T BK 1201143 Chapter4
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Secara berurutan hasil penelitian dan pembahasan tentang profil umum dan kondisi awal motivasi berprestasi pada siswa kelas XI di SMAK Kalam Kudus Bandung. Pelaksanaan sosiodrama untuk meningkatkan motivasi berprestasi dilakukan dengan mengunakan bimbingan kelompok, keefektipan sosiodrama untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
A. Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
1. Gambaran Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Hasil pengumpulan data terhadap 64 siswa dengan rata-rata sebesar 67 dan simpangan baku sebesar 11. Secara umum profil tingkat kemarahan siswa digambarkan sebagai berikut
Tabel 4.1
Profil Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014
Skor Kategori F(Frekuensi) (%)
Tinggi X > 78 12 18,75 %
Sedang 56 ≤ X ≤ 78 39 60,69 %
Rendah X < 56 13 20, 31 %
(2)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebanyak 18,75 % siswa memiliki tingkat motivasi berprestasi pada kategori tinggi. Siswa yang termasuk dalam
kategori tinggi memiliki, kebutuhan berprestasi, dengan indikator: menunjukkan
adanya keinginan, harapan, penentuan untuk mencapai sesuatu hasil yang dinyatakan untuk mencapai tujuan, melakukan antisipasi tujuan, menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan, melakukan kegiatan berprestasi, memiliki usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan, mengatasi hambatan, menggambarkan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan, memiliki suasana perasaan, menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu untuk mencapai tujuan, pemamfaatan bantuan, menunjukkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan, dan merencanakan karir masa depan yakin menunjukkan gambaran keseluruhan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung memiliki motivasi berprestasi terkelola dengan baik. Sekitar 12 orang siswa berada pada kategori tinggi yang menunjukkan memiliki motivasi berprestasi tinggi. Sebanyak 39 orang siswa memiliki tingkat motivasi berprestasi dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa di atas kategori sedang lebih banyak dibandingkan di bawah kategori tinggi, artinya siswa dalam kategori sedang memiliki tingkat motivasi berprestasi yang lebih rendah dibandingkan dengan kategori tinggi. Sebanyak 13 orang siswa berada dalam kategori rendah,
yang artinya siswa tersebut kurang memiliki motivasi berprestasi.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014 memiliki motivasi berprestasi sedang. Hal ini sama dengan beberapa penelitian yang dilakukan tentang motivasi berprestasi, salah satunya yang dilakukan oleh Sri Hardjo dan Badjuri (2012) mengemukakan tingkat motivasi berprestasi pada sampel mereka berada pada katagori sedang. Sampel penelitian berada pada katagori sedang
(3)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berarti siswa tersebut memiliki dorongan yang cukup dalam meningkatkan atau memiliki kemampuan dalam semua aktivitasnya. Tingkat motivasi berprestasi yang sedang mengisyaratkan bahwa siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Tahun
Pelajaran 2013/2014 memiliki dorongan yang tidak terlalu tinggi untuk motivasi
berprestasi. Untuk itu, diperlukan penanganan yang dapat membantu siswa untuk
memiliki motivasi berprestasi tinggi agar siswa memiliki dorongan untuk motivasi
berprestasi secara tepat.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anni (2010), dengan hasil yang menunjukkan bahwa subjek penelitianya berada pada tingkat motivasi berprestasi sedang, yang berarti memiliki dorongan yang tidak terlalu tinggi, untuk selalu bekerja dengan penuh penghitungan resiko, subjek penelitian tatkala demikian untuk mengerjakan tugas menghindar dari tugas yang terlalu sulit dan agak mudah, tatkala menetapkan tujuan cukup sedikit di bawah kemampuan sendiri, namun demikian untuk mengerjakan tugas untuk menghindari dari tugas yang terlampau sulit dan agak mudah, tatkala menetapkan tujuan cukup sedikit dibawah dengan kemampuan sendiri, namun lebih menyukai tugas yang bentuk menuntut tanggung jawab pribadi, dan mepunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya. Motivasi berprestasi yang berada pada tingkat cukup atau sedang mengindikasi adanya kebutuhan akan peningkatannya menuju tingkat motivasi yang tinggi.
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor internal yang penting untuk menunjang prestasi siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyani (2006) yaitu motivasi berprestasi yang baik akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai prestasi yang baik pula. Dengan tingkat motivasi berprestasi yang sedang siswa dapat memaksimalkan belajar untuk mencapai prestasi yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (1987) yaitu hasil belajar akan menjadi optimal jika memiliki motivasi, semakin tinggi motivasi yang dimiliki maka akan semakin baik prestasi yang akan dicapai.
Semakin tinggi motivasi berprestasi siswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Riva,I (2003 : 3) dalam
(4)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hasil penelitian bahwa dalam mencapai keberhasilan belajar, siswa yang memiliki motivasi untuk berprestasi tinggi maka upaya untuk mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki akan tinggi. Hal tersebut menyebabkan hasil belajar atau prestasi belajar siswa akan cenderung baik.
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki dorongan dalam dirinya untuk mengarahkan dan mencapai tujuan tersebut sesuai standarnya yakni prestasi yang lebih baik daripada orang lain dan memiliki aspirasi pendidikan yang tinggi pula karena siswa memiliki keyakinan atas kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi rendah mempunyai dorongan yang rendah dalam meningkatkan dan memelihara kemampuan yang dimilikinya. Meningkatkan kemampuan diri dapat dilakukan dengan membangkitkan dorongan dalam diri siswa untuk berprestasi melakukan sesuatu sebaik mungkin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang memiliki motivasi berprestasi sedang dibanding dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah. Dari penelitian pendahuluan didapatkan bahwa sebagian besar siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Tahun Ajaran 2013/2014 berasal dari keluarga yang menengah keatas. Dengan rata-rata orang tua bisnis dan bekerja di kantor dengan orang tua yang rata-rata lulus SMA, Diploma dan Sarjana. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah latar belakang budaya tempat mereka dibesarkan (McClelland dalam Sukadji 2001). Latar belakan keluarga tersebut dapat mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Tahun Ajaran 2013/2014. Remaja pada usia ini SMA termaksud pada usia remaja awal, remaja awal dimulai pada usia 12-15 tahun (Rosseau dalam Sarwono, 2011). Pada masa ini adalah masa bangkitnya akal (ration), nalar (reason), dan kesadaran diri (self counsciousness). Ciri khas dari remaja awal adalah ketidak stabilan keadaan perasaan dan emosi, sikap normal, kecerdasan atau kemampuan mental, status remaja awal sangat sulit dan moral, kecerdasan atau kemampuan mental, status remaja awal sangat sulit ditentukan. Remaja awal adalah masa yang kritis (Mappiare, 1982).
(5)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Motivasi berprestasi merupakan dorongan bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan. Hal tersebut ditanggapi dengan perjuangan yang gigih dari individu untuk meraih tujuanya (Woolfolk,1995). Kegigihan tersebut memunculkan sikap untuk biasa menjaga kualitas kerja yang tinggi, ulet (McClallend, 1987). Motivasi memiliki peranan penting dalam belajar sebagai penggerak untuk belajar, penentu memiliki peranan penting untuk dicapai, dan pendorong untuk penyelesaian perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan. Apabila siswa tidak memiliki motivasi dalam berprestasi, maka siswa tidak akan tergerak untuk belajar. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ferguson (Cox & Klinger, 2004) yang menyatakan bahwa motivasi adalah sebagai keadaan internal organisasi yang menyebabkan dorongan, ketekunan, energi, dan arahan perilaku. Sehingga dampak yang muncul ialah siswa tidak dapat memenuhi standar penilaian akademik yang telah ditetapkan (kriteria ketuntasan minimum), sesuai dengan Heckhausen (1967 : 4) yang mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau bertujuan untuk meningkatkan atau memelihara kemampuannya setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan ini terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain.
2. Profil Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014
Secara umum profil motivasi berprestasi siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014 adalah sebagai berikut.
(6)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 4.2
Profil Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013 / 2014
No Motivasi Berprestasi
Rerata (X)
Simpangan Baku (SD)
Jumlah siswa
Tinggi Sedang Rendah
1 Memiliki kebutuhan
berprestasi
9,8 3 33,91 42,17 23,91
2 Melakukan
antisipasi tujuan
31 8 25,73 54,80 17,47
3 Melakukan kegiatan
berprestasi
18,7 3,49 26,52 31,26 42,20
4 Mengatasi hambatan 29,7 7,67 13,04 63,91 23,05
5 Memiliki suasana
perasaan
21,21 3,82 28,03 47,06 24,36
6 Pemamfaatan
bantuan
11 3 18,49 63,01 18,49
7 Merencanakan karir
masa depan
10 3 26,08 28,26 45,63
Tabel 4.2 menunjukkan persentase secara umum motivasi berprestasi siswa sebelum pelaksanaan intervensi. Persentase motivasi berprestasi siswa berada pada katagori sedang dari hasil gambaran siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
Secara umum pencapaian aspek-aspek motivasi berprestasi siswa berada pada tingkat kategori sedang. Persentase hasil yang didapatkan siswa pada aspek memiliki kebutuhan berprestasi berada pada kategori sedang sebanyak 42,17% siswa berada pada katagori tinggi 33,91% yang berarti siswa sudah adanya
(7)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keinginan, harapan untuk mencapai sesuatu hasil yang dinyatakan secara ekplisit. Dan sebanyak 23,91% siswa belum memiliki keinginan, harapan, penentuan untuk mencapai sesuatu hasil prestasi yang baik.
Aspek melakukan antisipasi tujuan, siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 54,80% siswa dan tinggi 19,47% artinya siswa menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Persentase pada kategori rendah sebanyak 25,73% artinya siswa belum mampu secara optimal menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Aspek melakukan kegiatan berprestasi siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 31,26% siswa berada pada katagori tinggi 42,20% berarti siswa sudah menunjukan usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan sedangkan sebanyak 26,52% siswa belum memiliki usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
Aspek mengatasi hambatan jumlah siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 63,91% artinya siswa sudah dapat menggambarkan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan. berada pada kategori tinggi 23,05% artinya siswa mampu menggambarkan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan, dan pada gori rendah sebanyak 13,04% seswa belum dapat mengatasi hambatan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan.
Aspek memiliki suasana perasaan jumlah siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 47,06% artinya siswa sudah menunjukan sikap menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu untuk mencapai tujuan, tinggi sebanyak 24,36% siswa sudah memiliki perasaan uuntuk mencapai tujuan. Sedang sebanyak 28,03% sebelum memiliki penghayatan dalam mencapai tujuan yang akan di capai.
Aspek pemamfaatan bantuan jumlah siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 63,01% artinya rata-rata siswa sudah menunjukan sikap adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan.
(8)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada kata gori tinggi sebanyak 18,49% siswa sudah memiliki adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan. Sedang sebanyak 18,49% belum memiliki penghayatan dalam mencapai tujuan yang akan di capai.
Aspek merencanakan karir masa depan jumlah siswa yang berada pada kategori sedang sebanyak 28,26% artinya siswa sudah menunjukan sikap yakin dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. Pada kata gori tinggi sebanyak 26,08% siswa yakin menunjukkan mampu merencanakan karir masa depan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan sebanyak 45,65%% belum memiliki keyakinan menunjukkan merencanakan yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan pada karir masa depan.
Dari data diatas terlihat bahwa motivasi berprestasi siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung memiliki kecenderungan berada pada kata gori sedang. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan dilakukan intervensi untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Intervensi yang dilakukan melalui teknik sosiodrama untuk meningkatkan motivasi berprestasi. Moreno 1953 (Adam Blatner 2009) menjelaskan sosiodrama digunakan sebagai metode efektif dalam meningkatkan kesadaran dan membantu dalam mendorog perubahan prilaku yang baru. Dalam sosiodrama individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial yang terjadi saat ini, peran yang dilaksanakan secara spontan akan mendorong respons ke suatu arah perilaku secara spontan terhadap situasi yang lalu.
Sejalan dengan pendapat diatas menurut Moreno (Kellerman, 2007:1) sosiodrama adalah stau pegelaran grup sebagai satu jalan untuk eksplorasi sosial dan transformasi konflik sosial antara kelompok. Sosiodrama menurut Winkel (2004) merupakan dramatisasi dari berbagai persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan dengan orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.
Tujuan menggunakan permainan sosiodrama (Djamarah,2001) adalah: (a) agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain (b) dapat belajar
(9)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana memberi tanggung jawab (c) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi secara spontan, (d) dan merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah. Dengan demikian, sosiodrama akan menunjang belajar efektif, sesuai dengan situasi sosial.
Sejalan dengan pendapat diatas pengalaman konseleor sekolah SMA Negeri 2 Depok telah mencoba menggunakan metode sosiodrama (dilaksanakan pada layanan informasi bersifat klasikal bukan bimbingan kelompok), hasilnya menunjukkan siswa memberikan respons positif dan antusias tinggi, lebih terbuka dan banyak mengembangkan kreativitas serta kepercayaan diri dalam mengenali, memahami dan menyikapi suatu sosial ada dalam masyarakat yang menguntungkan dan merugikan berkaitan dengan perannya sebagai pelajar. Selain itu, siswa menambahkan sosiodrama menyenangkan karena dapat memberikan kesempatan mengemukakan dan mengembangkan banyak aspirasi, menjadikan siswa lebih memahami kehidupan masyarakat.
Selain itu banyak masalah-masalah sosial di dalam dunia pendidikan yang dapat dijadikan topik bahasan bagi siswa di sekolah. Sosiodrama semacam drama sosial berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis situasi sosial tertentu, misalnya kenakalan remaja, pergaulan bebas. Dalam sosiodrama guru
menyajikan sebuah cerita tersebut dalam bentuk drama (www.Kusmin.com, di
download pada 24 Juni 2010).
Dari uraian yang telah disampaikan dapat disimpulkan bahwa berbagai hal dalam kehidupan nyata merupakan isu sosial di lingkungan siswa dapat dijadikan topik bahasan dalam sosiodrama tentunya tidak terlepas dari karakteristik, budaya dan sistem hubungan sosial dalam upaya pengembangan potensi dan pencapaian hasil belajar siswa yang ada di lingkungan belajar termaksuk motivasi berprestasi serta faktor yang mempengaruhinya.
Tabel 4.3 memberikan penjelasan tentang kondisi kelompok eksperimen
(10)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki kebutuhan berprestasi memiliki persentase terendah jika dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain.
Tabel 4.3
Aspek Memiliki kebutuhan berprestasi
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 0 0
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 4 33,33
Rendah Z < - 1 8 66,66
Jumlah 12 100%
Tabel 4.3 merupakan hasil perhitungan pre test aspek memiliki
kebutuhan berprestasi pada kelompok eksperimen. Pada aspek memiliki kebutuhan berprestasi sebagian besar siswa berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 8 siswa. Kemudian 4 siswa masih berada pada kategori sedang. Pada aspek memiliki kebutuhan berprestasi pada kelompok eksperimen yang di dilat dari 12 orang siswa tidak ada yang sudah memiliki keinginan kebutuhan berprestasi.
Motivasi berprestasi adalah usaha yang gigih untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. McClelland mengartikan motivasi berprestasi
sebagai standard of excellence Anni (2010 : 23). Menurut McClelland, untuk
membuat sebuah pekerjaan berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut Sobur (2010).
Menurut Djaali (2011 : 103), motivasi berprestasi adalah kondisi filosofi dan psikologis (kebutuhan untuk berprestasi) yang terdapat didalam diri siswa yang mendorong untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan tertentu (berprestasi setinggi mungkin).
Menurut Atkinson (2006 :74), diantara kebutuhan hidup manusia terdapat kebutuhan untuk berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi hambatan, melalui
(11)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kekuatan, dan berusaha untuk melakukan suatu pekerjaan yang sulit dengan cara yang baik dan secepat mungkin, atau dengan perkataan lain usaha seseorang untuk menemukan atau melampaui standar keunggulan.
Dari beberapa pengertian motivasi berprestasi yang telah dipaparkan, dapat diketahui motivasi berprestasi merupakan daya penggerak, pendorong, serta pengarah bagi perilaku individu agar dapat mencapai prestasi atau keberhasilan setinggi mungkin yang melibatkan standar keunggulan.
Tabel 4.4
Aspek Melakukan antisipasi tujuan
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 5 41,66
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 3 25
Rendah Z < - 1 4 33,33
Jumlah 12 100%
Berdasarkan pada tabel 4.4 dipahami bahwa pada aspek melakukan antisipasi tujuan terdapat 5 siswa yang memiliki dapat melakukan antisipasi tujuan, 3 siswa dengan kategori sedang, dan 4 siswa melalukan antisipasi tujuan yang masih rendah. Dengan kata lain motivasi berprestasi kelompok eksperimen pada aspek melakukan antisipasi tujuan berada pada katagori tinggi
Menurut McClelland dan Atkison (Siregar, 2006:18-19) menyatakan motivasi yang paling penting untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi, di mana seseorang cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memiliki suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal. Sebagai siswa, motivasi yang dimaksudkan adalah motivasi belajar untuk berprestasi agar dapat
(12)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan kualitas hidup di masa depan yang berguna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan demikian, dalam tesis ini pengunaan motivasi berprestasi dan motivasi belajar dipergunakan dalam arti yang sama.
Ausebel yang dikutip Howe (1984:143) mengemukakan bahwa motivasi
berprestasi terdiri dari tiga komponen, yaitu dorongan kongnitif, an ego
enhanching one, dan komponen afilisiasi. Dorongan kongnitif adalah keinginan
siswa untuk mempunyai kopetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginan untuk mempunyai kompetensi dalam subjek yang ditekuninya serta keinginanya
untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya dengan hasil sebaik-baiknya. An
ego-enhanching one adalah keinginan siswa untuk meningkatkan status dan harga
diri (self-esteem), misalnya dengan jalan berprestasi dalam segala bidang,
sedangkan komponen afisiliasi adalah keinginan siswa selalu berafiliasi dengan siswa lain.
Menurut McClelland (Marca, 2010:5), ada lima aspek yang terkandung dalam motivasi berprestasi, yaitu pemilihan tingkat kesulitan tugas, ketahanan
atau ketekunan (persintence) dalam mengerjakan tugas, harapan terhadap umpan
balik (feedback), memiliki tangung jawab pribadi terhadap kinerjanya
kemampuan dalam melakukan inovasi (innovativeness).
Tabel 4.5
Aspek Melakukan kegiatan berprestasi
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 5 41,66
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 2 16,66
Rendah Z < - 1 5 41,66
Jumlah 12 100%
Tabel 4.5 merupakan hasil perhitungan pre test aspek melakukan
kegiatan berprestasi pada kelompok eksperimen. Pada aspek melakukan kegiatan berprestasi sebagian besar siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 5
(13)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa. Kemudian 5 siswa melakukan kegiatan berprestasi pada gori rendah, dan 2 siswa masih berada pada kategori sedang.
McClelland (1987 : 75) mengemukakan beberapa ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi, yaitu.
a) Pemilihan tingkat kesulitan tugas
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki tugas dengan
tingkat kesulitan menengah (moderate task difficulty) sebanding dengan
kemampuannya sendiri, sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki tugas dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi atau rendah. Selain itu, individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi selalu bekerja dengan penuh perhitungan risiko, cenderung mengambil risiko yang mendarat dibanding dengan risiko rendah atau tinggi. Lebih memilih tujuan yang realistis, tetapi menantang daripada tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya. Kurang bersemangat pada tugas yang terlalu mudah karena hal itu tidak banyak memberikan keputusan, dan tidak suka mengerjakan tugas yang terlalu sulit karena kemungkinan untuk berhasil kecil, dan tugas itu di luar kemampuan dirinya.
Weiner mengatakan bahwa pemilihan tingkat kesulitan tugas berhubungan dengan seberapa usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kesuksesan. Tugas yang mudah dapat diselesaikan oleh semua orang, sehingga individu tidak mengetahui seberapa besar usaha yang telah mereka lakukan untuk mencapai kesuksesan. Tugas sulit membuat individu tidak dapat mengetahui usaha yang sudah dihasilkan karena betapapun besar usaha yang telah mereka lakukan. Namun,mereka mengalami kegagalan.
b) Ketahanan atau Ketekunan (persistence)dalam Mengerjakan Tugas.
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan lebih bertahan atau tekun, bekerja keras dan memiliki kemantapan hati dalam mengerjakan berbagai tugas, tidak mudah menyerah ketika mengalami kegagalan dan cenderung untuk terus mencoba menyelesaikan tugas. Melihat keberhasilan/kegagalan bukan sebagai
(14)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
faktor yang disebabkan pihak luar dirinya, melainkan dirinyalah sebagai pengendalinya. Bagi individu dengan motivasi berprestasi tinggi, berkarya tidak hanya sesuai target bahkan kalau bisa lebih baik daripada target. Mereka selalu memiliki naluri senang, bahagia dan puas melakukan yang terbaik, tidak mengenal setegah-setengah dalam mengerjakan tugas.
Sementara individu dengan motivasi berprestasi rendah cenderung memiliki ketekunan yang rendah. Ketekunan individu dengan motivasi berprestasi rendah terbatas pada rasa takut akan kegagalan dan menghindari tugas dengan kesulitan menengah.
Tabel 4.6
Aspek Mengatasi Hambatan
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 3 25
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 4 33,33
Rendah Z < - 1 5 41,66
Jumlah 12 100%
Tabel 4.6 merupakan hasil perhitungan pre test aspek mengatasi
hambatan pada kelompok eksperimen. Pada aspek melakukan kegiatan berprestasi sebagian besar siswa berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 5 siswa. Kemudian 4 siswa mampu mengatasi hambatan pada kata gori sedang, , dan 3 siswa masih berada pada kategori tinggi.
Inovatif dapat diartikan mampu melakukan sesuatu lebih baik dengan cara berbeda dari biasanya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan meyelesaikan tugas dengan lebih baik, menyelesaikan tugas dengan cara berbeda dari biasanya, menghindari hal-hal rutin, aktif mencari informasi untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, serta cenderung menyukai hal-hal yang sifatnya melakukan sesuatu, serta cenderung menyukai motivasi berprestasi rendah. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki kemampuan untuk menemukan sesuatu yang asli dari pemikiran sendiri, maupun
(15)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menciptakan hal-hal yang baru yang tidak terikat pada pola yang ada. Kreatif dan cakap dalam berbagai bidang dan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup banyak.
Tabel 4.7
Aspek Memiliki suasana perasaan
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 5 41,66
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 2 16,66
Rendah Z < - 1 5 41,66
Jumlah 12 100%
Tabel 4.7 merupakan hasil perhitungan pre test aspek memiliki suasana perasaan.
Pada aspek memiliki suasana perasaan sebagian besar siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 5 siswa. Kemudian 5 siswa memiliki suasana perasaan yang rendah, dan sebanyak 2 siswa memiliki suasana perasaan pada kata gori sedang.
Tabel 4.8
Aspek Pemamfaatan bantuan
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 2 16,66
Sedang 1 ≤ Z ≤ 1 4 41,66
Rendah Z < - 1 6 50
Jumlah 12 100%
Tabel 4.8 merupakan hasil perhitungan pre test aspek pemamfaatan bantuan.
Pada aspek pemamfaatan bantuan sebagian besar siswa berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 6 siswa. Kemudian 4 siswa memamfaatkan bantuan dengan kata gori sedang, dan sebanyak 2 siswa memamfaatkan bantuan pada kata gori tinggi.
(16)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi selalu mencari situasi atau
pekerjaan di mana ia memperoleh umpan balik (feedback) yang bersifat kongkrit
atau nyata mengenai seberapa baik hasil kerja yang telah dilakukan. Mampu menerima kritik atau pendapat yang diberikan orang lain terhadap dirinya.
Memandang penting knowledge of resuh (mengetahui hasil) sebagai feedback
untuk perencanaan masa depan. mempunyai dorongan yang kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakanyakarena hal itu dapat digunakan sebagai umpan balik.
Individu dengan motivasi berprestasi rendah tidak mengharapkan umpan balik atas tugas yang sudah dilakukan. Bagi individu dengan motivasi berprestasi tinggi, umpan balik yang bersifat materi seperti uang, bukan merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik, melainkan digunakan sebagai pengukuran keberhasilan.
Tabel 4.9
Aspek Merencanakan Karir Masa Depan
Kategori Z-Score F %
Tinggi Z > 1 7 58,33
Sedang 1 ≤ Z≤ 1 0 0
Rendah Z < - 1 5 41,66
Jumlah 12 100%
Tabel 4.9 merupakan hasil perhitungan pre test aspek merencanakan karir
masa depan. Pada aspek merencanakan karir masa depan sebagian besar siswa berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 7 siswa. Kemudian 5 siswa memiliki kemampuan mendengarkan yang rendah, dan pada aspek merencanakan karir masa depan ini siswa tidak ada pada katagori sedang.
Individu dengan motivasi berprestasi tinggi lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi, dan memiliki tanggung jawab pribadi atas pekerjaan yang dilakukan. Keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan pihak
(17)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lain atau karena faktor kebetulan, melainkan karena hasil kerja keras dari diri
sendiri. individu responsibility (tanggung jawab pribadinya) tinggi, demikian juga
apabila pekerja dalam suatu kelompok, tanggung jawab terhadap kelompok juga tinggi, dimana sasaran kelompok dirasakannya sebagai sasarang pribadinya. Mereka mempercayai kemampuannya sendiri, kemampuan kerja sendiri, dapat bersifat optimis, dinamis, serta memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin.
B. Teknik Sosiodrama untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014
1. Rasional
Dasar pemikiran penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya mempasilitasi siswa (konseling), agar mampu
mengembangkan potensi diri atau mencapai tugas-tugas perkembangan (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spritual).
Perkembangan konseli tidak terlepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis ataupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan dapat mempengaruhi
gaya hidup (life style) konseli.
Untuk keberhasilan belajar secara optimal diperlukan adanya motivasi yang positif, baik dari siswa maupun dari guru. Menurut Rohman Natawidjaya motivasi mempunyai tingkatan, dari yang terendah sampai kepada yang tertinggi. Tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
a) motivasi yang berakar pada kebutuhan psikologi.
b) motivasi yang berakar pada kebutuhan perlindungan untuk memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas.
(18)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) motivasi yang berakar pada kebutuhan akan rasa kasih sayang, diterima kelompok seperti dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
d) motivasi yang berakar pada kebutuhan untuk mewujudkan dirinya sendiri. Dalam situasi belajar mengajar, guru sangat berperan didalamnya, karena disamping mengajar, mendidik, mendorong dan membangkitkan motivasi belajar siswa. Makin tinggi adanya kebutuhan seseorang, maka makin tinggi pula motivasi seseorang.
Menurut McClelland (1975: 75) motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan beberapa standar kepandaian atau standar yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar keahlian. Motivasi berprestasi merupakan motivasi sosial pertama yang dipelajari secara rinci (McClelland, Atkison, Clark & Lowell, 1953 dalam Rosleny 2007 : 26). Menurut McClelland
(Moh.Surya, 2003 : 102), teori motif berprestasi (achievement motive) adalah
merupakan teori motivasi melalui pendekatan proses.
Pada kenyataan proses pembelajaran disekolah, tidak semua siswa menerima informasi yang disampaikan guru dan tidak semua siswa juga memiliki motivasi belajar yang tinggi. Setelah dilakukan studi pendahuluan melalui mengajar di sekolah, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab rendahnya motivasi berprestasi siswa dapat dilihat dari hasil tersebut, yaitu kurangnya waktu belajar, bukan kurang jam pelajarannya tetapi mereka kurang konsentrasi dalam belajar sehingga yang digunakan untuk belajar lebih sedikit.
Dari fenomena yang dipaparkan diatas, maka diperlukan upaya serius dari pihak sekolah untuk mengadakan sebuah upaya agar motivasi berprestasi siswa lebih meningkat lagi dalam belajar. Salah satunya dengan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama.
Teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi berprestasi yaitu sosiodrama. Sosiodrama merupakan teknik untuk mendramatisasikan berbagai persoalan dalam pergaulan sosial, dan sosiodrama adalah permainan peranan yang
(19)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditunjukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbuk dalam hubungan antara manusia. Konflik-konflik sosial yang disosiodramakan adalah konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyagkut ganguan kepribadian (Rohlah 2006).
Sosiodrama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendidik daripada kegiatan penyembuhan. Sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagai besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau mengubah sikap tertentu. Dalam penelitian ini yang dimaksud sosiodrama adalah salah suatu teknik dalam bimbingan kelompok. Dalam sosiodrama siswa mengungkapkan pikiran dan perasaan serta dapat mempratikkan dengan berpura-pura mengungkapkan pikiran dan perasaan serta dapat mempraktekkan keterampilan bahasa, mengekspresikan emosi dan memecahkan interaksi mereka tentang kehidupan sosial secara nyata sesuai dengan peran yang dipilih dan dari respon reaksi peran mendorong perubahan motivasi belajar yang baru.
2. Deskripsi Kebutuhan
Hasil analisis kebutuhan dengan menggunakan kuesioner motivasi berprestasi yang menyangkut: 1) memiliki kebutuhan berprestasi, dengan indikator: menunjukkan adanya keinginan, harapan, penentuan untuk mencapai sesuatu hasil
yang dinyatakan secara ekplisit, 2) melakukan antisipasi tujuan,
menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan, 3) melakukan kegiatan berprestasi, merupakan usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan, 4) mengatasi hambatan, menggambarkan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan, 5) memiliki suasana perasaan, menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu untuk mencapai tujuan, 6) pemamfaatan bantuan, menunjukkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan, dan 7)
(20)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merencanakan karir masa depan yakin menunjukkan gambaran keseluruhan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
3. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui program bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama yang akan diberikan kepada siswa adalah sebagai berikut:
a Membantu mengembangkan motivasi berprestasi siswa
b Membantu meningkatkan motivasi berprestasi siswa seperti memiliki
kebutuhan berprestasi, melakukan antisifasi tujuan, melakukan kegiatan berprestasi, dapat mengatasi hambatan, memiliki suasana perasaan, dapat memamfaatkan bantuan, dan merencanaka karir masa depan.
4. Strategi Langkah-Langkah dalam Sosiodrama
Langkah-langkah yang dilakukan:
a) Langkah Pertama (Pengawalan)
Langkah ini merupakan pemanasan atau pengawalan konselor (sudradara) melakukan kegiatan yaitu;
1) Membentuk kelompok dengan berusaha menumbuhkan kenyamanan (fisik
dan psikis) dan kepercayaan siswa untuk melakukan kegiatan dengan keterbukaan dan kenyamanan,
2) Menentukan dan menjelaskan isu-isu sosial berkenaan dengan motivasi
berprestasi yang menarik perhatian siswa untuk dibahas (tema atau topik),
3) Menjelaskan cara kerja metode sosiodrama, teknik digunakan dan pembagian
tugas serta aktivitas bermain peran (penanpilan peran), siswa yang dianggap mampu atau bersedia untuk memainkan peran secara sukarela, yaitu siswa telah memahami isu sosial dalam sinopsis atau topik bahasan terkait motivasi berprestasi serta mempunyai daya pantasi, bukan pandai melucu atau pemalu,
(21)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(dijelaskan kepada kelompok mengenai peranan anggota kelompok pada waktu sosiodrama berlangsung.
Menetapkan penolakan yang diminta unuk mengambil tindakan seandainya peran apa yang seharusnya dilahirkan dan apa yang harus dilakukan.
b) Langkah peralihan (Transisi)
Pada langkah ini konselor mengajak siswa untuk menjelaskan dan menetapkan tema:
1) Menetapkan tema atau topik dipilih bersama kelompok tertentu isu sosial
berkaitan dengan motivasi berprestasi berdasarkan keputusan bersama. Tema atau topik bisa berupa intervensi pemimpin kelompok (sutradarah) yang dipersiapkan atau penugasan, misalnya disediakan foto-foto tentang isu-isu atau konflik sosial yang sedang terjadi yang berpengaruh kepada motivasi berprestasi, atau dipilih belajar akademik, atau memamfaatkan bacaan koran atau daftar isu sosial terkait dengan motivasi berprestasi siswa yang sedang trend.
2) Membagi kelompok dalam kelompok kecil, menetapkan kelompok permainan
drama dan memberikan kesempatan kepada para pelaku peran untk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan peran, menentukan teknik (konselor tetap mendampingi dan mengarahkan).
3) Menyiapkan, menata atau setting tempat sesuai topik bahasan.
4) Mengatur adegan, tujuan membagun kesempatan dan memberikan makna dan
karakter, perasaan yang dapat diperoleh dengan meminta salah satu anggota menjadi objek; misanya pengalaman kakek meraih sukses dengan jam dan kejadian dalam ruangan,
5) Penataan tindakan, sudradara perlu menginformasikan ketertiban orang lain
dalam kelompok untuk mencegah kekacauan, peluang jika memiliki dan meningkatkan peran yang mereka pilih.
(22)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada langkah adalah proses sosiodrama atau kegiatan bermain peran dan mengakhiri tindakan. Dalam proses kegiatan pada penelitian ini digunakan berbagai teknik untuk sesuai dengan topik bahasan yang dipilih peserta antara lain;
1) Teknik patung yaitu sudradara memberikan contoh seorang kepala
sekolah/pelatih melihat karyawan/anggota tim bergandengan tangan serta jarinya menunjuk dan melihat satu sama lain, kemudian membiarkan yang berperan berpegangan tangan melalui berbicara atau keluar ruangan untuk merenungkan sikap direktur dikaitkan pekerjaan,
2) Teknik pengadaan (dua kali lipat), seorang anggota kelompok menenpatkan
dirinya sebagai pribadi dalam berperan dan juga berdialog dengan suara orang lain. Kadang-kadang peran ganda dapat digunakan untuk interaksi yang tidak terucapkan yang menunjukan ada karakter lain selain yang difikirkan,
3) Teknik suara, bentuk lain dari duakali lipat, semua peserta dapat
melakukannya misal suara ibu-ibu di kamar, suara anak-anak, suara dari tempat ibadah,
4) Teknik kursi kosong, teknik ini juga dapat dilakukan peserta dengan
menggabungkan teknik suara dengan berbicara dengan kursi kosong dengan membayangkan ada orang yang sedang duduk belajar.
5) Menjelajahi lebih dalam tingkat kesadaran, dilakukan dengan teknik lima
tingkat kesadaran, yaitu; pertama; mengeksplorasi pernyataan, timbul
gerakan peserta dalam peran secara terbuka, kedua; penggunaan alat bantu
yang menghasilkan suara, ketiga menggunakan pemikiran dan perasaan
bersedia menerima nasehat didepan umum berdasarkan tindakan yang
dilakukan dalam perannya secara sandar, ke empat, mengakui ada ide-ide
yang diungkap dengan tidak sadar, ke lima, ada ide-ide yang muncul belum di bahas.
6) Teknik empati, dapat dilakukan teknik pergeseran peran yaitu; beberapa
peserta mengambil peran-peran yang berlawan dari peran sebelumnya, setiap orang dilibatkan dan mengambil satu peran yang berbeda. Sosiodrama dapat
(23)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diakhiri apabila sudah sulit atau tidak adalagi sikap pemikiran yang dapat dilakukan dalam peran atau suasana sudah tidak nyaman. Karena sosiodrama tidak melakukan teks, prilaku yang ditampilkan spontan tidak terpaku pada dialog dalam skenario.
7) Mengakhiri sosiodrama apabila semua adegan telah ditampilkan (sosiodrama
dapat juga diakhiri jika dalam proses suasana tidak nyaman).
d) Langkah Pengakhiran (diskusi umum)
Langkah akhir dari sosiodrama, pemimpin kelompok mengajak peserta dan audien untuk mendiskusikan tampilan dari pesan yang dimainkan untuk mengambil kesimpulan.
5. Pengembangan Tema
Tema dan materi motivasi belajar dikembangkan dari komponen-komponen atau aspek-aspek yang berkaitan dengan motivasi berprestasi siswa. Pengembangan tema bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa mengacu pada indikator motivasi berprestasi yang telah dibuat diantaranya adalah; (a) memiliki kebutuhan berprestasi, menunjukkan adanya keinginan, harapan, penentuan untuk mencapai sesuatu hasil yang dinyatakan secara ekplisit, (b) melakukan antisipasi tujuan, menggambarkan bagaimana individu mengantisipasi pencapaian tujuan yang telah ditentukan, (c) melakukan kegiatan berprestasi, merupakan usaha-usaha atau cara-cara yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan, (d) mengatasi hambatan, menggambarkan rintangan-rintangan dan kesukaran-kesukaran yang harus diatasi dalam usaha mencapai tujuan, (e) memiliki suasana perasaan, menggambarkan perasaan-perasaan yang dihayati individu untuk mencapai tujuan, (f) pemamfaatan bantuan, menunjukkan adanya orang-orang yang bersimpati, membantu dan mendorong untuk mencapai tujuan, dan (g) merencanakan karir masa depan yakin menunjukkan gambaran keseluruhan dari apa yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
(24)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Evaluasi programa intervensi penelitian dengan melihat kesesuasian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil yang dicapai setelah pelaksanaan program tersebut. Evaluasi tersebut dan tindak lanjut merupakan serangkaian kegiatan yang saling terkait dan dilakukan saling beriringan pada saat analisis kebutuhan dan pengembangan desain program bimbingan kelompok dengan mengunakan teknik sosiodrama dalam mengembangkan kehorensifan kelompok belajar, implementasi program bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama (proses pelaksanaan), dan perubahan yang terjadi pada peserta didik setelah implementasi program kelompok dengan mengunakan teknik sosiodrama (hasil layanan).
Rencana kegiatan operasional bimbingan kelompok dengan mengunakan teknik sosiodrama. Program bimbingan kelompok yang telah disusun dievaluasi kesesuaianya dengan data hasil penelitian, analisis kebutuhan, tujuan pelaksanaan, kesesuaian materi yang diberikan dengan kebutuhan bimbingan, dan evaluasi hasil pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
1) Input
Kemampuan konselor dalam melaksanakan program bimbingan dengan menggunakan teknik sosiodrama perlu dievaluasi. Penelitian ini terhadap konselor sebagai pelaksanaan layanan dapat berupa penelitian mengenai kemampuan konselor dalam memberikan layanan dan kemampuan konselor dalam membantu peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah diharapkan.
2) Proses
1). Evaluasi proses meliputi hal-hal berikut.
a) Keterampilan tujuan dari setiap sesi dengan kopetensi yang dicapai peserta
didik setelah melakukan sosiodrama pada setiap sesi.
b) Respon peserta didik yang mencapai sasaran layanan terhadap pelaksanaan
bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama dalam mengembangkan kekohensifan kelompok belajar peserta didik kelas XI di
(25)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014 (mengacu pada SKLBK pada setiap pertemuan).
c) Pengisian jurnal harian pelaksanaan bimbingan kelompok dengan mengunakan teknik sosiodrama oleh peserta didik.
d) Keterlaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan pada setiap SKLBK dan hambatan-hambatan yang dikemukakan pada saat pelaksanaan setiap sesi sosiodrama.
3) Hasil
Penilaian pada hasil dapat dicapai dari pelaksanaan intervensi bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik sosiodrama dilakukan pengisian jurnal kegiatan harian pelaksanaan bimbingan kelompok (yang digunakan juga dalam evaluasi proses pelaksanaan bimbingan kelompok dengan mengunakan sosiodrama pada setiap sesi bimbingan kelompok. Selain itu, keberhasilan
intervensi dapat dilihat dengan dilakukan post test kepada peserta didik yang
menjadi sasaran layanan, dengan cara memberikan inventori oleh konselor kepada peserta didik setelah pemberian layanan berakhir. Jika terjadi peningkatan hasil post test pada peserta didik setelah diberikan intervensi berupa layanan bimbingan kelompok, maka intervensi yang telah dilakukan telah berhasil efektif meningkatkan motivasi berprestasi siswa.
C. Efektivitas Pengunaan Teknik Sosiodrama Untuk Menigkatkan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
1. Dasar Pelaksanaan Kegiatan
Pengembangan program intervensi dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan motivasi berprestasi didasarkan kepada landasan hukum, antara lain:
1. Undang-Undang No.20 tahun 2003 Pasal 1 Butir 6 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang mengemukakan “Pendidik adalah tenaga
(26)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan”.
2. SK Mendikbud No. 25 tahun 1995, tentang Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling pada Suatu Pendidikan Formal.
3. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990 pasal 27, yaitu bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.
2. Kompetensi Konselor
Dalam melaksanakan teknik sosiodrama untuk meningkatkan motivasi
berprestasi siswa harus didukung oleh kompetensi memadai yang dimiliki oleh peneliti yang sekaligus berperan sebagai pemberi intervensi. Berbagai sumber
menyatakan bahwa sosiodrama dapat diberikan oleh berbagai kalangan dan tidak
menuntut lisensi profesional tertentu. Beberapa kalangan yang terbiasa memberikan intervensi sosiodrama diantaranya adalah Guru, Guru BK, Konselor. Hal ini mengimplikasikan peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan teknik
sosiodrama. Kompetensi lainnya adalah:
1. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep
motivasi berprestasi
2. Memiliki pemahaman, pensgetahuan, dan keterampilan yang memadai dalam
sosiodrama.
3. Memahami karakteristik siswa SMAK Kalam Kudus Bandung yang
merupakan subjek dari penelitian.
4. Menunjukkan penerimaan tanpa syarat terhadap konseli sebagai manusia
yang tidak lepas dari kesalahan.
3. Sasaran Kegiatan
Program intervensi dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa dilakukan terhadap siswa kelas XI SMAK Kalam
(27)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kudus Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014 yang memiliki tingkat motivasi berprestasi yang sedang dan rendah ditinjau dari beberapa aspek yakni: 1) Memiliki kebutuhan berprestasi; 2) Melakukan antisipasi tujuan; 3) Melakukan kegiatan berprestasi; 4) Mengatasi hambatan; 5) Memiliki suasana perasaan; 6) Pemamfaatan bantuan; 7) Merencanakan karir masadepan.
4. Personil yang Dilibatkan
Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pendidikan di Sekolah. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling menjadi tanggung jawab bersama antara personel sekolah. Personel yang paling bertanggung jawab terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa adalah guru bimbingan dan konseling. Secara lebih rinci berikut dikemukakan personel yang akan dilibatkan.
a. Kepala SMAK Kalam Kudus Bandung
b. Wakil kepala sekolah SMAK Kalam Kudus Bandung.
c. Koordinator guru BK SMAK Kalam Kudus Bandung
d. Guru BK SMAK Kalam Kudus Bandung
e. Wali kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung
f. Staf administrasi SMAK Kalam Kudus Bandung
g. Orang Tua siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung
5. Prosedur Pelaksanaan Teknik Sosiodrama
Secara teknis prosedur teknik sosiodrama dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa sebagai berikut:
1. Tahap Awal (Pemanasan)
Pada tahap awal atau tahap pemanasan terdiri dari kegiatan awal yang diperlukan untuk meningkatkan keterlibatan dan spontanitas dalam sosiodrama. Hal ini bertujuan untuk mendorong siswa untuk terlibat secara langsung. Dalam tahap ini kegiatan sosiodrama terdiri atas:
(28)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Membangun kepercayaan dan interaksi kelompok.
b. Mengidentifikasi tema kelompok, menentukan pemeran utama (protagonis),
sampai aksi protagonis ke panggung (Blatner, 1996, 2001).
c. Para peserta dibantu untuk bersiap-siap melaksanakan kegiatan sosiodrama
selama fase tindakan (tahap inti). kesiapan tersebut meliputi motivasi untuk merumuskan tujuan seseorang dan kenyamanan untuk mempercayai orang lain (teman sebaya) dalam kelompok. Teknik fisik untuk pemanasan kelompok biasanya diperkenalkan dan mungkin termasuk menggunakan musik, menari, dan gerakan atau latihan nonverbal lainnya.
d. Selama tahap pemanasan, anggota harus diyakinkan bahwa kegiatan
sosiodrama merupakan kegiatan yang menyenangkan dan memberikan rasa nyaman, anggota adalah orang-orang untuk memutuskan apa yang akan mengungkapkan dan kapan akan mengungkapkan, dan bisa berhenti kapan pun di inginkan.
2. Tahap Tindakan (Aksi/inti)
Tahap tindakan merupakan kegiatan inti dalam permainan sosiodrama yang menggunakan kejadian masa lalu atau kejadian masa sekarang yang terjadi dalam kejadian nyata sehari-hari. Tujuan fase tindakan adalah untuk membantu siswa dalam membawa pikiran-pikiran yang mendasari sikap dan perasaan yang siswa tidak sepenuhnya sadar. kondisi tersebut berguna untuk memfasilitasi proses sosiodrama sehingga protagonis dapat bergerak ke dalam tindakan sesegera mungkin. Dalam melakukan fase inti, pemimpin dapat menarik isyarat penting terhadap protagonis dalam menyajikan perannya, termasud ekspresi wajah, kiasan, dan postur tubuh. Pemimpin (guru BK) membantu protagonis mendapatkan fokus yang jelas pada perhatian khusus.
Titik intervensi adalah untuk menghindari komentar dan untuk mencoba pendekatan alternatif dalam tindakan. Setelah protagonis memiliki rasa yang jelas tentang apa yang ingin dikembangkan, adalah mungkin untuk menciptakan adegan dan pelatihan ego tambahan. Saran lain adalah bahwa kemampuan berfantasi tentang masa depan, sehingga berbagi pemikiran pribadi dengan penonton. Durasi tahap tindakan bervariasi dan tergantung pada evaluasi
(29)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemimpin (guru BK) dalam keterlibatan protagonis dan pada tingkat keterlibatan kelompok.
Pada akhir tahap tindakan, penting untuk membantu siswa memperoleh makna dan perasaan untuk setiap adegan dalam sosiodrama yang telah mereka perankan. Salah satu cara yang berguna untuk mengakhiri kegiatan sosiodrama adalah mengatur praktek perilaku untuk membantu protagonis menerjemahkan kelompok belajar dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi dari praktek perilaku adalah untuk menciptakan iklim yang me mungkinkan mencoba berbagai perilaku baru. Kemudian siswa dapat menerapkan beberapa perilaku yang baru dengan orang lain yang signifikan di luar kelompok dan menghadapi situasi yang lebih efektif. Berbagai teknik yang digunakan, seperti pembalikan peran, proyeksi masa depan, teknik kaca, dan umpan balik, sering digunakan untuk membantu protagonis mendapatkan ide yang jelas tentang dampak dari perilaku barunya.
3. Tahap Akhir (Berbagi dan Diskusi)
Tahap akhir dalam kegiatan sosiodrama adalah berbagi dan diskusi.
a. Diskusi yang pertama, terdiri dari pernyataan tentang diri sendiri, sebuah diskusi dari proses kelompok berikutnya. Setelah adegan itu dapat diterapkan, pemimpin (guru BK) mengundang semua anggota kelompok untuk mengekspresikan bagaimana perasaan mereka secara pribadi mengenai kegiatan sosiodrama yang telah dimainkan. Mereka yang mengambil peran pembantu dapat berbagi dalam dua cara:
1. Pertama, mereka mungkin didorong untuk membagikan apa yang mereka
temukan dalam diri mereka tentang perasaan atau pemikiran dalam peran mereka.
2. Kedua, mereka bisa memerankan lebih lanjut dan berbagi dari kehidupan
mereka sendiri yang tersentuh kedalam setiap adegan sosiodrama.
a. Anggota kelompok dalam sosiodrama tidak seharusnya memberikan saran atau analisis terhadap protagonis tetapi berbicara tentang diri sendiri dan bagaimana anggota dipengaruhi oleh kegiatan sosiodrama. Setiap anggota kelompok dapat lebih terbuka dan berbagi pendapat yang memiliki efek
(30)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penyembuhan. Pengungkapan pengalaman orang lain memberikan perasaan bahwa mereka tidak sendirian dan menimbulkan sebuah ikatan. Interpretasi dan evaluasi datang kemudian, ketika protagonis tidak begitu peka.
b. Selama fase berbagi dalam sosiodrama, fungsi pemimpin (guru BK) adalah untuk memimpin diskusi yang termasud sebagai peserta dalam umpan balik. Tahap berbagi memberi semua anggota kelompok sosiodrama mendapat kesempatan untuk mengekspresikan perasaan. Apabila anggota telah membuka diri dan menyatakan perasaan yang mendalam, anggota harus bisa mengandalkan dukungan kelompok untuk mengintegrasikan melalui berbagi dan beberapa makna daya eksploratif dari pengalaman siswa.
c. Pemimpin (guru BK) harus memperkuat jenis diskusi yang memerlukan pengungkapan diri, dukungan, dan keterlibatan emosional terhadap sebagian dari anggota. Diskusi lebih baik terstruktur sehingga anggota berdiskusi tentang bagaimana anggota dipengaruhi oleh setiap sesi.
d. Penutupan tidak selalu berarti bahwa kekhawatiran dapat diselesaikan, tapi semua yang terlibat dalam sosiodrama harus memiliki kesempatan untuk berbicara tentang bagaimana mereka terkena dampak dan apa yang mereka pelajari. Sebuah aspek kunci dari penutupan adalah proses pembekalan dari protagonis dan peran pembantu.
e. Salah satu tugas yang paling menantang bagi pemimpin (guru BK) adalah belajar untuk membawa penutupan dalam setiap sesi tanpa membatasi diri lebih lanjut anggota kelompok sosiodrama untuk bereksplorasi, yang diperlukan adalah jalan keluar yang mendalam tentang masalah siswa.
6. Sesi Kegiatan
Program intervensi dengan teknik sosiodrama dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa dilakukan selama Sembilan sesi. Sesi intervensi yang dirancang berdasarkan hasil pertimbangan fenomena tingkat motivasi berprestasi siswa yang rendah. Penentuan jadwal intervensi berdasarkan kesepakatan antara guru bimbingan dan konseling, peneliti dengan siswa. Gambaran setiap sesi intervensi sebagai berikut:
(31)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sesi 1
Sesi ini merupakan kegiatan pretest untuk mengetahui profil motivasi berprestasi siswa. Mengawali sesi ini, konselor/peneliti menjelaskan tujuan dilakukan pretes dan memaparkan secara singkat karakteristik instrument motivasi berprestasi yang digunakan.
Sesi 2
Pelaksanaan sesi pertama dilaksanakan dihadiri oleh 12 orang konseli yang terpilih sebagai konseli yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah
berdasarkan hasil pretest dan bersedia mengikuti treatment. Kegiatan
dilaksanakan jam 13.30 - 14.30 pada saat pulang sekolah dengan tujuan untuk tidak mengganggu konseli disaat jam pelajaran berlangsung. Kegiatan dibuka dengan berdoa bersama. Selanjutnya para konseli diabsen kehadirannya.
Mengawali kegiatan, konselor membuka dengan “ice breaking” penyemangat
“bagaimana kabarnya hari ini?” kemudian konseli menjawab “luar biasa”.
Suasana kemudian menjadi cair dan hangat setelah dibuka dengan “ice breaking”.
Konselor kemudian menjelaskan pertemuan pertama mengenai tujuan kegiatan, memperkenalkan teknik sosiodrama dan penulis menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang penulis susun dengan skenario yang telah dibuat.
Konseli yang hadir adalah sebanyak 12 orang siswa. Kemudian konselor menginstruksikan konseli untuk membentuk kelompok drama yang disesuaikan dengan tingkat motivasi berprestasi yang telah dianalisis. Pembentukan kelompok dibagi menjadi 3 kelompok yang beranggotakan 4 orang setiap kelompok dari 12 siswa. Kelompok 1 sebagai kelompok pemain peran dan kelompok dua sebagai kelompok penonton atau penilai. Kelompok 1 yang terbentuk diberikan peran. Pada sesi ini mulai dilakukan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama. Tema: Menjadi siswa yang sukses. Topik yang digunakan adalah kebutuhan berprestasi melalui kisah yang sering dihadapi di sekolah. Tujuan sesi ini adalah konseling memiliki keterampilan dalam mencapai kesuksesan seorang siswa.
(32)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Proses menggunakan intervensi dilakukan dengan empat langkah 1) intervensi diawali konselor (peneliti berperan sebagai pengarah) mengajak siswa (konseli) untuk membentuk kelompok yang sudah ditentukan, menciptakan suasana keakraban dengan bermain game serta menjelaskan berbagai hal, alasan, tujuan, cara kerja dan sebagainya. Karakteristik kegiatan masih banyak diwarnai instruksi peneliti sebagai konselor (karena sesi pertama untuk sesi tritmen anak-anak belum memahami cara kerja dalam teknik yang dilakukan; 2) peralihan masa peralihan konselor menjelaskan sosiodrama dan cara kerjanya,
mengidentifikasi berbagai aktivitas dilakukan siswa sehari-hari yang
menunjukkan katagori motivasi berprestasi, membaca sinopsis dan mendiskusikan tema/topik bahasan, peran yang terlibat dalam topik menjadi siswa yang sukses melalui prestasi yang dicapainya. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil, diskusi kelompok kecil didampingi konselor memilih serta pembahasan peran, kegiatan, dialog dan pengembangan isi cerita oleh mereka sendiri; 3) kegiatan; memberikan kesempatan kelompok kecil untuk tampil terlebih dahulu, (proses intervensi)
konselor membantu konseli memahamkan peranya; 4) pengakhiran
mendiskusikan tampilan peran, menggungkapkan pengalaman konseli setelah menerima refleksi dari audien, mengambil kesimpulan dan mengakhiri kegiatan konselor mengajak konseli untuk mempersiapkan kegiatan lanjutan. Teknik yang
digunakan adalah “teknik patung, dan mengembangkan keinginan untuk berprestasi” media yang digunakan meja, kamera, dan handycam, media sekitar
yang membantu peniruan sosiodrama.
Refleksi Pada sesi kedua, konselor merasa ada sedikit kesulitan karena pada pelaksanaan sosiodrama yang pertama ini semua konseli masih merasa kebingungan karena belum terbiasa dengan kegiatan sosiodrama dan setiap siswa masih merasa malu-malu pentas didepan teman-temannya. Tetapi ketika sosiodrama berlangsung keadaan mulai mencair dan konseli siap untuk melaksanakan kegiatan sosiodrama. Disaat konselor menjelaskan tema drama dan peran konseli setiap tokohnya semua siswa sangat memperhatikan dan fokus akan cerita yang disampaikan. Kelompok drama yang berperan pun tidak ada hambatan
(33)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam mengekspresikan dialog mereka dan mengikuti alur yang ditetapkan serta sangat bersemangat memerankan tokoh yang diberikan sehingga tak pelak gelak tawa, terharu dan kesal pun terlihat dari mimik muka audien.
Sesi 3
Sebelum konselor melanjutkan sesi kedua, terlebih dahulu penulis mengecek daftar hadir siswa. Pelaksanaan sesi kedua dihadiri oleh 12 orang konseli yang terpilih sebagai konseli yang memiliki hubungan interpersonal yang
rendah berdasarkan hasil pretest dan bersedia mengikuti treatment. Kegiatan
dilaksanakan jam 13.30 - 14.30 pada saat pulang sekolah dengan tujuan untuk tidak mengganggu konseli disaat jam pelajaran berlangsung. Kegiatan dibuka dengan berdoa bersama. Selanjutnya para konseli diabsen kehadirannya.
Mengawali kegiatan, konselor membuka dengan “ice breaking” penyemangat “bagaimana kabarnya hari ini?” kemudian konseli menjawab “luar biasa”.
Suasana kemudian menjadi cair dan hangat setelah dibuka dengan “ice
breaking”. Konselor kemudian menjelaskan pertemuan kedua mengenai tujuan
kegiatan, serta peran yang akan dimainkan dan konselor menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang penulis susun dengan skenario yang telah dibuat.
Pada kelompok kedua sesi yang akan dilaksanakan dengan tema “Tidak, Tidak, Tidak”. Konselor kemudian meminta konseli untuk maju ke depan kelas
dan memperkenalkan diri dan kemudian membagikan peran yang akan diperankan oleh konseli lengkap dengan watak dan sifat dari setiap tokoh, selain itu konselor menjelaskan latar dari kegiatan sosiodrama beserta peran dari audien ketika berlangsungnya kegiatan drama. Pembagian peran dilaksanakan sama seperti sesi pertama dengan cerita yang sama tetapi temanya yang berbeda. Di sini siswa ditukar perannya dari peran anak-anak ke peran dewasa, dari peran orang tua ke peran anak, dari peran dewasa ke peran orang tua. Hal ini memungkinkan siswa untuk bisa ikut merasakan karakter, perilaku dan sifat dari masing-masing tokoh ketika perannya ditukar.
(34)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tema sesi ini ”Keberhasilan Ku” topik melakukan antisipasi tujuan,
Tujuan: melakukan sosiodrama membantu siswa memainkan peran untuk melakukan antisipasi tujuan, sehingga semakin memahami dan menyadari untuk pencapaian tujuan keberhasilan dimasa depan melalui melakukan antisipasi tujuan masa depan. Proses intervensi dilakukan sama seperti sesi sebelumnya dengan empat langkah, setiap kali sesi drama, diskusi, memainkan peran sesuai dengan topik. Teknik yang digunakan menjelajahi kebutuhan dan kesadaran. Media yang digunakan, bangku, meja, kertas, handycam atau kamera.
Konseli terlihat begitu antusias mengikuti sosiodrama pada sesi ketiga ini, karena mereka sudah mulai membiasakan diri mengikuti kegiatan sosiodrama ini. Mereka sudah lebih bisa tampil dengan baik dan mulai percaya diri untuk tampil didepan kelas. Konselor lebih bisa mengarahkan para konseli untuk berperan sesuai dengan karakter tokohnya itu sendiri dan konseli mulai bisa mengeksplorasi dengan baik mengenai watak, improfisasi, emosi, intonasi dan lain sebagainya.
Sesi 4
Pelaksanaan sesi kelima dihadiri oleh 12 orang konseli. Kegiatan dilaksanakan jam 13.30 - 14.30 pada saat pulang sekolah dengan tujuan untuk tidak mengganggu konseli disaat jam pelajaran berlangsung. Kegiatan dibuka dengan berdoa bersama. Selanjutnya para konseli diabsen kehadirannya.
Mengawali kegiatan, konselor membuka dengan “ice breaking” penyemangat
“bagaimana kabarnya hari ini?” kemudian konseli menjawab “luar biasa”.
Suasana kemudian menjadi cair dan hangat setelah dibuka dengan “ice breaking”.
Konselor kemudian menjelaskan pertemuan ketiga mengenai tujuan kegiatan, serta peran yang akan dimainkan dan konselor menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang konselor susun dengan skenario yang telah dibuat.
Pelaksanaan pelatihan sesi ketiga konseli mulai merasa terbiasa dengan kegiatan sosiodrama sehingga konseli yang sudah tidak sabar ingin bermain
(35)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosiodrama langsung bertanya kepada konselor “hari ini drama tentang apa bu?, ada pula yang bertanya “ibu, aku ingin main drama kelompok sekarang dong,
pengen nyobain main drama”. Dengan kondisi tersebut konselor pun sangat
antusias dan langsung bersemangat untuk melaksanakan sosiodrama.
Konselor menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang konselor susun dengan skenario yang telah dibuat. Kemudian kelompok drama yang telah terbentuk diberikan tema sesuai sesi yang akan dilaksanakan. Pada kelompok ketiga sesi yang akan dilaksanakan
dengan tema “Dengarkan Aku Sekali Saja”. Konselor kemudian meminta konseli
untuk maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri dan kemudian membagikan peran yang akan diperankan oleh siswa lengkap dengan watak dan sifat dari setiap tokoh, selain itu penulis menjelaskan latar dari kegiatan drama beserta peran dari audien ketika berlangsungnya kegiatan sosiodrama.
Tema ini adalah “mengejar prestasi” Topik: Melakukan kegiatan
berprestasi (contoh pentingya dorongan untuk berprestasi) Tujuan sesi ini adalah melalui bermain peran sosiodram membantu siswa memahami dan menyadari bahwa sangat penting memiliki dorongan untuk melakukan kegiatan berprestasi. Proses intervensi (sama dengan sesi sebelumnya) dengan empat langkah, setiap sesi drama, diskusi, memainkan peran sesuai topik. Teknik yang digunakan yaitu teknik kursi kosong. Media yang digunakan kertas, meja, kursi, komputer, handycam.
Sesi 5
Pelaksanaan sesi keempat dihadiri oleh 12 orang konseli. Kegiatan dilaksanakan jam 13.30 - 14.30 pada saat pulang sekolah dengan tujuan untuk tidak mengganggu konseli disaat jam pelajaran berlangsung. Kegiatan dibuka dengan berdoa bersama. Selanjutnya para konseli diabsen kehadirannya.
Mengawali kegiatan, konselor membuka dengan “ice breaking” penyemangat
“bagaimana kabarnya hari ini?” kemudian konseli menjawab “luar biasa”.
Suasana kemudian menjadi cair dan hangat setelah dibuka dengan “ice breaking”.
(36)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
serta peran yang akan dimainkan dan konselor menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang konselor susun dengan skenario yang telah dibuat.
Pelaksanaan pelatihan sesi kelima konseli mulai merasa bosan dengan kegiatan sosiodrama yang sudah berlangsung selama tiga sesi. Konseli membutuhkan suasana baru yang membuat keagiatan sosiodrama menjadi lebih menyenangkan. Konselor pada akhirnya memberikan permainan sebagai upaya untuk membuat suasana lebih menyenangkan dan tidak membosankan dan konseli merasa terhibur dengan permainan yang dibuat oleh konselor. Dengan kondisi tersebut konselor pun menjadi antusias dan langsung bersemangat untuk melaksanakan sosiodrama. Konselor menjelaskan mengenai drama yang akan dilaksanakan telah ditetapkan berdasarkan tema yang konselor susun dengan skenario yang telah dibuat. Kemudian kelompok drama yang telah terbentuk diberikan tema sesuai sesi yang akan dilaksanakan. Konselor kemudian meminta konseli untuk maju ke depan kelas dan memperkenalkan diri kemudian membagikan peran yang akan diperankan oleh siswa lengkap dengan watak dan sifat dari setiap tokoh.
Tema sesi ini sama dengan sesi empat dengan tema yang dibahas mengatasi hambatan, tujuan untuk membantu para siswa untuk mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan. Proses intervensi sama dengan sesi sebelumnya dengan empat langkah, setiap kali sesi drama, diskusi, memainkan peran sesuai dengan topik. Teknik yang digunakan adalah teknik patung, teknik patung untuk mengembangkan cara mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan. Proses intervensi sama dengan sesi sebelumnya dengan empat langkah, setiap kali sesi drama, diskusi, memainkan peran sesuai dengan topik teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Media yang digunakan buku, alat tulis, komputer, dan handycam.
Sesi 6
Tema sesi ini “tidak menyerah” Topik bahasan pada sesi ini adalah
membantu para siswa untuk menghayati usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Proses intervensi sama dengan sesi sebelumnya dengan empat langkah,
(1)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemungkinan gagal bahkan dorongan meraih pencapaian keseimbangan hasil belajar akademik.
Dengan metode sosiodrama siswa diberikan bantuan untuk memahami dan menyadari berbagai isu sosial dalam kehidupan sekitar siswa. Di dalam sosiodrama individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosioal yang terjadi saat ini, peran yang diciptakan secara spontan akan mendorong respon kesuatu arah prilaku baru spontasi terhadap situasi yang lama dengan bermain pada perilaku yang didramakan. Perilaku yang didramakan misanya : pada sesi 2 berperan sebagai anak yang memiliki motivasi berprestasi Seperti hari-hari biasanya di sekolah, para siswa akan mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Dengan sikap dan kemampuan siswa yang mengikuti pembelajaran berbeda-beda membuat siswa memiliki keinginan berprestasi yang berbeda-berbeda.
Pertemuan di dalam kelas hari ini tidak seperti biasanya, siswa-siswi melakukan kegiatan masing-masing sesuai dengan keinginanya, Doni yang
kelihatan sibuk memainkan smartphone miliknya dan tidak menghiraukan
teman-teman di sekeliling yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan guru. Alex pada saat itu mencoba menggangu Budi yang serius mengerjakan tugas bersama Intan. Hal ini membuat Budi dan Intan selalu mengingatkan Alex dan Doni untuk serius untuk mengikuti pembelajaran, agar apa yang diinginkan dapat tercapai. Ini adalah contoh kecil dari refleksi lisan dan tulisan merupakan respon bentuk pengubahan perilaku baru siswa menunjukkan motivasi berprestasi siswa setelah akhir sosiodrama.
Hasil ujicoba lainya menunjukkan bahwa konselor mendapat pengalaman baru dalam bidang bimbingan dan konseling yang belum pernah dilakukan, termotivasi dan tertarik menerapkan teknik sosiodrama dalam membantu siswa lebih memiliki motivasi berprestasi. Pendapat konselor memperoleh pengalaman baru dalam bimbingan kelompok sehingga termotivasi melakukan teknik sosiodrama, mungkin di sebabkan keterbatasan konselor selama ini tentang teknik bimbingan
(2)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kelompok termaksud teknik yang baik secara teori maupun latihan praktik setelah menjadi konselor.
Sejalan dengan hasil penelitian diatas pendapat guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris menyatakan teknik sosiodrama ini dapat digunakan untuk menghilangkan kejenuhan siswa dengan pembelajaran secara klasikal, mungkin ini disebabkan selama menjadi guru hampir tidak pernah menerapkan teknik sosiodrama dan pemahaman terhadap perbedaan konsep dan peraktik tentang teknik sosiodrama sebatas teknik mengajar atau drama yang sudah tersusun, ternyata bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dilakukan melalui empat tahapan, skenario hanya berisi sinopsis, pembagian peran dan dialog serta pilihan topik diserahkan sepenuhnya kepada anggota kelompok.
Terkait dengan fakta dari hasil uji coba teknik sosiodrama ini merupakan kehandalan teknik dalam bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama untuk meningkatkan motivasi berprestasi, yaitu studi yang dilakukan (Bieber-Schut, 1991; Garcia, 1993) mengemukakan siswa yang mengikuti drama dalam waktu singkat, belajar untuk memecahkan permasalahan, membuat keputusan-keputusan yang benar, membangun disiplin diri dan mengagumi diri sendiri dan memperoleh keterampilan-keterampilan di dalam pemecahan masalah bersama dalam kelompok, misalnya dengan teliti mengenali dan mempertunjukkan bahasa tubuh dan emosi.
Sejalan dengan penelitian Lori Jevis, Kathryin Odele, Mike Troiano (2002) menunjukkan bahwa dengan teknik bermain peran bagi guru dan siswa meningkatkan minat siswa terhadap topik yang akan dibahas, meningkatkan minat siswa dalam mengintegrasikan pengalaman belajar dengan pemahaman isi materi. Sosiodrama mendorong gagasan pernyataan perwujudan diri, membangun keyakinan memungkinkan semangat mengemukakan gagasan pernyataan kesanggupan untuk belajar dalam wujud dan membantu memberdayakan
pengembangan perilaku-perilaku lebih positif anak muda dalam “berhadapan
(3)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan Boal (dalam Blatner 2006) mengemukakan bukti sosiodrama dapat meningkatkan aktivitas diri untuk suatu kesanggupan belajar dan perilaku positif, dari 24 orang siswa kelas 8 (13 orang laki-laki dan 11 orang perempuan) yang terkenal kelompok siswa mempunyai perilaku beresiko di sekolah, mereka mengikuti sosiodrama satu sesi setiap minggu selama 45 menit. Pada awalnya peserta memperlihatkan perilaku bermasalah seperti kurang motivasi. Permasalahan sosial ganda, dan menunjukkan ketiadaan rasa hormat terhadap staf pengajar dan orang yang harus menjadi panutan. Data penelitian dikumpulkan dari catatan peserta dan pemeriksaan berisi daftar pertanyaan, daftar penelitian pada jurnal-jurnal. Di dalam perbedaan jenis kelamin di amati aktivitas dan keikutsertaan dalam diskusi. Kesimpulan dalam diskusi ini kebanyakan siswa perempuan yang dilibatkan pada dasarnya konsisten, aktif dalam diskusi-diskusi dari permulaan drama, sedangkan peserta laki-laki kebanyakan non-aktif namun komitmen mereka meningkat bahkan diasumsikan mereka memimpin peran-peran meski mengubah pernyataan dalam diri dan kesanggupan untuk mulai belajar secara rutinitas sesuai jadwal. Studi dengan menggungkapkan teknik sosidrama yang ditemukan, ketika diterapkan di dalam kelas, biasa untuk mendorong perilaku positif di dalam aktifitas pekerjaan pengembangan potensi para siswa.
Pengalaman konselor di SMA Negeri 2 Depok melaksanakan teknik sosiodrama terhadap siswa kelas X dan kelas XI walaupun nampak dalam sebagai teknik layanan bimbingan klasikal dan bukan dalam bimbingan kelompok dengan empat langkah kegiatan, hasilnya cukup mengembirakan dengan pernyataan siswa yaitu; menyenanggi kegiatan sosiodrama, menjadi berani dan antusias memainkan perannya ataupun mengemukakan pendapat serta nuansa sosial dalam bekerjasama dengan kelompok lebih hidup, dan lebih mengembangkan daya fantasi untuk memahami kehidupan sosial disekitar kehidupan siswa.
Perubahan ini berlandaska pada penjelasan Moreno 1953 dalam (Adam
Blatner 2009) bahwa “sosiodrama digunakan sebagai metode efektif dalam meningkatkan kesadaran dan membantu dalam mendorong perubahan perilaku
(4)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Walaupun metode sosiodrama merupakan satu upaya membantu konseling dengan merespon perilaku yang mempunyai kebaikan dan meminimkan kelemahan sebagaimana hasil penelitian Lore Jevis, Kathryn Odele, dan Mike Todoiano (2002) menyimpulkan kelebihan metode bermain peran dalam mengajar adalah 1) mendorong siswa dengan perantara waktu merenungi pengetahuan mereka tentang subyek yang diperankan, 2) siswa perlu menggunakan konsep-konsep yang tepat dan argumentasi yang tepat, 3) berpartisipasi dalam membantu dan menanamkan konsep-konsep untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, 4) memberikan kedekatan akademik sebagai diskripsi atau teori, 5) mendorong siswa untuk berempati dengan perasaan dan posisi orang lain.
Penelitian Jariyah (2007) menyatakan pedoman ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu : pedoman LBS yang dibuat dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, mengajak siswa untuk bermain peran sehingga tercipta suasana menyenangkan, menggunakan teknik yang menarik, dan siswa ikut berpartisispasi sehingga tercipta suasana kelas yang hidup, berisi materi-materi bimbingan yang diberikan disekolah dengan mengangkat kehidupan yang nyata, dan sebenarnya belum ada yang mengembangkan, sehingga dapat membantu konselor untuk melaksanakan permainan sosiodrama sebagai teknik untuk memberikan layanan bimbingan sosial. Dilihat dari aspek kemudahan, kualitas pengunaan pedoman layanan bimbingan sosial ini adalah sangat mudah digunakan, mudah dipahami dan sederhana. Dari aspek kemenarikan, pedoman ini memiliki penilaian sangat menarik karena siswa bermain peran sehingga tercipta kondisi yang menyenangkan.
Kemudian hasil penelitian dari aspek keakuratan dalam pendomana ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi karena dapat meningkatkan keterampilan siswa (download, hptt, 12 januari 2014) pengalaman Multharoh (2009) menyatakan kelebihan teknik sosiodrama dalam bermain peran yaitu 1) dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa disamping merupakan pengalaman yang menyenangan yang sulit untuk melupakan; 2) sangat menarik untuk siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias;
(5)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3) membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi; 4) dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dan penghayatan siswa sendiri; 5) dimungkinkan dapat meningkatkan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa setelah siswa mengikuti kegiatan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama merupakan suatu upaya efektif untuk membantu mengubah prilaku dalam meningkatkan motivasi berprestasi siswa: 1) metode yang efektif, menarik, mengasikkan dapat membawa siswa serius, bebas berfikir kreatif dan mengembangkan daya pantasi degan meniru peran sosial orang lain; 2) dengan bermain peran sosial ini lebih mampu menirukan peran sosial dengan mengenali, memahami dan menyadari makna kehidupan sosial masyarakat disekitar; 3) dengan pemahaman dan kesadaran sendiri siswa dapat mengambil keputusan spontan merupakan prilaku yang menunjukkan peningkatan motivasi berprestasi siswa; 4) teknik sosiodrama salah satu teknik bukan saja melatih ketrampilan sosial yang digunakan dalam pelayanan bimbingan kelompok tetapi teknik pembelajaran untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dengan metode konvensional siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas dengan metode konvensional dan misalnya ceramah atau tugas yang monoton; 5) pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama sama dengan metode bimbingan kelompok dengan metode diskusi mengunakan empat tahapan kegiatan; 6) perbedaan berada pada tahap kedua (peralihan) yaitu; setelah dibaca sinopsis topik pembahasan, anggota kelompok di bagi kedalam kelompok kecil (4 orang) untuk mendiskusikan pembagian peran, dialog dan bentuk kegiatan secara spontan, pada tahap proses satu kelompok kecil siswa menampilkan peran (bermain peran
mirip teater) yang lain sebagai penonton (audience) yang berperan sebagai
(6)
VERA PURBA, 2015
EFEKTIFITAS SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
audien secara lisan atau tertulis, kemudian diskusi umum, mengambil kesimpulan berdasarkan responden audien.
5. Katerbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian tentang efektivitas sosiodrama dalam meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa kelas XI SMAK Kalam Kudus Bandung secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
a. Rumusan masalah
Rumusan pada masalah ini hanya menguji efektif teknik sosiodrama untuk meningkatkan motivasi berprestasi siswa
b. Teknik pengumpulan data
1) Alat pengumpulan data berupa kuesioner terkadang tidak menjamin skor yang
didapat menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Dibutuhkan observasi, wawancara, dengan orang tua dan guru untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
2) Penggunaan skala pada instrument menggunakan modifikasi skala likert
dengan empat skala.
c. Metode penelitian pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan memilih