Mengidentifikasi Perbedaan Karakteristik Arsitektur Vernakular Nagari Seribu Rumah Gadang Dan Perubahan Akibat Pengaruh Budaya Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif analitik
dengan pendekatan kualitatif guna melihat karakteristik Rumah Gadang yang ada
di Nagari Seribu Rumah Gadang tepatnya karakteristik Rumah Gadang Adat dan
Kaum yang kemudian di analisa serta di deskripsikan masing-masing variabel
yang akan menghasilkan perbandingan.
Kemudian pendekatan kualitatif juga dilakukan guna melihat beberapa
variabel seperti Proses Pembangunan , ruang pendukung ,pola perkampungan dan
pengaruh budaya masyarakat minangkabau terhadap arsitektur vernakular Rumah
Gadang.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai arsitektur Rumah Gadang dilakukan di beberapa
wilayah yang ada di Solok , Payakumbuh dan Nagari Seribu Rumah Gadang .
Dilaksanakan mulai tanggal 13 November 2016 – 23 November 2016
3.3 Unit Penelitian
Rumah Gadang yang masih bertahan dan masih murni dilihat dari segi
Keruangan dan karakteristik arsitektural nya ,serta beberapa Rumah Gadang yang
ada di Nagari Seribu Rumah Gadang ,unit pertama yang diteliti yaitu karakteristik
murni pada Rumah Gadang Adat Gajah Maram yang dijabarkan sebagai berikut

yaitu ;

23

Universitas Sumatera Utara

Filosofi bentuk atap gonjong dan kontruksinya.
Bentuk Bangunan
Struktur dan Kontruksi
Lantai
Dinding dan Jendela
Bagian Kaki
Denah dan Keruangan.
Setalah itu dibandingkan dengan karakteristik pada Rumah Gadang Kaum
dengan variabel dan unit yang sama, kemudian variabel yang diteliti selanjutnya
yaitu proses pembangunan Rumah Gadang pada kawasan kajian , ruang
pendukungnya

,


perkampungan minangkabau, serta

perubahan

karakter

arsitekturnya akibat pengaruh budaya.
3.4 Pengumpulan Data
Data primer yang digunakan pada penelitian ini dilakukan dengan
observasi langsung disertai dengan foto serta menggambar ulang sebagian
variabel kemudian hasilnya dibandingkan dan didukung dengan wawancara
mendalam bersama tokoh adat dan tokoh ahli mengenai unit variabel yang diteliti
yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.

24

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data
Variabel Penelitian pada Rumah Gadang


Metode pengumpulan data dan Pendukung

Adat dan Rumah Gadang Kaum
Filosofi bentuk atap gonjong dan

Jurnal , foto, gambar ulang dan di analisa
serta dideskripsikan

kontruksinya.

Foto ,gambar ulang serta dideskripsikan

Bentuk Bangunan
Struktur dan Kontruksi

Foto,gambar ulang , jurnal

Lantai


Foto, gambar ulang ,jurnal

Dinding dan Jendela

Foto, gambar ulang ,jurnal

Bagian Kaki

Foto, gambar ulang , jurnal
Gambar ulang, foto, wawancara dianalisa

Denah dan Keruangan.

serta di deskripsikan.
Proses

pembangunan

Rumah


Gadang pada kawasan kajian ,
ruang

pendukungnya

,

Wawancara , foto , gambar ulang , serta
didukung dengan Jurnal , buku dan
penelitian sebelumnya

perkampungan minangkabau, serta
perubahan karakter arsitekturnya
akibat pengaruh budaya.

Data sekunder yaitu berasal dari beberapa jurnal yang berhubungan
dengan Arsitektur Vernakular dan Rumah Gadang, beberapa buku seperti yang
berhubungan dengan sejarah dan filosofi Minangkabau dan penelitian sebelumnya
seperti penelitin yang dilakukan oleh KKL ITB pada tahun 1979 yang membahas
tentang Rumah Gadang sebagai arsitektur vernakular.


25

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Arsitektur Rumah Gadang Adat Gajah Maram dan
Rumah Gadang Kaum Pada Kawasan Kajian.
Pada Bab ini terdapat pembahasan tentang dua jenis Rumah Gadang yang
ada pada kawasan kajian di Nagari Seribu Solok Selatan Sumatera Barat yaitu
Rumah Gadang Adat dan Rumah Gadang Kaum.
a. Rumah Gadang Adat
Rumah Gadang Adat memilki tujuan untuk keperluan masyarakat bersama
seperti acara adat , acara pernikahan pengangkatan penghulu dan lain sebagainya
dan itulah salah satu alasan dimana Rumah Gadang adat tidak diperuntungkan
untuk tempat tinggal sebagai contoh salah satu Rumah Gadang Adat dikawasan
kajian yang bernama Gajah Maram pemilik dari suku Melayu Dt. Lelo Panjang.

Gambar 4.1 Rumah Gadang Adat Gajah Maram

(Sumber Dokumen Pribadi 2017)

24

Universitas Sumatera Utara

Rumah Gadang Gajah Maram memiliki keistimewaan karna masih
mempertahankan keaslian dari arsitektur murni Rumah Gadang mulai dari
kontruksi nya yang masih kokoh dan menggunakan bahan kayu , ornamen
pendukung pada dinding yang menggambarkan cirikhas minangkabau dan pada
tampak samping fasad nya menggambarkan bentuk dari gajah , hampir tidak ada
yang berubah semenjak pertama kali berdiri dan tidak diketahui umur pasti dari
bangunan ini yang diperkiraan sudah berabad- abad, yang terlihat perubahannya
hanya penggantian pada atap seng dan pada lantai yang sudah diberikan karpet.
b. Rumah Gadang Kaum
Rumah Gadang Kaum atau yang bisa dikenal sebagai Rumah Gadang
penduduk bertujukan untuk tempat tinggal dan pemiliknya bertanggungjawab
seutuhnya terhadap Rumah Gadang yang mereka bangun , Rumah Gadang kaum
biasanya tidak memiliki anjuang di kedua sisi Rumah Gadang sehingga tidak
terdapat perbedaan ketinggian lantai. Rumah Gadang kaum sudah banyak

direnovasi oleh pemiliknya dengan penambahan ornamen pada dinding serta
jendela dan juga banyak yang sudah dicat sehingga tampilan fasadnnya menjadi
lebih bagus.
Pemilik Rumah Gadang Kaum banyak menambahkan rumah sisi pada
samping Rumah Gadang yaitu rumah modern yang bertujuan untuk penambahan
ruang yang dirasa tidak mencukupi lagi pada Rumah Gadang karna jumlah
anggota keluarga yang banyak dan sebagian Rumah Gadang sudah banyak yang
lapuk dimakan usia.

25

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 Rumah Gadang Kaum
(Sumber Dokumen Pribadi 2017)

Sebagian tipe Rumah Gadang kaum pada kawasan kajian dimana sudah
banyak yang direnovasi dan juga penambahan bangunan atau rumah sisi ,ornamen
pada dinding terlihat berbeda pada gajah maram karna sudah menggunakan
material yang bukan didominasi oleh kayu lagi seperti keramik ,kaca ,beton dan

lain lain, tentunya desain dari masing -masing Rumah Gadang kaum ini
disesuaikan dengan kemauan masing-masing kelurga pemilik Rumah Gadang.
4.1.1 Wujud Arsitektural
Rumah Gadang merupakan rumah panggung dan terdiri dari tiga bentuk
yaitu kepala, badan dan kaki yang memiliki ciri khas nya yang terletak pada
atapnya yang memiliki gonjong dan terdapat ruang untuk berbagai fungsi
kehidupan yang menyerupai trapesium terbalik dan bagian kaki yang dibuat
26

Universitas Sumatera Utara

kosong untuk ternak dan menghindari dari binatang buas serta untuk meletakkan
berbagai macam kebutuhan penghuni.

Gambar 4.3 Sketsa Tampak Depan Dan Samping Pada Rumah Gadang
Sumber: Digambar Ulang

Tentunya Rumah Gadang ini merupakan hasil dari proses yang begitu
panjang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya sebagai faktor
utama dan faktor tambahan seperti kondisi iklim ,tingkat teknologi yang dimiliki

metode kontruksi dan kesedian material ( A. Rapopart ,1969)
4.1.1.1 Filosofi Bentuk Atap Gonjong dan kontruksinya
Bentuk atap gonjong tidak tercipta begitu saja ,garis lengkung serta
geometri lainnya terbentuk dari hal yang dianggap penting oleh masyarakat
minangkabau , ada dua pendapat dari tokoh masyarakat yang mendasari bentuk
dari gonjong antara lain ;

27

Universitas Sumatera Utara

25

a)

Tanduk Kerbau (Sudirman Ismail , arsitektur tradisional minangkabau :
Nilai-nilai Budaya dalam Arsitektur Tradisional Rumah Adat (Bung Hatta
University Press ,2007)

Gambar 4.4 Atap Yang Dipengaruhi Oleh Bentuk Tanduk kerbau.

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Sejarah dahulu kala yang mengatakan bahwa pada saat itu terdapat adu
kerbau dimana masyakat minangkabau menang melawan pedagang yang ingin
meguasai daerah minang,dan akhirnya kerbau dianggap penting dalam sejarah
minang.
b)

Pucuk Rebung (Bakal Bambu)

Gambar 4.5 Atap Rumah Gadang yang dipengaruhi oleh Pucuk Rebung.
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rebung dianggap penting karna menjadi makanan tradisional yang harus
ada pada acara adat seperti perkawinan dan lainnya dan bambu dianggap sebagai
tumbuhan yang penting dalam kontruksi tradisional. Lengkungan-lengkungan
pada atap gonjong juga dibuat dari struktur kayu dengan material pelapis atap
berupa ijuk. Ketebalan ijuk dan kecuraman atap membuat air hujan akan langsung

Universitas Sumatera Utara

26

jatuh ketanah . susuan ijuk yang rapat tetap mempunyai sela sehingga menjadi
salah satu siklus udara.

Gambar 4.6 Atap Gonjong
Sumber: Laporan KKL .Depatemen Arsitektur ITB .1979

Gambar 4.7 Bagian Pada atap Rumah Gadang Adat dan tampak didalam rumah,perbandingannya
dengan Rumah Gadang kaum yang direonavasi .Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Universitas Sumatera Utara

27

Atap pada Rumah Gadang Adat Gajah Maram memiliki struktur yang
masih kokoh yang telah berumur ratusan tahun dan tidak memiliki platfon untuk
menutupi langit- langit untuk mencirikhaskan bahwasanya Rumah Gadang adat
ini masih murni dan tidak boleh direnovasi (Gambar 4.7), Dan struktur atap pada
Rumah Gadang kaum tidak terlalu memiliki perbedaan ,kontruksi dan bahan
yang digunakan relatif sama dan tentunya pemilik Rumah Gadang kaum bebas
untuk menambahkan platfon pada langit-langit rumah mereka.
4.1.1.2 Bentuk Bangunan
Seluruh bentuk Rumah Gadang adat maupun kaum menyerupai trapesium
terbalik yang merupakan representasi terhadap kapal atau perahu layar. Hal ini
terkait dengan asal usul nenek moyang minangkabau yang dianggap berasal dari
rombongan Iskandar Zulkarnain yang berlayar dengan kapal dan terdampar di
daerah minangkabau.

Universitas Sumatera Utara

28

Gambar 4.8 Perbandingan Rumah Gadang adat dan Rumah Gadang kaum
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Perbedaan nya hanya pada penambahan dua sisi ruang yang bernama
Anjuang pada Rumah Gadang adat sehingga nampak tinggi dikedua sisi kanan
dan kiri yang menganut Gaya Arsitektur Laras Suku Piliang dan Rumah Gadang
kaum tidak memiliki anjuang pada kedua sisi menganut Gaya Arsitektur Laras
suku Bodi Chaniago dan banyak masyarakat Nagari Seribu Rumah Gadang
menambahkan Rumah sisi pada samping Rumah Gadang mereka sesuai
kebutuhan masing-masing keluarga pemilik Rumah Gadang tersebut.
Bentuk bangunan dari Rumah Gadang adat murni begitu saja dari pertama
berdiri mulai dari bentuk jendela , pintu fasad dan ornamen lainnya tetapi berbeda
dengan Rumah Gadang kaum yang sudah banyak direnovasi sesuai kebutuhan
keluarga pemilik Rumah Gadang tersebut.

Universitas Sumatera Utara

29

Gambar 4.9 Perbedaan fasad pada Rumah Gadang adat dan pada Rumah Gadang kaum
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Material yang digunakan didominsi oleh Kayu dan pada Rumah Gadang
adat menggunakan hampir keseluruhan berbahan dasar kayu selain atap mulai dari
struktur yang menggunaan kayu juar dan fasad serta pendukung bangunan lainnya
juga menggunakan bahan dasar kayu , berbeda dengan bahan yang digunakan
pada Rumah Gadang kaum ada yang sudah memakai material kaca sebagai
penambah aksen jendela dan semen atau batu bata sebagai penegas tergantung
keluarga pemilik Rumah Gadang kaum .
4.1.1.3 Struktur Kontruksi
a. Rumah Gadang Adat
Struktur utama dari Rumah Gadang Adat Gajah Maram merupakan
rangkaian tonggak- tonggak yang dirangkai dengan sistem mengunci ,terdapat 7
ruang yang memiliki 40 tonggak utama yang terdiri dari ;

Universitas Sumatera Utara

30

Lima deret tonggak menurut urutan dari muko ka balakang dan
dihubungkan serta dirangkai oleh elemen struktur yang disebut rusuak
Delapan deret dari ujuang pangka yang dihubungkan oleh palanca

Gambar 4.10 Struktur pada Rumah Gadang adat
Sumber dokumen pribadi 2017

b. Rumah Gadang Kaum
Berbeda dengan struktur kontruksi pada Rumah Gadang kaum dimana
tonggak nya berjumlah 4 dari muko ka balakang yang terdiri dari 2 tonggak luar
dan tonggak dalam ,tonggak panjang hanya sampai rusuk bagian atas saja dan
terdapat dua tonggak

di ujung dan pangkal. Berarti jumlah tonggak yang

menopang sampai sandi hanya 24 pada Rumah Gadang 5 ruang.

Universitas Sumatera Utara

31

Gambar 4.11 Letak Tonggak Dan Struktur Tonggak Dari Muko Ka Balakang
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Gambar 4.12 Tampak Tonggak Dari Dalam Dan Sandi Penahan Tonggak
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Universitas Sumatera Utara

32

Keseluruhan tonggak kecuali tonggak tuo memiliki kemiringan 2 sampai 4
terhadap sumbu Y. Hal inilah yang membuat Rumah Gadang seperti trapesium
terbalik. Yang mana masyarakat minangkabau meyakini bahwa kemiringan
Rumah Gadang ini menjadi sebuah akar yang seolah olah menumpu pada satu
titik jauh di dasar bumi yang menjadikan Rumah Gadang tahan akan gempa dan
memiliki struktural yang kokoh terbukti dengan tidak adanya Rumah Gadang
dengan arsitektur murni roboh pada gempa 7,9 SR ,30 September 2009.
4.1.1.4 Lantai
Tidak hanya struktur utama yang dibuat fleksibel terhadap gaya-gaya yang
bekerja ,struktur lainnya juga menggunakan bahan kayu pada lantai dan
menggunakan sistem saling mengunci . Balok-balok lantai yang disebut jariau
dipasangkan dalam arah ujuang sampai pangkal dan dikunci pada balok pengunci
dan terdapat diatas rusuk bawah yang disebut sigitan. Diatas jariau diletakkan
material penutup lantai yang disebut palupuah yaiu pohon sampir yang di pukulpukul diletakkan yang kasar diatas jariau dan yang lembut di letakkan di atas yang
kasar .tetapi ada juga lantai dari kayu surian atau dari kayu pohon kelapa

Universitas Sumatera Utara

33

Gambar 4.13 Detail Pada Lantai
Sumber: Laporan KKL ITB (1979)(diedit)

Gambar 4.14

Perbedaan lantai pada Rumah Gadang

Sumber Dokumen Pribadi 2017

Perbandingan lantai pada gambar diatas merupakan lantai pada Rumah
Gadang adat Gajah Maram yang tidak memakai buluah dan pelupuh lagi tetapi
diganti dengan karpet warna karna material buluah yang susah dicari dan gambar
lantai dibawah merupakan lantai yang sudah direnovasi yang merupakan salah
satu Rumah Gadang kaum yang memakai material kayu yang sudah dipoles dan
sesuai dengan kebutuhan pemilik rumah.
4.1.1.5 Dinding dan Jendela
Dinding pada Rumah Gadang Gajah Maram terdiri dari dua lapis yang
dipisah oleh tonggak-tonggak terluar. Material yang digunakan adalah papan dan
bambu yang dianyam yang disebut sasak bugih. Papan digunakan pada lapisan

Universitas Sumatera Utara

34

dinding bagian dalam keempat sisi,pada lapisan bagian luar dan pembatas bilik.
Sedangkan sasak bugih diletakkan pada bagian luar depan dan belakang .

Gambar 4.15 Detail Dinding
Sumber: KKL ITB 1979(diedit)

Universitas Sumatera Utara

35

Gambar 4.16 Tampak Dinding dan jendela
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Terlihat perbedaan dimana dinding pada Rumah Gadang adat gajah maram
masih murni dan masih menggunakan bahan bematerial kayu dan jendelanya yang
berukuran sama satu dan lainnya terdapat ukiran yang sangat jelas dan berbeda
dengan dinding dan jendela pada Rumah Gadang kaum yang menganut unsur
bebas bagi pemilik rumahnya dimana materialnya bisa dirubah seperti yang
digunakan pada jendela yang menggunakan material kaca dan dinding.
4.1.1.6 Bagian Kaki

Gambar 4.10 Sketsa Bagian Kaki Pada Rumah Gadang

Bagian kaki dari Rumah Gadang merupakan bagian kolong ,kolong rumah
dibiarkan kosong begitu saja digunakan sebagai tempat ternak ayam dn itik dan

Universitas Sumatera Utara

36

dibiarkan begitu saja kosong untuk kebutuhan lainnya.tentunya ditutupi oleh kisikisi atau papan.

Gambar 4.17 Foto Tampak Bagian Kaki Pada Rumah Gadang
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Perbandingan bagian kaki pada sisi kiri gambar masih tampak pada
Rumah Gadang gajah maram dan masih menggunakan material berbahan kayu
berbeda pada bagian kanan merupakan sisi kaki dari Rumah Gadang kaum
dimana sudah tidak tampak lagi karna menggunakan material semen tapi masih
menerapkan rumah panggungnya.
Ornamen pada kaki biasanya tergantung pada pemilik rumah ada yang
memberikan ukiran yang bergaya minangkabau seperti pada ukiran dinding gajah
maram dan ada juga yang polos.

Universitas Sumatera Utara

37

4.1.2 Denah dan Keruangan

Gambar 4.18 Denah Rumah Gadang Gajah Maram dan Rumah Gadang Kaum
Sumber: Digambar Ulang

Tampak perbedaan pada kedua gambar denah diatas dimana ukuran luas
pada Rumah Gadang adat ±15x8 meter lebih besar dari pada Rumah Gadang
kaum yang memiliki ukuran ±10x6 meter mengingat bahwa kebutuhan Rumah
Gadang adat untuk masyarakat sedangkan Rumah Gadang kaum hanya sebatas
untuk tempat tinggal keluarga , karna luas yang kurang besar Rumah Gadang
kaum biasanya menempatkan rumah sisi pada samping kanan atau kiri bangunan
yang memiliki akses langsung terhadap Rumah Gadang, atau penambahan ruang
atau serambi aceh pada fasad depan Rumah Gadang .

Universitas Sumatera Utara

38

(b)

(a)

(c)

(d)

Gambar 4.19 Foto Tampak Jendela (a)Tonggak dalam dari Kayu juar (b) 2 pintu masuk (c)
Tinggi Anjuang dari lantai (d) Pintu dan batas biliak
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Ukuran jendela pada suatu Rumah Gadang biasanya sama seperti pada
Rumah Gadang gajah maram memiliki delapan jendela yang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama yaitu 1 x 0,8 meter ,pintu masuk pada Rumah Gadang gajah
maram memiliki dua pintu akses yang memiliki 4 daun pintu ,ketinggian lantai
dapat dilihat mengingat Rumah Gadang merupakan rumah panggung biasanya
dari dasar tanah ke lantai tingginya ±1 meter kemudian masuk kedalam rumah
yang tingginya berbeda seperti pada ruang anjuang ,yang memiliki batas di dalam

Universitas Sumatera Utara

39

Rumah Gadang hanya pada dinding biliak karna bersifat privasi dan pada Rumah
Gadang kaum biasanya disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
Rumah Gadang Gajah Maram memiliki 5 ruang dan 2 anjuang dan
memiliki dua pintu akses untuk keluar masuk rumah, perbedaaan nya dengan
Rumah Gadang yang kita bahas sebelumnya ,yaitu batas antara labuah dan bandua
hampir tidak ada dan tidak ada perbedaan tinggi lantai, tinggi lantai yang berbeda
hanya pada anjuang sebelah kanan dan kiri rumah dengan tinggi lebih kurang 30
cm.
Terdapat empat biliak, dimana dua biliak utama di batasi oleh papan dan
ada pintunya dan dua biliak yang bersambung dengan anjuang, hanya dibatasi
oleh tirai saja.
Dua pintu yang diapit oleh dua biliak utama merupakan akses ke dapur
karna tujuan utama tumah gadang gajah maram ini adalah untuk fungsi adat
dimana dilakukan tempat acara adat ,niniak mamak ,perhelatan perkawinan dan
lain-lain.
Kedua yaitu Rumah Gadang kaum 5 ruang dipengaruhi oleh Rumah
Gadang Laras suku bodi chaniago dimana fungsi utama Rumah Gadang ini untuk
tempat tinggal kelurga, perbedaanya yaitu terdapat pada tangga yang diletakkan di
sebelah ujuang atau pangkal Rumah Gadang dan tidak ada juga batas yang jelas
pada bandua dan labuah. Batas antara biliak dan bandua tergantung dengan
kebutuhan masing-masing kelurga dimana ada yang ditutupi kayu dan ada juga
dengan tirai.

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 4.20 Pola Ruang Rumah Gadang 5 Ruang Di Nagari Seribu Rumah Gadang Dan Foto
Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

Ketiga yaitu pola keruangan yang memiliki serambi aceh dan ruang nya
sama dengan Rumah Gadang Kaum 5 ruang yang kita bahas sebelumnya
perbedaannya hanya ditambah ruang utama untuk tamu jauh yang berkunjung dan
bukan keluarga inti.

Gambar 4.21 Pola Ruang Pada R. Gadang Serambi Aceh
Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

Universitas Sumatera Utara

41

Secara keruangan Rumah Gadang yang tidak memiliki anjung memiliki
denah yang sederhana yang berbentuk persegi panjang .terbagi atas dua yaitu:
1.

Dari depan ke belakang Rumah terbagi atas 4 ruang yang disebut lanjar
yang dipisahkan oleh jarak antara dua tiang yang disebut sebagai
balai,labuah ,bandua dan biliak.

2.

Dari ujung ke pangkal
Rumah terbagi atas ruang dengan jumlah ganjil misalnya lima atau tujuh
ruang dimana satu ruang jarak antara dua tiang dalam arah ujung-pangkal.
Selain denah yang sederhana , batas batas yang nyata pada ruang Rumah

Gadang juga sedikit bisa dikatakan ruang-ruang pada Rumah Gadang merupakan
ruang yang lepas atau terbuka kecuali biliak sebagai ruang tidur. Dan batas bilik
dan bandua hanya sebatas tirai saja.tirai inipun pada saat siang hari juga dilepas
atau dibuka sehingga ruang dalam pada Rumah Gadang terkesan benar-benar
lepas.
Ukuran Rumah Gadang dibedakan atas jumlah ruang yang dimilikinya
yaitu besaran ganjil seperti tiga,lima,tujuh dan sembilan . Pembagian ruang atas
lanjar terkait dengan pola kegiatan sehari –hari di Rumah Gadang. Lanjar pertama
yaitu :

Universitas Sumatera Utara

42

Gambar 4.22 Lanjar Balai
Sumber: Digambar Ulang

Balai merupakan ruang yang bersifat umum atau publik dan merupakan ruang
bersama bagi anggota kaum yang laki-laki dewasa dimana mereka hanya
datang untuk berkegiatan dan tidak boleh menginap di Rumah Gadang, juga
sebagai tempat niniak mamak menasehati dan mendidik kemenakannya.

Gambar 4.23 Lanjar Labuah
Sumber: Digambar Ulang

Labuah lebih bersifat bebas dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari oleh anggota keluarga. Lanjar ketiga dan keempat memiliki ketinggian
satu jenggal lima jari dimana ruang lanjar ini bersifat terhomat jika dilihat
dari sudut pandang adat .

Universitas Sumatera Utara

43

Gambar 4.24 Lanjar Bandua
Sumber: Digambar Ulang

Bandua merupakan tempat dimana orang orang terhormat duduk pada acara
adat seperti niniak mamak, suami kelurga perempuan serta para tamu
perempuan dan tempat bercengkrama para anggota keluarga yang tinggal di
Rumah Gadang ,ruang makan dan tempat tidur bagi laki-laki atau perempuan
yang belum baligh.

Gambar 4.25 Lanjar Biliak
Sumber: Digambar Ulang

Biliak merupakan ruang yang bersifat privasi .sejatinya digunakan oleh
anggota kaum perempuan bersama suami nya ,hal ini mendapat pengaruh dari

Universitas Sumatera Utara

44

sistem matrilinear yang dianut.untuk menutup biliak dari arah bandua dibuat
tirai penutup, dan pada bagian tengah biliak terdapat biliak adat untuk
dipasangkan kelambu adat saat diadakan acara adat seperti perhelatan
perkawinan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masing –masing lanjar
memiliki fungsi ruang tertentu yang bersifat umum atau publik sampai kepada
ruangan yang bersifat privasi .
Beberapa perbedaan Rumah Gadang kaum dan Rumah Gadang adat pada
nagari seribu Rumah Gadang, tertera pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Perbedaan Karakteristik
No

Rumah Gadang Adat

Rumah Gadang Kaum

1.

Tidak boleh direnovasi.

Boleh direnovasi.

2.

Struktur masih asli.

Struktur sudah ada yang dirubah.

3.

Memiliki 7 ruang.

Memiliki 5 atau 3 ruang dan bisa
ditambah serambi Aceh.

4.

Pintu akses masuk keluar terletak Pintu
ditengah.

terletak

pangkal

di

rumah,ada

ujung

atau

juga

pada

serambi.
5.

Dinding kayu.

Dinding kayu dan dimodifikasi
dengan penambahan jendela kaca.

6.

Berdiri sendiri.

Banyak Rumah Gadang kaum
yang dibangun rumah modern

Universitas Sumatera Utara

45

No

Rumah Gadang Adat

Rumah Gadang Kaum
disisi Rumah Gadang.

7.

Ruang masih asli.

Pola ruang sudah diubah sesuai
kebutuhan.

8.

Bagian kaki yang kosong dan Bagian kaki hampir tidak terlihat
dibatasi oleh kisi-kisi.

9.

dan ada juga yang terlihat.

Tidak untuk tempat tinggal sebagai Tujuan
kelengkapan

atau

utama

untuk

tempat

acara-acara tinggal.

seperti acara adat saja.

4.1.3 Proses Pembangunan
Secara garis besar proses pembangunan pada Rumah Gadang di daerah
lam Minangkabau adalah sama ,yaitu terdiri dari tahap perencanaan, pencarian
bahan dan pembangunan. Berikut rangkaian pembangunan Rumah Gadang di
Nagari Seribu Rumah Gadang di solok selatan.
1. Perencanaan
Perencanaan pembuatan Rumah Gadang di Nagari Seribu Rumah
Gadang dimulai dengan mengadakan musyawarah antar anggota keluarga
dan kaum yang bersangkutan , musyawarah dipimpin oleh tungganai dari
kelurga yang akan membangun rumah dan disaksikan oleh tungganai
seluruh kampung .kemudian dilaksankan musyawarah hal-hal yang terkait
dengan teknis pelaksaan pembangun Rumah Gadang antara lain:
a)

Lokasi pembangunan

b)

Ukuran rumah yang akan didirikan dalam satuan ganjil.

Universitas Sumatera Utara

46

c)

Teknis gotong royong mulai dari pencarian kayu hingga waktu dan
cara pengangkutan kayu dari lokasi penebangan ke lokasi
perendaman

d)

Penetapan tukang tuo

e)

Material yang digunakan , seperti tunggak tuo yang menjadi
tunggak utama karena dianggap sebagai pucuk ,dan pemimpin dari
tonggak-tonggok lain.

f)

Siapa saja yang menymbang bahan

g)

Hari-hari untuk memulai pencarian bahan
Dengan adanya pertemuan ini ,pekerjaan pembangunan Rumah

Gadang bukan hanya merupkan tanggung jawab dari kaum yang akan
mendirikan rumah tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat
kampung.
2. Pencarian bahan
Bahan yang paling penting untuk membangun Rumah Gadang
adalah kayu untuk tonggak, jenis dan kualitas kayu yang akan dipakai
sangatlah diperhitungkan karena terkait dengan fungsinya

sebagai

penopang utama pada Rumah Gadang yang dapat bertahan puluhan sampai
ratusan tahun lamanya. Kayu yang umum digunakan adalah kayu juar. Ada
beberapa kriteria dalam penentuaan tonggak oleh tukang tuo dimana
tonggak harus berasal dari pohon yang tumbuh dengan baik,lurus dari
pangkal hingga ujungnya .sedangkan tonggak tuo diambil dari pohon yang
tumbuh dari daerah tinggi.

Universitas Sumatera Utara

47

Gambar 4.26 Sketsa Pencarian bahan dan Penentuan Tonggak Tuo
Sumber: KKL ITB

Kemudian untuk tonggak tuo yang menjadi tonggak utama harus
ditebang dan dipilih oleh tukang tuo dimana pemilihan ini harus yang
bersifat kokoh dan tonggak pendukung lainnya boleh ditebang oleh orang
kampung yang bekerja.
Pohon yang sudah ditebang dibersihkan dari ranting dan dedauanan
kemudian dibawa ketempat perendaman secara gotong royong ,dulunya
dipindahkan dengan balok gelondong tetapi berganti dengan gerobak beroda
dua.
Proses membawa disertai bunyi-bunyian sehingga masyarakat tahu
tanda bahwa sedang ada pembangunan Rumah Gadang. Sesampainya di
tempat perendaman yang berlumpur kemudian material utama tadi direndam
berbulan-bulan untuk mengawetkan kayu supaya kokoh dan tujuan lainya
untuk enungguu kecukupan persiapan untuk membangun rumah seperti
persiapan ekonomi untuk megupah tukang yang bekerja.

Universitas Sumatera Utara

48

Kemudian setelah direndam, bahan pendukung lainnya seperti
papan ,ijuk dan palupuah dikumpulkan yang berasal dari hutan dan parak
dan juga didapatkan dari sumbangan orang kampung yang sudah disepakati.
3. Pembangunan
Setelah kecukupan dari segi ekonomi dan material maka proses
pembangunan dapat dilakukan .namun sebelum pembangunan Rumah
Gadang benar benar dimulai , hal yang terlebih dahuu dilakukan yaitu
mengambil tonggak yang direndam kemudian menunggunya sampai kering.
Dalam masa menunggu tonggak kering .dilakukan pembersihan okas
pembanguan yang dilakukan dengan goong royong.barulah pembangunan
dimulai.
Pembangunan Rumah Gadang ditandai dengan mancacak paek ,
yaitu pemahatan pertama yang dilakukan oleh tukang tuo yang disaksikan
oleh keluarga kaum dan orang kampung ,kemudian tukang tuo memahat
tonggak tuo tiga kali disertai dengan cipratan darah ayam yang disembelih
seketika di tongkat tuo tersebut.

Gambar 4.27 Mancacak Paek
Sumber: (KKL ITB)

Universitas Sumatera Utara

49

Mancacak paek sendiri dianggap proses yang penting karena dapat
mengetahui tinggi lantai dari tanah , tinggi patfon sehingga tukang tuo dapat
memperkirakan dan membayangkan proporsi tinggi dan lebar pada
bangunan.
Setelah selesai maka dilakuakan pemahatan tonggak tonggak yang
lain tanpa prosesi yang dilakukan pada tonggak tuo tadi .dan disambung
dengan perangkaian tonggak yang disusun dari urutan depan ke belakang ,
dengan menggunakan rusuk atas dan rusuk bawah .
Setelah dirangkai , satu per satu rangkaian tersebut ditegakkan
dengan prosesi batagak rumah yaitu menegakkan rangkaian tonggak.
Rangkaian tonggak ditarik menggunakan tali yang disebut tali tondon dan
ditopang dengan kayu penopang yang disebut kayu juang.

Gambar 4.28 Sketsa Batagak Rumah Dan Foto
Sumber: KKL ITB

Setelah tonggak tuo berdiri ,dipasangkan palanca yang akan
menghubungkan rangkaian yang satu dengan yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

50

Kemudian dipasangkan kesemua tonggak bawah dan atas.disertai
dengan doa kepada Allah S,W.T untuk melancarkan dan memohon
keselamatan bagi penghuni Rumah Gadang nantinnya.

Gambar 4.29 Struktur Utama Setelah Berdiri Dan Dihubungkan Dengan Palanca
Sumber: (KKL ITB)

Dengan berdirinya keseluruh an rangkaian tiang. Pekerjan struktur
utama Rumah Gadang dianggap selesai. Dan dilanjutkan dengan pasangan
sandi pada setiap tonggak. Sandi dipasang dengan cara mengungkit tonggak
satu per satu dengan menggunakan kayu pengungkit dan baru disorongkan
batu pipih yang digunakan sebagai sandi tersebut.

Gambar 4.30 Sandi Dari Batu Yang Di Ungkit Satu Persatu
Sumber: Digambar Ulang

Kemudian penyelesaian selanjutnya dilakukan dan dimulai dari
atap yang dimulai dengan pemasangan ijuk, terdapat ijuk kasa yang

Universitas Sumatera Utara

51

diletakkan pada bagian dalam dan ijuk halui pada bagian luar dan kemudian
dialanjutkan dengan pengerjaaan stuktur lantai , pelapisan serta balok-balok
pengikatnya yaitu jariau yang dikunci oleh balok yang terletak di atas rusuk
yang disebut sigitan. Setelah itu baru dilapisi palupuah halui dan palupuh
kasa sebagai alas dari lantai atau jika lantai papan maka langsung di atas
jaruan.
Pemasangan dinding bukaan seperti jendela dan pintu menandakan
pengerjaan Rumah Gadang sudah hampir selesai . pengerjaan ini dilakukan
setelah lantai dikerjakan dimulai dari dinding bagian luar.sebagai akses naik
turun rumah, tangga menjadi bagian yang sangat penting dari Rumah
Gadang .dengan berakhirnya pembutan tangga maka proses pembangunan
rumah gadang pun siap dihuni dan diadakan proses syukuran atau proses
menaiki rumah.
Hal yang menarik dalam pengerjaan Rumah Gadang adalah satuan
ukuran yang digunakan tidak mengikuti kaidah metrik namun berdasarkan
pada ukuran tubuh manusia sperti eto yang berarti kasta, jangka yang berarti
jengkal, dan tumpak yang berarti ukuran selebar telapak tangan dan jari
yang merupakan ukuran selebar jari.cara pengukuran ini biasanya selalu
tepat dan Rumah Gadang dapat dibangun dengan baik walaupun
menggunakan satuan ukuran tubuh.
4.1.4 Penggunaan
Sebagai suatu hasil karya dari arsitektur primitif tentunya Rumah Gadang
memiliki fungsi dan tujuan tertentu selain untuk tempat tinggal semata, Organisai

Universitas Sumatera Utara

52

ruang yang terjadi dipengaruhi oleh kehidupan budaya masyarakat Minangkabau
itu sendiri. Beberapa fungsi dari Rumah Gadang antara lain,
1. Sebagai tempat tinggal
Rumah Gadang hanya berhak dihuni oleh kaum perempuan saja
karana sistem matrilineal yang dianut oleh masyarakat Minangkabau ,suami
mereka hanya sebagai pendatang , dan fungsi biliak hanya diperuntunkkan
bagi perempuan yang sudah punya suaminya dan anak anak mereka yang
masih kecil, ukuran biliak yang kecil hanya untuk tempat tidur saja ,lemari
dan lainya diletakkan diluar bilik.
Jika anak perempuan dari keluarga kaum yang tidak bersuami akan
tidur bersama di bandua dan anak laki-laki yang sudah baligh dan dewasa
yang sudah tidak mempunyai istri tidak boleh menginap di Rumah Gadang,
mereka meginap di surau walaupun kegiatan sehari-hari nya di lakukan di
Rumah Gadang. Saat anak laki-laki sudah menikah, maka mereka akan
tinggal di Rumah Gadang kaum istrinya. Setiap ada anak perempuan yang
menikah dari keluarga Rumah Gadang ,maka keluarga mereka yang
perempuan yang lebih dulu menikah merelakan biliak mereka dipakai untuk
ditempati pengntin baru dan membangun rumah disamping Rumah Gadang
tetapi bukan Rumah Gadang, begitu siklus seterusnya sampai masih ada
keturunan perempuan.
Kedudukan sumando atau suami merupakan tamu terhormat,
sebagai tamu, sewaktu-waktu dalam kondisi tertentu istri mereka meninggal
atau bercerai maka sumando harus keluar dari Rumah Gadang , dan mamak

Universitas Sumatera Utara

53

dari Rumah Gadang berhak mengusir sumando jika tiba-tiba tingkah
lakunya dianggap melanggar tata krama .
Penggunaan

Rumah

Gadang

sebagai

rumah

kaum,

yang

menyiratkan bahwa Rumah Gadang itu ditinggali oleh satuan keluarga
dalam kelompok kecil (ibu, ayah, dan anak ) dan kelurga dalam kelompok
besar (gabungan dari beberapa keluarga inti) oleh karena itu setiap individu
harus menjalin hubungan yang harmonis.
2. Sebagai unsur kelengkapan adat
Acara

yang

berhubungan

dengan

adat

seperti

perhelatan

perkawinan dan batagak pangulu semua dilakukan di Rumah Gadang,
contohnya yaitu perhelatan perkawinan.
Di minagkabau, prosesi perkawinan dilakukan secara Islam yaitu
akad nikah dilaksanakan di mesjid atau surau ,dan secara adat yaitu
perhelatan menurut adat yang berlaku perhelatan secara adat dilakukan
setelah akad nikah di surau/masjid dan dilaksankan di Rumah Gadang anak
daro atau istri dilakukan di hari yang sama atau hari -hari berikutnya.
Marapulai beserta rombongan datang ke Rumah Gadang anak daro
disambut dengan kelurga dari pihak anak daro yang terdiri dari
bako,tungganai,niniak mamak ,dan urang kampuang dan duduk di Rumah
Gadang berdasarkan kedudukan mereka secara adat.

Universitas Sumatera Utara

54

Gambar 4.31 Pernikahan Dimana Marapulai Disambut Oleh Keluarga Anak Daro Dengan Tari
Pasambahan
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

3. Sebagai wadah pendidikan dan penyelesaian masalah.
Selain dari tempat tinggal dan kelengkapan adat Rumah Gadang
juga merupakan wadah pendidikan non-formal bagi anak-anak. Hal yang
diajarkan adalah terkait kehidupan sehari hari dan sebagai tempat untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi pada kelurga ,dan diupayakan
perdamaian oleh penghulu selaku niniak mamak.
4.1.5 Ruang Pendukung Kehidupan Leseharian Masyarakat
4.1.5.1 Dapua (Dapur)
Dapua atau dapur merupakan ruang masak bersama seluruh keluarga yang
tinggal di Rumah Gadang, penempatan dapua biasanya sesuai dengan keinginanan
keluarga kaum pemilik Rumah Gadang karena tidak ada aturan baku yang
mengatur. Pada umum nya dapua terpisah dari Rumah Gadang seperti yang
dijumpai pada Rumah Gadang gajah maram pemilik dt. Lelo panjang, dapua
terdapat di belakang Rumah Gadang.

Universitas Sumatera Utara

55

Peletakkan dapur pada Rumah Gadang tidak lagi menerapkan ruang
panggung tetapi langsung berhadapan dengan tanah dan turun menggunakan
tangga, terdapat tungku dari bara untuk memasak.

Gambar 4.32 Dapua Pada Rumah Gadang
Sumber: Digambar Ulang

4.1.5.2 Surau ( Musholla)
Setiap kawasan Rumah Gadang mempunyai satu surau dan di kawasan
nagari seribu Rumah Gadang terdapat satu surau dan satu mesjid, biasanya surau
atau mesjid dibangun didekat sumber air dan di kawasan ini surau dan mesjid
dekat dengan sungai yaitu sungai pagu dimana menjadi nama dari kecamatan
nagari ini berada.

Universitas Sumatera Utara

56

Gambar 4.27 Foto Surau Dan Letak Pada Kawasan Kajian
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Beberapa fungsi surau yaitu:
Rumah bujang
Tempat mengaji bagi anak2 dan dewasa
Tempat melatih anak atau kamanakan dalam pidato ,alua
pasambahan dan bela diri
Tempat penempaan mental masyarakat dengan pendidikan
budi pekerti.
Tempat

mencari

solusi

dari

segala

masalah

yang

menyangkut kepentingan orang banyak.
Karakteritik arsitektur pada surau tidak harus mengikuti arsitektur pada
Rumah Gadang, walaupun ada yang sebagian memodifikasi dengan menerapkan
atap gonjong. Fungsi surau pada kawasan kajian tidak lagi menjadi rumah bujang
dan fungsinya hanya sebagat tempat mengaji anak-anak saja dan sebagai mushola
jika masjid sulit dijangkau oleh orang tua , hal ini disebabkan oleh pergeseran
budaya yang terjadi pada masyarakat sekarang zaman sekarang yang sudah
banyak meninggalkan surau.

Universitas Sumatera Utara

57

4.1.5.3 Rangkiang (Lumbung)
Rangkiang atau lumbung merupakan simbol kemakmuran bagi masyarakat
minangkabau karena fungsinya yang terkait dengan penyimpanan padi yang
merupakan hasil panen dari sawah milik keluarga kaum yang bersangkutan.
Rangkiang dibangun setelah Rumah Gadang selesai dibangun. Dan tidak
melalui proses pembagunan seperti Rumah Gadang, dibangun di depan halaman
Rumah Gadang bagian ujung atau pangkal dan berjejer jika jumlah rangking lebih
dari satu.
Menurut fungsinya ,rangkiang terdiri dari tiga jenis yaitu ;
Sitinjuak lauik, merupakan rangkiang yang berfungsi menyimpan
bahan bahan makanan yang diguakan untuk kepentingan tamu atau
orang luar yang datang ke kampuang.
Sibayau-bayau , rangkiang yang berfungsi untuk menyimpan
makanan kebutuhan sehari hari kaum yang bersangkutan
Sitangka lapa, rangkiang yang berfungsi untuk membantu
membantu urang kampung saat mereka mengalami kesusahan.
Wawancara dt. Lelo Panjang
Jumlah rangkiang yang dibangun disesuaikan dengan kemampuan dan
keutuhan dari kaum ,satu Rumah Gadang dapat membangun ketiga jenis
rangkiang tersebut dan bisa lebih dari 3 seperti yang terdapat pada depan halaman
Rumah Gadang gajah maram di daerah nagari seribu Rumah Gadang terdapat 5
rangkiang yang berjajar dari ujuang sampai pangkal, menandakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

58

masyarakat di nagari ini makmur dan kaya akan hasil panen padi bahan makanan
yang mereka peroleh.

Gambar 4.28 Peletakkan 5 Rangkiang di depan Rumah Gadang Gajah Maram Dt. Lelo Panjang
Suku Malayu
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rangkiang hanya mempunyai satu pintu sebagai akses masuk dan keluar
beserta tangga portable dinding rangkiang juga terdiri dari dua lapis yaitu dinding
tadia pada lapisan luar dan dinding papan pada lapis dalam. Adanya jariau yang
berperan sebagai balok lantai mampu menahan padi yang ada dalam rangkiang.
Sebagai tempat menyimpan padi , rangkiang memiliki daya lindung yang
cukup baik ,lantai panggung melindungi dari tanah yang lembab ,dinding yang
mengerucut kebawah dapat menghindari dari hujan tetapi masih mempunyai celah
untuk aliran udara masuk dan keluar, atap gonjong yang curam menyebabkan air
langsung jatuh ke tanah.

Universitas Sumatera Utara

59

Gambar 4.29 Bagian Rangkiang Dan Potongannya Serta Foto Rangkiang Asli Dan Yang Sudah
Di Renovasi
Sumber: Digambar Ulang Dan Dokumentasi Pribadi (2016)

Selain wujud arsitekturalnya , penggunaan rangkiang dapat dikatakan unik
karena pintunya yang terletak di bagian atas yaitu bagian singok. Tentu
mempersulit untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan makanan. Orang harus

Universitas Sumatera Utara

60

bersusah payah untuk menaiki tangga sambil membawa bahan makanan dan
mengambilnya lagi.
Jika kita berfikir dalam konteks masa kini, proses tersebut dinilai sangat
menyulitkan. Namun jika dikaji lebih dalam lagi, ternyata bentuk rangkiang yag
sulit itu menggambarkan karakter masyarakat minangkabau itu sendiri yang
ekonomis dan menghargai hasil panen dan mengajarkan untuk berhemat dan tidak
mudah menjualnya selain untuk kepentingan yang mendesak .
Wujud arsitektural rangkiang dan nilai budaya yang terkandung didalam
nya menunjukkan bahwa masyarakat minangkabau mampu menggunakan bahasa
arsitektur secara budayawan seperti yang dikatakan oleh Y. B Mangunwijaya ,
selain itu , walaupun hanya sebuah lumbung, bangunan kecil ini membahasakan
jiwa minang.

Universitas Sumatera Utara

61

4.2 Perkampungan Tradisional Minangkabau (Penelitian di Nagari Seribu
Rumah Gadang Solok Selatan)

Gambar 4.30 Foto Tampak Atas pemandangan Nagari Seribu Rumah Gadang
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Sama halnya dengan
Minangkabau

juga

Rumah Gadang, perkampungan tradisional

mendapatkan

pengaruh

dari

pemikiran

masyarakat

minangkabau yang berkaitan dengan respon mereka terhadap alam, biasanya
perkampungan dibangun di dataran yang rendah dekat dengan lembah , lereng
bukit ,tepi sungai seperti yang di bahas pada kawasan penelitian ini yang berada di
tepi sungai pagu.
Keistimewaan nagari ini adalah pola perkampungan yang masih tradisional
dan terbukti dengan banyaknya Rumah Gadang yang hampir berdekatan seperti
kawasan yang padat penduduk tetapi kawasan ini padat akan bangunan nya
Rumah Gadang , kesadaran dari masyarakat untuk tetap mempertahankan Rumah
Gadang dan tentunya upaya pemerintah yang memberi aturan bahwa Rumah

Universitas Sumatera Utara

62

Gadang didaerah ini tidak boleh dirobohkan sehingga menjadi tujuan wisata bagi
para pendatang untuk melihat dan menikmati suasananya.
Dahulu mereka masih memanfaatkan sungai sebagai sumber air dengan
adanya lurah atau tempat menimba air serta tempat MCK , tetepi seiring
perkembangan zaman tidak semua masyarakat yang memanfaatkan sungai lagi
ada yang sebagian memakai air pam dan air sumur.

Gambar 4.31 Peta Kawasan
Sumber: Digambar Ulang

Universitas Sumatera Utara

63

Dari peta kawasan yang penulis paparkan Nagari ini banyak yang
mempunyai Rumah Gadang Kaum 5 ruang yang sudah direnovasi dan masih
dipertahankan keasliannya Namun di nagari ini kita dapat menjumpai rumah
modern baik yang dibangun sebagai kesatuan di sisi Rumah Gadang maupun
terpisah sama sekali dengan Rumah Gadang.

Gambar 4.32 Rumah Gadang Dengan Bangunan Modern Disisinya
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Rumah Gadang adat pada kawasan ini masih bertahan seperti Rumah
Gadang gajah maram yang masih berdiri dan tidak boleh ada bangunan disisinya,
yang memiliki 7 ruang.

Gambar 4.33 Rumah Gadang Gajah Maram
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

Universitas Sumatera Utara

64

Dan ada juga Rumah Gadang yang sudah ditinggal dan tidak di tempati
lagi karna terkendala berbagai hal, seperti ditinggal oleh kelurga kaum dan lebih
memiliki tinggal di rumah pribadi dan ada terkendala finansial.

Gambar 4.34 Rumah Gadang Yang Tidak Di Tempati Lagi Dan Dibiarkan Lapuk.
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2016)

4.3 Perubahan Yang Terjadi Akibat Kehidupan Budaya Masyarakat
Minangkabau Terhadap Eksistensi Rumah Gadang
Disebagian wilayah yang tersebar di Sumatera barat masyarakat
minangkabau mengalami perubahan pola kehidupan dari yang bersifat komunal
ke individualis , dimana menjadi pengaruh yang besar terhadap Rumah Gadang.
Rumah gadang sebagai tempat tinggal kaum tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan
akan ruang oleh masing-masing kelurga inti ,dan akhinya mendorong keluarga inti
untuk membangun rumah pribadi yang dirasa lebih nyaman .tentunya aturan
rumah pribadi berbeda dengan Rumah Gadang yang menerapkan laki-laki dewasa
tidak boleh menginap di Rumah Gadang dan akhirnya surau ditinggal dan tidak
menjadi rumah bujang lagi karna sudah boleh laki-laki menginap dirumah pribadi.

Universitas Sumatera Utara

65

Dan kebiasaan hidup mengambil sumber air dari sungai sudah mulai ditinggal
karna masing-masing keluarga sudah membangun sumur sendiri. dan akhirnya
Rumah Gadang ditinggal dan dibiarkan kosong begitu saja.
Selain cara hidup yang sudah mulai bergeser, alasan lain Rumah Gadang
dibiarkan kosong antara lain :
1.

Kondisi rumah yang tidak kokoh lagi

2.

Ditinggal merantau keluarga kaum

3.

Keluarga kaum pemilik Rumah Gadang tersebut sudah punah menurut
garis keurunan ibu sehingga tidak ada lagi yang berhak menurut
ketentuan

adat

menghuni

mengkhawatirkan adalah

rumah

tersebut,

yang

sangat

karena masyarakat sudah sangat jarang

membangun Rumah Gadang dengan arsitektur dan fungsi asli.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah :
1.

Jarang dari keluarga kaum mau mendirikan lagi Rumah Gadang yang
sudah rusak ,karna masing-masing kelurga sudah memiliki rumah
pribadi masing-masing.

2.

Pembangunan Rumah Gadang dengan struktur asli dinilai rumit dan
membutuhkan jangka waktu yang lama.

3.

Material arsitektur asli yang sangat sulit dicari seperti kayu untuk
tonggak yang berasal dari pohon tinggi yang lurus dari ujung sampai
pangkal. Selain itu material ijuk juga sangat sulit dicari dalam jumlah
yang banyak sebagai penutup atap.

Universitas Sumatera Utara

66

Dari fakta yang ada dan analisa yang sudah dilakukan ,penulis
merumuskan beberapa elemen arsitektur yang masih dipertahankan dan tidak
dapat dipertahankan seperti yang tercantum dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 4.1 Elemen-elemen yang dapat dipertahankan
Dapat dipertahankan
No
1.

Elemen

Keterangan

Atap gonjong

Masih digunakan sebagai penanda pada
bangunan

modern

walaupun

tidak

mengikuti konturksi asli

2.

Massa

bangunan Bisa diterapkan

pada sistem struktur

berbentuk

trapesium modern menggunakan beton atau baja.

terbalik
3.

Panggung

Dimodifikasi

4.

Ukiran

Ukiran dapat di tempel

5.

Fungsi

6.

sebagai Potensi untuk diselenggarakan acara-acara

kelengkapan adat

adat masih ada dan dapat terus dijalankan

Pola perkampungn

Masih dapat dipertahankan karna bersifat
permanen dan dapat dipertahankan seperti
letak surau dan sumber air

Tabel 4.2 Elemen-elemen yang tidak dapat dipertahankan
Tidak dapat dipertahankan
No

Elemen

Keterangan

Universitas Sumatera Utara

67

Tidak dapat dipertahankan
No
1.

Elemen

Keterangan

Struktur asli (tonggak Kayu sulit didapat diganti dengan tonggak
kayu

)

dan

pondasi beton dengan demikian pondasi bangunan

sandi.
2.

Ijuk

harus tertanam dalam tanah.
sebagai

penutup Sulit untuk menepukan ijuk dalam jumlah

atap
3.

Proses

banyak dan akhirnya diganti dengan seng
pembangunan Tidak adanya tukang tuo dan ritual yang

secara adat
4.

dilakukan terbilang rumit

Fungsi sebagai rumah Pergesaran cara hidup masyarakat
tinggal komunal

5.

Pembagian ruang

Tidak sesuai lagi dengan pola ruang asli
dan disesuakan dengan kebutuhan keluarga

6.

Fungsi

rangkiang Sulit untuk menyimpan padi di rangkiang

sebagai lumbuang
7.

Fungsi masing masing
elemen

di

dalam

a. Sumber air sudah mulai jarang
dimanfaatkan

perkampungan
b. Surau hanya sebagai tempat ibadah

Berbeda dengan kawasan kajian, Rumah Gadang pada kawasan ini
dilarang oleh pemerintah untuk dirobohkan karna program pemerintah untuk
menjadikan kabupaten solok selatan sebagai nagari seribu Rumah Gadang ,dan
pada akhirnya masyarakat banyak merenovasi dan membangun rumah modern
pada sisi Rumah Gadang, walaupun kehidupan komunal nya juga sudah mulai
hilang.

Universitas Sumatera Utara

68

Tetapi berkat dukungan serta program yang dijalankan pemerintah dan
diberikan bantuan kepada keluarga serta kesadaran dari masyarakat itu sendiri,
Rumah Gadang dapat bertahan,walaupun ada sebagian unsur Arsitekturalnya yang
dirubah atau mengikuti pengaruh dari arsitektur modern.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
RANGKUMAN
5.1 Kesimpulan
Rumah Gadang merupakan salah satu hasil karya Arsitektur Vernakular
Nusantara yang menjadi cirikhas bagi masyarakat minangkabau ,yang dipengaruhi
oleh berbagai aspek kehidupan dan melalui proses yang begitu panjang , seiring
dengan berjalannya waktu dan pengaruh budaya luar serta perubahan pola pikir
masyarakat minangkabau akhirnya mempengaruhi bentuk dari Rumah Gadang.
1.

Wujud Arsitektural Rumah Gadang yang menjadi cirikhas yaitu
atapnya berbentuk gonjong menurut filosofi berasal dari bentuk
tanduk kerbau, dan bangunannya yang berbentuk rumah panggung
serta kontruksi kayu sebagai struktur utama.

2.

Keruangan dari Rumah Gadang secara umum terbagi dari ruang yang
bersifat privat, semi privat sampai ke ruang publik dimana pembagian
ruang ini ditentukan menurut tingkatan dari masyarakat minangkabau
seperti biliak yang ditujukan untuk ruang privat bagi suami istri dan
balai merupakan ruang publik tempat belajar anak dan kemenakan.

3.

Sebelum melakukan proses pembangunan banyak ritual adat yang
dilakukan

seperti

berkumpul

seluruh

niniak

mamak

untuk

merencanakan proses pembangunan nya kemudian pencarian bahan
dilakukan bergotong royong bersama seluruh masyarakat, pembagian

67

Universitas Sumatera Utara

68

siapa yang mencari bahan-bahan nya, serta perendaman tonggak tuo
(utama ) kedalam lumpur untuk menjaga keawetan nya sampai pihak
keluarga sanggup dan sudah mengumpulkan semua bahan untuk
pembangunan , maka barulah pembangunan dilaksanakan dengan
melakukan ritual memercikkan darah ayam ke tonggak tuo oleh
tukang yang dinamakan mancacak paek lalu baru dilaksankan
pembangunan nya .
4.

Kegunaan dari Rumah Gadang selain sebagai tempat tinggal juga
sebagai tempat adat atau acara bersama yang dilakukan seperti resepsi
pernikahan pemilihan penghulu serta tempat belajar bagi anak
kemenakan.

5.

Ruang pendukung dari Rumah Gadang terbagi atas dapur sebagai
tempat memasak keluarga atau memasak untuk acara adat yang mana
tidak ada aturan untuk meletakkan dapur dibagian mana, seperti di
Nagari Seribu Rumah Gadang dapur terletak terpisah dengan Rumah
Gadang yaitu dibagian belakang dan ada juga dirumah sisi.

Surau menjadi bagian yang penting untuk pendukung Rumah Gadang
karena menjadi tempat atau rumah bujang (laki-laki dewasa yang tidak boleh
menginap di Rumah Gadang), serta Rangkiang atau Lumbung menjadi tempat
untuk menyimpan hasil panen padi.
Pada kawasan kajian Rumah Gadang banyak yang dilestarikan sehingga
menjada daya tarik pengunjung untuk melihat kekayaan beragam Rumah Gadang
pada Nagari ini, terbagi atas dua tipe yaitu Rumah Gadang Adat dan Rumah Adat

Universitas Sumatera Utara

69

Kaum(masyarakat) yang memiliki aturan dimana Rumah Gadang Adat tidak ada
yang direnovasi sedangkan Rumah Adat Kaum banyak yang direnovasi sehingga
perubahannya terlihat, seperti material dinding diganti semen lantai serta
perubahan fasad yang memiliki jendela kaca dan penambahan rumah sisi atau
rumah yang bukan Rumah Gadang disamping Rumah Gadang, yang kebanyakan
berbentuk rumah minimalis untuk kebutuhan ruang bagi keluarga.
5.2 Saran
1. Masyarakat minangkabau sejatinya adalah masyarakat yang sangat
mencintai budaya mereka, hal ini merupakan peluang yang baik unuk
dilakukannya penggalakan pembangunan Rumah Gadang. meskipun ada
beberapa hal yang tetunya akan berbeda antara material yang digunakan,
sistem struktur , serta fungsi rumah yang nanti tidak lagi memungkinkan
sebagai tempat tinggal keluarga kaum.
2. Masyarakat dan pemerintah daerah harus tetap melakukan upaya terhadap
Rumah Gadang dengan arsitektur asli yang masih berdiri, baik kokoh
ataupun yang hampir hancur ,harus ada kesadaran sendiri dari pemilik
rumah dibantu dengan program dari pemerintah daerah setempat untuk
bekerja sama dalam pelestarian Rumah Gadang.
3. Pembangunan Rumah Gadang dengan arsitektur dan cara berarsitektur asli
memang sulit dilakukan namun esensi lain dari Rumah Gadang yaitu
fungsi yang terkait dengan ruang tempat tinggal dan unsur kelengk