biokatalisator budidaya udang galah

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

PENGGUNAAN BIOKATALISATOR PADA BUDIDAYA UDANG GALAH
Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana

Abstrak

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk
mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton
feeder diharapkan dapat mengurangi blooming plankton.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efektifitas penggunaan ikan sebagai biokatalisator
pada kolam pembesaran udang galah, sedang target yang ingin dicapai adalah informasi teknik penggunaan
ikan sebagai biokatalisator pada pembesaran udang galah
Kegiatan ini dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai bulan
Maret hingga Desember 2006. Wadah yang digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah dengan
ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.
Metode yang dilakukan pada kegiatan ini : ikan dipelihara dalam dalam hapa yang diletakkan pada sisisisi kolam sejumlah 3 buah. Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan padat tebar 100 ekor/m2
pada kolam pemeliharaan udang, dan tanpa pemberian pakan karena diharapkan ikan cukup memanfaatkan
plankton yang tumbuh di kolam.
Parameter yang diamati adalah parameter kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2, Alkalinitas,

NH3-N, NO2-N, NO3-N, PO4-P, kelimpahan plankton. Sebagai data pendukung dilakukan sampling satu bulan
sekali untuk mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan bandeng.
Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan ikan sebagai biokatalisator ada kecenderungan untuk
menjaga keseimbangan lingkungan dalam menjaga kestabilan kelimpahan plankton dan beberapa parameter
fisik dan kimia air seperti : pH air, oksigen terlarut, amoniak, nitrit dan nitrat. Sintasan udang mencapai
(68,23-80,16) % dan sintasan bandeng berkisar (31,25-48,75) %.

Masalah teknis yang dihadapi pada awal

PENDAHULUAN

perkembangan

Latar belakang

budidaya

udang

adalah


ketidak

sesuaian konstruksi kolam, tidak cukupnya pasokan
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De
Man ) merupakan komoditas air tawar yang memiliki
nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar
baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor.

perkembangan

yang

guna, sebagai contoh pengolahan tanah dasar tambak
dan teknik pembesaran. Menurut Murjiyo (1998),
permasalahan yang dihadapi pada tahun 1980-an

Usaha budidaya udang galah dewasa ini
mengalami


air, belum terdapatnya teknologi produksi yang tepat

cukup

adalah teknik pembesaran untuk mencapai ukukan
yang ditargetkan dan produksi maksimum, serta untuk

menggembirakan baik perluasan lahan pemeliharaan

mengoptimumkan

maupun berkembangnya sistem polikultur di lahan

meminimumkan tingkat kematian udang selama

tambak . Namun pada kenyataannya keterbatasan

pemeliharaan. Sedang pada akhir-akhir ini kegagalan

jumlah benih dan stok yang tidak kontinyu ternyata


produksi banyak disebabkan oleh timbulnya penyakit

masih

dan penurunan kualitas lingkungan.

menjadi

kendala

utama

pengembangan budidaya udang galah.

dalam

usaha

penggunaan


pakan

dan

Penurunan kualtas lingkungan pada umumnya
disebabkan

oleh

pencemaran

dari

luar

serta

19


Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

pengotoran karena kegiatan budidaya. Pencemaran

baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor. Usaha

dari luar budidaya meliputi antara lain : buangan

budidaya

industri, buangan dari kegiatan pertanian dan buangan

perkembangan yang cukup menggembirakan barik

rumah tangga. Selain itu pengotoran karena kegiatan

berupa

budidaya itu sendiri, yaitu berupa sisa pakan dan


berkembangnya sistem polikultur di lahan tambak.

buangan dari proses metabolisme hewan yang
dibudidayakan.

Apabila

masukan

buangan

ini

berlangsung terus menerus akan memberikan dampak
negatif terhadap lingkungan budidaya, yaitu terjadi
blooming

plankton

yang


pada

akhirnya

akan

menyebabkan kegagalan panen.

udang

galah

perluasan

dewasa

lahan

ini


mengalami

pemeliharaan

maupun

Dalam usaha merebut pasar udang galah
diperlukan adanya kesinambungan produksi, sehingga
diperlukan adanya suplai benih udang galah dalam
jumlah yang mencukupi dan tepat waktu. Namun
kenyataannya keterbatasan jumlah benih dan stok
yang tidak kontinyu ternyata masih menjadi kendala

Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa

utama dalam usaha pengembangan budidaya udang

hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk


galah. Ketidak kontinyuan ini salah satu faktornya

mengatasi terjadinya penurunan

adalah

lingkungan. Salah

satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis
plankton fider diharapkan dapat mengurangi blooming
plankton.

Selain

pemanfaatan

plankton

dengan


penggunaan biokatalisator berupa ikan ini akan
memberikan

dampak

positif

lainnya

yaitu

penambahan pendapatan dan produksi kegiatan
budidaya itu sendiri.

disebabkan

oleh

lingkungan

media

pemeliharaan yang kurang mendukung.
Manajemen lingkungan merupakan salah satu
aspek penting yang berperan sangat besar dalam
keberhasilan

usaha

pembenihan

udang

galah.

Sebagaimana hewan akuatik lainnya, aktivitas hudip
udang

galah

lingkungannya,

sangat
bahkan

dipengaruhi
udang

oleh

galah

faktor

memiliki

kerentanan yang tinggi terhadap kualitas media

Tujuan dan Target

pemeliharaan yang kurang baik (Hadie & Hadie,

Tujuan

1993). Proses ganti kulit (moulting) pada udang galah
Kegiatan

ini

dilakukan

dengan

mengetahui efektifitas penggunaan ikan

tujuan
sebagai

biokatalisator pada kolam pembesaran udang galah.
Target
Target yang ingin dicapai adalah informasi
teknik penggunaan ikan sebagai biokatalisator pada
pembesaran udang galah dan penambahan pendapatan
hasil kegiatan budidaya udang.

yang merupakan kondisi rentan terhadap perubahan
lingkungan dan serangan patogen, juga menjadi dasar
pentingnya manajemen lingkungan pemeliharaan
secara seksama.
Produk Probiotik
Probiotik adalah mikroba yang merupakan bahan
tambahan di peraian (Moriarty, 1998). Umumnya
bakteri probiotik terdiri dari bakteri nitrifiying dan
atau bakteri heterotrofik (Gatesoup, 1999). Bakteri

TINJAUAN PUSTAKA

heterotrofik adalah bakteri yang mengkonsumsi
oksigen untuk mengahsilkan karbodioksida dan

Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii De Man)
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii De

amoniak pada saat proses oksidasi. Sedangkan bakteri
autrofik

nitrtiying

mengkonsumsi

oksigen

dan

Man) merupakan komoditas air tawar yang memiliki

karbondioksida pada saat oksidasi amoniak dengan

nilai ekonomis tinggi serta pangsa pasar yang besar,

produk akhirnya nitrat (Moriarty, 1996)

20

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Menurut Stark dan Wilson (1986) dalam Adang

merupakan makanan bagi zooplankto, sehingga

(1999), probitotik adalah mikroorganisme hidup non

jumlahnya melimpah. Hal ini menyebabkan perairan

phatogen yang diberikan pada hewan untuk perbaikan

tersebut menjadi subur. Zooplankton merupakan

laju pertumbuhan, efesiensi konsumsi ransum dan

pakan alami bagi sebagian besar larva ikan, termasuk

kesehatan hewan. Selanjutnya Fuller (1989) dalam

larva ikan mas. Dengan demikian maka ketersediaan

Gandara (2003) mengatakan bahwa probiotik adalah

pakan alami bagi ikan akan tetap terjaga.

feed additive berupa mikroba hidup menguntungkan

Biokatalisator

yang mempengaruhi induk semang melalui perbaikan
keseimbangan

mikroorganisme

dalam

salyran

Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/
makhluk hidup yang digunakan sebagai penyeimbang

pencernaan.

di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di dalam dunia
Probiotik dapat berupa satu atau beberapa jenis
mikroorganisme (mikroorganisme tunggal atau kultur
campuran). Spesies yang sering digunakan adalah
Lactobacillus sp., Leuconoctoc sp., Pedioccus sp.,
Propinibactereium sp. dan Bacillus sp. Daari spesies
ragi meliputi Saccharomyces cerevissiae dan Candida
pintolopesi, serta jamur meliputi Aspergillus niger dan
Aspegillus oryzae (Fuller, 1992 dalam Gandara 2003).
Peranan

bakteri

probiotik

sebagai

perikanan

dapat berupa bahan bioremedian atau

beberapa jenis ikan yang bersifat pemakan plankton
atau tanaman air lainnya. Beberapa jenis ikan yang
dapat digunakan sebagai biokatalisator diantaranya
adalah tilapia, bandeng atau belanak. Biokatalisator
ini nyata membantu mempertahankan kondisi air
kolam dan menimbulkan green water. Ikan dapat
ditebar dengan kepadatan 5000-1000 ekor/ha

kontrol

biologis pada sistem budi daya (Garriques dan
Arevalo, 1995) adalah:

BAHAN DAN METODE

1.

Menekan pertumbuhan bakteri patogen

Bahan

2.

Mempercepat degradasi bahan organik dan
limbah

3.

Meningkatkan ketersediaan nutrisi esensial

4.

Meningkatkan
aktivitas
mikroorganisme
indigenus yang menguntungkan pada tanaman,
misal Mycorriza, Rhizobium dan bakteri pelarut
pospat.

Bahan yang digunakan pada kegiatan ini hewan
uji ikan bandeng air tawar ukuran 5-8 cm, benih
tokolan udang galah ukuran 10 gram, bahan kimia
untuk analisa kualitas air, pakan udang, pupuk, kapur
dan probiotik.
Peralatan yang digunakan berupa peralatan

5.

Memfiksasi nitrogen

6.

Mengurangi pupuk dan pestisida

perikanan meliputi : waring, lambit, scop net, kawat
saringan dan lain-lain, peralatan analisa air yang teridi

Dengan adanya probiotik maka proses degradasi
bahan organik pada dasar tambak akan lancar,

dari : pipet, erlenmeyer, becker glass, buret, tabung
nessler, botol sampel, serta alat-alat lain dibutuhkan.

sehingga menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi
pertumbuhan
mengalami

plankton.

Bahan

mineralisasi

oleh

organik
jasad

yang

pengurai

Metode
Kegiatan

ini

dilakukan

di

Balai

Besar

(probiotik) akan diubah menjadi bahan anorganik

Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi, mulai

seperti nitrat dan pospat. Bahan organik ini dapat

bulan Maret hingga Desember 2006. Wadah yang

digunakan secara langsung oleh fitoplankon dalam air

digunakan pada kegiatan adalah berupa kolam tanah

untuk

kelangsungan

hidupnya.

Fitoplankton

21

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

dengan ukuran 200 m2. Hewan uji yang digunakan

pada ketiga perlakuan minggu ke 2 mulai naik sampai

adalah ikan bandeng dan benih tokolan udang galah.

250C. Namun kemudian pada minggu ke 3 turun dan

Perlakuan adalah sistem polikultur dengan satu
perlakuan dan kontrol, sedang ulangan digunakan
dengan ulangan waktu. Lama pemeliharaan selama 4
bulan. Pengelolaan kolam dengan pemberian pupuk

stabil sampai pada minggu ke 7, selanjutnya naik
kembali mencapai kisaran 25-26,50C dan pada akhir
percobaan menunjukkan kecenderungan menurun
(Gambar 1).

yang di fermentasi dengan probiotik selama 7 hari,

Fluktuasi Suhu

selanjutnya dimasukan air dan tiga hari kemudian
27

dimasukan ikan.
Udang ditebar di kolam dengan padat tebar 10
ekor/m2. Pemberian pakan untuk udang berupa pellet

S uhu (0C)

26
25

A

24

B

23

C

22

udang, dosis pemberian pakan 3% meningkat, dengan
frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali sehari.

21
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

Sedang untuk ikan dipelihara dalam dalam hapa
yang diletakkan pada sisi-sisi kolam sejumlah 3 buah.

Gambar 1. Fluktuasi Suhu selama kegiatan

Ikan ditanam dalam hapa ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan
padat tebar 100 ekor/m2. Pemberian pakan untuk tidak

Hasil pengukuran suhu menunjukkan bahwa

dilalukan untuk ikan, karena diharapkan ikan cukup

suhu antar kolam uji tidak menunjukkan perbedaan,

memanfaatkan plankton yang tumbuh di kolam.

yaitu pada kontrol berkisar antara 23,0-26,70C, pada

Parameter

yang

diamati

adalah

parameter

kualitas air yang meliputi : suhu, pH, DO, CO2,
Alkalinitas,

NH3-N,

NO2-N,

kelimpahan

plankton.

Sebagai

dilakukan

sampling

satu

NO3-N,
data

bulan

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik
EM4 berkisar 21,0-26,20C dan pada

PO4-P,

Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

pendukung

probiotik MBPI berkisar 22,0-26,50C. Nilai kisaran

sekali

untuk

suhu dari hasil pengamatan ini masih memenuhi

mengetahui pertumbuhan hewan uji yaitu udang dan

kisaran yang layak untuk pertumbuhan ikan, namun

bandeng.

belum optimal. Menurut Effendi, H (2003) kisaran
optimal untuk menunjang pertumbuhan ikan berkisar

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari kegiatan pemanfaatan biokatalisator
berupa ikan bandeng pada pemeliharaan udang galah
terhadap kondisi kualitas air kolam, di peroleh hasil
sebagai berikut :
Pengamatan Kualitas Air
Pengukuran Suhu Air

25-30 0C.
Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan
pemberian probiotik EM4 maupun MBPI tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap suhu
Pengukuran pH Air
Nilai pH (derajat keasaman) selama kegiatan
berlangsung menunjukkan bahwa nilai pH pada kolam
perlakuan (B & C) relatif stabil berkisar 6-8, sedang

Dari hasil pengukuran suhu selama uji coba

pada kolam kontrol (A) menunjukkan fluktuasi yang

tersebut menunjukkan bahwa pada minggu 1 suhu

cenderung lebar yaitu berkisar antara 6 sampai 9.

cenderung rendah rata-rata 230C, ini terjadi terjadi

22

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Hasil pengukuran pH disajikan pada Gambar 2

konsentrasi tertinggi mencapai 8,24 mg/l dan pada
kolam perlakuan ikan bandeng dan MBPI 5,89 mg/l.
Perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik

Fluktuasi pH

EM4 memberikan pengaruh lebih baik dari perlakuan
10

biokatalisator ikan bandeng dan MBP-I. Hasil

N ila i pH

8
A

6

Fluktusi Oksigen

B
4
C
2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

berikut:

K o n s e n tr a s i (m g /l)

6.000

0

5.000
4.000

A

3.000

B

2.000

C

1.000
0.000

Gambar 2. Fluktuasi pH selama Kegiatan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

Minggu ke

Penggunaan biokatalisator ikan bandeng dan
probiotik EM4 serta MBPI tidak memberikan

pengukuran oksigen terlarut disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Fluktuasi O2 terlarut selama Kegiatan

perbedaan terhadap nilai pH. Hal ini terlihat bahwa
nilai pH antar kolam uji dan kontrol menunjukkan
pola yang sama dan berada pada kisaran yang layak

Pengukuran Amoniak (NH3-N)
Hasil pengukuran kandungan ammonia (Gambar

untuk kehidupan ikan. Boyd (1982) menyatakan
menunjang

4) menunjukkan kisaran konsentrasi yang cukup lebar,

pertumbuhan ikan adalah 6.5-9. Nilai kisaran pH pada

yaitu pada kolam kontrol berkisar 0,044-2,05 mg/L;

kontrol 6,0-8,6; pada kolam perlakuan biokatalisator

0,015-2,24

ikan bandeng dan EM4 berkisar 6,0-7,99; sedang pada

biokatalisator dan probiotik EM4; dan 0,03-2,04 mg/l

kolam perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan

untuk kolam perlakuan biokatalisator dan probiotik

MBPI berkisar 6,0-8,52.

MBPI. Dari ketiga data ini dapat dilihat bahwa kolam

bahwa

kisaran

pH

yang

dapat

Pengukuran Oksigen Terlarut (DO2) Air

perlakuan

mg/L

untuk

biokatalisator

kolam

dan

perlakuan

probiotik

MBPI,

kandungan ammonia cenderung lebih rendah daripada
Hasil pengukuran kandungan oksigen terlarut

kolam kontrol maupun kolamperlakuan biokatalisator

menunjukkan bahwa pada kolam kontrol konsentrasi

dan MBPI. Namun secara keseluruhan, konsentrasi

oksigen terlarut berkisar 1,24-4,84 mg/L; kolam

maksimum pada ketiga kolam relatif tinggi dan telah

perlakuan biokatalisator ikan bandeng dan EM4 (B)

melebihi kisaran yang disarankan untuk pemeliharaan

berkisar 0,85-8,24 mg/L; sedang kolam perlakuan

ikan yaitu < 1 mg/l (Pescod, 1973).

biokatalisator ikan bandeng dan MBPI berkisar 1,23Fluktuasi Ammonia

5,89 mg/L. Nilai kisaran pada ketiga kolam uji masih

Namun demikian terlihat bahwa kolam perlakuan
dengan biokatalisator ikan bandeng dan probiotik
EM4 maupun MBPI (C) memberikan pengaruh yang
baik pada peningkatan kadar oksigen terlarut, yaitu

Konsentrasi (mg/L)

2.500

dalam batas kelayakan untuk pertumbuhan ikan.

2.000
A

1.500

B
1.000

C

0.500
0.000
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Minggu ke-

pada kolam perlakuan ikan bandeng dan EM4

23

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

perlakuan

Gambar 4. Fluktuasi Amoniak (NH3-N) Terlarut
selama Kegiatan

biokatalisator

+

EM4

(Gambar

6).

Keberadaan nitrat yang tinggi tidak membahayakan

Pengukuran Nitrit (NO2-N)

bagi kehidupan ikan bahkan menunjukkan tingkat

Konsentrasi nitrit pada kolam kontrol, kolam

kesuburan kolam. Dengan demikian, dapat dilihat

perlakuan biokatalisator + EM4, dan kolam perlakuan

bahwa kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

biokatalisator + MBPI berturut-turut adalah 0.022-

MBPI

0.254 mg/l, 0.018-0.382 mg/l dan 0.023-0.178 mg/l.

perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Konsentrasi nitrit maximum yang diperbolehkan
dalam kegiatan budidaya ikan adalah < 0.06 mg/l
(Effendi, H, 2003). Dari hasil tersebut menunjukkan

cenderung

lebih

subur

daripada

kolam

Pengukuran CO2 (karbondioksida)
Konsentrasi

karbondioksida

lebih

tinggi

perlakuan

memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan

dibandingkan kolam kontrol, yaitu 0-39,9 mg/L pada

perlakuan

kolam kontrol; 2,2-55,4 mg/L pada kolam perlakuan

dan

probiotik

EM4

relatif

kolam

bahwa perlakuan biokatalisator dan probiotik MBPI

biokatalisator

biokatalisator

pada

biokatalisator ikan bandeng dan EM4; dan 4,4-52,8

(Gambar 5).

mg/L pada kolam perlakuan biokatalisator dan MBPI.

Konsentrasi (m g/L)

Fluktuasi Nitrit

Hal ini diduga karena ikan bandeng dan probiotik
dapat meningkatkan laju dekomposisi bahan organik

0.400
0.350
0.300
0.250
0.200
0.150
0.100
0.050
0.000

sehingga

dapat

meningkatkan

konsentrasi

A
B
C

karbondioksida sebagai produk akhir. Nilai kisaran
karbondioksida pada ketiga kolam uji masih layak
untuk pertumbuhan ikan. Kandungan karbondioksida

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 11 12

yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah tidak lebih

Minggu ke-

dari 5 mg/l, dan apabila oksigen tinggi ikan masih
Gambar 5. Fluktuasi Nitrit (NO2-N) Terlarut
selama Kegiatan

dapat mentolerir kandungan karbondioksida kurang
dari 60 mg/l (Boyd, 1982).
Pengukuran PO4-N (Phosfat)

Fluktuasi Nitrat

Kandungan

Konsentrasi (mg/L)

1.200

phosfat

pada

perairan

juga

menunjukkan tingkat kesuburan kolam. Kandungan

1.000
0.800

A

0.600

B

0.400

C

phosfat pada kolam perlakuan masih lebih rendah
daripada kolam kontrol. Namun bila dibandingkan

0.200

antara kolam perlakuan biokatalisator + probiotik

0.000
1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Minggu ke-

Pengukuran Nitrat (NO3-N)

EM4 (berkisar 0-7,4mg/L)
biokatalisator

Gambar 6. Fluktuasi Nitrat (NO2-N) Terlarut
selama Kegiatan

+

probiotik

dan kolam perlakuan
MBPI

(0-9

mg/L)

menunjukkan kolam perlakuan biokatalisator +
probiotik MBPI cenderung lebih subur daripada
kolam perlakuan biokatalisator + probiotik EM4.

Konsentrasi nitrat

maksimum pada

kolam

kontrol, yaitu berkisar 0,03-4,2 mg/L. Sedangkan
kandungan nitrat pada kolam perlakuan biokatalisator
+ probiotik MBPI lebih besar daripada kolam

24

Hasil pengukuran kisaran dan rataan kualitas air
selama kegiatan disajikan pada Tabel 1, berikut :

Penggunaan Biokatalisator pada Budidaya Udang Galah
(Murtiati, K. Simbolon, T. Wahyuni, Juyana)

Tabel 1. Nilai Kisaran dan Rataan Kualitas Air
PERLAKUAN
A (Kontrol)

SUHU

pH

O2

CO2

ALKALI

NH3

NO2

NO3

PO4

KEC

(0C)

(-)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/ l)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)

(mg/l)

(cm)

MAX

26.7

8.6

4.84

39.9

81.6

2.05

0.264

4.1

10

30

23

6

1.24

0

37.5

0.044

0.022

0.03

0.04

19

24.10

7.52

3.58

13.18

58.26

0.456

0.099

0.653

2.970

12.43

26.2

7.99

8.24

55.4

96.6

2.24

0.382

1.25

7.4

40

21

6

0.85

2.2

30

0.015

0.018

0.04

0.032

15

24.38

6.81

3.38

20.71

62.15

0.430

0.137

0.504

1.573

24.17

26.5

8.52

5.89

52.8

110.5

2.04

0.178

2.8

9

31

22

6

1.23

4.4

25

0.03

0.023

0.01

0.04

12

24.20

7.23

3.00

19.57

64.00

0.429

0.069

0.500

2.521

21.57

MIN
RATAAN
B (EM-4)

MAX
MIN
RATAAN

C (MBP-I)

MAX
MIN
RATAAN

menghasilkan sintasan udang yang cukup baik
(Tabel 3).
Pertumbuhan Udang
Dari hasil pengukuran pertumbuhan berat dan

Tabel 3. Sintasan Udang Galah

panjang (Tabel 2) udang menunjukkan bahwa,
pertumbuhan

terbaik

terlihat

pada

PERLAKUAN

TEBAR AWAL
(ekor)

PANEN
(ekor)

SINTASAN
(%)

A (Kontrol)

6300

3850

61.11

B (EM-4)

3604

2889

80,16

C (MBP-I)

5936

4050

68,23

perlakuan

biokatalisator + EM-4 yaitu mencapai berat 22,78
gram dan panjang 12,66 cm. Sedang pertumbuhan
paling rendah pada perlakuan kontrol, yang hanya
mencapai berat 11,51 gram dan panjang 9,93 cm

KESIMPULAN
Tabel 2. Hasil Pertumbuhan pada Awa
dan Akhir Kegiatan
AWAL
PERLAKUAN

Dari hasil kegiatan

yang

telah

diuraikan

sebelumnya, kesimpulan yang dapat diambil adalah :

AKHIR

BERAT
(g)

PANJANG
(cm)

BERAT
(g)

PANJANG
(cm)

A (Kontrol)

2.94

6.69

11.51

9.93

menunjukkan kecenderungan positif terhadap

B (EM-4)

2.94

6.69

22.78

12.66

beberapa nilai parameter kualitas air, yaitu pH,

C (MBP-I)

2.94

6.69

15.28

11.38

Sintasan udang
Sintasan udang tertinggi pada perlakuan B
(Biokatalisator+EM-4)

yaitu

mencapai

80,16%,

sedang pada perlakuan C (Biokatalisator+MBP-I)
mencapai 68,16% dan sintasan terendah pada kontrol
yaitu

hanya

mencapai

651,11%.

Perlakuan

pemanfaatan biokatalisator yang dipadukan dengan
probiotik diduga memberikan pengaruh yang baik
terhadap kestabilan media pemeliharaan, sehingga

x

Effektifitas ikan bandeng sebagai biokatalisator

oksigen terlarut, nitrit dan nitrat.
x

Sintasan udang mencapai 68,23-80,16%

x

Sintasan bandeng 31,25-48,75%

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish
Culture. Elsevier sci.Publ Co Amesterdam
Moriarty, D.J.W. 1996. Microbial Biotechnology : a key
Inggradient for sustainable Aaquaculture. Infofish
International.
Wididana,. G.H, K. Riyanto 1986. Tanya Jawab Teknologi
Efektive Microorganisme. Koperasii Karyawan
Departemen Kehutanan, Jakarta.

25

Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (19-26)

Garriques dan Arevalo, 1995. …………………….

Effendi, 2003. ……………..
Gatesoup, 1999. …………………….

Pescod, 1973. ……………
Hadie dan Hadie, 1993. ………………..

Murjiyo, 1998. …………………….
Gandara, 2003. ……..

26