Sikap Masyarakat Kota Medan Mengenai Biosolar Sebagai Energi Alternatif

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka
Biosolar
Sejak dilakukannya ujicoba di sepuluh Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum (SPBU) pada awal Juli 2010, hingga November 2010 sudah lebih dari 160
SPBU di Sumatera Utara (Sumut) menyalurkan biosolar. Hal tersebut sebagai
bentuk dukungan Pertamina terhadap program pemerintah tentang penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif.
(Anonimousa, 2011)
Volume penyaluran biosolar pun terus meningkat dari bulan ke bulan.
Pada bulan Oktober 2010, penyaluran biosolar mencapai 30.510 kilo liter (sekitar
1.000 kl/hari). Jauh lebih tinggi dibandingkan penyaluran pada bulan September
2010 sebesar 17.150 kl dan Agustus sebesar 12.350 kl. Peningkatan ini selain
karena penambahan outlet SPBU yang menyalurkan biosolar, juga menunjukkan
respon positif dari masyarakat selaku konsumen biosolar (Anonimousb, 2011).
Biosolar yang dipasarkan di Sumatera Utara adalah Biosolar B-5 dengan
kandungan 95% minyak solar dan 5% Fatty Acids Methyl Ester (FAME). Untuk
selanjutnya akan dipasarkan Biosolar B-10 dengan kandungan 90% minyak solar
dan 10% Fatty Acids Methyl Ester (FAME) dengan cetane number minimal 48,

produk ini dapat digunakan untuk mobil-mobil bermesin diesel pada umumnya

Universitas Sumatera Utara

tanpa perlu modifikasi. Biosolar dilepas ke pasaran dengan harga setara dengan
harga produk solar bersubsidi (Anonimousb, 2011)
Biosolar adalah bahan bakar alternatif yang digunakan untuk mengganti
bahan bakar solar. Biosolar merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran
mono--alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti
minyak sayur atau lemak hewan.
Biosolar mempunyai beberapa keunggulan diantaranya adalah mudah
digunakan, limbahnya bersifat ramah lingkungan (biodegradable), tidak beracun,
bebas dari logam berat sulfur dan senyawa aromatik serta mempunyai nilai flash
point (titik nyala) yang lebih tinggi dari petroleum diesel sehingga lebih aman jika
disimpan dan digunakan. Secara teknis biosolar yang berasal dari minyak nabati
dikenal sebagai VOME (Vegetable Oil Metil Ester) dan merupakan sumberdaya
yang dapat diperbaharui karena umumnya dapat diekstrak dari berbagai hasil
produk pertanian seperti minyak kacang kedelai, minyak kelapa, minyak bunga
matahari maupun minyak sawit ( Anonimousc, 2011).

Sebenarnya belum ada istilah tepat untuk meng-Indonesia-kan istilah
biofuel ini. Di sejumlah ensiklopedi yang dibuka-buka WePe ( Tim Web
Pertamina) sulit ditemukan entri kata biofuel, biosolar. Yang paling gampang
ditemukan adalah kata biomass. Dimaklumi, karena keberadaan biofuel
merupakan fenomena lama (sejak dikembangkan Rudolf Christian Karl Diesel
awal abad 20) tapi baru dikembangkan lagi terakhir ini, ketika manusia berpikir
mencari energi alternatif di luar energi fosil. Kalau melihat sifat dan karakteristik

Universitas Sumatera Utara

jenis bahan dasarnya, maka istilah biofuel lebih pas diistilahkan sebagai bahan
bakar dari unsur hayati non fosil. Lebih ringkasnya, bahan bakar hayati non fosil.
Pengertian yang bisa kita peroleh sekarang, bahwa penamaan jenis-jenis turunan
dari keluarga biofuel ini tergantung dari jenis bahan dasar yang dipakai. Maka ada
yang disebut biosolar, bioethanol, dan bio-oil, atau biomassa. Biosolar
dimanfaatkan untuk mengurangi konsumsi solar. Bahan dasarnya minyak nabati,
yaitu minyak kelapa sawit dan jarak pagar (Tim WePe Pertamina, 2006).

2.2 Landasan Teori
Sikap

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak maupun perasaan tidak mendukung atau memihak pada objek tersebut
(Azwar, 1995).
Jadi, pengertian sikap ini dapat dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu
sikap dalam bentuk fisik dan sikap dalam bentuk non fisik. Sikap dalam bentuk
fisik adalah tingkah laku yang terlahir dalam bentuk gerakan dan perbuatan fisik.
Sikap dalam bentuk non fisik, yang sering juga disebut mentalis, merupakan
gambaran keadaan kepribadian seseorang yang tersimpan dan mengendalikan
setiap tindakannya; tidak dapat dilihat serta sulit dibaca. Jika individu bersikap
positif pada suatu objek tertentu, maka ia akan cenderung membantu dan memuji,
atau mendukung objek tersebut, jika ia bersifat negatif, maka ia akan cenderung
mengganggu atau menghukum atau merusak objek tersebut (Krech dkk, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Komponen - komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan dan
kemampuan mengambil keputusan (Ban dan Hawkins, 2002). Struktur sikap
terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif
(coginitive), komponen afektif (affective) dan komponen konatife (conative).
Komponen kognitif merupakan komponen representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
emosional sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 1995).
Keragaman sikap diantara anggota-anggota kelompok suatu kelompok
budaya sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa anggota kelompok
tersebut ternyata mempunyai keyakinan yang sama menegenai objek, orang,
peristiwa, masalah (Krech dkk, 1996).

2.3 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Harahap (2012), sikap diukur dengan 15 pernyataan
positif dan 15 pernyataan negatif. Untuk pernyataan positif, jawaban Sangat Tidak
Setuju (STS) diberi nilai 1, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2, Ragu-ragu (R) diberi
nilai 3, Setuju (S) diberi nilai 4, Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5. Demikian
sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi
nilai 5, Tidak Setuju (TS) diberi nilai 4, Ragu-ragu (R) diberi nilai 3, Setuju (S)
diberi nilai 2,dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Dari jawaban setiap pernyataan
akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian
secara kumulatif dilihat deviansinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh
skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap
masing-masing dijumlahkan.


Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Pemikiran
Penyaluran biosolar di kota Medan merupakan salah bentuk dukungan
Pertamina terhadap program pemerintah tentang penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif. Hal ini terlihat dari
banyaknya jumlah SPBU yang menyalurkan biosolar mencapai 160 SPBU di
Sumatera Utara.
Pemerintah menjadikan PT PERTAMINA (Persero) sebagai salah satu
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertanggung jawab dalam pemasaran
dan pendistribusian BBM di Indonesia. Dalam pemasaran nya PT. PERTAMINA
( persero ) melalui UPMS I Medan yang bekerja sama dengan IMG ( Instalasi
Medan Grup ) sebagai badan yang berada dibawah pertamina dan kemudian
disalurkan ke konsumen akhir melalui SPBU ( Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum ).
Pengetahuan masyarakat kota Medan mengenai biosolar terjadi lewat
informasi- informasi yang diperoleh dari berbagai pihak, seperti media cetak, TV,
serta SPBU itu sendiri dan lain- lain yang menyediakan informasi tentang
biosolar. Banyaknya masyarakat yang belum mengetahui tentang biosolar ini
mungkin terjadi karena kurangnya sosialisasi dari pihak terkait serta kurangnya

pengetahuan dari masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu, ada berbagai faktor sosial ekonomi masyarakat seperti
pendidikan, umur, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan, yang
mempengaruhi sikap masyarakat dalam menanggapi biosolar sebagai energi
alternatif yang sedang berkembang saat ini.

Universitas Sumatera Utara

Untuk lebih mempermudah di dalam mengarahkan penelitian ini, maka
disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

KONSUMEN BIOSOLAR
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP
MASYARAKAT KOTA MEDAN
1.
PENDIDIKAN
2.
UMUR

3.
LAMANYA MENGGUNAKAN
BIOSOLAR
4.
PENDAPATAN

SIKAP

NEGATIF

POSITIF

Ket :

Hubungan
Menimbulkan

2.5 Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka di ambil hipotesis penelitian
yaitu :

Ada hubungan umur, pendidikan, lamanya menggunakan biosolar dan pendapatan
responden dengan sikap masyarakat kota Medan mengenai biosolar sebagai energi
alternatif.

Universitas Sumatera Utara