HADITS HADITS TENTANG ETOS KERJA S1 PERB (1)

HADITS-HADITS TENTANG ETOS KERJA
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Tafsir Ayat dan Hadits Ekonomi
Dosen Pengampu: Dede Rodin, M.Ag.

Disusun Oleh:
Ahmad Rivaldi

1605036005

Novia Anggraini

1605036006

Aufa Abdurrahman

1605036008

S1 PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2017

BAB I
LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat Islam, selain diperintahkan untuk
beribadah kita juga diperintahkan untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidup dengan
bekerja. Allah SWT tidak menginginkan hambanya berpangku tangan dan berpasrah
diri saja, karena Allah SWT ingin kita mencari harta untuk menjalani kehidupan. Jika
kita tidak bekerja maka kita tidak akan memliki harta untuk mencari makan, apabila
kita tidak makan maka tidak akan ada tenaga untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kita juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk mencari pekerjaan dengan cara yang
halal dan diridhoi oleh-Nya.
Dalam Al-Qur’an dan Hadits sudah sangat jelas mengenai pekerjaan yang
baik dan bagaimana cara kita memperoleh rezeki dengan ridho Allah SWT. Hal ini
sangat penting sekali dibahas, karena semua orang di duna ini pasti membutuhkan
sandang, pangan, maupun papan. Dalam hal ini, pasti setiap manusia akan berlombalomba untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Maka dari itu, bekerja sangatlah penting
untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan. Tetapi perlu diingat bahwa semua yang
telah kita dapat di dunia ini hanyalah titipan dari Aallah SWT semata.
Bekerja adalah penyebab utama penghasilan dari harta/benda dan unsur utama
pula dalam upaya memakmurkan diri dan bumi Allah SWT. Kerja dan usaha

merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan Al-Qur’an, karena kerja selain
sejalan dengan naluri manusia untuk memiliki sesuatu (Q.S. Ali Imran 3:14).1
Dalam bekerja, manusia harrus memiliki etos dan pendayagunaan akal untuk
meringankan beban tenaga yang terbatas namun meraih prestasi sehebat mungkin.
Bilamana manusia bekerja tanpa etos, moral, dan akal, maka gaya kerja manusia
meniru hewan turun ketingkat kerendahan. Demikian juga manusia yang bekerja
tanpa menggunakan akal, maka hasil kerjanya tidak akan memperoleh kemajuan apaapa.2
Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini kami akan membahas tentang etos
kerja, dengan begitu apabila kita bekerja dengan mengenal etos maka akan
mendapatkan hasil yang lebih baik.

1 Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015, hlm.31
2 Hamzah Ya’qub, Etos Kerja Islami, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992. Hlm.1

BAB II
SIKAP DAN PERILAKU ETOS KERJA
Etos kerja dalam bisnis syariah merupakan semangat kerja yang didasari oleh
suatu kebiasaan kerja yang Islami bertumpu pada akhlakul karimah. Dalam budaya
Islam, akhlak merupakan sumber energi batin yang terus menyala dan membawa kita
ke jalan yang lurus.3

Bisnis syari’ah memiliki etos kerja yang merupakan suatu sikap dan perilaku
dalam kehidupan yang didasari oleh kenyakinan yang sangat mendalam. Sikap dan
perilaku yang dimaksud dalam etos kerja bsnis syari’ah tersebut, sebagai berikut:
1. Menghargai Waktu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah mengabarkan bahwasanya
waktu adalah salah satu nikmat di antara nikmat-nikmat Allah kepada hamba-hambaNya yang harus disyukuri. Jika tidak maka nikmat tersebut akan diangkat dan pergi
meninggal pemiliknya.

‫عممهرهه‬
‫عمن ع‬
‫عمن عجعسهدهه هفيمعما أ عبمل ععه عو ع‬
‫ ع‬: ‫عمن أ عمربععع‬
‫عبمعد يعموعم ال مهقعياعمهة عح تعتى يعمسأ ععل ع‬
‫ل ع تععزموعل عقعدعم ع‬
‫عهمعل هفميه‬
‫عمن هعل مهمهه ك عيمعف ع‬
‫عمن عمالههه هممن أ عيمعن اك متععسبععه عوهفمي أ عمي عشميعء أ عن معفعقعه عو ع‬
‫هفيمعما أ عمفعناعه عو ع‬

Artinya: “Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai

ia ditanya tentang empat perkara; Tentang badannya, untuk apa ia gunakan, tentang
umurnya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan dalam
hal

apa

ia

belanjakan,

dan

tentang

ilmunya

bagaimana

ia


beramal

dengannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syekh Al Albani).
Waktu luang adalah salah satu nikmat yang banyak dilalaikan oleh manusia.
Maka Anda akan melihat mereka menyia-nyiakannya dan tidak mensyukurinya.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

‫غعك‬
‫اه م‬
‫حتععك عقبمعل عسعقهمعك عوهغعناعك عقبمعل عفمقهرعك عوعفعرا ع‬
‫ عشعبابععك عقبمعل عهعرهمعك عوهص تع‬: ‫غتعن عمم عخممسسا عقبمعل عخممعس‬
‫عقبمعل عشعغلهعك عوعحعياتععك عقبمعل عمموهتعك‬
Artinya: “Gunakanlah lima perkara sebelum datang yang lima; masa
mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,
waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu, waktu luangmu sebelum datang
waktu sibukmu, dan masa hidupmu sebelum datang ajalmu.” (HR. Hâkim,
dishahihkan oleh Al Albâni).
3 Ma’ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Aswaja Persindo,
2014, hlm 81


Masa muda hendaklah dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencapai
kebaikan, kesuksesan, dan keberhasilan, karena pada masa itu kita mempunyai
ambisi, keinginan dan cita-cita yang ingin kita raih, bukan berarti masa tua
menghalangi kita untuk tetap berusaha mencapai keinginan, tetapi usaha masa tua
akan berbeda halnya dengan usaha saat kita masih muda. Maka dari itu, masa muda
hendaklah diisi dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat hingga tidak menyesal di
kemudian hari.
2. Ikhlas
Ikhlas artinya bersih, murni, tidak terkontaminasi dengan sesuatu yang
mengotori. Orang yang ikhlas dalam bekerja, memandang tugasnya sebagai
pengabdian atau amanah yang seharusnya dilakukan tanpa pretensi apapun dan
dilaksanakan secara profesional.4

‫ اه تعن اللعه ل ع يعن معظعر هالعى ا عمجعساهمك عمم‬: ‫ عقاعل عرعسموعل اللهه ص‬:‫عمن ا عهبى عهعريمعرعة رض عقاعل‬
‫ع‬
‫ مسلم‬.‫عول ع هالعى عصعوهرك عمم عو ل لهكمن يعن معظعر هالعى عقل عموهبك عمم‬
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan tidak pula
menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai) keikhlasan
hatimu”. (HR. Muslim)

Dengan adanya hadits tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Allah SWT
tidak akan melihat seseorang secara fisiknya melainkan melihat seseorang dengan
keiklasan hatinya dalam hal apapun di dunia ini, begitu juga dalam bekerja. Jika
seseorang tidak melakukan kegiatan dengan hati yang ikhlas, maka kelak orang
tersebut akan sangat menyesal. Karena dalam dunia ini, dimata Allah SWT semua
orang tampak sama, yang membedakannya adalah sikap dan perilakunya di dunia,
juga keikhlasan hatinya dalam melakukan suatu pekerjaan dan memberikan manfaat
kepada orang lain.
3. Larangan Meminta-minta
Dalam Islam, seseorang yang masih sanggup untuk bekerja dengan sungguhsungguh dilarang oleh Allah SWT untuk melakukan kegiatan yang menjadikan orangorang malas bekerja.
Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan
sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib. Dengan kemampuan yang Allah
karuniakan, Nabi Daud Alaihissallam menjadikannya sebagai mata pencaharian.
4 Ibid, hlm 84

Beliau makan dari hasilnya, padahal ia seorang nabi dan raja. Hal ini telah dijelaskan
pula oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :

‫ععمهل يعهدهه‬
‫هإ تعن عداعوعد الن تعهب تعي عكاعن ل ع يعأ مك ععل هإل تع هممن ع‬

Artinya: “Sesungguhnya Nabi Daud tidak makan kecuali dari hasil jerih
payahnya sendiri”. (HR Bukhari no. 1967 dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu).
Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji orang
yang makan dari hasil jerih payahnya sendiri, lalu menghubungkan pujian ini dengan
menceritakan tentang Nabi Daud Alaihissallam :

‫ععمهل‬
‫ععمهل يعهدهه عوهإ تعن ن عهب تعي اللهه عداعوعد عكاعن يعأ مك ععل هممن ع‬
‫عما أ عك ععل أ ععحدد عطععاما س عقمط عخميرا س هممن أ عمن يعأ مك ععل هممن ع‬
‫يعهدهه‬
Artinya: “Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari
memakan hasil jerih payahnya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud makan
dari hasil jerih payahnya sendiri”. (HR Bukhari no. 1966 dari Al Miqdam bin
Ma’diyakrib Radhiyallahu ‘anhu).
Imam Bukhari (55) dan Imam Muslim (1002) telah meriwayatkan dari Abu
Mas’ud bahwasanya Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.

‫حتعهسبععها عفعهعو ل ععه عصعدعقدة‬
‫ععلى أ عمهلههه يع م‬

‫هإعذا أ عن معفعق ال تعرعجعل ع‬
Artinya: “Apabila seseorang menafkahkan untuk keluarganya dengan ikhlas
maka itu baginya adalah sedekah”.
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Sa’ad bin Abi
Waqash Radhiyallahu ‘anhu.

‫جععل ععها هفي هفهتي اممعر أ عهتعك‬
‫عول عمس ع‬
‫ت هبعها عح تعتى الل تعمقعمعة تع م‬
‫ت تعن مهفعق ن ععفعقسة تعبمتعهغي هبعها عومجعه الل تعهه هإل تع أ عهجمر ع‬
Artinya:

“Dan

tidaklah

engkau

menafkahkan


satu

nafkah

karena

mengharapkan wajah Allah melainkan engkau mendapatkan pahala
dengannya hingga sesuap yang engkau suapkan di mulut istrimu”
(Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Dari ketiga hadits tersebut telah diketahui bahwa sesungguhnya setiap
manusia di dunia ini harus bekerja dengan sungguh-sungguh melalui hasil jerih
payahnya sendiri tanpa harus meminta-minta kepada orang lain.

4. Jujur
Seseorang yang jujur di dalam jiwanya terdapat nilai rohani yang
memantulkan sikap berpihak kepada kebenaran, moral yang terpuji, dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya, sehingga ia hadir sebagai orang
yang berintegritas yang mempunyai kepribadian terpuji dan utuh.
Dalam hadits dari sahabat 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu ‘anhu dijelaskan
keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

‫جن تعهة عوعما يععزاعل ال تعرعجعل يعمصعدعق‬
‫ع‬
‫عل عيمك عمم هبالهتصمدهق عفهإ تعن الهتصمدعق يعمههدى هإعلى ال مهبهتر عوهإ تعن ال مهب تعر يعمههدى هإعلى ال م ع‬
‫جوهر‬
‫ب يعمههدى هإعلى ال معف ع‬
‫عويعتع ع‬
‫ح تعرى الهتصمدعق عح تعتى يعك متع ع‬
‫ب عفهإ تعن ال مك عهذ ع‬
‫ب هعن معد الل تعهه هصهتديسقا عوهإ تعياك عمم عوال مك عهذ ع‬
‫ب هعن معد الل تعهه‬
‫عوهإ تعن ال معف ع‬
‫ب عويعتع ع‬
‫ب عح تعتى يعك متع ع‬
‫جوعر يعمههدى هإعلى ال تعناهر عوعما يععزاعل ال تعرعجعل يعك مهذ ع‬
‫ح تعرى ال مك عهذ ع‬
‫ك ع تعذاسبا‬
Artinya: “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya
kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan
mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan
berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang
jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta
akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan
pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta,
maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
Terkhusus lagi, terdapat perintah khusus untuk jujur bagi para pelaku bisnis
karena memang kebiasaan mereka adalah melakukan penipuan dan menempuh segala
cara demi melariskan barang dagangan.
Dari Rifa'ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi
jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun
memperhatikan

seruan

Rasulullah shallallahu

'alaihi

wa

sallam sambil

menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda,5

‫جاسرا هإل تع عمهن اتتععقى الل تععه عوبع تعر عوعصعدعق‬
‫جاعر يعبمعععثوعن يعموعم ال مهقعياعمهة عف تع‬
‫هإ تعن التتع تع‬

5 http://tiarahayusman5.blogspot.co.id/2012/11/hadist-tentang-kejujuran.html, diakses pada
5 Desember 2017

Artinya: “Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat
nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa
pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur.”
Dalam hal tersebut, telah diketahui bahwa pada hari kiamat nanti akan
dimintai pertanggungjawaban kepada orang-orang yang tidak berlaku jujur di dunia
ini bahkan dalam melakukan pekerjaan.
5. Bertanggung Jawab
Seorang pemimpin dan pelaku bisnis syari’ah perlu menumbuh-kembangkan
sikap bertanggung jawab dikalangan karyawannya dengan menanamkan paradigma
berpikir dan sikap mental yang amanah. Menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya
merupakan ciri orang yang profesional, karena yang profesinal itu adalah orang yang
mengerti apa arti tangung jawab.
Diantara hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
kewajiban menjaga amanah dan ancaman dari meninggalkannya adalah sebagai
berikut.

‫ععراهب تعي‬
‫جلهعس يععه ت عد ع‬
‫ث ال معقموعم عجاعءعه أ ع م‬
‫عل عيمهه عوعسل تععم هفي عم م‬
‫عمن أ عهبي عهعريمعرعة عقاعل بعيمن ععما الن تعهب تعي عص تعلى الل تععه ع‬
‫ع‬
: ‫ث عفعقاعل بعمععض ال معقموهم‬
‫حهتد ع‬
‫ععة؟ عفعمعضى عرعسوعل الل تعهه عص تعلى الل تععه ع‬
‫ عمعتى ال تعسا ع‬: ‫عفعقاعل‬
‫عل عيمهه عوعسل تععم يع ع‬
‫ أ عيمعن أ ععراعه‬: ‫ بعمل ل عمم يعمسعممع عح تعتى هإعذا عقعضى عحهديثععه عقاعل‬: ‫عسهمعع عما عقاعل عفك عهرعه عم عقاعل عو عقاعل بعمععضعهمم‬
‫ عفهإعذاعض هيتعع ه‬: ‫ عها عأنا عيا عرعسوعل الل تعهه عقاعل‬: ‫عة؟ عقاعل‬
‫ععة عقاعل‬
‫ت ا مل ععمان ععة عفان متعهظهر ال تعسا ع‬
‫عهن العسا ع‬
‫ال تعساهئعل ع‬
‫ععة‬
‫هإعذا عوهتسعد ا مل عممعر هإعلى ع‬: ‫عتععها؟ عقاعل‬
‫غيمهر أ عمهلههه عفان متعهظهر ال تعسا ع‬
‫ ك عيمعف هإعضا ع‬:
Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ketika Nabi di suatu majelis
berbicara kepada orang-orang, datanglah seorang Arab badui lantas
berkata. ‘Kapan terjadinya Kiamat? Rasulullah terus berbicara, sebagian
orang berkata, ‘Beliau mendengar apa yang dikatakannya dan beliau
membencinya’, sebagian lain mengatakan, ‘Bahkan ia tidak mendengar’,
sehingga tatkala beliau menyelesaikan pembicaraannya beliau berkata,
‘Mana orang yang bertanya tentang hari Kiamat?’ Ia berkata, ‘Ini aku wahai
Rasulullah’, Rasul bersaba, ‘Apabila amanah telah disia-siakan maka
tunggulah hari Kiamat’. Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana menyia-nyiakannya?’
Beliau menjawab,‘Apabila diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah hari Kiamat”(Diriwayatkan Al-Bukhari)

‫خمن عممن‬
‫عل عيمهه عوعسل تععم أ عهتذا مل ععمان ععة هإعلى عمهن ائمتععمن ععك عول ع تع ع‬
‫ عقاعل الن تعهب تعي عص تعلى الل تععه ع‬:‫عمن أ عهبي عهعريمعرعة عقاعل‬
‫ع‬
‫خان ععك‬
‫ع‬

Artinya: Dari Abu Hurairah, ia berkata, ‘Rasulullah telah bersabda,
“Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanah kepadamu, dan
janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu” (Diriwayatkan
oleh Abu Dawud 3535 dan At-Tirmidzi 1264, ia berkata, “ini adalah hadits
hasan gharib”. Lihatlah, As-Silsilah Ash-Shahihah oleh Al-Albani 424)

،‫ب‬
‫ آيععة ال معمعناهفهق ثعل ع د‬: ‫عل عيمهه عوعسل تععم عقاعل‬
‫ هإعذا عح ت عد ع‬: ‫ث‬
‫عهن الن تعهبهتي عص تعلى الل تععه ع‬
‫عمن أ عهبي عهعريمعرعة ع‬
‫ع‬
‫ث ك ععذ ع‬
‫خاعن‬
‫ عوهإعذ امؤتعهمعن ع‬،‫ععد أ عمخل ععف‬
‫عوهإعذا عو ع‬
Artinya: Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Tanda seorang munafik ada tiga :
apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mungkir, dan apabila diberi
amanah ia berkhianat” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
6. Leadership
Leadership artinya memiliki jiwa kepemimpinan (khalifah fil ardhi) yang
berarti mengambil peran sebagai pemimpin dalam kehidupan dimuka bumi.
Kepemimpinan berarti mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran sehingga
kehadirannya memberikan pengaruh positif pada lingkungannya.6
Islam menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk
melaksanakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintahperintah-Nya. Ibnu Taimyah mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin
yang telah ditunjuk dipandang dari segi agama dan dari segi ibadah adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah adalah dengan menaati
peraturan-peraturan-Nya dan Rasul-Nya. Namun hal itu lebih sering disalah gunakan
oleh orang-orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.

‫عل عيمهه عوعسل تععم يععقوعل ك عل تعك عمم عراعع عوك عل تعك عمم‬
‫عمن ابمهن ع‬
‫عن معهعما أ ع تعن عرعسوعل الل تعهه عص تعلى الل تععه ع‬
‫ععمعر عرهضعي الل تععه ع‬
‫ع‬
‫عمن‬
‫عمن عرهعيتعهتهه عوال تعرعجعل عراعع هفي أ عمهلههه عوعهعو عممسعئودل ع‬
‫عمن عرهعيتعهتهه ال مهإعماعم عراعع عوعممسعئودل ع‬
‫عممسعئودل ع‬

‫عرهعيتعهتهه عوال معممرأ ععة عراهعيعدة هفي بعيم ه‬
‫خاهدعم عراعع هفي عماهل عس هيتهدهه عوعممسعئودل‬
‫عمن عرهعيتعهتعها عوال م ع‬
‫ت عزموهجعها عوعممسعئول عدة ع‬
‫عمن عرهعيتعهتهه‬
‫عمن عرهعيتعهتهه عوك عل تعك عمم عراعع عوعممسعئودل ع‬
‫ع‬
Artinya: Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata: ”Kalian
adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa
adalah

pemimpin,

dan

akan

dimintai

pertanggungjawaban

atas

kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah
suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
6 Ma’ruf, Manajemen..., hlm.144.

Pelayan adalah pemimpin dalam mengelola harta tuannya, dan akan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian
sebagai

pemimpin

akan

dimintai

pertanggungjawaban

atas

kepemimpinannya.“
Hal yang paling mendasar yang dapat diambil dari hadis diatas adalah bahwa
dalam level apapun, manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap
perbuatan dan tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan.

‫عل عيمهه عوعسل تععم عقاعل عسبمععدة يعهظل تععهمم الل تععه هفي هظله تهه يعموعم علا هظ تعل هإ تعلا‬
‫عمن الن تعهبهتي عص تعلى الل تععه ع‬
‫عمن أ عهبي عهعريمعرعة ع‬
‫ع‬
‫حا تعبا‬
‫هظل تععه ال مهإعماعم ال مععاهدعل عوعشا ت د‬
‫ب ن ععشأ ع هفي هععباعدهة عر هبتهه عوعرعجدل عقل مبععه عمععل تعدق هفي ال معمعساهجهد عوعرعجعلاهن تع ع‬
‫خاعف‬
‫ت عمن مهصعب عوعجعماعل عفعقاعل هإهتني أ ع ع‬
‫عل عيمهه عوعرعجدل عطل عبعتمعه اممعرأ عةد عذا ع‬
‫عل عيمهه عوتععف تعرعقا ع‬
‫هفي الل تعهه امجتععمععا ع‬
‫ت‬
‫الل تععه عوعرعجدل تععص ت عدعق أ عمخعفى عح تعتى علا تعمعل ععم هشعمال ععه عما تعن مهفعق يعهمين ععه عوعرعجدل عذك ععر الل تععه ع‬
‫خالهسيا عفعفاعض م‬
‫عيمعناعه‬
‫ع‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda: “Ada tujuh
golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan
kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang senantiasa
beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa
digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai
karena Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang
laki-laki yang ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang
cantik lalu ia menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang
yang mengeluarkan sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai
tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya
dan seseorang yang mengingat Allah di tempat yang sepi sampai meneteskan
air mata.”
Setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya dan seorang pemimpin
berkewajiban mendengarkan. Ia wajib menjalankan hasil musyawarah dan setiap
keputusan yang telah disepakati bersama wajib dilaksanakan karena itu merupakan
amanat yang dibebankan kepadanya. Dalam hadits diatas diungkapkan keutamaan
seorang pemimpin yang adil sehingga mendapatkan posisi pertama orang yang
mendapatkan naungan dari Allah pada hari kiamat. Hal ini menunjukkan begitu
beratnya menjadi seorang pemimpin untuk selalu adil dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan.
7. Kreatif

Orang yang kreatif selalu ingin mencoba gagasan-gagasan baru dan asli untuk
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaannya. Orang kreatif
selalu bekerja dengan sistematis dengan mengemukakan data dan informasi yang
relevan, orang yang kreatif biasa berpikir dengan otak kanan yaitu mencari alternatif
pemecahan masalah. Orang yang kreatif itu selalu ingin mencari tahu apa makna dari
suatu fenomena yang nampak di depan matanya.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW:

‫ل قلققاَ ل‬
‫ن أ لب هي يققهه قلققاَ ل‬
‫ل‬
‫ن ل‬
‫عاَ ه‬
‫ن ل‬
‫سققاَل ه ي‬
‫ص ي‬
‫م ع لقق ي‬
‫ن ع عب لي يققده اللققه ع لقق ي‬
‫عل ي‬
‫م بي ه‬
‫سو ي ع‬
‫ن‬
‫ه يع ه‬
‫مققؤ ي ه‬
‫حق ب‬
‫م إه ن‬
‫ه ع لل لييقهه ول ل‬
‫لر ع‬
‫ب ال ي ع‬
‫ن اللق ل‬
‫سقل ن ل‬
‫صللىَ الل ع‬
‫ل للهه ل‬
‫م ل‬
(َ‫ف )أخرجه البيهقى‬
‫حت لره ل‬
‫م ي‬
‫ال ي ع‬
Artinya: “Dari ‘Ashim Ibn ‘Ubaidillah dari Salim dari ayahnya, Ia berkata
bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Sesungguhnya Allah menykai orang
mukmin yang berkarya.”(H. R. Al-Baihaqi).
Berdasarkan hadits di atas dapat disebutkan bahwa berwirausaha merupakan
kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Kemampuan menciptakan
memerlukan adanya kreativitas dan inovasi.
Kreatifitas adalah mampu menangkap dan menciptakan peluang-peluang
bisnis yang bisa dikembangkan. Di tengah persaingan bisnis yang ketat sekalipun
seorang wirausaha tetap mampu menangkap dan menciptakan peluang baru untuk
berbisnis, sehingga ia tidak pernah khawatir kehabisan lahan.7
8. Disiplin
Disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dan tetap taat walaupun
dalam keadaan situasi yang menekan. Orang yang memiliki disiplin sangat berhatihati dalam mengelola pekerjaannya, serta penuh tangggung jawab memenuhi
kebutuhannya.
Dari Ibnu Umar r.a, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda,8

‫عل مييهه مومسل لممم‬
‫عن يههمما مقامل أ م م‬
‫عيبهد الل لمهه يبهن ه‬
‫خمذ مرهسوهل الل لمهه مص لملى الل لمهه م‬
‫عمممر مرهضمي الل لمهه م‬
‫عين م‬
‫م‬
‫ت‬
‫هبممن يكههبي مفمقامل هكين هفي ال لهدن يميا مكأ من لممك م‬
‫عمممر يمهقوهل إهمذا أ ميممسيي م‬
‫عاهبهر مسهبيلل مومكامن ايبهن ه‬
‫ب أ ميو م‬
‫غهري ب‬

‫حمياهتمك‬
‫ت مفملا تمن يتمهظير ال يمممسامء مو ه‬
‫خيذ همين هص لم‬
‫مفملا تمن يتمهظير ال لمصمبامح موإهمذا أ ميصمبيح م‬
‫حهتمك ل همممرهضمك موهمين م‬
‫ل همميوهتمك‬

7 http://fimelrizqi.blogspot.co.id/2012/04/hadits-tentang-berwirausaha.html,
diakses pada 5 Desember 2017
8 http://yenilesta.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-xnone_8.html, diakses pada 5 Desember 2017

Artinya: Dari Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma, ia berkata: “Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam memegang pundakku, lalu bersabda: Jadilah
engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata: “Jika engkau di waktu sore, maka
janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka
janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu
sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR. Bukhari, Kitab Ar Riqaq)
Telah diketahui dari hadits diatas bahwasannya kita harus benar-benar disiplin
dalam urusan bekerja, bukan hanya itu tepatnya harus

disiplin dalam mengatur

waktu. Telah disebutkan bahwa jika kita memliki waktu luang disuatu waktu dan
memiliki tanggung jawab atas apa yang ia kerjakan, maka harus menggunakan waktu
luang tersebut untuk mengerjakan apa yang belum ia selesaikan. Karena waktu adalah
segalanya, maka gunakanlah waktu sebaik mungkin sebelum ajal menjemputmu.
Jika kita sebagai pemimpin, maka kita memiliki kewajiban mengendalikan
diri tidak hanya menanamkan disiplin terhadap bawahan tetapi juga harus
menanamkan sikap disiplin tersebut pada dirinya sendiri.

BAB III
SIMPULAN
Bekerja merupakan suatu fitrah manusia di dunia ini dan salah satu identitas
manusia. Dalam bekerja harus ditanamkan prinsip-prinsip iman tauhid dan tanggung
jawab atas apa yang telah dilakukan. Etos kerja merupakan totalitas kepribadian diri
serta cara mengekspresikan, memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang
bermakna, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal
(high performance).
Dengan adanya etos kerja, akan memberikan sebuah peluang bagi perusahaan
untuk bisa mencapai tujuan yang sudah direncanakan di masa yang akan datang.
Tentunya agar kondisinya bisa jauh lebih baik dibandingkan dengan yang sudah lalu.
Dengan adanya etos kerja, maka nantinya sumberdaya manusia bisa lebih menghargai
waktu, menjadi pribadi yang disiplin, karena waktu ini juga sangat mempengaruhi
produktivitas kerja.
Bagi siapapun seorang muslim yang melakukan pekerjaan dengan serius dan
juga kerja keras, maka hasil akhirnya bukan hanya uang saja, melainkan juga akan
diberikan dengan amal perbuatan. Namun dengan catatan bahwa pekerjaan yang
dilakukan tersebut juga harus jenis pekerjaan yang baik, membawa faedah bagi
banyak orang bukan pekerjaan yang justru menyesatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abdullah, Ma’ruf, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Aswaja Persindo,
2014.
Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: CV. Karya Abadi Jaya, 2015.
Ya’qub, Hamzah, Etos Kerja Islami, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992.
Internet:
http://tiarahayusman5.blogspot.co.id/2012/11/hadist-tentang-kejujuran.html,
diakses pada 5 Desember 2017
http://fimelrizqi.blogspot.co.id/2012/04/hadits-tentang-berwirausaha.html,
diakses pada 5 Desember 2017
http://yenilesta.blogspot.co.id/2014/11/normal-0-false-false-false-en-us-xnone_8.html, diakses pada 5 Desember 2017