Studi Eksperimental Kebisingan dan Simulasi Kontur Kebisingan Pesawat Tanpa Awak Prototipe NVC USU Chapter III V

39

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Noise and Vibration Control

program Magister dan Doktoral Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara. Penelitian ini direncanakan berlangsung selama ± 3 bulan.

3.2

Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Bahan dan alat yang

digunakan pada penelitian, antara lain :

3.2.1


Bahan Penelitian

1. Pesawat Tanpa Awak Prototype NVC USU
Pada penelitian ini pesawat yang digunakan adalah hasil rakitan dari beberapa
orang mahasiswa yang tergabung di dalam tim Low Noise UAV NVC dengan
berat total 6200 gram. Pesawat tanpa awak mampu terbang hingga jarak 1 km,
tetapi pesawat ini hanya diterbangkan hingga jarak 300 meter karena
keterbatasan jarak pandang manusia. Tampilan pesawat dapat dilihat pada
Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Pesawat tanpa awak prototipe NVC USU

Universitas Sumatera Utara

40

Secara umum pesawat prototipe NVC USU terdiri dari beberapa komponen,
yaitu :

A. Mesin Pesawat UAV

Mesin yang digunakan adalah mesin bensin bertipe DLE Gas Engine–30cc.
Berikut adalah karakteristik dari motor penggerak yang digunakan :
Performance

: 3.7HP/ 8500 rpm

Idle Speed

: 1600 rpm/min

Spesification of Propeller

: 18x8; 18x10; 19x8; 20x8

Sparking Plug

: NGK CM6

Exhaust Amount


: 30.5 cm3

Diameter x Stroke

: 36 mm x 30mm

Ratio of Compression

: 7.6 : 1

Ratio of Lubricating

: 30 : 1

Main Engine

: 920 g

Exhaust pipe


: 60 g

Ignition Equipment

: 120 g

Tampilan mesin DLE Gas Engine-30cc yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 3.2.

Gambar 3.2 DLE Gas Engine-30cc

B. Badan Pesawat
Badan dari pesawat prototype NVC USU terbuat dengan rangka kayu balsa,
penyangga roda dari serat karbon, dan badan dibalut dengan bahan plastik.

Universitas Sumatera Utara

41

Kayu balsa adalah material yang baik dalam meredam getaran. Badan pesawat

yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Badan Pesawat

Berikut adalah karakteristik dari badan pesawat yang digunakan :
Bentang sayap

: 2300 mm

Panjang

: 1720 mm

Luas sayap pesawat : 81,6 dm2

Berat

: 5090 gram

Bahan


: Rangka (kayu balsa)
Kaki pesawat (serat karbon)
Pelapis badan pesawat (plastic)
Roda (karet)

C. Propeller
Propeller yang digunakan pada penelitian kali ini adalah propeller bermerk

Hawk dengan dua daun berukuran 19x8” dan terbuat dari kayu balsa.
Propeller berfungsi untuk menghisap udara dan menghasilkan gaya dorong
pesawat. Propeller yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Universitas Sumatera Utara

42

Gambar 3.4 Propeller

3.2.2


Alat Penelitian

1. Sound Level Meter
Sound level meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar suara bising mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Prinsip
kerja sound level meter ialah didasarkan pada getaran yang terjadi. Apabila ada
objek atau benda yang bergetar, maka akan menimbulkan terjadinya sebuah
perubahan pada tekanan udara yang kemudian akan ditangkap oleh sistem
peralatan. Selanjutnya layar digital akan menunjukkan angka jumlah dari tingkat
kebisingan yang dinyatakan dengan nilai dB. Sound level meter yang digunakan
bermerk Bruel & Kjaer tipe 2238. Fungsi alat ini untuk mengukur intensitas
kebisingan antara 30–130 dB dan dari frekuensi 20–20.000 Hz seperti terlihat
pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Sound Level Meter

Universitas Sumatera Utara


43

2. Tripod
Tripod adalah alat stan untuk membantu dalam penggunaan Sound Level Meter.
Dimana tripod menjadi penyangga SLM agar tidak bergerak pada saat
pengambilan data uji eksperimen kebisingan. Tripod yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Tripod

3. Kabel USB
Kabel USB digunakan untuk mentransfer data hasil pengukuran dan juga dhasil
dokumentasi ke Laptop yang digunakan. Kabel USB yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Kabel USB

4. Meteran
Meteran digunakan untuk mengukur jarak sound level meter ke pesawat
prototipe yang akan diuji. Meteran dapat dilihat pada Gambar 3.8.


Universitas Sumatera Utara

44

Gambar 3.8 Meteran

5. Laptop
Laptop digunakan untuk menyusun data yang diperoleh dari hasil pengukuran.
Spesifikasi dari laptop yang digunakan, antara lain :
Processor : Intel Core i3 3217U Processor
RAM

: 4 GB

CPU

: 1,8 GHz

System


: Windows 7 64–bit

VGA

: Nvidia Geforce 720M

Tampilan laptop dapat dilihat pada Gambar 3.9.

Gambar 3.9 Laptop

6. Obeng Plus
Obeng plus digunakan pada penguncian baut-baut propeller . Obeng dapat dilihat
pada Gambar 3.10

Universitas Sumatera Utara

45

Gambar 3.10 Obeng Plus


7. Senter
Senter digunakan sebagai penerangan saat melakukan pengujian pada malam
hari. Senter dapat dilihat pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 Senter

8. Tachometer
Tachometer digunakan untuk mengukur rpm pada saat pengujian. Tachometer

yang digunakan bermerk Lutron tipe DT-2236 seperti pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12 Tachometer

Universitas Sumatera Utara

46

9. Telepon genggam
Telepon genggam digunakan untuk mengambil gambar dan sebagai penerangan
pada saat melakukan pengujian. Telepon genggam yang digunakan bermerk
Sony dengan tipe Z1 Compact seperti pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13 Telepon genggam

10. Remote Kontrol
Remote kontrol berfungsi untuk mengendalikan pesawat pada batas jarak

tertentu. Pada saat pengujian remote digunakan untuk mengatur tingkat rpm dan
kompresi dari mesin pesawat prototipe NVC USU. Remote control yang
digunakan menggunakan 6 channel 2,40Hz digital computer radio system
bermerk Hitec tipe Optic 6 Sport 2,4. Cara kerjanya yaitu baterai memasok
tegangan/ energi/ listrik untuk menghidupkan rangkaian yang ada pada servo
yang berguna sebagai pengaturan arah ke kanan dan ke kiri. Servo memiliki
kemampuan menarik bagian sayap naik dan turun. Ketika sayap kanan
dinaikkan maka tekanan angin akan mengangkat sayap kanan dan sayap kiri
akan mengarah kebawah, sehingga pesawat dapat berbelok ke arah kiri.
kemudian servo dihubungkan dengan connector reciever yang berfungsi
menerima panggilan dari radio remote kontrol yang frekuensinya telah
disesuaikan. Receiver tersebut juga dihubungkan dengan ESC (electronik speed
control), dimana fungsi ESC mengatur kecepatan torsi pada motor dimana
motor yang digunakan adalah micro Brushless dengan ukuran kecil namun
mengeluarkan daya yang besar sehingga dapat membawa beban pesawat itu
sendiri. Remote kontrol dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Universitas Sumatera Utara

47

Gambar 3.14 Remote control

3.3

Pengujian Kebisingan Pesawat Prototipe NVC USU

3.3.1

Set Up Pengujian

Pengujian dan pengambilan data secara eksperimental yang dilakukan untuk
memperoleh karakteristik kebisingan yang ditransmisikan pesawat prototipe NVC
USU dilakukan pada putaran mesin 2000 – 7000 rpm dengan interval 1000 rpm
pada jarak 1 meter, 3 m, dan 5 meter. Pengukuran dilakukan pada arah horisontal,
vertikal, dan aksial seperti sumbu pengukuran pada Gambar 3.15. Pada saat mesin
dihidupkan sesuai putaran dan jarak yang diinginkan, diambil data menggunakan
Sound Level Meter dengan microphone mengarah pada objek pengujian.

Setelah didapatkan hasil pengukuran kebisingan pesawat prototipe NVC
USU berupa angka digital yang tertera pada layar Sound Level Meter, data diolah
dengan menggunakan microsoft excel dan didapat nilai-nilai kebisingan hasil
pengukuran yang dihasilkan pesawat prototipe NVC USU sehingga dapat
dilanjutkan ke tahap analisa data.

Universitas Sumatera Utara

48

Gambar 3.15 Arah pengukuran
Pada Gambar 3.15 terlihat arah pengukuran yang dilakukan pada sumbu X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- berpusat pada motor penggerak pesawat tanpa awak
prototipe NVC USU.
3.4

Variabel Penelitian
Pada penelitian ditentukan dua buah variabel, yakni variabel bebas dan

variabel terikat.

3.4.1

Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel/faktor yang dibuat bebas dan bervariasi yang

mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabil terikat pada penelitian.
Variabel bebas sering didefenisikan sebagai variabel penyebab. Dalam penelitian
ini di tetapkan beberapa variabel terikat, yaitu:
1. Putaran mesin
2. Arah pengukuran horisontal, vertikal, dan diagonal.
3. Jarak sound level meter ke titik pusat mesin pesawat prototipe NVC USU.

3.4.2.

Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel/faktor yang muncul akibat adanya variabel

bebas. Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah :
1. Tingkat kebisingan

Universitas Sumatera Utara

49

3.5

Cara Pelaksanaan Penelitian
Untuk melakukan studi eksperimental karakteristik kebisingan pada

pesawat prototipe NVC, diperlukan urutan proses agar dalam pengerjaan tugas
akhir ini dapat berjalan dengan baik yang meliputi :
1. Pengumpulan data awal
Tahap ini merupakan tahapan dilakukan pengumpulan data tentang informasi
mengenai pesawat tanpa awak dari cara kerja, fungsi dan kegunaan, dan
perkembangan penelitian kebisingan terhadap pesawat tersebut serta spesifikasi
data yang dibutuhkan untuk dilakukan penelitian.
2. Studi literatur
Penelitian ini harus dilakukan berlandaskan pada azas-azas teoritis yang diakui
di dalam dunia ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan rujukan penyelesaian
penelitian ini. Studi literatur ini dilakukan dengan cara memperolehnya dari
buku buku referensi, jurnal jurnal ilmiah, kumpulan symposium, diskusi
personal, atau lewat media internet.
3. Pengambilan data
Pengambilan data dilakukan pada saat pengujian dengan mempertimbangkan
variasi putaran, jarak, dan arah pengukuran.
4. Pengolahan data
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan penyelesaian persamaan
dan bantuan software. Data-data yang dibutuhkan selama proses pengerjaan di
input kedalam proses komputasi data.
5. Analisa hasil komputasi data
Pada tahapan ini akan dilakukan pembahasan terhadap data yang dihasilkan dari
pengujian yang telah dilakukan.
6. Simulasi data
Data yang sudah diverivikasi pada tahap ini disimulasi menggunakan perangkat
lunak surfer 8.0 untuk melihat kontur kebisingannya.

Universitas Sumatera Utara

50

7. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan ini berdasarkan korelasi terhadap tujuan penelitian yang
telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan tidak terjadi
penyimpangan dari tujuan penelitian.

3.6

Diagram Alir Penelitian
Pada Gambar 3.16 dapat dilihat diagram alir dari penelitian yang dilakukan.

Pada diagram alir penelitian dapat dilihat tahapan saat melakukan dua metode
penelitian, yaitu studi eksperimental kebisingan pesawat tanpa awak prototipe NVC
USU dan simulasi kontur kebisingan menggunakan perangkat lunak surfer 8.0 di
mana keduanya saling berhubungan mendukung kesempurnaan penelitian yang
dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

51

Gambar 3.16 Diagram alir penelitian

Universitas Sumatera Utara

52

BAB 4
ANALISA DATA
4.1

Data Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan di Laboratorium Noise and Vibration

Research Center. Pengukuran dilakukan pada arah horisontal, vertikal, dan aksial.

Nilai kebisingan lingkungan yang tertera pada Sound Level Meter adalah 34,7 dB
dan pada tekanan 1 atm. Analisa data penelitian dilakukan pada kondisi steady pada
temperatur 25°C (asumsi) dan kecepatan fluida udara 346,1 m/s (asumsi). Data
tingkat kebisingan hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan
Tabel 4.3.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kebisingan pada jarak 1 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

88,1

87,1

89,1

90,3

87,1

88,2

2

3000

90,2

89,2

91,1

92,1

89,1

89,9

3

4000

91,7

91,2

92,9

94,2

90,9

91,5

4

5000

92,9

92,3

94.2

95,5

92,2

92,7

5

6000

93,9

93,3

95,3

96,4

93,1

93,6

6

7000

95,0

94,2

96,5

97,7

94,0

94,5

No

Keterangan :
= nilai kebisingan tertinggi
= nilai kebisingan terendah
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat nilai tingkat kebisingan pada jarak 1 meter
dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan 7000
rpm di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z-. Pada 2000 rpm, terdapat nilai
kebisingan terendah di arah X- dan Z+ dengan nilai tingkat kebisingan 87,1 dB dan
pada 7000 rpm terdapat nilai kebisingan tertinggi di arah Y- (arah knalpot) dengan
nilai tingkat kebisingan 97,7 dB.

Universitas Sumatera Utara

53

Tabel 4.2 Hasil pengukuran kebisingan pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

83,4

81,3

84,7

85,4

81,3

83,9

2

3000

84,9

82,9

86,6

88,0

83,4

85,6

3

4000

86,3

85,6

88,2

89,9

85,3

87,2

4

5000

87,5

86,7

89,4

91,2

86,5

88,4

5

6000

88,4

87,8

90,7

92,3

87,4

89,1

6

7000

89,3

88,6

92,1

93,5

88,2

90,2

No

Keterangan :
= nilai kebisingan tertinggi
= nilai kebisingan terendah
Pada Tabel 4.2 dapat dilihat nilai tingkat kebisingan pada jarak 3 meter
dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan 7000
rpm di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z-. Pada 2000 rpm, terdapat nilai
kebisingan terendah di arah X- dan Z+ dengan nilai tingkat kebisingan 81,3 dB dan
pada 7000 rpm terdapat nilai kebisingan tertinggi di arah Y- (arah knalpot) dengan
nilai tingkat kebisingan 93,5 dB.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran kebisingan pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

81,4

79,8

81,3

83,1

79,3

80,4

2

3000

82,8

81,3

83,2

84,9

81,2

82,0

3

4000

83,7

82,6

84,9

86,5

83,1

83,5

4

5000

84,7

83,8

86,1

88,7

84,1

84,7

5

6000

85,6

84,7

87,3

90,0

84,9

85,2

6

7000

86,4

85,7

88,6

91,1

85,8

86,3

No

Universitas Sumatera Utara

54

Keterangan :
= nilai kebisingan tertinggi
= nilai kebisingan terendah
Pada Tabel 4.3 dapat dilihat nilai tingkat kebisingan pada jarak 5 meter
dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan 7000
rpm di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z-. Pada 2000 rpm, terdapat nilai
kebisingan terendah di arah Z+ dengan nilai tingkat kebisingan 79,3 dB dan pada
7000 rpm terdapat nilai kebisingan tertinggi di arah Y- (arah knalpot) dengan nilai
tingkat kebisingan 91,1 dB.
Pada pesawat tanpa awak, semakin tinggi varisi putaran akan menghasilkan
kebisingan lebih kuat. Aktifitas mesin terutama terjadi lebih intens pada putaran
tinggi mengakibatkan kebisingan akan lebih terdengar. Seperti gesekan pada roda
gigi, poros, dan bantalan. Getaran juga akan semakin intens terjadi pada putaran
yang lebih tinggi karena mengalami gaya yang lebih besar. Seperti gaya puntir pada
propeler dan gaya geser pada baut dan mur. Yang terkahir, pada putaran lebih tinggi
membuat suara dari pergerakan udara, gas, dan cairan pada gas buang dan
pembakaran seperti flare boom, menimbulkan kebisingan lebih kuat.
Semakin jauh jarak pengukuran dilakukan, maka semakin rendah
kebisingan yang dihasilkan. Karena udara sebagai media penghantar kebisingan
mulai menyebar sehingga kebisingan tidak terhantar secara keseluruhan pada titik
pengukuran yang jauh seperti 5 meter. Nilai kebisingan yang di dapat pada arah
pengukuran sumbu Y- (arah knalpot) adalah yang paling tinggi dibandingkan
dengan arah pengukuran yang lain. Karena knalpot adalah satu-satunya bagian
mesin yang tidak ditutupi oleh badan pesawat membuat kebisingan dapat
dihantarkan dengan baik. Sedangkan arah pengukuran sumbu Z+ (arah ekor
pesawat) dan sumbu X- (arah sayap kiri pesawat) adalah arah dengan nilai tingkat
kebisingan terendah. selain jauh dari knalpot, pada kedua arah ini terhalang oleh
badan pesawat yang menutupi mesin sehingga kebisingan tidak dapat terhantar
dengan baik. Propeller berada pada jarak Z- dan bukan merupakan arah dengan
tingkat kebisingan tertinggi, sehingga dapat disimpulkan mesin menjadi pusat
kebisingan paling besar pada pesawat tanpa awak prototipe NVC USU.

Universitas Sumatera Utara

55

Untuk melihat perbedaan nilai kebisingan motor penggerak sebelum dan
sesudah dipasang ke badan pesawat, maka diperlukan data hasil pengukuran mesin
DLE Gas Engine-30cc sebelumnya, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

56

Table 4.4 Hasil pengukuran kebisingan terhadap mesin DLE Gas Engine-30cc
Y+ (dB)
No

Y- (dB)

X+ (dB)

X- (dB)

Z+ (dB) Z- (dB)

N (rpm)
1m

3m

5m

1m

3m

5m

1m

3m

5m

1m

3m

5m

1m

1m

1

2000

87.9

84.5

82.7

87.5

83.2

81.9

89.3

87.4

83.1

88.2

85.3

83.1

90.0

88.2

2

3000

91.8

88.7

87.6

91.0

87.2

86.5

94.4

91.2

88.5

93.3

90.1

88.3

95.1

92.3

3

4000

94.1

92.5

91.8

93.7

92.1

90.3

96.9

94.2

92.1

96.6

93.8

91.8

97.3

95.6

4

5000

98.7

96.1

94.7

97.2

95.5

92.6

101.1

98.3

95.3

100.1

97.8

94.5

102.2

100.4

5

6000

101.3

99.1

97.2

101.0

98.2

95.6

104.7

100.3

98.3

104.5

99.8

97.1

105.5

103.8

6

7000

104.7

101.3

99.3

104.5

100.5

98.2

107.9

103.6

99.8

106.5

102.2

99.1

108.8

106.9

Universitas Sumatera Utara

57

Pada Tabel 4.4, terdapat nilai tingkat kebisingan pada penelitian mesin DLE
Gas Engine-30cc sebelumnya di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- pada

jarak 1 meter, 3 meter, dan 5 meter oleh Irwan Rosyadi pada tahun 2014. Akan
tetapi pada arah sumbu Z, Irwan Rosyadi hanya melakukan pengukuran pada jarak
1 meter. Hasil pengukuran ini di dapat sebelum mesin dipasangkan ke badan
pesawat. Berbeda dengan arah pada penelitian yang dilakukan saat ini, peneliti
terdahulu melakukan penelitian dengan arah sumbu vertikal Z (arah knalpot
menghadap ke atas), horizontal Y, dan aksial X. Dengan kata lain pada penelitian
yang dilakukan Irwan Rosyadi knalpot menghadap ke arah sumbu Z+. Tingkat
kebisingan tertinggi berada pada putaran 7000 rpm pada jarak 1 meter di arah
pengukuran Z+ (arah knalpot) dengan nilai 108,8 dB dan arah pengukuran terendah
berada pada putaran 2000 rpm pada jarak 5 meter di arah pengukuran Y- (arah
kanan mesin saat knalpot menghadap ke atas) dengan nilai 81,9 dB.
Dengan membandingkan nilai kebisingan tertinggi dan terendah saat
sebelum dan sesudah mesin dipasang ke badan pesawat, maka diketahui pada nilai
tingkat kebisingan tertinggi di arah knalpot Y- (penelitian sekarang) dan Z+
(penelitian sebelumnya) pada jarak 1 meter dengan putaran 7000 rpm terjadi
penurunan 17,7 dB. Sedangkan pada nilai tingkat kebisingan terendah di arah Z+
(arah ekor penelitian sebelumnya) dan arah Y- (arah kanan mesin saat knalpot
menghadap ke atas) pada jarak 5 meter dengan putaran 2000 rpm mengalami
penurunan 2,6 dB.
Setelah dianalisa, maka diketahui bahwa pengurangan kebisingan terjadi
karena kondisi mesin yang sebagian besar ditutupi oleh badan pesawat mampu
meredam sebagian kebisingan. Media penghantar kebisingan (udara) tidak dapat
dengan leluasa menghantarkan kebisingan melewati badan pesawat. Pada nilai
kebisingan terendah pengurangan terjadi lebih kecil nilainya karena pada jarak 5
meter, penelitian sebelumnya yang notabenenya dilakukan di dalam ruangan
mendapat pantulan kebisingan dari dinding ruangan karena dekat dengan titik
pengukuran.

Universitas Sumatera Utara

58

4.2

Parameter Kebisingan

1. Nilai Kebisingan (Lp) Hasil Pengukuran Rata-Rata
Berikut adalah perhitungan nilai kebisingan rata-rata masing – masing arah
pengukuran pada putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm,
dan 7000 rpm dengan jarak 1 meter, 3 meter, dan 5 meter. Nilai kebisingan (Lp)
rata-rata hasil pengukuran pada putaran 2000 rpm dengan jarak 1 meter
ditentukan dengan Persamaan 4.1.
��− 2000 rpm =

��

+ + ��

− + ��

Sehingga :

Lp rata-rata 2000 rpm =

+ + ��
6

− + ��

+ + ��



..................4.1

88,1 dB + 87,1 dB + 89,1 dB + 90,3 dB + 87,1 dB +88,2 dB
6

= 88,317 dB
Tabel 4.5 Nilai Lp rata – rata

No

N
(rpm)

Lp rata - rata

Lp rata - rata

Lp rata - rata

1m

3m

5m

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

88.317

83.333

80.883

2

3000

90.267

85.233

82.567

3

4000

92.067

87.083

84.050

4

5000

93.300

88.283

85.350

5

6000

94.267

89.283

86.283

6

7000

95.317

90.317

87.317

Tabel 4.5 menunjukkan nilai kebisingan rata-rata pada putaran 2000 rpm, 3000
rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm hasil perhitungan
menggunakan Microsoft excel dengan menggunakan Persamaan 4.1.
2. Sound Power Level

Penentuan nilai kebisingan yang digunakan pada penelitian kebisingan pesawat
prototipe NVC USU adalah metode skala level atau tingkat kebisingan suara di
dalam satuan decibel (dB). Sound power level didefenisikan ke dalam Simbol Lw
dan dapat ditentukan nilainya menggunakan persamaan pada Tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara

59

Lw = 10 log

W
Wref

(dB)

Dimana :
W

= Sound power

Wreff

= Sound power referensi dengan standar 10-12 watt

Diketahui :
W = 3,7 HP
= 3,7 HP x 745,7
= 2759,09 watt
Wreff = 10-12 watt

Sehingga :
Lw = 10 log (2759,09 watt/
= 154,41 dB

− 2

watt

3. Tekanan Suara
Terlebih dahulu akan ditentukan nilai tekanan suara untuk kebisingan arah
putaran X+ dengan jarak 1 meter pada putaran 2000 rpm. Secara matematis
tekanan suara dapat diselesaikan dengan persamaan pada Tabel 2.2.
SPL = Lp = 10 log [

P2
P(ref)

Dimana :
P

2

] = 20 log

P
P(ref)

= Tekanan yang terjadi (P rms ) untuk aliran fluida

Preff = Tekanan referensi yang distandarisasi ANSI S1.8 1989 pada Tabel 2.2.
= 20 µPa
Diketahui :
Lp

= 88,1 dB (Sumbu X+ pada jarak 1 meter pada putaran 2000 rpm)

Preff = 2 x 10-5 N/m2
Sehingga :
88,1 dB = 20 log

P

2 x 10-5 N/m2

Universitas Sumatera Utara

60

(88,1 dB/ 20)

= 2 x 10-5 N/m2 x 10

P

= 0.508 Pa
Dengan menggunakan persamaan yang sama menggunakan bantuan Software
Microsoft excel dilakukan perhitungan untuk nilai tekanan pada masing - masing

arah pengukuran dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm,
6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter, 3 meter, dan 5 meter. Kemudian
hasil perhitungan diplot ke dalam Tabel 4.6, Tabel 4.7, dan Tabel 4.8.
Tabel 4.6 Hasil perhitungan nilai tekanan suara pada jarak 1 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

1

2000

0.508

0.453

0.570

0.655

0.453

0.514

2

3000

0.647

0.577

0.718

0.805

0.570

0.625

3

4000

0.769

0.726

0.883

1.026

0.702

0.752

4

5000

0.883

0.824

1.026

1.191

0.815

0.863

5

6000

0.991

0.925

1.164

1.321

0.904

0.957

6

7000

1.125

1.026

1.337

1.535

1.002

1.062

No

Tabel 4.6 menunjukkan nilai tekanan di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+,
dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan
7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Tekanan suara tertinggi berada
di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan tekanan suara
terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 4.7 Hasil perhitungan nilai tekanan suara pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

1

2000

0.296

0.232

0.344

0.372

0.232

0.313

2

3000

0.352

0.279

0.428

0.502

0.296

0.381

3

4000

0.413

0.381

0.514

0.625

0.368

0.458

4

5000

0.474

0.433

0.590

0.726

0.423

0.526

5

6000

0.526

0.491

0.686

0.824

0.469

0.570

6

7000

0.583

0.538

0.805

0.946

0.514

0.647

No

Tabel 4.7 menunjukkan nilai tekanan di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+,
dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan
7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Tekanan suara tertinggi berada
di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan tekanan suara
terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.
Tabel 4.8 Hasil perhitungan nilai tekanan suara pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

(Pa)

1

2000

0.235

0.195

0.232

0.286

0.185

0.209

2

3000

0.276

0.232

0.289

0.352

0.230

0.252

3

4000

0.306

0.270

0.352

0.423

0.286

0.299

4

5000

0.344

0.310

0.404

0.545

0.321

0.344

5

6000

0.381

0.344

0.463

0.632

0.352

0.364

6

7000

0.418

0.386

0.538

0.718

0.390

0.413

No

Tabel 4.8 menunjukkan nilai tekanan di arah pengukuran X+, X-, Y+, Y-, Z+,
dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000 rpm, dan
7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Tekanan suara tertinggi berada
di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan tekanan suara
terendah berada di arah sumbu Z+ dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

62

4. Kecepatan Partikel Akustik
Kecepatan partikel akustik didefenisikan sebagai daerah gerakan partikel fluida
sebagai gelombang suara melewati material. Kecepatan partikel akustik diukur
untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai kecepatan akustik udara. Setelah
didapatkan nilai tekanan suara pada masing-masing kondisi titik pengukuran
dapat dicari nilai kecepatan partikel akustik, pada (X+, 1 meter, 2000 rpm)
dengan Persamaan 2.2 berikut.
= Prms / Z0

u

= 0.508 Pa / 409,8 Pa-s/m
= 1,24 x



m/s = 0,00124 m/s

Dengan cara yang sama diperoleh nilai pada masing-masing kondisi pengukuran
yang diplot ke dalam Tabel 4.9, Tabel 4.10, dan Tabel 4.11.
Tabel 4.9 Hasil perhitungan nilai kecepatan partikel akustik pada jarak 1 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

1

2000

0.00124 0.00111 0.00139 0.00160 0.00111 0.00125

2

3000

0.00158 0.00141 0.00175 0.00197 0.00139 0.00153

3

4000

0.00188 0.00177 0.00216 0.00250 0.00171 0.00183

4

5000

0.00216 0.00201 0.00250 0.00291 0.00199 0.00211

5

6000

0.00242 0.00226 0.00284 0.00322 0.00221 0.00234

6

7000

0.00274 0.00250 0.00326 0.00375 0.00245 0.00259

Tabel 4.9 menunjukkan nilai kecepatan partikel akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Kecepatan
partikel akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran
7000 rpm dan kecepatan partikel akustik terendah berada di arah sumbu X- dan
Z+ dengan putaran 2000 rpm. Didapat nilai kecepatan partikel akustik sangat
kecil dibandingkan kecepatan akustik udara yang nilainya 346,1 m/s, sehingga
tidak terlalu mempengaruhi perubahan nilai kecepatan akustik udara.

Universitas Sumatera Utara

63

Tabel 4.10 Hasil perhitungan nilai kecepatan partikel akustik pada jarak 3 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

1

2000

0.00072 0.00057 0.00084 0.00091 0.00057 0.00076

2

3000

0.00086 0.00068 0.00104 0.00123 0.00072 0.00093

3

4000

0.00101 0.00093 0.00125 0.00153 0.00090 0.00112

4

5000

0.00116 0.00106 0.00144 0.00177 0.00103 0.00128

5

6000

0.00128 0.00120 0.00167 0.00201 0.00114 0.00139

6

7000

0.00142 0.00131 0.00197 0.00231 0.00125 0.00158

Tabel 4.10 menunjukkan nilai kecepatan partikel akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Kecepatan
partikel akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran
7000 rpm dan kecepatan partikel akustik terendah berada di arah sumbu X- dan
Z+ dengan putaran 2000 rpm. Didapat nilai kecepatan partikel akustik sangat
kecil dibandingkan kecepatan akustik udara yang nilainya 346,1 m/s, sehingga
tidak terlalu mempengaruhi perubahan nilai kecepatan akustik udara.
Tabel 4.11 Hasil perhitungan nilai kecepatan partikel akustik pada jarak 5 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

(m/s)

1

2000

0.00057 0.00048 0.00057 0.00070 0.00045 0.00051

2

3000

0.00067 0.00057 0.00071 0.00086 0.00056 0.00061

3

4000

0.00075 0.00066 0.00086 0.00103 0.00070 0.00073

4

5000

0.00084 0.00076 0.00099 0.00133 0.00078 0.00084

5

6000

0.00093 0.00084 0.00113 0.00154 0.00086 0.00089

6

7000

0.00102 0.00094 0.00131 0.00175 0.00095 0.00101

Tabel 4.11 menunjukkan nilai kecepatan partikel akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Kecepatan

Universitas Sumatera Utara

64

partikel akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran
7000 rpm dan kecepatan partikel akustik terendah berada di arah sumbu Z+
dengan putaran 2000 rpm. Didapat nilai kecepatan partikel akustik sangat kecil
dibandingkan kecepatan akustik udara yang nilainya 346,1 m/s, sehingga tidak
terlalu mempengaruhi perubahan nilai kecepatan akustik udara.
5. Intensitas Akustik
Nilai intensitas akustik pada (X+, 2000rpm, 1 meter) dapat dicari menggunakan
Persamaan 2.3 berikut.
= P2 /Pc

I

= (0,508 Pa)2 / 409,8 Pa-s/m
= 6,29 x



W/ �2

Kemudian diplot ke dalam Tabel 4.12, Tabel 4.13, dan Tabel 4.14 untuk nilai
pada kondisi pengukuran yang lainnya.
Tabel 4.12 Hasil perhitungan nilai intensitas akustik pada jarak 1 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� )

1

2000

0.00063

0.00050

0.00079 0.00105 0.00050 0.00064

2

3000

0.00102

0.00081

0.00126 0.00158 0.00079 0.00095

3

4000

0.00144

0.00129

0.00190 0.00257 0.00120 0.00138

4

5000

0.00190

0.00166

0.00257 0.00346 0.00162 0.00182

5

6000

0.00240

0.00209

0.00331 0.00426 0.00199 0.00224

6

7000

0.00309

0.00257

0.00436 0.00575 0.00245 0.00275

Tabel 4.12 menunjukkan nilai intensitas akustik di arah pengukuran X+, X-, Y+,
Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000
rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Intensitas akustik
tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan
intensitas akustik terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000
rpm.

Universitas Sumatera Utara

65

Tabel 4.13 Hasil perhitungan nilai intensitas akustik pada jarak 3 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� ) (W/� )

1

2000

0.00021 0.00013

0.00029

0.00034

0.00013

0.00024

2

3000

0.00030 0.00019

0.00045

0.00062

0.00021

0.00035

3

4000

0.00042 0.00035

0.00064

0.00095

0.00033

0.00051

4

5000

0.00055 0.00046

0.00085

0.00129

0.00044

0.00068

5

6000

0.00068 0.00059

0.00115

0.00166

0.00054

0.00079

6

7000

0.00083 0.00071

0.00158

0.00219

0.00064

0.00102

Tabel 4.13 menunjukkan nilai intensitas akustik di arah pengukuran X+, X-, Y+,
Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000
rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Intensitas akustik
tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan
intensitas akustik terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000
rpm.
Tabel 4.14 Hasil perhitungan nilai intensitas akustik pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

(rpm)

(W/� )

(W/� )

(W/� )

(W/� ) (W/� )

(W/� )

1

2000

0.00013

0.00009

0.00013

0.00020

0.00008

0.00011

2

3000

0.00019

0.00013

0.00020

0.00030

0.00013

0.00015

3

4000

0.00023

0.00018

0.00030

0.00044

0.00020

0.00022

4

5000

0.00029

0.00023

0.00040

0.00072

0.00025

0.00029

5

6000

0.00035

0.00029

0.00052

0.00098

0.00030

0.00032

6

7000

0.00043

0.00036

0.00071

0.00126

0.00037

0.00042

No

Y-

Z+

Z-

Tabel 4.14 menunjukkan nilai intensitas akustik di arah pengukuran X+, X-, Y+,
Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm, 6000
rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Intensitas akustik
tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000 rpm dan
intensitas akustik terendah berada di arah sumbu Z+ dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

66

6. Densitas Energi Akustik
Densitas energi akustik dapat dicari dengan Persamaan 2.4 berikut.
D = P2 /Pc2 = P2 /Z0 c
Untuk nilai pada (X+, 2000 rpm, 1 meter)
D = (0,508 Pa)2 / 409,8 Pa-s/m . 346,1 m/s
= 1,82 x

−6

J/m3 = 1,82 µJ/m3

Dengan menggunakan cara yang sama diplot hasil perhitungan kondisi
pengukuran yang lain ke dalam Tabel 4.15, Tabel 4.16, dan Tabel 4.17.
Tabel 4.15 Hasil perhitungan nilai densitas energi akustik pada jarak 1 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

1

2000

1.821

1.446

2.292

3.022

1.446

1.863

2

3000

2.953

2.346

3.633

4.574

2.292

2.756

3

4000

4.171

3.718

5.499

7.418

3.470

3.984

4

5000

5.499

4.789

7.418

10.007

4.680

5.252

5

6000

6.923

6.030

9.556

12.311

5.758

6.461

6

7000

8.918

7.418

12.598

16.607

7.084

7.949

No

Tabel 4.15 menunjukkan nilai densitas energi akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Densitas
energi akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran
7000 rpm dan densitas energi akustik terendah berada di arah sumbu X- dan Z+
dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

67

Tabel 4.16 Hasil perhitungan nilai densitas energi akustik pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

1

2000

0.617

0.380

0.832

0.978

0.380

0.692

2

3000

0.872

0.550

1.289

1.779

0.617

1.024

3

4000

1.203

1.024

1.863

2.756

0.956

1.480

4

5000

1.586

1.319

2.456

3.718

1.260

1.951

5

6000

1.951

1.699

3.313

4.789

1.550

2.292

6

7000

2.400

2.043

4.574

6.314

1.863

2.953

No

Tabel 4.16 menunjukkan nilai densitas energi akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Densitas
energi akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran
7000 rpm dan densitas energi akustik terendah berada di arah sumbu X- dan Z+
dengan putaran 2000 rpm.
Tabel 4.17 Hasil perhitungan nilai densitas energi akustik pada jarak 5 meter.
No

N
(rpm)

N (rpm)

X+

X-

Y+

Y-

Z+

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

(µJ/� )

1

2000

0.389

0.269

0.380

0.576

0.240

0.309

2

3000

0.537

0.380

0.589

0.872

0.372

0.447

3

4000

0.661

0.513

0.872

1.260

0.576

0.631

4

5000

0.832

0.677

1.149

2.091

0.725

0.832

5

6000

1.024

0.832

1.515

2.820

0.872

0.934

6

7000

1.231

1.048

2.043

3.633

1.072

1.203

Tabel 4.17 menunjukkan nilai densitas energi akustik di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Densitas
energi akustik tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran

Universitas Sumatera Utara

68

7000 rpm dan densitas energi akustik terendah berada di arah sumbu Z+ dengan
putaran 2000 rpm.
7. Kenaikan Temperatur Udara
Jika semua energi akustik (densitas) menyebar ke udara maka udara akan
mengalami kenaikan temperatur. Kenaikan temperatur didapatkan dari hasil bagi
densitas energi akustik terhadap kapasitas unit per volume udara yang
diasumsikan pada 25°C. Nilai kenaikan temperatur udara dapat dihitung
menggunakan Persamaan 2.5 berikut.
dT = D/pcp
Pada pengukuran (X+, 2000 rpm, 1 meter) nilainya adalah :
= 1,821 µJ/m3 / 1190,7 J/m3 °C
= 1,53 x

−9

°C

Sehingga dengan cara yang sama dicari nilai untuk kondisi pengukuran yang lain
dan diplot ke dalam Tabel 4.18, Tabel 4.19, dan Tabel 4.20.
Tabel 4.18 Hasil perhitungan nilai kenaikan temperatur udara pada jarak 1 meter.
No

N
(rpm)

X+ (°�)

X- (°�)

Y+ (°�)

Y- (°�)

Z+ (°�)

Z- (°�)

1

2000

1.53E-09

1.21E-09

1.93E-09

2.54E-09

1.21E-09

1.56E-09

2

3000

2.48E-09

1.97E-09

3.05E-09

3.84E-09

1.93E-09

2.31E-09

3

4000

3.50E-09

3.12E-09

4.62E-09

6.23E-09

2.91E-09

3.35E-09

4

5000

4.62E-09

4.02E-09

6.23E-09

8.40E-09

3.93E-09

4.41E-09

5

6000

5.81E-09

5.06E-09

8.03E-09

1.03E-08

4.84E-09

5.43E-09

6

7000

7.49E-09

6.23E-09

1.06E-08

1.39E-08

5.95E-09

6.68E-09

Tabel 4.18 menunjukkan nilai kenaikan temperatur udara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Kenaikan
temperatur udara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan
putaran 7000 rpm dan kenaikan temperatur udara terendah berada di arah sumbu
X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm. Nilai kenaikan temperatur udara yang

Universitas Sumatera Utara

69

terjadi sangat kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi kondisi lingkungan di
sekitar pesawat tanpa awak.
Tabel 4.19 Hasil perhitungan nilai kenaikan temperatur udara pada jarak 3 meter.
N

No

(rpm)

X+ (°�)

X- (°�)

Y+ (°�)

Y- (°�)

Z+ (°�)

Z- (°�)

1

2000

5.18E-10

3.20E-10

6.99E-10

8.21E-10

3.20E-10

5.81E-10

2

3000

7.32E-10

4.62E-10

1.08E-09

1.49E-09

5.18E-10

8.60E-10

3

4000

1.01E-09

8.60E-10

1.56E-09

2.31E-09

8.03E-10

1.24E-09

4

5000

1.33E-09

1.11E-09

2.06E-09

3.12E-09

1.06E-09

1.64E-09

5

6000

1.64E-09

1.43E-09

2.78E-09

4.02E-09

1.30E-09

1.93E-09

6

7000

2.02E-09

1.72E-09

3.84E-09

5.30E-09

1.56E-09

2.48E-09

Tabel 4.19 menunjukkan nilai kenaikan temperatur udara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Kenaikan
temperatur udara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan
putaran 7000 rpm dan kenaikan temperatur udara terendah berada di arah sumbu
X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm. Nilai kenaikan temperatur udara yang
terjadi sangat kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi kondisi lingkungan di
sekitar pesawat tanpa awak.
Tabel 4.20 Hasil perhitungan nilai kenaikan temperatur udara pada jarak 5 meter.
No

N
(rpm)

X+ (°�)

1

2000

3.27E-10

2.26E-10 3.20E-10 4.84E-10 2.02E-10

2.60E-10

2

3000

4.51E-10

3.20E-10 4.95E-10 7.32E-10 3.12E-10

3.75E-10

3

4000

5.55E-10

4.31E-10 7.32E-10 1.06E-09 4.84E-10

5.30E-10

4

5000

6.99E-10

5.68E-10 9.65E-10 1.76E-09 6.09E-10

6.99E-10

5

6000

8.60E-10

6.99E-10 1.27E-09 2.37E-09 7.32E-10

7.84E-10

6

7000

1.03E-09

8.80E-10 1.72E-09 3.05E-09 9.01E-10

1.01E-09

X- (°�)

Y+ (°�)

Y- (°�)

Z+ (°�)

Z- (°�)

Universitas Sumatera Utara

70

Tabel 4.20 menunjukkan nilai kenaikan temperatur udara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Kenaikan
temperatur udara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan
putaran 7000 rpm dan kenaikan temperatur udara terendah berada di arah sumbu
Z+ dengan putaran 2000 rpm. Nilai kenaikan temperatur udara yang terjadi
sangat kecil sehingga tidak terlalu mempengaruhi kondisi lingkungan di sekitar
pesawat tanpa awak.
8. Level Kecepatan Bergertar Suara
Level kecepatan bergetar suara dapat dihitung dengan persamaan pada Tabel 2.2:
Lv

= 20log10(v/vref)
= 20log(1,24 x
= 141,868 dB



m/s/10 x

−9

nm/s)

Dengan menggunakan cara yang sama ditentukan nilai dari masing-masing
kondisi pengukuran dan diplot pada Tabel 4.21, Tabel 4.22, dan Tabel 4.23.
Tabel 4.21 Hasil perhitungan nilai kecepatan bergetar suara pada jarak 1 meter.
No

N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

101.87 100.87 102.87 104.07 100.87

101.97

2

3000

103.97 102.97 104.87 105.87 102.87

103.67

3

4000

105.47 104.97 106.67 107.97 104.67

105.27

4

5000

106.67 106.07 107.97 109.27 105.97

106.47

5

6000

107.67 107.07 109.07 110.17 106.87

107.37

6

7000

108.77 107.97 110.27 111.47 107.77

108.27

Tabel 4.21 menunjukkan nilai level kecepatan bergetar suara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Level
kecepatan bergetar suara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot)
dengan putaran 7000 rpm dan level kecepatan bergetar suara terendah berada di
arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

71

Tabel 4.22 Hasil perhitungan nilai kecepatan bergetar suara pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

97.17

95.07

98.47

99.17

95.07

97.67

2

3000

98.67

96.67

100.37 101.77

97.17

99.37

3

4000

100.07

99.37

101.97 103.67

99.07

100.97

4

5000

101.27 100.47 103.17 104.97 100.27

102.17

5

6000

102.17 101.57 104.47 106.07 101.17

102.87

6

7000

103.07 102.37 105.87 107.27 101.97

103.97

No

Tabel 4.22 menunjukkan nilai level kecepatan bergetar suara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Level
kecepatan bergetar suara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot)
dengan putaran 7000 rpm dan level kecepatan bergetar suara terendah berada di
arah sumbu X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.
Tabel 4.23 Hasil perhitungan nilai kecepatan bergetar suara pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

95.17

93.57

95.07

96.87

93.07

94.17

2

3000

96.57

95.07

96.97

98.67

94.97

95.77

3

4000

97.47

96.37

98.67

100.27

96.87

97.27

4

5000

98.47

97.57

99.87

102.47

97.87

98.47

5

6000

99.37

98.47

101.07

103.77

98.67

98.97

6

7000

100.17

99.47

102.37

104.87

99.57

100.07

No

Tabel 4.23 menunjukkan nilai level kecepatan bergetar suara di arah pengukuran
X+, X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Level
kecepatan bergetar suara tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot)

Universitas Sumatera Utara

72

dengan putaran 7000 rpm dan level kecepatan bergetar suara terendah berada di
arah sumbu Z+ dengan putaran 2000 rpm.
9. Level Intensitas Kebisingan
Persamaan pada Tabel 2.2 digunakan untuk mencari nilai intensitas kebisingan.
Li = 10 Log(I/Iref)
Untuk (X+, 2000 rpm, 1 meter) nilainya adalah :
= 10 Log ( 6,29 x
= 87,99 dB



W/m2 /

− 2

W/m2 )

Sehingga dengan cara yang sama dicari nilai untuk kondisi pengukuran yang lain
dan diplot ke dalam Tabel 4.24, Tabel 4.25, dan Tabel 4.26.
Tabel 4.24 Hasil perhitungan nilai level intensitas kebisingan pada jarak 1 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

87.99

86.99

88.99

90.19

86.99

88.09

2

3000

90.09

89.09

90.99

91.99

88.99

89.79

3

4000

91.59

91.09

92.79

94.09

90.79

91.39

4

5000

92.79

92.19

94.09

95.39

92.09

92.59

5

6000

93.79

93.19

95.19

96.29

92.99

93.49

6

7000

94.89

94.09

96.39

97.59

93.89

94.39

No

Tabel 4.24 menunjukkan nilai level intensitas kebisingan di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Level
intensitas kebisingan tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan
putaran 7000 rpm dan level intensitas kebisingan terendah berada di arah sumbu
X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

73

Tabel 4.25 Hasil perhitungan nilai level intensitas kebisingan pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

83.29

81.19

84.59

85.29

81.19

83.79

2

3000

84.79

82.79

86.49

87.89

83.29

85.49

3

4000

86.19

85.49

88.09

89.79

85.19

87.09

4

5000

87.39

86.59

89.29

91.09

86.39

88.29

5

6000

88.29

87.69

90.59

92.19

87.29

88.99

6

7000

89.19

88.49

91.99

93.39

88.09

90.09

No

Tabel 4.25 menunjukkan nilai level intensitas kebisingan di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 3 meter hasil perhitungan. Level
intensitas kebisingan tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan
putaran 7000 rpm dan level intensitas kebisingan terendah berada di arah sumbu
X- dan Z+ dengan putaran 2000 rpm.
Tabel 4.26 Hasil perhitungan nilai level intensitas kebisingan pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

81.29

79.69

81.19

82.99

79.19

80.29

2

3000

82.69

81.19

83.09

84.79

81.09

81.89

3

4000

83.59

82.49

84.79

86.39

82.99

83.39

4

5000

84.59

83.69

85.99

88.59

83.99

84.59

5

6000

85.49

84.59

87.19

89.89

84.79

85.09

6

7000

86.29

85.59

88.49

90.99

85.69

86.19

No

Tabel 4.26 menunjukkan nilai level intensitas kebisingan di arah pengukuran X+,
X-, Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000
rpm, 6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Level
intensitas kebisingan tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan

Universitas Sumatera Utara

74

putaran 7000 rpm dan level intensitas kebisingan terendah berada di arah sumbu
Z+ dengan putaran 2000 rpm.
10. Level Densitas Energi
Persamaan pada Tabel 2.2 digunakan untuk mencari nilai level densitas energi.
�� = 10 Log (D/Dref)

Untuk (X+, 2000 rpm, 1 meter) nilainya adalah :
= 10 Log (1.821 x
= 62,6 dB

−6

J/m3 / 10-12 J/m3)

Sehingga dengan cara yang sama dicari nilai untuk kondisi pengukuran yang lain
dan diplot ke dalam Tabel 4.27, Tabel 4.28, dan Tabel 4.29.
Tabel 4.27 Hasil perhitungan nilai level densitas energi pada jarak 1 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

62.60

61.60

63.60

64.80

61.60

62.70

2

3000

64.70

63.70

65.60

66.60

63.60

64.40

3

4000

66.20

65.70

67.40

68.70

65.40

66.00

4

5000

67.40

66.80

68.70

70.00

66.70

67.20

5

6000

68.40

67.80

69.80

70.90

67.60

68.10

6

7000

69.50

68.70

71.00

72.20

68.50

69.00

No

Tabel 4.27 menunjukkan nilai level densitas energi di arah pengukuran X+, X-,
Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm,
6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Level densitas
energi tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000
rpm dan level densitas energi terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan
putaran 2000 rpm.

Universitas Sumatera Utara

75

Tabel 4.28 Hasil perhitungan nilai level densitas energi pada jarak 3 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

57.90

55.80

59.20

59.90

55.80

58.40

2

3000

59.40

57.40

61.10

62.50

57.90

60.10

3

4000

60.80

60.10

62.70

64.40

59.80

61.70

4

5000

62.00

61.20

63.90

65.70

61.00

62.90

5

6000

62.90

62.30

65.20

66.80

61.90

63.60

6

7000

63.80

63.10

66.60

68.00

62.70

64.70

No

Tabel 4.28 menunjukkan nilai level densitas energi di arah pengukuran X+, X-,
Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm,
6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 1 meter hasil perhitungan. Level densitas
energi tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000
rpm dan level densitas energi terendah berada di arah sumbu X- dan Z+ dengan
putaran 2000 rpm.
Tabel 4.29 Hasil perhitungan nilai level densitas energi pada jarak 5 meter.
N

X+

X-

Y+

Y-

Z+

Z-

(rpm)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

(dB)

1

2000

55.90

54.30

55.80

57.60

53.80

54.90

2

3000

57.30

55.80

57.70

59.40

55.70

56.50

3

4000

58.20

57.10

59.40

61.00

57.60

58.00

4

5000

59.20

58.30

60.60

63.20

58.60

59.20

5

6000

60.10

59.20

61.80

64.50

59.40

59.70

6

7000

60.90

60.20

63.10

65.60

60.30

60.80

No

Tabel 4.29 menunjukkan nilai level densitas energi di arah pengukuran X+, X-,
Y+, Y-, Z+, dan Z- dengan putaran 2000 rpm, 3000 rpm, 4000 rpm, 5000 rpm,
6000 rpm, dan 7000 rpm pada jarak 5 meter hasil perhitungan. Level densitas
energi tertinggi berada di arah sumbu Y- (arah knalpot) dengan putaran 7000

Universitas Sumatera Utara

76

rpm dan level densitas energi terendah berada di arah sumbu Z+ dengan putaran
2000 rpm.
Dari hasil pengukuran dan perhitungan parameter kebisingan, didapat nilai
tertinggi dan terendah pada masing-masing parameter seperti yang terlihat pada
Tabel 4.30 berikut ini.
Tabel 4.30 Nilai parameter kebisingan tertinggi dan terendah
No Huruf
1

2

3

4

5

6

7

8

Parameter Kebisingan

a
b

Sound pressure level
Tertinggi
Terendah
Kecepatan partikel
akustik
Tertinggi
Terendah

a
b

Intensitas akustik
Tertinggi
Terendah

a
b

a
b

Densitas energi akustik
Tertinggi
Terendah
Kenaikan temperatur
udara
Tertinggi
Terendah
Level kecepatan getar
suara
Tertinggi
Terendah
Level intensitas
kebisingan
Tertinggi
Terendah

a
b

Level densitas energi
Tertinggi
Terendah

a
b

a
b

a
b

Putaran
Mesin

Jarak

Nilai

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

1,535 Pa
0,185 Pa

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

0,00375 m/s
0,00045 m/s

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

0,00575 W/�2
0,00008 W/�2

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

16,607 µJ/�
0,240 µJ/�

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

1,39E-08 °�
2,02E-10 °�

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

111,47 dB
93,07 dB

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

97,59 dB
79,19 dB

YZ+

7000 rpm
2000 rpm

1 meter
5 meter

72,20 dB
53,80 dB

Arah

Universitas Sumatera Utara

77

Pada Tabel 4.30 terdapat nilai kebisingan tertinggi dan terendah dari nilai
pengukuran tingkat kebisingan dan parameter kebisingan hasil perhitungan. Arah
yang dimaksud pada Tabel 4.30 adalah arah tempat pengukuran dilakukan yang
berpusat pada motor penggerak. Arah Y- (arah knalpot) adalah arah dengan nilai
tertinggi pada setiap parameter kebisingan dan arah Z+ (arah ekor pesawat) menjadi
arah dengan nilai terendah pada setiap parameter kebisingan.
4.3

Kontur Kebisingan
Kontur kebisingan diperlukan untuk melihat kebisingan tertinggi dan

terendah berdasarkan jarak dan putaran mesin pada sumbu arah pengukuran dengan
jelas. Kontur kebisingan yang dibuat adalah kontur kebisingan pada jarak 1 meter,
3 meter, dan 5 meter pada putaran 2000 rpm, 5000 rpm, dan 7000 rpm karena
dianggap sudah mewakili pengukuran kebisingan yang dilakukan.
1. Jarak 1 meter

Gambar 4.1 Kontur kebisingan pada jarak 1 meter dengan putaran 2000 rpm.

Pada Gambar 4.1 terlihat bentuk kontur keb