ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA.

(1)

i ABSTRAK

ZULAIKA MATONDANG, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2012.

Produksi padi di provinsi sumatera utara berfluktuasi dari tahun ke tahun. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi dengan melihat hubungan luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk kabupaten/kota di provinsi sumatera utara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang mempergunakan data-data dalam bentuk data sekunder dari 24 kabupaten/kota dari tahun 2005 sampai tahun 2010. Model empiris didasarkan pada model teoritis dengan menggunakan ide dasar dari random effect model yaitu dalam bentuk cross section dan selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik dan ekonometrik dengan menggunakan Eviews 5.1.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk memiliki hubungan positif terhadap produksi padi. Dimana luas lahan pertanian dan harga gabah signifikan terhadap produksi padi dengan tingkat kepercayaan 1 persen, dan jumlah penduduk signifikan terhadap produksi padi pada tingkat kepercayaan 10 persen. Akan tetapi pada luas lahan irigasi tidak signifikan terhadap produksi padi pada prob. 0,4642, hal ini diindikasi bahwa provinsi sumatera utara, produksi padinya tidak terlalu bergantung pada lahan sawah irigasi saja, tetapi juga menggunakan lahan sawah tadah hujan, lahan basah dan lahan kering dengan memanfaatkan teknologi pertanian. Dengan begitu, kebijakan pemerintah provinsi sumatera utara untuk membuka lahan baru bagi pertanian, perbaikan serta memfungsikan kembali infrastruktur irigasi diharapkan dapat meningkatkan produksi padi untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat khususnya di provinsi sumatera utara dan menjadi lumbung padi untuk Indonesia.

Kata Kunci : Produksi Padi, Lahan Pertanian, Lahan Irigasi, Harga Gabah, Jumlah penduduk.


(2)

ii ABSTRACT

ZULAIKA MATONDANG, Analysis of Factors Affecting The Production Of Rice in Counties/Cities Of North Sumatera Province. Postgraduate School Of The State University Of Medan, 2012.

Rice production in North Sumatera Province fluctuated from year to year. It is therefore necessary to test the factors that affect rice production by looking at the relationship of agricultural land, irrigated land, the price of grain and populations in counties/cities of north Sumatera.

The method used in this study is a method that uses of secondary data of 24 counties/cities from 2005 until 2010. Empirical model based upon a theoretical model using the basic idea of random effect model in the form of cross section and then performed statistical and econometric testing using Eviews 5.1.

From the results of the research, it was revealed that the area of paddy land, irrigated land, the price of grain and the population has a positive relationship on rice production. The large of paddy land and the price of the grain had significantly effect to the rice production by 1 percent level of trustworthiness, and a significant population of rice production at 10 percent of trustworthiness. However, the area irrigated rice production is not significant to the prob. 0.4642, as it is indicated that the province of North Sumatra, rice production is not very dependent on irrigated land, but use the rain-fed rice fields, wetlands and dry land farming with the use of technology. In this case, the North Sumatra provincial government policy are to open up new land for agriculture and the improvement and re-creating the irrigation infrastructure is expected to increase rice production to maintain the food security community, especially in the provinces of North Sumatra and as a granary for Indonesia.

Key words : Rice Production, Paddy Land, Irrigated Land, Grain Price, Population.


(3)

iii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR GAMBAR ……… v

DAFTAR TABEL ………. vi

DAFTAR LAMPIRAN ………. vii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2.Rumusan Masalah ………. 11

1.3.Tujuan Penelitian ……….. 11

1.4.Manfaat Penelitian ………. 12

BAB II KAJIAN TEORI ………..13

2.1. Kerangka Teori ……… 13

2.1.1. Produksi ……… 13

2.1.2. Biaya Produksi ……….. 15

2.1.3. Fungsi Produksi ………. 18

2.1.4. Fungsi Produksi Coob – Douglas ………..23

2.1.5. Hubungan Antara Faktor Produksi dengan Cost Minimum dan Profit Maximum Dalam Pertanian ……… 26

2.1.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pertanian (Padi)…. 30 2.1.7. Infrastruktur Irigasi ………... 33

2.2. Penelitian Sebelumnya ……… 34


(4)

iv

2.4. Hipotesis ……….. 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………. 38

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ……… 38

3.2. Prosedur Pengumpulan Data ……… 38

3.3. Metode Analisis ……… 38

3.4. Definisi Operasional Variabel ……….. 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..50

4.1. Perkembangan Produksi Padi di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Dan Variabel Yang Mempengaruhinya ……….. 50

4.1.1. Perkembangan Produksi Padi Kab/Kota Prov. Sumut ………….. 50

4.1.2. Perkembangan Luas Lahan Pertanian Kab/Kota Prov. Sumut …..52

4.1.3. Perkembangan Luas Lahan Irigasi Kab/Kota Prov. Sumut ….…. 55 4.1.4. Perkembangan Harga Gabah Kab/Kota Prov. Sumut ………58

4.1.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Kab/Kota Prov. Sumut ……….61

4.2. Pembahasan Hasil Estimasi Model Produksi Padi Provinsi Sumatera Utara ………..64

4.2.1. Pemilihan Model ………64

4.2.2. Pembahasan Uji Ekonometrika ………. 66

4.2.3. Pembahasan Uji Signifikansi ……… 68

4.2.4. Pembahasan Model Analisis Efek Random ……….. 70

4.2.5. Pembahasan Variabel Penelitian ………74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..………. 81

5.1. Kesimpulan ………81

5.2. Saran ………..82


(5)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Stok Pangan Dunia Menurun ………. 2

Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Sumatera Utara ……….. 4

Gambar 1.3 Produksi Padi Sumatera Utara ………. 4

Gambar 1.4 Luas Lahan Sawah Provinsi Sumatera Utara ……….. 7

Gambar 1.5 Harga Gabah Ditingkat Petani dan Inpres ………..10

Gambar 2.1 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel ………16

Gambar 2.2 Hubungan Biaya Marjinal, Biaya Total Rata-rata, Biaya Variabel Rata-rata Dan Biaya Tetap Rata-rata ………..18

Gambar 2.3 Hubungan Fungsional Produksi Fisik dan Faktor Produksi ………21

Gambar 2.4 Hubungan Produk Rata-rata dan Produk Marjinal ………..22

Gambar 2.5 Iso Produk dan Iso Biaya ……….27

Gambar 2.6 Skema Kerangka Pemikiran ……….37

Gambar 4.1 Perkembangan Produksi Padi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara………..51

Gambar 4.2 Perkembangan Luas Lahan Padi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara………. 54

Gambar 4.3 Perkembangan Luas Lahan Irigasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….… 57

Gambar 4.4 Perkembangan Harga Gabah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara………. 60

Gambar 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….… 63


(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara ………….. 6

Tabel 3.1 Penentuan Autokorelasi Uji Durbin Watson ………...44

Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Padi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….… 50

Tabel 4.2 Perkembangan Luas Lahan Padi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….…53

Tabel 4.3 Perkembangan Luas Lahan Irigasi Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara………..56

Tabel 4.4 Perkembangan Harga Gabah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….… 59

Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara……….…62

Tabel 4.6 Hasil Uji Efek Random ………64

Tabel 4.7 Hasil Uji Efek Tetap ………65

Tabel 4.8 Regresi Auxiliary……….67


(7)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Produksi Padi Kabupaten/Kota Provinsi

Sumatera Utara………..86

Lampiran 2 Data Luas Lahan Padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara………..…87

Lampiran 3 Data Luas Lahan Irigasi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara………..…88

Lampiran 4 Rata-rata Harga Gabah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara………..…89

Lampiran 5 Data Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara………..…90

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Efek Tetap………..…91

Lampiran 7 Hasil Perhitungan Efek Random………...96

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas………...100


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Musyawarah perencanaan pembangunan pertanian merumuskan bahwa kegiatan pembangunan pertanian periode 2005 – 2009 dilaksanakan melalui tiga program yaitu : (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Program pengembangan agribisnis dan (3) Program peningkatan kesejahteraan petani. Indonesia tahun 1970-an terkenal sebagai lumbung padi dunia, dimana pada saat itu Indonesia menjadi salah satu Negara pengekspor terbesar ke beberapa Negara yang sedang mengalami kerawanan pangan. Itu Indonesia dulu, Indonesia sekarang justru bukan lagi menjadi Negara pengekspor beras dengan program swasembada berasnya tetapi menjadi salah satu Negara pengimpor beras dari beberapa Negara di kawasan asia seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, Cina, dan beberapa Negara asia lainnya.

Dalam dua dasa warsa terakhir, rasio atau perbandingan cadangan pangan dunia terhadap penggunaan atau konsumsi pangan dunia semakin menurun. Perkembangan rasio tersebut ditunjukkan melalui Gambar 1.1 berikut :


(9)

2

Gambar 1.1 Stok Pangan Dunia Menurun Source: United Nations World Food Programme,2008

Sumber: Nuhfil Hanani AR, Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015, Makalah Workshop II Ketahanan Pangan di Jawa Timur, 2009.

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa rasio stok terhadap konsumsi pangan dunia mendekati 15% pada tahun 2008/2009 dari di atas 35% pada tahun 1986/1987. Pada periode tersebut, cadangan pangan dunia semakin menurun atau (dengan kata lain) jumlah penduduk dunia yang dijamin pangannya semakin sedikit. Penurunan rasio tersebut disebabkan tidak adanya kenaikan dalam produksi pangan sementara jumlah penduduk dunia selalu bertambah dari tahun ke tahun.

Laporan organisasi pangan dunia edisi 23 desember 1997 memperkirakan bahwa Indonesia adalah salah satu Negara yang terancam krisis pangan dalam beberapa tahun kedepan. Jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai angka 220 juta jiwa membuat ramalan ini semakin nyata (Bustanul, 2001). Seperti halnya yang terjadi dilapangan, dimana produktivitas sektor produksi pangan yang


(10)

3

mengalami penurunan dan tidak sebanding dengan jumlah penduduk untuk pemenuhan pangan.

Seiring dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin tinggi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan kebutuhan akan pangan juga meningkat. Persoalan utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia yaitu masih banyaknya kebutuhan akan beras untuk kebutuhan dalam negeri yang harus didatangkan dari luar negeri. Impor beras dalam jumlah yang sangat banyak terutama beras yang dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah menyebabkan keambrukan produksi beras dalam negeri karena harga beras luar negeri lebih murah dibandingkan dengan harga beras dalam negeri (Suryadi,2008:1657).

Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya alam yang cukup potensial, sudah seharusnya mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk penduduknya pada umumnya dan menjadi salah satu lumbung padi Indonesia untuk memenuhi pasokan beras ke beberapa daerah yang produksi berasnya tidak mencukupi kebutuhan penduduknya. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang semakin bertambah harus dibarengi juga dengan peningkatan produksi bahan pangan yang dalam hal ini adalah beras. Seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut :


(11)

4

Gambar 1.2 Jumlah penduduk sumatera utara Sumber : Data diolah (BPS Provinsi Sumatera Utara)

Gambar 1.3 Produksi padi sumatera utara Sumber: Data diolah (Dispertan Provinsi Sumatera Utara)

Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa produksi padi di Provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami penurunan dan kenaikan yang tidak begitu tinggi. Sementara jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Dari tahun 2000 ke 2002 produksi padi di

1 2 3 4 5 6 7 8

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah Penduduk 11,847, 11,890, 12,123, 12,326, 12,643, 12,834, 13,042, 13,248,

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000 JI W A

JUMLAH PENDUDUK SUMATERA UTARA

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Produksi 3,514, 3,291, 3,153, 3,403, 3,418, 3,064, 3,009, 3,265, 3,190, 3,340,

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000 4000000 T O N


(12)

5

Sumatera Utara mengalami penurunan, dimulai dari 3.514.253 ton pada tahun 2000 turun menjadi 3.291.515 ton pada tahun 2001 atau terjadi penurunan sebesar 6,3% dan 3.153.305 ton pada tahun 2002. Kemudian mengalami kenaikan sebesar 7,3% menjadi 3.403.075 ton pada tahun 2003 dan 3.418.782 ton pada tahun 2004. Kemudian produksi padi mengalami penurunan kembali pada tahun 2005 sebesar 3.064.753 ton atau mengalami penurunan sebesar 10,4% dan 3.009.642 ton pada tahun 2006. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan ke lahan perkebunan yang mengakibatkan lahan persawahan menjadi berkurang dan keadaan iklim yang tidak stabil.

Dalam 10 tahun terakhir, industri kelapa sawit mengalami booming, dan mampu menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa Negara dari pajak. Akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang mencapai rata-rata 315.000 Ha/tahun menyebabkan banyak lahan persawahan yang beralih fungsi ke lahan perkebunan karena keuntungan yang didapat lebih besar. Akibatnya, banyak petani yang lahannya terbatas tergelincir dalam proses pemiskinan. Sehingga petani padi terpaksa mengkonversi lahannya dengan menanami kelapa sawit akibat lahan pertanian mereka sudah dikelilingi dengan perkebunan kelapa sawit. Aspek modal, kualitas produksi dan pemasaran yang sangat terbatas menyebabkan hasil produksi tidak seimbang dengan pengeluaran.

Sumatera Utara sebagai salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia menghasilkan rata-rata 1,7 juta ton CPO per tahun. Jumlah ini mencapai 8,23% dari total produksi CPO nasional per tahun. Luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara setiap tahun juga mengalami peningkatan. Peningkatan luas ini


(13)

6

terjadi karena konversi lahan pertanian khususnya sawah, terutama di daerah langkat, serdang bedagai dan labuhan batu. Berikut tabel luas areal perkebunan kelapa sawit di sumatera utara.

Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatera Utara Tahun 2004 – 2009 sebagai berikut:

Tabel. 1.1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Sumatera Utara

TAHUN LUAS (Ha)

2004 844.882

2005 894.911

2006 1.044.230

2007 1.090.000

2008 1.106.000

2009 1.138.908

Sumber : Hotler P. Sitorus dan Manginar Situmorang (www.kpsmedan.org) Di Sumatera Utara pada tahun 2005-2006 terjadi pengalihan fungsi lahan pertanian seluas 39.669 hektare atau sekitar 7,55 persen dari luas baku lahan sawah berpengairan di Sumut. Alih fungsi lahan pertanian tersebut terutama terjadi ke sektor kelapa sawit dan sub sektor lain di luar sektor pertanian tanaman pangan. Alih fungsi lahan di Sumut sebanyak hampir 40 ribu hektar pada 2005-2006 itu terjadi di 13 Kabupaten. Daerah yang terbesar mengalami pengalihan fungsi lahan adalah Tapanuli Selatan, Asahan dan Labuhan Batu masing-masing sebesar 10. 455 hektar, 7373 hektar dan 6.809 hektar. Di Labuhanbatu, sebagai salah satu wilayah lumbung beras di Sumatera Utara, konversi lahan sawah menjadi perkebunan kelapa sawit rata-rata mencapai 5.000 hektar per tahunnya (Medan Bisnis 9 April 2008, dalam Sitorus dan Situmorang,2010).

Tingginya angka konversi lahan pertanian ke sektor diluar pertanian berdampak pada penurunan produksi padi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik


(14)

7

Sumut, produksi padi periode 1998-2006 mengalami penurunan 23 % per tahun. Penurunan itu terjadi akibat berkurangnya lahan pertanian padi sebesar 1,13 persen per tahun. Sementara itu, sejak 2007-2008, konversi lahan pertanian di Sumut tumbuh sekitar 4,2 persen. Lahan pertanian tersebut dialihkan ke tanaman keras dan kawasan pemukiman. Luas lahan sawah berpengairan yang beralih fungsi pada tahun 2006 mencapai 280.847 hektar dan tahun 2008 mencapai 278.560 hektar. Kurun waktu 2007-2008, alih fungsi terbesar terjadi di Kabupaten Asahan yang mencapai 6.800 hektar, disusul Nias 6.700 hektar, Serdang Bedagai 2.300 hektar dan Langkat 1.400 hektar.

Terbukti dari luas lahan sawah yang cenderung berubah dari tahun ke tahun. Berikut grafik luas lahan padi dari tahun 2000 sampai 2009.

Gambar 1.4 Luas lahan sawah provinsi sumatera utara Sumber : Dispertan Provinsi Sumatera Utara

Dari gambar tersebut, terlihat bahwa luas lahan persawahan cenderung mengalami penurunan, hanya tahun 2003 dan 2005 yang mengalami kenaikan. Dimulai dari tahun 2000 sampai tahun 2002, luas lahan persawahan mengalami

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Luas Lahan 889,62 809,12 607,46 819,91 705,48 863,13 793,05 787,28 750,02 754,51

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000 900000 1000000

H

a


(15)

8

penurunan dari 889.626 Ha pada tahun 2000 turun menjadi 809.126 Ha pada tahun 2001 dan drastis mengalami penurunan pada tahun 2002 dengan luas 607.465 Ha dengan kata lain mengalami penurunan sebesar 25%. Dan pada tahun 2003 mengalami kenaikan seluas 819.910 Ha, hal ini dikarenakan adanya pembukaan lahan baru untuk areal persawahan. Akan tetapi mengalami kemerosotan kembali pada tahun 2004 yaitu 705.481 Ha dan naik kembali pada tahun 2005 seluas 863.139 Ha. Dan merosot kembali pada tahun 2006, 2007 dan 2008 masing-masing 793.058 Ha, 787.288 Ha, dan 750.025 Ha.

Permasalahan yang ditimbulkan oleh akibat konversi lahan pertanian tanaman pangan ke non pertanian, bukan hanya dampaknya terhadap produksi saja tetapi juga dapat menimbulkan kerawanan pangan, sehingga tidak stabilnya ketahanan pangan di Sumatera Utara.

Selain faktor luas lahan dan jumlah penduduk, ada beberapa faktor lain pemicu para petani melakukan produksi padi yaitu diantaranya harga gabah dan harga beras. Harga gabah yang selalu naik tiap tahunnya ditambah lagi ongkos produksi yang semakin meningkat membuat para petani kurang bergairah untuk bertanam padi, hal ini karena belum efektifnya penerapan tarif impor beras untuk melindungi harga beras dalam negeri.

Adanya keputusan pemerintah mengimpor beras dengan alasan menekan harga beras dan mengamankan stok nasional merupakan langkah yang kurang tepat karena naiknya harga beras bukan disebabkan oleh persediaan yang menipis, kenaikan itu justru disebabkan oleh melonjaknya ongkos produksi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (kompas, 11 januari 2006 dalam hasyim).


(16)

9

Dari sisi konsumen, mereka mengharapkan harga beras yang murah. Terlebih lagi dengan proporsi pengeluaran beras terhadap pendapatan yang cukup tinggi dan tingkat konsumsi yang merata dengan jumlah yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Dilain pihak, petani sebagai produsen beras mengharapkan agar harga beras cukup tinggi sehingga mereka bisa mendapatkan keuntungan yang layak. Tingkat keuntungan yang wajar bagi petani sangat diperlukan karena hal tersebut akan menjadi insentif bagi petani untuk terus melakukan usaha tani padi dan mendukung kebijakan swasembada beras (Azziz, 2006 : 4).

Sesuai dengan pola produksi tahunan, produksi gabah/beras pada saat panen raya di daerah sentra produksi cukup melimpah, sedangkan permintaan gabah/beras bulanan relatif stabil sepanjang tahun, sehingga harga jual gabah turun pada tingkat yang tidak memberikan keuntungan bagi petani. Sebaliknya pada musim panceklik sering kali kebutuhan beras umumnya melebihi produksi yang tersedia, sehingga harganya meningkat. Kondisi ini menyebabkan harga gabah/beras berfluktuasi menurut musim. Apabila kejadian ini berjalan terus menerus dari tahun ke tahun dikhawatirkan akan menjadi disintensif bagi para petani dalam berusaha tani padi yang dapat menurunkan produktivitas dan produksi dan berakibat menurunnya pula tingkat pendapatan para petani padi (Siregar,2007:14).

Harga gabah di Sumatera Utara cenderung mangalami kenaikan dari tahun ke tahun dan bahkan harga gabah yang dibeli petani (GKP) di atas harga gabah dari pemerintah (Inpres GKP). Seperti yang terlihat dalam gambar harga gabah di tingkat petani dengan Inpres dari tahun 2005 sampai tahun 2009.


(17)

10

Gambar 1.5 Harga gabah ditingkat petani dan inpres Sumber : Perum BULOG Divre Sumatera Utara

Selain dari permasalahan alih fungsi lahan, yang juga menjadi persoalan saat ini adalah pembangunan pertanian pangan bukanlah prioritas pemerintah, namun yang menjadi prioritas utama adalah pembangunan perkebunan komoditas ekspor seperti karet dan kelapa sawit. Maka tidak mengherankan terjadinya alih fungsi lahan sehingga lahan untuk tanaman pangan semakin berkurang, seperti halnya yang terjadi pada tanaman padi. Pembangunan irigasi yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah sehingga banyak infrastruktur irigasi yang mengalami kerusakan, akibatnya lahan sawah irigasi mengalami penurunan.

Permasalahan irigasi masih menjadi kendala dalam peningkatan produksi padi di Sumatera Utara. Pasalnya, dari 132.254 Ha luas irigasi yang tersebar di 30 kabupaten/kota, 40% diantaranya dalam keadaan rusak, sehingga pelayanan air untuk areal persawahan tidak optimal (Medan Bisnis, 19 Maret 2011).

500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500

TW I TW II

TW III

TW IV

TW I TW II

TW III

TW IV

TW I TW II

TW III

TW IV

TW I TW II

TW III

TW IV

TW I TW II 2005 2006 2007 2008 2009

TAHUN


(18)

11

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui hubungan kondisi-kondisi tersebut dengan produksi padi maka dilakukan suatu penelitian dalam bentuk tesis dengan judul : “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk terhadap produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk terhadap produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tentang luas lahan sawah, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk pengaruhnya terhadap produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara yaitu :

1. Memberi masukan dalam mengambil kebijakan program peningkatan produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.


(19)

12

2. Memberi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.


(20)

81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produksi padi di provinsi sumatera utara dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan dan kenaikan. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan yaitu dari 12,76 persen pada tahun 2006 menjadi 7,91 persen pada tahun 2007. Dan dari tahun 2007 ke tahun 2008 turun lagi dari 7,91 persen menjadi 2,24 persen. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 3,06 persen yakni dari 2,24 persen pada tahun 2008 menjadi 5,30 persen pada tahun 2009. Dan pada tahun 2010 justru mengalami penurunan yang drastis sebesar 3,78 persen dari 5,30 persen pada tahun 2009 menjadi 1,52 persen pada tahun 2010.

2. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis yang dilakukan dengan estimasi random effect model, menunjukkan bahwa koefisien elastisitas luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk masing-masing bertanda positif sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Elastisitas berkoefisien positif ini mengindikasikan bahwa peningkatan persentase luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk akan menaikkan produksi padi di provinsi sumatera utara dengan masing-masing nilai koefisiennya 0,989282 untuk koefisien luas lahan pertanian, 0,019047 untuk koefisien luas lahan irigasi, 0,471147 untuk koefisien harga gabah, dan 0,070282 untuk koefisien jumlah penduduk.


(21)

82

3. Hasil uji parsial efek random, bahwa luas lahan pertanian dan harga gabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,0000 atau signifikan pada taraf alpha 1 persen. Dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,0590 atau signifikan pada taraf alpha 10 persen. Sedangkan luas lahan irigasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,4642. 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Utara yang paling tinggi elastisitas produksi padinya adalah Kota Tebing Tinggi, sedangkan yang paling rendah elastisitas produksi padinya adalah Kota Medan.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya akan membuat ketahanan pangan khususnya beras menjadi sangat penting untuk di pikirkan. Untuk itu, oleh karena kontribusi luas lahan irigasi sangat besar terhadap volume produksi padi, maka diusulkan kepada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara agar mengirigasikan seluruh lahan pertanian (sawah) di masing-masing daerahnya.

2. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing pemerintah kabupaten kota di provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan luas lahan pertanian


(22)

83

yang semakin menurun di setiap tahunnya dengan membuka lahan baru untuk pertanian.

3. Adanya keterbatasan waktu dan sumber data dalam penelitian ini, sehingga dalam penelitian selanjutnya data tahunan yang digunakan bisa lebih panjang dan update dan bisa memasukkan variabel-variabel yang lebih kompleks yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(23)

84

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Oka, Made. 2004. Penerapan Model Penyesuaian Parsial Nerlove Dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Beras. Volume 4 Nomor 1 ISSN : 1411 – 7177.

Agus Widarjono. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia. Yogyakarta

Azziz, A.A. 2006. Analisis Impor Beras Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Beras Dalam Negeri. Institut Pertanian Bogor. Skripsi (dipublikasikan melalui www.google.com).

Badan Pusat Statistik (BPS). Sumatera Utara Dalam Angka. Tahun 2002 – 2009 Bustanul Arifin. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Gujarati, Damodar N. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga. Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. ANDI. Yogyakarta.

Hanani, Nuhfil. 2009. Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Makalah Workshop II Ketahanan Pangan di Jawa Timur.(http://docs.google.com).

Hasman Hasyim. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaaan Beras di Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis (tidak dipublikasikan).

Hikmatullah et al. 2002. Potensi dan Kendala Pengembangan Sumber Daya Lahan Untuk Pencetakan Sawah Irigasi di Luar Jawa. Jurnal Litbang Pertanian 21 (4) (dipublikasikan melalui www.google.com).

Hsiao, C. 1989. Analysis of Panel Data. Cambridge : Cambridge University Press. Hutapea, Jaegopal dan Mashar, Zum, Ali. 2000. Ketahanan Pangan dan

Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian Indonesia (dipublikasikan melalui www.google.com).

Irawan. 2005. Analisis Ketersediaan Beras Nasional : Suatu Kajian Simulasi Pendekatan Sistem Dinamis. Prosiding multifungsi pertanian ISBN : 979 – 9474 – 42 – 6 (dipublikasikan melalui www.google.com).

Kusumaningrum, Ria. 2008. Dampak Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis (dipublikasikan melalui www.google.com).


(24)

85

Pindyck, S, Robert, dan Rubinfeld, L, Daniel. 2007. Mikroekonomi Edisi Keenam Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta.

Rahim, A, dan Hastuti, D.R.D. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta.

Ritung et al. 2002. Peluang Perluasan Lahan Sawah. Wacana (dipublikasi melalui www.google.com).

Sadono, Soekirno. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Samuelson, A, Paul, dan Nordhaus, D, William. 2003. Ilmu Mikroekonomi Edisi 17. Media Global Edukasi. Jakarta.

Saridewi, Ratna, Tri dan Siregar, Nani, Amelia. 2010. Hubungan Antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 5, No. 1 (dipublikasikan melalui www.google.com).

Siregar, M.B.E. 2007. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi dan Distribusi Beras di Provinsi Sumatera Utara. Artikel Vol.4. No.1. Media Litbang Provinsi Sumatera Utara. Diakses Maret 2008

Sitorus, P, Hotler, dan Situmorang, Manginar. 2010. Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit VS Ketahanan Pangan. www.kpsmedan.org. diakses 14/4/2010. Surono, Indro. 1998. Inefisiensi Tataniaga Beras dan Nasib Petani. Wacana No. 13/

September – Oktober (dipublikasi melalui www.google.com).

Suryadi, dan Ananda, F.C, dan Kiptiyah, S.M. 2008. Penawaran Padi di Daerah Sentra Produksi dan Kebijakan Produksi di Indonesia. Agritek Vol.16 No.9. Diakses 9 september 2008.

Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Tesis (dipublikasikan melalui www.google.com).

www.medanbisnisdaily.com. Diakses 22 juni 2011.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Jogjakarta : UPP STIM YKPN.

Yuwono, Widya, Nasih. 2011. Kesuburan Dan Produktivitas Tanah Sawah. (dipublikasi melalui www.google.com) . Diakses 15/5/2011.


(1)

2. Memberi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produksi padi di provinsi sumatera utara dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 mengalami penurunan dan kenaikan. Dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan yaitu dari 12,76 persen pada tahun 2006 menjadi 7,91 persen pada tahun 2007. Dan dari tahun 2007 ke tahun 2008 turun lagi dari 7,91 persen menjadi 2,24 persen. Pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 3,06 persen yakni dari 2,24 persen pada tahun 2008 menjadi 5,30 persen pada tahun 2009. Dan pada tahun 2010 justru mengalami penurunan yang drastis sebesar 3,78 persen dari 5,30 persen pada tahun 2009 menjadi 1,52 persen pada tahun 2010.

2. Berdasarkan hasil pembahasan atas pengujian hipotesis yang dilakukan dengan estimasi random effect model, menunjukkan bahwa koefisien elastisitas luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk masing-masing bertanda positif sesuai dengan hipotesis awal penelitian. Elastisitas berkoefisien positif ini mengindikasikan bahwa peningkatan persentase luas lahan pertanian, luas lahan irigasi, harga gabah dan jumlah penduduk akan menaikkan produksi padi di provinsi sumatera utara dengan masing-masing nilai koefisiennya 0,989282 untuk koefisien luas lahan pertanian, 0,019047 untuk koefisien luas lahan irigasi, 0,471147 untuk koefisien harga gabah, dan 0,070282 untuk koefisien jumlah penduduk.


(3)

3. Hasil uji parsial efek random, bahwa luas lahan pertanian dan harga gabah berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,0000 atau signifikan pada taraf alpha 1 persen. Dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,0590 atau signifikan pada taraf alpha 10 persen. Sedangkan luas lahan irigasi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produksi padi kabupaten/kota di provinsi sumatera utara dengan prob sebesar 0,4642. 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

Utara yang paling tinggi elastisitas produksi padinya adalah Kota Tebing Tinggi, sedangkan yang paling rendah elastisitas produksi padinya adalah Kota Medan.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya akan membuat ketahanan pangan khususnya beras menjadi sangat penting untuk di pikirkan. Untuk itu, oleh karena kontribusi luas lahan irigasi sangat besar terhadap volume produksi padi, maka diusulkan kepada pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara agar mengirigasikan seluruh lahan pertanian (sawah) di masing-masing daerahnya.

2. Perlu adanya komitmen yang kuat dari masing-masing pemerintah kabupaten kota di provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan luas lahan pertanian


(4)

yang semakin menurun di setiap tahunnya dengan membuka lahan baru untuk pertanian.

3. Adanya keterbatasan waktu dan sumber data dalam penelitian ini, sehingga dalam penelitian selanjutnya data tahunan yang digunakan bisa lebih panjang dan update dan bisa memasukkan variabel-variabel yang lebih kompleks yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, Oka, Made. 2004. Penerapan Model Penyesuaian Parsial Nerlove Dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Beras. Volume 4 Nomor 1 ISSN : 1411 – 7177.

Agus Widarjono. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Ekonisia. Yogyakarta

Azziz, A.A. 2006. Analisis Impor Beras Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Beras Dalam Negeri. Institut Pertanian Bogor. Skripsi (dipublikasikan melalui www.google.com).

Badan Pusat Statistik (BPS). Sumatera Utara Dalam Angka. Tahun 2002 – 2009

Bustanul Arifin. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Gujarati, Damodar N. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. ANDI. Yogyakarta.

Hanani, Nuhfil. 2009. Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015. Makalah Workshop II

Ketahanan Pangan di Jawa Timur.(http://docs.google.com).

Hasman Hasyim. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketersediaaan Beras di Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Tesis (tidak dipublikasikan).

Hikmatullah et al. 2002. Potensi dan Kendala Pengembangan Sumber Daya Lahan Untuk Pencetakan Sawah Irigasi di Luar Jawa. Jurnal Litbang Pertanian 21 (4) (dipublikasikan melalui www.google.com).

Hsiao, C. 1989. Analysis of Panel Data. Cambridge : Cambridge University Press. Hutapea, Jaegopal dan Mashar, Zum, Ali. 2000. Ketahanan Pangan dan

Teknologi Produktivitas Menuju Kemandirian Pertanian Indonesia (dipublikasikan melalui www.google.com).

Irawan. 2005. Analisis Ketersediaan Beras Nasional : Suatu Kajian Simulasi Pendekatan Sistem Dinamis. Prosiding multifungsi pertanian ISBN : 979 – 9474 – 42 – 6 (dipublikasikan melalui www.google.com).

Kusumaningrum, Ria. 2008. Dampak Kebijakan Harga Dasar Pembelian Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Tesis (dipublikasikan melalui www.google.com).


(6)

Pindyck, S, Robert, dan Rubinfeld, L, Daniel. 2007. Mikroekonomi Edisi Keenam Jilid 1. PT. Indeks. Jakarta.

Rahim, A, dan Hastuti, D.R.D. 2008. Ekonomika Pertanian (Pengantar, Teori, dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta.

Ritung et al. 2002. Peluang Perluasan Lahan Sawah. Wacana (dipublikasi melalui www.google.com).

Sadono, Soekirno. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Samuelson, A, Paul, dan Nordhaus, D, William. 2003. Ilmu Mikroekonomi Edisi 17. Media Global Edukasi. Jakarta.

Saridewi, Ratna, Tri dan Siregar, Nani, Amelia. 2010. Hubungan Antara Peran Penyuluh dan Adopsi Teknologi Oleh Petani Terhadap Peningkatan Produksi Padi di Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol 5, No. 1 (dipublikasikan melalui www.google.com).

Siregar, M.B.E. 2007. Analisis Struktur Produksi, Konsumsi dan Distribusi Beras di Provinsi Sumatera Utara. Artikel Vol.4. No.1. Media Litbang Provinsi Sumatera Utara. Diakses Maret 2008

Sitorus, P, Hotler, dan Situmorang, Manginar. 2010. Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit VS Ketahanan Pangan. www.kpsmedan.org. diakses 14/4/2010. Surono, Indro. 1998. Inefisiensi Tataniaga Beras dan Nasib Petani. Wacana No. 13/

September – Oktober (dipublikasi melalui www.google.com).

Suryadi, dan Ananda, F.C, dan Kiptiyah, S.M. 2008. Penawaran Padi di Daerah Sentra Produksi dan Kebijakan Produksi di Indonesia. Agritek Vol.16 No.9. Diakses 9 september 2008.

Triyanto, Joko. 2006. Analisis Produksi Padi Di Jawa Tengah. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang. Tesis (dipublikasikan melalui www.google.com).

www.medanbisnisdaily.com. Diakses 22 juni 2011.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Jogjakarta : UPP STIM YKPN.

Yuwono, Widya, Nasih. 2011. Kesuburan Dan Produktivitas Tanah Sawah. (dipublikasi melalui www.google.com) . Diakses 15/5/2011.