ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,
yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke
dalam udara (Soedomo, 2001).
Pencemaran udara menurut Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1986
adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain
ke udara dan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau proses alam,
sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara
menjadi tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran ke
dalam udara yang disebabkan oleh proses alam, misalnya asap kebakaran hutan,
akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut. Pencemaran
udara yang disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas
transportasi, industri, pembuangan, serta kegiatan rumah tangga (Achmad, 2004).
Kecenderungan pencemaran lingkungan akhir-akhir ini mengarah kepada dua hal,
yaitu pembuangan senyawa-senyawa kimia tertentu yang semakin meningkat,
terutama pembakaran minyak bumi secara nyata saat ini telah merubah sistem

alami pada skala global dan meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya Beracun
(B3) oleh berbagai kegiatan industri dengan pembuangan limbah yang langsung
ke lingkungan. Pemanasan global, hujan asam, menipisnya lapisan ozon
merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh pencemaran
lingkungan (Fardiaz, 1992).

Universitas Sumatera Utara

2

Pembangunan fisik di pusat kota dan industri disertai dengan melonjaknya
produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas
dan hasil produksi samping yang merupakan salah satu sumber pencemaran udara.
Konsentrasi pencemaran udara di beberapa kota besar dan daerah industri
menyebabkan adanya gangguan pernapasan, iritasi pada mata dan telinga, serta
timbulnya penyakit tertentu. Selain itu juga menimbulkan gangguan jarak
pandang yang sering menimbulkan kecelakaan lalu lintas terutama lalu lintas di
udara dan di laut. Parameter gas SO2, NO, H2S, CO, NH dan O3 merupakan
parameter umum yang digunakan untuk mengetahui kualitas udara di suatu
tempat. Hal tersebut mendasari pemilihan bidang kajian untuk melihat kualitas

udara di daerah industri yang banyak menyumbangkan polusi udara (Soedomo,
2001).
Menurut Panda (2016), kualitas udara ambient semakin memburuk dari
hari ke hari karena kegiatan antropogenik seperti urbanisasi, industrialisasi,
pertambangan dan lain-lain. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara ambient
sedang dilakukan secara berkala sesuai dengan pedoman dan telah dilaporkan
kepada otoritas regulasi sebagai bahan utama dari hukum laporan kepatuhan.
Udara ini dialirkan melalui sampler yang bervolume tinggi yang cocok dengan
aksesoris impinger yang mengandung solusi absorber yang sesuai. Setelah
sampling parameter dianalisis di laboratorium dengan metodologi yang ditentukan
oleh pihak yang berwenang. Hasil pemantauan kualitas udara ambient
menyediakan status kepatuhan otoritas proyek dan sesuai arah yang dikeluarkan
untuk mengadopsi rencana pengelolaan kualitas udara yang diperlukan termasuk
dari kontrol mengukur untuk memnuhi standar kualitas udara yang diinginkan di

Universitas Sumatera Utara

3

daerah tersebut (Ambient Air Quality Monitoring In A Coal Based Thermal Power

Plant).

Sekitar 60 persen dari polusi udara di kota-kota India karena emisi gas
buang kendaraan bermotor. Kendaraan emisi mengandung lebih dari 450 senyawa
organik yang berbeda baik dalam bentuk gas, partikulat atau dalam bentuk
gabungan. Beban emisi di perkotaan tersebut berada dalam kisaran ribuan ton per
hari. Hal ini dapat dilihat melalui pengurangan kendaraan emisi yang diimbangi
dengan peningkatan pesat dalam volume kendaraan. Mesin pembakaran internal,
penggerak utama untuk mobil memancarkan karbon monoksida, hidrokarbon,
oksida nitrogen, timah, jalan dan debu ban, partikel karbon dan aldehida.
Beberapa senyawa ini bereaksi dengan sinar matahari untuk menghasilkan
sekunder, genotoksik, sitotoksik, fibrogenik dan senyawa karsinogenik seperti
benzena (Chaurasia, 2013).
Delhi, ibukota India memiliki populasi 13,8 juta orang yang tersebar di
1483 km2 adalah salah satu kota paling tercemar di dunia. Diperkirakan sekitar
3000 MT dari polusi udara yang dipancarkan setiap hari di Delhi. Kontribusi
polusi udara di Delhi adalah emisi dari kendaraan (67%), pembangkit listrik
tenaga termal (13%), unit industri (12%), dan domestik (8%). Selama 15 tahun
terakhir ada peningkatan tajam dalam kendaraan di Delhi yang telah berkontribusi
di kalangan mayoritas dalam polusi udara. Jenis polusi udara dari polutan yang

dipancarkan ke atmosfer oleh alam dan sumber antropogenik, yang hal partkulat
seperti belerang oksida, dan nitrogen oksida memiliki peran yang signifikan dan
dapat meningkatkan dampak kualitas udara di perkotaan (Mamta, 2010).

Universitas Sumatera Utara

4

Hubungan antara lingkungan dan pembangunan yang merupakan salah
satu masalah yang paling pembakaran masa kini. Kegiatan pembanguna seperti
transportasi industri, konstruksi pekerjaan, dan lain-lain. Penyebab degradasi dan
perubahan drastis dalam setiap komponen lingkungan yaitu hidrosfer, litosfer,
atmosfer, dan biosfer melalui polusi. Polusi udara telah muncul dalam beberapa
dekade terakhir sebagai masalah yang paling penting bagi umat manusia.
(Samantray, 2010).
Polusi udara adalah pengenalan partikulat, molekul biologis dan zat
berbahaya lainnya ke atmosfir yang dapat berupa padat atau gas. Polutan
diperkenalkan ke atmosfir melalui polusi udara dapat memiliki efek yang parah
pada manusia dan ekosistem pada umumnya. Menurut USEPA (2012), kriteria
polutan biasanya ditemukan polutan udara yang bisa memiliki kesehatan yang

parah dan implikasi lingkungan. Polutan ini meliputi; Particulate Matter (PM10),
karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (NO2), Sulfur dioksida (SO2), Metana
(CH4), Amonia (NH3), Hidrogen sulfida (H2S) dan sebagainya. Beberapa polutan
udara ini seperti hidrogen sulfida, amonia dan karbon monoksida tidak berwarna
dan tak terlihat. Namun, partikel bisa terlihat dan termasuk debu dan jelaga.
Meskipun kriteria polutan secara alami hadir di udara, bahwa kegiatan
antropogenik seperti semak-terbakar, proses industri dan membusuk akumulasi
organisme dan limbah domestik antara lain meningkatkan konsentrasi mereka di
udara (Ubouh E.A. and Nwawuike N. 2016).

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin membahas karya ilmiah yang berjudul:

“ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK

Universitas Sumatera Utara

5

KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP)
KELAS I MEDAN”


1.2.

Permasalahan
Apakah udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan

Pengendalian Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan memenuhi persyaratan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

1.3.

Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada analisa kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2 pada

udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian
Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

1.4.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar H2S, NO2, NH3 dan SO2

pada udara ambient disekitar Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian
Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan.

1.5.

Manfaat
Adapun manfaat dari analisa kadar H2S, NO2, NH3, SO2 pada udara

ambient disekitar halaman Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian
Penyakit (BTKL PP) Kelas I Medan adalah untuk memberikan informasi kepada
masyarakat bahwa pada peraturan pemerintah Undang-Undang Nomor 23 Tahun

Universitas Sumatera Utara

6

1997 tentang Pengendalian Pencemaran Udara kadar H2S tidak boleh lebih dari
1391 µg/Nm3, NO2 tidak boleh lebih dari 5634 µg/Nm3, NH3 tidak boleh lebih

dari 17000 µg/Nm3 dan SO2 tidak boleh lebih dari 250 µg/Nm3.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Zat Organik (KMnO4) Pada Air Bersih Dengan Titrasi Permanganometri di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKL & PP) Medan

8 80 67

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

3 73 44

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

0 0 11

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

0 0 2

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

0 0 9

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

0 4 2

ANALISA UDARA AMBIENT (H2S, NO2, NH3, SO2) DI BALAI TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN PENGENDALIAN PENYAKIT (BTKL PP) KELAS I MEDAN

0 0 2

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 2 12

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 0 2

Analisa Zat Organik Pada Air Minum Dan Air Bersih Dengan Metode Titrasi Permanganometri Di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit (BTKL&PP) Kelas 1 Medan

0 0 4