pengaruh jenis larutan dan waktu terhada

Pengaruh Jenis Larutan dan Waktu terhadap Pembusukkan
Serat
Makalah
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
oleh
TASYA WIRDATI HAMDI
NPM 15010093

PROGRAM STUDI TEKNIK TEKSTIL
POLITEKNIK STT TEKSTIL BANDUNG
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “Pengaruh Jenis
Larutan dan Waktu terhadap Pembusukkan Serat”, suatu permasalahan yang
dianggap remeh oleh banyak orang ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Makalah ini dibuat dalam rangka memajukan teknologi tekstil pada zaman
modern ini. Serta memperdalam pengetahuan pembaca untuk lebih mengetahui
perkembangan tekstil selama ini khususnya di negara kita yaitu Indonesia. Dalam

proses pembuatan makalah ini tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami
sampaikan :



Daman Huri, SS, M.Pd, selaku dosen mata kuliah “Bahasa Indonesia”
Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak memberikan masukan pada



pembuatan makalah ini
Orang tua saya yang selalu memberikan motivasi

Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,

Bandung, 26 Desember 2015
Penyusun,
Tasya Wirdati Hamdi
1501009


| Page

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1.

Latar Belakang............................................................................... 3

1.2

Rumusan Masalah...........................................................................5

1.3

Tujuan......................................................................................... 5


1.4

Manfaat Penulisan Makalah...............................................................6

BAB II.....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
Kajian Teori.................................................................................. 7

2.2
2.2.1

Pengertian Serat Jute.................................................................7

2.2.2

Penentuan Kualitas Serat Jute......................................................8

2.2.3

Jenis Larutan yang dinilai dapat mempengaruhi kualitas serat...............9


2.2.4

Peningkatan kualitas serat jute....................................................11

2.2.5

Perubahan kualitas saat ada perbedaan jenis larutan jute....................12

2.2.5.1

Kerugian proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional.......12

2.2.5.2

Keuntungan proses pembusukan serat jute dengan cara tradisional....14

BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................15
3.1.


Kesimpulan................................................................................. 15

3.2

Saran......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

| Page

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Selama ini, kita tidak pernah tahu seberapa besar pengaruh jenis larutan
terhadap kualitas serat jute tersebut. Masyarakat pada zaman sekarang hanya
pemakai yang menuruti kemauan produsen. Diperlukan penelitian bagaimana
menciptakan serat jute yang lebih baik dan bermutu guna meningkatkan kualitas
serat jute pada era modern ini. Dalam makalah ini akan dijelaskan apakah larutan
yang biasa dipakai pada saat pembusukan serat jute baik atau ada larutan lain yang

dapat meningkatkan kualitas serat tersebut.
Pembusukan pada serat jute yaitu hanya diambil bagian kulit batangnya
saja, karena bagian dalam batang jute atau penampang melintang kosong sehingga
bagian dalam tidak dapat digunakan. Bagian yang diambil hanyalah kulit terluar
karena kulit bagian dalam tidak mengandung ciri-ciri unsur serat. Bagian kulit
batang bukan berarti serat yang tipis atau mempunyai kualitas rendah, justru kulit
batang jute sangat sulit dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga
membutuhkan waktu lama untuk memisahkan serat tersebut. Selama ini
pemisahan searat jute masih menggunakan tangan manusia atau masih secara
konvensional. Dibutuhkan alat yang dapat mempercepat pemisahan serat tersebut
untuk mennghemat tenaga dan waktu.
Yang kita tahu selama ini larutan yang digunakan untuk pembusukkan
serat jute adalah air ledeng atau H₂O. Kita tidak tahu apakah larutan ini yang
paling baik untuk pembusukkan serat jute atau ada larutan lain yang bisa
mempercepat pembusukkan atau meningkatkan kualitas serat jute. Larutan apakah
yang bagus untuk pembusukkan serat jute? Makalah ini akan membahas secara
detail mengenai pertanyaan ini.

| Page


Di negara penghasil serat jute terbanyak, pemisahan serat jute masih
menggunakan tangan manusia sehingga dibutuhkan waktu yang sangat lama. Kita
perlu mengefektifkan waktu dan mengurangi tenaga sehingga bisa menghasilkan
serat jute yang lebih banyak dari sebelumnya. Yang bisa dilakukan saat ini
mencari tahu bagaimana cara menciptakan alat atau mesin untuk memisahkan
serat jute.
Kita

perlu

mengetahui

bagaimana

mengefektifkan

waktu

dalam


pembusukkan serat jute. Mungkin bisa dilakukan tidak dengan cara memisahkan
dengan tangan tetapi dipisahkan oleh alat yang sampai sekarang masih belum ada.
Atau bisa juga direndam lebih lama agar serat lebih mudah dipisahkan. Akan
tetapi ditakutkan akan mengurangi kekuatan serat tersebut.
Tidak akan menghasilkan kualitas serat jute yang lebih baik jika tidak
diteliti. Selama ini belum diketahui secara detail mengenai serat jute yang baik.
Dan penjelasan cara mengefektifkan tenaga dan waktu untuk menciptakan serat
jute yang berkualitas dengan menghemat tenaga dan waktu.
Mencari jenis larutan yang dinilai paling baik untuk meningkatkan
pembusukan serat jute. Kita dapat mencari tahu apa penyebab pembusukkan
selama ini. Kita bisa langsung menciptakan larutan tersebut. Karena pembusukkan
pada serat jute dilakukan dengan cara di rendam di air, pembusukan akan terjadi
dalam waktu yang sangat lama. Sehingga kita perlu tahu bagaimana cara
mengefektifkan waktu untuk pembusukkan serat jute.
Mencari jenis larutan yang paling baik untuk pembusukkan serat jute.
Dapat dilakukan dengan cara meneliti apakah pembusukkan mengandung larutan
yang berbahaya atau tidak. Jika larutan yang didapat bisa mencemarkan air,
sebaiknya

tidak


digunakan

larutan

tersebut.

Selama

ini

pembusukkan

mengandung jamur. Mungkin bisa dicoba dimasukkan jamur ke dalam larutan
untuk pembusukkan.
Melakukan pembusukan dengan jenis larutan yang bermacam-macam
guna untuk mengetahui mana larutan yang paling baik untuk digunakan. Menurut
| Page

pembahasan diatas pembusukan dapat dilakukan menggunakan jamur. Kita bisa

menggunakan berbagai jenis jamur untuk membusukan serat jute ini. Dengan
berbagai referensi bisa didapatkan jamur yang berkualitas.
Melakukan pembusukan serat jute dengan waktu yang berbeda. Yang kita
ketahui, pembusukan atau perendaman serat jute dilakukan dengan sangat lama.
Tetapi, pembusukkan serat jute yang lebih lama bisa saja mempermudah pada saat
pemisahan serat jute. Maka perlu diketahui apakah waktu mempengaruhi
memudahkan pemisahan serat jute.
Diperlukan mesin yang baik dan berkualitas agar tidak merusak produksi
yang kita buat. Apabila alat tersebut membuat rusak itu percuma. Tujuan
menciptakan alat ini untuk mengekfektifkan waktu dan tenaga agar dapat
menciptakan serat jute dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.
2.
3.
4.

Bagaimana menentukan kualitas serat jute?

Mengapa jenis air dinilai mempengaruhi kualitas serat jute?
Bagaimana meningkatkan kualitas serat jute?
Apakah ada perubahan signifikan saat ada perubahan waktu pada
pembusukkan serat jute?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menjelaskan:
1.
2.
3.
4.

Penentuan kualitas serat jute
Jenis larutan yang dinilai mempengaruhi kualitas serat jute
Peningkatan kualitas serat jute
Perubahan kualitas saat ada perbedaan jenis larutan jute

1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
| Page

1. Bagi Penulis
Dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kualitas serat jute
dengan cara mencari pengaruh waktu dan jenis larutan terhadap pembusukan
dan lebih banyak mengetahui manfaat serat jute. Dan bisa memberi informasi
yang selama ini belum diketahui. Memberi wawasan lebih tentang serat jute.
Bisa memberikan ide dan motivasi untuk menciptakan suatu alat yang belum
pernah ada guna meningkatkan kualitas serat jute.
2. Bagi Pembaca
Mendapat informasi mengenai pengaruh waktu dan jenis larutan terhadap
pembusukkan serat jute. Dan dapat mengetahui apa saja jenis larutan yang
baik untuk pembusukkan serat jute. Bisa juga dengan mengefektifkan waktu.
Dan dapat menciptakan serat jute yang baik. Selain itu, pembaca dapat
memberikan ide untuk menciptakan alat untuk mengefektifkan serat jute.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat mendapatkan hasil ciptaan serat jute yang baik dan kualitas
yang lebih tinggi dengan jenis larutan hasil penemuan baru. Dan bisa
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat yang mampu membuat alat. Juga
mendapatkan kemajuan hasil temuan ini. Selain itu, memperbanyak produksi
serat jute untuk meningkatkan bisnis di kalangan pengusaha.
4. Bagi Pertekniktekstilan
Mendapat informasi bahwa ada jenis larutan baru yang dapat menciptakan
serat jute yang berkualitas. Juga mengefektifkan waktu dalam pemisahan serat
jute. Juga dapat menikmati hasil ciptaan alat atau mesin yang telah ditemukan.
Selain itu, dapat menumbuhkan motivasi kepada mahasiswa untuk
menciptakan alat yang lebih baik.

BAB II

| Page

PEMBAHASAN
2.2 Kajian Teori

2.2.1

Pengertian Serat Jute

Serat jute telah terkenal sejak zaman Mesir Kuno dan diperkirakan berasal
dari daerah Laut Tengah, yang kemudian meluas ke Asia seperti India, Pakistan
dan Bangladesh. Merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik ditanah alluvial
dengan iklim tropik lembab. Serat yang dihasilkan berasal dari batangnya yang
kecil dan lurus. Setelah dipanen, batang jute diikat dan dibiarkan diladang selama
berhari-hari sehingga daun-daunnya terlepas.
Retting adalah perlakuan yang diberikan kepada batang jute, yaitu
direndam dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27˚C. Air perendaman dalam
keadaan diam atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan
untuk proses pemisahan serat dari batangnya. Pembusukan akibat perendaman
akan memunculkan serat-serat jute yang kemudian dicuci berulang-ulang dengan
air bersih untuk menghilangkan getah, serta kotoran-kotoran yang lain. Apabila
perendaman dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas dan masih banyak
getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila perendaman terlalu lama maka
kekuatan serat akan turun serta tidak berkilau.
Mutu serat jute dipengaruhi oleh daerah tumbuhnya, jenis, warna, kilau,
kebersihan, panjang serat dan pegangannya. Mutu tersebut didalam perdagangan
di klasifikasikan menjadi White jute, Tosa jute, Daisee jute. Penampang serat jute
berbentuk segi banyak dengan sudut-sudut tajam, dinding selnya tebal dengan
lumen yang lebar berbentuk lonjong. Bentuk memanjang lumennnya tidak teratur,
didekat serat melebar dan didekat ujung meruncing. Fibril-fibrilnya membentuk
spiral dengan arah puntiran z, sehingga akan berputar searah jarum jam apabila
dibasahi, dan akan berputar dengan arah yang berlawanan dengan jarum jam
apabila kering. Panjang serat elementer berkisar 1 mm sampai 5 mm dan rata-rata
2mm, sedangkan diameter serat berkisar antara 20µ-25µ, dan rata-rata 23µ.
| Page

Komposisi serat jute terdiri dari selulosa 71 %, lignin 13 %, hemiselulosa
13 %, pektin 0,2 %. Zat-zat yang larut dalam air 2,3 %, lemak dan lilin 0,5 %. Jute
peka erhadap alkali dan asam karena adanya hemiselulosa. Pengelantangan yang
kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup besar.
Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari,
dan dalam penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau
kekuning-kuningan serta kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau
serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat
jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting yang lain dari jute ialah
sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa yang lain.

2.2.1.2 Penentuan Kualitas Serat Jute
Serat jute mempunyai kekuatan dan kilau sedang, tetapi mulurnya sangat
rendah, seratnya kasar sehingga membatasi kehalusan benang. Hal ini merupakan
faktor dalam menentukan kualitas serat jute. Maka dari itu serat jute hanya
digunakan sebagai bahan pembungkus dan karung, sebagai tekstil industri pelapis
permadani, isolasi listrik, tali-temali, terpal, dan bahan untuk atap. Tetapi untuk
jenis makanan tertentu jute tidak baik dipergunakan sebagai bahan pembungkus
karena bulu-bulu yang putus akan mengotori makanannya.
Ada pula faktor lain yang mempengaruhi kualitas serat jute yaitu waktu
pada saat pembusukan atau retting. Retting adalah proses biologis dimana serat
yang diekstraksi dengan membusuk tanaman melalui sendi aksi air dan air
mikroorganisme, seperti bakteri. Proses retting dengan beberapa faktor lain
mempengaruhi karakteristik utama, yang menunjukkan kualitas serat seperti
kekuatan, warna, kilau dan tekstur. Pada saat perendaman yang bertujuan untuk
memisahkan serat jute. Air yang digunakan pada saat perendaman tidak boleh
melebihi 27˚C, jika melebihi suhu tersebut tentu akan menurunkan kualitas serat.
Perendaman serat jute juga akan memunculkan serat-serat jute yang kemudian
dicuci berulang-ulang dengan air bersih untuk menghilangkan getah, serta

| Page

kotoran-kotoran yang lain. Apabila perendaman dilakukan kurang lama, maka
serat sukar terlepas dan masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya
apabila perendaman terlalu lama maka kekuatan serat akan turun serta tidak
berkilau. Serat jute menjadi rapuh atau mulurnya akan semakin rendah.
Pengelantangan yang kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup
besar. Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari, dan
dalam penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau
kekuning-kuningan serta kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau
serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat
jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting yang lain dari jute ialah
sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa kualitas serat jute dipengaruhi oleh daerah
tumbuhnya, jenis, warna, kilau, kebersihan, panjang serat dan pegangannya. Mutu
tersebut didalam perdagangan di klasifikasikan menjadi White jute, Tosa jute,
Daisee jute. Penampang serat jute berbentuk segi banyak dengan sudut-sudut
tajam, dinding selnya tebal dengan lumen yang lebar berbentuk lonjong. Bentuk
memanjang lumennnya tidak teratur, didekat serat melebar dan didekat ujung
meruncin

2.2.1.3 Jenis Larutan yang dinilai dapat mempengaruhi kualitas
serat
Mikroba retting dan ekstraksi serat dari inti kayu adalah operasi utama
yang penting dalam pengolahan tanaman JAF untuk produksi serat. Ini melibatkan
perendaman bundel tanaman di perairan terbuka seperti danau, sungai, selokan,
kanal, dan kolam serta dekomposisi terkendali bahan non-berserat yang
menghubungkan serat untuk kulit tanaman, dengan menggunakan mikroba
akuatik. Setelah retting, serat diekstrak secara manual dan dicuci dengan air bersih
lalu dijemur sebelum pemasaran.

| Page

Retting dan proses ekstraksi memiliki efek mendalam pada kualitas serat
yang dihasilkan juga biaya produksi serat. Ini mempengaruhi efisiensi
manufaktur, kualitas produk akhir dan daya saing serat di pasar. Pada akhirnya, itu
menentukan tingkat pendapatan untuk industri dan pengembalian bagi petani.
Mengingat tingkat parah persaingan di pasar serat, produsen jute sangat
menyadari kebutuhan untuk meningkatkan retting dan ekstraksi proses, dengan
cara mengurangi ketergantungan pembusukan pada air atau dengan cara
mengganti larutan menjadi lebih sedikit dan lebih cepat. Hal ini untuk
meningkatkan produksi kualitas serat jute tersebut.
Proses retting rami adalah salah satu faktor yang bertanggung jawab
penting bagi kualitas serat rami. Kelangkaan air rami retting di beberapa daerah di
Bangladesh adalah salah satu isu utama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah
memberikan informasi tentang status saat ini proses retting rami serta
menyebutkan keuntungan dan kerugian dari perbedaan proses pembusukkan serat
jute.
Data tentang proses proses goni retting dan pita retting tradisional
dikumpulkan melalui wawancara pribadi dari petani rami. Para petani yang
terlibat dalam budidaya rami dan mayoritas dari mereka menggunakan pendekatan
metode dan memakan waktu yang sangat lama dengan cara melakuka tradisional
retting di kolam/kanal. Metode tradisional menghambat kualitas serat rami,
merusak budidaya ikan, dan mencemari lingkungan seperti yang bio-massa yang
terurai.
Untuk meminimalkan masalah proses retting rami, petani sekarang lebih
tertarik pada proses retting pita. Tetapi biaya yang tidak sedikit juga menjadi
penghambat para petani untuk mengembangkan serat jute. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan serat jute yang berkualitas, maka dari itu biaya teknik retting pita
rendah adalah penting sehingga petani bisa mampu menghasilkan serat jute
berkualitas tinggi.

| Page

2.2.1.4 Peningkatan kualitas serat jute
Berdasarkan penelitian di negara penghasil jute terbesar, menurut
Departemen Penyuluhan Pertanian (DAE) pejabat di Dhaka, Bangladesh, sekitar
0,67 juta hektar lahan dibawa di bawah goni budidaya pada tahun 2012 dimana
sekitar 0,62 juta hektar dibudidayakan pada tahun 2011. Budidaya rami hampir di
pola yang sama selama periode yang disebutkan. Produksi pada tahun-tahun awal
dari 2003-2004 sampai 2006-2007 menyebabkan hasil yang berkurang karena
harga jual yang rendah, lebih sedikit hasil, dan manfaat. Dalam beberapa tahun
terakhir produksi rami adalah kompetitif tinggi tetapi ada masalah besar pada
proses retting Juni 2015 karena kelangkaan air dan kualitas rendah serat. Hal ini
menunjukkan tren peningkatan produksi tetapi memiliki kualitas buruk.
Berdasarkan masalah para petani, tradisional retting dapat diatasi dengan
cara retting pita. Retting pita adalah metode retting tertentu berdasarkan pada saat
sebelum perawatan mekanik batang tanaman yang memungkinkan mengurangi
kebutuhan air, lama waktu pembusukan dan tingkat pencemaran lingkungan
hampir seperempat dibandingkan dengan metode lain yang diproses seluruh
tanaman.
Pada tahun 2012-2013, produksi pembusukan metode pita digunakan
hampir 7,5%, sedangkan pada tahun produksi 2008-2009 itu hanya 1%. Kualitas
serat pita dibusukkan yang lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional
dan kualitas baik dalam proses dapat dengan mudah diamati. Perbandingan antara
dua retting proses di tahun produksi yang berbeda di daerah penelitian
menunjukkan bahwa petani sekarang lebih tertarik pada proses retting pita.

2.2.1.5 Perubahan kualitas saat ada perbedaan jenis larutan jute
Peningkatan kualitas serat jute tentu sangat diperlukan, dengan itu para
petani melakukan perubahan proses pembusukan yaitu dengan cara retting pita.
Tentu saja banyak perubahan signifikan atas penemuan cara baru ini. Berikut
| Page

adalah keuntungan dan kerugian proses pembusukan serat jute dengan cara
tradisional:

2.2.1.1.5.1

Kerugian proses pembusukan serat jute dengan

cara tradisional
1. Kualitas Serat
Karakteristik yang melekat pada serat jute adalah kekuatan, fleksibilitas,
dan ramah lingkungan yang secara langsung menyediakan teknis dan
persyaratan industri melalui kegunaan akhir fungsional. Warna gelap dan
bintik hitam pada serat rami disebabkan karena kualitas yang rendah. Kualitas
serat mungkin tidak sama semua persis seperti tidak ada kontrol pada proses
retting alam. Jadi tidak mungkin untuk mendapatkan jaminan mengenai serat
berkualitas baik melalui metode tradisional. Di daerah penelitian, sebagian
besar petani memproduksi serat jute dengan kualitas rendah, karena kualitas
yang buruk dari air seperti air berwarna hitam gelap, air berlumpur, dan
kedalaman yang rendah atau air tidak mencukupi. Hal ini ditemukan dalam
beberapa kasus bahwa kekuatan serat menurun karena pembusukkan yang
dilakukan dengan cara ditumpuk sampai 20-30 bundel tanaman.
2. Waktu proses pembusukan
Perbandingan kebasahan pada batang merupakan salah satu faktor penting
untuk menghasilkan serat berkualitas. Karena kekurangan air selama periode
pembusukkan, semua batang tanaman tidak dapat ditumpuk pada satu waktu.
Akibatnya proses tradisional membutuhkan waktu lebih lama untuk
pembusukan. Di daerah penelitian, petani menumpuk tumbuhan untuk waktu
yang lama setelah panen dan berharap untuk ketersediaan yang cukup air. Pita
retting mengurangi waktu pembusukan hingga 4-5 hari serta mengurangi
kebutuhan air.
3. Dampak pada lingkungan

| Page

Dalam proses tradisional, dalam jumlah

besar biomassa mengalami

dekomposisi yang disebabkan genangan air polusi di sekitar lingkungan
selama pembusukan. Selama proses pembusukan serat, mikroorganisme yang
berbeda seperti bakteri dan jamur yang tumbuh di jute berlumut di dalam air
kolam / kanal / sungai sehingga berbahaya untuk budidaya ikan. Selain itu,
pembusukan yang dilakukan di perairan terbuka seperti padai kolam / kanal /
adalah penyebab sungai bau tak sedap dan mencemari lingkungan setempat.
4. Dampak pada budidaya ikan
Di daerah penelitian budidaya ikan komersial, popularitas dicapai dalam
beberapa tahun terakhir di mana petani tidak memungkinkan melakukan
pembusukan serat di kolam atau parit mereka. Karena batang rami di kolam /
parit menjadi bau dan

membusuk sehingga berdampak pada ikan serta

menciptakan masalah besar yaitu mengurangi harga ikan yang dibudidayakan.
5. Tidak terkendalinya proses pembusukan
Tidak ada pengendalian volume air, kualitas air, dan suhu dalam proses
pembusukan tradisional di tambak/kanal/sungai. Selama ini pembusukan
menghasilkan bahan yang masih mentah dan pembusukan yang berlebihan
menghasilkan

serat

yang

lemah.

Tidak

sempurnanya

perendaman

menghasilkan serat croppy yang memiliki nilai sangat rendah. Hal ini telah
memberikan informasi mengenai status sekarang dan diidentifikasi akan
menimbulkan masalah besar pada proses pembusukan serat. Karena
kekurangan air di periode panen, petani menggunakan air berlumpur dan kanal
kecil dengan air yang cukup sedikit untuk pembusukan tradisional serat jute.
Beberapa masalah seperti pencemaran lingkungan, budidaya ikan, serat
kualitas buruk, dan memakan waktu muncul dalam proses goni retting
tradisional. Karena itu proses pembusukan jute tradisional tidak layak di
daerah kelangkaan air. Yang sesuai teknologi yaitu proses pita retting dengan
tangki plastik buatan diperlukan di daerah langka air.

| Page

2.2.1.1.5.2

Keuntungan proses pembusukan serat jute

dengan cara tradisional
Dalam proses pembusukan serat jute secara tradisional di sungai/kanal.
Tidak perlu untuk meminta lebih jauh kegiatan buatan seperti yang dibusukkan
alami. Dalam proses ini tenaga kerja yang hanya diperlukan untuk memotong
batang rami di lapangan dan melaksanakan itu dari lapangan ke parit, kolam dan
badan air lainnya untuk menenggelamkan di bawah air. Sehingga proses retting
pita membutuhkan lebih banyak tenaga kerja untuk menghancurkanh serat dari
batang dan membentuk proses. Melalui proses tradisional dibutuhkan tenaga
manusia yang relatif rendah dan tidak diperlukan tenaga kerja terampil untuk
retting batang rami.

| Page

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sulit jika menemukan
larutan baru, karena membutuhkan jumlah yang sangat banyak untuk perendaman
tanaman itu sendiri. Selain itu juga pasti akan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Namun ada cara lain yang dapat mengatasi masalah ini yaitu dengan cara
retting pita. Sudah dijelaskan pada uraian di atas bahwa banyak sekali keuntungan
dengan cara baru ini.
Informasi mengenai status sekarang dari proses retting rami dan diidentifikasi
masalah pada proses goni retting berbeda pada

daerah langka air seperti di

Bangladesh. Karena kekurangan air di periode panen, petani menggunakan air
berlumpur dan kecil kanal dengan air cukup untuk retting tradisional goni hijau.
Beberapa masalah seperti pencemaran lingkungan, budidaya ikan, serat kualitas
buruk, dan memakan waktu yang muncul dalam proses goni retting tradisional.
Karena itu proses retting tradisional goni tidak layak di daerah kelangkaan air.
Yang sesuai teknologi adalah pita retting dengan tangki plastik buatan diperlukan
untuk memperpanjang di daerah langka air Bangladesh.

3.1.2

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat di berikan saran antara lain:
1. Dalam rangka peningkatan kualitas serat jute, perlu dibuat tangki plastik untuk
mendukung cara baru yang lebih efisien yaitu retting pita.
2. Karena selama ini perendaman dilakukan di dalam air yang kotor, maka dapat
dibuat perairan khusus untuk pembusukan serat jute dan tidak dilakukan di
daerah yang kelangkaan air. Karena akan menimbulkan banyak masalah bagi
daerah sekitarnya.

| Page

3. Untuk mengefesienkan waktu dalam proses pembusukan serat jute, diperlukan
pengontrolan secara berkala agar tidak terjadi over-retting yang menyebabkan
rusaknya serat dan penurunan kualitas serat secara drastis.
4. Tidak melakukan pembusukan di kolam budidaya ikan karena akan
mengganggu pertumbuhan ikan dan merusak ekosistem. Selain itu, hanya
akan menimbulkan banyak kerugian akibat ikan yang mati karena proses
pembusukan jute.

| Page

DAFTAR PUSTAKA

Handri

Irvan,

2015.

Jute

Fiber

atau

Serat

Jute.

(online),

(http://weavingandsilk.blogspot.co.id/2015/08/jute-fiber-atau-serat-jute.html,
diakses tanggal 25 Desember 2015).
Herdianthy

Shendy,

2015.

Jenis

Serat Alami.

(online),

(http://shendy-

id.blogspot.co.id/2015/10/jenis-serat-alami.html, diakses tanggal 25 Desember
2015).
___________, 1998. Improved Retting and Extraction of Jute Project Findings
and Recomendations. (online), (http://www.fao.org/docrep/field/381307.htm,
diakses tanggal 25 Desember 2015).
Ali Rostom, Md., Osamu Kozan, Anisur Rahman, Khandakar Tawfiq Islam, &
Md. Iqbal Hossain, 2015. Jute Retting Process: Present Practice and Problems in
Bangladesh. (online),
(http://www.cigrjournal.org/index.php/Ejounral/article/view/3212, diakses tanggal
25 Desember 2015).

| Page