Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).
Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni :
1.

Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2.


Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tesebut, disini sikap

subjek sudah mulai timbul.
3.

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4.

Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.
5.

Adoption,

dimana

subjek telah berperilaku baru sesuai


dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yakni :
1.

Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan. Tingkat ini adalah
mengingatkan kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,

mendefenisikan,


menguraikan,

menyatakan,

dan

sebagainya.
2.

Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan kembali
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3.

Aplikasi (appllication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam bentuk konteks atau situasi yang lain.

Universitas Sumatera Utara

4.

Analisis
Analisis adalahsuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kamampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat
menggambarkan

(membuat

bagan),


membedakan,

memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.
5.

Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru, dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6.

Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut berdasarkan kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.


2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Dalam Diri
Seseorang
Menurut

Notoatmodjo

(2003),

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pengetahuan adalah :
1.

Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.


Universitas Sumatera Utara

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan
dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tingginya, maka orang
tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan seseorang
yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya
akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap
makin positif terhadap obyek tersebut.
2.

Informasi/Media Massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi

pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi,
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah,
dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini, dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan
terhadap hal tersebut.

3.

Sosial Budaya Dan Ekonomi
Kebiasan atau tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakahyang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan

Universitas Sumatera Utara

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
4.


Lingkungan
Segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.
Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5.

Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.


6.

Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin bertambah pula daya tangkap dan
pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

Universitas Sumatera Utara

membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
usia madya akan lebih banyak menggunakan waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
a. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.

b. Menurut tingkat kedewasaan
1) 0-14 tahun

: Bayi dan anak-anak

2) 15-19 tahun

: Orang muda dan dewasa

3) 50 tahun keatas : Orang tua

2.1.2 Kategori Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden . Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat
kita sesuaikan dengan tingkat-tingkatnya. Pengetahuan dapat diperoleh dari
pendidikan formal maupun pendidikan informal. Makin tinggi pendidikan formal
seseorang maka semakin luas pengetahuannya. Dengan pengetahuan tentang K3
yang cukup, seseorang akan memiliki sikap yang positif terhadap K3 dan
selanjutnya ia akan berperilaku pula terhadap usaha-usaha peningkatan K3.

Universitas Sumatera Utara

Menurut (Arikunto, 2006) mengemukan bahwa untuk mengetahui secara
kualitas tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat menjadi 3 tingkatan
yaitu :
1.

Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100 %

2.

Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 60-75 %

3.

Tingkat pengetahuan buruk bila skor atau nilai < 60 %

2.2

Program K3 di Perusahaan
Program Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan kebijakan

perusahaan dalam memberikan keselamatan dan kesehatan pada karyawannya.
Menurut Hayes, keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan jika kondisi
yang menyebabkan kecelakaan kerja diperhatikan, dengan memperkecil penyebab
terjadinya kecelakaan dan melaksanakan manajemen kerja dengan sungguhsungguh. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan “suatu upaya untuk
mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja”
(Sastrohadiwiryo, 2005).
Program K3 merupakan suatu rencana kerja yang bertujuan untuk
memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan
paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman. Program
keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk masing-masing
perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti arahan dan
pedoman dari pihak lain. Sehingga program K3 harus didokumentasikan dan
dikomunikasikan kepada semua pihak terkait (Ramli, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Siregar (2005), program keselamatan dan kesehatan kerja akan
memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang dapat menciptakan bekerja lebih produktif. Melalui program
keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat dihindarkan sehingga
perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya. Program kerja
ditetapkan dengan mempertimbangkan masukan dan selanjutnya dikembangkan
lebih rinci termasuk menentukan penanggung jawab, sumber daya yang
diperlukan dan jangka waktu penyelesaian.
Setiap pemberi kerja perlu memiliki program keselamatan komprehensif
yang siap pakai tanpa memandang tingkat bahaya yang ada. Program-program
keselamatan bisa mencapai tujuannya dengan dua cara utama yaitu berfokus pada
(Mondy, 2008) :
1.

Tindakan karyawan yang tidak aman. Pendekatan pertama pada program
keselamatan adalah menciptakan lingkungan psikologis dan sikap
karyawan yang meningkatkan keselamatan.

2.

Kondisi kerja yang tidak aman. Pendekatan kedua dalam rancangan
program keselamatan adalah mengembangkan dan memelihara lingkungan
kerja fisik yang aman. Disini, mengubah lingkungan kerja adalah fokus
untuk mencegah kecelakaan.
Menurut

Sulistyarini

(2006),

Perusahaan juga

harus memelihara

keselamatan karyawan dilingkungan kerja dan syarat-syarat keselamatan kerja
adalah sebagai berikut:
1.

Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2.

Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4.

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

5.

Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6.

Memberi alat-alat perlindung kepada para pekerja.

7.

Memperoleh penerangan yang cukup sesuai.

8.

Memelihara kebersihan, kesehatan danketertiban.

9.

Mencegah terkena aliran listrik.

2.2.1 Dasar Hukum Pelaksanaan Program K3
1.

UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2.

UU RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

3.

UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

4.

UU RI No. 40 Tahun 2004 tentang Jaminan Kesehatan Kerja.

5.

Peraturan Pemerintah RI No. 13 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

6.

2.2.2

Permenaker RI No. 5 Tahun 1996.

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus dalam Dahlawy

(2008), memiliki tujuan sebagai berikut :
1.

Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi
di dalam industri maupun diluar industri.

Universitas Sumatera Utara

2.

Menerapkan program keselamatan dan kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.

3.

Menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul
akibat pekerjaan.

4.

Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.

5.

Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Sedangkan menurut American Medical Association K3 dalam Dahlawy

(2008), mempunyai tujuan :
1.

Melindungi pekerja dari bahaya-bahaya keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja.

2.

Menyediakan tempat yang aman, baik secara fisik, mental dan emosional
pekerja dalam bekerja.

3.

Mendapatkan perawatan media yang adekuat dan rehabilitasi bagi mereka
yang mengalami gangguan kesehatan dan kecelakaan akibat kerja.

4.

Mengadakan

pengukuran

dan

pemeliharaan

perorangan

termasuk

memperoleh dokter pribadi dimanapun bila mungkin.
Dari uraian diatas lebih jauh dapat dikatakan bahwa sasaran utama dari K3
adalah pekerja yang meliputi upaya pencegahan, pemeliharaan, dan peningkatan
kesehatan. Dengan demikian perlindungan atas keselamatan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya, diharapkan pekerja dapat bekerja secara aman, sehat
dan produktif (Dahlawy, 2008).
Efektifitas program keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung
kepada komitmen dan keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja
antara lain (Nasution, 2005) :
1.

Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan mengusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.

2.

Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.

3.

Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.

4.

Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Program Keselamatan kerja dan kesehatan menurut pekerja dan pengusaha

untuk mengembangkan kemampuannya sendiri, seperti :
1.

Kemampuan keahlian untuk meneliti dan mendesain teknologi yang bebas
resiko kecelakaan kerja dan mendesain peralatan pengamanan.

2.

Kemampuan pengusaha untuk memproduksi dan menciptakan peralatan
yang lebih aman dan canggih sesuai dengan tuntutan konsumen dan
persaingan besar.

3.

Kemampuan pekerja untuk mengoperasikan alat-alat produksi dan alat-alat
pengaman dengan baik dan tepat.

4.

Menuntur adanya organisasi dan manajemen yang mantap dan dinamis
dengan unit fungsional yang bertugas mengkoordinasikan program
keselamatan dan kesehatan kerja atau yang bersifat P2K3, termasuk
diadakannya program pendidikan baik bagi operator peralatan kerja atau
produksi, maupun mereka yang secara khusus bertugas mencegah
kecelakaan kerja.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3

Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru
PT. Telkom Indonesia Pekanbaru memiliki 12 program yang mengadopsi

program dari Disnaker. Semua program K3 di PT. Telkom ini sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Adapun program K3 yang ada di Telkom yaitu :
1.

Dokumentasi K3L

2.

Inspeksi K3L

3.

Pemantauan Lingkungan Kerja

4.

Pelaporan

5.

Pelatihan

6.

Melengkapi sarana fisik

7.

General Check Up

8.

Sosialisasi

9.

Persiapan Zero Accident

10.

Audit Internal

11.

Audit Konsultasi SMK3

12.

Audit Sertifikasi SMK3
Ketua P2K3 melaporkan kinerja penerapan program K3 perusahaan

kepada Dinas Tenaga Kerja setempat melalui laporan triwulan P2K3. Ketua P2K3
juga menugaskan sekretaris P2K3 untuk memantau dan membantu pelaksanaan
program K3 oleh anggota atau unit yang ditunjuk. Pemantauan kinerja program
K3 secara rutin dibahas dalam rapat rutin P2K3. Setiap kendala yang dihadapi
oleh pelaksanaan program K3 akan dikonsultasikan dengan sekretaris P2K3 atau

Universitas Sumatera Utara

dibahas dalam rapat P2K3. Pelatihan K3 juga dapat dilakukan melalui kegiatan
sosialisasi dengan tenaga kerja atau kegiatan P2K3 lainnya tanpa melalui
koordinasi dengan pihak HR. Setiap akhir tahun pihak perusahaan melalui forum
P2K3 menyusun tujuan, sasaran, dan program K3 untuk tahun berikutnya.

2.2.4

Pengetahuan terhadap Program K3
Pengetahuan adalah modal awal bagi pekerja yang akan bekerja, dengan

adanya pengetahuan ketika bekerja maka akan menciptakan pekerjaan yang sesuai
dengan ketentuan yang ada. Bagi pekerja yang telah memiliki pengetahuan
tentang K3 akan dapat mengikuti setiap programnya yang ada di perusahaan
dengan baik dan tepat. Hal ini akan terlihat dari sikap pekerja ketika mereka
melakukan pekerjaan atau disaat mereka mengambil sebuah tindakan dalam
bekerja. Selain itu dengan pengetahuan yang baik pekerja akan dapat mencegah
terjadinya kecelakaan akibat kerja, penyakit akibat kerja, dan potensi bahaya yang
ada di tempat kerja.
Seorang pekerja yang sudah mempunyai pengetahuan tentang K3 dengan
baik akan dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam sikap ataupun tindakan
mereka saat melakukan perkerjaannya, misalnya sikap mereka yang tepat dalam
menggunakan alat kerja mereka ataupun dalam mengambil keputusan disaat yang
darurat. Pengetahuan yang dimiliki para pekerja terhadap penerapan program K3
ini akan membantu pihak perusahaan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
akibat kerja, penyakit akibat kerja dan potensi bahaya lainnya yang ada di tempat
kerja. Perusahaan yang dapat menerapkan program K3 dengan baik di perusahaan
akan dapat dibuktikan dari penghargaan yang telah mereka dapatkan dari dinas

Universitas Sumatera Utara

ataupun pemerintah pusat. Penghargaan ini dapat membuktikan kepada
perusahaan yang lain bahwa perusahaan yang berhasil ini.

2.3

Pengertian Sikap
Menurut Azwar (2007), sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,
atau secara sederhana, sikap adalah respon stimuli sosial yang telah terkondisi.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi
bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Newcomb
dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan sikap merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap biasanya sedikit atau banyak berhubungan dengan kepercayaan. Bem dalam
Maramis (2006) mengatakan “Jika seseorang merasa ada suatu hubungan antara
dua hal atau antara suatu hal dan suatu ciri dari hal itu, dikatakan ia mempunyai
suatu kepercayaan”.

2.3.1 Fungsi-Fungsi Sikap
1.

Fungsi Instrumental
Fungsi sikap dengan melihat sejauh mana obyek sikap dapat dijadikan
instrumen atau alat untuk tujuan individu yang bersangkutan. Individu
akan memberntuk sikap positif apabila obyek tersebut mendatangkan
keuntungan dan membantu dalam mencapai tujuannya. Dan obyek yang

Universitas Sumatera Utara

menghambat dan tidak menguntungkan bagi individu makan akan
terbentuk sikap negatif.
2.

Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap berfungsi untuk meningkatkan rasa aman dan akan menimbulkan
kepercayaan yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri, selain itu sikap
juga dapat melindungi seseorang dari keraguan yang muncul dari faktor
luar ataupun pengalam dirinya.

3.

Fungsi Ekspresi Nilai
Menyatakan nilai-nilai, kriteria sosial, dan gaya hidup dari seseorang.

4. Fungsi Pengetahuan
Sikap positif terhadap suatu produk seringkali mencerminkan pengetahuan
konsumen terhadap suatu produk.

2.3.2
1.

Respon Sikap
Kognitif, respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang
objek sikap.

2.

Afektif, respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap
suatu objek.

3.

Konatif, kecenderungan perilaku, intensi, komitmen dan tindakan yang
berhubungan dengan objek sikap.
Allport dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen pokok :
1.

Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

2.

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

Universitas Sumatera Utara

3.

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave ).
Menurut Notoatmodjo, ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri
dari berbagai tingkatan, sebagai berikut :
1.

Menerima (receiving), diartikana bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus tang diberikan (objek).

2.

Merespon (responding), diartikan bahwa memberikan jawaban untuk
menyelesaikan pertanyaan yang diberikan, terlepas dari apakah jawaban
itu benar atau salah.

3.

Bertanggung jawab (responsible ), dapat diartikan sebagai siskap paling
tinggi yaitu melakukan sesuatu yang dipilih dengan menerima segala
resiko.
4. Menghargai (valuing), dapat diartikan sikap yang mengajak orang lain
untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap
suatu masalah.
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan

hipotesis

kemudian

ditanyakan

pada

pendapat

responden

(Notoatmodjo, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.3.3

Sikap terhadap penerapan program K3
Sikap terhadap penerapan program K3 dapat berkembang baik lewat

hubungan dan kerjasama yang baik antara pihak manajemen perusahaan dan
lingkungan sekitar perusahaan. Sikap karyawan dapat memiliki sikap mendukung
maupun sikap tidak mendukung terhadap program K3 perusahaan. Sikap terhadap
penerapan K3 ditentukan bagaimana sikap karyawan atau manajemen sebagai
penanggung jawab pelaksanaan program K3 yang berperan merencanakan dan
pengambilan keputusan.
Sikap mendukung timbul jika perusahaan dapat memberikan keselamatan,
kenyamanan, ketentraman, kesehatan dan keamanan pada karyawan. Sebaliknya
sikap tidak mendukung timbul jika perusahaan tidak dapat memberikan perasaan
aman, nyaman, tentram pada saat bekerja.

2.4

Umur
Menurut Wawan dan Dewi (2010), usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan
bekerja.
Umur mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemauan bekerja, dan tanggung jawab seseorang. Menurut teori psikologi
perkembangan kerja, umur dapat digolongkan menjadi dewasa awal dan dewasa
lanjut. Umur pekerja dewasa awal diyakini dapat membangun kesehatannya
dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi gangguan penyakitnya.
Untuk melakukan kegiatan tersebut, pekerja muda akan lebih disiplin menjaga

Universitas Sumatera Utara

kesehatannya. Sedangkan pada umur dewasa lanjut akan mengalami kebebasan
dalam kehidupan bersosialisasi, kewajiban pekerja dewasa lanjut akan berkurang
terhadap kehidupan bersama.

2.5

Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu

terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih
baik, lebih matang, dan lebih dewasa pada diri individu, kelompok ataupun
masyarakat (Notoatmodjo, 2007).
Pendidikan formal memberikan pengaruh besar dalam membuka wawasan
dan pemahaman terhadap nilai-nilai baru yang ada dalam lingkungannya.
Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah untuk
memahami perubahan yang terjadi dilingkungannya dan orang tersebut akan
menyerap perubahan tersebut apabila merasa bermanfaat bagi dirinya. Seseorang
yang penuh mengenyam pendidikan formal diperkiran akan lebih mudah
menerima dan mengerti tentang peranan kesehatan yang disampaikan melalui
penyuluhan maupun media masa (Notoatmodjo, 2003).

2.6

Masa Kerja
Menurut Siagian (2001), menyatakan bahwa masa kerja merupakan

keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang
dilalui dalam perjalanan hidupnya. Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya
bekerja pada instansi, kantor, dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Masa kerja adalah masa kerja pendek dan lama memberi pengaruh pada
experience (pengalaman) dari seseorang karyawan dari seseorang karyawan.

Semakin lama masa kerja maka experience yang dimiliki semakin matang. Masa
kerja seseorang menjalankan pekerjaan paling baru menunjukkan suatu hubungan
positif antara senioritas dan produktivitas pekerja. Masa kerja berhubungan
negatif dengan keluar masuknya karyawan (Fahmi, 2013).

2.7

Kerangka Konsep
Berdasarkan teori diatas maka penulis menyusun tabel untuk diteliti lebih

lanjut yaitu pengetahuan pekerja terhadap penerapan program K3 di PT. Telkom
Indonesia Pekanbaru sebagai variabel independen dan sikap pekerja terjadap
penerapan program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru sebagai variabel
dependen.

PENGETAHUAN PEKERJA

SIKAP PEKERJA

TERHADAP PENERAPAN
2.8 Variabel Pe
PROGRAM K3

TERHADAP PENERAPAN
PROGRAM K3

1. Variabel Independen : Pengetahuan pekerja terhadap penerapan program
K3
2. Variabel Dependen

2.8

: Sikap pekerja terhadap penerapan program K3

Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian yang akan diuji adalah ada hubungan pengetahuan

dengan sikap pekerja terhadap penerapan program K3.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN APD PADA PEKERJA DI SENTRA Hubungan Tingkat Pengetahuan K3 Dengan Sikap Terhadap Pemakaian APD Pada Pekerja Di Sentra Industri Pande Besi Desa Padas Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

3 10 13

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN K3 DENGAN SIKAP Hubungan Tingkat Pengetahuan K3 Dengan Sikap Terhadap Pemakaian APD Pada Pekerja Di Sentra Industri Pande Besi Desa Padas Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

5 13 16

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan K3 Dengan Sikap Terhadap Pemakaian APD Pada Pekerja Di Sentra Industri Pande Besi Desa Padas Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten.

0 3 5

HUBUNGAN SIKAP PEKERJA TERHADAP PENERAPAN PROGAM K3 DENGAN KOMITMEN KERJA DI PT X KABUPATEN SRAGEN.

0 0 7

Hubungan Sikap Pekerja terhadap Penerapan Progam K3 dengan Komitmen Kerja di PT X Kabupaten Sragen IMG 20150901 0001

0 0 1

Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap Karyawan terhadap Penerapan Program K3 dengan Komitmen Karyawan di PT. PLN (Persero) Area Surakarta Tahun 2017

1 1 6

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru Tahun 2016

0 1 14

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru Tahun 2016

2 3 7

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pekerja Terhadap Penerapan Program K3 di PT. Telkom Indonesia Pekanbaru Tahun 2016

2 2 7