RANCANG BANGUN SOFTWARE PERSEDIAAN STOCK

RANCANG BANGUN SOFTWARE PERSEDIAAN STOCK BARANG DENGAN
METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY ( EOQ )
( STUDI KASUS CV.NUGRAHA JAYA )
Nama : Risza Febri Yuhananto
NPM :06.2006.1.03999
Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jl.Arief Rahman Hakim 100 – Surabaya 60117
E-mai : riszafebri@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan penekanan cost pengeluaran terhadap kebutuhan akan pemesanan didalam sebuah
perusahaan sangatlah kompleks dimana perusahaan menuntut akan sebuah pencapaian yang sangat
optimal yang berujung akan sebuah keuntungan yang besar bagi perusaahaan.Maka program perangkat
lunak ini dibuat dengan melihat kondisi permasalahan internal perusahaan dibidang masalah pemesanan
agar balance / seimbang antara pemesanan dan pemakaian

yang bermanfaat untuk keuntungan

perusahaan.Metode yang kami gunakan untuk menentukan keseimbangan antara pemesanan dan
pemakaian adalah menggunakan penggabungan antara Visual Basic (IT) dan konsep ekonomi

menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Kata kunci : Software persediaan barang,economic order quantity,single moving average

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan dalam dunia
usaha dewasa ini, baik itu di bidang industri
maupun di bidang perdagangan saling
bersaing untuk merebut pasaran. Begitu juga
dengan CV.Nugraha Jaya yang beralamat di
Jl.Semolowaru Utara I/45 Surabaya.
CV.Nugraha Jaya merupakan perusahaan
yang bergerak dibidang mechanical
electrical dan Supplier yang mana selalu
berusaha semaksimal mungkin untuk
memenuhi permintaan pelanggannya.

Analisis persediaan adalah salah satu
alasannya, bahwa hampir semua jenis
organisasi bisnis memiliki persediaan. Suatu

perusahaan atau organisasi menyimpan
persediaan untuk berbagai alasan penting.
Alasan utama adalah menyimpan barang
jadi untuk memenuhi permintaan pelanggan
atas suatu produk terutama pada usaha ritel.
Biasanya sejumlah persediaan disimpan
untuk mengantisipasi permintaan pelanggan.
Namun, karena permintaan sulit diketahui
dengan pasti, sejumlah persediaan yang
disebut stock disimpan untuk memenuhi

perubahan yang tidak diharapkan dalam
bentuk permintaan yang lebih banyak.
Berdasarkan uraian di atas, bagian
pembelian pada CV. Nugraha Jaya merasa
kesulitan dalam menentukan stok minimum
yang harus dipenuhi. Kapan barang harus
dipesan dan berapa jumlah pesanan
maksimalnya. Sehingga biaya persediaan
dapat ditekan pada tingkat yang minimal

tanpa mengganggu kegiatan usahanya.
Sehubungan dengan hal tersebut,
maka diperlukan sistem persediaan barang
yang dapat membantu manager dalam
penentuan kebijakan dan peningkatkan
kinerja perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana rancang bangun sistem
persediaan
barang
yang
dapat
menentukan jumlah pesanan yang sesuai
dengan kebutuhan.
2.
Bagaimana rancang bangun sistem

persediaan
barang
yang
dapat
menentukan titik pemesanan kembali.
3.
Bagaimana rancang bangun sistem
persediaan barang yang dapat membantu
pihak
manajamen
dalam
perencanaannya,
dengan
melihat
variabel jumlah barang yang tersedia dan
jumlah permintaan.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan sistem ini
adalah sebagai berikut:
1. Rancang bangun sistem persediaan

barang yang dapat menentukan titik
pemesanan kembali.
2. Rancang bangun sistem persediaan
barang untuk menentukan stok minimum
dan jumlah pesanan yang maksimal.
3. Rancang bangun sistem persediaan
barang yang dapat membantu pihak
manajemen
dalam
perencanaan

berikutnya, dengan melihat variabel
sebagai berikut:
a. Jumlah barang yang tersedia.
b. Jumlah permintaan barang.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam sistem ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode
yang

digunakan
untuk
menentukan jumlah pemesanan serta
titik pemesanan kembali adalah model
EOQ (Economic Order Quantity).
2. Penentuan peramalan permintaan barang
menggunakan metode single moving
averages.
3. Perhitungan single moving averages
menggunakan periode empat bulanan.
4. Data yang dipergunakan adalah data
penjualan pada periode 2009.
5. Sistem ini tidak membahas masalah retur
barang dan barang yang kedaluarsa.
6. Sistem persediaan ini meliputi transaksi
pembelian, penjualan, stock barang dan
peramalan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Admin
Memberikan kemudahan bagi admin
dalam melakukan kegiatan pengolahan
data barang, supplier, pembelian,
penjualan dan persediaan.
2. Bagi Manager Pembelian
Memberikan
kemudahan
dan
menghemat waktu dalam membuat
laporan
data
barang,
transaksi
penjualan, pembelian dan persediaan.
Dimana pembuatan laporan sebelumnya
membutuhkan waktu yang lama.

1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1

Interview

Interview juga sering disebut dengan
wawancara atau kuesioner lisan, adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara
(interviewer)
untuk
memperoleh informasi dari terwawancara
(interviewer).Dalam kaitan dengan system
kami melakukan sesi tanya jawab dengan
petugas gudang mengenai alur keluar masuk
barang.
1.6.2

BAB IV :
EVALUASI

Observasi


Observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk
cerdas,terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan
dari
sebuah
fenomena berdasarkan
pengetahuandan
gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk
mendapatkan
informasi-informasi
yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu
penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
Sistemmatika
penulisan
yang
digunakan dalam tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:

BAB I
: PENDAHULUAN
Bab
ini
merupakan
pendahuluan dari karya tulis
tugas akhir yang membahas
mengenai latar belakang,
perumusan masalah, batasan
masalah,
tujuan
dan
sistematika penulisan
BAB II
: LANDASAN TEORI
Berisi landasan teori yang
digunakan
untuk
menyelesaikan tugas akhir
ini. Landasan teori pada bab

ini membahas tentang teori –
teori
yang
mendukung
rancang
bangun
sistem
persediaan barang pada CV.
Nugraha Jaya.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM

BAB V

:

Bab ini berisi tentang proses
bisnis sistem persediaan
barang, analisa sistem dan
perancangan sistem untuk
menyelesaikan permasalahan
yang dibahas dalam tugas
akhir ini.
IMPLEMENTASI DAN
Bab
ini
membahas
implementasi
sistem,
dilanjutkan dengan evaluasi
kinerja
sistem
dengan
membandingkan tujuan yang
hendak dicapai dengan sistem
yang telah diterapkan.
PENUTUP
Bab
ini
menjelaskan
mengenai kesimpulan yang
dapat diambil dari pembuatan
sistem persediaan barang dan
saran–saran
untuk
pengembangan
sistem
persediaan barang dalam
tugas akhir ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
Menurut Kristanto (2003:2), sistem
adalah kumpulan elemen – elemen dan bekerja
sama untuk memproses masukan atau input yang
ditunjukkan kepada sistem tersebut dan
mengolah input tersebut sampai menghasilkan
keluaran atau output yang diinginkan. Adapun
penjelasan tentang elemen – elemen dari sistem
adalah :
a.
Tujuan, sistem dapat berupa
tujuan usaha, kebutuhan pemecahan
masalah, dan lain sebagainya.
b.
Batasan, merupakan batasan –
batasan yang ada dalam mencapai tujuan
dari sistem, yang dapat berupa peraturan –
peraturan, permasalahan yang dibahas
peralatan, persinil dan lain sebagainya.

c.

Penghubung,
penghubung
merupakan media antara satu subsistem
dengan subsistem lain sehingga output
(keluaran) dari subsistem akan dapat
menjadi input (masukan) bagi subsistem
lain.
d.
Input (masukan), merupakan
bagian yang bertugas untuk menerima data
masukan, dimana data dapat berupa asal
masukan, frekuensi pemasukan data dan
jenis pemasukan data.
e.
Proses, merupakan bagian yang
memproses
masukan
data
menjadi
informasi yang sesuai dengan keinginan
penerima.
f.
Output (keluaran) merupakan
keluaran atau tujuan akhir dari sistem yang
dapat berupa laporan, tabel atau grafik.
Sedangkan informasi adalah kumpulan data
yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
bagi pengguna informasi tersebut.
2.2 Analisa Sistem
Menurut Kristanto (2003:5), Analisa
sistem adalah seseorang yang memnunyai
kemampuan untuk menganalisa sebuah sistem
yang meliputi mempelajari masalah yang timbul
dan menentukan kebutuhan pemakai sistem.
Untuk mencapai tujuan dari suatu sistem yang
dibuat, dibutuhkan 3 perangkat atau alat yang
dapat meningkatkan kenirja dari sebuah sistem
sehingga tujuan dari sistem tersebut dapat
dicapai. Tiga perangkat tersebut meliputi :
perangkat keras, perangkat lunak dan perangkat
manusia. Perangkat keras daat berupa komputer,
sedangkan perangkat lunak adalah program.
Sedangkan perangkat manusia dapat berupa
manajer, analisis sistem, programer dan
sebagainya. Dimana ketiga unsur tersebut
bersama–sama membangun sistem yang efisien
untuk mengatasi masalah yang dihadapi pemakai
sistem.
2.3 Konsep Dasar Persediaan
Persediaan
merupakan
simpanan
material yang berupa bahan mentah, barang
dalam proses dan barang jadi. Sedangkan
pengendalian persediaan adalah aktivitas
mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat
yang dikehendaki. Pada produk barang,
pengendalian persediaan ditekankan pada
pengendalian material. Pada produk jasa,
pengendalian diutamakan sedikit pada material

dan banyak pada jasa pasokan karena konsumsi
sering kali bersamaan dengan pengadaan jasa
sehingga tidak memerlukan persediaan.
2.3.1 Peranan Persediaan
Pada
dasarnya
persediaan
mempermudah jalannya operasi perusahaan
yang dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi
barang.
Menurut
Sujadi
Prawirosentono (2000:69), persediaan diadakan
mulai dari bahan baku sampai barang jadi,
antara lain berguna untuk:
1. Mengurangi resiko keterlambatan datangnya
bahan-bahan
yang dibutuhkan
untuk
menunjang proses produksi perusahaan.
2. Mengurangi resiko penerimaan bahan baku
yang dipesan tetapi tidak sesuai dengan
pesanan sehingga harus dikembalikan.
3. Menyimpan bahan/barang yang dihasilkan
secara musiman sehingga dapat digunakan
seandainya bahan/barang itu tidak tersedia
dipasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi produksi
perusahaan,
yang
berarti
menjamin
kelancaran proses produksi.
5. Upaya penggunaan mesin yang optimal,
karena terhindar dari terhentinya operasi
produksi karena ketidakadaan persediaan
(Stock Out).
6. Memberikan pelayanana kepada konsumen
dengan baik, dimana keinginan konsumen
pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan
memberikan jaminan tetap tersediaanya
barang jadi tersebut.
2.3.2 Biaya - Biaya Persediaan
Menurut Softjan Assauri (2004:171),
Persediaan pada dasarnya menimbulkan biaya.
Biaya yang ditimbulkan tersebut dapat berupa
biaya tetap dan biaya variable.
Besarnya
persediaan memperhatikan variable dari biaya –
biaya persediaan. Biaya-biaya yang timbul dari
adanya persediaan ini adalah sebagai berikut:
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian dari suatu barang adalah
harga beli barang perunit, jika barang
tersebut diperoleh dari luar perusahaan /
pihak lain.
Biaya pembelian ditentukan oleh:
a. Banyaknya barang yang dibeli.
b. Harga barang per unit.
2. Biaya Penyimpanan

Biaya persediaan adalah biaya yang
diperlukan dalam penyimpanan persediaan.
Yang termasuk dalam biaya penyimpanan
adalah biaya gudang, asuransi, pajak
kakayaan. Biaya modal, penyusutan dan
keusangan. Biaya penggudangan lebih terkait
langsung dengan besarnya persediaan dari
pada dengan nilai barang yang dibeli. Jenis
biaya-biaya penyimpanan yang lain bisa naik
turun mengikuti nilai persediaan. Selain itu,
barang yang lebih berharga nilainya dapat
membutuhkan tambahan perlindungan dan
penjagaan. Oleh karena itu, biaya gudang dan
biaya-biaya penyimpanan dinyatakan dengan
angka persentase terhadap nilai persediaan.
3. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah semua biaya yang
dikeluarkan untuk memesan barang yang
dibeli dari pihak lain. Biaya pemesanan
termasuk
biaya
pengelolaan
bagian
pembelian, biaya pengiriman pesanan, biaya
administrasi yang berkaitan dengan proses
pemesanan barang.
4.

Biaya Persediaan Pengaman
Biaya persediaan pengamanan adalah biaya
yang berupa persediaan yang disimpan
perusahaan
dalam
usaha
mencegah
kemungkinan kehabisan barang-barang untuk
dijual.
Persediaan
pengaman
tidak
mencukupi, perusahaan menanggung rugi
karena kehilangan kesempatan untuk menjual
dan hilangnya kepercayaan pelanggan.

2.4 Waktu Tunggu (Lead Time)
Dalam pengisian kembali persediaan
terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup
lama antara saat mengadakan pesanan (order)
untuk penggantian / pengisian kembali
persediaan dengan saat penerimaan barangbarang yang dipesan tersebut diterima dan
dimasukkan ke dalam persediaan (stok).
Perbedaan waktu inilah yang dinamakan lead
time (Gaspersz, 2004).
2.5 Titik Pemesanan Kembali
Reorder point adalah saat titik di mana
harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa
sehingga kedatangan atau penerimaan barang
yang dipesan itu adalah tepat pada saat
dibutuhkan. Pemesanan kembali ini perlu
dilakukan oleh perusahaan pada setiap periode

untuk mencegah terjadinya kekurangan barang.
Sehingga aktivitas perusahaan tidak terganggu
( Elwood, 1996 ).
2.6 Metode Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ adalah jumlah unit (kuantitas)
barang yang dapat dibeli dengan biaya minimal.
Tujuan model persediaan ini adalah menentukan
jumlah pesanan yang dapat meminimumkan
biaya penyimpanan dan biaya pemesanan
persediaan. Dengan menggunakan perhitungan
EOQ, maka persediaan yang ada di dalam
gudang tidak terlalu banyak, tapi juga tidak akan
terlalu sedikit. Sehingga aktivitas perusahaan
tidak akan terganggu karenanya. Salah satu
masalah dalam menentukan analisis EOQ adalah
bahwa sulit bagi kita untuk dapat menentukan
titik pemesanan kembali. Ingatlah bahwa titik
pemesanan kembali diperlukan untuk mencegah
terjadinya kehabisan stok (kekurangan) selama
waktu antara melakukan pemesanan dan
penerimaan pesanan tersebut.
Titik pemesanan kembali adalah suatu
tingkat persediaan yang tetap ada dalam stok
yang jumlahnya sama dengan permintaan selama
masa waktu yang dibutuhkan untuk menerima
pesanan (disebut lead time). Ketika permintaan
bersifat
pasti,
persediaan
ini
akan
berkurang/dihabiskan pada tingkat yang
diketahui, sehingga pesanan akan sampai tepat
pada saat tingkat persediaan mencapai titik nol
(Taylor, 2001).
Walaupun tenggang waktu dapat
bersifat konstan, permintaan bersifat tidak pasti,
maka tidak mungkin dapat memprediksi secara
tepat permintaan yang terjadi pada waktu yang
telah ditentukan. Meskipun memiliki titik
pemesanan kembali, kekurangan tetap saja
terjadi.
Sebagai
pencegahan
terhadap
kekurangan ketika permintaan tidak pasti,
perusahaan-perusahaan sering menggunakan
suatu penyangga (buffer) atas sejumlah
persediaan tambahan yang disebut stok
cadangan. Terjadinya kehabisan stok ketika
permintaan tidak pasti diilustrasikan dengan
grafik dalam Gambar 2.1.
Dalam siklus pemesanan yang kedua, kehabisan
stok terjadi karena permintaan melebihi
perkiraan, titik pemesanan kembali selama masa
tenggang waktu. Titik pemesanan kembali

ditentukan sehingga tingkat stok cadangan
diperlakukan sama seperti tingkat persediaan nol
tanpa stok cadangan.
Menjaga adanya stok cadangan tidak
bebas biaya. Biaya pemeliharaan dibebankan
pada stok cadangan tersebut seperti halnya
persediaan biasa. Umumnya diasumsikan bahwa
frekuensi dan jumlah permintaan aktual di atas
tingkat stok cadangan sama dengan frekuensi
dan jumlah permintaan aktual tersebut di bawah
tingkat stok cadangan tersebut. Maka surplus
dan defisit terjadi sepanjang tahun, sehingga
secara rata-rata stok cadangan tersebut tidak
dipakai. Hal ini berarti bahwa untuk menentukan
biaya tahunan atas stok cadangan, hanya perlu
mengalikan biaya pemeliharaan tahunan per unit
dengan tingkat stok cadangan, Ss. Total biaya
pemeliharaan tahunan stok cadangan = CcSs
Walaupun demikian, biaya ini harus
dipertimbangkan terhadap biaya pemeliharaan
karena kehabisan stok. Tujuan dari bentuk
analisis ini adalah untuk menetukan tingkat stok
cadangan yang meminimalisasi jumlah biaya
pemeliharaan dan biaya kehabisan stok.
TC
=
RP + RC / Q + QH / 2
……………………………………………….. 1)
Jumlah pesanan pada setiap pembelian
(Q) yang optimal akan memperoleh total biaya
persediaan (TC) yang minimal. Secara
matematis jumlah pesanan yang optimal (Q*)
dapat dihitung sebagai berikut :

dTC
CR H
=− 2 + =0
dQ
Q 2
atau

CR H
=
Q2 2
2CR
Q2 =
H
2 CR
Q¿ =
H



Persamaan untuk kuantitas pembelian
optimal :
EOQ
=
Q*
= √2 CR / H
………………………………………………
……. 2)
H
=
P 
f
………………………………………………
…….. 3)
B
= RL / N
………………………………………………
……. 4)
Di mana:
Q : jumlah setiap pesanan pada setiap
pembelian (unit).
H : biaya penyimpanan perunit (Rp).
P : harga pembelian (Rp) perunit.
f
: biaya penyimpanan perunit yang
dinyatakan dalam persen
R : permintaan perbulan (unit).
C : biaya pemesanan setiap pesanan (Rp).
dalam persentase.
B : titik pemesanan kembali (unit).
L : waktu tunggu (Lead time).
N : banyaknya periode lead time dalam periode
permintaan
2.7 Metode Single Moving Averages

Salah satu cara untuk
mengubah pengaruh data masa lalu
terhadap nilai tengah sebagai
ramalan adalah dengan menentukan
sejak awal berapa jumlah nilai
observasi masa lalu yang akan
dimasukkan untuk menghitung nilai
tengah. Untuk menggambarkan
prosedur ini digunakan istilah ratarata bergerak (moving average)
karena setiap muncul nilai observasi
baru, nilai rata-rata baru dapat
dihitung. Rata-rata bergerak ini
kemudian menjadi ramalan untuk
periode
mendatang.
Untuk
menentukan ramalan pada periode
yang akan datang memerlukan data
historis selama jangka waktu
tertentu. Misalnya dengan metode 4

bulanan moving average ramalan
bulan ke- 5 baru dapat dihitung
setelah bulan keempat berakhir
demikian seterusnya.
X t + X t −1 + X t −2 +. . ..+ X t −N +

1

N

Ft-1 =
keterangan:
Ft-1 = Ramalan untuk periode ke t + 1
Xt = Data untuk periode ke t
N = Jangka waktu rata – rata bergerak
Perhitungan kesalahan meramal diuraikan
dibawah ini:
1. Error = Data rill – Ramalan
ei = Xi – Fi, dimana Xi adalah data periode
ke i sedangakan Fi adalah ramalan periode
ke t.
2. Mean Absolute Error
Adalah rata – rata absolute dari kesalahan
meramal, tanpa mengiraukan tanda positif
atau negative. Mean Absolute Error =
n
|ei|
(Spyros, 2002).
∑ n
i=1
3. Mean Squared Error
Adalah rata – rata kesalahan meramal
dikuadratkan.
Mean
Squared
Error
2
n
|ei|
∑ n ( Spyros, 2002).
i=1
Perhitungan Manual EOQ
Penghitungan Proses Manual Metode Single
Moving Average dan Economic Order
Quantity
EOQ = Q* = √2 CR / H
H
= P f
B
= RL / N
Di mana:
Q : jumlah setiap pesanan pada setiap
pembelian (unit).
H : biaya penyimpanan perunit (Rp).
P : harga pembelian (Rp) perunit.
f
: biaya penyimpanan perunit yang
dinyatakan dalam persen (Berdasarkan
ketentuan perusahaan)
R : permintaan perbulan (unit).

C : biaya pemesanan setiap pesanan (Rp).
(Berdasarkan ketentuan perusahaan)
dalam persentase.
B : titik pemesanan kembali (unit).
L : waktu tunggu (Lead time).
N : banyaknya periode lead time dalam periode
permintaan

Contoh :
Diketahui :
a) Kode Barang BR0004 (Aluminium
Foil)
b) Biaya Simpan
= 3.700
c) Biaya Pesan
= 200.000
d) Lead Time
=2
e) Permintaan
= 4575

Hitung EOQ & Reorder Point ?
EOQ = Q* = √2 CR / H
= √2 * 4575*200.000 / 3700
= √ 1.830.000.000 / 3700
= √494.594,6
= 703
H
= P f
= 370.000 * 1 %
= 3700
B
= RL / N
= 703 * 2 / 3
= 469
Diagram Berjenjang
Diagram
berjenjang
merupakan alat perancangan sistem
yang dapat menampilkan seluruh
proses yang terdapat pada suatu
aplikasi tertentu dengan jelas dan
terstruktur. Pada rancang bangun
sistem persediaan barang terdiri dari
4 proses utama yaitu proses
penjualan, analisa persediaan barang,
pembelian dan proses pembuatan
laporan. Masing – masing dari proses
utama tersebut dijabarkan kembali

kedalam sub proses. Diagram
berjenjang berikut ini terlihat dengan
jelas masing – masing sub level dari
Data Flow Diagram (DFD). Adapun
penjelasan gambar diagram berjejang
dapat dilihat pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15 Diagram Berjenjang Sistem
Persediaan Barang
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Form Utama
Aplikasi rancang bangun
sistem persediaan barang terdiri dari
6 menu sistem seperti pada Gambar
4.1, dimana menu tersebut terbagi
sebagai berikut:
a. Menu terdiri dari: login, logout dan exit.
b. Master terdiri dari: barang, supplier dan
stock.
c. Transaksi
terdiri
dari:
penjualan,
pembelian, peramalan dan persediaan.
d. Grafik terdiri dari: grafik penjualan dan
pembelian.
e. Laporan
terdiri
dari:
penjualan,
pembelian, peramalan dan persediaan.
Sistem terdiri dari: username dan about.
Form Master Barang
Form master barang merupakan form untuk
melakukan pencatatan data barang dan
melakukan penyimpanan data barang
tersebut. Form master barang yang muncul
pertama kali adalah list data barang yang
dapat dimaintenance.

Form Master Supplier
Form master supplier merupakan form
untuk melakukan pencatatan data supplier
dan melakukan penyimpanan data supplier
tersebut. Form yang muncul pertama kali
adalah list data supplier yang dapat
dimaintenance.
Form Master Stock
Form master stock merupakan form untuk
melakukan pencatatan dan melakukan
penyimpanan data stock tersebut
Form Transaksi Penjualan
Form transaksi penjualan merupakan form
untuk melakukan pencatatan dan
penyimpanan data penjualan. Terdapat detail
penjualan dalam form ini, sehingga manager
dapat melihat laju penjualan
Form Transaksi Pembelian
Form transaksi pembelian merupakan form
untuk melakukan pencatatan data pembelian
dan melakukan penyimpanan data yang
dibeli dari supplier. Terdapat detail
pembelian dalam form ini, yang mana
digunakan untuk melihat laju pembelian
barang kepada supplier
Form Peramalan
Form peramalan merupakan form untuk
melakukan peramalan dan melakukan
penyimpanan hasil ramalan tersebut
Form Economic Order Quantity
Form persediaan barang merupakan form
untuk melakukan perhitungan permintaan
dengan menggunakan metode EOQ
(economic order quantity) dan melakukan
penyimpanan hasil EOQ
Form Grafik Penjualan
Form grafik penjualan merupakan form
untuk melihat perbandingan penjualan
sehingga dapat mengetahui tingkat
penjualan suatu barang
Form grafik pembelian merupakan form
untuk melihat data pembelian kepada

supplier sehingga dapat mengetahui tingkat
pembelian suatu barang
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil
dari rancang bangun sistem persediaan
barang adalah sebagai berikut:

1.

2.
3.

4.

5.

6.

Rancang
bangun
sistem
persediaan barang dapat memberikan
solusi
kepada
manager
untuk
meramalkan jumlah item yang terjual
pada periode tertentu kedepan dengan
menggunakan metode single moving
average.
Rancang
bangun
sistem
persediaan
barang
yang
dapat
menentukan titik pemesanan kembali
Rancang
bangun
sistem
persediaan barang untuk menentukan
stok minimum dan jumlah pesanan yang
maksimal.
Economic order quantity
(EOQ) adalah pemodelan kedua setelah
mendapatkan
nilai
peramalan.
Pemodelan ini dapat mengoptimalisasi
pengadaan persediaan dan mampu
meminimalkan biaya persediaan. Nilai
EOQ dapat diaplikasikan lagi dengan
adanya reorder point. Reorder point ini
mampu memonitor persediaan, dimana
saat pemesanan kembali dilakukan agar
barang yang dipesan datang tepat pada
waktunya.
Bahwasannya
dengan
perhitungan perbandingan antara data
real dan data ramalan menggunakan
peramalan 4 bulanan memunculkan
tingkat akurat yang lebih tinggi
Selisih data real dan hasil
peramalan tingkat akurasi mendekati
hasil maksimal selisih sekitar ≈ 331.
5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan
untuk tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:

1. Sistem yang sudah dibuat perlu
diintegrasikan dengan sistem yang lain
misalnya dengan sistem administrasi dan
gudang.
2. Sebagai pembanding dapat dicoba
dengan metode yang lain seperti metode
winter, metode holt dan metode
permalan yang lainnya. Sebagai
pembanding persediaan dapat digunakan
metode lain, selain metode EOQ
misalnya economic production quantity
(EPQ), material requirement planning
(MRP) ataupun just in time (JIT).
DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Softjan., 2004, Manajemen Produksi
dan Operasi, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakulitas Ekonomi Universitas Indonesia
Elwood,
Buffa,
1996,
Manajemn
Operasi/Produksi Modern, Penerbit Binarupa
Aksara, Jakarta.
Gaspersz, Vincent., 2004, Production Planning
And Inventory Control, Penerbit Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Kristatnto, Adri., 2003, Peracangan Sistem dan
Aplikasinya, Gava Media Yogyakarta.
Prawirosentono, Sujadi., 2000, Manajemen
Produksi dan Operasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Spyros, Makridaris, Steven C. Wheelwright &
Viktor E. Mcgee, 2002, Metode dan Aplikasi
Peramalan, Erlangga, Jakarta
Taylor, Bernard W., 2001, SAINS MANAJEMEN
Pendekatan Matematika untuk Bisnis, Buku 2,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.