T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga T1 Full text

Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi
Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga
Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:
Nila Isti Khoeriyah (702010059)

Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2014

1


Evaluasi Matapelajaran TIK dan Persiapan Menghadapi
Kurikulum 2013 Tingkat SMA Wilayah Kota Salatiga
1)

Nila Isti Khoeriyah 2)Mila Chrismawati Paseleng, S.Si., M.Pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Email: 1) 702010059@student.uksw.edu, 2) mila.paseleng@staff.uksw.edu

ABSTRACT

One of the polemics of curriculum change in 2013 is the elimination of subjects ICT
integrated into another lesson, the study intends to evaluate the ICT lesson as a
process giving consideration to the value and meaning of ICT as well as the ability of
teachers to integrate ICT into teaching to support the implementation of the
curriculum in 2013. the method used is descriptive research. Evaluation of ICT
lessons in terms of quality and output learning lesson shows that ICT has a good
quality and produces output in the form of learning life skills such as skills in

technology, while the readiness of teachers in ICT integration at the stage of
emerging and fasilita on applying stage so that the integration of ICT still requires a
lot of preparation.
Keyword: evaluate ICT lesson,ICT integration, 2013 curriculum.

ABSTRAK
Salah satu polemik dari perubahan Kurikulum 2013 ialah penghapusan matapelajaran
TIK yang di integrasikan ke dalam matapelajaran lain, penelitian bermaksud untuk
mengevaluasi matapelajaran TIK sebagai proses pertimbangan pemberian nilai dan
arti terhadap pembelajaran TIK serta kemampuan guru dalam mengintegrasikan TIK
kedalam pembelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013. Metode
penelitian yang digunakan ialah penelitian deskriptif. Evaluasi pelajaran TIK dari
segi kualitas dan output pembelajaran menunjukan bahwa matapelajaran TIK
memiliki kualitas yang baik serta menghasilkan output pembelajaran yang berupa
kecakapan hidup berupa keterampilan dalam teknologi sedangkan kesiapan guru
dalam integrasi TIK berada pada tahap emerging dan fasilita pada tahap applying
sehingga pengintegrasian TIK masih membutuhkan banyak persiapan.
Kata kunci : evaluasi matapelajaran TIK, integrasi TIK, kurikulum 2013

1)


2)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer Universitas Kristen Satya Wacana
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana

1

1.

PENDAHULUAN

Indonesia perlu melakukan terobosan agar secara efektif dapat
mempercepat pendayagunaan TIK yang potensinya sangat besar. Maka kurikulum
KTSP telah dengan cepat merespon perkembangan dengan memasukkan materi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam kurikulum. Penerapan
aplikasi Teknologi Informasi yang tepat dalam sekolah dan dunia pendidikan
merupakan salah satu faktor kunci penting untuk mengejar ketertinggalan dunia
pendidikan dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dari bangsabangsa lain [1].

Salah satu polemik perubahan kurikulum 2013 adalah dihapuskannya
matapelajaran TIK. Pemerintah beranggapan, pelajaran TIK sebaiknya
dintegrasikan dalam semua matapelajaran karena TIK hanya sebuah alat yang
mudah dikuasai oleh siswa. Dalam pengintegrasian TIK tentunya membutuhkan
kesiapan penguasaan TIK kepada setiap guru matapelajaran agar nantinya dapat
mengintegrasikan TIK dengan maksimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap mata
pelajaran TIK untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran TIK terhadap
penguasaan penggunaan teknologi yang dimiliki oleh siswa. Evaluasi yang sering
dilakukan dalam pembelajaran TIK ialah mengevaluasi hasil belajar siswa
sehingga evaluasi terhadap kualitas kurang diperhatikan. Penilaian hasil belajar
TIK siswa lebih difokuskan pada kecakapan akademik, kurang memperhatikan
kecakapan sosial dan personal sehinga dalam penelitiaan ini akan mengevaluasi
pelajaran TIK dari segi kualitas dan output pembelajaran yang meliputi
kecakapan akedemik, personal dan sosial.
Penelitian ini dapat memberikan feedback kepada guru maupun siswa untuk
membantu implementasi pengintegrasian TIK kedalam proses pembelajaran
dikarenakan kesiapan guru matapelajaran dalam mengintegrasikan perangkat TIK
kedalam proses pembelajaran guna mendukung implementasi kurikulum 2013
memerlukan kemampuan guru dalam mengunakan perangkat TIK, kemampuan

siswa dalam menggunakan TIK dan kertersediaan fasilitas yang dimiliki sekolah
agar nantinya dapat mengintegrasikan TIK dengan maksimal sesuai dengan
konten yang dijarkan.
Diperlukan adanya ruang lingkup pembahasan sebagai batasan penelitian agar
lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Batasan penelitian ini adalah mengkaji
evaluasi mapel TIK dan pengintegrasian TIK pada tingkat SMA wilayah kota Salatiga.
2.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan dua penelitian
yang relevan. Penelitian yang dilakukan oleh kemendikbud mengenai “ kajian
kebijakan kurikulum matapelajaran TIK” [1]. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan hasil bahwa standar isi kurikulum TIK nasional telah memberikan
konsep dasar TIK termasuk cara pengoperasian standar dengan
mempertimbangkan pada konsep etika, keselamatan, kesehatan kerja, termasuk
juga hak atas kekayaan intelektual, TIK telah mendorong pada kreatifitas siswa
dalam pemanfaatan TIK untukmenghasilkan produk meskipun terbatas pada teks

dan grafik. Standar isi (SK-KD) matapelajaran TIK yang ada saat ini perlu

disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan TIK. Penelitian lain dilakukan
oleh Abel Sianturi dalam penelitian yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Studi Pada Pembelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri Se-Kabupaten Kudus Tahun Ajaran
2008/2009” [2].Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan
KTSP pada pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri se
Kabupaten Kudus tergolong sangat baik dari sisi perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi yang dilakukan.
Persamaan dengan penelitian sebelumnya ialah sama-sama mengkaji
kurikulum KTSP pada matapelajaran TIK, Sedangkan perbedaan dengan penelitian
sebelumnya yaitu perbedaan waktu, tempat dan obyek penelitian, selain itu perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh kemendikbud ialah penelitian yang
dilakukan oleh kemendikbud lebih menekankan pada kajian isi yaitu standart
kompetensi dan kompetensi dasar TIK namun dalam penelitian ini lebih
mengevaluasi pembelajaran TIK dari segi kualitas pembelajaran dan output
pembelajaran TIK pada kurikulum KTSP serta kemampuan guru
mengintegrasikan TIK kedalam pembelajaran guna mendukung implementasi
kurikulum 2013.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum,
yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Dalam kurikulum KTSP terdapat matapelajaran TIK yang merupakan
matapelajaran penyedia sebuah perspektif yang luas tentang teknologi, bagaimana
menggunakan dan menerapkan berbagai macam teknologi dan dampak TIK
terhadap individu dan masyarakat.Siswa SMP/MTS sampai SMA/MA didorong
untuk berkecimpung dengan kompleksitas teknologi dan juga kelebihan serta
kelemahan teknologi dalam kehidupan kita dan dunia kerja. Kompetensi siswa
terbentuk dari aspek konsep, pengetahuan, dan operasi dasar atau aspek
pengolahan informasi untuk produktifitas akan membangun kompetensi dari
aspek pemecahan masalah, eksplorasi dan komunikasi. Teknologi merupakan alat
atau sarana teknis yang digunakan manusia untuk meningkatkan perbaikan atau
penyempurnaan lingkungannya. Teknologi merupakan suatu pengetahuan tentang
cara menggunakan alat dan mesin untuk melaksanakan tugas secara
efisien.Teknologi dapat bena-benar membantu siswa mengembangkan semua
jenis keterampilan, mulai dari tingkat yang sangat mendasar sampai dengan

tingkat keterampilan berfikir kritis yang lebih tinggi.
No
1

Tabel 1. Standart Kompetensi Lulusan matapelajaran TIK SMA[5]
SKL TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi ) SMA/MA
Memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan TIK yang ditopang oleh sikap
cermat dan menghargai Hak Atas Kekayaan Intelektual

2

3

Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pembuat grafis dan pembuat
presentasi dengan variasi tabel, grafik, gambar dan diagram untuk menghasilkan
informasi
Memahami prinsip dasar Internet/intranet dan menggunakannya untuk memperoleh
informasi, berkomunikasi dan bertukar informasi

Evaluasi matapelajaran TIK menggunakan model EKOP (Evaluasi Kualitas

dan Output Pembelajaran). Model ini menggunakan pendekatan proses dan hasil
dengan menggunakan pendekatan yang mempunyai dua komponen yaitu kualitas
pembelajaran dan output pembelajaraan. Komponen kualitas pembelajaran
memiliki indikator: kinerja guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan
motivasi siswa, sedangkan komponen output pembelajaraan memiliki indikator
kecakapan akademik, kecakapan personal dan kecakapan sosial.[6]

Kinerja guru
Kualitas pembelajaran
Fasilitas pembelajaran

Iklim kelas
Model EKOP

Sikap siswa
Motivasi belajar siswa

Kecakapan akademik
Output
Pembelajaran


Kecakapan sosial
Output pembelajaran
Kecakapan personal

Gambar 1 komponen indikator evaluasi matapelajaran TIK dengan menggunakan model EKOP

Penjabaran Indikator kualitas pembelajaran dengan penelitian model EKOP
terdiri dari pertama kinerja guru didalam kelas yang merupakan keterampilan atau
kompetensi pada waktu mengajar dikelas, didalam kinerja guru terdapat penilaian
tentang keberhasilan guru dalam perencanaan pembelajaran, pemahaman
karakteristik siswa, kemampuan mengelola pembelajaran, aspek penguasaan
srategi pembelajaran dan kemampuan melaksanakan penilaian. Kedua indikator
fasilitas pembelajaran dalam penelitian ini terdapat 3 indikator yaitu kondisi
ruang pembelajaran beserta perangkat TIK, kondisi dan kelengkapan media
pembelajaran (LCD dankoneksi internet), kelengkapan buku-buku maupun
sumber belajar TIK. Ketiga iklim kelas memiliki 4 indikator yaitu kekompakan
siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan
siswa selama mengikuti pembelajaran, dan dukungan guru dalam mengikuti
pembelajaran. Keempat indikator pengukuran sikap siswa ialah pemahaman atau

keyakinan terhadap pembelajaran TIK, rasa senang terhadap pembelajaran TIK,

dan kecenderungan bertindak dalam pembelajaran TIK. Kelima motivasi belajar
siswa yang difokuskan pada motivasi berprestasi dengan berorientasi terhadap
keberhasilan meningkatkan prestasi, antisipasi kegagalan terhadap pencapaian
target, inovatif dalam hal menemukan sesuatu yang lebih mudah, serta
bertanggungjawab dengan kesempurnaan dan penyelesaian tugas.
Indikator mengenai output pembelajaran penelitian model EKOP terdiri dari
pertama indikator kecakapan akademik yaitu siswa mampu memahami materi dan
menganalisis suatu permasalahan. Kedua indikator kecakapan personal yaitu
siswa mampu memecahkan masalah, mengidentifikasi sebab-akibat permasalahan
dan menentukan alternative atau strategi pemencahan masalah kemudian
mengimplementasikan strategi tersebut. Ketiga indikator kecakapan sosial yaitu
siswa mampu bekerja sama dalam tim dan mampu menghargai pendapat orang
lain
Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru
yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan
pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi.[7]
Tujuan pengembangan kurikulum 2013 bahwa melalui pengembangannya
kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang ; produktif, kreatif,
inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada
pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa panduan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat didemontrasikan peserta didik
sebagai wujud pemahaman terhadap konsep yang dipelajarinya secara konseptual.
Peran guru TIK dalam kurikulum 2013 ialah (a).Membimbing peserta didik
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mencari, mengolah,
menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan informasi dalam berbagai
cara untuk mendukung kelancaran proses pembelajaran; (b). Memfasilitasi
sesama guru SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sederajat untuk
mencari, mengolah, menyimpan, menyajikan, serta menyebarkan data dan
informasi dalam berbagai cara untuk persiapan, pelaksanaan, dan penilaian
pembelajaran; dan (c). Memfasilitasi tenaga kependidikan SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, atau yang sederajat untuk mengembangkan sistem manajemen
sekolah berbasisTIK.[8]
Pengintegrasian TIK idealnya adalah guru mampu dan menguasai
penggunaan perangkat TIK dan dapat melakukan inovasi dalam setiap
pembelajaran dengan menggunakan TIK sebagai media, siswa mampu
mengoperasikan perangkat TIK sehingga mampu megikuti pembelajaran yang
diberikan oleh guru, adanya fasilitas TIK yang memadai guna mendukung
penyampaian pembelajaran berbasis teknologi.Untuk mengukur tahap integrasi
TIK yang dicapai oleh sekolah, UNESCO memberikan model tahapan
integrasi.Model ini berfungsi sebagai representasi dari integrasi TIK dalam
pendidikan.

Gambar 2 Model rangkaian tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO)

Model integrasi TIK seperti pada gambar memiliki dua dimensi: teknologi
dan pedagogi. Teknologi merujuk untuk semua teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), dan pedagogi adalah seni dan ilmu mengajar.Dimensi
teknologi mewakili jumlah dari penggunaan TIK yang semakin
meningkat/beragam.Dimensi pedagogi juga mewakili perubahan praktek mengajar
yang dihasilkan dari penerapan TIK. Dalam dua dimensi ini terdap;at empat
tahapan model integrasi TIK pada sistem pendidikan dan sekolah. Keempat
tahapan ini merupakan tahapan kontinum, yang oleh UNESCO diistilahkan
dengan Emerging, Applying, Infusing dan Transforming.
1) Tahap Emerging dicirikan dengan pemanfaatan TIK oleh sekolah pada
tahap permulaan dimana sekolah belum memiliki fasilitas TIK yang memadai,
kemampuan guru dan tenaga berada pada tahap ekplorasi,pada tahap ini
pembelajaran masih menggunakan metode konvensional dan guru menggunakan
perangkat TIK untuk tujuan professional mereka sendiri. 2). Tahap Applying
dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi dan upaya
menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran, Sekolah
juga sudah mencoba mengadaptasi kurikulum agar dapat lebih banyak
menggunakan TIK dalam berbagai mata pelajaran dengan piranti lunak yang
tertentu. 3). Tahap Infusing menuntut adanya upaya untuk mengintegrasikan dan
memasukkan TIK ke dalam kurikulum, sekolah telah menerapkan teknologi
berbasis komputer di laboratorium, kelas, dan bagian administrasi. Guru berada
pada tahap mengeksplorasi cara atau metode baru di mana TIK mengubah
produktivitas dan pekerjaan profesional mereka untuk meningkatkan belajar siswa
dan pengelolaan pembelajaran. 4). Tahap Transforming dicirikan dengan adanya
upaya sekolah untuk merencanakan dan memperbaharui organisasinya dengan
cara yang lebih kreatif. TIK sebagai alat yang digunakan secara rutin untuk
membantu belajar sedemikian rupa sehingga sepenuhnya terintegrasi di semua
pembelajaran di kelas. Fokus kurikulum mengacu pada learner-centered (berpusat
pada peserta didik) dan mengintegrasikan mata pelajaran dengan dunia nyata.
3.

METODELOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif (descriptive reseach) [10] yang dilakukan untuk
menggambarkan evaluasi matapelajaran TIK pada kurikulum KTSP
menggunakan model EKOP dengan penjelasan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta terhadap implementasi kurikulum KTSP
dan

pengontegrasian TIK pada kurikulum 2013 pada tingkat SMA di daerah salatiga
dan sekitarnya. Berikut adalah alur atau tahapan yang dilakukan dalam peneltian
Identifikasi masalah dan studiliteratur

Perencanaa penelitian

Pelaksanaan penelitian dan
pengumpulan data

Analisa data

Penulisan laporan

Gambar 3 skema alur penelitian

Kegiatan pertama yang dilakukan adalah dengan observasi awal untuk
identifikasi masalah dengan melihat isu-isu atau fenomena yang terjadi tentang
penghapusan matapelajaran TIK dari stuktur kurikulum 2013. Studi literatur
dalam penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan dan mempelajari konsepkonsep yang mendukung penelitian ini yang telah dijelaskan sebelumnya pada
tinjauan pustaka.
Perencanaan penelitian dilakukan dengan penyusunan instrumen, instrumen
yang digunakan dalam pengambilan data berupa kuesioner, wawancara, observasi
dan dokumentasi.Selanjutnya instrumen tersebut di validasi isi yaitu isi dari
instrumen sesuai dengan indikator yang di ukur mengenai evaluasi pembelajaran
TIK dan pengintegrasian TIK kedalam semua matapelajaran. Instrumen kuesioner
diberikan kepada guru TIK terdiri dari 30 butir pertanyaan dan kuesioner untuk
siswa terdiri dari 65 butir pertayaan dengan jawaban tertutup, kuesioner untuk
guru matapelajaran terdiri dari beberapa pertanyaan dengan jawaban terbuka dan
tertutup, serta kuesioner tentang fasilitas yang diberikan kepada guru bagian
sapras. Instrumen pedoman wawancara kepada guru TIK berjumlah 8 pertanyaan
tentang proses pembelajaran TIK. Instrumen dokumentasi mengenai silabus, RPP,
Prota yang digunakan dan daftar nilai siswa pada matapelajaran TIK.
Tabel 2. kisi-kisi penilaian kualitas pembelajaran
No.
1.

Indikator
Kinerja Guru dalam Kelas
1. Penguasaan materi
2. Pemahaman karakteristik siswa
3. Kemampuan mengelolah pembelajaran
4. Penguasaan strategi pembelajaran
5. Kemampuan melaksanakan penilaian

Penjelasan
Guru mampu menjelaskan
materi
dengan
baik,
menggunankan
berbagai
sumber
belajar,
menjalin
keakraban
dengan
siswa,
mererapkan berbagai strategi
pembelajaran,
memberikan
feedback terhadap tugas yang
dikerjakan siswa.

2.

3.

4.

Iklim kelas
1. Kekompakan siswa dalam kelas
2. Keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran
3. Kepuasan siswa selama mengikuti pelajaran
4. Dukungan guru dalam kegiatan pembelajaran
Sikap siswa terhadap materi pembelajaran TIK
1. Keyakinan tentang manfaat pelajaran TIK
2. Rasa senang terhadap pelajaran TIK
3. Konasi dalam menghadapi pembelajaran TIK
Motivasi belajar TIK
1. Berusaha untuk menjadi yang terbaik
2. Berusaha untuk dapat mengerjakan tugas
dengan baik
3. Kesungguhan dalam memperoleh pengetahuan
dalam pembelajaran TIK

Guru dan siswa mampu
menciptakan suasana kelas
yang nyaman dan kondusif.

Siswa mampu menunjukan
sikap yang positive dalam
menggunakan TIK
Siswa
mampu
mengikuti
kegiatan
untuk
mencapai
prestasi unggul, percaya diri
dan
tangguh
dalam
menyelesaikan tugas.

Setelah penyusunan instrumen tahap perencanaan selanjutnya ialah
menentukan subjek penelitian melalui teknik pengambilan sampel dari
datapopulasimelalui dinas pendidikan kota Salatiga yang berjumlah 11 SMA yang
berstatus negeri dan swasta kemudian mengambil beberapa sekolah yang terpilih
melalui teknik Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan
pertimbangan kemudahan tempat dan waktu terpilihlah 4 SMA yaitu 2 SMA
negeri dan 2 SMA swasta.
Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data guna mengevaluasi
matapelajaran TIK pada kurikulum KTSP dari segi kualitas pembelajaran dengan
indikator kinerja guru TIK tentang keberhasilan guru dalam menyusun silabus,
RPP, Prota, dan bahan ajar TIK dilakukan melalui pembagian kuesioner kepada
guru TIK pada 4 SMA,selanjutnya kualitas pembelajaran dengan indikator iklim
kelas, sikap siswa dan motivasi dilakukan dengan membagi kuesioner kepada
siswa kelas XII. Selain membagi kuesioner pengumpulan data dilakukan dengan
wawancarakepada guru TIK ditiap sekolah untuk mengetahui proses
pembelajaran TIK yang terjadi disekolah danmelakukan observasi mengenai
fasilitas maupun keadaan sekolah serta dokumentasi perangkat pembelajaran
yaitu silabus, RPP, prota. Kemudian evaluasi dari segi output pembelajaran
dilakukan dengan dokumentasi daftar nilai serta wawancara dan pengisian
kuesioner kepada guru TIK mengenai pandangan guru terhadap kecakapan siswa
dalam menguasai TIK. Pengumpulan data mengenai integrasi TIK dalam
pembelajaran dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada guru
matapelajaran untuk mengetahui kemampuan guru menggunakan TIK dalam
pembelajaran serta kesiapan sekolah dari segi fasilitas yang digunakan untuk
mengeintegrasikan TIK.
Data-data yang sudah dikumpulkan selanjutnya akan diolah dan dianalisa
untuk menjawab pertanyaan penelitian, pengolahan dan analisa data kuantitatif
dilakukan melalui pengujian statistik sedangkan data kualitatif secara deskriptif
dan dipaparkan untuk menjawab penelitian yang ada. Analisa data mengenai
evaluasi matapelajaran TIK dapat dijawab dengan pengumpulan data melalui
kuesioner guru TIK dan siswa yang diberikan skor 1-5 ; skor 1 untuk jawaban paling
negatif dan skor 5 untuk jawaban paling positif kemudiandijabarkan dengan

perhitungan rerata skor tiap butir pertanyaan selanjutnya di rerata lagi skor pada tiap
indikator,kemudian hasil rerata tiap indikator dikonsultasikan dengan tabel standart
konversi data kuantitatif ke data kualitatif model EKOP dibawah ini
Tabel 3. Standart konversi data kuantitatif ke datakualitatif pada evaluasi matapelajaran TIK
dalam kurikulum KTSP [6]
Rerata Skor
Klasifikasi
Kesimpulan
>4,2
Sangat Baik
Dapat dilanjutkan
>3,4 - 4,2
Baik
Dapat dilanjutkan tanpa perbaikan
>2,6 – 3,4
Cukup Baik
Dapat dilanjutkan dengan sedikit perbaikan
1,8 – 2,6
Kurang Baik
Dapat dilanjutkan dengan banyak perbaikan
≤ 1,8
Tidak Baik
Belum dapat dilanjutkan

Evaluasi pembelajaran TIK selain menggunakan instrumen kuesioner, hasil
analisa dilakukan pula dengan instrumen wawancara kepada guru mengenai
pelaksanaan pembelajaran TIK serta intrumen dokumentasi berupa
mengumpulkan dokumen silabus, RPP, dan daftar nilai siswa.Analisa mengenai
kemampuan guru matapelajaran mengintegrasikan perangkat TIK kedalam proses
pembelajaran serta sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah untuk mendukung
implementasi kurikulum 2013 dapat dijawab dengan kuesioner guru
matapelajaran serta kuesioner sapras selanjutnya dianalisa dengan menghitung
presentase jumlah gurukemudian di analisis menggunakan model rangkaian
tahapan integrasi TIK di pendidikan dan sekolah (UNESCO).
4.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hakikat proses pembelajaran TIK adalah merupakan interaksi antara guru
dengan siswa yang terjadi dalam konteks ruang kelas atau labolatorium komputer
dengan dukungan fasilitas pembelajaran serta perangkat TIK tertentu. Pola
interaksi antara guru dan siswa akan menumbuhkan iklim kelas tertentu, sehingga
kualitas pembelajaran akan tergantung pada perilaku guru dalam mengajar dan
perilaku siswa belajar dikelas, fasilitas pembelajaran dan iklim pembelajaran.
Perilaku guru TIK dalam pembelajaran merupakan manisfestasi dari kinerja guru
sedangkan perilaku siswa dalam belajar merupakan refleksi dari sikap dan
motivasi belajar yang ada pada dirinya [11].
Bedasarkan model evaluasi EKOP dalam matapelajaran TIK dihasilkan
hasil penelitian sebagai berikut : Evaluasi Kualitas dilakukan dengan indikator
kinerja guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi siswa [6].
Profesi guru perlu dikembangkan secara terus menerus dan proporsional
menurut jabatan fungsional guru. Selain itu agar fungsi dan tugas yang melekat
pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku,
maka diperlukan penilaian kinerja guru yang menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang berkualitas di semua jenjang pendidikan [3].
Tabel 4. Hasil analisa kinerja guru
Indikator
Skor rerata
Kinerja Guru dalam Kelas
1. Penguasaan materi
3.70
2. Pemahaman karakteristik siswa
4.13

Klasifikasi
Baik
Sangat baik

3.
4.
5.

Kemampuan mengelolah pembelajaran
Penguasaan strategi pembelajaran
Kemampuan melaksanakan penilaian
Rerata

3.68
3.80
4.02
3.87

Baik
Baik
Baik
Baik

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kualitas pembelajaran TIK yang ada di
Salatiga termasuk dalam kategori baik dimana terbukti bahwa guru mampu
mengelola pembelajaran dengan menguasai materi yang diajarkan dan
menciptakan pembelajaran dengan metode yang beragam.
Fasilitas pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menunjang
dan mempermudah jalannya proses pembelajaran. Mengenai fasilitas
pembelajaran TIK hasil penelitian menunjukan bahwa sekolah SMA di Salatiga
telah memiliki labolatorium komputer sebanyak 2 lab komputer. Idealnya
dikondisikan1 komputer untuk 1 siswa dan tersedianya LCD agar memudahkan
guru dalam menjelaskan materi serta tersedianya koneksi internet di lab komputer
sekolah, koneksi internet ini pada dasaranya guna mendukung kemudahan akses
informasi bagi guru maupun siswa.
Nama
sekolah

SMA A
SMA B
SMA C
SMA D

Tabel 5. Jumlah fasilitas yang tersedia di ruang labolatorium komputer
Jumlah lab.
Jumlah
Jumlah
Ketersedian
Ketersediaan
Komputer
pengguna/unit
komputer
LCD di ruang koneksi internet
yang
komputer saat
dalam satu
lab computer
dalam lab
dimiliki
pembelajaran
ruang lab
komputer
sekolah
(orang)
computer
2
1
30
Ada
Ada
2
2
20
Ada
Ada
1
1
36
Ada
Ada
2
1
26
Ada
Ada

Fasilitas sekolah dapat dikatakan memadai jika jumlah fasilitas sebanding
dengan jumlah siswa. Hasil penelitian menunjukan sekolah A dan B yang
merupakan sekolah negeri memiliki jumlah siswa yang cukup banyak dengan 1
kelas terdapat 30-40 siswasehingga biasanya ada siswa yang menggunakan 1
komputer untuk 2 orang dan sekolah C dan D merupakan sekolah swasta dengan
jumlah siswa perkelas 20-35 siswa sehingga dapat dikondisikan 1 komputer untuk
1 siswa. Berdasarkan hasil observasi dan pengisian kuesioner, fasilitas
pembelajaran TIK dihampir sekolah di Salatiga memiliki kondisi ruang yang
nyaman dengan dilengkapi dengan LCD, jumlah komputer dengan spesifikasi
yang memadai untuk setiap siswa, serta memiliki kelengkapan buku maupun
sumber belajar.Namun dari hasil penjabaran diatas dapat dikatakan SMA swasta
memang lebih memadai dari segi fasilitas karena jumlah siswa yang tidak terlalu
banyak dengan jumlah komputer yang sebanding dengan jumlah siswa, tetapi
secara keseluruhan fasilititas pembelajaran TIK pada sekolah negeri dan swasta di
Salatiga yang dimiliki sekolah cukup memadai.
Iklim kelas adalah segala situasi yang muncul akibat hubungan antara guru
dan peserta didik atau hubungan antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari
kelas dan mempengaruhi proses belajar-mengajar [6]. Dari 17 pertanyaan tentang
iklim kelas pembelajaran TIK dan responden adalah siswa SMA kelas
XIImendapatkan rerata skor 4.00 sehingga dapat dikatakan iklim kelas saat
pembelajaran TIK terpenuhi dengan baik. Terbukti melaui siswa yang setuju

dengan pernyataan bahwa adanya kekompakan siswa dalam kelas saat
pembelajaran TIK, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, kepuasan
siswa selama mengikuti pembelajaran TIK, serta dukungan guru dalam kegiatan
pembelajaran TIK sehingga menciptakan iklim kelas yang baik, nyaman dan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebab iklim kelas diyakini berkorelasi
positif dengan perubahan tingkah laku dan prestasi hasil pembelajaran siswa.
Pembelajaran merupakan segala usaha yang dilakukan seorang pendidik
agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah proses
perubahan sikap [12]. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran,
tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Kualitas
pembelajaran TIK di pengaruhi oleh sikap siswa dari hasil penelitian melalui 8
pertanyaan dengan indikator sikap siswa mendapat rerata skor 4.00 hal ini
menunjukan bahwa indikator sikap siswa terpenuhi dengan baik artinya siswa
mampu mengikuti pembelajaran TIK dengan menunjukan sikap yang baik dan
mengikuti intruksi yang diberikan oleh guru TIK saat pembelajaran berlangsung.
Motivasi siswa dalam belajar perlu diciptakan, dalam penelitian ini motivasi
siswa difokuskan kedalam motivasi siswa guna memperoleh prestasi yang tinggi
dalam pembelajaran TIK. Hasil penelitian menunjukan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran TIK mendapatkan rerata skor 4.00 dari 14 butir
pertanyaan sehingga dapat dikatakan terpenuhi dengan baik yang artinya siswa
menyadari petingnya belajar TIK dengan mengatasi setiap kendala yang
menghambat pencapaian prestasinya, selalu mempunyai cara untuk memahami
pelajaran TIK dan mengerjakan tugas TIK dengan kemampuannya sendiri.
Penjelasan dari komponen indikator kualitas pembelajaran atau evaluasi
kualitas dapat disimpulkan dalam tabel berikut
Tabel 6.Hasil analisa indikator evaluasi kualitas matapelajaran TIK
Indikator kualitas
Skor
Klasifikasi
Kinerja guru
3.87
Baik
Iklim kelas
4.00
Baik
Sikap siswa
4.00
Baik
Motivasi siswa
4.00
Baik
Rerata
3.96
Baik

Dari hasil penelitian pada indikator evaluasi kualitas memperoleh rerata
skor 3.96. Apabila dikonsultasikan dengan tabel standart konversi data kuantitatif
ke kualitatif panduan evaluasi model EKOP, nilai 3.97 termasuk kategori baik
dan dapat dilanjutkan. Pada dasarnya pembelajaran TIK yang ada pada kurikulum
KTSP mempunyai kualitas pembelajaran yang baik sehingga dapat digunakan
dalam kurikulum selanjutnya.
Output pembelajaran TIK terbagi menjadi 3 indikator yaitu kecakapan
akademik, kecakapan personal, dan kecakapan social, ketiga kecapakan tersebut
termasuk kedalam kecakapan hidup (life skill). Kecakapan hidup penting
dikarenakan dalam menjalani kehidupan seseorang memerlukan suatu
keterampilan untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Kecakapan akademik yang dihasilkan dari pembelajaran TIK ialah siswa
mampu menggali dan menemukan informasi, mengolah informasi serta mampu
memecahkan masalah dalam bidang teknologi, kecakapan akademik lebih kepada

kemampuan kognitif siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa evaluasi yang
digunakan untuk menngetahui kemampuan akademik dengan adanya tes atau
ulangan dan siswa di SMA A 90% mencapai niali ditas KKM, SMA B 80%,
SMA C 85% dan SMA D 95% sehingga dapat disimpulkan bahwa pencapaian
akademik siswa SMA di Salatiga untuk mapel TIK sudah dalam kategori
presentase yang sangat baik.
Kecakapan personal dilihat dari ranah afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan) untuk matapelajaran TIK kecakapan personal dilihat dari sikap
siswa dalam mengikuti pembelajaran, penggunaan internet dengan baik dan
benar, mampu menumbuhkan rasa percaya diri dengan berani mengemukakan
pendapat. Evaluasi terhadap kecakapan personal dalam mapel TIK ialah dengan
hasil observasi guru yang dilakukan pada setiap jam pembelajaran TIK. Hasil
observasi tersebut ialah siswa mampu memenuhi kecakapan personalnya dengan
menunjukan sikap yang baik saat pembelajaran serta mampu mengaplikasikan
keterampilan TIK dengan kehidupan mereka.
Kecakapan sosial dilihat dari siswa mampu berkomunikasi secara empati
antar siswa dan guru serta kemampuan siswa dalam bekerja sama. Hasil
penelitian melalui wawancara dengan guru yang memonitoring kegiatan siswa
selama pembelajaran maupun melalui media sosial. Guru TIK di masing-masing
sekolah menyatakan bahwa selama ini siswa mampu bersosialisasi dengan
melakukan kerja sama maupun diskusi menggunakan bantuan teknologi, sehingga
terlihat kecakapan sosial siswa dan melalui kegiatan tersebut terlihat bahwa
dengan teknologi siswa mampu memiliki kecakapan sosial yang baik.
Melalui penjabaran hasil evaluasi mapel TIK dapat dibuktikan bahwa siswa
menyukai pembelajaran TIK dengan adanya iklim kelas yang kondusif yang
diciptakan oleh siswa dan guru , sikap dan motivasi yang baik dari siswa untuk
mapel TIK dan kecakapan akademik, personal serta sosial siswa mengenai
teknologi didapat dari pembelajaran TIK yang berlangsung disekolah. Adanya
mapel TIK memberikan bekal keterampilan dasar penguasaan perangkat TIK
kepada siswa terutama dalam menghadapi lapangan kerja dikemudian hari dan
penyajian materi pada matapelajaran TIK mengarahkan pada penguasaan
kemampuan dasar tersebut serta sikap positif dalam penggunaan perangkat TIK.
Sehingga sulit rasanya jika siswa harus belajar tentang TIK secara otodidak dan
tidak dilakukan secara intensif seperti pembelajaran didalam kelas.
Mata pelajaran TIK pada Kurikulum 2013 akan diintegrasikan ke dalam
semua mata pelajaran. Menurut pemerintah pengintegrasian ini dilakukan karena
penting, serta menyesuaikan zaman yang terus mengalami perkembangan pesat.
Maksud bahwa mata pelajaran TIK tidak dihilangkan melainkan diintegrasikan
dengan semua mata pelajaran adalah bahwa pembelajaran semua matapelajaran
dapat disampaikan dengan perangkat TIK, selain dengan tatap muka guru-murid
juga (lebih banyak) dilakukan dengan interaksi melalui media internet. Di mana
nantinya guru TIK lah yang akan mengambil peran sangat besar. Dengan kata lain
jika sebelumnya TIK hanya sebatas membuka, mengetik, dan pembelajaran
browsing maka yang diinginkan oleh Kurikulum 2013 adalah kemampuan
tersebut langsung diaplikasikan untuk kegiatan belajar mengajar [8].

presentase jumlah guru

Sesuai pernyataan tersebut maka dalam penelitian ini akan meneliti tentang
kemampuan serta keterampilan guru dalam menggunakan TIK. Setiap guru wajib
memiliki keterampilan TIK guna mendukung implementasi kurikulum 2013.
Kurikulum ini mewajibkan guru dapat mengintegrasikan TIK dalam proses
pembelajaran yang diampunya. Kesiapan mengintegrasikan TIK pada kurikulum
2013 diteliti dengan indikator kemampuan guru dalam menggunakan TIK,
indikator penggunaan TIK dalam kegiatan belajar mengajar, dan indikator
fasilitas sebagai pendukung integrasi TIK. Penelitian dilakukan dengan 45
responden yang merupakan guru mapel IPA, IPS, Matematika, Bahasa, Kesenian,
Agama dll. Responden berasal dari 4 sekolah SMA, di 2 SMA Negeri dan 2 SMA
swasta di kota Salatiga.
Dari hasil penelitian diperoleh 95,5% responden menyatakan memiliki
keterampilan dalam menggunakan perangkat TIK, didukung dengan sebanyak
97,8 % responden memiliki komputer/laptop dirumah. Intensitas penggunaan
perangkat TIK dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh responden
menghasilkan data berikut:
Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas
penggunaan perangkat TIK dalam pembelajaran
100.0%

84.4%

80.0%

64.4%

62.2%

66.7%

62.2%

60.0%
31.1%

40.0%
20.0%

13.3%
2.2%

31.1%

26.7%
6.7%

8.9%

6.7%

26.7%
6.7%

0.0%
Komputer
Sering

jarang

LCD
tidak pernah

Printer
perangkat TIK

Scanner

TV

Gambar 4 Grafik Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan perangkat TIK dalam
pembelajaran

Pada gambar 4 guru menyatakan penggunaan perangkat TIK tersebut
seperti komputer digunakan untuk membuat perangkat pembelajaran, mengolah
nilai, mengajar, LCD guna menampilkan presentasi, printer mencetak perangkat
pembelajaran, scanner menyalin foto/gambar pendukung materi
Software atau perangkat lunak merupakan sekumpulan data elektronik
yang disimpan dan di atur oleh komputer. Data elektronik yang disimpan itu
dapat berupa program atau intruksi untuk menjalankan sesuatu perintah [11].
Dalam dunia pendidikan ada beberapa software yang membantu mempermudah
proses pembelajaran dan administrasi sekolah. Untuk mengetahui seberapa besar
intensitas penggunaannya akan dijabarkan hasil penelitian sebagai berikut :

prsentase jumlah guru

Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan
software TIK
88.9%

86.7%

100.0%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%

66.7%
55.6%

48.9%
17.8%

software pengolah software pengolah
kata
angka

40.0%
11.1%

22.2%

15.6%

46.7%
33.3%

28.9%

software
presentasi

13.3%

13.3%

8.9%
2.2%

0.0%

software
Multimedia

software Database

software
pemprograman

Software TIK
Sering

jarang

tidak pernah

Gambar 5 Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan software TIK

Pernyataan guru pada hasil presentase tabel 5 ialah software pengolah kata,
angka dan presentasi sering digunakan sebab mudah dalam mengoperasikan dan
sesuai kebutuhan guru yaitu untuk membuat laporan, perangkat pembelajaran
(silabus, RPP, materi, soal ulangan dll), mengolah data nilai siswa serta
presentasi. Kemudian software yang memiliki presentase tinggi dalam kategori
jarang digunakan ialah software multimedia, dari penggunaannya guru yang
menjawab sering menyatakan software multimedia digunakan untuk
menampilkan drama atau film, menampilkan animasi gerak parabola. Untuk
software database dan pemprograman memperoleh presentase tertinggi dalam
kategori tidak pernah digunakan, menurut para guru software database dan
pemprograman sulit untuk diaplikasikan pada saat pembelajaran. Kemampuan
guru dalam menguasai software tersebut dapat dikatakan masih secara sederhana
belum ada inovasi yang dilakukan oleh guru dan kemampuan dalam
menggunakan software masih terbatas pada software tertentu untuk itu
pemerintah perlu berperan dalam membuat guru tertarik menggunakan TIK antara
lain dengan cara memberikan guru pengetahuan dan pelatihan dasar TIK agar
guru dapat mengajar dengan baik, menyenangkan, simple, tetapi materi yang
disampaikan diterima dengan baik oleh siswa.
Selain software yang disebutkan diatas terdapat pula software penunjang
informasi yaitu internet, blog, email, sosial media.

presentase
jumlah guru

Grafik presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi
informasi
71.1%
80.0%
60.0%
40.0%
20.0%
0.0%

46.7%

jarang

46.7%

44.4%
35.6%
20.0%

4.4%

internet
Sering

44.4%

24.4%

tidak pernah

24.4%

28.9%

8.9%

blog

email
aplikasi informasi

sosial media

Gambar 6 Grafik. Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi informasi

Penggunaan aplikasi ini oleh guru digunakan untuk mencari sumber
referensi bahan ajar dan mencari media pembelajaran. Kemudian dalam kategori
jarang digunakan ialah blog, email, sosial media. Aplikasi ini menurut para guru
digunakan untuk upload tugas, memberi materi pembelajaran, mengirim tugas,
berkomunikasi serta monitoring kegiatan siswa dengan sosial media namun
jarang digunakan sebab pembelajaran yang selama ini ada di SMA kota Salatiga

belum begitu memerlukan aplikasi ini karena pemberian materi , tugas dan
penilaian masih dilakukan secara manual dengan tatap muka dikelas.
Analisa hasil penelitian dari intensitas penggunaan perangkat TIK,
penguasaan software aplikasi dan internet apabila dianalisa menggunakan model
rangkaian integrasi TIK kedalam pembelajaran hasil penelitian menunjukan
bahwa integrasi TIK pada tingkat SMA kota Salatiga terdapat pada tahap
emerging atau tingkat pemula. Guru pada tahap ini sering menggunakan peralatan
yang tersedia untuk tujuan profesional mereka sendiri, seperti pengolah kata
untuk mempersiapkan laporan perangkat pembelajaran, spreadsheet untuk
mengelola daftar nilai kelas dan, ketersediaan internet, untuk mencari informasi
atau berkomunikasi melalui e-mail. Dengan cara ini, guru mengembangkan
keterampilan literasi TIK mereka dan belajar bagaimana menerapkan TIK untuk
berbagai tugas profesional dan pribadi. Sehingga pengintegrasian TIK yang guru
laksanakan pada saat ini belum menunjukan adanya kesiapan berdasarkan
kemampuan, masih banyak hal yang perlu dipersiapkan bagi guru maupun
pemerintah guna mengintegrasikan TIK.
Keterampilan mengintegrasikan TIK ke dalam proses pembelajaran
seharusnya didasari dengan keterampilan dan pengetahuan praktis TIK yang
memadai. Pemerintah bertanggung jawab menyediakan pelatihan pengembangan
profesionalisme mengajar guru dalam menggunakan media TIK.
Selain analisa kemampuan dan penggunaannya analisa terhadap fasilitas/
sarana dan prasarana TIK perlu dilakukan. Fasilitas perangkat TIK dapat berupa
perangkat keras atau hardware yang dimiliki oleh sekolah guna mengintegrasikan
TIK kedalam pembelajaran.

jumlah
perangkat TIK

Grafik perbandingan jumlah perangkat TIK di SMA Salatiga
50

60
40
20

30
13
2

10

20 20

25 22
10 5

1 2 2 5

15

7 3 3

2

2

3 5

1

0
Laptop (unit) Printer (unit) Scanner (unit)

LCD (unit)

TV

(unit)

Camdig (unit)

Perangkat TIK
SMA A

SMA B

SMA C

handycam
(unit)

SMA D

Gambar 7 Grafik perbandingan jumlah perangkat TIK di SMA Salatiga

Kepemilikan hardware di masing-masing sekolah tentunya terdapat
perbandingan, dapat dilihat pada gambar 7 dimana kebutuhan masing-masing
sekolah pastinya berbeda serta dana pengadaan fasilitas juga berbeda dimana
SMA A dan B yang merupakan SMA negeri memiliki fasilitas yang cukup
banyak hal ini di karenakan mendapat bantuan yang cukup banyak dari
pemerintah dan bantuan orang tua siswa sebab SMA negeri di Salatiga termasuk
sekolah favorit, orang tua lebih senang jika anaknya bersekolah di sekolah negeri
sehingga sekolah negeri memiliki jumlah siswa yang lebih banyak daripada
sekolah swasta. sedangkan SMA C dan D merupakan SMA swasta dengan jumlah
kepemilikan hardware yang masih sedikit dikarenakan bantuan dari pemerintah
yang terbatas dan jumlah siswa yang terbatas.

Namun fasilitas di beberapa sekolah ini telah sebanding dengan jumlah
siswa sehingga menunjukan adanya upaya sekolah untuk mengintegrasikan TIK
kedalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis TIK, setiap kelas minimal
harus memiliki sebuah LCD proyektor dan satu unit komputer atau laptop, untuk
penyampaian materi pelajaran yang interaktif [13]. Pernyataan tersebut juga telah
mendapatkan solusi dimana tiap SMA di Salatiga ini memiliki LCD dan laptop.
SMA A memiliki 50 LCD dan 30 laptop dan perangkat TIK lain tentunya sSMA
A dapat dengan mudah mengintegrasikan TIK kedalam pembelajran. SMA B
memiliki 25 LCD , 13 Laptop, 20 printer dan perangkat TIK yang lain SMA B
yang sama berstatus SMA Negeri ternyata fasilitasnya masih kalah dibandingkan
dengan SMA A. Kemudian SMA C memiliki 22 unit LCD dan 2 laptop jumlah
laptop yang dimiliki sekolah memang terbatas namun kebanyakan guru di SMA C
memiliki laptop pribadi sehingga SMA C mampu mengintegrasikan TIK kedalam
pembelajaran. SMA D memiliki 2 LCD dan 10 laptop fasilitas di SMA D
memang masih minim sehingga untuk mengintegrasikan TIK kedalam
pembelajaran SMA D perlu melengkapi fasilitas yang ada.

jumlah komputer

Grafik perbandingan jumlah komputer tiap lab di SMA Salatiga

80
60
40
20
0

60
40 36

0

11
0

0

Ruang kelas

0

4

2

Perpus

26

8

3
Lab. komputer

4

1

Lab. Ipa

2

2

2

1

2

Lab. Bahasa

Ruang labolatorium

SMA A

SMA B

SMA C

SMA D

Gambar 8 Grafik perbandingan jumlah komputer tiap ruang Lab di SMA Salatiga

Dari hasil penelitian pada gambar 8 menunjukan terdapat beberapa
komputer di ruang perpustakaan, ruang lab. IPA, ruang lab. bahasa, semua
komputer diruangan tersebut terkoneksi dengan internet namun berdasarkan hasil
observasi koneksi internet yang ada terkadang tidak stabil dan tidak tersambung
padahal komputer di beberapa ruang lab ini ditempatkan guna mempermudah
akses internet serta dapat membantu proses pembelajaran yang berlangsung
dalam ruangan tersebut. Perpustakaan pada SMA A memiliki jumlah komputer 11
hal ini dikarenakan ruang perpus SMA A yang luas dan siswa yang banyak
sehingga sekolah perlu menempatkan banyak komputer serta akses internet pada
perpustakaan kemudian untuk jumlah komputer pada lab komputer 60 unit ini
dibagi kedalam 2 lab sehingga setiap lab memiliki jumlah 30 unit komputer. SMA
B memiliki 4 komputer pada ruang perpus dan 40 unit di ruang lab komputer
yang dibagi menjadi 2 sehingga tiap lab komputer memiliki 20 unit komputer.
SMA C memiliki 2 komputer di perpustakaan dan 36 komputer di lab komputer,
koneksi internet yang di gunakan pada SMA C ialah wifi sehingga siswa dapat
mengakses internet dari berbgai sudut sekolah sehingga komputer yang ada pada
perpus hanya digunakan oleh petugas perpus. SMA D memiliki 8 komputer di
ruang perpus dan 26 komputer pada lab komputer , pada ruang perpustakaan

jumlah komputer

komputer dapat digunakan oleh siswa untuk mencari referensi pembelajran
dengan adanya koneksi internet. Untuk ruang lab bahasa maupun lab IPA di tiap
sekplah komputer lebih sering digunakan oleh guru. Kebutuhan tiap sekolah
tentunya berbeda dengan jumlah komputer yang disesuaikan.
Selain dibeberapa ruang lab diatas terdapat pula komputer diruangan kerja
guru yang dijelaskan dengan tabel berikut:

8
6
4
2
0

Grafik Perbandingan jumlah komputer pada ruang administrasi guru di SMA
Salatiga
7
4

1

5

4

5 5

2

Ruang guru
SMA A

5

SMA B

2

Ruang Tata
usaha
SMA C

SMA D

3
1

1

2
0

1

1 1 1 1

Ruang kurikulum Ruang kesiswaan Ruang sapras

1

0 0

1

Ruang humas

Ruang administrasi

Gambar 9 Grafik. Presentase jumlah guru berdasarkan intensitas penggunaan aplikasi informasi

Gambar 9 menunjukan jumlah komputer pada ruang kerja guru, komputer
tersebut digunakan oleh guru guna mempermudah pekerjaan administrasi sekolah
maka beberapa ruangan guru dan staff diberi komputer. Ruang guru, Ruang Tata
usaha, Ruang Kurikulum, Ruang kesiswaan, humas dan sapras terdapat beberapa
unit komputer yang jumlahnya dapat dilihat pada gambar 9, semua komputer
tersebut semuanya terkoneksi dengan internet menurut guru penempatan
komputer diruang tersebut selain guna mengolah data sekolah, mengolah data
siswa juga untuk mencari informasi lewat internet atau berkomunikasi dengan
guru lain maupun siswa. Fasilitas komputer diruang ini dapat membantu peran
guru TIK dalam kurikulum 2013 dimana guru TIK diharapkan dapat
membimbing guru serta tenaga kependidikan dalam memanfaatkan TIK serta
mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK. Namun fasilitas yang
ada perlu di perhatikan karena dalam mengembangan manajemen sekolah
berbasis TIK fasilitas di beberapa SMA di Salatiga masih belum memadai, dapat
dilihat bahwa beberapa ruang tersebut masih ada yang tidak terdapat komputer
serta koneksi internet.
Hasil analisa fasilitas menggunakan tahapan integrasi TIK di pendidikan
dan sekolah (UNESCO) menunjukan SMA di Salatiga berada pada tahap
infusing dicirikan dengan sudah adanya pemahaman tentang kontribusi
menerapkan TIK dalam konteks manajemen sekolah dan pembelajaran sekolah
dengan sudah ada kepedulian tentang bagaimana pentingnya penggunaan TIK
tersebut dalam konteks pendidikan dilihat dari fasilitas ruang kelas yang beberapa
ruang tersebut telah dilengkapi dengan LCD. Dilihat dari segi ketersediaan
fasilitas TIK di sekolah, semua sekolah telah mempunyai berbagai macam
perangkat TIK yang cukup lengkap dan dapat diintegrasikan dalam pembelajaran.
Akan tetapi masih ada sekolah yang fasilitasnya masih kurang untuk mencukupi
kebutuhan belajar siswa.

5.

SIMPULAN

Penelitian evaluasi matapelajaran TIK dikota Salatiga dengan menggunakan
model EKOP (evaluasi kualitas dan output pembelajaran). Hasil penelitian
menunjukan pemenuhan indikator kualitas yang didalamnya mencakup kinerja
guru, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap, motivasi siswa dan output
pembelajaran dari indikator kecakapan personal, akademik dan sosial dalam
menggunakan teknologi dan informasi. Kualitas pembelajaran memperoleh rerata
3.96 dengan klasifikasi baik yaitu dapat dilanjutkan tanpa perbaikan yang berarti
pembelajaran TIK yang diberikan kepada siswa selama ini sudah berkualitas dari
segi kinerja guru, fasilitas, sikap dan motivasi siswa, sedangkan output mapel
TIK tersebut menunjukan bahwa adanya mapel TIK di sekolah memberikan bekal
keterampilan dasar penguasaan perangkat TIK kepada siswa.
Selanjutnya integrasi TIK kedalam matapelajaran guna mendukung
implementasi kurikulum 2013 membutuhkan suatu kesiapan dari segi
kemampuan dan keterampilan guru dan siswa dalam menggunakan perangkat
TIK serta ketersediaan fasilitas TIK [13]. Hasil analisa evaluasi mapel TIK
menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam menggunakan perangkat TIK
didapatkan dari pembelajaran TIK di sekolah. Hasil analisa kemampuan guru dan
fasilitas dalam pengintegrasian TIK menggunakan model rangkaian integrasi TIK
kedalam pembelajaran (UNESCO) menunjukan bahwa integrasi TIK dari segi
kemampuan guru serta fasilitas pada tingkat SMA kota Salatiga rata-rata
masihterdapat pada tahap emerging atau tingkat pemula, pada tahap ini fasilitas
disekolah masih terbatas serta guru baru mencoba mengenali fungsi kegunaan
perangkat TIK, pada tahap emerging kemampuan guru menekankan akan
kemelekan TIK (ICT literacy) dan keterampilan dasar sehingga guru sering
menggunakan peralatan TIK yang tersedia untuk tujuan profesional mereka
sendiri dan praktek kelas masih sangat banyak berpusat pada guru padahal
fasilitas TIK sudah pada tahap applying dimana fasilitas sudah mengupayakan
memasukan TIK kedalam pembelajaran .
Sehingga dapat disimpulkan apabila mapel TIK ditiadakan berarti siswa
tidak memiliki kemampuan dalam menggunakan TIK padahal idealnya
pengintegrasian TIK dalam pembelajaran membutuhkan kemampuan guru serta
siswa menggunakan perangkat TIK dan fasilitas yang memadai namum
kenyataannya kemampuan guru dan fasilitas TIK di sekolah masih terbatas dan
TIK yang merupakan sarana media pembelajaran semua matapelajaran di
kurikulum 2013 idealnya harus diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri untuk
mendukung pembelajaran berbasis TIK dan mengembangkan atribut
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi TIK bagi siswa.
Saran yang diberikan bagi penelitian yang akan datang disarankan agar
meneliti lebih dalam tentang dampak implementasi pengintegrasian TIK terhadap
kemampuan TIK dan prestasi belajar siswa serta kefektifan peran guru TIK dalam
kurikulum 2013.

6.

DAFTAR PUSTAKA

[1]

[Kemendikbud]. Kementrian pendidikan da