Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan

LOMBA KARYA TULIS
EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

POLA PELAKSANAAN PEDOMAN PENGHAYATAN
DAN PENGAMALAN PANCASILA MELALUI MEDIA IKLAN DALAM
MEWUJUDKAN MANUSIA PANCASILA

DIUSULKAN OLEH:
DEWI PURNIMA

115030101111068/ 2011

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan

: Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan

dalam Mewujudkan Manusia Pancasila

2. Keterangan Penulis:
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat Rumah/ No. HP

:
:
:
:
:

Dewi Purnima
115030101111068
Administrasi Publik
Brawijaya, Malang
Jl. Letjend S. Parman VI/C5 Malang/

085791011205

3. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Heru Susilo, M.A
b. NIP
: 19591210198601 1 001
c. Alamat Rumah/ No. HP
: Villa Sengkaling Blok L No. 71 Malang
08123265054

Malang, 15 Agustus 2013
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Penulis

(Drs. Heru Susilo, M.A)
NIP. 19591210198601 1 001

(Dewi Purnima)

NIM. 115030101111068

Menyetujui,
Pembantu Dekan III
Fakultas Ilmu Administrasi

(Drs. Heru Susilo, M.A)
NIP. 19591210198601 1 001

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama

: Dewi Purnima

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 4 September 1993
Fakultas


: Ilmu Administrasi

Perguruan Tinggi

: Universitas Brawijaya

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul:
Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila melalui Media Iklan dalam Mewujudkan
Manusia Pancasila
Adalah benar-benar hasil karya sendiri dan bukan merupakan plagiat atau
saduran dari karya tulis orang lain serta belum pernah dikompetisikan
dan/ atau dipublikasikan dalam bentuk apapun.
Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar maka saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh panitia Lomba Karya Tulis
Empat

Pilar


Kehidupan

Berbangsa

dan

Bernegara

Majelis

Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia berupa diskualifikasi dari
kompetisi.
Demikian surat ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
dipergunakan bila mana diperlukan.

Malang, 15 Agustus 2013

Dewi Purnima
NIM. 115030101111068


iii

RINGKASAN
Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila melalui Media Iklan dalam Mewujudkan
Manusia Pancasila
Disusun oleh: Dewi Purnima
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Indonesia, serta sumber kejiwaan masyarakat dan negara Indonesia,
sehingga diperlukan penghayatan dan pengamalan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun banyak kenyataan di
lapangan yang menggambarkan kemerosotan dari penghayatan dan
pengamalan Pancasila. Sehingga diperlukan upaya untuk memperbaiki
penghayatan dan pengamalan Pancasila, salah satunya melalui media
iklan. Karya tulis ini bertujuan menggambarkan pola pelaksanaan
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila dan memberikan
gagasan mengenai penguatan pola pelaksanaan pedoman penghayatan
dan pengamalan Pancasila melalui media iklan dalam mewujudkan
manusia Pancasila.
Karya tulis ini menggunakan beberapa tinjauan pustaka, yaitu

manusia Pancasila, pengamalan Pancasila, pola pelaksanaan pedoman
penghayatan dan pengamalan Pancasila yang telah dilaksanakan oleh
pemerintah, teori komunikasi massa sebagai agen sosialisasi, teori media
massa, dan teori mengenai iklan media massa.
Metode penulisan pada karya tulis ini, menggunakan sumber data
sekunder yang diperoleh dari literatur pustaka. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi yang mengambil
data. Analisis data pada penulisan ini menggunakan teknik analisis model
Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Melihat pada kesimpulan mengenai gambaran umum pola
pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila di
Indonesia, dapat diketahui bahwa terjadi kemerosotan dalam moral
manusia Pancasila karena tidak sesuai dengan penghayatan dan
pengamalan Pancasila. Mengacu pada berbagai permasalahan yang ada,
penulis memberikan suatu gagasan sebagai rekomendasi mengenai
penguatan pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila dengan menggunakan iklan pada berbagai media massa. Output
dari adanya pola ini adalah menghasilkan suatu iklan yang dapat
menimbulkan pemahaman mengenai penghayatan dan pengamalan

Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menumbuhkan
motivasi dalam berperilaku sesuai dengan moral manusia Pancasila.
Kata Kunci: Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, Media Iklan, Manusia

Pancasila
iv

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ini tepat pada waktunya. Karya tulis ini dibuat untuk mengikuti Lomba
Karya Tulis Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang
diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia.
Karya tulis ini berjudul “Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan dalam Mewujudkan
Manusia Pancasila.” Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan gagasan
dalam memperkuat sistem sosialisasi dalam menghayati dan
mengamalkan Pancasila melalui jalur iklan pada media massa.
Sejak awal sampai dengan akhir penulisan ini, tidak sedikit bantuan

yang penulis terima dan karenanya dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak Drs. Heru Susilo, M.A selaku
dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan pada
kelompok penulis, sehingga karya penulis lebih terarah.
Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi perbaikan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Penulis harapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi perbaikan penulisan selanjutnya.
Malang, Agustus 2013
Tim penulis

v

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii
RINGKASAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................ v

DAFTAR ISI .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Perumusan Masalah ............................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................ 3
C. Manfaat Penulisan .............................................................. 3
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Manusia Pancasila .............................................................. 5
B. Pengamalan Pancasila......................................................... 6
C. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila yang Telah Dilaksanakan ...................................... 8
D. Komunikasi Massa sebagai Agen Sosialisasi .......................... 9
E. Media Massa ...................................................................... 11
F. Iklan Media Massa .............................................................. 11
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Sumber Data ...................................................................... 15
B. Pengumpulan Data ............................................................. 15
C. Analisis Data ...................................................................... 15
BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila di Indonesia ..................................... 17
B. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila melalui Media Iklan dalam Mewujudkan Manusia
Pancasila............................................................................ 19
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 24
B. Saran ................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 26
LAMPIRAN ................................................................................... 27

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Media Iklan ................. 12
Tabel 2. Jumlah Kasus Konflik Kekerasan Komunal di Seluruh Propinsi di
Indonesia Tahun 2008 ......................................................... 19

vii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Pembelajaran Sosial Bandura .................................... 10
Gambar 2. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila melalui Media Iklan ........................................... 22

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Perumusan Masalah
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan dasar negara
Indonesia, serta sumber kejiwaan masyarakat dan negara Indonesia
(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila, 1978). Warga negara
Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama
dalam

kehidupan

kemasyarakatan

dan

kenegaraan,

sehingga

pengamalannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia. Selama
ini,

penghayatan

dan

pengamalan

Pancasila

dilakukan

dengan

menghayati, mengamalkan, dan menyebarluaskan kepada seluruh lapisan
masyarakat dengan menggunakan berbagai jalur dan penciptaan suasana
yang menunjang, seperti melalui jalur pendidikan, media massa,
organisasi sosial politik, kebijakan pemerintah, aparatur pemerintah, dan
kepemimpinan.
Namun,

terdapat

menggambarkan

banyak

kemerosotan

kenyataan
dari

di

penghayatan

lapangan
dan

yang

pengamalan

Pancasila. Pengamalan Pancasila oleh kalangan penyelenggara negara
saat ini telah bergeser dari zaman saat negara Indonesia didirikan. Ketika
dulu warga negara Indonesia bersikap sesuai dengan nilai atau etika
Pancasila,

saat

ini

pola

pelaksanaan

pedoman

penghayatan

dan

pengamalan di Indonesia cenderung mengalami kemerosotan. Prinsip
ideal Pancasila saat ini belum sepenuhnya teraplikasikan dalam kenyataan
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi terutama disebabkan oleh
krisis keteladanan dari para penyelenggara negara (Burhani, 2013).
Sehingga

diperlukan

suatu

usaha

yang

sungguh-sungguh

dan

berkelanjutan serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan
pengamalan Pancasila yang memiliki arti nyata bagi warga negara

1

Indonesia dalam hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan
bernegara, sehingga dapat terwujud manusia Pancasila.
Pemerintah

harus

memperbaiki

pola

pelaksanaan

pedoman

penghayatan dan pengamalan Pancasila yang mudah tetapi efektif untuk
meningkatkan kesadaran terhadap pemahaman akan pentingnya Pancasila
dalam

kehidupan

sehari-hari.

Melalui

pola

pelaksanaan

pedoman

penghayatan dan pengamalan Pancasila yang sederhana dan mudah
dimengerti, motivasi warga negara Indonesia dalam menghayati dan
mengamalkan Pancasila, serta berperilaku sesuai moral Pancasila dapat
meningkat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi.
Sosialisasi mengenai penghayatan dan pengamalan Pancasila dapat
dilakukan melalui komunikasi dengan penyediaan sumber informasi
mengenai pengamalan Pancasila. Komunikasi dapat dilakukan baik secara
langsung maupun melalui media atau biasa disebut dengan komunikasi
massa. Sosialisasi melalui media dapat dilakukan melalui media cetak,
media elektronik, dan media online. Menurut Effendy (2003), media massa
dalam cakupan pengertian komunikasi massa adalah surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan film. Melalui kemajuan perkembangan teknologi
komunikasi massa dan media massa saat ini, media bukan sekedar
mengubah atau memperkuat opini, sikap, dan perilaku, melainkan telah
menjadi salah satu agen sosialisasi dalam menciptakan dan membentuk
sikap, nilai, perilaku, dan persepsi mengenai realitas sosial (Winarso,
2005). Sosialisasi mengenai penghayatan dan pengamalan Pancasila dapat
dilakukan melalui komunikasi dalam bentuk iklan.
Iklan sebagai mengkomunikasikan dan mempromosikan sesuatu
kepada target sasaran yang harapannya sasaran dapat mengenal dan
memberikan respon yang tidak langsung terhadap sesuatu yang
diiklankan, yang disampaikan melalui media massa. Sesuai dengan
fungsinya, iklan dapat berperan dalam memasarkan informasi melalui
suatu media kepada masyarakat luas dan mampu memberikan pelajaran

2

kepada masyarakat yang menonton, melihat, dan membaca iklan tersebut
(Liliweri, 1992).
Pembuatan iklan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila
dapat dilakukan untuk mensosialisasi dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya pengamalan Pancasila. Pembuatan iklan
dapat dilakukan mengingat kemajuan teknologi yang menyebabkan
masyarakat sudah terbiasa dan tidak lepas dengan keberadaan media
massa.

Pembuatan

iklan

dapat

menjadi

langkah

awal

dalam

memberdayakan penghayatan dan pengamalan Pancasila secara informal.
Diperlukan

kerjasama

dengan

semua

pihak

untuk

mengatasi

permasalahan. Apabila kerjasama ini dapat terwujud, maka peningkatan
moral sebagai dampak dari penghayatan dan pengamalan Pancasila akan
meningkat.

Berdasarkan

permasalahan

tersebut,

maka

penulis

mengangkat karya tulis yang berjudul “Pola Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan
dalam Mewujudkan Manusia Pancasila.”

B. Tujuan Penulisan
1. Menggambarkan pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila di Indonesia.
2. Menjelaskan penguatan pola pelaksanaan pedoman penghayatan
dan pengamalan pancasila melalui media iklan dalam mewujudkan
manusia Pancasila.

C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Akademis
Sebagai tambahan pengetahuan dan wacana kepada masyarakat
mengenai pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila.

3

2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan kepedulian terhadap pengamalan Pancasila.
b. Memberi sumbangan ide dalam mengatasi permasalahan pola
pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Manusia Pancasila
Pancasila memiliki fungsi sebagai dasar filsafat Negara Kesatuan
Republik Indonesia (philosofische gronslag) yang tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Hal ini mengandung konsekuensi
bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan kehidupan seharihari harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila (Kaelan, 2002). Arti penting
dari Pancasila telah ditunjukkan secara jelas oleh Presiden Repblik
Indonesia pada pidato upacara pembukaan Penataran Calon Penatar
Pegawai Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1978 sebagai sumber
segala gagasan mengenai wujud masyarakat yang dianggap baik, yang
menjamin kesentosaan, dan yang mampu memberikan kesejahteraan lahir
batin bagi Bangsa Indonesia.
Manusia Pancasila merupakan manusia Indonesia yang memahami
makna dan melaksanakan Pancasila sebagai kesadaran moral yang harus
dijalankan. Faktor yang penting bagi manusia untuk menjadi manusia
susila adalah adanya kesadaran moral Pancasila yang dapat direalisasikan
dalam tingkah laku sehari-hari. Kesadaran moral ini, kesadaran untuk
bertingkah laku baik, tidak hanya kalau berhadapan dengan orang lain
saja, tetapi juga berlaku terus tanpa kehadiran orang lain, yang berdasar
pada otoritas kesadaran pribadi dan bukan atas pegaruh dari luar diri
manusia (Anshori. 2009). Sehingga untuk mewujudkan manusia Pancasila
diperlukan pemahaman, penghayatan, dan pengamalan Pancasila dalam
segala segi kehidupan agar pengertian dan kesetiaan terhadap Pancasila
tidak akan luntur.

5

B. Pengamalan Pancasila
Ketetapan MPR nomor II/MPR/1978, yang juga disebut Ekaprasetia
Pancakarsa memberikan petunjuk dan jelas wujud pengamalan kelima Sila
dari Pancasila sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia
menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab. Di dalam kehidupan masyarakat Indonesia
dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk-pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda, sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup di antara
sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Sadar bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi
dengan Tuhan Yang Maha Esa yang dipercayai dan diyakininya, maka
dikembangkanlah sikap saling menghormati kebebasan menjalankan
ibadah sesuai agama dan kepercyaannya dan tidak memaksakan
suatu agama dan kepercayaannya itu kepada orang lain.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dengan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, manusia diakui
dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama
hak dan kewajiban-kewajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama dan kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit, dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap
saling mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepa
salira, serta sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilainilai kemanusiaan, gemar melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan,
dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia
adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai
bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap
hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain.
3. Sila Persatuan Indonesia
Dengan
Sila
Persatuan
Indonesia,
manusia
Indonesia
menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Menempatkan kepentingan Negara dan Bangsa di atas
kepentingan pribadi, berarti bahwa manusia Indonesia sanggup dan
rela berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa apabila

6

diperlukan. Oleh karena sikap rela berkorban untuk kepentingan
Negara dan Bangsa itu dilandasi oleh rasa cinta kepada Tanah Air dan
Bangsanya, maka dikembangkanlah rasa kebanggaan berkebangsaan
dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Persatuan dikembangkan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika,
dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dengan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, manusia Indonesia sebagai
warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Dalam menggunakan hakhaknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan
mengutamakan kepentingan Negara dan kepentingan Masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, maka
pada dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan
kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut
kepentingan bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah.
Keputusan diusahakan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai
mufakat ini diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri
khas bangsa Indonesia. Manusia Indonesia menghormati dan
menjunjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah, karena itu
semua pihak yang bersangkutan harus menerimanya dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab. Di sini
kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi
dan golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan
akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusankeputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan,
mengutamakan persatuan dan kesatuan, demi kepentingan bersama.
Dalam melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan
kepada wakil-wakil yang dipercayainya.
5. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia
Dengan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan
sikap
dan
suasana
kekeluargaan
dan
kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.Demikian pula perlu dipupuk sikap
suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan agar
dapat berdiri sendiri. Dengan sikap yang demikian ia tidak
menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat

7

pemerasaan terhadap orang lain, juga tidak untuk hal-hal yang
bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta perbuatanperbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum. Demikian juga dipupuk sikap suka bekerja keras
dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk
mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Kesemuanya itu
dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
keadilan sosial (Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978).
C. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila yang Telah Dilaksanakan
Menurut Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila Di dalam melaksanakan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila diperlukan usaha terencana dan terarah berdasarkan suatu pola
yang bertujuan agar Pancasila sungguh-sungguh dihayati dan diamalkan
oleh seluruh warga negara, baik dalam kehidupan individu maupun
kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan pola tersebut diharapkan lebih
mengarah pada usaha pembinaan manusia Indonesia agar menjadi
manusia

Pancasila

dan

pembangunan

bangsa

untuk

mewujudkan

masyarakat Pancasila. Hal ini dapat dilakukan dengan menghayati,
mengamalkan, dan menyebarluaskan kepada seluruh lapisan masyarakat
dengan menggunakan berbagai jalur dan penciptaan suasana yang
menunjang, antara lain:
1. Jalur yang digunakan
a. Jalur pendidikan
1) Keluarga
2) Sekolah
3) Lingkungan
b. Jalur media massa
c. Jalur organisasi sosial politik
2. Penciptaan suasana yang menunjang
a. Kebijakan pemerintah dan peraturan perundang-undangan
b. Aparatur negara

8

c. Kepemimpinan dan pemimpin masyarakat

D. Komunikasi Massa sebagai Agen Sosialisasi
Menurut Gerbner (dalam Winarso, 2005), komunikasi massa adalah
produksi dan distribusi secara institusional dan teknologis dari sebagian
besar aliran pesan yang dimiliki bersama secara berkelanjutan dalam
masyarakat-masyarakat

industrial.

Para

ahli

komunikasi

cenderung

membatasi pengertian media massa pada komunikasi dengan penggunaan
media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film
(Effendy, 2003). Menurut Lasswell (dalam Winarso, 2005), komunikasi
massa memiliki berbagai fungsi atau tujuan dalam suatu masyarakat.
Fungsi-fungsi tersebut antara lain adalah pengawasan, penafsiran,
penghubung, penerusan nilai-nilai, hiburan, pengetahuan, pelepasan, dan
kegunaan sosial.
Melalui kemajuan perkembangan teknologi komunikasi massa dan
media massa, media bukan sekedar mengubah atau memperkuat opini,
sikap, dan perilaku, melainkan telah menjadi salah satu agen sosialisasi
dalam menciptakan dan membentuk sikap, nilai, perilaku, dan persepsi
mengenai realitas sosial. Albert Bandura menyajikan teori pembelajaran
sosial yang menjelaskan bahwa perilaku merupakan hasil dari faktor
lingkungan

dan

faktor

kognitif.

Teori

pembelajaran

sosial

mempertimbangkan unsur penguatan dalam berperilaku dan stimulus
merupakan hal yang penting, tetapi juga mempertimbangkan pengaruh
proses berfikir terhadap pembelajaran pada manusia. Teori pembelajaran
sosial relevan dengan komunikasi massa karena banyak perilaku yang
dipelajari melalu permodelan merupakan pengamatan pertama di media
massa. Unsur utama pada teori pembelajaran sosial adalah proses
perhatian, pengingatan, reproduksi motorik, dan motivasi (Winarso,
2005).

9

Langkah pertama dalam proses sosialisasi menurut teori pembelajaran
sosial adalah perhatian terhadap peristiwa yang dapat diamati yang
menimbulkan

stimuli

atau

menarik

perhatian

pengamat

sehingga

kemudian dijadikan sebagai sebuah model. Setelah melalukan proses
perhatian, pengamat akan mempunyai ingatan mengenai gambaran
mengenai keterangan atas peristiwa yang telah diperhatikan sebelumnya
dengan adanya pola tanggapan dalam bentuk simbolis. Setelah adanya
proses perhatian dan ingatan, pengamat biasanya akan melakukan
kembali peristiwa telah diperhatikan dan diingat, yang disebut dengan
reproduksi motorik. Motivasi untuk melakukan hal yang telah dipelajari
merupakan hal yang penting. Motivasi tergantung pada penguata, baik
penguatan eksternal, penguatan karena orang lain, maupun penguatan
dari diri sendiri. Setelah melewati tahapan pembelajaran sosial tersebut,
pengamat akan dapat memberikan penampilan yang sesuai dengan
peristiwa yang dimodelkan. Proses pembelajaran sosial dapat dilihat di
Gambar 1.
Proses Perhatian
Stimuli permodelan
Pembedaan

Valensi afektif

Kompleksitas

Proses
Ingatan
Pengkodean
simbolik
Organisasi
kognitif
Pelatihan
kembali
simbolik
Pelatihan
kembali
motorik

Proses
Reproduksi
Kapabilitas
fisik
Ketersediaan
tanggapan
komponen
Pengamatan
diri terhadap
reproduksi
Umpan balik
yang tepat

Proses
Motivasi
Penguatan
eksternal
Penguatan
karena
orang lain
Penguatan
diri

Prevalensi
PERISTIWA
YANG
DIMODELKAN

Nilai fungsional

PENAMPILAN
YANG
SESUAI

Karakteristik pengamat
 Kapasitas sensori
 Tingkat kegairahan
 Perangkat perseptual
 Penguatan masa lalu

Gambar 1. Teori Pembelajaran Sosial Bandura

Sumber: Bandura (dalam Winarson, 2005).

10

E. Media Massa
Media merupakan sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada masyarakat, sedangkan definisi media massa
adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber
kepada masyarakat dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2003). Berdasarkan
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bila media yang digunakan dalam
penyampaian pesan dari komunikator kepada masyarakat yang berjumlah
besar secara serempak. Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi
dua kategori, yakni media massa cetak dan media massa elektronik. Media
massa yang dapat memenuhi kriteria media massa cetak adalah surat
kabar dan majalah. Sedangkan media massa dalam bentuk elektronik
contohnya adalah radio dan televisi.

F. Iklan Media Massa
Iklan merupakan salah satu sarana untuk mengkomusikasikan dan
mempromosikan sesuatu kepada target sasaran yang harapannya sasaran
dapat mengenal dan memberikan respon yang tidak langsung terhadap
sesuatu yang diiklankan, yang disampaikan bisa melalui media massa.
Seperti yang ditulis oleh Rachmadi (1993), iklan adalah pesan atau
penawaran suatu produk atau jasa yang ditujukan lewat media. Melalui
penyampaian informasi suatu iklan digunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh masyarakat, yang lebih banyak menggunakan kata-kata
persuasif dan biasanya terdapat tagline sebagai kata-kata pokok dengan
tujuan mudah diingat oleh masyarakat. Menurut Kotler (2005) ada
beberapa ciri khusus iklan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penyajian publik (public presentation)
2. Daya serap yang tinggi (pervasinevess)
3. Menunjukkan ekspresi (amplified expressiveness)
4. Tidak melakukan hubungan langsung (impersonality)

11

Fungsi Iklan menurut Bovee (dalan Liliweri, 1992), yaitu iklan
mempunyai fungsi pemasaran, komunikasi, pendidikan, dan ekonomi.
Fungsi pemasaran iklan dimaksudkan untuk memasarkan informasi melalui
suatu media. Iklan memiliki fungsi komunikasi karena melalui iklan suatu
lemabaga atau perusahaan dapat mengkomunikasikan informasi-informasi
kepada masyarakat luas. Iklan memiliki fungsi pendidikan karena iklan
mampu memberikan pelajaran kepada masyarakat yang menonton,
melihat, dan membaca iklan tersebut. Fungsi ekonomi dari iklan adalah
dengan adanya iklan maka mampu memberikan nilai ekonomi kepada
produsen dan konsumen, yang berupa keuntungan dikedua pihak.
Di sisi lain iklan memiliki tujuan. Seperti yang dituliskan oleh Kotler
2005 (dalam Durianto, 2003). Tujuan dari iklan adalah sebagai berikut:
1. Iklan bertujuan untuk memberikan informasi (informative) kepada
khalayak tentang seluk beluk suatu produk.
2. Iklan digunakan untuk membujuk (persuative) yang dilakukan
dalam tahap kompetitif.
3. Iklan bertujuan untuk mengingatkan (riminding) dan menyegarkan
informasi yang pernah diterima masyarakat.
Sedangkan dalam pembuatan iklan harus diperhatikan penyusunan
pesan dalam iklan. Penyusunan pesan dalam iklan tersebut menurut
Kennedy dan Soemanagar (2006) harus memperhatikan bahasa dalam
iklan, efek suara dan visual, teknik membangkitkan motivasi konsumen,
serta penggunaan maskot atau figur ternama.
Setiap media massa yang dapat digunakan untuk beriklan memiliki
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Beberapa keunggulan dan
kelemahan media iklan ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Media Iklan
Media Keunggulan
Kelemahan
Luar

Jangkauan
luas,
frekuensi Tidak selektif, waktu yang
pengulangan paparan tinggi, singkat,
pemilihan
audiens
12

ruang

fleksibelitas geografis, biaya
rendah,
persaingan
rendah,
tepat waktu, liputan pasar baik,
penerimaan
pasar
baik,
identifikasi merek tetap, dan
pengingat sebelum membeli
produk.

terbatas, sulit mengukur jumlah
khalayak, kreativitas terbatas,
kualitas reproduksi buruk, dan
masalah lingkungan.

Surat
kabar

Liputan
pasar
yang
baik,
khalayak berada pada kerangka
mental
yang
tepat
untuk
memproses pesan, ketepatan
waktu, jangkauan khalayak yang
luas,
fleksibilitas,
mampu
menyajikan pesan yang rinci,
tidak terbatas oleh waktu,
tingkat kepercayaan tinggi.

Tidak beraturan, jangka waktu
pendek, harga yang tinggi
untuk pengiklan berkala, mutu
reproduksi rendah, mempersulit
pembelian
bagi
pengiklan
nasional,
komposisi
para
pembaca
bisa
berubah,
penerusan audiens kurang.

Majalah

Menjangkau
khalayak
luas,
selektivitas, pilihan geografis dan
demografis tinggi, kredibilitas
dan gengsi, daya tahan lama,
mutu
reproduksi
tinggi,
menyajikan informasi yang rinci,
penyampaian informasi otoritatif,
potensi
keterlibatan
tinggi,
penerusan pembacaan baik.

Tidak teratur, keanekaragaman
pola sirkulasi oleh pasar,
tenggang waktu pembelian
yang lama, peredaran yang siasia, tidak ada jaminan posisi.

Radio

Mencapai
khalayak
yang
tersegmentasi secara geografis
dan demografis, mencapai calon
pelanggan
pada
tingkat
perorangan akrab, penggunaan
massal,
biaya
ekonomis,
tenggang waktu pendek, dapat
menransfer cerita dari televisi,
mengikuti kepribadian lokal.

Tidak
teratur,
penggunaan

Televisi

hanya

audio, sehingga tidak dapat
menggunakan
visualisasi,
kurang
menarik
perhatian,
paparan sia-sia, fraksionalisasi
khalayak, struktur harga tidak
standar, kesulitan membeli
waktu radio.

Mendemonstrasikan penggunaan Biaya absolut tinggi, kekacauan
produk,
menggabungkan

13

gambar, suara dan gerakan,
merangsang indera, mampu
memberikan kegembiraan, dapat
menggunakan humor, perhatian
tinggi, jangkauan tinggi, efektif
dengan
tenaga
penjualan
perusahaan dan perdagangan,
kemampuan mencapai dampak
yang diinginkan.

tinggi, paparan bergerak kilat,
erosi
penonton
televisi,
fraksionalisasi
penonton,
pemilihan audiens kurang.

audiens
tinggi, Media relatif baru dengan
Internet Pemilihan
kemungkinan interaktif, biaya jumlah pengguna yang rendah
relatif rendah, bersifat visual, di beberapa negara.
perhatian tinggi.

Sumber: Kotler, 2005.

14

BAB III
METODE PENULISAN

A. Sumber Data
Data utama yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder
yang diperoleh dari literatur pustaka berupa buku, hasil penelitian, jurnal,
dan karya tulis ilmiah terdahulu mengenai pola pelaksanaan pedoman
penghayatan dan pengamalan Pancasila.

B. Pengumpulan Data
Pengumpulan

data

dalam

penulisan

ini

menggunakan

teknik

dokumentasi yang mengambil data dari penulisan terdahulu, buku-buku
ilmiah, dan internet yang sesuai dengan masalah yang diangkat dalam
penulisan.

C. Analisis Data
Menganalisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi masalah
yang akan dikaji berdasarkan sumber-sumber data yang relevan dan
memberikan alternatif pemecahan masalah berdasarkan teori-teori dan
berbagai inovasi. Alur kegiatan dalam analisis kualitatif menggunakan
analisis model Miles dan Huberman (dalam Silalahi, 2009) meliputi:
1. Reduksi Data
Merupakan

proses

penyederhanaan,

pemilihan,

membuang

pemusatan
data

yang

perhatian
tidak

perlu,

pada
dan

mengorganisasikan data sehingga kesimpulan akhirnya dapat
ditarik secara efektif dan efisien.
2. Penyajian Data
Merupakan
kemungkinan

informasi
tentang

yang
adanya

tersusun
penarikan

dan

memberikan

kesimpulan

dan

pengambilan tindakan.

15

3. Penarikan Simpulan
Setelah data dikumpulkan, diolah, dan dianalisis-sintesis, maka
dapat ditarik simpulan.

16

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila di Indonesia
Pengamalan Pancasila oleh kalangan penyelenggara negara saat ini
telah bergeser dari zaman saat negara Indonesia didirikan. Ketika dulu
warga negara Indonesia bersikap sesuai dengan nilai atau etika Pancasila,
saat ini pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan di
Indonesia cenderung mengalami kemerosotan. Sejak pengesahan UUD
1945, Pancasila telah diterapkan sebagai falsafah negara, pandangan
hidup, serta dasar kenegaraan. Pengamalan nilai Pancasila tersebut hanya
dapat terlaksana apabila ada ketaatan dari penyelenggara negara dan
warga negara Indonesia. Pusat dari ketaatan pengamalan nilai Pancasila
oleh warga negara pada dasarnya bergantung pada semangat dari
penyelenggara negara dalam mengamalkan nilai Pancasila dalam setiap
kebijakan. Prinsip ideal Pancasila saat ini belum sepenuhnya teraplikasikan
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat terjadi terutama
disebabkan oleh krisis keteladanan dari para penyelenggara negara
(Burhani, 2013).
Contoh

kemerosotan

dapat

ditemui

melalui

pola

pelaksanaan

pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila yang dilakukan dengan
menggunakan berbagai jalur dan penciptaan suasana yang menunjang. Di
dalam melaksanakan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila,
pendidikan memiliki perananan penting, baik pendidikan di sekolah
(formal) maupun luar sekolah (non-formal) yang terlaksana di dalam
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pengamalan Pancasila di
dalam jalur pendidikan cenderung diberikan dengan sepintas selama
beberapa waktu sehingga seseorang tidak dapat menghayati secara
mendalam terhadap Pancasila. Di jalur media massa, dalam menggunakan

17

komunikasi modern sudah tidak terhindarkan munculnya berbagai siaran
yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila. Di jalur organisasi sosial politik pun, partai politik
yang ada cenderung hanya mementingkan kepentingan golongan bukan
kepentingan dari warga negara.
Terkait

dengan

penciptaan

suasana

yang

menunjang

dalam

penghayatan dan pengamalan Pancasila pun, di Indonesia terjadi krisis
baik dari kebijakan pemerintah yang memudahkan para pelanggar,
aparatur pemerintah dan kepemimpinan yang tidak dapat menjadi teladan
yang baik bagi warga negara. Indonesian Corruption Watch (ICW)
mengungkapkan selama tahun 2011, pelaku korupsi banyak yang berlatar
belakang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tersangka berlatar
belakang PNS menempati urutan teratas dengan jumlah 239 orang, diikuti
oleh direktur perusahaan swasta berjumlah 190 orang, dan anggota
DPR/DPRD sejumlah 99 orang (Setagu, 2012).
Penegasan Pancasila sebagai filosofi, ideologi, jiwa, dan pandangan
hidup sudah final. Akan tetapi, dalam tahap pelaksanaan masih banyak
ditemukan pelanggaran-pelanggaran yang bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila. Dari sekitar 400 pengaduan gugatan Undang-Undang (UU)
yang masuk ke Mahkamah Konstitusi (MK), periode Agustus 2003 hingga
Mei 2012, sekitar 27 persen di antaranya dibatalkan. Pembatalan
dilakukan karena sebagian besar UU tersebut melanggar nilai-nilai
Pancasila (Aziz, 2012).
Pelanggaran terhadap kelima sila dalam pedoman penghayatan dan
pengamalan Pancasila pada warga negara Indonesia dapat dilihat salah
satunya melalui berbagai kemerosotan moral yang terjadi pada warga
negara Indonesia. Di tahun 2008, tingkat konflik kekerasan yang jelas
tidak sesuai dengan pengamalan Pancasila tercatat sebanyak 1136 kasus
yang dapat dilihat pada Tabel 2.

18

Tabel 2. Jumlah Kasus Konflik Kekerasan Komunal di Seluruh
Propinsi di Indonesia Tahun 2008

Sumber: Warta Titian Damai, 2009.
B. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila melalui Media Iklan dalam Mewujudkan Manusia
Pancasila
1. Iklan sebagai Media Sosialisasi
Media massa telah menjadi salah satu agen sosialisasi dalam
menciptakan dan membentuk sikap, nilai, perilaku, dan persepsi mengenai
realitas

sosial.

Iklan

merupakan

salah

satu

sarana

untuk

mengkomunikasikan dan mempromosikan sesuatu kepada target sasaran
yang harapannya sasaran dapat mengenal dan memberikan respon yang
tidak langsung terhadap sesuatu yang diiklankan, yang disampaikan bisa
melalui media massa. Sesuai dengan fungsinya, iklan dapat berperan

19

dalam memasarkan informasi melalui suatu media kepada masyarakat
luas dan mampu memberikan pelajaran kepada masyarakat yang
menonton, melihat, dan membaca iklan tersebut.
2. Penguatan

Pola

Pelaksanaan

Pedoman

Penghayatan

dan

Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan
Pembuatan iklan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila
dapat dilakukan untuk mensosialisasi dan memberikan penyuluhan kepada
masyarakat mengenai pentingnya pengamalan Pancasila. Pembuatan iklan
dapat dilakukan mengingat kemajuan teknologi yang menyebabkan
masyarakat sudah terbiasa dan tidak lepas dengan keberadaan media
massa.

Pembuatan

iklan

dapat

menjadi

langkah

awal

dalam

memberdayakan penghayatan dan pengamalan Pancasila secara informal.
Proses pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila melalui media iklan dimulai dari perencanaan yang dilakukan
dengan

mempertemukan

seluruh

stakeholder

yang

terlibat

dalam

perencaan pembuatan iklan untuk menentukan proses pelaksanaan dari
pembentukan iklan. Sosialisasi, publikasi, dan promosi dilakukan kepada
semua stakeholder yang terlibat. Setelah itu dapat dibentuk tim kreatif
yang akan melaksanakan pembuatan iklan. Di dalam pelaksanaan
pembuatan iklan, terlebih dahulu ditentukan media iklan yang akan
digunakan dalam sosialisasi penghayatan dan pengamalan Pancasila,
mulai dari media luar ruang, surat kabar, majalah, radio, televisi, dan
internet.
Setelah ditentukan media yang akan digunakan, dibuat materi iklan.
Materi iklan tidak terlepas dari teori pembelajaran sosial, yang terdiri dari
unsur proses perhatian, pengingat, reproduksi motorik, dan motivasi.
Melalui teori pembelajaran sosial, diharapkan dengan iklan yang dibuat
dapat menyampaikan sosialisasi mengenai penghayatan dan pengamalan
Pancasila secara baik, sehingga masyarakat dapat termotivasi dan
mencontoh pengamalan Pancasila yang benar.
20

Pembentukan iklan dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek,
yaitu bahasa yang digunakan dalam pembuatan iklan, efek audio-visual
untuk menarik masyarakat, pemberian motivasi di dalam iklan, dan
penggunaan maskot. Iklan dapat menampilkan contoh perbuatan yang
sesuai dengan pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, contoh
perbuatan yang tidak sesuai dengan pengamalan Pancasila, ajakan untuk
berperilaku sesuai moral Pancasila, dan larangan dalam berperilaku yang
tidak sesuai dengan moral Pancasila. Setelah iklan dibuat dan disebarkan,
diadakan evaluasi. Evalusasi dapat dilakukan dengan menilai keefektivan
iklan yang dapat dinilai dari sisi tanggapan yang timbul, keinginan
berperilaku dari masyarakat, dampak yang timbul dari iklan, dan informasi
yang diserap.

Output dari pembentukan iklan ini adalah dengan terbentuknya iklan
mengenai pola pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan
Pancasila akan timbul pemahaman mengenai pengamalan Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari sehingga warga negara Indonesia dapat terpacu
dalam bersikap sesuai dengan moral Pancasila sehingga dapat terwujud
manusia Pancasila dalam jangka panjang. Pola pelaksanaan pedoman
penghayatan dan pengamalan Pancasila melalui media iklan dapat dilihat
pada Gambar 2.

21

Input

Proses

Kehidupan warga
negara Indonesia

Kemerosotan
moral Pancasila

Banyaknya iklan
media massa

Mempertemukan seluruh stakeholder
yang telibat untuk perencanaan iklan

Perencanaan

Sosialisasi

Pelaksanaan

Tim kreatif

Outcome

Media cetak dan elektronik

Materi Iklan

Teori pembelajaran sosial

Pembuatan

Bahasa, efek audio visual,
motivasi, penggunaan
maskot

Penilaian keefektivan iklan dan
pengaruhnya terhadap masyarakat

Evaluasi

Output

Media iklan

Timbulnya pemahaman mengenai
penghayatan dan pengamalan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari

Terbentuknya
iklan
Pengamalan
Pancasila

Peningkatan
moral

Terwujudnya
manusia Pancasila

Gambar 2. Pola Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan

Sumber: Hasil olahan penulis, 2013.
3. Penguatan

Pola

Pelaksanaan

Pedoman

Penghayatan

dan

Pengamalan Pancasila melalui Media Iklan
Stakeholder yang terlibat dalam pembuatan iklan pola pelaksanaan
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila, yaitu masyarakat
umum, akademisi, swasta, dan terutama pemerintah. Masyarakat umum
dan akademisi, yaitu masyarakat ilmiah yang meliputi pelajar, mahasiswa,
guru, dosen, dan budayawan sebagai sasaran dalam media iklan. Selain
sebagai sasaran, masyarakat umum dan akademisi dapat menjadi
pelaksana dalam mempelajari iklan untuk selanjutnya dihayati dan
diamalkan pada kehidupan sehari-hari. Swasta terdiri dari pihak yang
berperan sebagai penyedia media iklan, tim kreatif iklan, dan pihak yang

22

membantu penyebaran iklan. Stakeholder yang terakhir yaitu pemerintah
sebagai penentu kebijakan. Pemerintah berperan penting sebagai teladan
dalam segala tahap dalam penghayatan dan pengamalan Pancasila,
termasuk juga yang bertanggungjawab dalam hal pendanaan. Selain itu,
pemerintah dapat menjadi penghubung antara masyarakat umum,
akademisi, dan pihak swasta.

23

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengamalan Pancasila oleh kalangan penyelenggara negara saat ini
telah bergeser dari zaman saat negara Indonesia didirikan sehingga
mengalami

kemerosotan.

Prinsip

ideal

Pancasila

saat

ini

belum

sepenuhnya teraplikasikan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Hal ini
dapat terjadi terutama disebabkan oleh krisis keteladanan dari para
penyelenggara negara. Berbagai permasalahan moral yang menyimpang
dari penghayatan dan pengamalan Pancasila terjadi di setiap lapisan
warga negara Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi akibat kurangnya
keteladanan dari penyelenggara negara dan kurangnya sosialisasi
pemahaman penghayatan dan pengamalan Pancasila.

B. Saran
Berdasarkan rangkaian fenomena diatas, penulis memberikan
gagasan

mengenai

pola

pelaksanaan

pedoman

penghayatan

dan

pengamalan Pancasila melalui media iklan dalam mewujudkan manusia
Pancasila. Media iklan sebagai salah satu bentuk komunikasi dapat
berperan sebaga agen sosialisasi dengan tetap mengacu pada teori
pembelajaran sosial. Pembuatan iklan pedoman penghayatan dan
pengamalan

Pancasila

memberikan

penyuluhan

dapat

dilakukan

kepada

untuk

masyarakat

mensosialisasi

mengenai

dan

pentingnya

pengamalan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk
moral manusia Pancasila. Pembuatan iklan dapat dilakukan mengingat
kemajuan teknologi yang menyebabkan masyarakat sudah terbiasa dan
tidak lepas dengan keberadaan media massa. Proses pola pelaksanaan
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila melalui media iklan
dimulai dari perencanaan yang melibatkan, sosialisasi, publikasi, promosi,

24

pembentukan

tim

kreatif,

perencanaan

media

dan

materi

iklan,

pembuatan iklan, dan proses evaluasi.

25

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anshori, Abdul Ghofur. 2009. Filsafat Hukum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Cangara, Hafied. 2003 Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Durianto, Darmadi, C. Liana. 2003. Inovasi Pasar dengan Iklan Yang
Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. ILMU KOMUNIKASI: Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdyakarya Offset.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kennedy, John E. dan R. Darmawan Soemanagara. 2006. Marketing
Communication. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia Pancakarsa)
Kotler, Philip. 2005. Marketing Management 11th ed, jilid 1. Jakarta:
Indeks.
Liliweri, Alo. 1992. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: PT Citra
Aditya Bakti.
Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Rachmadi, F.. 1993. Public Relation dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Gramedia.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Internet
Aziz, Nasru Alam. 2012. Banyak Pelanggaran terhadap Nilai-nilai Pancasila
(Online),
(http://nasional.kompas.com/read/2012/06/01/00191155/Banyak.
Pelanggaran.terhadap.Nilainilai.Pancasila., diakses pada 14
Agustus 2013).
Ruslan Burhani. 2013. Pengamalan Pancasila Penyelenggara Negara Dinilai
Bergeser
(Online),
(http://www.antaranews.com/berita/377750/pengamalanpancasila-penyelenggara-negara-dinilai-bergeser, diakses pada 14
Agustus 2013).
Data
Korupsi
2011
Versi
ICW
(Online),
Setagu.
2011.
(http://setagu.net/data-korupsi-2011-versi-icw/, diakses pada 14
Agustus 2013).
Warta Titian Damai. 2009. Konflik Kekerasan Komunal di Indonesia Data
dan
Fakta
2008
(Online),
(http://www.titiandamai.or.id/file/buletin/Berita%20Titian%20Da
mai.pdf, diakes pada 14 Agustus 2013).

26

BIODATA PENULIS
Nama Lengkap
: Dewi Purnima
NIM
: 115030101111068
Tempat dan Tanggal Lahir
: Malang, 4 September 1993
Fakultas/Prodi
: Ilmu Administrasi/ Publik
Perguruan Tinggi
: Universitas Brawijaya
Alamat
: Jl. Letjend S. Parman VI C 5 Malang
Nomor Handphone
: 085791011205
Alamat email
: purnima.dewi@yahoo.com
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat
a. Program Before-After (BA) Sertifikasi Guru sebagai Solusi Peningkatan
Kualitas Guru
b. Pemahaman Makna Hari Bersejarah melalui Historic-Day Celebration
(HDC) sebagai Upaya Menumbuhkan Nasionalisme dalam Masyarakat
c. The Role of Stakeholder through Tourism Management to Develop and

Achieve Sustainable Tourism
d. Analisis Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Perkotaan dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi
pada Badan Keswadayaan Masyarakat Kota Malang)
e. Program Pre and Post Sertifikasi Guru sebagai Upaya Peningkatan
Kualitas Guru di Indonesia (Solusi dan Analisis Kebijakan Pemerintah
mengenai Sertifikasi Guru)

27