Laporan Penelitian dan id bab 6
TAR 323 - METODOLOGI RISET ARSITEKTUR
DRAFT PROPOSAL RISET
Penerapan Gaya Arsitektur Art Deco pada Gedung Grand
Royal Panghegar Hotel, Bandung
Dosen : Dr. Yasmin Suriansyah, Ir., MSP.
Kelas : B
Kamalia Nurul Fikri
2012420065
Deffany Almira
2012420074
Nabila Qatrunnada
2012420118
Candy Amanda M.
2012420128
Desire Prima Tania
2012420205
Bandung
Maret 2015
BAB I
1.1 Latar Belakang
Art deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum
Perang Dunia II. Art deco banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior,
interior, mebel, patung, perhiasan dan lain-lain. Art deco dipengaruhi oleh berbagai
macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga
mengambil ide-ide desain kuno seperti dari Mesir, Siria dan Persia. Langgam art deco
tercipta dari pencampuran ornamen-ornamen historis, aliran arsitektur sekarang dan
muatan lokal. Setiap negara yang menerima langgam Art deco mengembangkannya
sendiri dan memberikan sentuhan lokal sehingga art deco di suatu tempat akan berbeda
dengan art deco di tempat lain.
Di Indonesia, Bandung menjadi pusat bangunan berlanggam art deco. Bandung
pernah dijuluki sebagai kota laboratorium arsitektur art deco dunia karena banyaknya
bangunan dengan langgam art deco di kota ini. Hal ini terjadi karena pernah terjadi
pemindahan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung tahun 1915. Belanda
banyak mendatangkan arsitek-arsitek andal ke Indonesia untuk membangun dan menata
Bandung. Pembangunan diawali dengan membangun pusat pemerintahan, militer,
Gedung Sate sampai bangunan publik dan komersial seperti pemandian umum, bioskop,
hotel, dan taman-taman kota.
Dari banyaknya bangunan yang bergaya art deco di bandung, hotel grand royal
panghegar dipilih sebagai obyek studi pada penelitian ini. Obyek studi ini dinilai menarik
karena penerapan unsur art deconya yang tidak biasa, melalui bangunan ini dapat terlihat
bagaimana gaya art deco dapat berdialog dengan lingkungannya (lokalitas) namun tetap
mengikuti perkembangan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
Pertanyaan
:
Seberapa banyakkah karakter art deco yang diterapkan pada grand royal panghegar?
Bagaimana cara menerapkan gaya art deco pada gedung grand royal panghegar?
Pernyataan
:
Terdapat banyak karakter art deco yang diterapkan oleh grand royal panghegar.
Terdapat berbagai cara dalam menerapkan gaya art deco pada gedung grand royal
panghegar.
Hipotesa :
Ada penerapan gaya art deco yang berbeda pada gedung grand royal penghegar
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami gaya art deco dilihat dari karakteristik karakteristiknya. Gaya art deco sebagai salah satu gaya arsitektur merupakan gaya yang
paling berkembang di Kota Bandung. Penerapannya pada bangunan di Bandung tentunya
mengalami penyesuaian – penyesuaian tertentu, yang mengakibatkan adanya perbedaan
penerapan gaya yang ditampilkan. Perbedaan penerapan inilah yang akan diteliti dan
dianalisa dalam penelitian ini.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan analisa – analisa yang dilakukan akan
memberikan wawasan baru dan menjadi sumber inspirasi dalam proses perancangan bagi
mahasiswa arsitektur dan penikmat gaya arsitektur modern khususnya gaya art deco.
Selain itu, diharapkan laporan ini dapat menjadi referensi atau sumber literatur bagi para
peneliti lain yang juga sedang mengkaji gaya art deco.
1.5 Kajian Pustaka
Dari penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan bahwa gaya art deco telah banyak
dikaji sejak kemunculannya. Dimulai pada awal abad ke-20, art deco merupakan
gabungan dari berbagai aliran, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme,
Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Seperti disebutkan pada buku karya Paul T.
Frank, art deco, in contrast to these extreme views, sought to locate a modern vision that
embraced technology, yet symbolically referenced ancient civilizations of the past
(Striner, 1990: 21-22). Art deco merupakan gambaran dari sebuah gaya yang sekaligus
mengadaptasi modernisme dan teknologi dengan peradaban di masa lalu.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa art deco terhubung dengan peradaban kuno melalui
pengaruh seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek Meksiko, yang diimplementasikan
melalui ornamen-ornamen historis (Bayer, 1992: 15).
Masih dalam buku yang sama, terdapat pendapat yang mengatakan, apa yang
membuat sebuah bangunan atau struktur dikenali sebagai art deco adalah jiwa yang
terkandung padanya. Secara metafora, bangunan bergaya art deco berusaha untuk
menjangkau Tuhan dengan unsur vertikal, dan secara bersamaan diseimbangkan oleh
unsur horizontal sebagai skala manusia (Striner, Spring 1990: 2 I).
Selanjutnya, dilakukan penelusuran terhadap karya tulis ilmiah yang relevan dengan
penelitian ini, diantaranya:
1.
Karya tulis ilmiah yang disusun oleh Jerry Adam dan Rizki Swandara. R (Itenas)
yang berjudul “Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung
Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern”. Karya tulis ilmiah ini menjelaskan
mengenai fasad Grand Royal Panghegar melalui perspektif arsitektur posmodern.
Dikatakan Fasad Grand Royal Panghegar didesain dengan memunculkan kembali
gaya Art Deco sebagai karakteristik bangunan-bangunan yang ada di Kota
Bandung. Ornamen Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar fasad
bangunan Grand Royal Panghegar, baik itu podium, badan bangunan, sampai
kepala bangunan semuanya tidak terlepas dari sentuhan ornamen Art Deco. Grand
Royal Panghegar banyak mengeksplor karakter Art Deco dari bangunanbangunan bersejarah yang ada di Kota Bandung.
Penerapan unsur-unsur arsitektur modern minimalis pada fasad massa
bangunan baru cukup direpresentasikan dengan jelas pada penggunaan cladding,
pemilihan material, pemilihan warna dan tekstur, penggabungan komposisi massa
bangunan, dan tidak ditemukannya penggunaan motif yang rumit. Secara
keseluruhan, desain pada fasad massa bangunan baru dibuat sederhana, elegan,
dan menerapkan prinsip “form follow function” juga “less is more”.
Hingga sampai pada kesimpulan bahwa Bangunan Grand Royal Panghegar
didesain dengan cara berpikir yang berbeda dengan proses desain arsitektur
modern. Bangunan ini didesain dengan berbagai macam rujukan yang bertujuan
menciptakan fiksi yang tidak mudah dibaca baik oleh pengguna maupun
masyarakat luas. Grand Royal Panghegar cenderung memperhatikan soal
penerimaan tipe bangunan bersejarah dan interest terhadap aspek simbolik pada
bentuk fasad. Eksplorasi terhadap seni Art Deco sangat kental terasa pada
bangunan Grand Royal Panghegar, sebagian besar bangunan ini menggunakan
substruktur granit berwarna hitam ataupun putih, hal ini merupakan usaha dari
sang arsitek untuk menghadirkan kembaliornament figuratif. Hal tersebut
memunculkan pertanyaan betapa bangunan baru telah didorong menjadi simbolis
dan monumental, tetapi bermain-main seperti halnya arsitektur masa lalu.
Tampaknya dari pemikiran diatas, terjadi penggabungan dua makna yang berbeda
pada bangunan Grand Royal Panghegar yaitu penggabungan dua langgam
berbeda, Art Deco dan modern. Selain itu apabila diperhatikan lebih dalam
bangunan terbagi menjadi beberapa bagian tropomoetri bangunan klasik, yaitu
podium, badan, kepala. Artinya, Grand Royal Panghegar adalah bangunan
posmodern.
2.
Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata
yang disusun oleh Dedy Kurniawan yang berjudul “Telaah Arsitektur Art Deco
pada Bangunan Kampus Stikubank”.
Skripsi ini membandingkan antara
karakteristik dasar art deco dengan obyek studi, yaitu Kampus Stikubank. Hingga
kemudian hasil akhirnya adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut
berlanggam art deco atau tidak. Analisis dilakukan dengan memaparkan poinpoin karakteristik tersebut dalam bentuk tabel, yang kemudian menjadi variabel
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa, Stikubank tidak memilliki
keseluruhan karakteristik arsitektur art deco untuk disebut sebagai art deco. Ciriciri arsitektur art deco yang menonjol pada bangunan adalah streamline dan
classical moderne berupa penguatan unsur horisontalisme dan adanya menara
sebagai klimaks bangunan. Sebagai penguat analisis, yaitu sebagai pembanding,
penelitian ini mengambil satu sampel tambahan, yaitu bangunan Bank Permata
yang sudah sangat dikenal sebagai bangunan berlanggam art deco.
Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut di atas.
Penelitian pertama cenderung menggunakan teori posmodern sebagai variabel. Selain
itu, unsur art deco tidak dibahas secara mendetail penerapannya.
Penelitian ini hampir memiliki kesamaan dengan penelitian kedua, namun pada
penelitian ini obyek yang diangkat adalah bangunan dengan penerapan gaya art deco
yang lebih kompleks, karena merupakan arsitektur posmodern, dimana art deco tidak
diterapkan secara eksplisit. Berbeda dengan obyek studi Stikubank yang merupakan
bangunan art deco murni.
Oleh karena itu, sebagai pengembangan dari penelitian pertama, penelitian ini
menggunakan metoda analisis pada penelitian kedua, agar melahirkan analisis yang
lebih kritis.
.6
Kerangka Konsep Pemikiran
Gaya arsitektur
Art deco
ART DECO
Suatu gaya kombinasi antara tradisional dan estetika
mesin, yang merupakan bentuk modern dari art
nouveau. Gaya pada art deco menekankan pada
bentuk geometrik.
Arsitektur
Fasad Bangunan
LATAR
BELAKANG
&
FENOMENA
Karakteristik
Geometris
Streamline
TEORI
Material
Ornamental
Warna monokrom
Monolitik
Grand Royal Panghegar, Bandung
STUDI KASUS
.7
Metodologi Riset
Pendekatan Riset
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif studi kasus yang
menggunakan
pendekatan
induktif.
Pendekatan
induktif
menekankan
pada
pengamatan terhadap suatu fenomena yang kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Dalam riset ini, dilakukan studi literatur mengenai gaya
arsitektur art deco dan penerapannya dalam bangunan.
Untuk memfokuskan penelitian, paradigma peneliti diarahkan pada paradigma
kritis. Paradigma kritis memandang suatu obyek secara detail atau dilihat dari elemen
– elemen pembentuknya. Di dalam penelitian ini, paradigma kritis terhadap art deco
dilihat dari karakter – karakter yang mendukung gaya tersebut.
Metode Riset
Metode kualitatif merupakan metode yang sesuai untuk pengumpulan data
riset ini. Dalam metoda ini, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Data literatur/landasan teori yang
berkaitan dengan penelitian digunakan sebagai alat/tolak ukur dalam menganalisa
obyek penelitian terhadap kebenaran data.
Lokasi Riset
Bandung, Jawa Barat.
Studi Kasus
Grand Royal Panghegar Hotel, Bandung
Lokasi
: Jl. Merdeka No. 2, Bandung, 40111
Tahun dibangun : 1961
DRAFT PROPOSAL RISET
Penerapan Gaya Arsitektur Art Deco pada Gedung Grand
Royal Panghegar Hotel, Bandung
Dosen : Dr. Yasmin Suriansyah, Ir., MSP.
Kelas : B
Kamalia Nurul Fikri
2012420065
Deffany Almira
2012420074
Nabila Qatrunnada
2012420118
Candy Amanda M.
2012420128
Desire Prima Tania
2012420205
Bandung
Maret 2015
BAB I
1.1 Latar Belakang
Art deco adalah gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum
Perang Dunia II. Art deco banyak diterapkan dalam berbagai bidang, misalnya eksterior,
interior, mebel, patung, perhiasan dan lain-lain. Art deco dipengaruhi oleh berbagai
macam aliran modern, antara lain Kubisme, Futurisme dan Konstruktivisme serta juga
mengambil ide-ide desain kuno seperti dari Mesir, Siria dan Persia. Langgam art deco
tercipta dari pencampuran ornamen-ornamen historis, aliran arsitektur sekarang dan
muatan lokal. Setiap negara yang menerima langgam Art deco mengembangkannya
sendiri dan memberikan sentuhan lokal sehingga art deco di suatu tempat akan berbeda
dengan art deco di tempat lain.
Di Indonesia, Bandung menjadi pusat bangunan berlanggam art deco. Bandung
pernah dijuluki sebagai kota laboratorium arsitektur art deco dunia karena banyaknya
bangunan dengan langgam art deco di kota ini. Hal ini terjadi karena pernah terjadi
pemindahan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung tahun 1915. Belanda
banyak mendatangkan arsitek-arsitek andal ke Indonesia untuk membangun dan menata
Bandung. Pembangunan diawali dengan membangun pusat pemerintahan, militer,
Gedung Sate sampai bangunan publik dan komersial seperti pemandian umum, bioskop,
hotel, dan taman-taman kota.
Dari banyaknya bangunan yang bergaya art deco di bandung, hotel grand royal
panghegar dipilih sebagai obyek studi pada penelitian ini. Obyek studi ini dinilai menarik
karena penerapan unsur art deconya yang tidak biasa, melalui bangunan ini dapat terlihat
bagaimana gaya art deco dapat berdialog dengan lingkungannya (lokalitas) namun tetap
mengikuti perkembangan zaman.
1.2 Rumusan Masalah
Pertanyaan
:
Seberapa banyakkah karakter art deco yang diterapkan pada grand royal panghegar?
Bagaimana cara menerapkan gaya art deco pada gedung grand royal panghegar?
Pernyataan
:
Terdapat banyak karakter art deco yang diterapkan oleh grand royal panghegar.
Terdapat berbagai cara dalam menerapkan gaya art deco pada gedung grand royal
panghegar.
Hipotesa :
Ada penerapan gaya art deco yang berbeda pada gedung grand royal penghegar
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami gaya art deco dilihat dari karakteristik karakteristiknya. Gaya art deco sebagai salah satu gaya arsitektur merupakan gaya yang
paling berkembang di Kota Bandung. Penerapannya pada bangunan di Bandung tentunya
mengalami penyesuaian – penyesuaian tertentu, yang mengakibatkan adanya perbedaan
penerapan gaya yang ditampilkan. Perbedaan penerapan inilah yang akan diteliti dan
dianalisa dalam penelitian ini.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan analisa – analisa yang dilakukan akan
memberikan wawasan baru dan menjadi sumber inspirasi dalam proses perancangan bagi
mahasiswa arsitektur dan penikmat gaya arsitektur modern khususnya gaya art deco.
Selain itu, diharapkan laporan ini dapat menjadi referensi atau sumber literatur bagi para
peneliti lain yang juga sedang mengkaji gaya art deco.
1.5 Kajian Pustaka
Dari penelusuran yang telah dilakukan, ditemukan bahwa gaya art deco telah banyak
dikaji sejak kemunculannya. Dimulai pada awal abad ke-20, art deco merupakan
gabungan dari berbagai aliran, termasuk Konstruksionisme, Kubisme, Modernisme,
Bauhaus, Art Nouveau, dan Futurisme. Seperti disebutkan pada buku karya Paul T.
Frank, art deco, in contrast to these extreme views, sought to locate a modern vision that
embraced technology, yet symbolically referenced ancient civilizations of the past
(Striner, 1990: 21-22). Art deco merupakan gambaran dari sebuah gaya yang sekaligus
mengadaptasi modernisme dan teknologi dengan peradaban di masa lalu.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa art deco terhubung dengan peradaban kuno melalui
pengaruh seni tradisional Afrika, Mesir, atau Aztek Meksiko, yang diimplementasikan
melalui ornamen-ornamen historis (Bayer, 1992: 15).
Masih dalam buku yang sama, terdapat pendapat yang mengatakan, apa yang
membuat sebuah bangunan atau struktur dikenali sebagai art deco adalah jiwa yang
terkandung padanya. Secara metafora, bangunan bergaya art deco berusaha untuk
menjangkau Tuhan dengan unsur vertikal, dan secara bersamaan diseimbangkan oleh
unsur horizontal sebagai skala manusia (Striner, Spring 1990: 2 I).
Selanjutnya, dilakukan penelusuran terhadap karya tulis ilmiah yang relevan dengan
penelitian ini, diantaranya:
1.
Karya tulis ilmiah yang disusun oleh Jerry Adam dan Rizki Swandara. R (Itenas)
yang berjudul “Kajian Desain Fasad Baru Grand Royal Panghegar Bandung
Dalam Perspektif Arsitektur Posmodern”. Karya tulis ilmiah ini menjelaskan
mengenai fasad Grand Royal Panghegar melalui perspektif arsitektur posmodern.
Dikatakan Fasad Grand Royal Panghegar didesain dengan memunculkan kembali
gaya Art Deco sebagai karakteristik bangunan-bangunan yang ada di Kota
Bandung. Ornamen Art Deco bisa ditemukan pada sebagaian besar fasad
bangunan Grand Royal Panghegar, baik itu podium, badan bangunan, sampai
kepala bangunan semuanya tidak terlepas dari sentuhan ornamen Art Deco. Grand
Royal Panghegar banyak mengeksplor karakter Art Deco dari bangunanbangunan bersejarah yang ada di Kota Bandung.
Penerapan unsur-unsur arsitektur modern minimalis pada fasad massa
bangunan baru cukup direpresentasikan dengan jelas pada penggunaan cladding,
pemilihan material, pemilihan warna dan tekstur, penggabungan komposisi massa
bangunan, dan tidak ditemukannya penggunaan motif yang rumit. Secara
keseluruhan, desain pada fasad massa bangunan baru dibuat sederhana, elegan,
dan menerapkan prinsip “form follow function” juga “less is more”.
Hingga sampai pada kesimpulan bahwa Bangunan Grand Royal Panghegar
didesain dengan cara berpikir yang berbeda dengan proses desain arsitektur
modern. Bangunan ini didesain dengan berbagai macam rujukan yang bertujuan
menciptakan fiksi yang tidak mudah dibaca baik oleh pengguna maupun
masyarakat luas. Grand Royal Panghegar cenderung memperhatikan soal
penerimaan tipe bangunan bersejarah dan interest terhadap aspek simbolik pada
bentuk fasad. Eksplorasi terhadap seni Art Deco sangat kental terasa pada
bangunan Grand Royal Panghegar, sebagian besar bangunan ini menggunakan
substruktur granit berwarna hitam ataupun putih, hal ini merupakan usaha dari
sang arsitek untuk menghadirkan kembaliornament figuratif. Hal tersebut
memunculkan pertanyaan betapa bangunan baru telah didorong menjadi simbolis
dan monumental, tetapi bermain-main seperti halnya arsitektur masa lalu.
Tampaknya dari pemikiran diatas, terjadi penggabungan dua makna yang berbeda
pada bangunan Grand Royal Panghegar yaitu penggabungan dua langgam
berbeda, Art Deco dan modern. Selain itu apabila diperhatikan lebih dalam
bangunan terbagi menjadi beberapa bagian tropomoetri bangunan klasik, yaitu
podium, badan, kepala. Artinya, Grand Royal Panghegar adalah bangunan
posmodern.
2.
Skripsi Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Soegijapranata
yang disusun oleh Dedy Kurniawan yang berjudul “Telaah Arsitektur Art Deco
pada Bangunan Kampus Stikubank”.
Skripsi ini membandingkan antara
karakteristik dasar art deco dengan obyek studi, yaitu Kampus Stikubank. Hingga
kemudian hasil akhirnya adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut
berlanggam art deco atau tidak. Analisis dilakukan dengan memaparkan poinpoin karakteristik tersebut dalam bentuk tabel, yang kemudian menjadi variabel
penelitian.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa, Stikubank tidak memilliki
keseluruhan karakteristik arsitektur art deco untuk disebut sebagai art deco. Ciriciri arsitektur art deco yang menonjol pada bangunan adalah streamline dan
classical moderne berupa penguatan unsur horisontalisme dan adanya menara
sebagai klimaks bangunan. Sebagai penguat analisis, yaitu sebagai pembanding,
penelitian ini mengambil satu sampel tambahan, yaitu bangunan Bank Permata
yang sudah sangat dikenal sebagai bangunan berlanggam art deco.
Adapun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut di atas.
Penelitian pertama cenderung menggunakan teori posmodern sebagai variabel. Selain
itu, unsur art deco tidak dibahas secara mendetail penerapannya.
Penelitian ini hampir memiliki kesamaan dengan penelitian kedua, namun pada
penelitian ini obyek yang diangkat adalah bangunan dengan penerapan gaya art deco
yang lebih kompleks, karena merupakan arsitektur posmodern, dimana art deco tidak
diterapkan secara eksplisit. Berbeda dengan obyek studi Stikubank yang merupakan
bangunan art deco murni.
Oleh karena itu, sebagai pengembangan dari penelitian pertama, penelitian ini
menggunakan metoda analisis pada penelitian kedua, agar melahirkan analisis yang
lebih kritis.
.6
Kerangka Konsep Pemikiran
Gaya arsitektur
Art deco
ART DECO
Suatu gaya kombinasi antara tradisional dan estetika
mesin, yang merupakan bentuk modern dari art
nouveau. Gaya pada art deco menekankan pada
bentuk geometrik.
Arsitektur
Fasad Bangunan
LATAR
BELAKANG
&
FENOMENA
Karakteristik
Geometris
Streamline
TEORI
Material
Ornamental
Warna monokrom
Monolitik
Grand Royal Panghegar, Bandung
STUDI KASUS
.7
Metodologi Riset
Pendekatan Riset
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif studi kasus yang
menggunakan
pendekatan
induktif.
Pendekatan
induktif
menekankan
pada
pengamatan terhadap suatu fenomena yang kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Dalam riset ini, dilakukan studi literatur mengenai gaya
arsitektur art deco dan penerapannya dalam bangunan.
Untuk memfokuskan penelitian, paradigma peneliti diarahkan pada paradigma
kritis. Paradigma kritis memandang suatu obyek secara detail atau dilihat dari elemen
– elemen pembentuknya. Di dalam penelitian ini, paradigma kritis terhadap art deco
dilihat dari karakter – karakter yang mendukung gaya tersebut.
Metode Riset
Metode kualitatif merupakan metode yang sesuai untuk pengumpulan data
riset ini. Dalam metoda ini, landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus
penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Data literatur/landasan teori yang
berkaitan dengan penelitian digunakan sebagai alat/tolak ukur dalam menganalisa
obyek penelitian terhadap kebenaran data.
Lokasi Riset
Bandung, Jawa Barat.
Studi Kasus
Grand Royal Panghegar Hotel, Bandung
Lokasi
: Jl. Merdeka No. 2, Bandung, 40111
Tahun dibangun : 1961