Interaksi antara makanan dan obat

1.1 Interaksi Obat dan Makanan
Interaksi antara makanan dan obat-obatan dapat memiliki pengaruh besar pada
keberhasilan terapi obat. Ada obat yang penyerapannya terganggu dengan adanya
makanan dan ada juga yang terbantu dengan adanya makanan. Hal ini akan menetukan
kapan sebaiknya obat diminum, sebelum atau sesudah makan. Yang dimaksud dengan
sebelum makan adalah keadaan ketika perut dalam keadaan kosong. Sedangkan sesudah
makan adalah keadaan saat perut masih berisi makanan dan tidak boleh lebih dari dua
jam. Jika obat diberi dua jam setelah makan, makanan sudah diserap dan diolah,
sehingga kondisi ini disamakan dengan keadaan sebelum makan.
Beberapa makanan sangat mempengaruhi terapi obat, mengakibatkan efek
samping yang serius, toksisitas, atau kegagalan terapi. Interaksi dapat memiliki efek
menguntungkan dengan meningkatkan khasiat obat atau mengurangi efek potensial dari
obat. Apoteker harus memperhatikan interaksi obat dan makanan dari setiap obat yang
diberikan dan menasehati pasien mengenai makanan atau minuman yang harus dihindari
saat mengambil obat tertentu.
Pasien berisiko tinggi, seperti pasien dewasa yang memakai tiga atau lebih obat
untuk kondisi kronis, pasien yang menderita diabetes, depresi hipertensi, kolesterol
tinggi atau gagal jantung kongestif khususnya harus dipantau interaksi obat dan
makanannya.
1.1.1 interaksi obat dan makanan
Beberapa makanan jika dikonsumsi bersamaan dengan beberapa obat, dapat

mempengaruhi bioavailabilitas, farmakokinetik, farmakodinamik dan afikasi obat.

Efektivitas beberapa terapi obat bergantung pada status gizi individu. Ada atau
tidaknya makanan dalam saluran cerana atau dalam sistem fisiologi tubuh (seperti dalam
darah) dapat meningkatkan atau menurunkan laju absorpsi dan metabolisme obat.
Penggunaan obat berpengaruh secara signifikan pada metabolisme dan bioavailabilitas
makanan serta nutrisi dalam tubuh. Obat dapat mengubah persepsi rasa, absorpsi dan
metabolisme makanan. Hal ini menyebabkan perubahan pada status nutrisi seseorang
seperti deplesi mineral, vitamin dari sistem digesti, atau gangguan berat badan. Makanan
yang mengandung zat aktif dapat

berinteraksi terhadap obat tertentu sehingga

menghasilkan efek samping. Apoteker dapat memberikan informasi dari interaksi
tersebut kepada pasien. Makanan atau nutrisi yang dimaksud terdiri dari makanan,
suplemen diet, dan alkohol. Dengan mengkonsumsi beberapa zat ini dapat mengubah
efek dari obat.
1. Makanan
Obat dan makanan yang digunakan secara peroral diserap melalui usus kecil.
Adanya makanan pada saluran cerna dapat mengurangi penyerapan dari obat. Untuk

menghindarinya, obat diberikan satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan.
Diet serat juga mempengaruhi penyerapan obat. Pektin dan serat larut lainnya
memperlambat penyerapan acetaminophen, yang digunakan sebagai obat penghilang
rasa sakit.
2. Suplemen diet
Terdiri dari produk yang mengandung vitamin, mineral, herbal atau asam
amino. Suplemen diatur sebagai makanan bukan sebagai obat sehingga tidak diuji
sebagai komprehensif. Suplemen dapat berinteraksi dengan beberapa obat. Pasien
yang sedang mengkonsumsi makanan suplemen harus menginformasikan kepada

dokter dan apoteker untuk memghindari interaksi anatar obat dan makanan. Teofilin
adalah obat diberikan untuk mengobati asma mengandung xanthines, yang juga
ditemukan dalam teh, kopi, cokelat dan sumber-sumber kafein. Mengkonsumsi kafein
bersamaan dengan teofilin dapat meningkatkan risiko toksik pada obat.
3. Alkohol
Alkohol mempengaruhi proses tubuh dan berinteraksi dengan banyak obat.
Alkohol adalah obat yang dapat berinteraksi dengan hampir setiap obat, terutama
antidepresan dan obat lain yang mempengaruhi otak dan sistem saraf. Misalnya,
mengambil alkohol dengan metronidazole dapat menyebabkan flushing, sakit kepala,
jantung berdebar, mual dan vomiting.

1.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat interaksi antara makanan dan obat
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain: dosis, usia, dan kondisi pasien.
Waktu makan dan obat juga dapat mempengaruhi interaksi makanan dan obat, seperti
tidak mengkonsumsi susu bersamaan dengan obat tetracycline. Tetracyclin dapat
berikatan dengan senyawakalsium membentuk senyawa yang tidak dapat diserap oleh
tubuh, sehingga dapat mengurangi efek dari tetracyclin.
1.1.3 Pengaruh interaksi obat dan makanan
Tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, tapi obat-obatan dapat
dipengaruhi oleh makanan dan waktu. Misalnya, mengambil beberapa obat pada saat
yang sama dengan makanan dapat mempengaruhi penyerapan obat. Makanan dapat
menunda atau mengurangi penyerapan obat. Inilah sebabnya mengapa beberapa obatobatan harus diambil pada kosong perut. Di sisi lain, beberapa obat lebih mudah
ditoleransi saat diambil dengan makanan. Pasien selalu disarankan untuk menanyakan
pada dokter atau apoteker apakah obat dikonsumsi sebelum atau seudah makan.

Berikut ini adalah beberapa contoh waktu pemberian obat antibiotik dan
kontraindikasinya.
Antibiotik
Cephalosporins, penicillin

Erythromycin

Sulfonamides
Tetracycline

Efek dan pencegahan
Tidak digunakan bersamaan dengan produk yang
mengandung kalsium dan suplemen.
Diberikan sebelum makan untuk mempercepat
absorpsi obat
Tidak digunakan bersamaan dengan jus atau wine,
karena dapat menurunkan efek dari obat.
Meningkatkan defisiensi vitamin B12.
Diberikan sesudah makan.
Tidak digunakan bersamaan dengan produk yang
mengandung kaslium.
Diberikan satu jam sebelum makan atau dua jam
setelah makan.