdapat berbagai bentuk fungsi produksi, antara lain: fungsi produksi Cobb-Douglas, Constant Elasticity of Subtitution, Input-Output, Program Linear, Spillman, Transendental, Polinomial, dan Fungsi Profit. Studi ini menggunakan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas karena beberapa keunggulan yang dimilikinya.

Fungsi produksi menghubungkan input dengan output dan menentukan tingkat output optimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau


(30)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

sebaliknya, jumlah input minimum yang diperlukan untuk memproduksi tingkat output tertentu. Fungsi produksi ditentukan oleh tingkat teknologi yang digunakan dalam proses produksi. Karena itu hubungan output input untuk suatu sistem produksi merupakan suatu fungsi dari tingkat teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, dan bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam suatu perusahaan (Arsyad, 2003).

Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya, Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isokuan yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama ( Joesran dan Fathorrozi, 2003).

Isokuan hanya menjelaskan keinginan perusahaan berdasarkan fungsi produksi yang ditentukan, dan tidak menjelaskan yang dapat diperbuat oleh perusahaan. Untuk memahami ini kita harus memasukkan faktor biaya ke dalam gambar yaitu garis isoocost yang menggambarkan kombinasi biaya berbagai input dengan input konstan dan biaya itu yang tersedia.

Menurut Pappas (2003) fungsi produksi adalah suatu pernyataan deskriptif yang mengkaitkan masukan dengan keluaran. Fungsi ini menyatakan jumlah maksimum yang dapat diproduksi dengan sejumlah masukan tertentu atau alternatif


(31)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

lain, jumlah maksimum masukan yang diperlukan untuk memproduksi satu tingkat keluaran tertentu. Fungsi ditetapkan oleh teknologi yang tersedia, yaitu hubungan masukan/keluaran untuk setiap sistem produksi adalah fungsi dari karakteristik teknologi pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang dipergunakan perusahaan.

Menurut Samuelson (200) fungsi produksi adalah kaitan antara jumlah output maksimum yang bisa dilakukan masing-masing dan tiap perangkat input (faktor produksi). Fungsi ini tetap untuk tiap tingkatan teknologi yang digunakan.

Produksi sebenarnya merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per unit waktu. Hubungan antara kuantitas produksi dengan input yang digunakan dalam proses produksi diformulasikan sebagai fungsi produksi. Menurut Beattie dan Taylor (1999), produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material serta kekuatan ( faktor produksi, sumberdaya alam) dalam menghasilkan suatu barang atau jasa (output atau produksi). Hubungan antara input dan output diformulasikan dalam suatu fungsi produksi sebagai berikut :

Q f (K,L,M) (2.1)

Dimana Q adalah jumlah output dari suatu barang yang dihasilkan selama priode tertentu, K adalah jumlah modal yang digunakan, L adalah tenaga kerja yang digunakan dan M adalah variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi produksi.

Jika dalam proses produksi hanya terdapat dua kombinasi faktor (input) produksi yaitu modal dan tenaga kerja, maka bentuk model hubungan antara output


(32)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

dengan input adalah Q = f(K,L). Jumlah maksimum suatu barang yang dapat diproduksi (Q dengan menggunakan kombinasi alternatif antara modal (K) dengan tenaga kerja (L).

Banyak fungsi produksi memiliki suatu sifat yang disebut skala hasil konstan (constant return to scale). Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika peningkatan dalam persentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan peningkatan output dalam persentase yang sama. Jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan, maka kita dapatkan output 10 persen lebih banyak ketika kita meningkatkan modal dan tenaga kerja sampai 10 persen. Secara matematis, fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika :

zY = F(zK, zL) (2.2.)

Untuk setiap angka positif z

Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita menagalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga dikalikan dengan z. Pada bagian berikutnya kita lihat bahwa asumsi skala hasil konstan memiliki implikasi penting pada distribusi pendapatan dari produksi (Mankiw, 2003).

2.3 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Banyak fungsi produksi lain yang mempunyai bentuk isoquant yang ekstrim adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi ini menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb, C.W dan Douglas, P.H. pada tahun 1928 melalui


(33)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

artikelnya yang berjudul " A Theory of Production". Secara matematik fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan :

Q=AkaLb (2.3)

Keterangan : Q = Output K = Input Modal

L = Input Tenaga Kerja

A = parameter effisiensi/koefisien teknologi α = elastisitas input modal

β= elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan (2.3)

Sehingga menjadi :

Ln Q = Ln A +α Ln K +βLn L+ e (2.4)

Dengan meregres Persamaan ( 2.4) maka secara mudah akan diperoleh parameter effisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Jadi, salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya.


(34)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Marginal Physical Product (MPP) adalah perubahan output sebagai akibat perubahan satu satuan input yang diperoleh melalui turunan pertama dari fungsi produksi yang berbentuk, yakni dQ/dK dan dQ/dL. Apabila fungsi produksi Cobb Douglas yang dimaksud adalah :

Q=AKαLβ

Maka Marginal Physical Product of capital secara mudah diperoleh melalui :

dQ/dK = MPΚ= Aα Kα−1Lβ =AαKαLβ=α

Κ Q

(2.5)

Sedangkan Marginal Physical Product of labor adalah sebagai berikut :

dQ/dL = MPI = AβKαLβ−1= L

Lβ

α

βΚ

Α = b

L Q

(2.6)

Apabila nilai MP untuk masing-masing input di atas dikaitkan dengan elastisitas inputnya, maka akan diperoleh keistimewaan dalam fungsi produksi Cobb Douglas. Adapun yang dimaksud dengan elastisitas input adalah permintaan perubahan output sebagai akibat persentase perubahan input. Elastisitas input modal diperoleh melalui :

Elastisitas K =

Q K dK dQ K dK Q dQ ⋅ = / / (2.7)

Apabila nilai dQ/dK yang diperoleh pada persamaan (2.5) disubsitusikan pada persamaan (2.5) disubstitusikan pada Persamaan (2.7) maka akan diperoleh Persamaan:

Elastisitas K = α ⋅ =α

Q K K Q


(35)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Elastisitas untuk input tenaga kerja dapat diperoleh cara yang sama dengan input kapital sehingga menjadi :

Elastisitas L = β ⋅ =β

Q K K Q

Berdasarkan persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa koefisien regresi dari fungsi produksi Cobb Douglas sekaligus merupakan elastisitas inputnya. Analisis elastisitas input ini sangat penting untuk menjelaskan input mana yang lebih elastis dibandingkan dengan input lainnya. Di samping itu, sekaligus dapat diketahui intensitas faktor produksinya apakah bersifat padat tenaga kerja ataukah padat modal. Apabila nilai α > β, maka proses produksi lebih bersifat pada kapital dan sebaliknya.

2.5 Kemudahan Fungsi Produksi Cobb Douglas

Menurut Soekartawi (1994;173), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb Douglas banyak dipakai oleh para peneliti :

1. Penyelesaian fungsi produksi Cobb Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi yang lain, misalnya lebih mudah ditransfer dalam bentuk linear. 2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan

menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.


(36)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

3. Besaran elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to scale.

Hal senada dikemukakan oleh Yuyun Wirasasmita ( 1998;12) bahwa dengan menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas dapat diketahui beberapa hal yang sama penting antara lain ;

1. Marginal Physical Product dari masing-masing input, yaitu perubahan pada output sebagai akibat perubahan - perubahan pada input. Pemahaman tentang marginal physical product penting untuk mengetahui produktivitas masing-masing faktor input.

2. Elastisitas output dari masing-masing faktor input, yaitu perubahan persentase dari output sebagai akibat perubahan persentase dari faktor input. Parameter ini sangat penting terutama dalam usaha mengadakan perbaikan dari proses produksi atau efisiensi dan juga untuk meramalkan misalnya dampak-dampak dari perubahan-perubahan dari faktor-faktor input.

3. Bagian dari faktor input, yaitu tenaga kerja dan modal dapat diketahui. Hal ini sangat penting karena setiap proses produksi mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap bagian-bagian tersebut. bagian-bagian dari input juga kita suatu proses perubahan bersifat. Dengan pengetahuan mengenai dapat mengetahui sejauh mana padat kerja atau pada modal.


(37)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Efisiensi (efficiency) adalah konsep yang sifatnya relatif. Suatu situasi yang secara ekonomis efisien, mungkin menjadi tidak efisien ketika dihadapkan pada ukuran-ukuran yang berbeda (Schenk, 1997). Yotopoulos dan Nugent (1976), menyatakan efisiensi berhubungan dengan pencapaian output maksimum dari penggunaan sumberdaya tertentu. Jika output yang dihasilkan lebih besar dibanding input yang digunakan berarti tingkat efisiensi lebih tinggi. Ramly (1993) menyatakan bahwa tingkat efisiensi yang tinggi tercapai pada saat kondisi optimal terpenuhi, yaitu apabila tidak ada lagi kemungkinan menghasilkan jumlah produk yang sama dengan menggunakan input yang lebih sedikit dan tidak ada kemungkinan menghasilkan produk yang lebih banyak dengan menggunakan input yang sama. Farrel (1957) dan Kartasapoetra (1988) mengklasifikasikan konsep efisiensi ke dalam efisiensi harga (price or allocative efficiency) dan efisiensi teknik (technical efficiency). Bressler dan King (1970) mengemukakan bahwa efisiensi harga atau efisiensi alokatif diukur relatif erhadap fungsi produksi sebagai rasio biaya dengan proporsi input yang digunakan secara aktual. Sedangkan efisiensi ekonomi diukur dengan indeks efisiensi teknik dan indeks efisiensi harga. Doll dan Orazem (1984) menyatakan bahwa pendekatan sistematik pada perencanaan sektor pertanian umumnya membagi syarat perlu (necessary conditions) dan syarat cukup (sufficient conditions) berdasarkan efisiensi teknis (technical efficiency) dan efisiensi ekonomi (economic efficiency atau allocative efficiency). Efisiensi teknis menyatakan syarat perlu dan efisiensi ekonomi menyatakan syarat cukup.


(38)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Soekartawi (1995) menyatakan bahwa suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi yang maksimum. Dikatakan efisiensi harga (efisiensi alokatif) kalau nilai dari produk marjinal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan, dan dikatakan efisiensi ekonomi kalau usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga. Dillon dan Hardaker (1986) menjelaskan bahwa bila model fungsi produksi yang dipakai, maka kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan. Misalkan fungsi produksi tipe Cobb-Douglas dirumuskan sebagai berikut:

Y=AXb dan produk marjinal = ∂ Y / ∂ X = b

Kondisi efisiensi teknik menghendaki produk marginal =∂Y/∂X=0 dengan slop negatif, sedangkan kondisi efisiensi harga menghendaki nilai produk marginal (NPMx) sama dengan harga faktor produksi X, atau dapat dituliskan sebagai berikut: 1 . ... ... . . . . . = =P atau

P XX P Y b P Y b x x Y Y

dimana: b = elastisitas; Y = produksi;

PY = harga produk Y; X = jumlah faktor produksi X, dan Px adalah harga faktor produksi X. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan efisiensi penggunaan sumberdaya meliputi efisiensi teknik (technical efiiciency) dan efisiensi harga atau efisiensi alokatif (price or allocative efficiency).


(39)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

2.7 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini dijelaskan secara sistematis tentang beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian di bawah ini dapat meliputi beberapa ringkasan penting penelitian sebelumnya yang disajikan melalui paparanTheoretical mapping.

Rahmanta (1997) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efesiensi Ekonomi Relatif Usaha Tani Kentang Di Kabupaten Karo menunjukkan bahwa harga kentang dalam jangka pendek berpengaruh positif terhadap penawaran kentang sedangkan harga input tidak tetap (tenaga kerja, Benih, pupuk anorganik, pestisida padat dan pestisida cair) berpengaruh negatif. Dalam jangka pendek, elastisitas permintaan silang antar input tidak tetap (tenaga kerja, Benih, pupuk anorganik, pestisida padat dan pestisida cair) bertanda negatif artinya terjadi hubungan yang bersifat komplemen antara faktor produksi tidak tetap tersebut. Elastisitas harga sendiri untuk input tidak tetap (tenaga kerja, Benih, pupuk organik dan pupuk non organic) elastis, sedangkan pestisida padat dan pestisida cair inelastis.

Menurut hasil penelitian Susilowati (2002) menyebutkan secara umum sumber pendapatan rumah tangga masih tergantung pada sektor pertanian yaitu sebanyak 51 persen yang terdiri dari 29,5 persen di bidang usaha tani/ nelayan dan 21,5 persen sebagai buruh tani/buruh nelayan. Di sektor non pertanian, sumber pendapatan


(40)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

rumah tangga yang sifatnya usaha tani sebanyak 20,6 persen yang terbanyak berupa usaha dagang yaitu sebanyak 14,1 persen. Sedangkan yang bersumber pendapatan utama dari buruh nonpertanian sebanyak 21,5 persen, terutama yang dominant adalah buruh usaha jasa.

Muhammad Yamin (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis pengaruh Pembangunan Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan dan Peningkatan Lapangan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan dengan memfokuskan penelitiannya pada beberapa variabel yakni PDRB Sektor Pertanian, distribusi pendapatan masyarakat serta kesempatan kerja dengan menggunakan data time series sejak tahun 1985 hingga tahun 2005. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan yakni ;(1) Distribusi Pendapatan masyarakat di Sumatera Selatan sudah dikerjakan dengan baik dengan ditunjukkan melalui indeks gini yang jauh lebih kecil dari 1, (2). Pengaruh PDRB masing-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata dan (3) PDRB Sub sektor tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan.

Penelitian lainnya yang dilakukan Trisno Pamungkas (2007) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi usaha tani yang menggunakan beberapa variabel seperti luas lahan, tingkat pendidikan serta pekerjaan lainnya. Pada tingkat kepercayaan 90%. Analisa data menunjukkan bahwa variabel luas lahan, tingkat pendidikan dan


(41)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

pekerjaan lain berpengaruh positif dan signifikan terhadap usaha tani tebu dalam mengambil keputusan.

Pada tahun 2007 terdapat pula sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ari Haryati mengenai analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani jagung hebrida. Dalam penelitiannya dilakukan analisis terhadap variabel-variabel seperti biaya produksi, penerimaan dan pendapatan petani dengan hasil faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata pada produksi jagung hibrida setelah pupuk Za dan tenaga kerja. Penggunaan faktor-faktor produksi jagung hibrida tidak efisien.

2.8 Kerangka Pemikiran

Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara sederhana tentang hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dengan demikian kerangka pemikiran dalam melakukan penelitian ini adalah produksi usaha padi sawah sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh luas lahan, Benih, pupuk, pestisida dan jumlah tenaga kerja sebagai variabel bebas. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.

Luas Lahan (X1) Benih

(X2) Pupuk

(X3) Pestisida

(X4) Jumlah Tenaga

Kerja (X )

Produksi Usaha


(42)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Tentang Analisis Determinan Produksi Usaha Tani Padi Sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

2.9 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan berbagai hasil kajian empiris yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, ceteris paribus

2. Benih berpengaruh positif terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, ceteris paribus

3. Pupuk berpengaruh positif terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, ceteris paribus

4. Pestisida berpengaruh positif terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, ceteris paribus

5. Jumlah Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap produksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, ceteris paribus.


(43)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilakukan pada desa-desa yang memiliki potensi padi sawah yang besar yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat.


(44)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang penelitian ini memusatkan perhatian pada produksi usaha tani padi sawah dengan mencakup beberapa variabel yang akan dianalisis yaitu luas lahan, Benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja serta hasil produksi usaha tani padi sawah.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh usaha tani padi sawah yang terdapat di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten langkat. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling. Dengan menetapkan 5 (lima) desa yang memiliki potensi luas usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai. Dengan demikian akan ditetapkan total sampel yang dinilai cukup representatif sebesar 5 persen dari total petani yang terdapat pada masing-masing desa sampel. Secara rinci besar sample (sample size) yang diambil dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1. di bawah ini.


(45)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabel 3.1 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Desa Luas Lahan Jumlah petani Besaran Sample

1. Belinteng 400 310 16

2. Namu Ukur Utara 540 873 44

3. Psr VIII Namo Trasi 350 727 36

4. Psr IV Namo Trasi 355 613 31

5. Purwobinangun 353 801 40

Total 167

Sumber : Kecamatan Sei Bingai Dalam Angka Tahun 2007

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data Primer yang diperoleh dari sejumlah responden petani yang merupakan pelaku usaha tani padi di Kecamatan Sei Bingai. Data ini diperlukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi Usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.


(46)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Untuk melihat dan menganalisis determinan produsksi usaha tani padi sawah di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, dalam hal ini digunakan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut ;

Qs = A X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5 ………(3.1) Selanjutnya dispesifikasikan ke dalam model ekonometrika sebagai berikut :

Log Qs = α0 + bl log X1 + b2 Log X2 + b3 Log X3 + b4 Log X4 + b5 Log X5 …....(3.2) Dimana :

Qs = Produksi Usaha Tani Padi (Kg) XI = Luas Lahan (Ha)

X2 = Benih (Kg)

X3 = Pupuk (Kg)

X4 = Pestisida (Liter)

X5 = Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 0 = Konstanta

bl – b5 = Koefisien

3.6 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel ekonomi sebagaimana terdapat pada persamaan diatas, dimana variabel - variabel tersebut diharapkan mampu menjelaskan atau menjawab permasalahan serta tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini. Untuk menganalisis determinan produksi padi


(47)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

sawah di Kecamatan Sei Bingai, maka sebagai variabel bebas yakni ; luas lahan, Benih, pupuk, pestisida dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan variabel terikat total produksi padi sawah.


(48)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

3.7 Defenisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :

1. Produksi usaha tani padi adalah jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani yang dilakukan petani selama Satu musim tanam (Kg).

2. Luas lahan adalah luas areal yang digunakan pelaku usaha tani padi untuk berproduksi (Ha)

3. Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya individu yang terlibat dalam penggarapan lahan tani padi yang dimiliki (orang)

4. Pupuk adalah Nutrisi tambahan yang digunakan selama proses produksi (Kg).

5. Pestisida adalah obat yang digunakan usaha tani padi selama proses produksi (liter).

6. Benih adalah Bakal tanaman padi yang digunakan dalam proses produksi (Kg).

3.8 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Metode Ordinary Least Square (OLS). Dan sebagai alat analisis untuk mengolah data adalah dengan menggunakan program Eviews versi 4,1.


(49)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Metode ini banyak digunakan karena ;

1. Pengestimasian parameter dengan menggunakan metode ini akan menghasilkan parameter yang bersifat optimum.

2. Perhitungan dengan menggunakan metode ini cukup mudah jika dibandingkan dengan metode ekonometrika yang lain dan metode ini tidak membutuhkan banyak data.

3. Metode Kuadrat Terkecil ini banyak digunakan secara luas dalam hubungan ekonomi dan banyak menghasilkan keputusan ekonomi yang baik. Dengan demikian metode ini banyak digunakan pada waktu mengestimasi hubungan dalam metode Ekonometrika.

4. Teknik-teknik dalam metode kuadrat terkecil sangat mudah dipahami.

5. Metode Kuadrat Terkecil adalah komponen yang penting dalam ekonometrika.

3.9 Test of Goodness of Fit

Estimasi terhadap model dilakukan dengan menggunakan metode enter yang tersedia pada program statistik Eviews Versi 4,1. Koefisien yang dihasilkan dapat dilihat pada output regresi berdasarkan data yang dianalisis untuk kemudian diinterpretasikan serta dilihat signifikansi tiap-tiap variabel yang diteliti.

Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji statistik Uji-t (t-test) dan Uji - F (F-tes). Uji - t dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi variabel secara


(50)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

partial, sementara Uji - F mengetahui signifikasi statistik secara serentak, Uji R2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kekuatan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.

3.10 Uji Validitas Data

Uji validitas data dapat dilakukan terhadap pengujian validitas konstruksi, validitas isi dan validitas eksternal. Validitas konstruksi adalah aspek-aspek yang akan diukur berlandaskan teori tertentu. Hal ini dapat dikonsultasikan dengan para ahlinya. Setelah pengujian dilakukan kepada ahli kemudian akan dilanjutkan kepada anggota sampel sekitar 30 orang. Pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan mengkorelasikan antar score item instrument. Apabila korelasinya rendah dan tidak signifikan maka instrumen dianggap tidak valid. Uji validitas ini dapat diukur dengan teknik korelasi product moment.

Sedangkan pengujian validitas isi adalah membandingkan antara isi instrumen dengan isi mated seperti seorang dosen memberi ujian di luar pelajaran yang ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut tidak valid. Pengujian ini dapat dilakukan kepada para ahli. Sedangkan validitas eksternal adalah cara membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengujicobakan kepada sampel, kalau ditemukan perbedaan yang terlalu mencolok maka instrumen harus disesuaikan.


(51)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

3.11 Uji Reliabilitas Data

Pengujian reliabilitas digunakan untuk menguji hasil pengukuran angket dapat dilakukan baik secara eksternal maupun internal. Secara ekternal dilakukan dengan test-retest, equivalen dan gabungannya. Testretest dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali kepada responden, jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dan yang berikutnya. Bila koefisien positif dan signifikan maka instrumen tersebut dinyatakan reliable. Sedangkan dengan pendekatan equivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya sama. Pengujian reliabilitas instrumen untuk ini dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil data yang diperoleh dari responden yang sama, waktunya sama, tetapi instrumennya berbeda. Pengujian validitas dan reliabilitas ini akan dilakukan sebelum melakukan penelitian yang sebenarnya.

3.12 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah dilakukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan


(52)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

yang terbentuk. Untuk itu maka perlu melakukan uji penyimpangan asumsi klasik, yang terdiri dari (Insukrindo, 2000).

1. Uji Normalitas

Pengujian Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Normal atau tidaknya berdasar patokan distribusi normal dari data dengan mean dan standar deviasi yang sama. Jadi uji normalitas pada dasarnya yakni melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data yang kita pakai.

Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Selain itu data yang mempunyai distribusi secara normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi.

Untuk mengetahui apakah data yang kita miliki normal atau tidak, secara kasat mata kita bisa melihat histogram dari data yang dimaksud, apakah membentuk kurva normal atau tidak.Tentu saja cara ini sangat subyektif.


(53)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Uji normalitas data yang digunakan di sini adalah uji Jarque Bera. Tahap uji Jarque Bera dengan menggunakan Eviews secara ringkas adalah sebagai berikut : a. Formulasi hipotesis

Ho : distribusi ut normal HA : distribusi ut tidak normal b. Menentukan tingkat signifikansi (a) c. Menentukan kriteria pengujian 2. Uji Multikolinieritas

Interprestasi persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas akan menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu pendektesian multikolinieritas dengan besaran-besaran regresi yang di dapat, yakni :

1. Variasi besar (dari taksiran OLS)

2. Interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error besar sehingga interval kepercayaan lebar).

3. Uji t (t-rasio) tidak signifikan, suatu variabel bebas yang signifikan baik secara substansi maupun secara statistik jika dibuat regresi sederhana, bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat kolinieritas. Bila standar error terlalu besar maka besar pula kemungkinan taksiran koefesien regresi (a,- a4) tidak signifikan.


(54)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4. R2 tinggi tetapi tidak banyak variabel yang signifikan dari Uji t

5. Terkadang nilai taksiran koefesien yang didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga dapat menyesatkan interprestasi.

3. Uji Heterokedastisitas

Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik adalah homokedastisitas atau varian yang sama. Salah satu metode yang dapat digunakan ada tidaknya heterokedastisitas dalam satu varian error term suatu model regresi adalah metode Park Heterokedastisitas dalam penelitian ini dideteksi dengan mengamati tampilan grafik (scatterplot). Tidak terdapatnya pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y menunjukkan tidak terjadinya heterokedastisitas pada model regresi. Sedangkan adanya gejala heterokedastisitas ditunjukkan dengan adanya pola scatterplot yang dapat terlihat jelas. Jika model estimasi memiliki gejala heterokendastisitas maka kita dapat membuat kesimpulan yang salah dari interpretasi, karena estimasi OLS yang ada tidak lagi BLUE.


(55)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan sektor Pertanian di Kabupaten langkat

Salah satu sektor yang dapat ditumbuh-kembangkan untuk mengatasi kondisi obyektif di era otonomi ini adalah sektor pertanian yang merupakan sektor uanggulan berbagai daerah Kabupaten/Kota, termasuk Kabupaten Langkat yang perekonomiannya berbasis pada sektor pertanian. Pengembangan sektor unggulan ini dimaksudkan untuk memperbesar penerimaan daerah. Pengembangan sektor pertanian ini sangat krusial karena merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap perolehan penerimaan daerah, terutama jika dilihat kontribusinya yang berarti terhadap PDRB.


(56)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Langkat mendapat perhatian yang besar disebabkan kontribusinya yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat. Pertumbuhan sektor pertanian dapat dilihat dari besarnya anggaran sektor pertanian yang dianggarkan oleh pemerintah Kabupaten Langkat. Anggaran tersebut bertujuan agar pembangunan sektor pertanian dapat dilakukan dengan baik sebagaimana mestinya sehingga tetap memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian daerah.

Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan struktur perekonomian yang terbentuk di suatu wilayah. Struktur ekonomi ini menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptkan nilai tambah, sekaligus menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing - masing sektor

ekonomi. Pergeseran sektor ini sering dipakai sebagai indikator untuk menunjukkan adanya suatu proses pembangunan.

Untuk mengetahui gambaran tentang struktur perekonomian suatu wilayah dapat dilihat dari persentase PDRB atas dasar harga berlaku dan harga konstan yang dirinci menurut lapangan usaha. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Langkat pada tahun 2007, yaitu sebesar 54,21 persen, sektor pertambangan dan penggalian 6,92 persen, sektor industri 11,10 persen, sektor listrik, gas dan air minum 0,34, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar


(57)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

15,64 persen, sektor jasa-jasa 5, 53 persen, dan sektor keuangan 1,58 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 2,29 persen, sektor bangunan 2,39 persen.

Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, peranan sektor pertanian pada tahun 2007 adalah sebesar 54,21 persen, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,64 persen, sektor industri sebesar 11, 10 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 6,92 persen, sektor jasa jasa sebesar 5,53 persen, sektor keuangan sebesar 1,58 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 2,29 persen, sektor bangunan sebesar 2,39 persen, sektor keuangan sebesar 1,58 persen dan sektor listrik, gas dan air minum sebesar 0,34 persen.


(58)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabe1 4.1. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Langkat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (Tahun 2003-2007)

No Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006* 2007*

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri

Listrik, Gas & Air Minum Bangunan

Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, Perbankan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 52,02 9,56 12,42 0,49 2,55 12,63 2,59 1,40 1,50 51,79 8,99 12,79 0,49 2,60 12,68 2,72 1,50 6,44 51,08 9,65 13,03 0,55 2,59 12,33 2,74 1,59 6,44 49,63 11,48 13,23 0,54 2,55 11,87 2,69 1,63 6,37 48,80 12,05 13,66 0,52 2,55 11,61 2,71 1,70 6,40 Sumber : BPS Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2008

Tabel 4.2. Distribusi PDRB Kabupaten Langkat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar harga konstan 2000 (Tahun 2003-2007)

No Lapangan Usaha/Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006* 2007*

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri

Listrik, Gas & Air Minum Bangunan

Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan komunikasi Keuangan, Perbankan

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 52,41 11,69 10,42 0,32 2,32 13,58 2,36 1,25 5,56 53,62 8,69 10,89 0,33 2,38 14,63 2,40 1,35 5,73 53,89 8,08 10,99 0,33 2,37 14,93 2,35 1,41 5,65 54,43 6,94 11,10 0,34 2,40 15,36 2,33 1,49 5,61 54,21 6,92 11,10 0,34 2,39 15,64 2,29 1,58 5,53 Sumber : BPS Kabupaten Langkat Dalam Angka, 2008


(59)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4.2 Perkembangan Luas Lahan Sawah

Lahan merupakan salah satu faktor produksi bagi petani. Di negara yang sektor pertaniannya masih berkembang, lahan yang luas menjadi faktor dominan di dalam meningkatkan produksi pertanian .Seiring dengan perkembangan zaman, lahan pertanian terus menyusut dan beralih fungsi. Untuk mengetahui perkembangan tersebut diketahui bahwa total luas lahan sawah Kabupaten Langkat dari tahun 2004 - 2007 cenderung mengalami penurunan, Tahun 2004 total luas lahan sawah yang digunakan untuk penanaman padi sebesar 49.211 Ha menjadi 45.051 Ha di tahun 2007. Dengan kata lain, lahan sawah mengalami penurunan sebesar 8,45 persen dalam kurun empat tahun terakhir dengan rata-rata penurunan luas lahan sebesar 2,89 persen per tahunnya. Penurunan luas lahan sawah tersebut tergambar dari penurunan luas lahan sawah di kecamatan yang ada di Kabupaten langkat yang sebahagian besar mengalai penyusutan. Kecamatan yang luas lahan sawahnya tidak mengalami perubahan yakni kecamatan Binjai (1.542 ha). Sementara ada dua kecamatan yang luas lahan sawahnya bertambah yakni kecamatan yang luas lahan sawahnya bertambah yakni kecamatan Bohorok (0,19 persen) dan kecamatan Tanjung Pura (0,43 persen). Kecamatan Bohorok seluas 1.068 Ha di tahun 2004 menjadi 1.070 Ha di tahun 2007.

Sementara kecamatan yang paling besar mengalami penyusutan adalah Kecamatan Stabat dengan penurunannya mencapai lebih dari 52 persen. Sedangkan


(60)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Kecamatan Sawit Seberang merupakan kecamatan terbesar kedua dengan penurunan luas lahan sawah mencapai sebesar 21,04 persen.

Kondisi luas lahan pertanian di kabupaten Langkat dapat dilihat dari perkembangan luas lahan di daerah ini yang pada setiap tahunnya berfluktuasi ini terutama disebabkan banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi ke peruntukan lain, seperti perumahan dan sebagian untuk perkebunan. Perkembangan luas lahan pertanian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.3. Luas Lahan sawah Menurut Kecamatan dan Perubahannya Tahun 2004 – 2007

Luas Lahan (ha) Perubahan

No Kecamatan 2004 2007 (%)

1 Bahorok 1068 1070 0,19

2 Selapian 668 653 -2,25

3 Sei Bingai 3030 3019 -0,36

4 Kuala 1669 1474 -11,68

5 Selesai 1777 1770 -0,39

6 Binjai 1542 1542 0,00

7 Stabat 2860 1363 -52,34

8 Wampu 1494 1290 -13,65

9 Batang Serangan 900 709 -21,22 10 Sawit Seberang 202 105 -48,02

11 Padang Tualang 2490 2242 -9,96

12 Hinai 2559 2251 -12,04

13 Secanggang 6852 6845 -0,10

14 Tanjung Pura 4904 4925 0,43

15 Gebang 3670 3525 -3,95

16 Babalan 5143 4394 -14,56

17 Sei Lepan 2200 1916 -12,91

18 Berandan Darat 1364 1362 -0,15

19 Besitang 1500 1444 -3,73


(61)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Total 49.211 45.051 -8,45 Sumber : BPS Kabupaten Langkat


(62)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4.3 Tenaga Kerja pada Sektor Pertanian

Kontribusi sektor pertanian yang tinggi terhadap perekonomian Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki pengaruh yang tinggi terhadap perekonomian daerah tersebut. Hal ini juga berarti bahwa sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Tenaga kerja dipandang sebagai suatu faktor produksi yang mampu untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah maka sektor pertanian merupakan sektor andalan yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan menjadi prioritas utama untuk dikembangkan di kabupaten Langkat.

Perkembangan jumlah tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Langkat dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahawa Kabupaten Langkat masih merupakan daerah agraris. Hal ini juga dapat dilihat dari besarnya persentase rumah tangga pertanian terhadap rumah tangga di Kabupaten Langkat yaitu sebesar 54,87 persen atau 1116.825 rumah tangga. Sebagian menyangkut tenaga kerja di sektor pertanian di Kabupaten Langkat, bahwa dari penduduk usia 10 tahun ke atas yang tergolong angkatan kerja pada tahun 2003 adalah sebesar 61,82 persen yang pekerjaan utamanya di sektor pertanian.


(63)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabel 4.4. Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Langkat 1999 – 2006

Tahun Angkatan Kerja (jiwa)

Tenaga Kerja Sektor Pertanian

(Jiwa)

Persentase Terhadap AK

(%)

1999 701.255 352.521 50,27

2000 711.516 358.035 50,32

2001 559.150 271.579 48,57

2002 788.814 377.132 47,81

2003 789.501 367.276 46,52

2004 720.586 331.037 45,94

2005 778.642 329.129 42,26

2006 717.510 284.370 39,63

2007 738.282 286.142 38,76

Sumber :BPS Kabupaten Langkat 2000 - 2007

4.4 Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dibahas dalam penelitian ini menyangkut karakter sosial ekonomi pengusaha kecil yang dijadikan sebagai sampel peneltian ini yang berjumlah 167 orang. Adapun cakupan dari karakteristik yang dibahas meliputi ; usia responden, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga dan kondisi tempat tinggal.

4.4.1 Usia Responden

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa paling banyak ditemukan responden yang berusia diantara 40 - 49 tahun sebanyak 56 orang atau 34 persen, dibawah 30 tahun sebanyak 26 orang atau 16 persen, usia 30-39 tahun berjumlah sebanyak 39 orang atau 23 persen dan kemudian diikuti oleh kelompok usia antara


(64)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

50 - 59 tahun sebanyak 37 orang atau 22 persen serta yang berusia di atas 60 tahun sebanyak 9 orang atau 5 persen. Data ini menunjukkan bahwa mayoritas para petani di daerah ini pada umumnya berada dalam usaha produktif dalam melakukankan kegiatan usaha taninya. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Tabe1 4.5 Karakteristik Usia Responden di Wilayah Penelitian No U s i a Frekuensi Persentase (%)

1 20 – 29 26 16

2 30 – 39 39 23

3 40 – 49 56 34

4 50 – 59 37 22

5 > 60 9 5

Jumlah 167 100

Sumber : Data Primer, 2009 4.4.2 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ditinjau dari segi pendidikan yang pernah diikuti oleh responden dari 167 sampel, dijumpai ratarata pendidikan petani di daerah ini antara lain yang menamatkan sekolah dasar (SD) sebanyak 46 orang atau 28 persen, tamat Sekolah Menengah Pertama (SLTP) sebanyak 64 orang atau 38 persen, yang menamatkan SLTA dan sederajat sebanyak 57 orang atau 34 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabe1 4.5 di bawah.


(65)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabe1 4.6. Karakteristik Pendidikan Responden Pada Wilayah Penelitian

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Tamatan SD 46 28

Tamatan SMP/Sederajat 64 38

Tamatan SLTA/Sederajat 57 34

Jumlah 167 100

Sumber : Data Primer, 2009

4.4.3 Jumlah Anggota Keluarga

Dari segi jumlah tanggungan keluarga, pada umumnya pengusaha kecil di daerah ini rata-rata memiliki tanggungan keluarga yang relatif bervariasi. Jumlah anggota keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 4.6. yang menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden dimana jumlah anggota keluarga sampai dengan 2 orang sebanyak 49 orang atau 29 persen, dan jumlah anggota keluarga 3 orang sebanyak 48 orang atau 29 persen, dan sedangkan jumlah anggota keluarga sampai dengan 4 orang sebanyak 37 atau 22 persen. Sedangkan jumlah anggota rumah tangga lebih dari orang sebanyak 33 atau 20 persen.


(66)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabel 4.7. Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Jumlah Anggota Rumah Tangga Frekuensi Persentase (%)

(orang)

2 49 29

3 48 29

4 37 22

5

≥ 33 20

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009

4.4.4 Jenis Rumah

Berdasarkan jenis rumah yang dimiliki oleh responden beraneka ragam mulai dari rumah papan, semi permanen dan permanen. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis rumah yang dimiliki oleh responden antara lain; rumah permanen sebanyak 53 buah atau 32 persen, kemudian rumah semi permanen sebanyak 85 buah atau 51 persen merupakan jenis rumah yang paling banyak dimiliki oleh responden. Sedangkan rumah papan sebanyak. 29 buah atau 17 persen. Gambaran mengenai jenis rumah yang dihuni oleh responden dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini.

Tabel 4.8. Jenis Rumah Yang Dihuni oleh Responden

Jenis Rumah Frekuensi Persentase (%)

Papan 29 17

Semi Permanen 85 51


(67)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009

4.4.5 Lantai Rumah

Kondisi lantai rumah yang dimiliki oleh responden antara lain sebagian besar tempat tinggal memiliki lantai semen sebanyak 86 buah atau 51 persen dan lantai traso/keramik sebanyak 67 orang atau 41 persen, sedangkan yang memiliki lantai tanah sebanyak 14 rumah atau 8 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8. di bawah ini.

Tabel 4.9. Kondisi Lantai Rumah Tempat Tinggal

Jenis Lantai Frekuensi Persentase (%)

Tanah 14 8

Semen 86 51

Keramik/traso 67 41

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009

4.4.6 Dinding Rumah

Dari hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa jenis dinding rumah yang dimiliki oleh responden sebagian besar adalah dinding batu sebanyak 104 buah atau 62 persen, sedangkan dinding yang terbuat dari setengah batu sebanyak 63 buah atau 38 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9


(68)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Tabel 4.10. Kondisi Dinding Rumah Responden

Jenis Dinding Frekuensi Persentase (%)

Setengah Batu 63 38

Batu 104 62

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009

4.4.7 Atap Rumah

Kondisi atap rumah yang dimiliki responden mayoritas memiliki atap seng sebanyak 117 buah atau 70 persen. Kemudian diikuti oleh atap genteng sebanyak 27 buah atau 16 persen. Sedangakan yang memiliki atap rumbia sebanyak 23 atau 16 persen.

Tabel 4.11. Kondisi Atap Rumah Responden

Jenis Atap Frekuensi Persentase (%)

Atap Rumbia 23 14

Seng 117 70

Genteng 27 16

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009


(69)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

4.4.8 Alat Penerangan

Jenis alat penerangan yang digunakan paling banyak oleh responden adalah listrik/PLN sebanyak 131 orang atau 78 persen. Kemudian diikuti oleh penggunaan lampu petromak sebanyak 26 orang atau 16 persen dan menggunakan generator sebanyak 10 orang atau 6 persen.

Tabe1 4.12. Kondisi Alat Penerangan

Alat Penerangan Frekuensi Persentase (%)

Petromak 26 16

Mesin Listrik/Generator 10 6

PLN 131 78

Jumlah 167 100 Sumber : Data Primer, 2009

4.4.9 Sumber Air Minum/mandi/MCK

Sumber air minum yang digunakan oleh responden terdiri dari air sumur, air ledeng dan sumur pompa. Responden yang menggunakan air sumur sebanyak 89 orang atau 53 persen, air ledeng merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan yakni sebanyak 38 orang atau 23 persen. Sedangkan yang menggunakan sumur pompa sebanyak 40 orang atau 24 persen. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabe1 4.12 di bawah.


(1)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Obs. A B C D E F G H I

78 39 4 3 3 2 2 3 2 2

79 30 3 3 3 2 3 3 2 2

80 25 3 2 2 2 2 3 2 2

81 38 4 2 2 2 2 3 2 3

82 31 3 3 3 2 3 2 2 2

83 31 3 3 3 2 3 2 2 2

84 38 4 1 2 1 2 1 2 2

85 30 3 3 3 2 3 2 2 2

86 36 3 2 2 2 2 3 2 2

87 27 3 1 2 1 2 1 1 2

88 35 4 1 2 1 2 1 1 2

89 39 4 1 2 1 2 1 2 2

90 30 2 2 2 2 2 3 2 3

91 32 4 2 2 2 2 3 2 2

92 28 2 2 2 2 2 3 2 2

93 32 4 2 2 2 2 3 2 2

94 36 3 2 2 2 2 3 3 2

95 39 4 1 2 1 2 1 2 2

96 31 2 3 3 2 3 2 2 2

97 40 3 3 3 2 3 2 2 2

98 28 3 2 2 2 2 3 2 2

99 31 4 1 2 1 2 3 2 2

100 29 2 2 2 2 2 3 2 2

101 32 3 3 3 2 3 3 2 2

102 30 2 3 3 2 3 3 2 2

103 40 4 3 3 2 3 3 2 3

104 47 4 3 3 2 3 2 2 2

105 24 3 2 2 2 2 3 2 2

106 31 3 1 2 1 2 1 1 2

107 40 4 2 2 2 3 3 3 1

108 38 3 2 2 2 2 3 3 1

109 30 3 2 2 2 2 3 3 1

110 30 3 2 2 2 2 3 2 1


(2)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Obs. A B C D E F G H I

112 32 3 2 2 2 2 3 2 2

113 30 2 2 2 2 2 3 2 2

114 38 4 2 2 2 2 3 2 2

115 40 5 3 3 2 2 3 2 2

116 31 2 2 2 2 2 3 2 2

117 38 4 2 2 2 2 3 3 2

118 28 3 2 2 2 2 3 2 1

119 36 3 2 2 2 2 3 3 2

120 49 4 2 2 2 2 3 2 1

121 20 2 1 1 1 1 1 2 3

122 28 3 1 1 1 1 1 2 3

123 20 2 1 1 1 1 1 2 3

124 25 2 3 3 2 3 3 2 3

125 39 4 2 2 2 2 2 2 1

126 25 2 3 3 2 3 2 2 2

127 25 2 1 1 1 1 1 2 3

128 45 3 2 2 2 2 3 2 2

129 55 4 3 3 2 3 3 2 2

130 49 4 2 2 2 2 3 2 1

131 23 2 2 2 2 2 3 2 2

132 59 4 3 3 2 3 3 2 3

133 45 4 3 3 2 3 3 2 2

134 55 3 3 3 2 2 3 2 3

135 21 2 1 1 1 2 3 2 2

136 47 4 3 3 2 3 3 2 3

137 49 4 3 3 2 3 3 2 2

138 42 4 3 3 2 3 3 2 3

139 45 3 2 2 2 3 3 2 1

140 55 4 1 1 1 2 3 2 2

141 28 2 2 2 2 2 3 3 2

142 55 4 1 1 1 2 1 2 3

145 47 4 2 2 2 2 3 2 2

146 28 4 2 2 2 2 3 3 2


(3)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

Obs. A B C D E F G H I

148 42 4 2 2 2 2 3 3 1

149 46 3 2 2 2 2 3 2 1

150 29 4 3 3 2 2 3 2 3

151 49 2 3 3 2 2 2 2 2

152 50 4 3 3 2 3 2 2 3

153 50 3 3 3 2 3 3 2 2

154 29 4 3 3 2 2 3 2 2

155 45 4 3 3 2 2 3 2 2

156 42 4 1 1 1 2 1 2 3

157 50 4 3 3 2 3 3 2 3

158 47 3 2 2 2 2 3 2 3

159 39 4 2 2 2 2 3 2 2

160 45 4 3 3 2 2 3 2 2

161 49 3 3 3 2 3 3 2 2

162 29 4 2 2 2 2 3 2 2

163 39 4 1 2 1 2 3 2 3

164 42 3 3 3 2 2 3 2 2

165 29 4 3 3 2 2 3 2 2

166 49 2 1 2 2 2 3 2 3

167 30 4 2 2 2 2 3 2 2

Keterangan :

Notasi Keterangan Skala Nilai

A Usia Responden -

B Anggota Keluarga -

C Jenis Rumah 1. Papan

2. Semi Permanen 3. Permanen

D Lantai Rumah 1. Papan

2. Semen 3. Traso/Keramik

E Dinding Rumah 1. Papan

2. Batu

F Atap Rumah 1. Rumbia

2. Seng 3. Genteng

G Sumber Penerangan 1. Petromak

2. Generator 3. PLN


(4)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.

H Sumber Air Minum 1. Sumur

2. Ledeng


(5)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.


(6)

Rajanami Yun Sukatami : Analisis D eterminan Produksi Us aha Tani Padi Sawah D i Kec amatan Sei Bingai Kabupaten Langkat, 2010.