Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan terhadap CSR Disclosure. (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

(1)

ii

PENGARUH TINGKAT LEVERAGE, UKURAN DEWAN KOMISARIS, DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM PERUSAHAAN TERHADAP

CSR DISCLOSURE

(Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : Yudhi Prasetiyo

1112082000051

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja,MM Yusro Rahma,SE.,M.Si

NIP. 1949060 2197803 1 001 NIP. 19800506 200801 2 016

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yudhi Prasetiyo

No. Induk Mahasiswa : 1112082000051

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Maret 2016 Yang Menyatakan,


(5)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Yudhi Prasetiyo. 2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Maret 1994.

3. Alamat : JL. Lestari Gg. Rahayu No.41 Rt10/03, Jak-Tim. 4. Telepon : 081294299977.

5. Email : yudhiprase@gmail.com . II. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Peltu (Purn) Priyono.

3. Ibu : Suwarti

4. Saudara Kandung : Yuli Saputro,SH.,MH. III. PENDIDIKAN

No University / School Dates From – To 1. TK Kartika XVI, Jak-Tim, DKI

Jakarta 1999 – 2000

2. SDN 02 Pagi, Jak-Tim, DKI Jakarta

2000 – 2006

3. SMPN 179 Jak-Tim, DKI Jakarta 2006 – 2009

4. SMAN 98 Jak-Tim, DKI Jakarta 2009 – 2012

5.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(6)

vii IV. PENGALAMAN ORGANISASI

No Organisasi/Institusion Dates From-to

1 OSIS SMAN 98 JAKARTA 2009-2012

2 HMJ AKUNTANSI 2012-2013

3 HMJ AKUNTANSI 2013-2014


(7)

viii ABSTRACT

This study aimed to analyze and get empirical evidence about influence of the level of leverage, size of board of commissioner, and ownership structure have affect to corporate social responsibility disclosure in the property and real estate company in Indonesia. ownership structure, which in proxy is managerial ownership, public ownership and foreign ownership. The research is done at property and real estate company which are listed in Indonesia Stock Exchange from 2010 until 2014. This research used purposive sampling It was found 27 company at the research sampel ang then the total sampel for 5 years is 135 sampel . This research used Multiple Regression Analysis Method.

The result this research showed size of board of commissioner, Publik Ownership and Foreign Ownership significant influence for corporate social responsibility disclosure while the level of leverage and m.anagerial ownership not significant influence for corporate social responsibility disclosure.

Key word: corporate social responsibility disclosure, the level of leverage, size of board of commissioner, managerial ownership, public ownership and foreign ownership.


(8)

ix ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui secara empiris apakah pengaruh tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan terhadap corporate social responsibility disclosure dalam perusahaan yang bergerak di sektor jasa property dan real estate di Indonesia. struktur kepemilikan saham perusahaan yang di proksikan menjadi tiga yaitu kepemilkan saham publik, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham asing. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2014. Dengan menggunakan purposive sampling mendapatkan 27 perusahaan yang di tentukan dalam penelitian sehingga total keseluruhan sampel selama 5 tahun sebanyak 135 perusahaan .Metode analisis yang di pakai adalah regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran dewan komisaris, kepemilikan public dan kepemilikan asing terbukti berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure sedangkan tingkat leverage dan kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap corporate social responsibility disclosure.

Kata kunci : corporate social responsibility disclosure, tingkat leverage, ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham manajerial, kepemilikan saham publik dan kepemilikan saham asing.


(9)

x

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirohim

Assalamulaikum Warohmatullahi Wabarakhatu

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini yang berjudul “(Studi Empiris Perusahaan Property ada yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2014)” ini dapat diselesaikan.

Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat syarat untuk meraih gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis memahami sepenuhnya bahwa penelitian ini tak luput dari kesalahan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangan diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.Semoga penelitian ini dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dan semoga penelitian ini bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam seluruh proses penyusunan skripsi ini, terutama kepada :

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Peltu (Purn) Priyono dan Ibunda Suwarti yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, semangat, doa serta bantuan moril maupun materil yang di butuhkan dalam penyelesaian skripsi ini.


(10)

xi

2. Kakak laki laki-ku Yuli Saputro,SH.,MH dan Kakak Ipar-ku Yeniota Silora,Amd yang telah memberikan masukan, semangat serta dukungan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Arief Mufraini,Lc.,M.Si Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Yahya Hamja,MM selaku Dosen Pembimbing I yang begitu teliti, cermat dan sabar dalam membimbing penulis, serta memberikan begitu banyak arahan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Ibu Yusro Rahma,SE.,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu sabar dan selalu meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan yang begitu banyak kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Yessi Fitri,SE.,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

9. Keluarga Besar HMJ Akuntansi periode 2013-2014 dan periode 2014-2015. Tempat penulis melakukan berbagai kegiatan organisasi, mendapatkan banyak pengalaman yang baru, teman-teman yang baru, dan


(11)

xii

10.suasana yang begitu baru dan penuh makna. penulis sangat bangga dan senang sekali dapat menjadi bagian dari kalian.

11.Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Akuntansi 2012.

12.Terima kasih kepada teman-teman Akuntansi B 2012 (Galih, Rifai, Heri, Ilman, Mayeda, Fadil, Randi, Farid, Revan, fajar, Dara, Dina, Dita, Dwi, Farida, Fitri, Latul, Vivi, Jian, Rita, Nindy, Seren, Zakia, Nisa, Abel, dan Intan) penulis sangat senang dan bahagia mempunyai teman-teman seperti kalian yang begitu baik dan menyenangkan.

13.Terima kasih kepada saudara-saudariku OSIS 22 SMAN 98 yang terus memotivasi dan memberi semangat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

14.Terima kasih kepada sahabat-sahabatku Tiana, Adila, Dwi, Yefananda dan Cakra yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

15.Terima kasih kepada teman teman seperjuangan ujian komprehensif Rifa’I, Rifqi, Rita, Inayah, Nida, dan Elsa yang telah memberikan semangat pada saat ujian sidang skripsi.

16.Terima kasih kepada teman-teman SMA penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

17.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu terselasikannya skripsi ini.


(12)

xiii

Penulis menyadari bahwa penulisan skrispi masih jauh dari kata sempurna dikarenakan masih pengetahuan penulis yang masih sangat minim.Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk saran, kritikan dan masukan dari berbagai pihak.

Jakarta, Maret 2016


(13)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Landasan Teori ... 11

2. Teori Agensi ... 12

3. Teori Legitimasi ... 12

4. Teori Stakeholder ... 15

5. Corporate Social Responsibility Disclosure ... 16

6. Pengungkapan Sosial dalam Lap.Tahunan ... 18


(14)

xv

8. Ukuran Dewan Komisaris ... 24

9. Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan ... 25

10. Kepemilikan Saham Publik ... 25

11. Kepemilikan Saham Manajerial ... 27

12. Kepemilikan Saham Asing ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 31

C. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ... 37

1. Pengaruh Tingkat Leverage Terhadap CSRD ... 37

2. Pengaruh UDK Terhadap CSRD ... 38

3. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSRD ... 39

4. Pengaruh Kepemilikan Saham Manajerial Terhadap CSRD 40 5. Pengaruh Kepemilikan Saham Asing Terhadap CSRD ... 41

D. Kerangka Pemikiran Teoritis... 43

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ... 45

A. Ruang Lingkup ... 45

B. Jenis Penelitian ... 45

C. Metode Populasi dan Sampel ... 45

D. Jenis dan Sumber Data ... 46

E. Metode Pengumpulan Data ... 46

F. Metode analisis ... 47

1. Analisis deskriptif ... 47

2. Uji asumsi klasik ... 47

a. Uji Normalitas... 48

b. Uji Heterokedesitas ... 49

c. Uji Multikolinearitas ... 49

d. Uji Autokorelasi... 50

3.Pengujian hipotesis ... 51

a. Uji Koefisien Determinasi ... 52

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 52

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 53


(15)

xvi

1. CSR Disclosure ... 54

2. Tingkat Leverage ... 55

3. Ukuran Dewan Komisaris ... 56

4. Kepemilikan Saham Publik ... 57

5. Kepemilikan Saham Manajerial ... 58

6. Kepemilikan Saham Asing ... 58

H. Operasionalisasi Variabel... 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

B. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 61

C. Uji Asumsi Klasik ... 64

1. Hasil Uji Normalitas ... 64

2. Hasil Uji Heterokedesitas ... 67

3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 69

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 71

D. Pengujian Hipotesis ... 71

1. Hasil Uji Koefisein Determinasi ... 72

2. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ... 73

3. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

1. Bagi Investor dan Calon Investor ... 82

2. Peneliti Selanjutnya ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(16)

xvii

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu dan sekarang ... 31

3.1 Pengukuran Autokorelasi ... 50

3.2 Operasional dan Pengukuran Variabel ... 59

4.1 Perolehan sampel penelitian ... 60

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 62

4.3 Hasil Uji Kolmogorof-Smirnof dan Shapiro-Wilk ... 66

4.4 Hasil Uji Spearmen Rho ... 68

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 70

4.6 Hasil Uji Durbin Watson ... 71

4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 72

4.8 Hasil Uji Statistik t ... 73


(17)

xviii

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Gambar Skema Kerangka Pemikiran Teoritis ... 42 4.1 Gambar Grafik Normal P Plot ... 65 4.2 Gambar Grafik Scatterplot ... 67


(18)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Daftar Sampel Perusahaan Property dan Real Esate ... 89

2 Index Pengungkapan CSR GRI 3.1 ... 92

3 Perhitungan Corporate Social Responsibility ... 102

4 Perhitungan Tingkat Leverage ... 107

5 Perhitungan Ukuran Dewan Komisaris ... 109

6 Perhitungan Kepemilikan Saham Asing... 111

7 Perhitungan Kepemilikan Saham Manajerial ... 113

8 Perhitungan Kepemilikan Saham Publik ... 115

9 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 117

10 Hasil Uji Normalitas ... 117

11 Hasil Uji Heterokedesitas ... 118

12 Hasil Uji Multikolinearitas ... 120

13 Hasil Uji Autokorelasi ... 120

14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 120

15 Hasil Uji Signifikansi Parameter Inividual (uji t) ... 121


(19)

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjaga eksistensinya perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya.Ada hubungan yang bersifat timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan harmonisasi keduanya akan menentukan keberhasilan dalam hal pembangunan. Dilihat dari aspek ekonomi perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan dan dari segi aspek sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat.Dampak dari aktivitas perusahaan tidak hanya dirasakan oleh pihak yang terkait langsung dengan perusahaan. Keberadaan dan dampak aktivitas perusahaan seringkali bertentangan bahkan merugikan kepentingan pihak lain. Perbedaan kepentingan tersebut jika tidak ditindaklanjuti maka akan mempengaruhi aktivitas dan eksistensi perusahaan, oleh karena itu seharusnya perusahaan tidak hanya fokus pada kepentingan perusahaan saja, tetapi juga mencermati kepentingan pihak-pihak di luar perusahaan (Rizkia Anggita, 2012).

Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah tidak asing lagi dikalangan masyarakat umum, sebagai respon perusahaan terhadap lingkungan masyarakat.CSR berkaitan dengan tanggung jawab sosial, kesejahteraan sosial dan pengelolaan kualitas hidup masyarakat.Industri dan korporasi dalam hal ini berperan untuk mendorong perekonomian yang sehat dengan mempertimbangka


(21)

2 faktor lingkungan hidup.Melalui CSR perusahaan tidak semata memprioritaskan tujuannya pada memperoleh laba setinggi-tingginya, melainkan meliputi aspek keuangan, sosial, dan aspek lingkungan lainnya (Suharto, 2006).

Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap sosial atau lingkungan sekitar tempat perusahaan itu berada. Contoh bentuk tanggung jawab itu bermacam- macam, mulai dari melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat dinikmati, memanfaatkan serta memelihara lingkungan hidup. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas (Zaky, 2011).

Saat ini seluruh perusahaan di berbagai sektor bisnis di Indonesia sebagian besar mengklaim bahwa perusahaan mereka telah melaksanakan kewajiban sosialnya terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan tersebut melakukan pengungkapan Corporate Sosial Responsibility sebagai motivasi untuk meningkatkan kepercayaaan publik terhadap pencapaian


(22)

3 usaha perbaikan terhadap lingkungan sekitar perusahaan.Selain usaha perbaikan terhadap lingkungan, perusahaan juga berpartisipasi di dalam pengabdian kepada masyarakat, seperti memberi lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar perusahaan, perbaikan tingkat pendidikan masyarakat, pelayanan kesehatan, dan sebagainya (Mazrully dan Dennis,2012).

Terdapat beberapa contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya, khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif). Sebagai contoh, PT. Lapindo Brantas, merupakan salah satu perusahaan tambang yang dimiliki oleh perusahaan Bakrie&Brothers, yang sampai pada saat ini terus menuai konflik yang berkepanjangan oleh masyarakat Gempol Porong, Sidoarjo akibat operasional perusahaan yang tidak menggunakan teknologi canggih dan ramah lingkungan yang mengakibatkan semburan lumpur yang tiada henti hingga menenggelamkan beberapa desa sekitar dan tidak ada respond an ganti rugi yang sesuai dari pihak perusahaan, kemudian PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono, 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat


(23)

4 operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional (Leimona dan Fauzi, 2008). Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (Mulyadi, 2003).

Dari beberapa contohdiatas yang bisa dijadikan acuan bagi perusahaan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan usahanya dengan lebih memperhatikan faktor-faktor yang lebih luas di luar faktor ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak hanya harus memperhatikan stockholders dan bondholders, melainkan juga kepada stakeholder. Stakeholder menuntut perusahaan untuk melakukan suatu tindakan yang berwujud pertanggungjawaban akan dampak yang ditimbulkan dari usahanya, dan upaya-upaya perusahaan dalam mengatasi dampak tersebut.

Hal ini dapat terwujud dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility).CSR merupakan komitmen yang berkelanjutan bagi stakeholder, dan lingkungan bertujuan untuk pengembangan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan atas operasional perusahaan.Akan tetapi, dalam praktiknya, banyak terdapat pro dan kontra terhadap hal ini. Kelompok yang pro berpendapat bahwa dalam proses produksinya, perusahaan banyak memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia, sehingga penting bagi perusahaan itu sendiri untuk


(24)

5 melakukan tanggung jawab sosial agar dapat terjadi pembangunan yang berkelanjutan, sedangkan kelompok yang kontra terhadap hal ini beranggapan bahwa perusahaan tidak perlu terlibat dalam tanggung jawab sosial karena tidak memiliki ahli khusus untuk menanganinya dan lebih berpikiran bahwa hal ini merupakan tugas pemerintah (Riyanto dan Gusti ayu, 2013).

Jika dilihat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian yang berlipat.Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi hal marginal, ditempatkan pada aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan.Tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan istilah Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata memenuhi peraturan perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur dalam Undang-undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur dalam Undang undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis terdapat hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan dampak negatif, maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari masyarakat maupun lingkungan yang dirugikan (Rahmatullah,2010).

Menurut Muhammad Titan (2012) Kegiatan CSR pada awalnya merupakan aktivitas berdasarkan kerelaan dan bukan berdasarkan paksaan.Kegiatan yang awalnya bersifat filantropis itu kemudian diatur dengan


(25)

6 keluarnya peraturan yang mewajibkan kegiatan CSR.UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil penelitian Rawi dan Munawar Muchlis (2010) menunjukan hasil analisis berdasarkan penggunaan dari seluruh variabel kontrol menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap CSR, dan kepemilikan institusi dan leverage, di sisi lain, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR.

Penelitian Ni Wayan Rustriarini (2011) memberikan hasil bahwa kepemilikan manajerial dan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, namun kepemilikan asing berpengaruh signifkan terhadap pengungkapan CSR.

Penelitian Rizkia Anggita Sari (2012) memberikan hasil bahwa variabel profile, size dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Begitupun penelitian Emmy dan Supartha (201), menujukan hasil bahwa variabel hutang dan profitabilitas berpengaruh pada CSR disclosureperusahaan.

Adanya tuntutan yang demikian, maka ISO yang merupakan induk dari organisasi standar internasional, mengundang berbagai pihak yang berkaitan untuk membentuk tim yang membadani lahirnya panduan dan standarisasi untuk


(26)

7 tanggung jawab sosial dengan mengeluarkan ISO 26000 :guidance standard on social responsibility. ISO 26000 ini akan menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik maupun badan privat.

Sebagai sebuah konsep, saat ini CSR menjadi perhatian banyak perusahaan, CSR akan menjadi sebuah tren global dimana tidak hanya di dunia internasional tetapi juga di indonesia program CSR akan menjadi sebuah standar perusahaan. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai biaya atau beban, melainkan investasi perusahaan. Secara teoritis, The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya Making Good Business Sense (Wibisono, 2007) mendefenisikan CSR sebagai komitmendunia usaha untuk terusbertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu sebelumnya, maka penelitian ini akan mencoba untuk membahas pengaruh tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan terhadap CSR Disclosure. Pada penelitian kali ini, mengambil sampel pada perusahaan sub sektor Property dan Real Estate yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 sampai 2014. Dengan menggunakan ukuran pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan sebagai variabel dependen. Berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada pada penelitian sebelumnya maka


(27)

8 penulis tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan dan penulis memfokuskan penelitian menjadi lima variabel independen yang menjadi mempengaruhi pengungkapan CSR, dengan judul :“Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris, dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan Terhadap CSR Disclosure (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014) . B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap CSR Disclosure?

2. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap CSR Disclosure? 3. Apakah struktur kepemilikan saham perusahaan berpengaruh terhadap

CSR Disclosure?

4. Apakah tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan berpengaruh terhadap CSR Disclosure secara simultan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap hal-hal tersebut diatas, antara lain :

a. Untuk menganalisis pengaruh tingkat leverage terhadap CSR Disclosure. b. Untuk menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap CSR


(28)

9 c. Untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap CSR

Disclosure.

d. Untuk membuktikan secara simultantingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan terhadap CSR Disclosure.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pihak Perusahaan dan Manajemen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai refrensi untuk pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan.

b. Bagi Investor dan calon Investor

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahuanan sehingga dijadikan sebagai acauan untuk pembuatan keputusan investasi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek aspek yang


(29)

10 perlu diperhitungan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran ukuran moneter.

c. Bagi Masyarakat

Memberikan pengarahan sebagai penontrol atas perilaku perilaku perusahaan. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak hak yang harus diperoleh.


(30)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Landasan Teori

Pada bab ini akan dijelaskan teori yang digunakan untuk menjelaskan model penelitian, mulai dari teori agensi (agency theory), teori legitimacy (legitimacy theory) dan teori stakeholder (stakeholder theory). Teori keagenan digunakan untuk menjelaskan adanya pemisah kepemilikan (kepemilikan Principle/Pemegang Saham dan pengendali/pihak agen/manajer). Teori legitimacy digunakan untuk menjelaskan pentingnya kegiatan dan program untuk sebuah msayarakat sekitar agar masyarakat dapat mengakui dan mendukung adanya perusahaan di lingkungan mereka tinggal.Teori stakeholder untuk menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan upaya pelaporan agar memberikan informasi yang lengkap kepada para pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder).Hal ini di karenakan perusahaan/perseroan terbatas bukan merupakan entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun juga mempunyai tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam arti perusahaan harus memberikan manfaat bagi komunitas setempat dan lingkungan yang harus diinformasikan kepada para stakeholdernya.


(31)

12 2. Teori Agency

Teori keagenan memandang perusahaan sebagai nexus of contracts, yaitu organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.Teori keagenan mengemukakan bahwa antara pihak principal (pemilik) dan agent (manajer) memiliki kepentingan yang berbeda sehingga memunculkan konflik yang dinamakan konflik keagenan (agency conflict). Struktur kepemilikan merupakan salah satu aspek corporate governanceyang dipandang sebagai mekanisme kontrol yang tepat untuk mengurangi konflik keagenan karena dapat meningkatkan proses monitoring dalam perusahaan.

Menurut Brigham & Houston (2006), para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipel menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

3. Teori Legitimacy

Salah satu faktor yang dimasukkan oleh banyak peneliti sebagai motif dibalik pengungkapan informasi sosial dan lingkungan adalah


(32)

13 keinginan untuk melegitimasi operasi organisasi (Deegan, 2002).Kedudukan perusahaan sebagai bagian dari masyarakat ditunjukkan dengan operasi perusahaan yang seringkali mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Eksistensinya dapat diterima sebagai anggota masyarakat, sebaliknya eksistensinya pun dapat terancam bila perusahaan tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut atau bahkan merugikan anggota komunitas tersebut (Ririn, 2009 dalam Erdia Gabriella, 2011). Oleh karena itu, perusahaan melalui top manajemennya mencoba memperoleh kesesuaian antara tindakan organisasi dan nilai-nilai dalam masyarakat umum dan publik yang relevan atau stakeholdernya (Guthrie dan Ward, 2006 dalam Erida Gabriella, 2011).

Teori legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara institusi sosial dan masyarakat (Ahmad dan Sulaiman, 2004).Teori tersebut dibutuhkan oleh institusi-institusi untuk mencapai tujuan agar kongruen dengan masyarakat luas. Menurut Gray et al., (1996) dalam Ahmad dan Sulaiman (2004)dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat.

Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka


(33)

14 diterima oleh masyarakat.Dengan adanya penerimaan dari masyarakat tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan laba perusahaan.Hal tersebut dapat mendorong atau membantu investor dalam melakukanpengambilan nvestasi.

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan bahwa teori legitimasi sangat bermanfaat dalam menganalisis perilaku organisasi, karena teori legitimasi adalah hal yang paling penting bagi organisasi.Batasan-batasan yang ditekankan oleh norma-norma dan nilai-nilai sosial serta reaksi terhadap batasan tersebut mendorong pentingnya analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan.Teori legitimasi dilandasi oleh kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat dimana perusahaan beroperasi dan menggunakan sumber ekonomi.Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari perusahaan dari masyarakat.

Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya.Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.

Gray et al., (1995) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kinerjanya berpengaruh terhadap nilai sosial dimana perusahaan tersebut beroperasi. Hal ini disebabkan karena


(34)

15 legitimasi dipengaruhi oleh kultur, interpretasi masyarakat yang berbeda, sistem politik dan ideologi pemerintah. Praktik-praktik tanggung jawab sosial dan pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk memenuhi harapan- harapan masyarakat terhadap perusahaan.Perusahaan yang selalu berusaha untuk menyelaraskan diri dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat dan mengantisipasi terjadinya legitimacy gap maka perusahaan tersebut dapat terus dianggap sah dalam masyarakat dan dapat terus bertahan hidup.

4. Teori Stakeholder

Ghozali dan Chariri (2007)menyatakan bahwa dalam teori stakeholder perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis perusahaan, dan pihak lainnya).Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh para stakeholder. Gray et al., (1995) dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada dukungan stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari, sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk mencari dukungan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan bagian dari komunikasi antara perusahaan dengan stakeholdernya.

Teori stakeholder secara eksplisit mempertimbangkan akan dampak kebijakan pengungkapan perusahaan ketika ada perbedaan


(35)

16 kelompok stakeholder dalam sebuah perusahaan. Pengungkapan informasi oleh perusahaan dijadikan alat manajemen untuk mengelola kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh berbagai kelompok (stakeholders).Oleh karena itu manajemen mengungkapkan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan ini dalam rangka mengelola stakeholder agar perusahaan mendapatkan dukungan dari mereka.Dukungantersebut dapat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan (Gray et al., 1995 dalam Ghozali dan chariri, 2007).

5.Corporate Social Responsibility Disclosure

CSR Disclosure atau yang disebut sebagai Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Pengungkapan Tanggung Jawab Aktivitas Sosial dan Lingkungan Perusahaan merupakan sebuah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan oleh sebuah entitas (perusahaan).Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rini et.al., (2012) mendefinisikan CSR Disclosure sebagai suatu proses komunikasi sosial dan lingkungan dari organisasi ekonomi terhadap kelompok tertentu di masyarakat luas, hal tersebut melibatkan tanggung jawab organisasi (terutama perusahaan), diluar tanggung jawab keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perusahaan mempunyai tanggung jawab lebih luas dibanding hanya untuk mencari uang bagi pemegang saham.

Ada 2 jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh keputusan Bapepam No.Kep.38/PM/1996, yang pertama


(36)

17 adalah pengungkapan wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus di ungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu negara.Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada.Pengungkapan informasi sosial perusahaan melebihi persyaratan minimum dari peraturan pasar modal yang berlaku.Karenanya perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi sosialnya dalam laporan tahunan sehingga menyebabkan keragaman hasil atau variasi luas ungkapan sukarela antar perusahaan.

Menurut The World Business Council for Sustainable Development(1999) dalam Wibisono (2007)Corporate Social Responsibility Disclosure atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders.


(37)

18 Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan(sustainable development). Sustainibility Reporting harus menjadi dokumen strategis yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang Sustainibility Development yang membawanya menuju kapada core business dan sektor industrinya.

6. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Hendriksen (1991) dalam Sumedi (2010) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari paraturan yang berlaku.

Setiap unit atau pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan, sebagaimana dinyatakan oleh Pernyataan Standar AkuntansiKeuangan (PSAK) No.1 (Revisi 1998) Paragraf kesembilan.


(38)

19 Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Global Reporting Initiative (GRI) 3.1 dalam konten

analisis terkandung tema tentang pengungkapan pertanggungjawaban sosial, yang terdiri dari :

1. Ekonomi

Tema ini berisi sembilan item yang mencakup laba perusahaan yang dibagikan untuk bonus pemegang saham, kompensasi karyawan, pemerintah, membiayai kegiatan akibat perubahan iklim serta aktivitas terkait ekonomi lainnya.

2. Lingkungan Hidup

Tema ini berisi tiga puluh item yang meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya alam.

3. Ketenagakerjaan

Tema ini berisi lima belas item yang meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang- orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi : rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi dan lainnya.


(39)

20 4. Hak Asasi Manusia

Tema ini berisi sebelas item yang mencakup berapa besar jumlah investasi yang melibatkan perjanjian terkait hak asasi manusia, pemasok dan kontraktor yang menjunjung hak asasi, kejadian yang melibatkan kecelakaan atau kriminal terhadap karyawan di bawah umur, dan aktivitas lainnya.

5. Kemasyarakatan

Tema ini berisi sepuluh item yang mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

6. Tanggung jawab atas Produk

Tema ini berisi sembilan item yang melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain keguanaan durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.

7. Tingkat Leverage

Leverage atau yang disebut dengan rasio hutang merupakan salah satu rasio keuangan. Menurut Van Horn (1997) dalam Rawi dan Munawar (2010) Financial Leverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Hutang menggambarkan sumber dana operasi


(40)

21 yang digunakan oleh perusahaan.

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya sehari-hari pasti membutuhkan modal.Modal tersebut dapat berasal dari modal sendiri atau juga yang berasal dari modal pinjaman. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan penerapan dari kebijakan Hutang atau disebut juga pengungkit. Menurut Hilmi dan Ali (2008) dalam Ananda (2012)Hutang mengacu pada seberapa jauh suatu perusahaan bergantung padakreditor dalam membiayai aktiva perusahaan.

Fraser dan Ormiston (2004)mengungkapkan bahwa rasio leverage (hutang) mengukur sejauh mana pembelanjaan dilakukan dengan hutang yang dibandingkan dengan modal, dan kemampuan untuk membayar bunga dan beban tetap yang lain. Sedangkan menurut Prawironegoro (2009) dalam bahasa keuangan leverage (hutang)adalah penggunaan utang untuk meningkatkan total harta, atau leverage (hutang) ialah penggunaan biaya tetap atas aset atau beban tetap atas dana untuk meningkatkan hasil (return) pemilik perusahaan. Sehingga hutangbisa kita artikan sebagai daya ungkit bagi perusahaan atas ketergantungannya pada kreditor dalam membiayai aset perusahaan. Dengan hutang ini memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi jauh lebih besar dari dana yang telah investasikan. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka lahir dua macam(leverage ) yaitu:


(41)

22 a. Leverage Operasi (operating leverage), Leverage operasi menurut Prawironegoro (2009), ialah penggunaan asset teknologi tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas output tinggi, konsekwensinya melahirkan biaya tetap tinggi, seperti penyusutan, pemeliharaan aset, asuransi, dan sebagainya. Sedangkan menurut Moeljadi (2006), Operating leverageadalah ukuran bagi risiko operasi (operating risk/business risk) yang dapat diketahui dari biaya tetap untuk kegiatan operasi (fix operating cost) dan dapat dilihat melaluilaporan laba rugi.

b. Leverage Keuangan (financial leverage), Menurut Prawiroegoro (2009)leverage keuangan yaitu penggunaan utang tinggi untuk menambah asset agar mampu menghasilkan output dan laba operasi tinggi, konsekwensinya melahirkan beban bunga tinggi. Leverage keuangan dapat diartikan sebagai penggunaan aset dan sumber dana (source of fund) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (Hilmi dan Ali,2008).

Sedangkan menurut Moeljadi (2006) financial leverageadalah ukuran bagi risiko keuangan dan dapat diketahui dari biaya tetap dari dana hutang yang digunakan, dimana financial leverageyang tinggi akan menyebabkan financial riskjuga tinggi sehingga biaya modal juga tinggi. Semakin tinggi hutangperusahaan, makin tinggi risikonya. Dalam leverage operasi yang tinggi (biaya tetap tinggi) akan berbahaya jika margin kontribusi tidak mampu menutup biaya tetap tersebut. Sedangkan dalam leverage keuangan yang tinggi (beban bunga dan dividen saham preferen


(42)

23 tinggi) akan berbahaya jika laba operasi tidak mampu menutup beban tetap tersebut (Prawironegoro,2009). Analisis leverege terdiri atas:

1). Time Interest Earning Ratio(TIER)

Rasio ini menghitung kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga dengan menggunakan laba operasi normal perusahaan.

TIER = Laba Sebelum Pajak Beban Bunga 3).Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini melihat perbandingan antara liabilitas (debt) dengan modal perusahaan (equity).

DER = Total Asset Total Equitas 4). Debt to Total Asset(DTA)

Rasio ini melihat perbandingan antara liabilitas (debt) dengan aset perusahaan.

DTA = Total Asset Total Liability 5). Assetleverage

Rasio digunakan untuk melihat besarnya perbandingan antara total asset dengan modal perusahaan (equity).

ALEV = Total Asset Total Equity


(43)

24 Dari sekian pengukuran mengenai leverage (hutang) yang terdapat dalam perhitungan kinerja perusahaan jadi dalam penelitian ini tingkat leverage (hutang) menngunakan proksi hitung DER (Debt Equity Ratio) yaitu untuk membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin tinggi angka DER (Debt Equity Ratio)maka diasumsikan perusahaan memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya.

8. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan secara efektif. Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dari dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan(Mulyadi, 2002 dalam Evi et.al, 2011). Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Sitepu dan Siregar (2008)dalam penelitiannya menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial


(44)

25 perusahaan. Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya.

Komposisis dewan komisaris merupakan mekanisme good corporate governance (GCG) yang diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan (KNKG, 2006). Dengan demikian komposisi dewan komisaris akan berdampak pada meningkatnya kegiatan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

9. Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan

Di sebuah perusahaan dalam kepemilikan modal sahamnya sangat beraneka ragam, tidak semua perusahaan memiliki sturktuktur kepemilikan modal saham yang sama. Kepemilikan saham di perusahaan bermacam-macam diantaranya kepemilikan institusional, kepemilikan asing, kepemilikan pemerintah, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan publik. Namun dalam penelitian ini penulis meproksikan struktur kepemilikan saham perusahaan menjadi tiga yaitu : kepemilikan saham publik, kepemilikan saham manajerial, dan kepemilikan saham asing.

10.Kepemilikan Saham Publik

Kepemilikan saham oleh publik adalah jumlah saham perusahaan yang dimiliki oleh publik, yaitu individu atau institusi yang memiliki


(45)

26 kepemilikan saham di bawah lima persen yang berada di luar manajemen dan tidak memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan. Kepemilikan saham ini bertujuan untuk diperdagangkan, bukan untuk dimiliki atau dipegang selamanya. Kepemilikan saham oleh publik diukur dengan menggunakan persentase saham yang dimiliki oleh publik terhadap total saham perusahaan.

Teori keagenan menyatakan bahwa semakin menyebar kepemilikan saham perusahaan perusahaan diekspetasikan akan mengungkapkan informasi lebih banyak yang bertujuan untuk mengurangi biaya keagenan (Almilia, 2009). Semakin besar kepemilikan saham publik maka akan semakin besar mekanisme pengendalian terhadap perilaku manajemen. Keberadaan komposisi pemegang saham publik akan memudahkan monitoring, intervensi atau beberapa pengaruh kedisiplinan lain pada manajer, yang pada akhirnya akan membuat manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham diantaranya kebutuhan tersedianya perusahaan.

Informasi keuangan yang disampaikan manajemen, oleh para investor digunakan untuk menganalisis kinerja manajemen dan kondisi perusahaan di masa yang akan datang guna mengurangi risiko investasi. Agar publik mau melakukan investasi pada perusahaan dan percaya terhadap rendahnya risiko investasi, maka perusahaan harus menampilkan keunggulan dan eksistensi perusahaan terhadap publik.Salah satu caranya adalah mengungkapkan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan


(46)

27 (CSR).Semakin besar komposisi saham perusahaan yang dimiliki publik, maka dapat memicu melakukan pengungkapan secara luas termasuk pengungkapan CSR.

11. Kepemilikan Saham Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan.Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Manajer yang memiliki saham perusahaan tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan perusahaan. Fama dan Jensen (1983) dalam Ni Wayan Sustriarini (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi pula motivasi untuk mengungkapkan aktivitas perusahaan yang dilakukan. Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program CSR, namun pada suatu titik tertentu hal tersebut dapat mengurangi nilai perusahaan dan batasan yang telah dicapai sehingga menyebabkan suatu hubungan negatif (Morck et al., 1988 dalam Ni Wayan Sustriarini, 2011). Penelitian Nasir dan Abdullah (2004) dalam Ni Wayan Sustriarini (2011) dalam menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan CSR.Hal senada juga disampaikan Rosmasita (2007) yang menemukan bahwa kepemilikan saham


(47)

28 manajerial berpengaruh terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia.Namun inkonsistensi hasil ditunjukkan oleh penelitian Said et al.,(2009)yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

Kepemilikan manajerial menyebabkan berkurangnya tindakan oportunis manajer untuk memaksimalkan kepentingan pribadi. Manajer perusahaan akan mengambil keputusan sesuai dengan kepentingan perusahaan, yaitu dengan cara mengungkapkan informasi sosial yang seluas-luasnya untuk meningkatkan image perusahaan meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini, 2006). 12. Kepemilikan Saham Asing

Kepemilikan saham asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing (luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di Indonesia.Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.Seperti diketahui, negara-negara di Eropa sangat memperhatikan isu sosial misalnya hak asasi manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan seperti efek rumah kaca, pembalakan liar, serta pencemaran air.Hal ini menjadikan perusahaan multinasional mulai mengubah perilaku mereka dalam beroperasi demi menjaga legitimasi dan reputasi perusahaan (Fauzi, 2006).

Penelitian Tanimoto dan Suzuki (2005)membuktikan bahwa kepemilikan asing pada perusahaan publik di Jepang menjadi faktor


(48)

29 pendorong terhadap adopsi GRI dalam pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan multinasional atau dengan kepemilikan asing utamanya melihat keuntungan legitimasi berasal dari para stakeholdernya yang biasanya berdasarkan atas home market(pasar tempat beroperasi) sehingga dapat memberikan eksistensi yang tinggi dalam jangka panjang. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial (Barkemeyer, 2007 dalam Ni Wayan Sustriarini,2011).

Perusahaan dengan kepemilikan saham asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan alasan hambatan geografis dan bahasa. Oleh karena itu, perusahaan dengan kepemilikan saham asing yang besar akan terdorong untuk melaporkan atau mengungkapkan informasinya secara sukarela dan lebih luas (Huafang dan Jianguo, 2007 dalam Ni Wayan Sustriarini, 2011). Menurut Puspitasari (2009)perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih luas dibandingkan yang tidak.Hal ini disebabkan beberapa alasan.Pertama, perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih mengenal konsep praktik dan pengungkapan CSR.Kedua, perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri.Ketiga,


(49)

30 perusahaan tersebut mungkin mempunyai sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk.Keempat, kemungkinan permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum.

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing harus memberikan pengungkapan yang lebih dibandingkan dengan yang tidak memiliki kepemilikan saham asing (Susanto, 1992 dalam Angling, 2010) sebagai berikut:

a.Perusahaan asing mendapatkan peltihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri.

b.Perusahaan tersebut mungkin punya system informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk. c.Kemungkinan permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis


(50)

31 B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Sekarang No Nama dan Judul

Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

1. “Kepemilikan Manajemen,

Kepemilikan Institusi, Leverage dan CSR”. Rawi dan Munawar Muchlis (2010).

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2007

1. CSRI 2. Kep.Saham 3. DEBT

Kepemilikan manajemen memiliki pengaruh signifikan terhadap CSR, dan kepemilikan institusi dan leverage, di sisi lain, tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CSR.

2. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility”. Ni Wayan Rustriarini (2011). 56 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008

1. CSRI 2.Kep.Saham

Kepemilikan manajerial dan Institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR, namun kepemilikan asing berpengaruh signifkan terhadap pengungkapan CSR


(51)

32 No Nama dan Judul

Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

3. “Pengaruh Karakteristik

Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)”. Rini et.al (2013) .

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2012

1. CSRI 2. DER

3. Variabel Dummy 4. Log Asset

5. UDK

Ukuran perusahaan dan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Sedangkan, jenis industri dan tingkat leverage tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia.

4. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Luas Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”. Rizkia Anggita Sari (2012). 48 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 1. CSRD 2. Growth 3. ROA 4. DER 5. Size=log

Variabel profile, size dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Secara simultan variabel profile, size, profitabilitas, leverage dan growth ber- pengaruh terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.

Tabel 2. 1 (Lanjutan)


(52)

33 No Nama dan Judul

Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

5. “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggng jawab social pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia”. Maria Wijaya (2012).

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 1. UDK 2. DER 3. Ln=Asset 4. ROA 5. PROPER

Ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial , tetapi untuk leverage, ukuran dewan komisaris , profitabilitas , dan kinerja lingkungan tidak mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial .

6. “Pengaruh hutang, profitabilitas, dan tanggung jawab lingkungan pada CSR Disclosure”. Emmy dan Supartha (2015).

Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 2011-2013

1. CSRD 2. DER 3. ROE 4. PROPER

Variabel hutang dan profitabilitas berpengaruh pada CSR disclosure perusahaan.

7. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhaadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. Erida Gabriella (2011). Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 1. ROA 2. Leverage 3. Size=Log 4. Kep.Saham 5. ERCSD 6. CICRSD

Kepemilikan asing yang memiliki efek positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Di sisi lain, Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen tidak memiliki positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Tabel 2. 1 (Lanjutan)


(53)

34 No Nama dan Judul

Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

8. “The mediating effect of financial

performance on the relationship between social responsibility and ownership structure”. Hayam Wahba dan Khaled Elsyad (2015).

The sample of this study includes Egyptian firms that are listed in the

S&P/EGX Index

1. ROA 2. INS

The findings of this study open some directions for future work in corporate finance literature. Future studies are invited to investigate the mediating effect of financial performance on the relationship between social responsibility and institutional investors in other contexts or countries.

9. “Corporate Governance and Financial

Characteristic effects on the extent of CSR Disclosure”. Grigoris Giarannakis (2013).

100 companies from the Fortune 500 list for 2011

1. Total Asset 2. Variabel Dummy 3. Total Board 4. ROS

5. ROE

Company’s size, the board commitment to CSR and profitability were found to be positively associated with the extent of CSR disclosure, while financial leverage is related negatively with the extent of CSR disclosure


10. “CSRD in Nigeria:A Study of Listed Financial and Non-Financial Firms”. Uwaand Ben (2012).

41 listed firms in 2008

1. CSRD 2. ROTA 3. DER

Cignificant negative relationship existed between firms’ financial leverage and the level of corporate social responsibility disclosures.

Tabel 2. 1 (Lanjutan)


(54)

35 No Nama dan Judul

Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

11. “Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Pengungkapan CSR di Indonesia”. Marzully dan Denies (2012).

perusahaan berkategori high profile yang terdaftar di BEI periode 2008-2010 dengan 177 perusahaan.

1. CSRD 2. Size=Log 3. Jumlah UDK 4. DER

5. Variabel Dummy

kepemilikan saham publik dan pengungkapan media tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ukuran perusahaan bepengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dewan komisaris dan leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Adapun profitabiltas, ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik, dewan komisaris, leverage dan pengungkapan media (media exposure)secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

12. “Pengaruh

Profitabilitas, ukuran perusahaan dan kepemilikan saham public terhadap pengungkapan CSR”. Ayu dan Bagus (2015)

11perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012 1. ROA 2. SIZE 3. KSP

Profitabilitas serta ukuran perusahaan berpengaruh positif, sedangkan kepemilikan saham publik, berpengaruh negatif pada pengungkapan CSR perusahaan.

Tabel 2. 1 (Lanjutan)


(55)

36 Sumber : data sekunder diolah

No Nama dan Judul Penelitian

Sampel Pengukuran Hasil

13. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan UDK terhadapa CSR” Evi et.al (2011)

Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2006-2008

1. CSR 2. UDK 3. ROA

4. Ukuran Perusahaan

Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan , profitabilitas dan ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan .Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan .Profitabilitas belum berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan .ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

14. “Pengaruh Tingkat Leverage, Ukuran Dewan Komisaris dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan Terhadap CSR Disclosure” Yudhi (2015) Perusahaan Property dan Real Esate yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014

1. CSRD 2. DER 3. Total UDK

4. Kep. Saham Publik 5. Kep. Saham

Manajerial

6. Kep. Saham Asing Tabel 2. 1 (Lanjutan)


(56)

37 C. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Dalam penelitian ini diusulkan empat hipotesis penelitian sebagaimana digambarkan dalam kerangka pemikiran pada Gambar 2.1. Ada lima variabel independen yaitu : tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan dimana kepemilikan di proksikan menjadi tiga yaitu kepemilikan publik, manajerial, dan asing yang diprediksikan dalam penelitian ini berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR Disclosure). Pengembangan hipotesis penelitian dijelaskan pada sub bab berikut :

1. Pengaruh Tingkat Leverage Terhadap CSR Disclosure

Leverage (hutang) mencerminkan risiko keuangan perusahaan karena dapat menggambarkan struktur modal perusahaan dan mengetahui resiko tak tertagihnya suatu utang. Semakin tinggi leverage suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki risiko keuangan yang tinggi sehingga menjadi sorotan dari para debtholders. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung ingin melaporkan laba lebih tinggi agar dapat mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Rizkia Anggita Sari (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat leverage (rasio hutang/ekuitas) semakin besar kemungkinan perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Perusahaan akan mengurangi biaya-biaya termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi sosial. Dikaitkan dengan teori agensi, perusahaan dengan tingkat


(57)

38 leverageyang tinggi memiliki biaya keagenan tinggi sehingga perusahaan akan mengurangi biaya berkaitan dengan Corporate Social Responsibility Disclosure

.

Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) dalam Rizkia anggita Sari (2012)menunjukkan hubungan yang negative, leverage terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.Penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) untuk menunjukkan ketergantungan perusahaan terhadap utang yang diperoleh dari ekuitas pemegang saham. Berdasarkan analisis dan kajian di atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

Ha1: Terdapat pengaruh negatif tingkat leverage terhadap corporate social responsibility disclosure.

2. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap CSR Disclosure Ukuran dewan komisaris adalah jumlah anggota dewan

komisaris.Dewan komisaris adalah mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan secara efektif. Dewan komisaris terdiri dari inside dan outside director yang akan memiliki akses informasi khusus yang berharga dan sangat membantu dewan komisaris serta menjadikannya sebagai alat efektif dalam keputusan pengendalian. Sedangkan fungsi dari dewan komisaris itu sendiri adalah mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen (direksi) dan bertanggung jawab untuk menentukan apakah manajemen memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengembangkan dan menyelenggarakan pengendalian intern perusahaan (Mulyadi, 2002 dalam Rini et.al., 2013).


(58)

39 Menurut penelitiannya Maria wijaya (2012) ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.Penyebabnya karena dewan komisaris merupakan wakil shareholder yang berfungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen (Fahrizqi,2010). Maka dewan komisaris akan membuat kebijakan.Oleh karena itu, sejalan dengan pendapat oleh Fahrizqi dan Maria Wijaya maka hipotesis dikemukakan sebagai berikut:

Ha2: Terdapat pengaruh negatifukuran dewan komisaris terhadap corporate social responsibility disclosure.

3. Pengaruh Kepemilikan Saham Publik Terhadap CSR Disclosure Perusahaan go public dan telah terdaftar dalam BEI adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki proporsi kepemilikan saham oleh publik, yang artinya bahwa semua aktivitas dan keadaan perusahaan harus dilaporkan dan diketahui oleh publik sebagai salah satu bagian pemegang saham. Akan tetapi tingkat kepemilikan sahamnya berbeda-beda satu sama lain. Penelitian oleh Hasibuan, (2001), dalam Eka(2011), menjelaskan bahwa semakin tinggi rasio/tingkat kepemilikan publik dalam perusahaan diprediksi akan melakukan tingkat pengungkapan yang lebih luas. Oleh karena itu, sejalan dengan pendapat oleh Hasibuan maka hipotesis berikut dikemukakan :

Ha3: Terdapat pengaruh positif Kepemilikan Saham Publik terhadap corporate social responsibility disclosure.


(59)

40 4. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap CSR Disclosure

Di dalam agency theorydisebutkan bahwa besarnya kepemilikan saham manajer dapat mengurangi agency cost karena berfungsi menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham lain. Hal tersebut terjadi karena manajer menjalankan perusahaan sekaligus berperan sebagai pemegang saham tentu akan menyelaraskan kepentingannya, sehingga manajer jauh lebih peduli tentang kepentingan pemegang saham dan opsi saham yang memiliki insentif terhadap nilai saham perusahaan. Dengan melakukan pengungkapan sukarela dapat meningkatkan image perusahaan di mata calon investor, yang dapat meningkatkan nilai dan jumlah saham itu sendiri.

Menurut Ni Wayan Rustriarini (2011), Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada pengungkapan CSR. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Said et al., (2009) yang membuktikan kepemilikan saham oleh manajemen tidak mempengaruhi pengungkapan CSR.Hal ini dimungkinkan karena secara statistik rata-rata jumlah kepemilikan saham manajerial pada perusahaan di Indonesia relatif kecil sehingga belum terdapat keselarasan kepentingan antara pemilik dan manajer.Adanya kepemilikan manajerial yang relatif kecil menyebabkan manajer belum dapat mememaksimalkan perusahaan melalui pengungkapan CSR. Dengan demikianOleh karena itu, sejalan dengan pendapat oleh Said et al., dan Ni Wayan Sustriarini maka hipotesis dikemukakan sebagai berikut:


(60)

41 Ha4: Terdapat pengaruh negatif kepemilikan saham managerial terhadap

corpoate sosial responsibility disclosure.

5. Pengaruh Kepemilikan Asing Terhadap CSR Disclosure

Perusahaan berbasis asing memiliki teknologi yang cukup, skill karyawan yang baik, jaringan informasi yang luas, sehingga memungkinkan untuk melakukan disclosure secara luas. Melalui faktor- faktor tersebut, perusahaan asing akan berusaha meningkatkan nilai perusahaan yang dibentuk oleh para investor asing dalam kegiatan operasional dimana perusahaan anak atau afiliasi didirikan. Banyak negara yang dapat dijadikan sebagai target operasi perusahaan asing, seperti Indonesi. Penerapan CSR di Indonesia dapat diindikasikan sebagai akibat dari peningkatan nilai perusahaan asing setelah menerapkan CSR di dalam operasional perusahaan (Angling, 2010).

Negara-negara asing cenderung lebih memperhatikan segala aktivitas yang berhubungan dengan pengungkapan CSR.Hal ini terlihat dari tingginya tingkat kepeduliannya terhadap kasus sosial yang sering terjadi seperti pelanggaran HAM, pendidikan, tenaga kerja, dan kasus lingkungan seperti global warming, pembalakan liar, serta pencemaran air.Melalui pengungkapan tanggung jawab sosial, perusahaan dapat memperlihatkan kepeduliannya. Dengan kata lain, apabila perusahaan di Indonesia memiliki kontrak dengan foreign shareholders baik ownership dan trade, maka perusahaan akan lebih mendapatkan dukungan dalam rangka pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Erida Gabriella, 2012).


(61)

42 Sesuai dengan teori stakeholder, semakin banyak dan kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan perusahaan untuk mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdernya. Hal tersebut diwujudkan dengan cara melakukan aktivitas pertanggungjawaban terhadap sosial dan lingkungannya atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan yang berbasis asing kemungkinan memiliki stakeholder yang lebih banyak dibanding perusahaan berbasis nasional sehingga permintaan informasi juga lebih besar dan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih besar juga.Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Sustriarini (2011) bahwa kepemilikan asing berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesisdikemukakan sebagai berikut:

Ha5: Terdapat pengaruh positif Kepemilikan Saham Asing terhadap corporate social responsibility disclosure.


(62)

43 D. Kerangka Teoritis

kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat di gambarkan dalam kerangka gambar teoritis 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1

Undang –undang No.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang mewajibkan

perseroan terbatas melaporkan kegiatan tanggung jawab social dan

lingkungannya (CSR).

Ada beberapa perusahaan yang belum melaksanakan dan melaporkan kegiatan tanggung jawab social dan

lingkungannya (CSR Disclosure). GAP

Penelitian yang diteliti :

Pengaruh Tingkat Leverage dan Ukuran Dewan Komisaris Dan Struktur Kepemilikan Saham Perusahaan terhadap CSR Disclosure

Teori Dasar yang digunakan:

Teori Stakeholder ,Teori Legitimasi, dan Teori Agency

Tingkat Leverage (X1) Kepemilikan Saham Asing (X5) Kepemilikan Saham Manajerial (X4) Kepemilikan Saham Publik

(X3) Corporate Social Responsinility

Disclosure (Y) Ukuran Dewan

Komisaris (X2)


(63)

44 Lanjutan Gambar 2.1

Metode Analisis :

Metode Analisis Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan


(64)

45 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 2004). Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2010 sampai 2014 dan melalui website Bursa Efek Indonesia ww.idx.co.id.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah peneltian kuantitatif. Dimana penelitian ini merupakan penelitian yang memiliki tujuan untuk menganalisis hubungan antara variable satu dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variable dapat mempengaruhi variable yang lain. Dalam hal ini peneliti ingin menjelasakan tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikam saham perusahaan mempengaruhi corporate sosial responsibility disclosure.

C. Metode Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sub sektor industry property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mempublikasikan laporan keuangan dan annual reportnya untuk 5 tahun buku tahun terakhir yaitu 2010-2014. Tahun yang dipilih adalah tahun setelah diberlakukan UU nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan yaitu tahun 2010


(65)

46 sampai 2014.Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria berikut:

1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan auditan untuk 5 tahun terakhir yaitu 2010-2014.

2. Perusahaan menyajikan annual report tahun 2010-2014 tersedia di Pojok BEI atau website perusahaan.

3. Perusahaan melaporkan kegiatan CSR nya dalam annual reportnya yang setelah di audit.

4. Data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian yaitu mengenai tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan.

D. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan auditan dan annual report perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014.Laporan ini dapat diperoleh dari dari annual reportdan laporan keuangan auditan yang tersedia pada Pusat ReferensiEfek Indonesia, dan sumber lainnya.

E. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan metode dokumentasi tentang hal-hal dan dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. Data yang diperlukan antara lain informasi tentang Pengungkapan terkait tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan, data untuk pengukuran tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan.


(66)

47 F. Metode Analisis

Data yang telah dikumpulkan ditabulasikan untuk diproses dalam olah data dengan SPSS versi 22.Metode analisis untuk uji hipotesis digunakan analisis regresi linier berganda.Sebelum uji regresi dilakukan analisis statistik deskriptif.Statistik deskriptif dilakukan untuk mendapatkan gambaran variabel penelitian yang mencakup nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi.Dalam analisis regresi juga sekaligus dilakukan uji asumsi klasik (normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi) dan Uji Hipotesis (Koefisien Determinasi, Uji t, dan Uji F). 1. Analisis Deskriptif.

Statistik deskripstif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standard deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (Ghozali,2011).Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata, maksimum, minimum, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian sehingga secara kontekstual mudah dimengerti.

2. Uji Asumsi Klasik

Oleh karena model penelitian ini menggunakan alat analisis regresi maka data diuji apakah memenuhi uji asumsi klasik guna memenuhi the


(1)

116 16 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 0.941463916 0.765418625 0.824749414 0.800331186 0.800331149 17 KPIG Global Land Development Tbk 0.415596724 0.51856177 0.362481418 0.165953629 0.473486982 18 LPCK Lippo Cikarang Tbk 0.578008621 0.578008621 0.578008621 0.578008621 0.578008621 19 LPKR Lippo Karawaci Tbk 0.812900626 0.821185744 0.821185744 0.821185744 0.768655355 20 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 0.145508068 0.145498576 0.164891759 0.208912843 0.208912843 21 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 0.099098567 0.099098567 0.099098567 0.0991 0.099098567 22 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 0.392582064 0.2322 0.116 0.109310282 0.105372451 23 PUDP Pudjiati Prestige Tbk 0.13442 0.134491429 0.134491429 0.13449066 0.134490666 24 PWON Pakuwon Jati Tbk 0.174545975 0.152296057 0.296057875 0.47794963 0.423782874

25 RBMS Ristia Bintang Mahkotasejati Tbk 0.343410693 0.305132031 0 0 0

26 SCBD Danayasa Arthatama Tbk. 0.1758 0.1758 0.1758 0.175895639 0.174429695


(2)

117 Hasil Output Pengujian SPSS

1. Hasil Uji Deskriptif Test

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Leverage 135 .07 8.63 .9214 .87136

UDK 135 .30 1.34 .6549 .21282

Publik 135 .00 1.25 .3809 .24475

Manajerial 135 .00 .75 .0367 .12467

Asing 135 .00 .90 .1572 .21531

CSRD 135 -1.92 -.69 -1.2609 .30011

Valid N

(listwise) 135


(3)

118 3. Hasil Uji Normalitas dengan Kolomogorf-Smirnoff dan Shapiro-Wilk

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Unstandardized

Residual .041 135 .200

*

.993 135 .777 *. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction


(4)

119 5. Hasil Uji Heterokedesitas dengan Spearman rho

Correlations

abs_res Leverage UDK Publik Manajerial Asing

Spearman's rho

abs_res Correlation

Coefficient 1.000 .023 .039 .043 .045 .029

Sig. (2-tailed) . .790 .651 .623 .607 .735

N 135 135 135 135 135 135

Leverage Correlation

Coefficient .023 1.000 .051 .291

**

-.225** -.065

Sig. (2-tailed) .790 . .556 .001 .009 .454

N 135 135 135 135 135 135

UDK Correlation

Coefficient .039 .051 1.000 .180

*

-.279** -.113

Sig. (2-tailed) .651 .556 . .037 .001 .192

N 135 135 135 135 135 135

Publik Correlation

Coefficient .043 .291

**

.180* 1.000 -.236** -.024

Sig. (2-tailed) .623 .001 .037 . .006 .786

N 135 135 135 135 135 135

Manajeria l

Correlation

Coefficient .045 -.225

**

-.279** -.236** 1.000 -.161

Sig. (2-tailed) .607 .009 .001 .006 . .061

N 135 135 135 135 135 135

Asing Correlation

Coefficient .029 -.065 -.113 -.024 -.161 1.000

Sig. (2-tailed) .735 .454 .192 .786 .061 .

N 135 135 135 135 135 135

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(5)

120 6. Hasil Uji Multikoliniritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta

Toleran

ce VIF 1 (Constant)

-1.439 .107

-13.496 .000

Leverage -.028 .029 -.081 -.959 .339 .947 1.056

UDK .239 .119 .169 2.002 .047 .936 1.068

Publik .239 .107 .195 2.226 .028 .877 1.141 Manajerial .143 .219 .059 .653 .515 .808 1.237 Asing -.308 .119 -.221 -2.594 .011 .925 1.081 a. Dependent Variable: CSRD

7. Hasil Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .368a .136 .102 .28439 1.983

a. Predictors: (Constant), Asing, Leverage, UDK, Publik, Manajerial b. Dependent Variable: CSRD

8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R R Square Adjusted R Square


(6)

121 9. Hasil Uji Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.439 .107 -13.496 .000

Leverage -.028 .029 -.081 -.959 .339

UDK .239 .119 .169 2.002 .047

Publik .239 .107 .195 2.226 .028

Manajerial .143 .219 .059 .653 .515

Asing -.308 .119 -.221 -2.594 .011

a. Dependent Variable: CSRD Lampiran 14

10. Hasil Uji Simultasn (Uji F)

ANOVAa Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 1.636 5 .327 4.046 .002b

Residual 10.433 129 .081

Total 12.069 134

a. Dependent Variable: CSRD


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

8 121 97

Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 42 90

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, STRUKTUR MODAL, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi pada Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 25 1

Pengaruh Corporate Governance Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Perusahaan : studi pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta

1 5 76

Pengaruh struktur kepemilikan manajerial, leverage, growth opportunities dan ukuran perusahaan terhadap konservatisme akuntansi : Studi pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014

3 44 121

Pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan profitabilitas perusahaan terhadap pengungkapan corporate social responsibility di dalam laporan sustainability : Studi empiris pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-

0 6 156

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2014

0 14 135

Pengaruh Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

4 50 73

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 2 9

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEPEMILIKAN ASING, DAN UMUR PERUSAHAAN TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 1