PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO.

PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI
OLEH PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI
KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :
NOVA ASRINA
NPM : 0924010028

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR
SURAB AYA
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI

PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP PERMINTAAN KEDELAI OLEH

PENGUSAHA TEMPE DI DESA SEPANDE KECAMATAN CANDI KABUPATEN
SIDOARJO
Disusun oleh :
NOVA ASRINA
NPM : 0924010028
.Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 1 february 2013
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama :

Tim Dosen Penguji,
1. Ketua

Dr. Ir. A.RACHMAN WALIULU,SU

Dr.Ir.A.RACHMAN WALIULU,SU


2. Pembimbing Pendamping

Dr.Ir. SUMARTONO,SU

2. Sekretaris

Prof. Dr.Ir.SYARIF IMAH HIDAYAT,MM
3. Anggota

Ir.SETYO PARSUDI, MP
Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Dr. Ir. RAMDAN HIDAYAT, MS
NIP. 19620205 198703 1005
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Ketua Pogram Studi Agribisnis


Dr. Ir. EKO NURHADI, MS
NIP. 19570214 198703 1001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“ Pengaruh

Perubahan

Harga

Terhadap

Permintaan

Kedelai


Oleh

Pengusaha Tempe di Desa Sepande Kecamatan Sidoarjo ” . Penelitian ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana
Pertanian dari Program Studi Agribisnis Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa segala keberhasilan dan kesuksesan sebagai
makhluk yang diciptakan tidak terlepas dari Allah SWT dan bantuan berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada bapak Dr. Ir.A Rachman Waliulu.SU selaku dosen
pembimbing utama dan kepada bapak Dr.Ir.Sumartono, SU selaku dosen
pendamping yang telah memberikan waktu dan bimbingannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak terdapat kekurangan.Untuk itu penulis harapkan kepada
pembaca, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan penelitian ini.

Surabaya, Januari 2013

Penulis


i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................

ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

iv


DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

vi

I.

PENDAHULUAN.............................................................................

1

A. Latar Belakang ...........................................................................

1

B. Tujuan ........................................................................................


6

C. Manfaat ......................................................................................

6

D. Batasan Masalah .......................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

8

A. Beberapa Penelitian Terdahulu .................................................

8

B. Komoditas Kedelai ....................................................................


11

1. Klasifikasi Kedelai ..................................................................

11

2. Manfaat Kedelai .....................................................................

12

3. Kondisi Kedelai Saat ini..........................................................

14

4. Peningkatan Produksi Kedelai................................................

15

C. Kedelai Sebagai Bahan Baku Tempe .........................................


15

D. Definisi Harga ............................................................................

17

1. Fungsi Harga..........................................................................

19

2.Determinasi Pembentukan Harga............................................

19

3 Fluktuasi Harga dan Tingkat Harga Produk Pertanian...............

20

4.Kebijakan Pemerintah tentang Bahan Pangan...........................


22

II.

E. Teori Harga ...............................................................................

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

F. Teori Permintaan...........................................................................

28

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA ....................................

34


A. Kerangka Pemikiran.......................................................................

34

B. Hipotesa ....................................................................................

38

METODE PENELITIAN .................................................................

39

A. Penentuan Lokasi.......................................................................

39

B. Pengumpulan Data.....................................................................

39

C. Analisis Data ..............................................................................

39

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ..........................

42

V.

KEADAAN UMUM DAERAH ..........................................................

44

VI.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................

50

A. Sejarah Pengusaha Tempe di Sepande........................................

50

B. Perkembangan Harga dan Permintaan Kedelai
di Desa Sepande............................................................................

57

C. Perkembangan Harga di Desa Sepande......................................

56

D. Perkembangan Permintaan Kedelai di Desa Sepande.................

61

III.

IV.

E. Pengaruh Harga Terhadap Permintaan Kedelai Oleh
Pengusaha Tempe........................................................................
VII.

KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

67
78

A. Kesimpulan...................................................................................

78

B. Saran............................................................................................

79

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

80

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman
Judul

1. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram
bahan yang dapat dimakan....................................................................

5

2. Penggunaan Tanah di Desa Sepande Kecamatan Candi
Kabupaten Sidoarjo tahun 2012.............................................................

45

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia di Desa Sepande
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012..............................

46

4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sepande
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012..............................

47

5. Jumlah penduduk mata pencaharian di Desa Sepande
Kecamatan Candi Kabupate Sidoarjo Tahun 2012...............................

48

6. Luas dan persentase areal tanaman menurut jenis komoditi
di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012...

49

7. Perkembangan Harga dan Permintaan Kedelai di Desa Sepande........ 55
8. Hasil uji t Analisis Regresi Antara koefisien Permintaan Kedelai
Jenis Pelangi (Y) dengan harga kedelai jenis pelangi (X )....................... 68
9. Hasil uji t Analisis Regresi Antara koefisien Permintaan Kedelai
Jenis Non pelangi (Y) Dengan Harga Kedelai Jenis Pelangi (X )............

71

10.Hasil uji t Analisis Regresi Antara Koefisien Total Permintaan
Kedelai (Y) Dengan Harga Rata-Rata Kedelai (X )................................

74

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman
Judul

1. Kerangka Pemikiran................................................................................

29

2. Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Pelangi
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012................................

57

3. Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Non Pelangi
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012...............................

53

4. Tren Perkembangan Harga Rata – Rata Kedelai
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012...............................

60

5. Tren Perkembangan Permintaan Kedelai Jenis Pelangi
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012..............................

63

6. Tren Perkembangan Permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012..............................

64

7. Tren Perkembangan Total Permintaan Kedelai
di Tingkat Kopti Desa Sepande tahun 2010 – 2012...............................

66

8. Grafik Perkembangan Antara Permintaan Kedelai Jenis
Pelangi dan Harga Kedelai Jenis Pelangi..............................................

69

9. Grafik Perkembangan Antara Permintaan Kedelai Jenis Non
Pelangi dan Harga Kedelai Jenis Pelangi...............................................

73

10. Grafik Perkembangan Antara Total Permintaan Kedelai dan
Harga Rata-rata Kedelai........................................................................

76

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Trend Perkembangan Harga Kedelai Jenis Pelangi...........................

82

2. Tren Perkembangan Harga Kedelai Jenis Non Pelangi...................

84

3. Trend Perkembangan Harga Rata – rata Kedelai..............................

86

4. Tren Perkembangan permintaan Kedelai Jenis Pelangi.................

88

5. Tren Perkembangan permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi............

90

6. Tren Perkembangan Total permintaan Kedelai..................................

92

7. Regresi Permintaan Kedelai Jenis Pelangi dan Harga Pelangi.........

94

8. Regresi Permintaan Kedelai Jenis Non Pelangi dan Harga
Kedelai Jenis Non Pelangi..................................................................

96

9. Regresi Total Permintaan Kedelai dan Harga Rata-rata Kedelai.......

98

10. Bukti Pembelian Pengusaha Tempe.................................................

100

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Tujuan pada penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui perkembangan harga
kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012. 2) Untuk mengetahui perkembangan
permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun 2010 – 2012. 3) Untuk
mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai
oleh pengusaha tempe. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan
wawancara. Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan model
analisis trend. Untuk menjawab tujuan ketiga menggunakan model analisis
korelasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa 1) trend perkembangan harga kedelai jenis
pelangi, non pelangi serta harga rata-rata kedelai yang trend perkembangannya
menunjukkan tren positif 2)Trend perkembangan permintaan kedelai jenis
pelangi oleh pengusaha tempe berfluktuatif dengan trend positif per bulannya
sedangkan tren perkembangan permintaan kedelai jenis non pelangi oleh
pengusaha tempe berfluktuatif dengan trend negatif per bulan sedangkan total
permintaan kedelai trend perkembangannya menunjukkan tren negatif dan
cenderung stabil. 3) setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan variabel harga
kedelai jenis pelangi berpengaruh secara positif terhadap permintaan kedelai
jenis pelangi. setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan bahwa variabel harga
kedelai jenis non pelangi berpengaruh secara negatif terhadap permintaan
kedelai jenis non pelangi oleh pengusaha tempe sedangkan variabel harga ratarata kedelai tidak berpengaruh terhadap total permintaan kedelai jenis pelangi
oleh pengusaha tempe
Kata kunci : Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Permintaan Kedelai
ABSTRACT
This analysis is aimed to :1) To find out the development of soy price inte KOPTI
level from 2010-2012. 2) To find out soy demand by owners of tempe factories
from 2010-2012. 3) To find out the changes of soy price towards soy demand by
the owners of the tempe factories. Data obtained from observations and
interviews. To answer both the purpose 1 and 2 , the analysis used is the trend
model one. To answer the purpose 3 the analysis used is the correlatin one.
Based on the result of the analysis and the material discussion in this research, it
can be concluded that 1) the development of “pelangi and non pelangi” soy type
price by fluctuating with positive trends per month. 2) The development of
rainbow soy type demand by fluctuating tempe factories owners with positive
trends per month whilst the development of non rainbow soy by fluctuating tempe
factories owners with negative trends per month and the total of soy trend
development is negative and tends to be stable. After the first test has been
done, it shows the price variable of rainbow soy influences with positive manners
towards the demand of rainbow soy by the owners of tempe factories. Moreover
the first test also shows the price variable of non rainbow soy influences with
negative manners towards the demand of soy by the owner of tempe factories.
Whilst the average soy price variable does not influence the total demand of
rainbow soy by the owners of tempe factories / industries.
Keywoard: The impact of price change towards soy demand

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

RINGKASAN
Kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang
mengalamai fluktuasi harga dalam dua tahun terakhir ini. Kebutuhan kedelai
dalam negeri dipenuhi melalui impor yang volumenya terus meningkat. Padahal
ketergantungan yang makin besar pada impor dapat menjadi musibah terutama
jika harga pangan dunia sangat mahal akibat stok menurun (Baharsjah, 2004).
Produk pangan berupa tempe memerlukan kedelai dalam jumlah besar. Total
produksi kedelai sekitar 80% adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pembuatan tempe, sedangkan sebagian lainnya diolah untuk kecap, susu
kedelai, dan makanan ringan (litbang deptan, 2010).
Rumusan masalah pada penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012 ?
2. Bagaimana perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun
2010–2012 ?
3. Apakah perubahan harga berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh
pengusaha tempe ?
Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Untuk
menjawab tujuan pertama dan kedua menggunakan model analisis trend. Untuk
menjawab tujuan ketiga menggunakan model analisis korelasi
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini maka
dapat ditarik kesimpulan berikut :
1. Trend perkembangan harga kedelai jenis pelangi di Tingkat Kopti Desa
Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per bulan .Tren
perkembangan harga kedelai jenis non pelangi di Tingkat Kopti Desa
Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per bulan .Dari
berbagai harga jenis kedelai tersebut diperoleh harga rata-rata kedelai yang
trend perkembangannya menunjukkan tren positif per bulannya
2. Trend perkembangan permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe
di Desa Sepande periode 2010-2012 berfluktuatif dengan trend positif per
bulannya sedangkan tren trend perkembangan permintaan kedelai jenis non
pelangi oleh pengusaha tempe di Desa Sepande periode 2010-2012
berfluktuatif dengan trend negatif per bulan. Dari berbagai permintaan jenis
kedelai tersebut diperolehlah total permintaan kedelai yang trend
perkembangannya menunjukkan tren negatif dan cenderung stabil.
3. Analisis regresi dengan variabel permintaan kedelai jenis pelangi (Y) dengan
variabel harga kedelai jenis pelangi (X) setelah dilakukan dengan uji t
menunjukkan variabel harga kedelai jenis pelangi berpengaruh secara positif
terhadap permintaan kedelai jenis pelangi. Adapun variabel permintaan
kedelai jenis non pelangi (Y) dengan variabel harga kedelai jenis non pelangi
(X) setelah dilakukan dengan uji t menunjukkan bahwa variabel harga kedelai
jenis pelangi berpengaruh secara negatif terhadap permintaan kedelai jenis
pelangi oleh pengusaha tempe. Analisis regresi dengan variabel total
permintaan kedelai (Y) dengan variabel harga rata-rata kedelai (X) setelah
dilakukan uji t menunjukkan variabel harga rata-rata kedelai tidak berpengaruh
terhadap total permintaan kedelai jenis pelangi oleh pengusaha tempe
.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam

pembangunan

ekonomi

yang

berbasis

pertanian,

sangat

diperlukan strategi agribisnis bagi komoditas unggulan berskala ekonomis yang
menghasilkan produk berdaya saing sangat tinggi, termasuk pengembangan
usahatani non-padi seperti tanaman kedelai. Kondisi ini sejalan dengan
peringatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), bahwa pada
tahun-tahun mendatang, dunia akan terancam krisis pangan, sebagai dampak
dari perubahan iklim dibelahan dunia. Sejak tahun lalu, harga komoditas pangan
mengalami

kenaikan,

akibat

kurangnya

pasokan

dari

seluruh

dunia.

(Oktavio,2012)
Kedelai

(Glycine

soja)

merupakan

komoditas

yang

telah

lama

dibudidayakan di Indonesia dan prospek pengembangannya masih tetap amat
cerah. Hal ini memberikan isyarat bahwa kedelai mempunyai nilai ekonomi sosial
yang tinggi dan peranannya semakin strategis dalam tatanan kehidupan
manusia. Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan di
Indonesia baik sebagai bahan bahan makanan manusia, pakan ternak, bahan
baku industri, maupun bahan penyegar. Kedelai mengandung kadar protein 40 %
dan lemak 10 – 15 %. Sampai saat ini kedelai masih merupakan bahan pangan
sumber protein nabati yang paling murah sehingga tidak mengherankan bila total
kebutuhan kedelai untuk pangan mencapai 95 % dari total kebutuhan kedelai di
Indonesia (Adisarwanto,2005).
Menurut laporan tahunan FAO, produktivitas kedelai Indonesia pada
dasawarsa 1990-an, meningkat dari 0.85 ton/ha menjadi 1.11 ton/ha, tetapi
masih jauh dibawah rata-rata dunia sebesar 1.84 ton/ha, apalagi terhadap
Amerika Serikat (2.18 ton/ha) dan Brazil (1.97 ton/ha). Perbedaan ini dipengaruhi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

2

oleh iklim, panjang hari, teknik budidaya, dan penggunaan input produksi sesuai
anjuran. Faktor lainnya adalah luas lahan usaha yang sempit, serangan hamapenyakit dan gulma, fluktuasi harga, kecilnya kredit usahatani, dan belum
terjalinnya kerjasama antar instansi.
Menurut data BPS, selama kurun waktu 1970-2003, perkembangan luas areal
panen dan produksi relatif tidak meningkat secara berarti, dan sejak tahun 2000
terlihat menurun. Sejak tahun 1975, Indonesia menjadi negara pengimpor
kedelai, yaitu sekitar 607.40 ribu ton atau senilai US$. 180.60 juta pada tahun
1995. Bahkan Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura pada tahun tahun
berikutnya memprediksi akan terjadi kekurangan kedelai 1.12 juta ton, dimana
ketergantungan penyediaan pangan nasional, terhadap Pulau Jawa cukup tinggi
(sekitar 65%), karena adanya kesenjangan teknologi. Banyaknya areal sawah
subur yang beralih fungsi menjadi lahan industri, pemukiman dan jalan,
menghambat perluasan areal panen kedelai. Karena teknologi produksi belum
dapat diandalkan, maka perlu identifikasi sumber pertumbuhan baru kedelai,
untuk mengimbangi laju permintaan kedelai domestik. Oleh karena itu, upaya
untuk berswaseembada kedelai tidak hanya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pangan, tetapi juga untuk mendukung agroindustri dan menghemat
devisa serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan impor
(Baharsjah, 2004).
Harga kedelai impor yang murah dan tidak adanya tarif impor,
menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di dalam negeri. Dalam
perkembangan lebih lanjut kedelai impor, dan kedelai lokal masing-masing
diserap oleh industri yang berbeda, karena spesifikasinya. Hingga kedelai impor
tidak bisa tergantikan oleh kedelai lokal, atau sebaliknya. Kedelai impor dengan
harga Rp7.800 per kg, diserap oleh agroindustri tempe. Sementara kedelai lokal
yang berharga Rp8.600 per kg, diperlukan oleh agroindustri tahu. Harga kedelai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

impor

memang

murah,

meskipun

butirannya

berukuran

besar,

sebab

rendemennya (kandungan proteinnya sebagai bahan tahu), lebih rendah
dibanding kedelai lokal. Tetapi untuk bahan tempe, kedelai impor lebih cocok,
sebab volume hasilnya lebih besar dibanding kedelai lokal. Saat ini kedelai
merupakan barang langka disebabkan beberapa faktor salah satunya cuaca.
Kelangkaan untuk memeperoleh kedelai mengakibatkan kenaikan harga pada
komoditas tersebut.
Kacang kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang
mengalamai fluktuasi harga dalam dua tahun terakhir ini, karena penurunan
produksi, gangguan pasokan dan distribusi, lonjakan harga pasar dunia dan
faktor lainnya. Beberapa permasalahan yang dialami komoditas kacang kedelai
menunjukkan

pentingnya

ketahanan

dan

kemantapan

pangan

serta

mengingatkan betapa bahayanya ketergantungan pada bahan pagan impor.
Menurut KPPU, kebutuhan masyarakat Indonesia akan kedelai tiap tahun selalu
mengalami peningkatan Semakin besarnya kebutuhan tersebut berpengaruh
terhadap fluktuasi harga kedelai. Dari kebutuhan tersebut itu rata-rata yang
mampu dipenuhi oleh kebutuhan dalam negeri sekitar 25% hingga 30% di mana
sisanya diperoleh dari berbagai negara melalui mekanisme impor. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun 2011 produksi kedelai lokal hanya
sebesar 851.286 ton atau 29% dari total kebutuhan, sehingga Indonesia perlu
mengimpor kedelai sebanyak 2.087.986 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan
kedelai dalam negeri. Harga kedelai impor yang lebih murah dibanding kedelai
dalam negeri menyebabkan upaya

peningkatan

produksi

kedelai

agak

terabaikan. Kebutuhan kedelai dalam negeri dipenuhi melalui impor yang
volumenya terus meningkat. Padahal ketergantungan yang makin besar pada
impor dapat menjadi musibah terutama jika harga pangan dunia sangat mahal
akibat stok menurun (Baharsjah, 2004).Ketergantungan terhadap kedelai impor

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

yang sangat besar itu yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga kedelai karena
harga kedelai terpengaruh dari pasar internasional. naiknya harga kedelai dunia
yang saat ini mencapai 100% dari 300 dolar AS per ton meningkat tajam menjadi
600 dolar AS per ton, memberikan dampak yang cukup signifikan bagi harga
kedelai nasional Afandi (2008).Irdhoni (2010) dalam Arifin (2008) memperkirakan
krisis atau gejolak harga berbagai komoditas pangan masih akan berlanjut, target
swasembada kacang kedelai yang ditetapkan pada tahun 2015, tidak akan
tercapai jika melihat implementasi di lapangan saat ini, masih jauh dari harapan.
Salah satu sumber makanan protein yang berasal dari biji kedelai adalah
tempe. Tempe bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menjadi
makanan sehari – hari. Selain mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi
harganya juga relatif murah (Suprayitno, 1996). Tempe memang unik, kendati
merupakan makanan khas Indonesia tetapi bahan bakunya seperti kedelai
sampai saat ini masih diimpor dari luar negeri. Karena pengadaan kedelai di
dalam negeri sendiri masih belum mencukupi. Ditambah lagi, kedelai impor
ternyata kualitasnya jauh lebih baik ketimbang kedelai dalam negeri. Namun
sebelumnya perlu diluruskan diantara aneka tempe yang tersedia dan tersebar di
seluruh pasar di Indonesia.
Produk pangan berupa tempe memerlukan kedelai dalam jumlah besar.
Total produksi kedelai sekitar 80% adalah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pembuatan tempe, sedangkan sebagian lainnya diolah untuk kecap, susu
kedelai, dan makanan ringan (litbang deptan, 2010). Tempe merupakan sumber
protein nabati yang cukup penting bagi masyarakat Indonesia. Komposisi zat gizi
tempe dari kedelai per 100 gram bahan yang dapat dimakan disajikan pada
Tabel 1.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

Tabel 1. Komposisi zat gizi tempe per 100 gram bahan yang dapat dimakan
Zat Gizi

Dalam gram

Energi (kkal)

149

30,7

Protein (gram)

18,3

3,7

Lemak (gram)

4

0,8

Hidrat arang (gram)

12,7

2,6

Kalsium (mg)

129

26,6

Fosfor (mg)

154

31,7

Besi (mg)

10

2

Vit A (µg RE)

6

1,2

Vitamin B(mg)

0,2

0,04

Vitamin C (mg)

0

0

Seng (mg)

1,5

0,3

484,7

100

Total

%

Sumber : (Anonim, 2007)
Tabel 1 menunjukkan bahwa tempe memiliki hampir semua kandungan
gizi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kandungan zat gizi dalam tempe yang
yang cukup besar adalah energi, protein dan fosfor, yaitu masing – masing
sebesar 149 kkal, 18,3 gr dan 154 mg. Hal ini menunjukkan bahwa tempe dapat
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap gizi masyarakat jika
dimasukkan ke dalam pola konsumsi sehari - hari.
Lonjakan harga kacang kedelai impor, membuat para pengusaha tempe
terutama pengusaha tempe di Desa Sepande Kabupaten Sidoarjo terancam
kematian usahanya, mereka memiliki daya beli terbatas. Harga kedelai impor
yang selangit membuat produsen tempe menjerit, bahkan sebagian dari mereka
berhenti

berproduksi

beberapa

hari.

Pengusaha

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tahu

maupun

tempe

6

menghadapi pilihan sulit. Bila menaikkan harga jual, khawatir dagangannya tidak
laku, begitu juga jika mengurangi ukuran.
B. Perumusan Masalah
Seiring dengan perubahan harga kedelai sebagai bahan baku tempe
maka dampknya ini akan berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh
pengusaha tempe terutama pengusaha tempe di Desa Sepande Kecamatan
Candi Kabupaten Sidoarjo. Permasalahannya adalah
1. Bagaimana perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun 2010–2012 ?
2. Bagaimana perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha tempe tahun
2010–2012 ?
3. Apakah perubahan harga berpengaruh terhadap permintaan kedelai oleh
pengusaha tempe ?
C. Tujuan dan ManfaatPenelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui perkembangan harga kedelai di tingkat KOPTI tahun
2010 - 2012
b. Untuk mengetahui perkembangan permintaan kedelai oleh pengusaha
tempe tahun 2010 – 2012
c. Untuk mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap
permintaan kedelai oleh pengusaha tempe
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
mahasiswa dan pengusaha tempe untuk dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan kedelai
oleh pengusaha tempe di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi
pemerintah untuk mengetahui kendala-kendala yang ada terjadi pada
perajin tempe terhadap permintaan kedelai oleh pengusaha tempe dan
memberikan upaya-upaya yang tepat guna mengatasi permasalahan
perubahan harga kedelai
3. Batasan Masalah
a. Untuk mengetahui perkembangan harga di tingkat Kopti dan permintaan
kedelai oleh pengusaha tempe menggunakan data per bulan dari tahun
2010 sampai 2012 dengan menggunakan analisis trend dan untuk
mengetahui pengaruh perubahan harga kedelai terhadap permintaan
kedelai oleh pengusaha tempe menggunakan analisis korelasional
b. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai namun
penelitian ini hanya terbatas dalam hubungan antara perubahan harga
terhadap kuantitas permintaan kedelai. Data yang digunakan meliputi
perkembangan harga kedelai di tingkat Kopti dan perkembangan
permintaan kedelai oleh pengusaha tempe di Desa Sepande.
c.

Obyek penelitian adalah Kopti Karya Mulia di Desa Sepande sebagai
koperasi yang memasok kedelai kepada para pengusaha tempe di Desa
Sepande.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Beberapa penelitian terdahulu
Rahmawati (Skripsi,1998) : dengan penelitian yang berjudul “Analisis
Agroindustri Tempe dan Prospek Pengembangannnya di Desa Sepande
Kecamatan Candi “. Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan model analisis
yaitu

keuntungan.

Menyimpulkan

bahwa

Agroindustri

Tempe

dan

Pengembangannya di Desa Candi mempunyai prospek yang baik untuk
dikembangkan hal ini dapat dilihat dari sisi produksi dan permintaan tempe yang
cenderung meningkat.
Ani Octaviani (2006), dengan penelitian yang berjudul “Perananan
Agroindustri Tempe Dalam Menunjang Pendapatan dan Penyerapan Tenaga
Kerja Keluarga di Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo”. Dalam
penelitiannya, peneliti menggunakan model analisis keuntungan dan kelayakan
usaha. Menyimpulkan bahwa Agroindustri tempe di Desa Sepande sangat
berperan dalam menunjang pendapatan rumah tangga pengusaha tempe dan
penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan sektor
agroindustri tempe lebih besar dari pada pendapatan luar sektor agroindustri
tempe.
Pujo Sulandaru (2008), dengan penelitian yang berjudul “Dampak
Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Usaha Pembuatan Tempe (Studi Kasus di
Desa Sepande Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo )”. Dalam penelitiannya
peneliti menggunakan model analisis deskriptif. Menyimpulkan bahwa dengan
kenaikan harga bahan baku kedelai membuat kerugian yang sangat besar dan
menurut wawancara dengan responden salah satunya cara dengan mengurangi
ukuran karena jika harga jual naik maka pelanggan akan hilang. Tetapi dari 30

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

9

responden hanya beberapa yang menaikkan harga dan juga menaikkan produksi
dengan ditambah bahan penolong singkong.
Masjidin Siregar (2005) menyimpulkan bahwa kelangsungan kenaikan
permintaan untuk kedelai adalah dikarenakan dari pertumbuhan populasi dan
kenaikan perkapita atas konsumsi kedelai dan pertumbuhan penduduk.
Sebagian besar kedelai dikonsumsi untuk diproses lagi menjadi produk lain
seperti tempe, tofu dan kecap. Sejak kenaikan permintaan kedelai mencapai
2,29 % per tahun, kapasitas produksi kedelai dalam negeri turun, diperkirakan
impor kedelai mencapai 1,04 juta ton pada tahun 2000 dan 1,22 juta ton pada
tahun 2010.
Berdasarkan jurnal (2010) berjudul “ Swasembada Kedelai : Antara
Harapan dan Kenyataan “ hasil studi yang dilakukan oleh Gelar Satya Budhi dan
Mimin Aminah (2010)

didapatkan kesimpulan yakni, Meraih swasembada

kedelai merupakan pilihan yang strategis , karena impor dalam jumlah yang
sangat besar akan mengganggu stabilitas sosial, ekonomi maupun politik
negara. Apabila kedelai yang diperlukan dapat dipenuhi dari produksi dalam
negeri , maka devisa yang ada dapat dipergunakan untuk tujuan lain yang lebih
bermanfaat. Permasalahan utama dalam ekonomi kedelai adalah adanya fakta
bahwa produksi dalam negeri sulit untuk dipacu, padahal di lain pihak laju
konsumsi terjadi sangat cepat. Terhmbatnya produksi kedelai antara lain
disebabkan karena penggunaan teknologi tidak dilakukan sepenuhnya dan
penggunaan benih yang kurang bermutu yang menyebabkan produktivitasnya
tetap rendah, sehingga dengan harga yang berlaku saat ini kedelai produksi lokal
tidak mampu bersaing dengan kedelai impor.
Widodo (2003) dalam penelitian yang berjudul Analisis Permintaan
Komoditi Kedelai di Jawa Timur. Peneliti mengangkat permasalahan dari
permintaan untuk rumah tangga dan industri kecil yang dipengaruhi oleh harga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

kedelai.

Dari

hasil

penelitian

tersebut

diperoleh

kesimpulan

bahwa

perkembangan (trend) waktu berpengaruh nyata terhadap permintaan dan harga
kedelai di Jawa Timur dan hal ini terlihat adanya trend yang positif . Sedangkan
kesimpulan dari tujuan penelitian yang kedua adalah pendapatan per kapita dan
harga beras berpengaruh nyata dan negatif terhadap permintaan kedelai.
Sedangkan jumlah penduduk berpengaruh nyata dan positif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ida

Maretnawati (2007) yang

berjudul “ Kontribusi Agroindustri Keripik Tempe Terhadap Pendapatan Keluarga
di Desa Buluharjo Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan “ Menyimpulkan
bahwa pendapatan dari sektor agroindustri keripik tempe berperan besar di
dalam memberikan kontribusi pendapatan rumah tangga pengusaha keripik
tempe setiap bulan. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya penerimaan, total
biaya produksi yang dikeluarkan dan nilai tambah produk.
Mewa Ariani et al. (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak
Krisis Ekonomi terhadap Konsumsi Pangan dan Gizi Rumah Tangga” didapatkan
kesimpulan yakni secara nasional, krisis ekonomi berdampak pada: (1)
peningkatan pangsa pengeluaran pangan rumah tangga, (2) peningkatan jumlah
rumah tangga yang defisit energi dan defisit protein, (3) Penurunnan tingkat
partisipasi konnsumsi beras, mie, pangan hewani, minyak goreng dan gula pasir,
(4) Peningkatan konsumsi jagung, ubi kayu, tahu dan tempe. Perubahan –
perubahan tersebut terjadi pada semua lapisan rumah tangga baik di kota/desa,
kelompok pendapatan (rendah, sedang, tinggi) maupun berdasarkan sumber
mata pencaharian (pertanian, industri/ perdagangan , jasa/ lainnya). Namun
perubahan tersebut cukup signifikan pada ruma tangga di kota, berpendapatan
sedang dan tinggi dan bekerja di sektor non pertanian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian – penelitian terdahulu
bahwa kedelai merupakan komoditas yang memiliki prospek pengembangan
yang cerah. Hal ini dikarenakan kebutuhan kedelai di Indonesia masih sangat
tinggi yaitu mencapai 71 %. Pemenuhan kebutuhan kedelai dalam negeri di
tahun 2011 berasal dari impor. Perkembangan (trend) waktu berpengaruh nyata
terhadap permintaan dan harga kedelai di Jawa Timur dan hal ini terlihat adanya
trend yang positif Kenaikan permintaan untuk untuk kedelai adalah dikarenakan
dari pertumbuhan populasi dan kenaikan per kapita. atas konsumsi kedelai dan
pertumbuhan penduduk. Sebagian besar kedelai dikonsumsi untuk diproses lagi
menjadi produk lain seperti tempe, tofu dan kecap. Tanaman kedelai sempat
mengalami masa gemilang dengan dicapainya swasembada kedelai pada tahun
1992. Produksi kedelai pada masa itu mampu mencapai angka 1,88 juta ton per
tahun, bahkan mendekati 2 juta ton kedelai. Setelah masa reformasi, atas saran
dari IMF, pemerintah Indonesia diharuskan untuk melepas campur tangannya
dalam tata kelola pertanian untuk tanaman kedelai. Akibatnya, setelah tahun
2000, produksi kedelai di dalam negeri tidak pernah mencapai angka 1 juta ton
atau rata-rata hanya mencapai sekitar 0,88 ton. Sementara itu, setelah tahun
2004, rata-rata konsumsi kedelai di dalam negeri telah mencapai di atas 2,6 juta
ton. Ini berarti hampir dua per tiga pasokan kedelai di dalam negeri didatangkan
dari mekanisme impor.
Meraih swasembada kedelai merupakan pilihan yang strategis , karena
impor dalam jumlah yang sangat besar akan mengganggu stabilitas sosial,
ekonomi maupun politik negara. Apabila kedelai yang diperlukan dapat dipenuhi
dari produksi dalam negeri , maka devisa yang ada dapat dipergunakan untuk
tujuan lain yang lebih bermanfaat. Permasalahan utama dalam ekonomi kedelai
adalah adanya fakta bahwa produksi dalam negeri sulit untuk dipacu, padahal di
lain pihak laju konsumsi terjadi sangat cepat. Terhmbatnya produksi kedelai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

antara

lain

disebabkan

karena

penggunaan

teknologi

tidak

dilakukan

sepenuhnya dan penggunaan benih yang kurang bermutu yang menyebabkan
produktivitasnya tetap rendah, sehingga dengan harga yang berlaku saat ini
kedelai produksi lokal tidak mampu bersaing dengan kedelai impor.
ketergantungan kepada bahan pangan dari luar negeri dalam jumlah
besar akan melumpuhkan ketahanan nasional dan mengganggu stabilitas sosial,
ekonomi, dan politik. Ketahanan pangan berpengaruh langsung terhadap
kesejahteraan rakyat yang menyebabkan hancurnya industri tempe rakyat
B. Komoditas kedelai
1. Klasifikasi kedelai
Tanaman kedelai telah lama diusahakan di Indonesia sejak tahun 1970.
sebagai bahan makanan kedelai banyak mengandung protein, lemak dan
vitamin, sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat julukan : gold from
the soil (emas yang muncul dari tanah) ataupun cow from China artinya sapi dari
Cina (Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1991). Berdasar warna kulitnya,
kedelai dapat dibedakan atas kedelai putih, kedelai hitam, kedelai coklat dan
kedelai hijau. Kedelai yang ditanam di Indonesia adalah kedelai kuning atau
putih, hitam dan hijau. Perbedaan warna tersebut akan berpengaruh dalam
penggunaan kedelai sebagai bahan pangan, misalnya untuk kecap digunakan
kedelai hitam, putih atau kuning sedangkan susu kedelai dibuat dari kedelai
kuning atau putih. (Suliantari dan Winniati, 1990)
Varietas kedelai banyak ragamnya, antara lain varietas Lokon, Willis,
Galunggung, Guntur, Muria, Orba dan lain-lain. Jenis yang paling banyak
beredar di pasaran adalah jenis Lokon dan Willis. Lokon biasanya berukuran
agak besar sedangkan Willis lebih kecil (Suprapto,2002).
Berikut merupakan klasifikasi dari kedelai :
Kingdom : Plantae

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Subkingdom : Traceanobita (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji )
Divisi : Magnoliophyta (tanaman berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Sub kelas : Robsidae
Ordo : Fabales
Famili :Farbaceae (suku polong-polongan)
Genus : Glycine
Spesies : Glycine max (L.) Merr
2. Manfaat Kedelai
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai
berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka
peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya.
Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe,
kecap, susu kdelai, tauco, snack, dan sebagainya. Konsumsi per kapita pada
tahun 998 sebesar 8,3 kg meningkat menjadi 8,97 kg pada tahun 2004. Hal ini
menunjukkan bahwa kebutuhan akan kedelai cenderung meningkat.
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan
produksi dalam negeri baru mencapai 0,7 juta ton dan kekurangannya diimpor
sebesar ,3juta ton. Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari
produksi dalam negeri. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus,
mengingat potensi lahan cukup luas, teknologi telah banyak tersedia dan SDM
handal cukup

tersedia. Upaya untuk menekan laju impor tersebut dapat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

ditempuh

melalui strategi peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam,

peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan
kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, perbaikan
sistem permodalan, pengembangan infra- struktur, serta pengaturan tataniaga
dan insentif usaha. Mengingat Indonesia dengan jumlah penduduk yang cukup
besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat maka
komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam ne-geri
untuk menekan laju impor.
Produk kedelai sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan
dalam menumbuhkembangkan industri kecil menengah bahkan sebagai
komoditas ekspor. Berkembangnya industri pangan berbahan baku kedelai
membuka peluang kesempatan kerja dimulai dari budidaya, panen, prosesing,
transportasi, pasar sampai pada industri pengolahan. Agar produksi kedelai dan
olahannya mampu bersaing di pasar global, maka mutu kedelai dan olahannya
masih harus ditingkatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan
pengembangan dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran-nya,
khususnya penerapan jaminan mutu terpadu sejak tahapan budi daya hingga
penanganan pascapanen.

3. Kondisi Kedelai Saat Ini
A. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas
Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 1990-1995,
areal panen kedelai meningkat dari ,33 juta ha pada tahun 990 menjadi ,48 juta
ha pada tahun 995, atau meningkat rata-rata 2,06% per tahun. Sejak tahun 995,
terjadi penurunan areal panen secara tajam dari sekitar ,48 juta ha menjadi
sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau menurun rata-rata % per tahun.
Selama periode 2000–2004, areal panen kedelai masih terus menurun rata-rata

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

9,66% per tahun. Secara keseluruhan, selama periode 5 tahun terakhir (990–
2004) luas areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar ,33 juta ha pada
tahun 990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,4% per
tahun, seperti terlihat pada Gambar .
Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam
bentuk produk olahan, yaitu tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan
berbagai bentuk makanan ringan (snack). Data statistik FAO menunjukkan
bahwa konsumsi per kapita kedelai selama ½ dekade terakhir menurun dari
sekitar ,38 kg/kapita pada tahun 990 menjadi sekitar 8,97 kg/kapita pada tahun
2004, atau menurun rata-rata ,69% per tahun. Penurunan terjadi sejak tahun
995. Selama periode 995–2000, konsumsi per kapita menurun dari ,82 kg/kapita
pada tahun 995 menjadi 0,92 kg/kapita pada tahun 2000, atau turun rata-rata
,57% per tahun. Selanjutnya, penurunan paling tajam terjadi pada periode 2000–
2004, yaitu rata-rata 4,8% per tahun. Penurunan total konsumsi jauh lebih
rendah dari pada penurunan produksi. Implikasinya ialah bahwa tanpa terobosan
yang berarti, Indonesia akan menghadapi defisit yang makin besar. Artinya,
bahwa Indonesia akan makin tergantung dengan impor untuk menutupi defisit.
Indonesia selalu mempunyai net impor yang meningkat dari sekitar 0,54 juta ton
pada tahun 990 menjadi sekitar ,3juta ton.pada tahun 2004.
Mengingat penurunan produksi kedelai jauh lebih tajam dari pada
penurunan total konsumsi, maka ke depan impor untuk menutupi defisit
diperkirakan akan terus meningkat. Padahal Indonesia pernah berswasembada
kedelai sebelum tahun 976, dengan indeks swasembada lebih besar dari satu.
4. Peningkatan produksi kedelai
Sumarno (2000) telah menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
produksi kedelai agroekosistem, serangan hama penyakit dan persaingan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

dengan gulma, pandangan petani bahwa kedelai hanya tanaman sampingan
juga mengakibatkan rendahnya tingkat teknologi budidaya tanman. Secara teknik
faktor-faktor pembatas tersebut dapat diatasi, namun secara ekonomia sering
sukar dilaksanakan. Terlepas dari kendala-kendala tersebut prospek peningkatan
hasil per ha dan perluasan tanaman masih besar.
C. Kedelai Sebagai Bahan Baku Tempe
Kedelai merupakan salah satu tanaman palawija yang telah lama
dibudidayakan dan prospek pengembangannya masih tetap cerah. Komoditas
pertanian ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat baik sebagai bahan makanan
manusia, pakan ternak, bahan baku industri maupun sebagai bahan penyegar.
Untuk meningkatkan nilai ekonomis kedelai maka perlu dilakukan usaha
pengolahan. Salah satu pengolahan kedelai adalah tempe.
Ada dua macam jenis tanaman kedelai yang masing-masing memiliki
karakteristiK sebagai tanaman pangan,yaitu kedelai putih (Glycine max) dan
kedelai hitam (Glycine soja). Kedelai putih memiliki biji kedelai berwarna kuning
atau putih atau agak hijau. Jenis kedelai putih merupakan jenis tanaman
subtropik yang biasanya tumbuh di wilayah China dan Jepang (dan wilayah
subtropik lainnya seperti Amerika). Sedangkan kedelai hitam yang memiliki biji
kedelai berwarna hitam merupakan jenis tanaman tropik yang ditemukan di
kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kedelai putih yang sebenarnya
paling digemari, karena memiliki biji yang lebih besar, serta lebih mudah untuk
diolah menjadi tahu ataupun tempe. (Anonim, 2009)
Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di
Indonesia. Didalam SNI No. 01-3144-1992 tempe didefiniskan sebagai produk
makanan hasil fermentasi biji kedelai oleh kapang tertentu, berbentuk padatan
kompak dan berbau khas serta berwarna putih atau sedikit keabuabuan . Tempe

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan menggunakan bantuan
kapang golongan

Rhizopus. Pembuatan tempe membutuhkan bahan baku

kedelai. Melalui proses fermentasi, komponenkomponen nutrisi yang kompleks
pada

kedelai dicerna oleh kapang dengan reaksi enzimatis dan dihasilkan

senyawa-senyawa yang lebih sederhana (Anonim, 2010).
D. Definisi Harga
Harga adalah ukuran nilai dari barang atau jasa menurut Rosyidi (1991),
harga suatu barang tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat
barang itu atau jasa tertentu adalah suatu tingkat penilaian yang pada tingkat
barang yang bersangkutan dapat dipertukarkan dengan sesuatu yang lain,
apapun bentuknya. Dalam masyarakat yang belum mempergunakan uang
sebagai alat pertukaran dan pengukur nilai, maka harga suatu barang dinyatakan
dengan barang yang lain yang akan dipertukarkan. Biasanya disebut barter.
Perdagangan seperti ini kadang – kadang masih dilakukan masyarakat terbuka
karena alasan –alasan tertentu (Mubyarto, 1981). Tetapi menurut Rosyidi (1991),
lebih menekankan lagi bahwa bukan hanya barang atau jasa yang memiliki
harga, uang misalnya yang bukan barnag atau jasa mempunyai harga yaitu
bunga.
Barang itu mempunyai harga karena barang tersebut berguna dan karena
jumlahnya terbatas atau langka (Rosyidi, 1991). Kegunaan suatu barang akan
menimbulkan keinginan dan keinginan ini pada gilirannya akan menimbulkan
permintaan sedangkan kelangkaan suatu barnag akan mendorong beberapa
orang untuk memanfaatkan kelangkaan atau keterbatasan jumlah barang itu
dengan cara memproduksi untuk kemudian menjualnya, sehingga dari adanya
kelangkaan itu timbul penawaran.
Dari pengertian di atas itulah akhirnya sampai pada kesimpulan utama
bahwa harga ditentukan oleh bertemunya dua kekuatan atau pengaruh yaitu

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

permintaan dan penaawwaran (Rosyidi, 1991). Perubahan salah satu atau
keduanya dari kekuatan tadi akan merubah harga.
Tingkat harga ini tidaklah tetap ataupun stabil sepanjang waktu, tetapi
berubah – ubah bergerak naik turun. Perubahan – perubahan harga ini paling
banyak diakibatkan oleh perubahan – perubahan yang terjadi pada permintaan
dan penawaran dan faktor- faktor kelembagaan misalnya kebijakan pemerintah,
atau keadaan - keadaan yang tidak dapat diduga sebelumnya misalnya bencana
alam, khususnya untuk komoditi pertanian, perubahan- perubahan harga ini
banyak berhubungan dengan sifat khas produk pertaniannya, antara lain :
produksinya musiman, umumnya tidak tahan lama, tergantung pada cuaca dan
yang lainnya.
Salah satu kebijakan harga adalah berupa kebijakan harga perlindungan
(support price) terhadap masuknya komoditi dari negara lain. Biasanya negara
yang melaksanakan kebijakan ini adalah yang ekonomi terbuka dan komoditi
yang dilindungi merupakan komodiiti treadable.
Perubahan

harga

yang

terjadi

karena

adanya

kebijakan

harga

perlindungan dapat ditelusuri dengan cara menilai perubahan yang ditimbulkan
oleh kebijakan tersebut terhadap surplus konsumen dan surplus produsen.
Apabila harga keseimbangan ditetapkan leb