Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Antenatal Care
2.1.1 Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental (Wiknjosastro, 2005). Kunjungan
ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak
ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal
(Saifuddin dkk,. 2006)
2.1.2 Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal merupakan
upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal sesuai
standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium atas
indikasi, serta intervansi dasar dan khusus (Depkes RI, 2004).
2.1.3 Tujuan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), tujuan utama antenatal care adalah
menurunkan/mencegah kesakitan, serta kematian maternal dan perinatal. Adapun
tujuan khususnya adalah:

13

Universitas Sumatera Utara

14

1. Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu dan
perkembangan bayi yang normal.
2. Mengenali secara dini peyimpangan dari normal dan memberikan
penatalaksanaan yang diperlukan.
3. Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, serta logis
untuk menghadapi kelahiran dan kemungkinan adanya komplikasi.
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) dengan melakukan ANC, kehamilan
dan persalinan akan berakhir dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan, dan nifas

tanpa trauma fisik maupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3. Ibu sanggup merawat dan memberikan ASI kepada bayinya.
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti
keluarga berencana setelah kelahiran bayinya.
2.1.4

Fungsi Antenatal Care
Menurut Fitrihanda (2012), fungsi antenatal adalah sebagai berikut :
a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan.
b. Melakukan screning, identifikasi wanita dengan kehamilan risiko tinggi
dan merujuk bila perlu.
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara

15


Perilaku antenatal care penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi
dan si ibu sendiri, sementara faktanya masih banyak ibu-ibu yang menganggap
kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati, mereka merasa tidak perlu
memeriksakan kehamilannya secara rutin ke Bidan atau tenaga kesehatan sehinga
menyebabkan tidak terdeteksinya faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka (Maas, 2004).
2.1.5

Standar Pelayanan Antenatal Care
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, berdasarkan ketentuan Pedoman

Pelayanan Antenatal Terpadu Kemenkes RI (2010) tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang terdiri dari:
1.

Timbang berat badan dan tinggi badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin. Penambahan berat
badan yang kurang dari 9 kilogram selama kehamilan atau kurang dari
kilogram setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan janin.

Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu melakuakn
pemeriksaan. Tinggi badan ibu hamil sangat penting diketahui untuk
menaksir ukuran panggul. Dari ukuran panggul ibu hamil tersebut dapat
diketahui apakah persalinan dapat dilakukan secara normal atau tidak
nantinya. Jika diketahui bahwa tinggi badan ibu dianggap terlalu pendek,
dikhawatirkan memiliki panggul yang sempit sehingga kemungkinan proses
persalinan tidak dapat dilakukan secara normal sehingga ibu hamil dapat

Universitas Sumatera Utara

16

menyiapkan diri secara materi dan mental untuk menghadapi persalinan
seksio sesaria nantinya.
2.

Ukur lingkar lengan atas (LILA)
Pengukuran LiLA hanya dilakukan pada kontak pertama untuk skrining ibu
hamil beresiko kurang energi kronis (KEK). Kurang energi kronis disini
maksudnya ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung

lama (beberapa bulan/tahun) dimana LiLA kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil
dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).

3.

Ukuran tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah e” 140/90 mmHg) pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah dan atau
tungkai bawah; dan atau prouteinuria).

4.

Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan
untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur
kehamilan. Jika tinggi fundus tidak sesuai dengan umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin. Standar pengukuran
menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.


5.

Hitung denyut jantung janin (DJJ)
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir semester I dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120/menit atau DJJ cepat dari
160/menit menunjukkan adanya gawat janin.

Universitas Sumatera Utara

17

6.

Tentukan presentasi janin
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir semester II dan selanjutnya
setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui letak janin. Jika, pada semester III bagian bawah janin bukan
kepala, atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak,
panggul sempit atau masalah lain.


7.

Beri imunisasi Tetanus Toxoid (TT)
Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapat
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil harus diskrining terlebih
dahulu untuk mengetahui status imunisasi TT-nya. Pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil, disesuaikan dengan status imunisasi ibu saat ini.

8.

Beri tablet tambah darah (tablet besi)
Untuk mencegah anemia zat gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapatkan
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan diberikan sejak kontak
pertama.

9.

Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada saat antenatal meliputi:
a.


Pemeriksaan golongan darah;
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk
mengetahui jenis golongan darah ibu melainkan juga untuk diperlukan
apabila terjadi situasi kegawatdaruratan.

Universitas Sumatera Utara

18

b.

Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb);
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali
pada trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau
tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat mempengaruhi
proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.

c.


Pemeriksaan protein dalam urin;
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
keduan dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan
salah satu indikator terjadinya preeklampsia pada ibu hamil.

d.

Pemeriksaan kadar gula darah;
Ibu hamil yang dicurigai menderita Diabetes Melitus harus dilakukan
pemeriksaan gula darah selama kehamilannya minimal sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester
ketiga (terutama pada akhir trimester ketiga).

e.

Pemeriksaan darah Malaria;
Semua ibu hamil di daerah endemis Malaria dilakukan pemeriksaan
darah Malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di

daerah non endemis dilakuakn pemeriksaan darah Malaria apabila ada
indikasi.

Universitas Sumatera Utara

19

f.

Pemerikasaan tes Sifilis;
Pemeriksaan tes Sifilis dilakukan di daerah dengan risiko tinggi dan ibu
hamil yang diduga Sifilis. Pemeriksaan Sifilis sebaiknya dilakukan sedini
mungkin pada kehamilan.

g.

Pemeriksaan HIV;
Pemeriksaan HIV terutama untuk daerah dengan risiko tinggi kasus HIV
dan ibu hamil yang dicurigai menderita HIV. Ibu hamil setelah menjalani
konseling diberi kesempatan untuk menetapkan sendiri keputusannya

untuk menjalani tes HIV.

h.

Pemeriksaan BTA
Pemeriksaan BTA dilakuakn pada ibu hamil yang dicurigai menderita
Tuberkulosis sebagai pencegahan agar infeksi Tuberkulosis tidak
mempengaruhi kesehatan janin.
Selain pemeriksaan tersebut diatas, apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang lainnya di fasilitas rujukan.

10. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal di atas dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelaianan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasuskasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
11. KIE Efektif
KIE efektif dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:

Universitas Sumatera Utara

20

a.

Kesehatan ibu
Setia ibu hamil dianjurkan untuk memeriksakan kehamilannya secara
rutin ke tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat
yang cukup selama kehamilannya (sekitar 9-10 jam per hari) dan tidak
bekerja berat.

b.

Perilaku hidup bersih dan sehat
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selam
kehamilan misalnya mencuci tangan sebelum makan, mandi dua kali
sehari dengan menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan
sebelum tidur serta melakukan olahraga ringan.

c.

Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan prencanaan persalinan
Setiap ibu perlu mendapatkan dukungan dari keluarga terutama suami
dalam kehamilannya. Suami, keluarga atau masyarakat perlu menyiapkan
biaya persalinan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor
darah. Hal ini penting apabila tejadi komplikasi kehamilan, persalinan,
dan nifas agar segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

d.

Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan
menghadapi komplikasi
Setiap ibu hamil diperkenalkan mengenai tanda-tanda bahaya baik selam
akehamilan, persalinan, dan masa nifas misalnya perdarahan pada hamil
muda maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas,
dsb. Mengenai tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera
mencari pertolongan ke tenaga kesehatan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

21

e.

Asupan gizi seimbang
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang
cukup dengan pola gizi seimbang karena hal ini penting untuk proses
tumbuh kembang janin dan derajat kesehatan ibu. misalnya, ibu hamil
disarankan minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah
anemia pada kehamilannya.

f.

Gejala penyakit menular dan tidak menular
Setiap ibu hamil harus tahu mengenai gejala-gejala penyakit mennular
(misalnya penyakit IMS, Tuberkulosis) dan penyakit tidak menular
(misalnya hipertensi) karena dapat mempengaruhi pada kesehatan ibu
dan janinnya.

g.

Penawaran untuk melakukan konseling dan testing HIV di daerah
tertentu (resiko tinggi).
Konseling HIV menjadi salah satu komponen standar dari pelayanan
kesehatan ibu dan anak. Ibu hamil diberikan penjelasan tentang resiko
penularan HIV dari ibu ke janinnya, dan kesempatan utnuk menetapkan
sendiri keputusannya untuk menjalani tes HIV atau tidak. Apabila ibu
hamil tersebut HIV positif maka dicegah agar tidak terjadi penularan
HIV dari ibu ke janin, namun sebaliknya apabila ibu hamil tersebut HIV
negatif maka diberikan bimbingan untuk tetap HIV negatif selama
kehamilannya, menyusui dan seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

22

h.

Inisiasi Menyusi Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya
segera setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh
yang penting untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai
bayi berusia 6 bulan.

i.

KB paska persalinan
Ibu hamil diberikan pengarahan tentang pentingnya ikut KB setelah
persalinan untuk menjarangkan kehamilan agar ibu punya waktu
merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga.

j.

Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
untuk mencegah bayi mengalami tetanus neonatorum.

k.

Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain booster)
Untuk dapat meningkatkan ontelegensia bayi yang akan dilahirkan, ibu
hamil dianjurkan untuk memberikan stimulasi auditori dan pemenuhan
nutrisi pengungkit otak (brain booster) secara bersamaan ada periode
kehamilan.

2.1.6

Kunjungan Pelayanan Antenatal Care
Dewi dan Sunarsih (2011) menjabarkan tentang 4 kali kunjungan dalam

pelayanan Antenatal sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

23

a.

Kunjungan Pertama (K1)
Kunjungan pertama (K1) adalah kunjungan dilakukan sedini mungkin
pada kehamilan trimester pertama yaitu sebelum minggu ke-14 dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Mendeteksi masalah yang dapat ditangani sebelum membahayakan
jiwa;
2. Mencegah masalah, misal: tetanus neonatal, anemia, kebiasaan
tradisional yang berbahaya;
3. Perencanaan persalinan;
4. Membangun saling percaya;
5. Memulai persiapan kelahiran dan kesiapan menghadapi komplikasi;
6. Mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan, olahraga, istirahat,
seks, dan sebagainya).
Standar pelayanan dalam kunjungan pertama meliputi pemeriksaan
keadaan umum, suhu tubuh, tekanan darah, berat badan, lingkar lengan atas,
skrining imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet Fe, pemeriksaan Hb,
pemeriksaan golongan darah, pemeriksaan laboratorium lainnya atas indikasi
serta KIE Efektif (Kemenkes RI, 2014).

b.

Kunjungan Kedua (K2)
Kunjungan kedua (K2) adalah kunjungan yang dilakukan pada usia
kehamilan antara minggu ke 14-28. Tujuan kunjungan ini sama seperti
kunjungan pertama, ditambah dengan kewaspadaan khusus mengenai

Universitas Sumatera Utara

24

hipertensi kehamilan dengan mendeteksi gejala preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, dan proteinuria.
Standar pelayanan meliputi pemeriksaan keadaan umum, suhu tubuh,
tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, presentasi janin, denyut
jantung janin, imunisasi Tetanus Toxoid, peberian tablet Fe serta pantauan
tekanan darah untuk pengkajian adanya edema dan periksa urine untuk
protein (Kemenkes RI, 2010).
c.

Kunjungan Ketiga (K3)
Kunjungan ketiga (K3) adalah kunjungan minimal 3 kali pada sekitar
minggu ke 28-36 dengan tujuan sama seperti pada kunjungan kedua yang
ditambah dengan deteksi kejadian kehamilan ganda.
Standar pelayanan meliputi pemeriksaan keadaan umum, suhu tubuh,
tekanan darah, berat badan, tinggi fundus uteri, presentasi janin, denyut
jantung janin, pemberian tablet Fe serta KIE Efektif (Kemenkes RI, 2010).

d.

Kunjungan Keempat (K4)
Kunjungan keempat adalah minimal dilakukan 4 kali kunjungan pada
usia kehamilan antara minggu ke 36-38. Tujuan dilakukannya K4 sama
seperti kunjungan ketiga ditambah deteksi dini resiko kelainan letak atau
kondisi yang memerlukan kelahiran di Rumah Sakit.
Standar pelayanan yang yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan
umum, berat badan, tekanan darah, tinggi fundus uteri, presentasi janin,
hitung denyut jantung janin, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium

Universitas Sumatera Utara

25

berupa pemeriksaan kadar Hb kembali serta pelaksanaan KIE Efektif
(Kemenkes RI, 2010).
2.1.7

Cakupan Pelayanan Antenatal Care
Cakupan Pelayanan antenatal care adalah persentase ibu hamil yang telah

mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.
Cakupan pelayanan antenatal (K1) adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh

pelayanan

antenatal

pertama

kali

oleh

tenaga

kesehatan

dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu
satu tahun. Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali
sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu
hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan
(Kemenkes, 2016).
2.1.8

Kebijakan Pelayanan Ante Natal Care

1. Kebijakan Program
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan
AKI dan AKB pada dasarnya mengacu kepada intervensi strategis “Empat Pilar
Safe Motherhood” yaitu meliputi : Keluarga Berencana, Antenatal Care,
Persalinan Bersih dan Aman, dan Pelayanan Obstetri Essensial.

Universitas Sumatera Utara

26

Pendekatan pelayanan obstetri dan neonatal kepada setiap ibu hamil ini
sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS), yang mempunyai 3
(tiga) pesan kunci yaitu :
i. Setiap persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
ii. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
iii. Setiap perempuan dalam usia subur mempunyai akses pencegahan dan
penatalaksanaan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganannya
komplikasi keguguran (Depkes,2001).
Kebijakan program pelayanan antenatal menetapkan frekuensi kunjungan
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan, dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Minimal satu kali pada trimester pertama (K1).
2) Minimal satu kali pada trimester kedua (K2).
3) Minimal dua kali pada trimester ketiga (K3 dan K4)(Depkes, 2009).
2.

Kebijakan teknis
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga

kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu
kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu
dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
1) Mengupayakan kehamilan yang sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
rujukan bila diperlukan.

Universitas Sumatera Utara

27

3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4) Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi komplikasi.
Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini
dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi :
1) Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan P4K dengan stiker dan buku KIA,
dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok
Kelas Ibu Hamil.
2) Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan
kemitraan Bidan dan Dukun.
3) Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah.
4) Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu (Depkes,
2009)
2.2

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perilaku kesehatan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Cukup

banyak

model-model

penggunaan

pelayanan

kesehatan

yang

dikembangkan, seperti model kependudukan, model sumber daya masyarakat,
model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variabel-variabel yang digunakan
dalam masing-masing model. Proses penggunaan atau pemanfaatan sarana
kesehatan oleh masyarakat atau konsumen, dijelaskan oleh Anderson (1974)
dalam Notoadmojo (2012) sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

28

1.

Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan kecendrungan untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam 3 kelompok.
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras,
dan sebagainya.
c. Manfaat-manfaat

kesehatan,

seperti

keyakinan

bahwa

pelayanan

kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit. Berdasarkan
pernyataan diatas Anderson percaya bahwa:
-

Setiap individu atau orang mempunyai perbedaan karakteristik,
mempunyai perbedaan tipe dan frekuensi penyakit, dan mempunyai
perbedaan pola penggunaan pelayanan kesehatan.

-

Setiap individu mempunyai perbedaan struktur sosial, mempunyai
perbedaan gaya hidup, dan akhirnya mempunyai perbedaan pola
penggunaan pelayanan kesehatan.

-

Individu percaya adanya kemajuan dalam penggunaan pelayanan
kesehatan.

2.

Karakteristik Pendukung (Enabling Characteristics)
Karakteristik menunjukkan bahwa kemampuan individu untuk menggunakan

pelayanan kesehatan. Dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku pencarian :

Universitas Sumatera Utara

29

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar
pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, dukungan suami, informasi
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan).
b. Sumber daya masyarakat (suatu pelayanan, lokasi/jarak, transportasi dan
sebagainya).
3.

Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)
Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari
pengobatan akan terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakansebagai
kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus
langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat
predisposisi dan pendukung itu ada. Kebutuhan (need) disini dibagi menjadi 2
kategori, dirasa atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical
diagnosis).

2.3 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
2.3.3 Faktor Pemudah (Predisposing)
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara

30

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam domain
mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun suatu formula
baru dan formulasi-formulasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

31

f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
b. Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan kondisi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah tindakan atau aktivitas, akan tetapi predisposing
tindakan atau perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2012)
Dalam Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 pokok
komponen yaitu:
(a) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek.
(b) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
(c) Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Pengetahuan dan sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek. Secara langsung dapat dilakukan dengan
pertanyaan-pertanyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat respoden.
c. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

Universitas Sumatera Utara

32

Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan
bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek ngatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan
menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek
positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Suparlan (2006), pendidikan dalam arti luas yaitu segala kegiatan
pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan
kehidupan. Pendidikan dalam arti sempit yaitu seluruh kegiatan belajar yang
direncanakan, dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal dalam
sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasarkan pada tuuan yang telah
ditentukan. Wanita yang berpendidikan akan lebih terbuka terhadap ide-ide baru
dan perubahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang proposional karena
manfaat pelayanan kesehatan akan mereka sadari sepenuhnya. Jenjang pendidikan
adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
Pendidikan di Indonesia mengenal tiga jenjang pendidikan, yaitu pendidikan dasar
(SD/MI/Paket A dan SLTP/MTs/Paket B), pendidikan menengah (SMU, SMK),
dan pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Universitas Sumatera Utara

33

Faktor pendidikan memegang peranan sangat penting dalam menghadapi
segala permasalahan yang terjadi, terutama masalah kesehatan ibu tentang
kehamilan. Rendahnya pengetahuan seseorang tentang pendidikan kesehatan akan
mempengaruhi

rendahnya

kunjungan

ibu

hamil

dalam

memeriksakan

kehamilannya.
Menurut Notoadmojo (2011), orang dengan pendidikan formal yang tinggi
akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat
pendidikan formal yang rendah, karena akan mampu dan mudah memahami arti
pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan.
d. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu
orang. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru
sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai
anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk
memeriksakan kehamilannya (Wiknjosastro, 2005).
Mempunyai anak lebih dari 4 orang akan meningkatkan risiko terhadap
ibu dan bayinya. Lebih-lebih kalau jarak antara kehamilan kurang 2 tahun, maka
ibu akan lemah akibat dari seringnya hamil, melahirkan dan menyusui. Sehingga
sering mengakibatkan berbagai masalah seperti ibu yang menderita anemia,
kurang gizi, dan bahkan sering terjadi pendarahan setelah melahirkan yang
membahayakan nyawa ibu. Risiko melahirkan bayi cacat dan Berat Badan Lahir

Universitas Sumatera Utara

34

Rendah (BBLR) juga meningkat setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35
tahun.
e. Pekerjaan
Pekerjaan adalah aktivits yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan memiliki
peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Pekerjaan membatasi
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotivasi seseorang
untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah
kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Bagi pekerja wanita mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas
begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan
lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dahulu
mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut urusan
rumah tangganya. Pekerjaan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kunjungan pelayanan antenatal. Ibu yang bekerja mempunyai kesibukan yang
banyak sehingga tidak mempunyai waktu untuk memeriksakan kehamilan. Akan
tetapi, pekerjaan tersebut memberikan akses yang lebih baik terhadap berbagai
informasi termasuk kesehatan (Anoraga, 1998).
f. Pendapatan
Pendapatan atau pengahasilan seseorang tidak dapat diukur sepenuhnya
dari pekerjaannya. Bila dihubungkan dengan pemeriksaan kehamilan. Orang
dengan penghasilan lebih tinggi akan lebih mudah mengerti dan mau untuk
mengkuti program pemeriksaan kehamilan dan selalu peduli tentang kesehatan
anaknya. Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah sulit untuk diberi

Universitas Sumatera Utara

35

informasi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan, pemberian ASI
Eksklusif, karena mereka merasa dan menganggap itu tidak penting.
2.3.4

Faktor Pendukung (Enabling)

a. Dukungan Keluarga/Suami
Faktor pendukung dalam pemanfaatan pemayanan antenatal care selain
dari petugas puskesmas adalah dukungan suami dan keluarga. Dukungan suami
dan keluarga merupakan hal yang tidak dapat diabaikan dalam perilaku ibu
hamil. Contohnya suami/keluarga perlu memberikan penjelasan dan mengajarkan
pada ibu untuk memeriksa kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan.
Menurut Sarwono (2003), dukungan keluarga adalah bantuan yang
bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa
informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh
anggota keluarga yang terdiri dari suami, orangtua, mertua maupun saudara
lainnya.dampak

positif

dari

dukungan

keluarga

adalah

meningkatkan

penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.
b.

Dukungan Petugas Kesehatan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan,

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya

kesehatan.

Tenaga

kesehatan

memiliki

peranan

penting

untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal kepada masyarakat

Universitas Sumatera Utara

36

agar masyarakat mampu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat sehingga akan terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Selain fasilitas yang harus tersedia agar masyarakat dapat memanfaatkan
pelayanan antenatal maka harus di perhatikan juga tenaga kesehatannya atau
sumber daya manusianya (SDM). Kinerja yang dihasilkan oleh seseorang tenaga
kesehatan sangat memengaruhi kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Kinerja yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang di berikannya (Intan, 2012)
2.3.5

Faktor Kebutuhan (Need Factors)
Faktor kebutuhan adalah kondisi individu yang mencakup keluhan sakit.

Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan
pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukungnya ada.
a.

Kondisi Ibu
Menurut Hutahean 2013, selama masa kehamilan seorang ibu hamil

mengalami perubahan yang berbeda-beda setiap bulannya. Kondisi ibu hamil
harus dipahami, agar ibu tahu bagaimana keadaan (keluhan) normal atau tidak.
Keluhan normal yang tidak membahayakan bagi kehamilan seperti perubahan
bentuk tubuh. Keluhan atau keadaan yang membahayakan seperti perdarahan baik
sedikit atau banyak, pembengkaan pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat
rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati keluar cairan ketuban
sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau jarang dalam sehari
semalam dan berat badan tidak bertambah bahkan turun.

Universitas Sumatera Utara

37

2.4

Landasan Teori
Menurut Andersen R (1974) dalam Notoatmodjo 2012, mengembangkan

model sistem kesehatan (Health belief model) yang berupa model kepercayaan
kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi (Predisposing factors), faktor
pemungkin (enabling factors), dan faktor kebutuhan (need factors). Faktor-faktor
tersebut digambarkan sebagai berikut :
1. Faktor predisposisi adalah menggambarkan kecenderungan individu yang
berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan, yaitu pengetahun,
sikap dan kepercayaan terhadap kesehatan. Faktor predisposisi berkaitan
dengan karateristik individu yang mencakup pendidikan, sikap, paritas,
pekerjaan dan pendapatan.
2. Faktor pemungkin adalah menunjukkan kemampuan individu untuk
menggunakan

pelayanan

kesehatan,

yang

mencakup

dukungan

suami/keluarga dan dukungan petugas kesehatan.
3. Faktor kebutuhan adalah kondisi ibu. Hal ini dapat dilihat kondisi ibu
selama kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

38

2.5

Kerangka Konsep
Variabel Independen

Variabel Dependen

Faktor Pemudah
-

Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Pekerjaan
Pendapatan
Paritas

Faktor Pemungkin
-

Pemanfaatan Pelayanan
Antenatal Care

Dukungan suami/
keluarga
Dukungan petugas
kesehatan

Faktor Kebutuhan
-

Kondisi Ibu
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep dalam penelitian ini variabel independennya

terdiri dari faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas, pekerjaan
dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan dukungan
petugas kesehatan) dan faktor kebutuhan (kondisi ibu) dan variabel dependen
(pemanfaatan pelayanan antenatal yaitu jumlah kunjungan ibu hamil minimal 4
kali selama kehamilan sesuai dengan standar minimal kunjungan antenatal care

Universitas Sumatera Utara

39

yakni pada trimester I minimal 1 kali, trimester II minimal 1 kali dan timester III
minimal 2 kali.
2.6 Hipotesis Penelitian
Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah ada pengaruh faktor pemudah (pendidikan, pengetahuan, sikap, paritas,
pekerjaan dan pendapatan), faktor pemungkin (dukungan suami/keluarga dan
dukungan petugas kesehatan) dan faktor kebutuhan (kondisi ibu) terhadap ibu
hamil dalam pemanfaatan pelayanan antenatal care di wilayah kerja Puskesmas
Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

16 87 148

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

3 68 148

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

0 1 22

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

0 0 2

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

0 0 12

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017 Chapter III VI

0 0 56

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

1 1 3

Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Dalam Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Marbau Kecamatan Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2017

0 0 33

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 4 6

Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care (ANC) di Wilayah Kerja Puskesmas Sosopan Kabupaten Padang Lawas Tahun 2012

0 0 6