Bank Century dan Kepemilikan Saham Publik.
Bank Century dan Kepemilikan Saham Publik
Oleh : Dr. Sulaeman Rahman
Bank Century adalah bank beraset Rp15 triliun, juga merupakan bank pertama yang
harus ditangani oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Bila dikaitkan dengan masalah
krisis keuangan global maka Bank Century dianggap sebagai korban kedua setelah Bank
Indover yang harus dilikuidasi, dan saat ini untuk sementara waktu Bank Century diambil
alih LPS, agar operasi bank tersebut tetap berjalan. Alasan diambil alih karena Bank
Century ternyata tidak dapat menyelesaikan kewajibannya yang bernilai lebih dari 127
juta dollar AS dalam bentuk surat-surat utang kepada pemerintah maupun kepada pihak
lain. Selain itu, bank yang berkode BCIC di Bursa EFek Indonesia itu, tidak tidak dapat
menjaga asetnya sehinga mengakibatkan Rasio Kecukupan Modalnya (CAR) minus 2,5
persen.
Berkaitan dengan pengambilalihan , saat ini LPS sudah menalangi sekitar Rp 1 triliun
untuk tetap menjaga likuiditas bank dan BI (Bank Indonesia) juga akan membuka akses
likuiditasnya hingga bank itu dapat berjalan. LPS telah menunjuk manajemen baru,
namun manajemen baru tidak diberi kewenangan menyalurkan kredit dan diminta
meningkatkan efisiensinya dan membuat jadwal pembayaran hingga CAR mencapai
minimal 8 persen. LPS punya waktu lima tahun untuk mengembalikan Bank tersebut
layak jual untuk investor. Tetapi tidak menutup kemungkinan kurang dari tiga tahun
sudah ada investor baru yang mengambilalih. Pengambilalihan ini merupakan konsep
yang diamanatkan dalam Undang-Undang di mana salah satu tugas LPS untuk menjaga
dan menjamin eksistensi bank.
Saham Bank Century
Bank CIC Internasional berdiri pada 30 Mei 1989 , dan melakukan merger dengan Bank
Danpac, Bank Pikko , dan berganti nama dengan Bank Century pada Oktober tahun
2004. Pada tahun 2007 Bank Century mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta atau
sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut suspensi
perdagangan saham PT Bank Century Indonesia Tbk (BCIC) Jumat (14/11), setelah
Oleh : Dr. Sulaeman Rahman
Bank Century adalah bank beraset Rp15 triliun, juga merupakan bank pertama yang
harus ditangani oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Bila dikaitkan dengan masalah
krisis keuangan global maka Bank Century dianggap sebagai korban kedua setelah Bank
Indover yang harus dilikuidasi, dan saat ini untuk sementara waktu Bank Century diambil
alih LPS, agar operasi bank tersebut tetap berjalan. Alasan diambil alih karena Bank
Century ternyata tidak dapat menyelesaikan kewajibannya yang bernilai lebih dari 127
juta dollar AS dalam bentuk surat-surat utang kepada pemerintah maupun kepada pihak
lain. Selain itu, bank yang berkode BCIC di Bursa EFek Indonesia itu, tidak tidak dapat
menjaga asetnya sehinga mengakibatkan Rasio Kecukupan Modalnya (CAR) minus 2,5
persen.
Berkaitan dengan pengambilalihan , saat ini LPS sudah menalangi sekitar Rp 1 triliun
untuk tetap menjaga likuiditas bank dan BI (Bank Indonesia) juga akan membuka akses
likuiditasnya hingga bank itu dapat berjalan. LPS telah menunjuk manajemen baru,
namun manajemen baru tidak diberi kewenangan menyalurkan kredit dan diminta
meningkatkan efisiensinya dan membuat jadwal pembayaran hingga CAR mencapai
minimal 8 persen. LPS punya waktu lima tahun untuk mengembalikan Bank tersebut
layak jual untuk investor. Tetapi tidak menutup kemungkinan kurang dari tiga tahun
sudah ada investor baru yang mengambilalih. Pengambilalihan ini merupakan konsep
yang diamanatkan dalam Undang-Undang di mana salah satu tugas LPS untuk menjaga
dan menjamin eksistensi bank.
Saham Bank Century
Bank CIC Internasional berdiri pada 30 Mei 1989 , dan melakukan merger dengan Bank
Danpac, Bank Pikko , dan berganti nama dengan Bank Century pada Oktober tahun
2004. Pada tahun 2007 Bank Century mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta atau
sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut suspensi
perdagangan saham PT Bank Century Indonesia Tbk (BCIC) Jumat (14/11), setelah