Farmakologi Sistem Imun



Handout Materi Kuliah

Farmakologi Sistem Imun
Sistem imun yang tersedia
dalam
tubuh
dibangun
sebagai upaya perlindungan
tubuh terhadap rangsangan
atau jejas dari luar, umumnya
berupa agen penyebab infeksi
atau peradangan.
Respon imun ada yang normal, lemah atau terlalu
kuat sehingga dapat menimbulkan suatu penyakit.
ALERGI (HIPERSENSITIFITAS) sebagai contoh, adalah
reaksi tak diinginkan (kerusakan, ketidaknyamanan
dan kadang-kadang fatal) akibat sistem imun
melawan antigen yang memicu reaksi alergi yang
dinamakan alergen.

Respon imun dan reaksi peradangan maupun proses
infeksi sebenarnya sangat kompleks. Cakupan
pembahasan berikut ini membahas beberapa upaya
farmakologis yang sering digunakan terkait dengan
respon imun dalam mengeliminasi dampak
peradangan atau infeksi terhadap tubuh.
IMUNISASI
 Imunisasi adalah memberikan perlindungan
spesifik terhadap patogen-patogen tertentu.
 Imunitas spesifik bisa didapat dari imunisasi aktif
atau pasif dan dapat terjadi secara alamiah atau
buatan.
Imunitas aktif : dihasilkan oleh tubuh setelah
terpapar oleh antigen.
 Imunitas aktif didapat alamiah, ketika paparan
patogen menyebabkan infeksi sub klinik atau
klinik yang mengakibatkan respon imun terhadap
patogen lainnya.
 Imunitas aktif didapat buatan, diperoleh dengan
pemberian patogen hidup atau mati atau

komponen-komponennya.
Vaksin
untuk
imunisasi aktif mengandung organisme hidup,
organisme mati utuh, komponen mikrobial atau
toksin yang disekresikan (telah didetoksifikasi).
Contoh : pemberian imunisasi polio & campak
Imunitas pasif : bisa diperoleh dari transfer serum
atau gamma globulin dari donor ke akseptor.
 Imunitas pasif didapat alamiah, saat IgG
ditransfer dari ibu ke fetus melalui plasenta atau
transfer IgA melalui kolostrum.

Imunitas pasif didapat buatan, saat gamma
globulin dari orang atau binatang diinjeksikan ke
akseptor. Diterapkan pada infeksi akut (difteri,
tetanus, measles, rabies dll), keadaan keracunan
(serangga, reptil, botulisme) dan sebagai
profilaksis (hipogamma globulinemia). Contoh :
pemberian ATS (Anti Tetanus Serum )


Anti Tetanus Serum
 Nama : Tetanus antitoxins.
 Sifat Fisikokimia : Serum yang dibuat dari plasma
kuda yang dikebalkan terhadap toksin tetanus.
Plasma ini dimurnikan dan dipekatkan serta
mengandung fenol 0.25% sebagai pengawet.
 Bentuk Sediaan : Ampul 1 ml (1.500 IU), 2 ml
(10.000 IU). Vial 5 ml (20.000 IU)
 Indikasi : Pencegahan dan pengobatan tetanus.
 Dosis & Cara Pemberian :
o Pencegahan tetanus : 1 dosis profilaktik
(1.500 IU) atau lebih, diberikan secara
intramuskuler secepat mungkin kepada
seseorang yang luka dan terkontaminasi
dengan tanah, debu jalan atau bahan lainnya
yang dapat menyebabkan infeksi Clostridium
tetani.
o Untuk pencegahan tiap ml mengandung :
antitoksin tetanus 1.500 IU, Fenol 0,25% v/v.

o Untuk pengobatan tiap ml mengandung :
antitoksin tetanus 5.000 IU, fenol 0,25%
o Untuk pengobatan : 10.000 IU atau lebih,
secara intramuskuler atau intravena,
tergantung keparahan keadaan penderita.
 Farmakologi
Menetralkan toksin yang dihasilkan oleh
Clostridium tetani dan digunakan untuk
memberikan kekebalan pasif sementara terhadap
tetanus, tetapi imunoglobulin tetanus lebih
disukai
 Stabilitas Penyimpanan : Disimpan pada suhu 2 8°C. Daluarsa 2 tahun
 Efek Samping
o Reaksi anafilaktik: jarang terjadi, tetapi bila
ada timbulnya dapat segera atau dalam
waktu beberapa jam sesudah suntikan.
o Serum sickness: dapat timbul 5 hari setelah
suntikan
berupa
demam,gatal-gatal,

eksantema, sesak napas dan gejala alergi
lainnya
o Sebelum
memberi
suntikan
serum
antitetanus dengan dosis penuh, sebaiknya
dilakukan tes hipersensitifitas subkutan
terutama bagi mereka yang mempunyai
penyakit alergi (asma, dll).

ANTIHISTAMIN
 Obat
yang
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
melalui mekanisme penghambatan bersaing pada
sisi reseptor H1 dan H2

 Antagonis-H1
: untuk pengobatan gejala gejala akibat reaksi alergi.
 Antagonis-H2 : untuk mengurangi sekresi asam
lambung pada pengobatan tukak lambung
Histamin
 Senyawa normal yang ada dalam jaringan tubuh
( sel mast & basofil ). Berperan terhadap berbagai
proses fisiologis penting yaitu mediator kimia
yang dikeluarkan pada fenomena alergi seperti
rhinitis, asma, urtikaria, pruritis dan anafilaksis.
 Penderita yang sensitif terhadap histamin atau
mudah terkena alergi karena jumlah enzim yang
dapat merusak histamin di tubuh (histaminase &
diamino oksidase) lebih rendah dari normal.
Proses : Mediator reaksi hipersensitivitas : antibodi
IgE  terikat pd sel sasaran, yaitu basofil, platelet,
dan sel mast  melepaskan mediator kimia seperti
histamin, eosinofil kemostatik faktor, slow reacting
substance (SRS), serotonin, bradikinin, asetilkolin
Efek Histamin + reseptor H1

 Kontraksi otot polos usus & bronki
 Meningkatkan permeabilitas vaskular
 Meningkatkan sekresi mukus peningkatan cGMP
dl sel.
 Vasodilatasi arteri permeabel terhadap cairan &
plasma protein sembab, pruritik, dermatitis, &
urtikaria.
 Efek ini diblok oleh antagonis-H1
 Contoh antagonis H1 : diphenhydramine,
chlorpheniramine, fexofenadine, loratadine
Efek Histamin + reseptor H2
 Meningkatkan kecepatan kerja jantung
 Meningkatkan sekresi asam lambung penurunan
cGMP dl sel & peningkatan cAMP dl sel
tukak
lambung
 Efek ini diblok oleh antagonis-H2
 Contoh Antagonis H2:
o Simetidin, Ranitidin HCL
o Famotidin, Roksatidin Asetat HCl


KORTIKOSTEROID


Obat-obat golongan kortikosteroid seperti
prednison, dexametason dan hydrocortisone
memiliki potensi efek terapi yang cukup ampuh
dalam pengobatan berbagai penyakit seperti



asma, lupus, rheumatoid arthritis dan berbagai
kasus inflamasi lainnya.
Tapi kortikosteroid juga memiliki berbagai efek
samping, oleh karena itu sebelum menggunakan
kortikosteroid apalagi dalam jangka waktu lama
dan dosis tinggi sebaiknya berhati-hati

Bagaimana Kortikosteroid bekerja?
 Obat golongan kortikosteroid sebenarnya

memiliki efek yang sama dengan hormon
cortisone dan hydrocortisone yang diproduksi
oleh kelenjar adrenal.
 Dengan efek yang sama bahkan berlipat ganda
maka kortikosteroid sanggup mereduksi sistem
imun (kekebalan tubuh) dan inflamasi, makanya
jika orang dengan penyakit-penyakit yang terjadi
karena proses dasar inflamasi seperti rheumatoid
arthritis, gout arthritis (asam urat) dan alergi
gejalanya bisa lebih ringan setelah pemberian
kortikosteroid.
Efek Samping Kortikosteroid
 kortikosteroid dapat beresiko menimbulkan efek
samping yang tidak diharapkan, bahkan beberapa
efek sampingnya dapat menimbulkan masalah
kesehatan yang cukup serius.
 Ketika kita mengetahui efek samping yang
mungkin terjadi dari obat ini, diharapkan kita bisa
mengambil langkah untuk mengontrolnya.
1. Efek samping jangka pendek

 Peningkatan tekanan cairan di mata
(glaukoma)
 Retensi cairan, menyebabkan pembengkakan
di tungkai.
 Peningkatan tekanan darah
 Peningkatan deposit lemak di perut, wajah
dan leher bagian belakang *orangnya jadi
tambah tembem*
2. Efek samping jangka panjang.
 Katarak
 Penurunan kalsium tulang, menyebabkan
osteoporosis, tulang rapuh, mudah patah.
 Menurunkan produksi hormon oleh kelenjar
adrenal
 Menstruasi tidak teratur
 Mudah terinfeksi
 Penyembuhan luka yang lama

Selamat Belajar
Terima kasih telah mendownload materi kuliah ini dari


www.hmkuliah.wordpress.com