Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba terdapat salah satu ciri khas
yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Ciri khas tersebut adalah adanya
aktivitas masyarakat Batak Toba untuk mencari hubungan kekerabatan
(partuturan). Hubungan kekerabatan ini diwujudkan dalam bentuk sistem marga
(klen) 1. Marga biasanya dikaitkan dengan silsilah asal-usul keturunan. Silsilah
keturunan inilah yang dinamakan dengan tarombo. Pada masyarakat Batak Toba
tarombo dapat didefinisikan sebagai silsilah asal-usul serta penyebaran margamarga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Hal ini sependapat dengan
Marbun dan Hutapea (1987:173) yang mengatakan bahwa tarombo adalah silsilah
atau daftar asal-usul suatu keluarga.
Sesama masyarakat Batak Toba dalam proses sosialisasinya secara umum
suka membicarakan silsilah marga antara sesamanya disetiap kesempatan.
Aktivitas ini lazim disebut dengan martarombo. Martarombo merupakan salah
satu usaha untuk menentukan kedudukan seseorang dalam kaitan ketiga unsur
yang terdapat pada konsep sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yaitu
Dalihan Na Tolu 2. Menentukan kedudukan seseorang dalam salah satu unsur

1


Marga (klen) adalah pengelompokan orang-orang yang membentuk kesatuan atas dasar
prinsip perhitungan menurut garis keturunan laki-laki. Dalam hal ini si istri termasuk anggota
kelompok suaminya (Siahaan, 1982:126).
2
Dalihan Na Tolu secara etimologis adalah tungku nan tiga-yang secara konseptual
mempunyai makna simbolik: tungku yang melambangkan sistem kebudayaan masyarakat
BatakToba. Pada prinsipnya setiap orang Batak Toba masuk ke dalam unsur Dalihan Na Tolu ini,
yang terdiri dari: Dongan Sabutuha (teman semarga), hula-hula (keluarga dari pihak istri), boru
(keluarga dari pihak menantu laki-laki kita).

1
Universitas Sumatera Utara

dalihan na tolu amatlah penting karena tidak ada suatu karya adat dalam suka dan
duka dapat berjalan tanpa tarombodalihan na tolu (Sangti, 1987:20).
Ada beberapa bentuk penyajian tarombo pada masyarakat Batak Toba yaitu
sebagai berikut:
1. Bentuk percakapan (martarombo)
2. Bentuk sketsa/bagan
3. Bentuk mitos 3

4. Bentuk nyanyian (musik vokal). 4
Selanjutnya penulis akan berbicara tentang bentuk penyajian tarombo
dalam bentuk nyanyian (musik vokal). Yang dimaksud dengan tarombo bentuk
nyanyian adalah salah satu tradisi menceritakan silsilah yang dikaitkan dengan
sistem marga, terutama hubungan keturunan seseorang, sekelompok marga,
sampai kepada nenek moyangnya, dimana penyampaiannya dilakukan dengan
bernyanyi. Sedangkan nyanyian (musik vokal) pada masyarakat Batak Toba
disebut juga dengan ende. Dalam konteks ini ende adalah nyanyian-nyanyian
rakyat masyarakat Batak Toba. Biasanya ende mempunyai latar belakang yang
erat hubungannya dengan pandangan hidup, pergaulan, maupun kegiatan atau
kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Berdasarkan kedua defenisi diatas
maka penulis menyimpulkan bahwa Ende Tarombo adalah nyanyian yang isinya
menyangkut tentang silsilah marga pada masyarakat Batak Toba.

3

Mitos adalah cerita dimana asal-usul kejadian dilupakan, maka dijalinlah sebagai purapura cerita atau sejarah yang biasanya menggambarkan praktek keagamaan dan institusi
keagamaan atau hal-hal yang luar biasa. (Tarigan 1974:32).
4
Lihat Skripsi Sarjana Tiolina Sinambela. “TaromboDalam Gaya Nyanyian Pada

Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual.” Tahun 1994 hal. 3.

2
Universitas Sumatera Utara

Ende Tarombo 5sangat erat hubungannya dengan sistem kemasyarakatan,
terutama yang berkaitan dengan garapan tekstualnya yang digarap berdasarkan
silsilah marga-marga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Di samping itu,
Ende Taromboumumnya menceritakan silsilah marga-marga, sistem kekerabatan,
hubungan antar marga, dan aspek sejarah dalam teks nyanyiannya.
Berdasarkan deskripsi tersebut maka penulis melakukan pendekatan
etnomusikologis terhadap Ende Tarombo ini. Hal ini sesuai dengan defenisi
etnomusikologi menurut Hood yang dikutip oleh Merriam (1964:6) :
(Ethno) musicology is a field knowledge, having as its object the
investigation of the art of music as a physical, psychological, aesthetic,
and cultural phenomenon.
Artinya:
Etnomusikologi merupakan suatu lapangan ilmu pengetahuan, yang
mempunyai obyek penelitian seni musik, baik itu yang berupa fisik,
psikologi,estetika, dan musik dalam fenomena kebudayaan.

Nettl (1964:193-208) juga berpendapat bahwa salah satu bentuk nyanyian yang
paling umum terdapat dalam kebudayaan musikal suku-suku bangsa adalah
nyanyian topikal (berkenaan dengan suatu keadaan). Nyanyian ini mempunyai
visi yang beragam, diantaranya memberikan efek psikologis terhadap individu
maupun masyarakat. Disamping itu teks nyanyiannya mencerminkan nilai-nilai
dan sikap masyarakat dalam sebuah kebudayaan yang tergambar di dalam
mitologi, legenda dan aspek kesejarahan.
Berdasarkan kedua pendapat itu maka Ende Tarombo pada masyarakat
Batak Toba merupakan bentuk musik secara fisik, mempunyai nilai estetis,
mempunyai hubungan dengan sistem kemasyarakatan, dan memberikan efek
5

Ibid. hal. 4.

3
Universitas Sumatera Utara

psikologis kepada masyarakat tertentu, serta terdapat unsur legenda dan
kesejarahan sebagai suatu fenomena dalam kebudayaannya.
Pada masyarakat Batak Toba banyak terdapat Ende Tarombosesuai

silsilahnya marganya masing-masing. Salah satu contoh yang cukup populer pada
masyarakat Batak Toba adalah Ende TaromboSi Raja Lontung. Dalam penulisan
skripsi ini penulis akan meneliti tentang Ende TaromboSi Raja Lontung. Alasan
penulis memilih Ende TaromboSi Raja Lontung ini adalah karena:
1. Berdasarkan pengamatan penulis penyajian Ende TaromboSi Raja
Lontung mempunyai struktur dan gaya yang berbeda dengan ende
masyarakat Batak Toba lainnya. Hal berbeda itu tampak dari teks Ende
TaromboSi Raja Lontung yang mengandung aspek-aspek legenda tentang
marga, aspek kesejarahan garis keturunan Lontung yang merupakan hasil
dari perkawinan sedarah (marsumbang, incest).
2. Dari pengamatan penulis melalui perbandingan tentang beberapa
penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung oleh beberapa penyaji telah
mengalami perkembangan teks dan melodis. Hal ini diakibatkan oleh
proses

transmisi

musikal

pada


masyarakat

Batak

Toba

adalah

menggunakan tradisi lisan (oral tradition). Melakukan proses transmisi
musikal dengan cara tradisi lisan cenderung menyebabkan adanya
perkembangan dalam penyampaiannya. Sehingga si penerima informasi
akan mendapatkan penyajian lagu dengan bentuk yang lebih kompleks dan

4
Universitas Sumatera Utara

menyebabkan munculnya garapan baru 6. Sehingga perlu dilakukan
pengamatan tentang perbandingan (studi komparatif) dalam penyajian
Ende Tarombo ini. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti penyajian

Ende Tarombo oleh dua penyaji sebagai sampel 7.
3. Untuk mengetahui apakah gaya nyanyian pada Ende Taromboini
merupakan gaya nyanyian melismatis atau silabis. Hal ini sesuai dengan
tulisan Malm (1977:9) tentang hubungan musik dan teks yang
mengetengahkan bahwa dalam musik vokal, karakter yang penting adalah
hubungan antara musik dan teks. Bila satu not dipakai untuk masingmasing suku kata dari teks, gaya tersebut adalah silabis (syllabic). Jika
satu suku kata dipakai untuk beberapa not, gaya tersebut adalah melismatis
(melismatic).
4. Karena Ende TaromboSi Raja Lontung ini termasuk narrative folksongs
(nyanyian rakyat berkisah) 8, sehingga perlu diteliti bagaimana kisah yang
terkandung dalam teks Ende TaromboSi Raja Lontung.
Dengan demikian penelitian ini akan menganalisis bagaimana makna teks,
struktur musikal, dan komparasi musikal Ende TaromboSi Raja Lontung dari dua
6

Garapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 mengandung makna diolah dan
diberi suasana estetika. Kata ini juga mengandung makna adanya proses kreativitas seni yamg
menjadikan karya-karya seperti musik, tari, teater dan seni rupa menjadi indah dan akhirnya
disukai oleh banyak orang.
7

Menurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
8
Berdasarkan pendapat Brunvand Dananjaya (1946:145-152), nyanyian rakyat terbagi dua
yaitu nyanyian rakyat yang tidak sesungguhnya dan nyanyian rakyat yang sesungguhnya.
Nyanyian rakyat yang tidak sesungguhnya terbagi atas dua yaitu nyanyian yang mengutamakan
lagunya tanpa ada kata-kata (wordless folksongs), dan nyanyian yang mengutamakan teks daripada
lagunya (near song). Nyanyian rakyat yang sesungguhnya adalah nyanyian rakyat yang
mempunyai teks dan lagu sama kuatnya. Nyanyian ini terbagi menjadi tiga yaitu: nyanyian rakyat
yang berfungsi (functional song), nyanyian rakyat yang bersifat liris (lyrical folksongs) dan
nyanyian yang berkisah (narrative folksongs).

5
Universitas Sumatera Utara

penyaji, yaitu Marsius Sitohang dan Trio Lasidos sebagai sampel untuk
melakukan komparasi. Untuk itu maka penulis meneliti lebih lanjut tentang Ende
TaromboSi Raja Lontung dan membuat ke dalam bentuk karya ilmiah dengan
judul “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE TAROMBOSI RAJA
LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS SITOHANG DAN TRIO

LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF MUSIKAL”. Kiranya tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan budaya masyarakat
Batak Toba tentang nyanyian silsilah (Ende Tarombo).

1.2 Pokok Permasalahan
Sesuai dengan judul skripsi ini dan juga fokus perhatian kepada masalah
yang akan diteliti, maka penulis menentukan tiga pokok masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah keturunan Si Raja Lontung?
2. Bagaimana deskripsi aspek tekstual dan musikal penyajian Ende
TaromboSi Raja Lontung?
3. Bagaimana komparasi struktur teks dan musikal Ende TaromboSi Raja
Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam rangka penelitian iniadalah
sebagai berikut:

6

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mendeskripsikan sejarah keturunan Si Raja Lontung.
2. Untuk mendeskripsikan aspek-aspek tekstual dan musikal penyajian Ende
TaromboSi Raja Lontung.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana komparasi struktur teks dan musikal
Ende TaromboSi Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan
Trio Lasidos

1.3.2 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah:
1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi
berkaitan tentang nyanyian silsilah atau yang disebut juga dengan Ende
Tarombo (khususnya Si Raja Lontung) pada masyarakat Batak Toba, agar
nyanyian silsilah ini tidak punah dan menjadi salah satu aset seni budaya.
2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik
mencakup teori maupun uraian tentang struktur tekstual, musikal serta
komparatif beberapa penyaji tentang Ende TaromboSi Raja Lontung.
3. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 di
Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.


7
Universitas Sumatera Utara

1.4. Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa).
Dalam penulisan konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci
dalam judul tulisan ini yaitu: “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE
TAROMBOSI RAJA LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS
SITOHANG DAN TRIO LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF
MUSIKAL”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian analisis adalah
penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab), duduk perkaranya, dsb.
Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan dari
suatu nyanyian. Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan menghasilkan suatu
makna. Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari
suatu kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna
konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang
terkandung arti tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak
mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya (Keraf,
1991:25).

8
Universitas Sumatera Utara

Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang berarti bersifat musik,
memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika,
interval, frasa, serta pola ritem.
Penyajian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id)
merupakan proses, cara, perbuatan menyajikan.
Penelitian Komparatif menurut Nazir (2005:58) adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu. Jadi penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang
digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu
variabel tertentu.
Ende adalah nyanyian (musik vokal) pada masyarakat Batak Toba.
Sedangkan tarombo menurut Marbun dan Hutapea (1987:173) tarombo adalah
silsilah atau daftar asal-usul suatu keluarga. Jadi Ende Tarombo adalah nyanyian
yang isinya menyangkut tentang silsilah marga pada masyarakat Batak Toba.
Ende TaromboSi Raja Lontung merupakan nyanyian tentang silsilah
marga dari turunan Si Raja Lontung. Dengan demikian tulisan ini bertujuan untuk
memperoleh makna tekstual, struktur musikal dan komparasi Ende TaromboSi
Raja Lontung oleh dua penyaji.
Berdasarkan pengertian di atas analisis tekstual yang dimaksud adalah
menyelidiki teks lagu, yang difokuskan pada masalah isi dan penggarapannya.
Menyangkut aspek tekstual unsur yang diselidiki meliputi:
1. Isi teks yaitu mencakup hal-hal yang disampaikan melalui teks.

9
Universitas Sumatera Utara

2. Gaya bahasa.
3. Makna teks.
4. Pemilihan teks.
5. Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).
Berdasarkan pengertian di atas analisis musikal adalah menyelidiki segala
unsur musik pembentuk. Menyangkut aspek musikologis, unsur yang diselidiki
pada struktur melodi Ende TaromboSi Raja Lontung ini meliputi:
1. Tangga nada
2. Nada dasar
3. Wilayah nada
4. Frekwensi pemakaian nada
5. Interval
6.Pola kadensa
7. Formula Melodi (motif, frase dan bentuk melodi)
8. Kontur
Dalam tulisan ini penulis tidak menganalisis ritmisnya sebagai pembatasan
masalah.
Dalam hal ini Ende TaromboSi Raja Lontung yang telah direkam dari dua
penyaji selanjutnya akan ditranskripsikan 9 ke dalam notasi Barat 10 dengan

9

Dalam etnomusikologi proses penotasian bunyi dan proses mereduksi bunyi ke dalam
simbol visual disebut transkripsi.
10
Notation is the method or methods used for writing down music: suatu metode atau
berbagai metode yang digunakan untuk menuliskan musik di atas kertas dan dalam format
visual(Willy, Apel 1972:578).

10
Universitas Sumatera Utara

bantuan program Sibelius 11. Untuk menemukan perkembangan teks maupun
melodi maupun Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.4.2 Teori
Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam
membahas permasalahan (Nasution, 1982:126). Dalam tulisan ini yang menjadi
pokok permasalahannya adalah mengetahui unsur-unsur tekstual, musikal, sejarah
lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende TaromboSi Raja Lontung oleh
dua penyaji.
Sesuai dengan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu
tekstual, musikal, sejarah lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende
TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji maka digunakanlah empat teori utama
yaitu:

1.4.2.1 Teori semiotika
Pendekatan untuk mengkaji seni, salah satunya menggunakan teori
semiotika dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan
dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni.
Teori Semiotika menurut Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut
Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat
denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit,
11

Sibelius adalah sebuah program software khusus untuk mengetik notasi musik berupa
not balok. Program ini dipakai oleh para penggubah lagu, arranger, musisi, videografer, DJ,
penerbit lagu dan lainnya, (www.sibelius.com).

11
Universitas Sumatera Utara

langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak
eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006). Roland
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi
kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan
makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes
meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam
teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan
Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna
sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman
kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun
Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai
suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua
penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut
akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan
membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi
kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut
akan menjadi mitos.
Dalam kaitannya dengan penggunaan teori ini dalam menganalisis teks
Ende TaromboSi Raja Lontung ini, maka penulis akan memaparkan terlebih

12
Universitas Sumatera Utara

dahulu teks dari Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji. Kemudian
menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan Kamus Bahasa Batak
Toba dan menyesuaikan terjemahannya dengan pendapat informan. Dengan
demikian dapat diketahui yang mana makna denotasi (makna sebenarnya sesuai
kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan
personal) pada teks lagu Si Raja Lontung.

1.4.2.2 Teori Weighted Scale
Untuk mengetahui struktur musikal dan membandingkan bentuk penyajian
Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji, penulis menggunakan teori
Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur
ruang dalam musik dengan melibatkan ukuran-ukuran tertentu. Menurut pendapat
Malm (1977:8) ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam
mendeskripsikan melodi, yaitu:
1. Tangga Nada (Scale)
2.Nada Dasar (Pitch centre)
3. Wilayah Nada (Range)
4. Jumlah nada (Frequency of note)
5. Interval nada
6. Pola-pola Kadensa (cadence patterns)
7. Formula Nada (Melodic Formula)
8. Kontur (contour)

13
Universitas Sumatera Utara

Dalam menggunakan teori ini, penulis mengaplikasikannya dalam bentuk
transkripsi ke dalam notasi Barat. Menurut Seeger (1958:184-195) berdasarkan
tujuannya ada dua jenis notasi yaitu: notasi deskriptif dan preskriptif. Notasi
deskriptif yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana
sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Sedangkan notasi
preskriptif, yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Dalam
penulisan skiripsi ini penulis akan menggunakan transkripsi dengan notasi
preskriptif yang merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh
penyaji Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.4.2.3 Teori sejarah
Membincangkan sejarah asal-usul Si Raja Lontung dan turunannya penulis
menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo, yaitu; model sinkronis: untuk
mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang dan
model diakronis: untuk menggambarkan bagaimana pertumbuhan tersebut dari
waktu-kewaktu, bagaimana ia tumbuh dari awal sebagai suatu gejala (1994:38).
Dalam

kaitannya

dengan

penggunaan

model

sinkronis

penulis

menggambarkan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan
bagiannya (substruktur) dan peristiwa-peristiwa dilihat dalam keadaan statis.
Sehingga dapat diketahui bagaimana gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi
dan latar belakang. Sedangkan dengan model diakronis maka penulis
mengumpulkan catatan-catatan atau artefak yang berkaitan dengan pertumbuhan

14
Universitas Sumatera Utara

Si Raja Lontung dan turunannya sehingga dapat diketahui bagaimana sejarah Si
Raja Lontung bertumbuh dari awal sebagai suatu gejala.

1.4.2.4 Teori perbandingan (komparatif)
Menurut Nazir (2005:58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian
deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat,
dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu.Jadi studi komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan
kerangka pemikiran tertentu.Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri yaitu
Ende TaromboSi Raja Lontung dan yang menjadi sampel adalah kedua penyaji
yaitu Marsius Sitohang selaku pemain musik tradisional Batak Toba dan Trio
Lasidos selaku salah satu trio Batak yang menyajikan Ende TaromboSi Raja
Lontung dalam salah satu albumnya yang berjudul Trio Lasidos Bersatu Kembali
Dengan membandingkan penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung oleh kedua
sampel tersebut maka dapat dianalisis perbedaan dan persamaan dari setiap
penyajian Ende Tarombo ini. Sehingga dapat diketahui perkembangan teks dan
melodis Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.5 Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan
agar hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan dikehendaki

15
Universitas Sumatera Utara

melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka 2005). Sedangkan penelitian adalah kegiatan dalam mengumpulkan,
mengolah, menganalisis serta menyajikan data yang dilakukan secara sistematis
dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. (Kamus Besar Bahasa Indonesia
Balai Pustaka 2005). Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang
dijumpai di lapangan. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas
sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukan
frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala lain dalam suatu masyarakat
(Koentjaraningrat, 1990:29). Dalam mengumpulkan data-data di lapangan penulis
mengacu kepada teknik penelitian yang diungkapkan oleh Curt Sachs dalam Nettl
(1964:62). Menurut Curt Sachs (1962:16) penelitian dalam etnomusikologi dapat
dibagi manjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium
(desk work). Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan perekaman data dari
aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan manusia, sedangkan kerja
laboratorium

meliputi

pentranskripsian,

menganalisis

data

danmembuat

kesimpulan dari keseluruhan data.Penelitian ini akan menggunakan metode yang
diungkapkan oleh Curt Sachs, namun sebelum melakukan kerja lapangan (field
work) dan kerja laboratorium (desk work) penulis akan melakukan studi

16
Universitas Sumatera Utara

kepustakaan terlebih dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini adalah
untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi pustaka diperlukan untuk melengkapi teori-teori yang berhubungan
dengan topik penelitian penulis sehingga dapat menambah data yang kongkrit
terhadap kebenaran penelitian. Adapun dalam proses kerjanya, langkah pertama
yang penulis lakukan sebelum ke lapangan adalah melakukan studi pustaka dari
berbagai buku terkait tentang judul penelitian. Diantara tulisan tersebut yang
terkait dengan penelitian ini, khususnya tentang Ende Tarombo. Dalam hal ini,
penulis

mempelajari

skripsi

yang

sudah

pernah

ditulis

oleh

sarjana

Etnomusikologi, yaitu Tiolina Sinambela (1994) dengan judul Tarombo Dalam
Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu kajian Musikologis
dan Tekstual. Dalam skripsi ini dibahas tentang delapan Ende Tarombo pada
masyarakat Batak Toba yang salah satunya adalah tentang Ende TaromboSi Raja
Lontung. Untuk

melakukan pendekatan etnomusikologis terhadap Ende

TaromboSi Raja Lontung, penulis menggunakan Buku Alan P. Merriam dengan
judul The Anthropology of Music. Evanston (1964), Buku William Malm Music
Cultures of the pasific, The Near East, And Asia (1977). Dalam mempelajari garis
keturunan Si Raja Lontung dan turunannya Buku W.M Hutagalung Pustaha
Batak: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak (1991), dan beberapa buku
terkait.

17
Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Kerja lapangan
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lonfland dalam
Moleong, 1989). Selain kata-kata dan tindakan, perekaman audio ataupun materi
musik juga menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini. Oleh karena itu
penulis menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

1.5.2.1 Wawancara
Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang analisis
tekstual dan musikal Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji kemudian
membandingkan garapan dari masing-masing penyaji. Dalam mengambil sumber
data di lapangan penulis melakukan wawancara dengan budayawan, penyaji Ende
Tarombo ini, seniman dan musisi tradisional Batak Toba maupun informan
lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dalam penelitian
lapangan disertai wawancara yang dilakukan penulis, wawancara yang dilakukan
adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuatpertanyaan selalu
berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu wawancara bebas (freeinterview)
yaitu pertanyaan tidak hanya berfokus pada pokok permasalahan tetapi
pertanyaandapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya yang bertujuan
untuk memperolehberbagai ragam data, namun tidak menyimpang dari pokok
permasalahan (Koentjaraningrat1985:139). Hal ini penulis lakukan untuk

18
Universitas Sumatera Utara

mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi
kepustakaan.
1.5.2.2 Perekaman
Perekaman sangatlah penting dalam penelitian untuk mengumpulkan data.
Perekaman musik yang akan dilakukan penulis adalah dalam bentuk rekonstruksi.
Sebagai alat bantu merekam hasil wawancara dan penyajian Ende TaromboSi
Raja Lontung penulis menggunakan Handphone Oppo Neo 3 (r831k). Penulis
akan merekam hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan di lapangan.
Selain merekam hasil wawancara, penelitian ini juga akan merekam materi musik
yang akan dianalisis teks serta musiknya. Untuk materi Ende TaromboSi Raja
Lontung penulis mengambil sampel dari Marsius Sitohang, Trio Lasidos. Penulis
akan merekam penyajian Ende TaromboSi Raja Lontung dari kedua penyaji
tersebut secara langsung ke lapangan. Khusus untuk Ende TaromboSi Raja
Lontung oleh Trio Lasidos, penulis melakukan pengamatan melalui CD (Compact
Disk) dari album lagu Trio Lasidos Bersatu Kembali tahun 2011 dalam salah satu
track lagunya yang berjudul Raja Lottung.

1.5.2.3 Kerja laboratorium
Untuk membahas permasalahan dalam penelitian yaitu tentang bagaimana
aspek tekstual dan musikal serta komparasi Ende TaromboSi Raja Lontung oleh
dua penyaji, peneliti melakukan kerja laboratorium. Maka keseluruhan data yang
telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium.
Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan ilmiah.

19
Universitas Sumatera Utara

Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah
ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut
disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. (Meriam 1995:85).
Dalam mendeskripsikan materi musik pada kerja laboratorium, terdapat dua
pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) yaitu:
1) Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan
2) Kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas
kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat.
Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang
kedua dalam menganalisis teks dan musik Ende TaromboSi Raja Lontung oleh
dua penyaji. Pendekatan pertama tidak dilakukan karena peneliti tidak mungkin
hanya mengandalkan pendengaran dan daya ingat yang terbatas tanpa
menuliskannya. Untuk mendeskripsikan bunyi musikal dari Ende TaromboSi Raja
Lontung oleh dua penyaji, harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas
materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja
laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses
memindahkan bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi
simbol visual.

1.5.2.3.1 Metode transkripsi
Dalam hal ini, Ende TaromboSi Raja Lontung oleh dua penyaji yang telah
direkam kemudian ditranskripsikan dengan menggunakan sistem penulisan notasi
Barat menggunakan program software Sibelius. Dalam penggunaan notasi Barat,

20
Universitas Sumatera Utara

penulis memperhatikan pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua
notasi menurut tujuannya yaitu:
1) Notasi Preskriptif (prescriptive) yaitu notasi yang hanya menuliskan garis
besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu
dapat diwujudkan oleh pemain musik.
2) Notasi Deskriptif (descriptive) yaitu laporan yang disertai notasi secara
lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu
pertunjukan diwujudkan.
Dalam

hal

ini

penulis

akan

menggunakan

notasi

preskriptif

dalam

pentranskripsian Ende TaromboSi Raja Lontung. Jadi notasi yang akan dituliskan
adalah garis besar dari bunyinya saja sehingga dapat diketahui bagaimana musik
itu dapat diwujudkan oleh penyaji musik Ende TaromboSi Raja Lontung.

1.6 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai tulisan ini
makapenulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi
penelitian adalah disebabkan karena lokasi tersebut merupakan tempat tinggal
penyaji Ende Tarombo Si Raja Lontung yaitu: Marsius Sitohang.

21
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

6 117 183

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

1 95 180

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 0 21

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 0 1

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 1 56

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 0 1

Analisis Tekstual Dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung Yang Disajikan Oleh Marsius Sitohang Dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 0 2

BAB II SEJARAH DAN ASAL-USUL SI RAJA LONTUNG - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

1 1 56

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 10 21

Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

0 1 21