MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGA
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
PADA BBL NY. S DENGAN IKTERIK
DI RSUD PADANG PANJANG
OLEH :
LUSI EKA PUTRI
IRA SUKMA ANISA
WINDA SARI
DESWIMA LARASATI
SUCI ALFIRA SARI
WINDA SILVIA
CI AKADEMIK :
CI LAPANGAN :
(Rika Armalini, SST)
(Karmila, S.Kep)
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama
yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain
itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka
kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar
antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Kejadian ikterus pada BBL di RSUD Padang Panjang ialah 32,19%
dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31
Januari 2008 di ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71
BBL normal, 18 (18,94%) BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan
infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl dengan ikterus neonatorum. Dari data
tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang tepat di kemudian hari
ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak sampai
menimbulkan kern ikterus.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan
ikterus melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah
Varney
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. S dengan ikterus
neonatorum.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum.
1
c. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa dan masalah potensial pada by.
Ny. S dengan ikterus neonatorum
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum.
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang
telah direncanakan by. Ny. S dengan ikterus neonatorum
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Medis
1. Pengertian
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit
dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (sumber :)
a. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir
b. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus
patologi
c. Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak
pada kulit dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan
tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering
ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.
2. Batasan Ikterus
Ikterus terbagi menjadi :
a. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua
dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi
menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau
selambat-lambatnya 10 hari pertama.
3
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg
% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang
bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %
perhari.
4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik
(kern – ikterus)
6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat
timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
1. Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
2. Cepat berkembang
3. Menghilang lebih dari dua minggu
4. Bisa disertai dengan animea
3. Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Produksi yang berlebihan
Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
Hematoma, memar
Spheratisosis kongental
2. Gangguan konjugasi hepar
Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3. Gangguan transportasi
4
Albumin rendah
Ikatan kompetitif dengan albumin
Kemampuan mengikat albumin rendah
4. Gangguan ekresi
Obstruksi saluran empedu
Obstruksi usus
Obstruksi pre hepatik
4. Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No
1
2
3
4
5
Luas Ikterus
Kepala dan leher
Daerah 1 dan badan bagian atas
Daerah 1,2 + badan bagian bawah
dan tungkai
Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di
bawah dengkul
Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki
Kadar bilirubin (mg%)
5
9
11
12
16
5. Kern – Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang,
tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay
opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme
otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian
pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
6. Patofisiologi
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya
kadar bilirubindalam darah, rnisalnya pada hemolisis yang meningkat
5
pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi
G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk
konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi
dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel
hepar.
c. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini
dapat dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek
yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar
hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
e. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga
tidak terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek
samping dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan
hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau
bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan
bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi
bayi bisa mengalami dehidrasi.
f. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap
ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.
g. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus
menurun, pasase makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap
pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan
6
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
A.
Identitas
Nama bayi
: untuk membedakan
bayi yang satu
dengan bayi yang lain
Umur bayi
: untuk mengetahui hari keberapa dilakukan
pengkajian/asuhan
Tgl/jam lahir
: untuk
mengetahui
kapan
bayi
tersebut
lahir/umur
Jenis kelamin
: untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut
(ada kemungkinan terjadi kelaina gender
kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada
iaki-laki).
Berat badan
: untuk
mengetahui
apakah
bayi
lahir
dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi
normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus
kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan
besar masa kehamilan
Panjang badan
: panjang badan normal 48 - 52 cm
Nama Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi/pasien
Umur Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi / pasien .
Suku bangsa
: untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
Agama
: menentukan jenis pendekatan spiritual
Pendidikan
: status sosial ekonomi dan pendapatan
Alamat
: mengetahui
keadaan
lingkungan
tinggal dan untuk identifikasi
B.
Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
1.
Riwayat penyakit kehamilan
7
tempat
2.
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.
a.
Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai,
Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
3.
Kebiasaan waktu hamil
b.
Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat
berpengaruh pada janin/BBL
4.
Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan
: biasanya
ikterus
terjadi
persalinan
dibantu vacm eksraksi
Penolong
: apakah dokter atau bidan
Tempat persalinan
: Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
Umur kehamilan
: pada ikterus kemungkinan terjadi pada
preterm. kecil masa kehamilan. dan.
besar masa kehamilan.
Ketuban
: warnanya jernih atau keruh, baunya khas
atau tidak, jumlahnya normal atau tidak.
Normalnya < 500 cc.
Komplikasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada
persalinan dengan trauma.
Keadaan bayi baru lahir :
nilai dengan APGAR 1 menit
pertama dan 5 menit kedua
C.
Pemeriksaan
Keadaan umum
: Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya
bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas menurun
Suhu
: suhu normal 36,5 - 37,2° C
Pernapasan
: Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1
menit penuh. Normalnya 40-60x / menit
Nadi
: Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
BB sekarang
: untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB
bayi
8
D.
Pemeriksaan fisik secara sistematik
Kepala
: Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah
caput ikterus terjadi pada pendarahan intra
kranial dan sefal hematom
Muka
: Untuk melihat kelainan kongenital, adakah
warna kuning
Mata
: Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning
pucat menandakan anemia
Telinga
: Letak
dan
bentuk
dapat
mencerminkan
kelainan konaenital
Mulut
: Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskiusReflek hisap baik atau tidak
Hidung
: Ada sumbatan atau kelainan lain seperti
cuping hidung.
Leher
: Apakah
ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening / tiroid atau tidak.
Dada
: Apakah tampak simetris atau tidak, ada
wheezing dan ronchi
Tali pusat dan abdomen
: Apakah ada tanda-tanda infeksi atau
tidak dan pada ikterus pada palpasi
abdomen terdapat pembesaran limfe dan
hepar
Punggung
: Adakah kelainan dan dilihat bentuknya,
apakah ada spina bifida atau tidak.
Ekstermitas
: Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
Genitalia
: Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau
belum dan terdapat lubang uretra atau tidak
pada bayi perempuan labia rnayora telah
menutupi labia minora belum? Lubang vagina
ada atau tidak
9
Anus
: Ada atau tidaknya lubang anus
Reflex
: Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan
reflek moro, palmar reflek rooting reflek.
Antropometri
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas.
Eliminasi
Miksi
: Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai
hitam kecoklatan
Meconiurn / feces : Kemungkinan lunak dan berwarna coklat
kehijauan
Warna kulit
: Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus
kramer
2. Interpretasi Data
Neonatus dengan. ikterus patologis.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
4. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar
sesuai dengan. advise dokter.
5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai
dengan penyebabnya.
6. Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai
dengan. perencanaan.
Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah
dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
a. Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat
mengurangi terjadinya ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini
10
mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman
yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium
lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin
berkurang.
b. pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi
terjadinya ikterus fisiologik dan neonatus.
c. Mekanisme
adalah
dengan
menghalangi
atau
mengurangi
peredaran bilirubin enterohepatik.
d. pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak
langsung dalam serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi
enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih
cepat.
2. Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik
dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan
traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus
yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih
cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.
Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran :
-
suhu tubuh 36,5 - 37,2°C
-
tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan
-
kadar bilirubin serum normal
Penatalaksanaan
1. Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera
dan tubuh secara progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap
shift
2. Berikan suhu lingkungan netral.
3. Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin.
4. Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali
5. Beri nutrisi yang adekuat
6. Pantau masukan dan keluaran cairan, timbang BB tiap hari
11
7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.
8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit
kemungkinan iritasi.
9. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11. Periksa jampenggunaan lampu.
3. Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan
cara mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
- pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
- kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
- anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
- kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif
7. Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan
ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi
a. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan
pengeluaran bilirubin Asi telah diberikan dengan segera mempercepat
pendorongan. Gerakan uterus meconium cepat dikeluarkan.
b. Dengan terapi sinar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
- tidak terjadi kerusakan
c. Dengan tranfusi tukar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi infeksi post transfusi
8. Langkah Promotif dan Preventif
- Menghindari penggunaan obat-obatan pada ibu hamil yang berakibat
menimbulkan ikterus (sulfa, antimalaria, nitrofurantio, aspirin,
novobiosin oksitosin)
12
- Penanganan keadaan yang berakibat BBLR
- Penanganan infeksi maternal, KPD secara tepat dan cepat
- Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif
- Menjelaskan pada ibu tentang gejala-gejala ikterus yang muncul
Upaya promotif, preventif dan penataklaksanaan yang dilakukan
bidan sangat penting untuk mendeteksi dini terjadinya hiperbilirubinemia
dan mencegah agar tidak terjadinya kernikterus apabila bayi mengalami
hiperbilirubinemia.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Tanggal : 04 November 2014
Data Subjektif
3.1 Identistas
Nama bayi
:
Bayi Ny. S
Tgl/jam lahir
: 04 November 2014/ 16.00 WIB
Jenis Kelamin
:
Berat Badan
: 3400 gram
Panjang Badan
:
Nama Ibu
: Ny. S
Nama Ayah
: Tn. A
Umur
:
42 tahun
Umur
: 45 tahun
Suku/Bangsa
:
Minang/Indonesia Suku/Bangsa :
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
:
SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
:
Alamat
:
Laki-laki
49 cm
3.2 Anamnesa
Pada tanggal : 04 November 2014
Pukul
: 16.00 WIB
1.
2.
Riwayat penyakit kehamilan
a. Pendarahan
: tidak ada
b. Eklampsia
: tidak ada
Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan
: SC
b. Ditolong oleh
: Dokter
c. Lama persalinan
:
14
Minang/Indonesia
Kala I
: 5 jam
Kala II
: 30 Menit
Kala III
: 5 Menit
d. Ketuban
:+
e. Komplikasi persalinan : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : normal tidak ada kelainan
Waktu
Tanda
Frekuensi
jantung
Usaha
bernafas
0
1
(tidak ada)
< 100
(tidak ada)
Tonus otot
(Lumpuh)
Reflek
(tidak
bereaksi)
warna
Biru/pucat
Menit 1
Frekuensi
jantung
Usaha
bernafas
Lambat,
tidak teratur
Ekstremitas
, fleksi
sedikit
Gerakan
sedikit
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas
biru
(tidak ada)
(tidak ada)
Tonus otot
(Lumpuh)
Reflek
(tidak
bereaksi)
warna
Biru/pucat
Menit 2
< 100
Lambat,
tidak teratur
Ekstremitas
, fleksi
sedikit
Gerakan
sedikit
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas
biru
Data Objektif
Keadaan umum
: Baik
Suhu
:
Pernafasan
: 48x / menit
Nadi
: 125 x / menit
Berat badan lahir
: 3400 gram
Panjang
:
37oC
49 cm
15
2
> 100
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
> 100
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
Jumlah
Sianosis
: tidak ada
Ikterik
: ada
LB
: 32 cm
UK
: 34 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematik :
Kepala
: Bentuk kepala bulat, terlihat permukaan kulit berwarna
kuning.
Ubun – ubun
: Tidak relevan
Muka
: Tidak ada kelainan dan kulit berwarna kuning.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, kolera ikterik
Telinga
: Ada lubang, normal, bentuk simetris, tidak ada
kelainan
Mulut
: Tidak ada labiokizis/platokizis (+)
Hidung
: Ada lubang, Bentuk simetris.
Leher
: Tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada
permukaan kulit terlihat kuning
Dada
: Bentuk simetris kiri dan kanan
Tali pusat
: Tidak ada kelainan dan tidak terdapat tandaa-tanda
infeksi,
Punggung
: Posisi
tulang
belakang
normal,
tidak
ada
pembengkakan ataupun tonjolan, permukaan kulit
terlihat kuning.
Ektremitas
: Bentuk simetris, Jari-jari normal.
Genitalia
: Bentuk normal, skrotum berada di bawah/sudah turun.
Anus
: Terdapat lubang anus, lubang penis (+), tidak ada
kelainan.
Reflek :
a. Reflek moro
(+)
b. Reflek Rooting
(+)
c. Reflek grapks
(+)
16
d. Reflek fucling
(+)
Sidik kaki kiri bayi
Sidik kai kanan bayi
Sidik jempol tangan kiri ibu
Sidik jempol tangan kanan ibu
17
18
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Pengumpulan Data
Interprestasi Data
Tanggal : 04 November 2014
Jam : 16.00 WIB
Nama : Bayi Ny. “S”
Diagnosa :
Bayi baru lahir Ny. S
Normal, keadaan
umum bayi baik
DS :
Ibu mengatakan bayi lahir
pada pukul 15.00 WIB
dengan SC
DO :
Bayi lahir SC jam :
15.00 WIB
Keadaan umum : baik
A/S : 8/8
JK : laki-laki
BB : 3400 Kg
PB : 49 cm
R : 48 x/i
N : 125x/i
LK : 34 cm
LD : 32 cm
Pemeriksaan fisik : tidak
ada kelainan
Reflek :
e. Reflek moro ( + )
f. Reflek Rooting ( + )
Diagnosis Data
Ikterik
Tindakan
Segera
Berkolaborasi
dengan dokter
Dasar :
Bayi lahir SC
A/S : 8/8
JK : laki-laki
BB : 3400 Kg
PB : 49 cm
R : 48 x/i
N : 125x/i
LK : 34 cm
LD : 32 cm
Pemeriksaan fisik :
tidak ada kelainan
Masalah :
Bayi dengan ikterik
Kebutuhan :
1. Bersihkan jalan
nafas
2. Cegah terjadi
hipotermi
18
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
- Bersihkan jalan
nafas
- Membersihkan jalan
- Jalan nafas
nafas bayi dengan cara
sudah
lap mulut dan hidung
dibersihkan
bayi dengan kapas
kasa steril untuk
menghilangkan lender
yang menyumbat jalan
nafas.
- Cegah
terjadinya
hipotermi
- Mencegah terjadinya
hipotermi dengan cara
mengeringkan bayi
segera setelah lahir
dan membungkus bayi
untuk
mempertahankan suhu
tubuh bayi
- Bayi sudah
dibersihkan dan
dibungkus
dengan kain
- Berikan ASI
segera dan
sesering
mungkin
- Memberikan ASI
segera dan sesering
mungkin setiap 2 jam
sekali
- Bayi sudah
disusui
- Lakukan
perawatan tali
pusat
- Melakukan perawatan
tali pusat dengan
diberi dan dibungkus
dengan kasa steril dan
- Tali pusat
terawatt dengan
baik
g. Reflek grapks ( + )
h. Reflek fucling ( + )
3. Berikan ASI segera
dan sesering
mungkin
4. Perawatan tali pusat
5. Atur posisi bayi
6. Pemeriksaan fisik
pada bayi
7. Perawatan BBL
8. Letakkan bayi pada
ibu
9. Informasikan hasil
pemeriksaan
menganjurkan kepada
ibu untuk memakai
pakaian yang bersih
dan kering untuk
mencegah infeksi
pada tali pusat
- Atus posisi bayi - Mengatur posisi bayi
dengan memiringkan
kepala
- Bayi dalam
posisi miring
- Lakukan
pemeriksaan
fisik pada bayi
- Melakukan
pemeriksaan fisik
pada bayi secara
sistematis dari kepala
sampai kaki
- Bayi sudah
diperiksa dan
tidak ada
kelainan
- Perawatan BBL
- Merawat BBL :
Mengeringkan bayi
Timbang BB
Ukur TB
Beri obat tetes
mata
Beri vitamin K
1 mg/BB
- Letakkan bayi
pada ibu
19
- Meletakkan bayi pada
ibu agar ibu bisa
menyusuinya dan
bantu ibu menyusui
Bayi sudah
dikeringkan
BB 3400 g
TB 49 cm
Sudah diberi
obat tetes
mata
Sudah diberi
Vitamin K
- Bayi sudah
diletakkan di
dada ibu
bayi bila ibu tidak
sanggup menyusui
- Informasikan
hasil
pemeriksaan
20
- Menginformasikan
hasil pemeriksaan
pada ibu bahwa
bayinya dalam
keadaan sehat dan
normal serta tidak ada
kelainan dan
memberikan ucapan
selamat kepada ibu
atas kelahiran bayinya
- Ibu senang
mendengar
hasil
pemeriksaan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus
neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau
informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari
kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau
gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum.
4.2 Saran
1.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat lebih
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
untuk pasien
2.
Bagi Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya ikterik.
21
DAFTAR PUSTAKA
____. 2010. Kern Icterus. (http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kernicterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
_____. 2012. Manajemen Asuhan Kebidananan pada Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny. “D” di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
(http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayibaru-lahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disiniberi-beri-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-76406/,
diakses tanggal 26 November 2013)
22
Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania:
Saunders
Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di
Kamar Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot.
com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26
November 2013)
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FKUP/RSHS.
Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/
pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung:
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2
Tujuan......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN KASUS
2.1
Konsep Medis................................................................................3
2.2
Konsep Asuhan Kebidanan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1
Identistas.................................................................................... 14
3.2
Anamnesa...................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan.................................................................................21
4.2
Saran......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
24
KATA PENGANTAR
ii
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "BBL dengan Ikterus".
Adapun makalah "BBL dengan Ikterus" ini telah penulis usahakan dapat
disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu
penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaikbaiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "BBL dengan Ikterus" ini bermanfaat,
dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya oleh para pembaca.
Padang Panjang,
25
November 2014
Penulis
i
26
PADA BBL NY. S DENGAN IKTERIK
DI RSUD PADANG PANJANG
OLEH :
LUSI EKA PUTRI
IRA SUKMA ANISA
WINDA SARI
DESWIMA LARASATI
SUCI ALFIRA SARI
WINDA SILVIA
CI AKADEMIK :
CI LAPANGAN :
(Rika Armalini, SST)
(Karmila, S.Kep)
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asuhan kebidanan baru lahir adalah satu pelayanan kesehatan utama
yang diperkirakan dapat menurunkan angka kematian bayi baru lahir. Selain
itu diadakannya sistem rujukan yang selektif yang dapat menurunkan angka
kematian bayi baru lahir.
Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir menurut beberapa penulis berkisar
antara 5% pada bayi cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Kejadian ikterus pada BBL di RSUD Padang Panjang ialah 32,19%
dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg %.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dari periode 15 Januari – 31
Januari 2008 di ruang Perinatologi RSUD terdapat 95 BBL terdiri dari 71
BBL normal, 18 (18,94%) BBLR, 3 (3,15%) BBLSR 2 (2,18%) BBL dengan
infeksitali pusat dan 1 (1,05%) bbl dengan ikterus neonatorum. Dari data
tersebtu penulis tertarik untuk penanganna yang tepat di kemudian hari
ikterus neonatorum dapat ditangni dengan cepat dan tidak sampai
menimbulkan kern ikterus.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan
ikterus melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan 7 langkah
Varney
Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada by. Ny. S dengan ikterus
neonatorum.
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa kebidanan pada by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum.
1
c. Mahasiswa mampu menegakan diagnosa dan masalah potensial pada by.
Ny. S dengan ikterus neonatorum
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan akan tindakan segera atau
kolaborasi by. Ny. S dengan ikterus neonatorum.
e. Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum.
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan atas rencana manajemen yang
telah direncanakan by. Ny. S dengan ikterus neonatorum
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan kebidanan pada by. Ny. S
dengan ikterus neonatorum
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Medis
1. Pengertian
Ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak pada kulit
dan mukosa oleh karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat
peningkatan kadar bilirubin dalam darah (sumber :)
a. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir
b. Ikterus neonatorum ialah suatu gejala yang sering ditemukan pada
bayi baru lahir yang terbagi menjadi ikterus fisiologi dan ikterus
patologi
c. Kesimpulannya ikterus neonatorum adalah warna kuning yang tampak
pada kulit dan mukosa oleh karena keadaannya bilirubin pada jaringan
tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin darah yang sering
ditemukan pada BBL yang terbagi ikterus fisiologis dan patalogis.
2. Batasan Ikterus
Ikterus terbagi menjadi :
a. Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua
dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak
melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi
menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada
bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau
selambat-lambatnya 10 hari pertama.
3
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1. Timbul pada hari kedua sampai ketiga.
2. Kadar bilirubin indirek sesudah 2 a 24 jam tidak melewati 15 mg
% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang
bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %
perhari.
4. Ikterus mengilang pada 10 hari pertama
5. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik
(kern – ikterus)
6. Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
b. Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar
patologik atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut
hiper bilirubin emia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat
timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya.
Ikterus dikatakan Patologis bila :
1. Timbul pada urnur kurang dari 36 jam
2. Cepat berkembang
3. Menghilang lebih dari dua minggu
4. Bisa disertai dengan animea
3. Etiologi
Etiologi ikterus pada neonatus dapat berdiri sendiri atau
disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Produksi yang berlebihan
Golongan darah Ibu - bayi tidak sesuai
Hematoma, memar
Spheratisosis kongental
2. Gangguan konjugasi hepar
Enzim glukoronil tranferasi belum adekuat (prematur)
3. Gangguan transportasi
4
Albumin rendah
Ikatan kompetitif dengan albumin
Kemampuan mengikat albumin rendah
4. Gangguan ekresi
Obstruksi saluran empedu
Obstruksi usus
Obstruksi pre hepatik
4. Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis
Penilaian dengan menggunakan rumus KRAMER
No
1
2
3
4
5
Luas Ikterus
Kepala dan leher
Daerah 1 dan badan bagian atas
Daerah 1,2 + badan bagian bawah
dan tungkai
Daerah 1,2,3 dan lengan dan kaki di
bawah dengkul
Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki
Kadar bilirubin (mg%)
5
9
11
12
16
5. Kern – Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus,
hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV.
Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang,
tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dasn akhirnay
opistotonus.
Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme
otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian
pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental.
6. Patofisiologi
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk
mengeluarkannya bisa menjadi salah satu penyebab meningkatnya
kadar bilirubindalam darah, rnisalnya pada hemolisis yang meningkat
5
pada inkompabilitas darah, Rh, ABO, golongan darah lain, detisiensi
G6PD, pendarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini
dapat disebabkan oleh imatur hepar, kurangya substrat untuk
konjugasi bilirubin ganaguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia
dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase
(Criggler Najjer Syndrome). Penyebab lainnya adalah defisiensi
dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel
hepar.
c. Gangguan transportasi. Biliribin dalam darah terikat oleh albumin
kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini
dapat dipengaruhi oleh obat-obatan (salisilat, sulfaturazole). Difisiensi
albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek
yang bebas dalam darah yang mudah melakat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi karena obstruksi dalam hepar atau di luar
hepar, kelainan diluar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan
hepar oleh penyebab lain.
e. Untuk menurunkan kadar bilirubin indirek dalam serum sehingga
tidak terjadi kern ikterus maka dilakukan terapi sinar tetapi efek
samping dari terapi sinar secara langsung dapat menyebabkan
hipertemia karena panas lampu, atau hipertemia karena telanjang atau
bahkan kulit terbakar karena prinsip kerjanya membantu pemecahan
bilirubin yang kemudian dikeluarkan melalui urin/feces maka bayi
bayi bisa mengalami dehidrasi.
f. Adanya letargi atau malas minum karena lemahnya reflek menghisap
ikterus menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.
g. Karena asupan nutrisi terlambat maka menyebabkan peristaltik usus
menurun, pasase makanan terlambat, sehingga feses lunak/coklat
kehijauan selama pengeluaran bilirubin, dan urine berwarna gelap
pekat cami,ai hitam Irarnlrlatan
6
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
A.
Identitas
Nama bayi
: untuk membedakan
bayi yang satu
dengan bayi yang lain
Umur bayi
: untuk mengetahui hari keberapa dilakukan
pengkajian/asuhan
Tgl/jam lahir
: untuk
mengetahui
kapan
bayi
tersebut
lahir/umur
Jenis kelamin
: untuk mengetahui jenis kelamin bayi tersebut
(ada kemungkinan terjadi kelaina gender
kejadian , iktems. pada BBL lebih besar pada
iaki-laki).
Berat badan
: untuk
mengetahui
apakah
bayi
lahir
dengan berat rendah, nornial/bayi besar. Bayi
normal 2500 gr - 4000 gr. Pada bayi ikterus
kemungkinan kecil masa kehamilan, BLR dan
besar masa kehamilan
Panjang badan
: panjang badan normal 48 - 52 cm
Nama Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi/pasien
Umur Ibu/Ayah
: untuk identifikasi bayi / pasien .
Suku bangsa
: untuk mengetahui adat istiadat dan kebiasaan
Agama
: menentukan jenis pendekatan spiritual
Pendidikan
: status sosial ekonomi dan pendapatan
Alamat
: mengetahui
keadaan
lingkungan
tinggal dan untuk identifikasi
B.
Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
1.
Riwayat penyakit kehamilan
7
tempat
2.
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama
kehamilan yang dapat menyebabkan bayi ikterus.
a.
Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi tidak sesuai,
Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
3.
Kebiasaan waktu hamil
b.
Untukmengetahu kebiasaan ibu pada saat hamil yang dapat
berpengaruh pada janin/BBL
4.
Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan
: biasanya
ikterus
terjadi
persalinan
dibantu vacm eksraksi
Penolong
: apakah dokter atau bidan
Tempat persalinan
: Apakah di rumah ibu, bidan atau RS
Umur kehamilan
: pada ikterus kemungkinan terjadi pada
preterm. kecil masa kehamilan. dan.
besar masa kehamilan.
Ketuban
: warnanya jernih atau keruh, baunya khas
atau tidak, jumlahnya normal atau tidak.
Normalnya < 500 cc.
Komplikasi persalinan : biasanya bay ikterus terjadi pada
persalinan dengan trauma.
Keadaan bayi baru lahir :
nilai dengan APGAR 1 menit
pertama dan 5 menit kedua
C.
Pemeriksaan
Keadaan umum
: Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya
bayi ikterus terlihat letargi / aktifitas menurun
Suhu
: suhu normal 36,5 - 37,2° C
Pernapasan
: Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1
menit penuh. Normalnya 40-60x / menit
Nadi
: Frekuensi nadi normal 70 - 180x /menit
BB sekarang
: untuk mengetahui kenaikan / penurunan BB
bayi
8
D.
Pemeriksaan fisik secara sistematik
Kepala
: Dilihat besar, bentuk, molding, sutura, adakah
caput ikterus terjadi pada pendarahan intra
kranial dan sefal hematom
Muka
: Untuk melihat kelainan kongenital, adakah
warna kuning
Mata
: Ada tidaknya pendarahan atau warna kuning
pucat menandakan anemia
Telinga
: Letak
dan
bentuk
dapat
mencerminkan
kelainan konaenital
Mulut
: Ada tidaknya tabioskilis, labiopatatoskiusReflek hisap baik atau tidak
Hidung
: Ada sumbatan atau kelainan lain seperti
cuping hidung.
Leher
: Apakah
ada
pembesaran
kelenjar
getah
bening / tiroid atau tidak.
Dada
: Apakah tampak simetris atau tidak, ada
wheezing dan ronchi
Tali pusat dan abdomen
: Apakah ada tanda-tanda infeksi atau
tidak dan pada ikterus pada palpasi
abdomen terdapat pembesaran limfe dan
hepar
Punggung
: Adakah kelainan dan dilihat bentuknya,
apakah ada spina bifida atau tidak.
Ekstermitas
: Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
Genitalia
: Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau
belum dan terdapat lubang uretra atau tidak
pada bayi perempuan labia rnayora telah
menutupi labia minora belum? Lubang vagina
ada atau tidak
9
Anus
: Ada atau tidaknya lubang anus
Reflex
: Bayi ikterus ada kemungkinan kehilangan
reflek moro, palmar reflek rooting reflek.
Antropometri
Lingkar kepata, lingkat dada, lingkar lengan atas.
Eliminasi
Miksi
: Kemungkinan warna urine gelap pekat sampai
hitam kecoklatan
Meconiurn / feces : Kemungkinan lunak dan berwarna coklat
kehijauan
Warna kulit
: Penilaian ikterus secara klinis menurut rumus
kramer
2. Interpretasi Data
Neonatus dengan. ikterus patologis.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Kern ikterus, dehidrasi, bronze ikterus, hipotermi.
4. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter spesialis anak atau transfusi tukar
sesuai dengan. advise dokter.
5. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan untuk bayi baru lahir dengan ikterus sesuai
dengan penyebabnya.
6. Pelaksanaan
Melaksanakan asuhan bayi baru lahir dengan. ikterus sesuai
dengan. perencanaan.
Dalam penanganan Minis, cara-cara yang dipakai ialah mencegah
dan mengobati hiperbilirubinemia, terbagi menjadi :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin :
a. Early Feeding, pemberian makanan dim pada neonatus dapat
mengurangi terjadinya ikterus fisiologi pada neonatus. Hal ini
10
mungkin sekali disebabkan karena dengan pemberian makman
yang dini itu terjadi pendorongan gerakan usus dan mekonium
lebih cepat dikeluarkan, sehingga peredaran enterohepati bilirubin
berkurang.
b. pemberian agar-agar, pemberian agar-agar peros dapat mengurangi
terjadinya ikterus fisiologik dan neonatus.
c. Mekanisme
adalah
dengan
menghalangi
atau
mengurangi
peredaran bilirubin enterohepatik.
d. pemberian tenobarbital, dapat menurunkan kadar bilirubbin tidak
langsung dalam serum bayi yaitu dengan. mengadakan induksi
enzim mikrosoma sehingga konjugasi bilirubin berlansung lebih
cepat.
2. Terapi sinar
Dengan mengubah bilirubin menjadi bentuk yang tidak toksik
dan yang dapat dikeluarkan dengan sempurna melalui ginjal dan
traktus digestivus.
Cremer (1957) melaporkan bahwa pada bayi penderita ikterus
yang diberi sinar matahari lebih dari penyinaran biasa. Ikterus lebih
cepat hilang dibandingkan dengan bayi lain yang tidak disinari.
Dengan kriteria untuk dilakukan penyinaran :
-
suhu tubuh 36,5 - 37,2°C
-
tidak terjadi cidera atau luka bakar pada kulit/jarinoan
-
kadar bilirubin serum normal
Penatalaksanaan
1. Perhatikan dan dokumentasikan warna kulit dari kepala, sklera
dan tubuh secara progresif terhadap ikkterik sedikitnya setiap
shift
2. Berikan suhu lingkungan netral.
3. Pertahankan suhu aksila 36,5°C, hindari stres dingin.
4. Pantau tanda vital tiap 2 jam sekali
5. Beri nutrisi yang adekuat
6. Pantau masukan dan keluaran cairan, timbang BB tiap hari
11
7. Pertahankan terapi cairan parenteral sesuai advis.
8. Cuci area perintal setiap habis defeksi, observasi kulit
kemungkinan iritasi.
9. Periksa kadar bilirubin setiap 12 jam.
10. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar Hb, trombosit, leukosit.
11. Periksa jampenggunaan lampu.
3. Transfusi tukar darah
Tujuan utamanya untuk mencegah efek taksik bilirubin dengan
cara mengeluarkan dari tubuh.
Indikasi untuk tranfusi tukar :
- pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek > 20 mg%
- kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat, yaitu 4,3 - 1 mg%
- anemia yang berat pada bayi baru lahir dengan gagal jantung
- kadar Hb tali pusat < 14 mg% dan uji cooms direk positif
7. Evaluasi
Mengevaluasi hasil dari pelaksanaan asuhan bayi bari lahir dengan
ikterus sehingga penyebabnya dapat diatasi
a. Dengan penberian ASI segera dapat mempercepat metabolisme dan
pengeluaran bilirubin Asi telah diberikan dengan segera mempercepat
pendorongan. Gerakan uterus meconium cepat dikeluarkan.
b. Dengan terapi sinar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi hypotermi atau hipertermi
- tidak terjadi kerusakan
c. Dengan tranfusi tukar :
- kadar bilirubin dalam darah menurun
- tidak terjadi infeksi post transfusi
8. Langkah Promotif dan Preventif
- Menghindari penggunaan obat-obatan pada ibu hamil yang berakibat
menimbulkan ikterus (sulfa, antimalaria, nitrofurantio, aspirin,
novobiosin oksitosin)
12
- Penanganan keadaan yang berakibat BBLR
- Penanganan infeksi maternal, KPD secara tepat dan cepat
- Penanganan asfiksia dan trauma persalinan dengan tepat
- Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi baru lahir dengan ASI eksklusif
- Menjelaskan pada ibu tentang gejala-gejala ikterus yang muncul
Upaya promotif, preventif dan penataklaksanaan yang dilakukan
bidan sangat penting untuk mendeteksi dini terjadinya hiperbilirubinemia
dan mencegah agar tidak terjadinya kernikterus apabila bayi mengalami
hiperbilirubinemia.
13
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Tanggal : 04 November 2014
Data Subjektif
3.1 Identistas
Nama bayi
:
Bayi Ny. S
Tgl/jam lahir
: 04 November 2014/ 16.00 WIB
Jenis Kelamin
:
Berat Badan
: 3400 gram
Panjang Badan
:
Nama Ibu
: Ny. S
Nama Ayah
: Tn. A
Umur
:
42 tahun
Umur
: 45 tahun
Suku/Bangsa
:
Minang/Indonesia Suku/Bangsa :
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
:
SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
:
IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
:
Alamat
:
Laki-laki
49 cm
3.2 Anamnesa
Pada tanggal : 04 November 2014
Pukul
: 16.00 WIB
1.
2.
Riwayat penyakit kehamilan
a. Pendarahan
: tidak ada
b. Eklampsia
: tidak ada
Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan
: SC
b. Ditolong oleh
: Dokter
c. Lama persalinan
:
14
Minang/Indonesia
Kala I
: 5 jam
Kala II
: 30 Menit
Kala III
: 5 Menit
d. Ketuban
:+
e. Komplikasi persalinan : tidak ada
f. Keadaan bayi baru lahir : normal tidak ada kelainan
Waktu
Tanda
Frekuensi
jantung
Usaha
bernafas
0
1
(tidak ada)
< 100
(tidak ada)
Tonus otot
(Lumpuh)
Reflek
(tidak
bereaksi)
warna
Biru/pucat
Menit 1
Frekuensi
jantung
Usaha
bernafas
Lambat,
tidak teratur
Ekstremitas
, fleksi
sedikit
Gerakan
sedikit
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas
biru
(tidak ada)
(tidak ada)
Tonus otot
(Lumpuh)
Reflek
(tidak
bereaksi)
warna
Biru/pucat
Menit 2
< 100
Lambat,
tidak teratur
Ekstremitas
, fleksi
sedikit
Gerakan
sedikit
Tubuh
kemerahan,
ekstremitas
biru
Data Objektif
Keadaan umum
: Baik
Suhu
:
Pernafasan
: 48x / menit
Nadi
: 125 x / menit
Berat badan lahir
: 3400 gram
Panjang
:
37oC
49 cm
15
2
> 100
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
> 100
Menangis
kuat
Gerakan
aktif
Menangis
Kemerahan
Jumlah
Sianosis
: tidak ada
Ikterik
: ada
LB
: 32 cm
UK
: 34 cm
Pemeriksaan fisik secara sistematik :
Kepala
: Bentuk kepala bulat, terlihat permukaan kulit berwarna
kuning.
Ubun – ubun
: Tidak relevan
Muka
: Tidak ada kelainan dan kulit berwarna kuning.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, kolera ikterik
Telinga
: Ada lubang, normal, bentuk simetris, tidak ada
kelainan
Mulut
: Tidak ada labiokizis/platokizis (+)
Hidung
: Ada lubang, Bentuk simetris.
Leher
: Tidak ada pembengkakan ataupun benjolan, pada
permukaan kulit terlihat kuning
Dada
: Bentuk simetris kiri dan kanan
Tali pusat
: Tidak ada kelainan dan tidak terdapat tandaa-tanda
infeksi,
Punggung
: Posisi
tulang
belakang
normal,
tidak
ada
pembengkakan ataupun tonjolan, permukaan kulit
terlihat kuning.
Ektremitas
: Bentuk simetris, Jari-jari normal.
Genitalia
: Bentuk normal, skrotum berada di bawah/sudah turun.
Anus
: Terdapat lubang anus, lubang penis (+), tidak ada
kelainan.
Reflek :
a. Reflek moro
(+)
b. Reflek Rooting
(+)
c. Reflek grapks
(+)
16
d. Reflek fucling
(+)
Sidik kaki kiri bayi
Sidik kai kanan bayi
Sidik jempol tangan kiri ibu
Sidik jempol tangan kanan ibu
17
18
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL Ny. ”S”
DENGAN IKTERIK DI RSUD PADANG PANJANG
Pengumpulan Data
Interprestasi Data
Tanggal : 04 November 2014
Jam : 16.00 WIB
Nama : Bayi Ny. “S”
Diagnosa :
Bayi baru lahir Ny. S
Normal, keadaan
umum bayi baik
DS :
Ibu mengatakan bayi lahir
pada pukul 15.00 WIB
dengan SC
DO :
Bayi lahir SC jam :
15.00 WIB
Keadaan umum : baik
A/S : 8/8
JK : laki-laki
BB : 3400 Kg
PB : 49 cm
R : 48 x/i
N : 125x/i
LK : 34 cm
LD : 32 cm
Pemeriksaan fisik : tidak
ada kelainan
Reflek :
e. Reflek moro ( + )
f. Reflek Rooting ( + )
Diagnosis Data
Ikterik
Tindakan
Segera
Berkolaborasi
dengan dokter
Dasar :
Bayi lahir SC
A/S : 8/8
JK : laki-laki
BB : 3400 Kg
PB : 49 cm
R : 48 x/i
N : 125x/i
LK : 34 cm
LD : 32 cm
Pemeriksaan fisik :
tidak ada kelainan
Masalah :
Bayi dengan ikterik
Kebutuhan :
1. Bersihkan jalan
nafas
2. Cegah terjadi
hipotermi
18
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
- Bersihkan jalan
nafas
- Membersihkan jalan
- Jalan nafas
nafas bayi dengan cara
sudah
lap mulut dan hidung
dibersihkan
bayi dengan kapas
kasa steril untuk
menghilangkan lender
yang menyumbat jalan
nafas.
- Cegah
terjadinya
hipotermi
- Mencegah terjadinya
hipotermi dengan cara
mengeringkan bayi
segera setelah lahir
dan membungkus bayi
untuk
mempertahankan suhu
tubuh bayi
- Bayi sudah
dibersihkan dan
dibungkus
dengan kain
- Berikan ASI
segera dan
sesering
mungkin
- Memberikan ASI
segera dan sesering
mungkin setiap 2 jam
sekali
- Bayi sudah
disusui
- Lakukan
perawatan tali
pusat
- Melakukan perawatan
tali pusat dengan
diberi dan dibungkus
dengan kasa steril dan
- Tali pusat
terawatt dengan
baik
g. Reflek grapks ( + )
h. Reflek fucling ( + )
3. Berikan ASI segera
dan sesering
mungkin
4. Perawatan tali pusat
5. Atur posisi bayi
6. Pemeriksaan fisik
pada bayi
7. Perawatan BBL
8. Letakkan bayi pada
ibu
9. Informasikan hasil
pemeriksaan
menganjurkan kepada
ibu untuk memakai
pakaian yang bersih
dan kering untuk
mencegah infeksi
pada tali pusat
- Atus posisi bayi - Mengatur posisi bayi
dengan memiringkan
kepala
- Bayi dalam
posisi miring
- Lakukan
pemeriksaan
fisik pada bayi
- Melakukan
pemeriksaan fisik
pada bayi secara
sistematis dari kepala
sampai kaki
- Bayi sudah
diperiksa dan
tidak ada
kelainan
- Perawatan BBL
- Merawat BBL :
Mengeringkan bayi
Timbang BB
Ukur TB
Beri obat tetes
mata
Beri vitamin K
1 mg/BB
- Letakkan bayi
pada ibu
19
- Meletakkan bayi pada
ibu agar ibu bisa
menyusuinya dan
bantu ibu menyusui
Bayi sudah
dikeringkan
BB 3400 g
TB 49 cm
Sudah diberi
obat tetes
mata
Sudah diberi
Vitamin K
- Bayi sudah
diletakkan di
dada ibu
bayi bila ibu tidak
sanggup menyusui
- Informasikan
hasil
pemeriksaan
20
- Menginformasikan
hasil pemeriksaan
pada ibu bahwa
bayinya dalam
keadaan sehat dan
normal serta tidak ada
kelainan dan
memberikan ucapan
selamat kepada ibu
atas kelahiran bayinya
- Ibu senang
mendengar
hasil
pemeriksaan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada neonatus dengan ikterus
neonatorum penulis menarik kesimpulan bahwa pengumpulan data atau
informasi sangatlah penting untuk menegakan diagnosa atas penyebab dari
kelainan yang di alami pasien dalam hal ini faktor congenital (bawaan) atau
gangguan fungsi organ dari pasien dengan ikterus neonatorum.
4.2 Saran
1.
Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk dapat lebih
mempertahankan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
untuk pasien
2.
Bagi Tenaga Kesehatan
Mengetahui cara penanggulangan penyebab terjadinya ikterik.
21
DAFTAR PUSTAKA
____. 2010. Kern Icterus. (http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/kernicterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
_____. 2012. Manajemen Asuhan Kebidananan pada Bayi Baru Lahir pada Bayi
Ny. “D” di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang.
(http://kumpulanaskeb.com/kti/manajemen-asuhan-kebidanan-pada-bayibaru-lahir-pada-bayi-ny-d-dengan-ikterik-grade-iv-selanjutnya-klik-disiniberi-beri-com-askeb-bblr-dengan-ikterik-grade-iv-dapatkan-kti-skri-76406/,
diakses tanggal 26 November 2013)
22
Behrman, et al. 2003. Nelson Textbook of Pediatrics 17th Edition. Pennsylvania:
Saunders
Delyana. 2013. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Mengalami Ikterus di
Kamar Bayi RSU Anutapura Palu. (http://delyanakumaat8.blogspot.
com/2013/02/proposal-konsultasi-pertama-asuhan.html, diakses tanggal 26
November 2013)
Haws, Paulette S. 2007. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Herry, Garna dkk. 2000. Ikterus Neonatorum. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
Kesehatan Anak Edisi Kedua. Bandung: Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
FKUP/RSHS.
Lissauer dan Fanaroff. 2009. At a Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga
Ningsih, Sri. 2012. Pengertian Ikterus. ( http://semirang.blogspot.com/2012/10/
pengertian-ikterus.html, diakses tanggal 26 November 2013)
Sukadi, Abdurachman dkk. 2002. Ikterus Neonatorum Perinatologi. Bandung:
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FKUP/RSHS.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2
Tujuan......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN KASUS
2.1
Konsep Medis................................................................................3
2.2
Konsep Asuhan Kebidanan................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1
Identistas.................................................................................... 14
3.2
Anamnesa...................................................................................14
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan.................................................................................21
4.2
Saran......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA
24
KATA PENGANTAR
ii
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang,
penulis panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah "BBL dengan Ikterus".
Adapun makalah "BBL dengan Ikterus" ini telah penulis usahakan dapat
disusun dengan sebaik mungkin dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak,
sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan secara tepat waktu. Untuk itu
penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaikbaiknya, penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari
segi penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang bermaksud untuk memberikan kritik dan saran kepada penulis agar
penulis dapat memperbaiki kualitas makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah "BBL dengan Ikterus" ini bermanfaat,
dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam makalah ini dapat diambil hikmah
dan manfaatnya oleh para pembaca.
Padang Panjang,
25
November 2014
Penulis
i
26