PALESTINA TERLUKA DUNIA BERDUKA KETIDAKP (1)

KEPRIHATINAN MENDALAM MASYARAKAT DUNIA TERHADAP PENJAJAHAN DAN
PENGHANCURAN KEMANUSIAAN DI PALESTINA

PALESTINA TERLUKA, DUNIA BERDUKA: KETIDAKPEDULIAN DAN
KETIDAKADILAN DUNIA (1)
Dimuat di Pontianak Post, Selasa, 22 Juli 2014

Syarif Ibrahim Alqadrie*
Perang memang tak berperasaan tak juga berperikemanusiaan. ‘Perang adalah proses awal
menuju “damai,” kata para akhli perang dan pemimpin dunia yang punya naluri membunuh
seperti tercatat dalam sejarah, sehingg tercipta intervensi militer terhadap negara berdaulat
diberbagai bagian dunia. Namun, serangan udara penuh negara Yahudi, serta serangan darat dan
laut, yang telah dipersiapkan dengan kekuatan 40.000 pasukan elit Israel kearah Gaza, dan telah
berlangsung hari ini (19/7), memang sangat keterlaluan dan tidak berperadaban.
Pembersihan Etnis & Keegoisan Sejarah Yahudi
Gaza, sebuah kawasan kecil, berukuran sekitar 540 km2 (45 x 12 km). Dari perspektif
militer, politik, logika, dan social politik manapun, kawasan itu sangat tidak pada tempatnya
diserang secara militer dengan skala penuh. Kalaupun terjadi konflik politik dan insiden militer,
Gaza, disatu pihak, bagian dari Negara Palestina – yang terkurung dan terisolasi oleh keegoisan
sejarah Yahudi (historical egoism of Jew), dan ketidakpedulian dan ketidakadilan pemerintahan
Barat, dan Israel, dilain pihak, negara yang secara historis dan geografis berada dalam satu

kawasan bertetangga dekat, seharusnya terlibat perang hanya dalam skala kecil: bukan
penghancuran total dan pembersihan etnis seperti sudah sering terjadi berulang kali.
Bayangkan, hampir rata-rata setiap tahun sekali sejak Negara Zionis ini berdiri di Tanah
Palestina, melalui Deklarasi Pembentukannya, 14 Mei 1948, setelah Inggris Hengkang, terjadi
kekerasan antara kedua pihak, khususnya terhadap Bangsa Palestina oleh Israel dengan didukung
secara politik, diplomasi dan militer oleh Barat khususnya AS dan Inggris. Sejak saat itu pula
terjadi kebrutalan tentara dan kelompok ekstrem kanan Yahudi. Tindakan itu tidak berbeda
dengan aksi terorisme terhadap orang-orang Palestina yang secara tidak tampak (explicitly)
dibenarkan atau dibiarkan oleh Pemerintah Barat.
Kekerasan terhadap Rakyat Palestina di Tanah mereka sendiri bermula Akhir abad ke-19,
tepatnya 1920. Sumber pertama dari kekerasan itu adalah kebijakan pecah belah imperialis
Inggris yang megumumkan Deklarasi Balfour 2 November 1917. Deklarasi ini difahami oleh

Yahudi dan Arab sebagai janji untuk mendirikan ‘Tanah Air” bagi bangsa Yahudi di Palestina.
Ditarik ke belakang, janji ini tampaknya merupakan wujud dari tekanan politik dan ekonomi
lobby Yahudi yang sangat kuat terhadap Eropah, khususnya Inggris, dan AS, terjadi 20 tahun
sebelumnya yaitu sejak Kongres Zionis Pertama diselenggarakan 1897. Pada saat itu dan sampai
sekarang, lobby itu bertambah kuat. Sebagian terbesar posisi dan kedudukan strategis di bidang
social, khususnya sektor pendidikan tinggi, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi
(IPTEK); bidang ekonomi seperti industri strategis, perbankan, badan keuangan dunia, corporasi

multi-nasional (MNC), dan alat untuk system pertahanan (ALUSISTA); dan bidang politik
terutama system politik, khususnya lembaga eksekutif dan legislatif dalam struktur politik supra
(superior political structure), dan partai politik dan golongan penekan dalam struktur politik
infra (inferior political structure], dipegang oleh orang-orang Yahudi.
Ketergantungan Barat & Kebrutalan Israel
Karena itu, dapat difahami, kalau AS dan sejumlah Negara Barat lainnya tunduk pada
tekanan Yahudi, karena negara-negara tersebut sangat tergantung pada kekuatan lobby Yahudi.
Itu juga dapat dimengerti, tak ada satu negara besarpun termasuk Badan Dunia: PBB Bank Dunia
dan IMF, mampu mencegah kebrutalan pemerintah Zionis.
Intervensi Militer Israel paling akhir ke Palestina, 2011, menelan korban, menurut PBB
(2012), 275 jiwa sebagian besar warga sipil yaitu anak-anak, wanita dan orang tua,
mengakibatkan lebih dari 1.500 orang terluka sebagian terbesar penduduk sipil, dan lebih dari
2.500 kepala keluarga (KK) kehilangan rumah. Jumlah korban pada tahun yang sama menurut
versi Israel hanya 118 dewasa dan 13 anak-anak dari pihak Palestina sedangkan 11 dewasa dan
5 orang anak-anak dari pihak Israel (Kemen.Info Israel dalam http://wikipidia.com14/7/2014).
Serangan Udara, Darat dan Laut militer Yahudi terhadap Gaza tahun 2014 dalam 13 hari saja,
menelan korban 342 jiwa diantaranya 60% terdiri dari anak-anak dan wanita, 1310 orang terluka
sebagian terbesar orang tak berdosa (Sumber: TV One, 19/7-14 Pkl, 10.00-11.00). Melihat
besarnya korban dalam 13 hari saja, pengamat netral menduga dalam 2014 ada agenda
tersembunji Negara Zionis terhadap Palestina –yaitu penghancuran total.

Selama 25 kali serangan brutal Tentara Israel terhadap Palestina setiap tahunnya sejak 1987
- 2011 yang mulai dicatat secara teratur, seluruh korban berjumlah 7978 jiwa tidak termasuk
1620 anak-anak dan wanita dari pihak Palestina, dan 1503 jiwa dan 142 anak-anak dan wanita
dari pihak Israel (Kemen. Info Israel dalam http://wikipidia.com 14/7/2014). Namun jumlah

korban warga Palestina dalam periode yang sama, menurut PBB (2012), lebih besar 2 kali lipat
daripada jumlah berdasarkan versi Israel.
Reaksi Terhadap Pengucilan & Pemiskinan
Beberapa peristiwa menimbulkan penderitaan penduduk Palestina khususnya di Gaza
terjadi Januari-Juli 2008 yaitu meningkatnya ketegangan di Gaza. Israel memutuskan suplai
listrik dan gas. Dunia menuding Hamas tak berhasil mengendalikan kekerasan. PM Palestina
Ismail Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk pada tekanan Israel. Kekerasan itu dilihat
banyak pengamat tidak lain dari reaksi masyarakat Palestina terhadap tindakan Israel dan dunia
yang mengucilkan dan mengembargo mereka selama lebih dari 70 tahun.
November 2008 serangan roket kecil Hamas berjatuhan di wilayah Israel. Ini merupakan
reaksi terhadap kebijakan Pemerintah Israel yang bertindak represif terhadap penduduk Palestina
yang melakukan baik intifadah (dengan menggunakan batu dan ketapel) dalam menghadap
kebrutalan Israel maupun protes terhadap pemerintah Israel yang membangun tembok
“pertahanan.” Tembok ini yang dibangun oleh Israel Maret-April 2002, memisahkan,
memblokade, mengurung dan mengisolasi Palestina dari dunia luar. merupakan penolakan Israel

untuk hidup bersama dengan rakyat Palestina. Mereka ingin bebas tidak hanya dari penjajahan
dan pembantaian tetapi juga dari kepungan, kurungan dan isolasi.
Mahkamah Internasional menetapkan bahwa pembangunan Tembok “pertahanan,” berupa
“kandang” sangat tinggi dan tebal sepanjang kawasan perbatasan Israel dan Tepi Barat,
menyalahi hukum internasional, dan Israel harus merobohkannya. Namun, Pemerintah Yahudi
tak pernah mengubris keputusan itu, sama dengan tidak tunduknya Negara Zionis ini dengan
PBB dan badan dunia lainnya. Tindakan “semau gue” yang tidak berkeprimanusiaan, tak pernah
mau perduli dengan siapapun, mungkin juga pada “Tuhan” dan “Malaikat”, dijawab spontan
dengan reaksi berupa rangkaian bunuh diri Palestina.
Pintu Perbatasan dan Penghancuran Kemanusiaan
Tindakan sejumlah pemuda Palestina dibalas dengan serangan Israel ke Gaza dimulai 26
Desember 2008. Israel melancarkan Operasi Oferet Yetsuka, dilanjutkan dengan serangan udara
ke pusat-pusat operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan. Tidak puas dengan serangan
mematikan itu, Mei 2010, Israel memblokade seluruh jalur bantuan menuju Palestina. Hanya ada
tiga pintu ke luar/masuk bagi rakyat Palestina untuk memperoleh bantuan berupa makan,

minuman, alat-alat kesehatan, bahan bakar, suku cadang kendaraan, keperluan pendidikan dan
hidup lainnya: Pintu Perbatasan dengan (1) Yordania, (2) Mesir, Rafa, dan (3) Palestina - Israel.
Pintu perbatasan pertama digunakan bersama: Yordania, Palestina dan Israel dan tidak
mungkin Palestina menggunakannya, karena pintu ini dijaga ketat oleh Tentara Israel.

Sebaliknya, Rafa dibuka oleh Mesir hanya untuk kepentingan khusus, misalnya bagi keperluan
dan bantuan kemanusiaan dari negara ketiga, itupun atas ijin Israel. Pintu perbatasan ketiga
dijaga ketat tapi hanya digunakan oleh Israel untuk menjual barang-barang keperluan kepada
warga Palestina, Ini membuktikan Israel selalu diuntungkan atas kesengsaraan rakyat palestina.
Jadi, blokade tersebut merupakan upaya berencana Israel untuk memusnakan bangsa
Palestina. Pada 30 Mei 2010 Tentara Israel menyerang kapal milik LSM Turki, Mavi Marmara,
membawa sejumlah Relawan dari beberapa negara termasuk antara lain Turki, AS, Perancis,
Australia, beberapa Negara Arab dan Indonesia, serta ratusan ton bantuan untuk Palestina.
Korban berjatuhan, dan sejak itu hubungan Turki dan Israel tidak pernah normal. Dalam
hubungan diplomatik dengan Israel, akhirnya Turki sadar bahwa ia telah berlaku tidak adil
terhadap Palestina, hanya karena ia bangga menjadi Barat.
Tapi, mengapa peristiwa kemanusiaan sangat tragis, memilukan, menimbulkan kebencian
dan dendam kesumat tak berkesudahan itu, terus terjadi berulang kali? Apa akar penyebab (root
factors) dan apa pula faktor pemicu (trigger factors) mendorong terjadinya peristiwa
pembumihangusan kemanusiaan seperti berulang kali?
Dosen dan Peneliti Senior FISIPOL, UNTAN,
Co-promotor beberapa mhs S3 UGM, UIN
Yogya dan Osaka University, Jepang