BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba terdapat salah satu ciri khas yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Ciri khas tersebut adalah adanya aktivitas masyarakat Batak Toba untuk mencari hubungan kekerabatan

  (partuturan) . Hubungan kekerabatan ini diwujudkan dalam bentuk sistem marga

  1

  (klen) . Marga biasanya dikaitkan dengan silsilah asal-usul keturunan. Silsilah keturunan inilah yang dinamakan dengan tarombo. Pada masyarakat Batak Toba

  tarombo dapat didefinisikan sebagai silsilah asal-usul serta penyebaran marga- marga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Hal ini sependapat dengan

  Marbun dan Hutapea (1987:173) yang mengatakan bahwa tarombo adalah silsilah atau daftar asal-usul suatu keluarga.

  Sesama masyarakat Batak Toba dalam proses sosialisasinya secara umum suka membicarakan silsilah marga antara sesamanya disetiap kesempatan.

  Aktivitas ini lazim disebut dengan martarombo. Martarombo merupakan salah satu usaha untuk menentukan kedudukan seseorang dalam kaitan ketiga unsur yang terdapat pada konsep sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yaitu

  2 Dalihan Na Tolu . Menentukan kedudukan seseorang dalam salah satu unsur 1 Marga (klen) adalah pengelompokan orang-orang yang membentuk kesatuan atas dasar prinsip perhitungan menurut garis keturunan laki-laki. Dalam hal ini si istri termasuk anggota kelompok suaminya (Siahaan, 1982:126). 2 Dalihan Na Tolu secara etimologis adalah tungku nan tiga-yang secara konseptual mempunyai makna simbolik: tungku yang melambangkan sistem kebudayaan masyarakat

  BatakToba. Pada prinsipnya setiap orang Batak Toba masuk ke dalam unsur Dalihan Na Tolu ini, yang terdiri dari: Dongan Sabutuha (teman semarga), hula-hula (keluarga dari pihak istri), boru (keluarga dari pihak menantu laki-laki kita).

  dalihan na tolu amatlah penting karena tidak ada suatu karya adat dalam suka dan duka dapat berjalan tanpa tarombo dalihan na tolu (Sangti, 1987:20).

  Ada beberapa bentuk penyajian tarombo pada masyarakat Batak Toba yaitu sebagai berikut:

  1. Bentuk percakapan (martarombo)

  2. Bentuk sketsa/bagan

  3

  3. Bentuk mitos

  4 4. Bentuk nyanyian (musik vokal).

  Selanjutnya penulis akan berbicara tentang bentuk penyajian tarombo dalam bentuk nyanyian (musik vokal). Yang dimaksud dengan tarombo bentuk nyanyian adalah salah satu tradisi menceritakan silsilah yang dikaitkan dengan sistem marga, terutama hubungan keturunan seseorang, sekelompok marga, sampai kepada nenek moyangnya, dimana penyampaiannya dilakukan dengan bernyanyi. Sedangkan nyanyian (musik vokal) pada masyarakat Batak Toba disebut juga dengan ende. Dalam konteks ini ende adalah nyanyian-nyanyian rakyat masyarakat Batak Toba. Biasanya ende mempunyai latar belakang yang erat hubungannya dengan pandangan hidup, pergaulan, maupun kegiatan atau kehidupan sehari-hari masyarakat Batak Toba. Berdasarkan kedua defenisi diatas maka penulis menyimpulkan bahwa Ende Tarombo adalah nyanyian yang isinya menyangkut tentang silsilah marga pada masyarakat Batak Toba.

3 Mitos adalah cerita dimana asal-usul kejadian dilupakan, maka dijalinlah sebagai pura-

  pura cerita atau sejarah yang biasanya menggambarkan praktek keagamaan dan institusi keagamaan atau hal-hal yang luar biasa. (Tarigan 1974:32). 4 Lihat Skripsi Sarjana Tiolina Sinambela. “Tarombo Dalam Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual .” Tahun 1994 hal. 3.

5 Ende Tarombo sangat erat hubungannya dengan sistem kemasyarakatan,

  terutama yang berkaitan dengan garapan tekstualnya yang digarap berdasarkan silsilah marga-marga yang terdapat pada masyarakat Batak Toba. Di samping itu,

  Ende Tarombo umumnya menceritakan silsilah marga-marga, sistem kekerabatan, hubungan antar marga, dan aspek sejarah dalam teks nyanyiannya.

  Berdasarkan deskripsi tersebut maka penulis melakukan pendekatan etnomusikologis terhadap Ende Tarombo ini. Hal ini sesuai dengan defenisi etnomusikologi menurut Hood yang dikutip oleh Merriam (1964:6) :

  (Ethno) musicology is a field knowledge, having as its object the investigation of the art of music as a physical, psychological, aesthetic, and cultural phenomenon.

  Artinya: Etnomusikologi merupakan suatu lapangan ilmu pengetahuan, yang mempunyai obyek penelitian seni musik, baik itu yang berupa fisik, psikologi,estetika, dan musik dalam fenomena kebudayaan.

  Nettl (1964:193-208) juga berpendapat bahwa salah satu bentuk nyanyian yang paling umum terdapat dalam kebudayaan musikal suku-suku bangsa adalah nyanyian topikal (berkenaan dengan suatu keadaan). Nyanyian ini mempunyai visi yang beragam, diantaranya memberikan efek psikologis terhadap individu maupun masyarakat. Disamping itu teks nyanyiannya mencerminkan nilai-nilai dan sikap masyarakat dalam sebuah kebudayaan yang tergambar di dalam mitologi, legenda dan aspek kesejarahan.

  Berdasarkan kedua pendapat itu maka Ende Tarombo pada masyarakat Batak Toba merupakan bentuk musik secara fisik, mempunyai nilai estetis, mempunyai hubungan dengan sistem kemasyarakatan, dan memberikan efek 5 Ibid. hal. 4. psikologis kepada masyarakat tertentu, serta terdapat unsur legenda dan kesejarahan sebagai suatu fenomena dalam kebudayaannya.

  Pada masyarakat Batak Toba banyak terdapat Ende Tarombo sesuai silsilahnya marganya masing-masing. Salah satu contoh yang cukup populer pada masyarakat Batak Toba adalah Ende Tarombo Si Raja Lontung. Dalam penulisan skripsi ini penulis akan meneliti tentang Ende Tarombo Si Raja Lontung. Alasan penulis memilih Ende Tarombo Si Raja Lontung ini adalah karena: 1.

  Berdasarkan pengamatan penulis penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung mempunyai struktur dan gaya yang berbeda dengan ende masyarakat Batak Toba lainnya. Hal berbeda itu tampak dari teks Ende

  Tarombo Si Raja Lontung yang mengandung aspek-aspek legenda tentang

  marga, aspek kesejarahan garis keturunan Lontung yang merupakan hasil dari perkawinan sedarah (marsumbang, incest).

  2. Dari pengamatan penulis melalui perbandingan tentang beberapa penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh beberapa penyaji telah mengalami perkembangan teks dan melodis. Hal ini diakibatkan oleh proses transmisi musikal pada masyarakat Batak Toba adalah menggunakan tradisi lisan (oral tradition). Melakukan proses transmisi musikal dengan cara tradisi lisan cenderung menyebabkan adanya perkembangan dalam penyampaiannya. Sehingga si penerima informasi akan mendapatkan penyajian lagu dengan bentuk yang lebih kompleks dan menyebabkan munculnya garapan baru

  6

  . Sehingga perlu dilakukan pengamatan tentang perbandingan (studi komparatif) dalam penyajian

  Ende Tarombo ini. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti penyajian Ende Tarombo oleh dua penyaji sebagai sampel 7 .

  3. Untuk mengetahui apakah gaya nyanyian pada Ende Tarombo ini merupakan gaya nyanyian melismatis atau silabis. Hal ini sesuai dengan tulisan Malm (1977:9) tentang hubungan musik dan teks yang mengetengahkan bahwa dalam musik vokal, karakter yang penting adalah hubungan antara musik dan teks. Bila satu not dipakai untuk masing- masing suku kata dari teks, gaya tersebut adalah silabis (syllabic). Jika satu suku kata dipakai untuk beberapa not, gaya tersebut adalah melismatis (melismatic).

4. Karena Ende Tarombo Si Raja Lontung ini termasuk narrative folksongs

  (nyanyian rakyat berkisah)

  8

  , sehingga perlu diteliti bagaimana kisah yang terkandung dalam teks Ende Tarombo Si Raja Lontung.

  Dengan demikian penelitian ini akan menganalisis bagaimana makna teks, struktur musikal, dan komparasi musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung dari dua 6 Garapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1988 mengandung makna diolah dan

  diberi suasana estetika. Kata ini juga mengandung makna adanya proses kreativitas seni yamg menjadikan karya-karya seperti musik, tari, teater dan seni rupa menjadi indah dan akhirnya disukai oleh banyak orang. 7 Menurut Sugiyono (2008:116) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. 8 Berdasarkan pendapat Brunvand Dananjaya (1946:145-152), nyanyian rakyat terbagi dua yaitu nyanyian rakyat yang tidak sesungguhnya dan nyanyian rakyat yang sesungguhnya.

  Nyanyian rakyat yang tidak sesungguhnya terbagi atas dua yaitu nyanyian yang mengutamakan lagunya tanpa ada kata-kata (wordless folksongs), dan nyanyian yang mengutamakan teks daripada lagunya (near song). Nyanyian rakyat yang sesungguhnya adalah nyanyian rakyat yang mempunyai teks dan lagu sama kuatnya. Nyanyian ini terbagi menjadi tiga yaitu: nyanyian rakyat yang berfungsi (functional song), nyanyian rakyat yang bersifat liris (lyrical folksongs) dan nyanyian yang berkisah (narrative folksongs). penyaji, yaitu Marsius Sitohang dan Trio Lasidos sebagai sampel untuk melakukan komparasi. Untuk itu maka penulis meneliti lebih lanjut tentang Ende

  Tarombo Si Raja Lontung dan membuat ke dalam bentuk karya ilmiah dengan

  judul

  “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE TAROMBO SI RAJA LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS SITOHANG DAN TRIO LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF MUSIKAL”. Kiranya tulisan ini

  dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan budaya masyarakat Batak Toba tentang nyanyian silsilah (Ende Tarombo).

  1.2 Pokok Permasalahan

  Sesuai dengan judul skripsi ini dan juga fokus perhatian kepada masalah yang akan diteliti, maka penulis menentukan tiga pokok masalah yaitu sebagai berikut: 1.

  Bagaimana sejarah keturunan Si Raja Lontung?

  2. Bagaimana deskripsi aspek tekstual dan musikal penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung? 3. Bagaimana komparasi struktur teks dan musikal Ende Tarombo Si Raja

  Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos?

  1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

  Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam rangka penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mendeskripsikan sejarah keturunan Si Raja Lontung.

  2. Untuk mendeskripsikan aspek-aspek tekstual dan musikal penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung.

  3. Untuk mendeskripsikan bagaimana komparasi struktur teks dan musikal

  Ende Tarombo Si Raja Lontung yang disajikan oleh Marsius Sitohang dan

  Trio Lasidos

1.3.2 Manfaat penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian yang diwujudkan dalam skripsi ini adalah:

  1. Sebagai dokumentasi dan bahan literatur dalam disiplin Etnomusikologi berkaitan tentang nyanyian silsilah atau yang disebut juga dengan Ende

  Tarombo (khususnya Si Raja Lontung) pada masyarakat Batak Toba, agar nyanyian silsilah ini tidak punah dan menjadi salah satu aset seni budaya.

  2. Menambah pengetahuan bagi penulis dan peneliti-peneliti lain, baik mencakup teori maupun uraian tentang struktur tekstual, musikal serta komparatif beberapa penyaji tentang Ende Tarombo Si Raja Lontung.

3. Memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 di Departemen Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya USU Medan.

1.4. Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep

  Menurut Soedjadi (2000:14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata (lambang bahasa).

  Dalam penulisan konsep ini, penulis akan menerangkan kata-kata kunci dalam judul tulisan ini yaitu: “ANALISIS TEKSTUAL DAN MUSIKAL ENDE SI RAJA LONTUNG YANG DISAJIKAN OLEH MARSIUS

  TAROMBO

  SITOHANG DAN TRIO LASIDOS: SEBUAH STUDI KOMPARATIF MUSIKAL”

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab), duduk perkaranya, dsb.

  Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau tulisan dari suatu nyanyian. Teks atau syair dari nyanyian tersebut akan menghasilkan suatu makna. Makna tersebut adalah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari suatu kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang terkandung arti tambahan sedangkan makna denotatif adalah kata yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya (Keraf, 1991:25).

  Istilah musikal menunjukkan kata sifat yang berarti bersifat musik, memiliki unsur-unsur musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika, interval, frasa, serta pola ritem.

  Penyajian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id) merupakan proses, cara, perbuatan menyajikan.

  Penelitian Komparatif menurut Nazir (2005:58) adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi penelitian komparatif adalah jenis penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu.

  Ende adalah nyanyian (musik vokal) pada masyarakat Batak Toba.

  Sedangkan tarombo menurut Marbun dan Hutapea (1987:173) tarombo adalah silsilah atau daftar asal-usul suatu keluarga. Jadi Ende Tarombo adalah nyanyian yang isinya menyangkut tentang silsilah marga pada masyarakat Batak Toba.

  Ende Tarombo Si Raja Lontung merupakan nyanyian tentang silsilah

  marga dari turunan Si Raja Lontung. Dengan demikian tulisan ini bertujuan untuk memperoleh makna tekstual, struktur musikal dan komparasi Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji.

  Berdasarkan pengertian di atas analisis tekstual yang dimaksud adalah menyelidiki teks lagu, yang difokuskan pada masalah isi dan penggarapannya.

  Menyangkut aspek tekstual unsur yang diselidiki meliputi: 1.

  Isi teks yaitu mencakup hal-hal yang disampaikan melalui teks.

  2. Gaya bahasa.

  3. Makna teks.

  4. Pemilihan teks.

  5. Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

  Berdasarkan pengertian di atas analisis musikal adalah menyelidiki segala unsur musik pembentuk. Menyangkut aspek musikologis, unsur yang diselidiki pada struktur melodi Ende Tarombo Si Raja Lontung ini meliputi:

  1. Tangga nada

  2. Nada dasar

  3. Wilayah nada

  4. Frekwensi pemakaian nada

  5. Interval

  6.Pola kadensa

  7. Formula Melodi (motif, frase dan bentuk melodi)

  8. Kontur Dalam tulisan ini penulis tidak menganalisis ritmisnya sebagai pembatasan masalah.

  Dalam hal ini Ende Tarombo Si Raja Lontung yang telah direkam dari dua

  9

  10

  penyaji selanjutnya akan ditranskripsikan ke dalam notasi Barat dengan

9 Dalam etnomusikologi proses penotasian bunyi dan proses mereduksi bunyi ke dalam simbol visual disebut transkripsi.

  Notation is the method or methods used for writing down music: suatu metode atau berbagai metode yang digunakan untuk menuliskan musik di atas kertas dan dalam format visual (Willy, Apel 1972:578).

  11

  bantuan program Sibelius . Untuk menemukan perkembangan teks maupun melodi maupun Ende Tarombo Si Raja Lontung.

1.4.2 Teori

  Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan (Nasution, 1982:126). Dalam tulisan ini yang menjadi pokok permasalahannya adalah mengetahui unsur-unsur tekstual, musikal, sejarah lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji.

  Sesuai dengan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu tekstual, musikal, sejarah lahirnya Si Raja Lontung serta komparasi Ende

  

Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji maka digunakanlah empat teori utama

  yaitu:

1.4.2.1 Teori semiotika

  Pendekatan untuk mengkaji seni, salah satunya menggunakan teori semiotika dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Teori Semiotika menurut Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit,

  Sibelius adalah sebuah program software khusus untuk mengetik notasi musik berupa not balok. Program ini dipakai oleh para penggubah lagu, arranger, musisi, videografer, DJ, penerbit lagu dan lainnya, (www.sibelius.com). langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan

  “order of signification”, mencakup denotasi (makna

  sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Ba rthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.

  Dalam kaitannya dengan penggunaan teori ini dalam menganalisis teks

  Ende Tarombo Si Raja Lontung ini, maka penulis akan memaparkan terlebih dahulu teks dari Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji. Kemudian menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan Kamus Bahasa Batak Toba dan menyesuaikan terjemahannya dengan pendapat informan. Dengan demikian dapat diketahui yang mana makna denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal) pada teks lagu Si Raja Lontung.

1.4.2.2 Teori Weighted Scale

  Untuk mengetahui struktur musikal dan membandingkan bentuk penyajian

  Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji, penulis menggunakan teori Weighted Scale (bobot tangga nada). Teori ini pada dasarnya melihat struktur

  ruang dalam musik dengan melibatkan ukuran-ukuran tertentu. Menurut pendapat Malm (1977:8) ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam mendeskripsikan melodi, yaitu:

  1. Tangga Nada (Scale)

  2.Nada Dasar (Pitch centre)

  3. Wilayah Nada (Range)

  4. Jumlah nada (Frequency of note)

  5. Interval nada

  6. Pola-pola Kadensa (cadence patterns)

  7. Formula Nada (Melodic Formula)

  8. Kontur (contour)

  Dalam menggunakan teori ini, penulis mengaplikasikannya dalam bentuk transkripsi ke dalam notasi Barat. Menurut Seeger (1958:184-195) berdasarkan tujuannya ada dua jenis notasi yaitu: notasi deskriptif dan preskriptif. Notasi deskriptif yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan. Sedangkan notasi preskriptif, yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Dalam penulisan skiripsi ini penulis akan menggunakan transkripsi dengan notasi preskriptif yang merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh penyaji Ende Tarombo Si Raja Lontung.

1.4.2.3 Teori sejarah

  Membincangkan sejarah asal-usul Si Raja Lontung dan turunannya penulis menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo, yaitu; model sinkronis: untuk mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang dan model diakronis: untuk menggambarkan bagaimana pertumbuhan tersebut dari waktu-kewaktu, bagaimana ia tumbuh dari awal sebagai suatu gejala (1994:38).

  Dalam kaitannya dengan penggunaan model sinkronis penulis menggambarkan masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan bagiannya (substruktur) dan peristiwa-peristiwa dilihat dalam keadaan statis. Sehingga dapat diketahui bagaimana gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang. Sedangkan dengan model diakronis maka penulis mengumpulkan catatan-catatan atau artefak yang berkaitan dengan pertumbuhan Si Raja Lontung dan turunannya sehingga dapat diketahui bagaimana sejarah Si Raja Lontung bertumbuh dari awal sebagai suatu gejala.

1.4.2.4 Teori perbandingan (komparatif)

  Menurut Nazir (2005:58) penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Jadi studi komparatif adalah penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Pada penelitian ini variabelnya masih mandiri yaitu

  Ende Tarombo Si Raja Lontung dan yang menjadi sampel adalah kedua penyaji

  yaitu Marsius Sitohang selaku pemain musik tradisional Batak Toba dan Trio Lasidos selaku salah satu trio Batak yang menyajikan Ende Tarombo Si Raja Lontung dalam salah satu albumnya yang berjudul Trio Lasidos Bersatu Kembali Dengan membandingkan penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh kedua sampel tersebut maka dapat dianalisis perbedaan dan persamaan dari setiap penyajian Ende Tarombo ini. Sehingga dapat diketahui perkembangan teks dan melodis Ende Tarombo Si Raja Lontung.

1.5 Metode Penelitian

  Metode adalah cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan agar hasil dari pekerjaan tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan dikehendaki melalui cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka 2005). Sedangkan penelitian adalah kegiatan dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis serta menyajikan data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum. (Kamus Besar Bahasa Indonesia Balai Pustaka 2005). Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berdasarkan atas tujuannya dalam menggambarkan dan menafsirkan data yang dijumpai di lapangan. Metode ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, kelompok tertentu, menentukan frekuensi atau penyebaran dari suatu gejala lain dalam suatu masyarakat (Koentjaraningrat, 1990:29). Dalam mengumpulkan data-data di lapangan penulis mengacu kepada teknik penelitian yang diungkapkan oleh Curt Sachs dalam Nettl (1964:62). Menurut Curt Sachs (1962:16) penelitian dalam etnomusikologi dapat dibagi manjadi dua, yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium

  (desk work) . Kerja lapangan meliputi pengumpulan dan perekaman data dari

  aktivitas musikal dalam sebuah kebudayaan manusia, sedangkan kerja laboratorium meliputi pentranskripsian, menganalisis data dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data. Penelitian ini akan menggunakan metode yang diungkapkan oleh Curt Sachs, namun sebelum melakukan kerja lapangan (field

  work) dan kerja laboratorium (desk work) penulis akan melakukan studi kepustakaan terlebih dahulu. Adapun tujuan dari studi kepustakaan ini adalah untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini.

1.5.1 Studi Kepustakaan

  Studi pustaka diperlukan untuk melengkapi teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian penulis sehingga dapat menambah data yang kongkrit terhadap kebenaran penelitian. Adapun dalam proses kerjanya, langkah pertama yang penulis lakukan sebelum ke lapangan adalah melakukan studi pustaka dari berbagai buku terkait tentang judul penelitian. Diantara tulisan tersebut yang terkait dengan penelitian ini, khususnya tentang Ende Tarombo. Dalam hal ini, penulis mempelajari skripsi yang sudah pernah ditulis oleh sarjana Etnomusikologi, yaitu Tiolina Sinambela (1994) dengan judul Tarombo Dalam

  Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu kajian Musikologis dan Tekstual . Dalam skripsi ini dibahas tentang delapan Ende Tarombo pada

  masyarakat Batak Toba yang salah satunya adalah tentang Ende Tarombo Si Raja Lontung. Untuk melakukan pendekatan etnomusikologis terhadap Ende Tarombo Si Raja Lontung, penulis menggunakan Buku Alan P. Merriam dengan judul The

  

Anthropology of Music. Evanston (1964), Buku William Malm Music Cultures of

the pasific, The Near East, And Asia (1977). Dalam mempelajari garis keturunan

  Si Raja Lontung dan turunannya Buku W.M Hutagalung Pustaha Batak: Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak (1991), dan beberapa buku terkait.

1.5.2 Kerja lapangan

  Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Lonfland dalam Moleong, 1989). Selain kata-kata dan tindakan, perekaman audio ataupun materi musik juga menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis menggunakan dua teknik dalam pengumpulan data di lapangan yaitu:

1.5.2.1 Wawancara

  Wawancara diperlukan untuk mendukung penelitian tentang analisis tekstual dan musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji kemudian membandingkan garapan dari masing-masing penyaji. Dalam mengambil sumber data di lapangan penulis melakukan wawancara dengan budayawan, penyaji Ende

  Tarombo ini, seniman dan musisi tradisional Batak Toba maupun informan

  lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun dalam penelitian lapangan disertai wawancara yang dilakukan penulis, wawancara yang dilakukan adalah wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuat pertanyaan selalu berpusat pada pokok permasalahan. Selain itu wawancara bebas (free interview) yaitu pertanyaan tidak hanya berfokus pada pokok permasalahan tetapi pertanyaan dapat berkembang ke pokok permasalahan lainnya yang bertujuan untuk memperoleh berbagai ragam data, namun tidak menyimpang dari pokok permasalahan (Koentjaraningrat 1985:139). Hal ini penulis lakukan untuk mendukung data yang telah diperoleh dari kerja lapangan maupun dari studi kepustakaan.

  1.5.2.2 Perekaman Perekaman sangatlah penting dalam penelitian untuk mengumpulkan data.

  Perekaman musik yang akan dilakukan penulis adalah dalam bentuk rekonstruksi. Sebagai alat bantu merekam hasil wawancara dan penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung penulis menggunakan Handphone Oppo Neo 3 (r831k). Penulis akan merekam hasil wawancara dengan narasumber yang dilakukan di lapangan.

  Selain merekam hasil wawancara, penelitian ini juga akan merekam materi musik yang akan dianalisis teks serta musiknya. Untuk materi Ende Tarombo Si Raja Lontung penulis mengambil sampel dari Marsius Sitohang, Trio Lasidos. Penulis akan merekam penyajian Ende Tarombo Si Raja Lontung dari kedua penyaji tersebut secara langsung ke lapangan. Khusus untuk Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh Trio Lasidos, penulis melakukan pengamatan melalui CD (Compact

  Disk) dari album lagu Trio Lasidos Bersatu Kembali tahun 2011 dalam salah satu track lagunya yang berjudul Raja Lottung.

  1.5.2.3 Kerja laboratorium

  Untuk membahas permasalahan dalam penelitian yaitu tentang bagaimana aspek tekstual dan musikal serta komparasi Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji, peneliti melakukan kerja laboratorium. Maka keseluruhan data yang telah terkumpul dari lapangan, selanjutnya diproses dalam kerja laboratorium.

  Data-data yang bersifat analisis disusun dengan sistematika penulisan ilmiah. Data-data berupa gambar dan rekaman diteliti kembali sesuai ukuran yang telah ditentukan kemudian dianalisis seperlunya. Semua hasil pengolahan data tersebut disusun dalam satu laporan hasil penelitian berbentuk skripsi. (Meriam 1995:85). Dalam mendeskripsikan materi musik pada kerja laboratorium, terdapat dua pendekatan yang diungkapkan oleh Bruno Nettl (1964:98) yaitu:

  1) Kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan

  2) Kita dapat dengan cara menuliskannya apa yang kita dengar tersebut diatas kertas lalu mendeskripsikan apa yang kita lihat.

  Dari kedua pendekatan tersebut penulis akan menggunakan pendekatan yang kedua dalam menganalisis teks dan musik Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji. Pendekatan pertama tidak dilakukan karena peneliti tidak mungkin hanya mengandalkan pendengaran dan daya ingat yang terbatas tanpa menuliskannya. Untuk mendeskripsikan bunyi musikal dari Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji, harus dilengkapi dengan analisis yang didasarkan atas materi yang terlihat dalam bentuk notasi. Oleh karena itu dalam kerja laboratorium penulis akan melakukan transkripsi. Transkripsi adalah proses memindahkan bunyi (menotasikan), mengalihkan bunyi yang didengar menjadi simbol visual.

1.5.2.3.1 Metode transkripsi

  Dalam hal ini, Ende Tarombo Si Raja Lontung oleh dua penyaji yang telah direkam kemudian ditranskripsikan dengan menggunakan sistem penulisan notasi Barat menggunakan program software Sibelius. Dalam penggunaan notasi Barat, penulis memperhatikan pendapat Seeger (1958:184-195) yang membedakan dua notasi menurut tujuannya yaitu:

  1) Notasi Preskriptif (prescriptive) yaitu notasi yang hanya menuliskan garis besar dari bunyi. Notasi ini merupakan pedoman bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh pemain musik.

  2) Notasi Deskriptif (descriptive) yaitu laporan yang disertai notasi secara lengkap tentang bagaimana sebenarnya suatu musikal dalam suatu pertunjukan diwujudkan.

  Dalam hal ini penulis akan menggunakan notasi preskriptif dalam pentranskripsian Ende Tarombo Si Raja Lontung. Jadi notasi yang akan dituliskan adalah garis besar dari bunyinya saja sehingga dapat diketahui bagaimana musik itu dapat diwujudkan oleh penyaji musik Ende Tarombo Si Raja Lontung.

1.6 Lokasi Penelitian

  Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai tulisan ini maka penulis melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian yaitu di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah disebabkan karena lokasi tersebut merupakan tempat tinggal penyaji Ende Tarombo Si Raja Lontung yaitu: Marsius Sitohang.

Dokumen yang terkait

c. Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga dan masyarakat untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri. 2. Apakah komponen-komponen dari PHBS? a. Kebiasaan mencuci tangan, pola makan, sikap anti-merok

0 1 38

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku - Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 1 28

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Tindakan Mahasiswi Akademi Kesehatan Pemerintah Kabupaten Langkat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tahun 2015

0 0 13

BAB II PROFIL PT . PLN (PERSERO) A. SEJARAH RINGKAS Listrik Sebelum Kemerdekaan dan di Awal kemerdekaan sampai 1965 - Fungsi Anggaran Sebagai Alat Perencanaan dan Pengawasan Biaya Operasional Pada Yayasan Kesehatan Telkom Area I Sumatera

2 4 12

BAB II PROFIL INSTANSI 2.1 Sejarah Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara 2.1.1 Sejarah Berdirinya Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara - Efektivitas Penggunaan Fasilitas pada Biro Umum Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Utara

0 1 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nugget - Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)

1 4 15

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA DI KELURAHAN JATI MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA KOTA BINJAI 2.1 Identifikasi Masyarakat Jawa - Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Ma

0 0 18

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 - Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai

0 2 16

Studi Deskriptif Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari pada Upacara Adat Perkawinan Jawa di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai

0 0 14

BAB II SEJARAH DAN ASAL-USUL SI RAJA LONTUNG - Analisis Tekstual dan Musikal Ende Tarombo Si Raja Lontung yang Disajikan oleh Marsius Sitohang dan Trio Lasidos: Studi Komparatif Musikal

1 1 56