Makalah Priode Bayi Tahun - Makalah

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm.3-4).

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu“ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003, hlm. 121).

Pengetahuan (Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan (Hidayat, 2007).

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber seperti, media poster, kerabat dekat, media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu, sehingga seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinannya tersebut ( Istiari, 2000)


(2)

2. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Cara Tradisional Untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini dilakukan sebelum ditemukan metode ilmiah, yang meliputi :

1) Cara Coba Salah (Trial Dan Error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila tidak berhasil, maka akan dicoba kemungkinan yang lain lagi sampai didapatkan hasil mencapai kebenaran.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Di mana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut.


(3)

4) Melalui Jalan Pikiran

Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan fikiran.

b.Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah (Notoatmodjo, 2005, hlm. 11-14).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Umur

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2001, hlm. 25).

Singgih D. Gunarso (1990) mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses–proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu bertambahnya proses perkembangan ini tidak secepat ketika berusia belasan tahun.

Abu Ahmadi (1997) juga mengemukakan bahwa memori atau daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh


(4)

pada bertambahnya pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur–umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. (Sarwono, 1992, yang dikutip Nursalam, 2001). Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. (Notoatmodjo, 1993). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, menurut IB Marta (1997), makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Pendidikan diklasifikasikan menjadi :

a). Pendidikan tinggi: akademi/ PT b).Pendidikan menengah: SLTP/SLTA c).Pendidikan dasar : SD

Dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun dari media masa, sebaliknya tingkat pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan dan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Koentjaraningrat, 1997, dikutip Nursalam, 2001). Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan, dan informasi yang disampaikan (Effendi, 1998, hlm. 14).


(5)

Wiet Hary dalam Notoatmodjo (1993) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh pada umumnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pemngalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu (Notoatmodjo, 2002 : 13).

Pengalaman akan menghasilkan pemahaman yang berbeda bagi tiap individu, maka pengalaman mempunyai kaitan dengan pengetahuan. seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan menambah pengetahuan (Cherin, 2009)

4. Tingkat Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dibandingkan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan karena didasari oleh kesadaran, rasa tertarik, dan adanya pertimbangan dan sikap positif. Tingkatan pengetahuan terdiri atas 6 tingkat yaitu :


(6)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (Recall) terhadap suatu yang khusus dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, “Tahu“ merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah gunanya untuk mengukur bahwa orang tahu yang dipelajari seperti: menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang objek yang diketahui, dapat menjelaskan materi tersebut dengan benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian–bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


(7)

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang ada (Notoatmodjo, 2005, hlm. 122).

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005).

B. Teori Perawatan Masa Nifas

1. Pengertian Perawatan Masa Nifas

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998, hlm. 115).

Masa nifas yaitu masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Prawirohardjo, 2002, hlm. 237).


(8)

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan dan pengembalian alat–alat kandungan keadaan semula. Proses masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari. Aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan kemampuan ibu dalam merawat dirinya agar mampu memelihara dan mencegah timbulnya penyakit sehingga ibu mampu merawat bayi, keluarga dan dirinya dengan baik (Jenny, 2006).

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. Perawatan masa nifas ini dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan postpartum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus tetap waspada lebih kurangn 1 jam sesudah melahirkan (Silvinna, 2008).

Perwatan masa nifas mengacu pada pelayanan medis dan keperawatan yang diberikan kepada wanita selama masa nifas, yakni periode 6 minggu setelah melahirkan, dimulai dari akhir persalinan dan berakhir sampai kembalinya organ-organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil (stright, 2004, hlm. 187). Masa nifas dibagi menjadi 3 priode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.


(9)

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulan, atau tahunan (Mochtar, 1998, hlm. 155).

2. Macam- macam Perawatan Selama Masa Nifas a. Kontraksi Uterus

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga sebagi respons terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Selama 1 sampai 2 jam pertama postpartum intensitas kontraksi bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. karena itu penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, dengan cara melakukan massage uterus, dianjurkan untuk menyusui bayi membiarkan bayi dipayudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin (Bobak, 2004, hlm. 493).

b. Kandung Kemih

Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang ibu sulit waktu kencing karena pada persalinan spinter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin. Juga karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh ibu sulit kencing sebaiknya lakukan kateterisasi, sebab hal ini dapat mengandung terjadinya infeksi. Bila infeksi terjadi maka pemberian antibiotik sudah pada tempatnya.


(10)

4. Defekasi

Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari postpartum. Bila ada obstipasi dan timbul berak yang keras, dapat diberikan obat pencahar (laxantia) peroral atau parenteral, atau dilakukan klisma bila masih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum, dan menimbulkan demam (Silvinna, 2008).

5. Perawatan Perineum

Perineum adalah area antara jalan lahir (vagina) dengan dubur (rectum). Pada primipara (ibu yang pertama kali melahirkan) dilakukan episiotomi sehingga menimbulkan luka dan perlu dilakukan penjahitan (heacting). Untuk menghindari infeksi, ada beberapa cara untuk merawat perineum yaitu :

1) Siapkan alat-alat cuci (Sabun, air, washlap, kassa dan pembalut yang bersih).

2) Cucilah tangan di kran yang mengalir dengan sabun yang sebelumnya sudah melepaskan semua perhiasan. Lalu melepaskan pembalut yang kotor dari depan ke belakang.

3) Bersihkan dengan kassa betadine dari depan ke belakang, keringkan dengan washlap dan tempelkan kassa betadine lalu pasang pembalut, dan celana dalam. Dalam keadaan normal proses penyembuhan jaringan akan terjadi sekitar 10 hari jika tidak ada infeksi (Sifuddin, 2002).

6. Kebersihan Vagina

Pada masa nifas terjadi perdarahan sampai 40 hari. Di sinilah pentingnya menjaga kebersihan di daerah sekitar vagina dengan seksama. Kebersihan vagina harus dilakukan karena beberapa alasan, seperti:


(11)

1) Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.

2) Vagina merupakan daerah yang dekat dengan tempat buang air kecil dan tempat buang air besar.

3) Vagina merupakan organ terbuka sehingga memudahkan kuman yang ada di daerah tersebut menjalar ke rahim.

Kemudian cara agar vagina bersih adalah:

1) Siram vagina dan anus dengan air setiap kali BAK dan BAB. Air yang digunakan tidak perlu masak asal bersih. Basuh hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel disekitar vagina, baik kotoran dari air seni, darah nifas, maupun feses, karena bisa menimbulkan infeksi pada luka robekan atau jahitan.

2) Cara membilas yang benar adalah dari depan ke beakang. Bukan sebaliknya. Proses membersihkan dari belakang ke depan dapat mengakibatkan bakteri dan kuman yang ada di anus masuk ke vagina sehingga memungkinkan infeksi bisa menjadi lebih besar.

3) Keringkan bibir vagina dengan handuk lembut, lalu gantilah pembalut. Yang perlu dicermati, pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB minimal 3 jam sekali atau bila ibu merasa tidak nyaman. Bila tidak sering diganti, daerah seputar vagina akan lembab serta penuh kuman yang menyebabkan rawan infeksi (Nakita, 2008).

7. Perawatan Payudara

Sebagian besar wanita tidak mengenali secara mendalam bagian–bagian payudara sehingga tidak heran jika setelah persalinan mereka tidak tahu


(12)

bagaimana menjaga kesehatan payudara. Perawatan payudara dilakukan sejak kehamilan sampai setelah melahirkan dan dilakukan secara teratur. Merawat putting susu yang baik dan beberapa masalah yang dihadapi yaitu : 1) Mengompres putting susu dengan kapas berminyak selama 5 menit agar

kotoran terangkat, kemudian mengolesi minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu meletakkan pada putting susu dan lakukan gerakan memutar sebanyak 30 kali agar meningkatkan elastisitas puting susu.

2) Bila putting susu datar dapat dilakukan dengan meletakkan kedua ibu jari disamping kanan dan kiri putting, lalu menarik kearah luar dengan perlahan kemudian lakukan lagi pada bagian atas dan bawah putting. Diharapkan putting dapat keluar sehingga dapat memberikan ASI pada bayi.

3) Bila terjadi bendungan payudara dapat diusahakan dengan menyusukan sesering mungkin dikedua payudara, kompres air hangat sebelum menyusukan sambil dipijat dengan lembut, gunakan BH yang menyokong payudara, kompres air dingin setelah menyusui, bila perlu berikan analgetik. Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara sebelum laktasi, juga disebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak sempurna. payudara akan terasa panas, keras pada perabaan, nyeri, tegang, dan bengkak yang terjadi pada hari ke 3–5 masa nifas.

4) Mastitis adalah infeksi dan peradangan pada payudara yang terjadi melalui luka pada putting, bisa dari peredaran darah. Tanda–tanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai kenaikan


(13)

suhu, ibu merasa lesu, tidak nafsu makan, payudara membesar, nyeri perabaan, mengkilat, kemerahan, terjadi pada 3–4 minggu masa nifas. Diatasi dengan membersihkan putting sebelum dan sesudah menyusui, menyusui pada payudara yang tidak sakit, kompres dingin sebelum menyusui, gunakan BH untuk menyokong payudara, berikan antibiotik dan analgetik, istirahat yang cukup dan banyak minum.

5) Abses payudara adalah kelanjutan dari mastitis yang tidak ditangani cepat. Ditandai dengan payudara bengkak, bernanah, mengeras dan padat, merah meradang, dan nyeri. Dilakukan dengan insisi untuk mengeluarkan nanah, diberikan antibiotik dan analgetik, gunakan BH untuk menopang payudara, kompres dingin sebelum menyusui untuk mengurangi nyeri, tetap memberikan ASI walaupun masih ada nanah (Sifuddin, 2002, hlm. 262-263).

6) Bayi tidak suka menyusui disebabkan pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui dan menyusui dengan posisi terlentang dan bayi diletakkan di atas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Pada bayi yang mengantuk sudah waktunya diberi ASI, usahakan agar bayi terbangun.


(14)

8. Istirahat

Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh istirahat/tidur telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan kanan. Menganjurkan ibu untuk mulai melakukan kegiatan rumah tangga perlahan–lahan selagi bayi tidur, bila ibu kurang istirahat akan mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi dan memperbanyak perdarahan, menimbulkan depresi dan ketidak mampuan ibu merawat bayi dan dirinya sendiri (Hasselguist, 2006, hlm. 14).

9. Latihan ( senam nifas)

Pada umumnya setelah melahirkan, ibu takut melakukan banyak gerak. Ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Salah satu aktivitas yang dianjurkan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanaannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Tujuan senam nifas ini untuk mempertahankan kesehatan dan untuk kebugaran ibu juga dapat memperlancar aliran darah setelah persalinan, dapat memperbaiki otot–otot reproduksi selama persalinan (Susternada, 2007).

Tahap senam nifas ini di mulai dari yang paling sederhana sampai yang sulit. Adapun geraka-gerakannya sebagai berikut:

1) Hari pertama, sikap tubuh terlentang dan rileks dengan lengan disamping, kemudian lakukan pernafasan menarik perut diawali dengan mengambil nafas melalui hidung dan tahan hingga hitungan ke-5 atau hitungan ke-8 kemudian buang melalui mulut, lakukan hingga 5-10 kali.


(15)

2) Hari kedua, sikap tubuh terlentang tetapi kedua tangan dibuka lebar hingga sejajar dengan bahu kemudian pertemukan kedua tangan tersebut diatas muka. Lakukan gerakan ini 5-10 kali.

3) Hari ketiga, sikap tubuh terlentang tetapi kedua kaki agak dibengkokkan sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi kembali gerakan hingga 5-10 kali.

4) Hari keempat, sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk lebih kurang 45 derajat kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu lebih kurang 45 derajat dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. lakukan gerakan tersebut 5-10 kali

5) Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk diulangi sebaliknya lakukan hingga 5-10 kali.

6) Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian kaki di tekuk ke arah perut 900 secara bergantian antara kaki kiri dan kanan. Dilakukan 5-10 kali.

7) Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian. Lakukan 5-10 kali.

8) Hari kedelapan, sembilan dan sepuluh, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan ditengkuk bangun untuk duduk (sit up). Lakukan 5-10 kali (Manuaba, 1999, hlm. 155-157).


(16)

10.Nutrisi

Untuk melakukan seluruh kegiatan sehari–hari dan memberikan ASI diperlukan nutrisi yang lebih untuk ibu dan bayi. Ibu harus makan makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein, banyak minum cairan, makan sayur dan buah–buahan juga tablet zat besi untuk menambah zat gizi, membantu perbaikan otot–otot reproduksi, untuk menambah tenaga ibu yang hilang selama proses persalinan, dan membantu produksi ASI (Saifuddin, 2002, hlm. N-25).

11.Seksualitas

Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, dan aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan (Saifuddin, 2002, hlm.128).

Untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah–masalah yang akan terjadi selama masa nifas maka ibu dianjurkan berkunjung kepelayanan kesehatan minimal 4 kali kunjungan.

1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan 1 yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu


(17)

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan II yaitu memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu tidak mengalami depresi setelah pulang kerumah, menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan ulang III yaitu sama dengan kunjungan ke II. 4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan ulang IV yaitu menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami, dan memberikan konseling untuk KB secara dini (Wheeler, 2003, hlm. 184).


(18)

3. Manfaat Perawatan Masa Nifas a. Kontraksi Uterus

Setelah persalinan uterus berkontraksi ditandai uterus teraba keras dan tegang. Untuk menjaga agar uterus berkotraksi maka dilakukan massage yang mana dapat mencegah terjadinya perdarahan. Karena dengan uterus berkontraksi dapat menjepit pembuluh darah.

b. Kandung Kemih

Manfaat mengosongkan kandung kemih untuk mencegah terjadinya perdarahan yang disebabkan atonia uteri ( Walsh, 2007).

c. Defekasi

Membuang air besar harus segera diakukan hal ini dapat mencegah demam nifas yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, menggigil dan perut terasa nyeri (Bonny, 2003).

d. Perawatan Perineum dan Kebersihan Vagina

Perawatan perineum dan kebersihan vagina dapat mencegah terjadinya infeksi yang mana infeksi salah satu faktor penyebab kematian ibu. dan dengan perawatan yang baik menbuat ibu merasa nyaman dan sehat.

e. Istirahat

Istirahat yang cukup dapat mempercepat pemulihan tenaga yang habis terpakai saat melahirkan dan mempercepat penyembuhan organ-organ tubuh. f. Perawatan Payudara

Perawatan payudara mempunyai manfaat besar baik bagi ibu maupun bayi. Perawatan payudara dapat mencegah terjadinya infeksi seperti mastitis,


(19)

abses, dan bendungan payudara, dengan perawatan payudara bayi mendapatkan ASI yang cukup dan mempunyai kekebalan terhadap infeksi. g. Latihan ( senam hamil )

Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan perenggangan otot abdomen atau disebut juga perut pasca hamil dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Susternada, 2007).

h. Nutrisi

Gizi yang baik dapat memudahkan transisi kardiovaskuler dan hemodinamika yang terjadi pada masa nifas, nutrisi juga dapat memperbaiki jaringan yang rusak dan dapat mengembalikan fungsi usus (Walsh, 2007).


(1)

8. Istirahat

Setelah persalinan, ibu mengalami kelelahan dan butuh istirahat/tidur telentang selama 8 jam kemudian miring kiri dan kanan. Menganjurkan ibu untuk mulai melakukan kegiatan rumah tangga perlahan–lahan selagi bayi tidur, bila ibu kurang istirahat akan mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi dan memperbanyak perdarahan, menimbulkan depresi dan ketidak mampuan ibu merawat bayi dan dirinya sendiri (Hasselguist, 2006, hlm. 14).

9. Latihan ( senam nifas)

Pada umumnya setelah melahirkan, ibu takut melakukan banyak gerak. Ibu biasanya khawatir gerakan-gerakan yang dilakukannya akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan. Salah satu aktivitas yang dianjurkan adalah senam nifas. Senam ini dilakukan sejak hari pertama setelah melahirkan hingga hari kesepuluh. Dalam pelaksanaannya, harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan kontinyu. Tujuan senam nifas ini untuk mempertahankan kesehatan dan untuk kebugaran ibu juga dapat memperlancar aliran darah setelah persalinan, dapat memperbaiki otot–otot reproduksi selama persalinan (Susternada, 2007).

Tahap senam nifas ini di mulai dari yang paling sederhana sampai yang sulit. Adapun geraka-gerakannya sebagai berikut:

1) Hari pertama, sikap tubuh terlentang dan rileks dengan lengan disamping, kemudian lakukan pernafasan menarik perut diawali dengan mengambil


(2)

2) Hari kedua, sikap tubuh terlentang tetapi kedua tangan dibuka lebar hingga sejajar dengan bahu kemudian pertemukan kedua tangan tersebut diatas muka. Lakukan gerakan ini 5-10 kali.

3) Hari ketiga, sikap tubuh terlentang tetapi kedua kaki agak dibengkokkan sehingga kedua telapak kaki menyentuh lantai. Lalu angkat pantat ibu dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5 lalu turunkan pantat ke posisi semula dan ulangi kembali gerakan hingga 5-10 kali.

4) Hari keempat, sikap tubuh bagian atas terlentang dan kaki ditekuk lebih kurang 45 derajat kemudian salah satu tangan memegang perut setelah itu angkat tubuh ibu lebih kurang 45 derajat dan tahan hingga hitungan ke-3 atau ke-5. lakukan gerakan tersebut 5-10 kali

5) Hari kelima, tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengangkat kepala, tangan kanan, menjangkau lutut kiri yang ditekuk diulangi sebaliknya lakukan hingga 5-10 kali.

6) Hari keenam, tidur terlentang, kaki lurus, kemudian kaki di tekuk ke arah perut 900 secara bergantian antara kaki kiri dan kanan. Dilakukan 5-10 kali.

7) Hari ketujuh, tidur terlentang kaki lurus kemudian kaki dibuka sambil diputar ke arah luar secara bergantian. Lakukan 5-10 kali.

8) Hari kedelapan, sembilan dan sepuluh, tidur terlentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan ditengkuk bangun untuk duduk (sit up). Lakukan 5-10 kali (Manuaba, 1999, hlm. 155-157).


(3)

10.Nutrisi

Untuk melakukan seluruh kegiatan sehari–hari dan memberikan ASI diperlukan nutrisi yang lebih untuk ibu dan bayi. Ibu harus makan makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein, banyak minum cairan, makan sayur dan buah–buahan juga tablet zat besi untuk menambah zat gizi, membantu perbaikan otot–otot reproduksi, untuk menambah tenaga ibu yang hilang selama proses persalinan, dan membantu produksi ASI (Saifuddin, 2002, hlm. N-25).

11.Seksualitas

Secara fisik aman memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, dan aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan (Saifuddin, 2002, hlm.128).

Untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah–masalah yang akan terjadi selama masa nifas maka ibu dianjurkan berkunjung kepelayanan kesehatan minimal 4 kali kunjungan.

1) Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)


(4)

anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan II yaitu memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu tidak mengalami depresi setelah pulang kerumah, menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit, memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan ulang III yaitu sama dengan kunjungan ke II. 4) Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)

Tujuan dari kunjungan ulang IV yaitu menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu dan bayi alami, dan memberikan konseling untuk KB secara dini (Wheeler, 2003, hlm. 184).


(5)

3. Manfaat Perawatan Masa Nifas a. Kontraksi Uterus

Setelah persalinan uterus berkontraksi ditandai uterus teraba keras dan tegang. Untuk menjaga agar uterus berkotraksi maka dilakukan massage yang mana dapat mencegah terjadinya perdarahan. Karena dengan uterus berkontraksi dapat menjepit pembuluh darah.

b. Kandung Kemih

Manfaat mengosongkan kandung kemih untuk mencegah terjadinya perdarahan yang disebabkan atonia uteri ( Walsh, 2007).

c. Defekasi

Membuang air besar harus segera diakukan hal ini dapat mencegah demam nifas yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, pusing, menggigil dan perut terasa nyeri (Bonny, 2003).

d. Perawatan Perineum dan Kebersihan Vagina

Perawatan perineum dan kebersihan vagina dapat mencegah terjadinya infeksi yang mana infeksi salah satu faktor penyebab kematian ibu. dan dengan perawatan yang baik menbuat ibu merasa nyaman dan sehat.

e. Istirahat

Istirahat yang cukup dapat mempercepat pemulihan tenaga yang habis terpakai saat melahirkan dan mempercepat penyembuhan organ-organ tubuh. f. Perawatan Payudara


(6)

abses, dan bendungan payudara, dengan perawatan payudara bayi mendapatkan ASI yang cukup dan mempunyai kekebalan terhadap infeksi. g. Latihan ( senam hamil )

Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan perenggangan otot abdomen atau disebut juga perut pasca hamil dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul (Susternada, 2007).

h. Nutrisi

Gizi yang baik dapat memudahkan transisi kardiovaskuler dan hemodinamika yang terjadi pada masa nifas, nutrisi juga dapat memperbaiki jaringan yang rusak dan dapat mengembalikan fungsi usus (Walsh, 2007).