PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN BANTUAN TEKNIK MNEMONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN TRIGONOMETRI DI KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) DI SMKN 1PARIGI | Ahdar | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Ma

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN
BANTUAN TEKNIK MNEMONIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN
TRIGONOMETRI DI KELAS X
TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) DI SMKN 1P AR I G I
Ahdar
E-mail:Ahdar_46@yahoo.com
Sutji Rochaminah
Email:suci_palu@yahoo.co.id
Ibnu Hadjar
Email:ibnuhadjar67@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi penerapan model
pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas X Teknik Komputer
Jaringan (TKJ) SMKN 1 Parigi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang mengacu
pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yaitu perencanaa, tindakan, observasi dan
refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ
SMKN 1 Parigi yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 26 orang siswa.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik
mnemonik yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi perbandingan
trigonometri di kelas X TKJ SMKN 1 Parigi yaitu dengan mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) fase

menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa,2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik,5) fase memberikan kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan.
Katakunci: pembelajaran langsung; mnemonik; hasil belajar; perbandingan trigonometri.
Abstract:The purpose of this research was to give a description of the implementation of
learning model directly with the helped of mnemonic techniques to improve mathematics
students to the matter proportional trigonometry in grade XTeknik Komputer Jaringan(TKJ)
SMKN Parigi 1. This research classroom action recard was referred to Kemmis and Mc.
Taggart research design,that was plan, the action, observation and reflection. This research
carried out two cycle. The subject of research this was a student X TKJ SMKN 1 Parigi
registered in the academic year 2015 / 2016 as many as 26 students. The research results show
that the implementation of directly learning model the helped of mnemonic technique that can
be improve learning outcomes mathematics students to the matter proportional trigonometry in
the Grade X TKJ SMKN 1 Parigi namely by follow phases as follows: 1) the phase convey goals
and preparing students, 2) the phase demos knowledge and skills, 3) the phase guiding training, 4)
the phase check understanding and provide feedback, 5) the phase grant further attention training
and application.
Keywords:learning direct; mnemonics; student echievment; proportional trigonometry.

Matematika merupakan sarana untuk membekali peserta didik dengan kemampuan

berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelolah
dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006). Ini berarti bahwa matematika sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu matematika perlu diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan.
Tujuan pembelajaran matematika pada sekolah meliputitujuan formal dan tujuan
material. Tujuan formal menekankanpada menata penalaran dan membentuk kepribadian

138 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

peserta didik, sedangkan tujuan material menekankan pada kemampuan memecahkan masalah
dan menerapkan matematika (Kemdikbud, 2011). Oleh karena itu diharapkan peserta didik
mampu mempelajari matematika dengan baik untuk mencapai tujuan tersebut. Dilain
pihakPaembonan (2014) mengatakan bahwa mengajarkan matematika tidaklah mudah karena
kenyataan menunjukkan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam mempelajari
matematika.
Sesuai dalam Kurikulum 2013 trigonometri merupakan satu diantara beberapa pokok
bahasan yang dipelajari di tingkat SMA dan sederajat yang di dalamnya tercakup subpokok

bahasan perbandingan trigonometri. Kajian yang menarik untuk dicermati terkait dengan materi
perbandingan trigonometri adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) yang
menunjukan bahwa materi perbandingan trigonometri merupakan materi yang sulit bagi siswa
kelas X SMA Negeri 1 Banda Aceh. Merujuk pada hasil penelitian tersebut maka dapat
dikatakan bahwa materi perbandingan trigonometri merupakan materi yang sulit bagi siswa di
beberapa sekolah di Indonesia.Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran matematika
di kelas X TKJ SMKN 1 Parigi, diperoleh informasi bahwa siswa masih sulit mengerti dengan
materi yang diajarkan saat pembelajaran yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang
hanya memegang handpone dan bercerita saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru
memberikan tugas terlihat hanya beberapa siswa terlibat aktif mengerjakan tugas yang
diberikan. Selain ituguru dalam pembelajaran tersebut menggunakan metode diskusi. Posisi
guru selama proses pembelajaran berlangsung hanya monoton berada di depan kelas dan tidak
berkeliling mengontrol siswa yang sedang mengerjakan tugas menambah kesan pasifnya
pembelajaran yang berlangsung.
Informasi lain peneliti peroleh dari hasil dialog dengan guru matematika kelas X TKJ
SMKN 1 Parigi bahwa hasil belajar siswa masih rendah yang disebabkan oleh siswa masih
kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari saat pembelajaran. Hasil belajar siswa
yang rendah terletak pada materi-materi trigonometri, satu diantaranya yaitu materi
perbandingan trigonometri. Menurut guru tersebut bahwa pada materi perbandingan
trigonometri, masih banyak siswa yang kesulitan untuk menentukan perbandingan setiap

sisinya dan sulit untuk mengingat rumus-rumus trigonometri.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru tersebut, untuk memperoleh informasi yang
lebih jelas tentang kesulitan siswa pada materi perbandingan trigonometri, peneliti
memberikan tes identifikasi masalah pada siswa kelas XI yang telah mempelajari materi
perbandingan trigonometri.Sebelum membagikan soal tes identifikasi masalah, peneliti
memberikan penjelasan singkat tentang materi perbandingan trigonometri untuk
mengingatkan kembali pengetahuan siswa.Hasil analisis tes identifikasi masalah menunjukan
jawaban siswa yang beragam. Oleh karena itu dua soal yang diberikan dipilih untuk
mendeskripsikan jawaban siswa. Soal tersebut yaitu:1) tentukanlah nilai sinus, kosinus, dan
tangen untuk sudut P dan R pada Gambar 1. 2) perhatikan Gambar 2 diberikan tiga segitiga
. Tentukanlah nilai x.
siku-siku, diketahui sin

Gambar 1. Segitiga PQR pada soal
nomor 1 tes identifikasi

Gambar 2. Segitiga ABC pada soal nomor 2
tes identifikasi

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 139

Jawaban siswa terhadap masing-masing soal dikelompokkan menjadi dua kelompok
sesuai dengan ciri-ciri kesalahan yang sejenis. Jawaban siswa terhadap soal tes identifikasi
tersebut ditampilkan pada Gambar 3, 4, dan 5.

K3
K1

K2

Gambar 3. Jawaban siswa soal
nomor 1 nomor 2

Gambar 4. Kelompok
jawaban 1 nomor 2

Gambar 5. Kelompok
jawaban 2 nomor 2

Jawaban siswa terhadap soal nomor 1 ditunjukkan sebagaimana Gambar 3. Siswa
hanya menjawab sampai dipenerapan rumus phytagoras saja, tidak sampai menentukan

nilai sinus, cosinus dan tangen sudut P dan R. Jawaban tersebut salah karena yang
dituliskan hanya sampai mencari panjang sisi yang belum diketahui dalam soal.Seharusnya
jawaban yang benaryaitu setelah mendapat panjang sisi yang belum diketahui di soal tersebut
maka dimasukkan kedalam rumus mencari nilai sinus sudut P yaitu
.Kelompok jawaban 1 terhadap soal nomor 2 ditunjukkan sebagaimana Gambar 4. Siswa
menuliskan sin
siswa menuliskan sin

sampai memperoleh nilai x = 30. Jawaban tersebut salah karena
. Seharusnya jawaban yang benar yaitu sin
setelah mendapat nilai



maka substitusi panjang sisi

kerumus phytagoras


. Jadi nilai x adalah

. Kelompok jawaban 2 terhadap soal nomor 2 ditunjukkan
sebagaimana Gambar 5. Siswa menuliskan sin
sampai memperoleh nilai x = 20.
Jawaban tersebut salah karena yang siswa tuliskan sin

Seharusnya jawaban yang

benar yaitu sin
. Jadi nilai x adalah
. Secara
keseluruhan, dari hasil tes identifikasi masalah yang diberikan diperoleh informasi bahwa siswa
belum memahami cara menentukan nilai sinus, cosinus dan tangen suatu sudut serta belum
memahami perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian.
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran dan hasil dialog dengan guru
matematika serta hasil tes identifikasi masalah, peneliti berasumsi bahwa karakteristik siswa
kurang aktif dalam pembelajaran dan memiliki rasa tanggung jawab yang rendah terhadap
tugas-tugas yang diberikan oleh guru,serta metode dan cara mengajar guru yang kurang tepat
dalam pembelajaran menyebabkan siswa tidak memahami materi pembelajaran dengan baik
sehingga hasil belajar siswa menjadi rendah.Oleh karena itu upaya yang dilakukan peneliti
adalah menerapkan pembelajaran yang sifatnya dapat memberikan tanggung jawab dan

melibatkan siswa dalam belajar sehingga siswa fokus dan aktif dalam mempelajari materi yang
diajarkan. Pembelajaran langsung tentunya menjadi satu diantara beberapa alternatif yang
sesuai untuk digunakan dalam belajar, karena pada model pembelajaran langsung siswa
dibimbing pada pelatihan awal sampai siswa benar-benar paham dengan materi yang diajarkan
dan guru melakukan tanya jawab secara lisan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman
siswa mengenai materi yang diajarkan.Hal itu disebabkan karena guru akan menjelaskan materi
yang akan dipelajari secara bertahap agar siswa dapat paham dengan materi yang diajarkan dan

140 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

guru melakukan tanya jawab satu persatu kepada siswa secara acak untuk mengetahui
pemahaman siswa,dengan demikiansiswa akan lebih aktif dan bertanggung jawab dalam proses
pembelajaran sehingga mereka akan paham dengan materi yang dipelajari dan berimplikasi
pada meningkatnya hasil belajar.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arends(1997) yang
menyatakan bahwa model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan
pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.Selain itu, model pembelajaran ini juga
ditujukan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi

yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Begitu pula dengan pendapat Kardi dan Nur
(2000) yang menyatakan bahwa model pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan
pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
Mengatasi masalah sering lupa mengenai rumus-rumus trigonometri maka siswa perlu
diajarkan strategi belajar yang mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan,
strategi yang cocok dengan kinerja ingatan adalah teknik mnemonik. Suharnan (2005)
mendefinisikan metode mnemonik sebagai strategi yang dipelajari untuk mengoptimalkan
kinerja ingatan melalui latihan–latihan,Suharnan menyadari betul bahwa teknik ini perlu
latihan untuk menguasainya. Mnemonik berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Pasiak
(2003) menyatakan bahwa imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan yang
menjadi pusat kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonik secara tidak
langsung mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam satu aktivitasbelajar.
Lebih jauh lagi tentang asosiasi,Higbee(2003) menjelaskan peran asosiasi dalam ingatan
dengan mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal atau materi dalam
fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam fikiran kita, setiap fakta yang
berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing bila materi tenggelam dibawah
alam fikiran kita. Metode mnemonik ini cukup efektif membantu seseorang untuk mengingat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Budiman (2012) tentang ketuntasan hasil belajar
trigonometri melalui model pembelajaran mnemonics di kelas X SMA Negeri 1 Banda
Aceh. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan model mnemonics dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada topik
dasar trigonometri.Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahendra (2013) tentang
penggunaan model explicit instruction melalui pendekatan teknik mnemonik untuk meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VII SMPN 3 Sumberlawang. Kesimpulan dari penelitian
ini yaitu keaktifan siswa dan pemahaman materi siswa menggunakan metode explicit
instruction melalui pendekatan teknik mnemonik mengalami peningkatan. Begitu pula
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewiyanti (2014) tentang penerapanmetode
mnemonik dengan media kartu berpasangan untuk meningkatkan motivasidanhasil belajar
siswa pada pelajaran biologi kelas VII SMP Negeri 1 Arjasa Jember 2013/2014. Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa dalam penerapan metode mnemonik dengan media kartu berapasangan pada
siswa kelas VIIF di SMP Negeri 1 ArjasaJ ember.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan suatu penelitian yang
berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Bantuan Teknik Mnemonik untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matemetika Siswa pada Materi Perbandingan Trigonometri di
Kelas X Teknik Komputer Jaringan (TKJ) di SMKN 1 Parigi.

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 141

METODEPENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu pada
model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas empat
komponen yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaannya komponen
tindakandan pengamatan dijadikan sebagai satu kesatuan. Kedua komponen tersebut
digabungkan karena disebabkan oleh implementasi tindakandan pengamatanmerupakan dua
kegiatan yang tidak terpisahkan, sebab dilakukan pada satuan waktu yang sama. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X TKJ SMKN 1 Parigi sebanyak 26 orang yang terdiri dari 14
orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Siswa tersebut dipilih 3 orang subjek penelitian sebagai
informan dengan kriteria siswa yang memiliki kemampuan rendah 1 orang, kemampuan sedang 1
orang dan kemampuan tinggi 1 orang, berdasarkan hasil tes awal dan hasil konsultasi dengan
guru matematika di kelas X TKJ SMKN1 Parigi. Ketiga informan tersebut yaitu siswa yang
berinisial LS, AH, dan WA.
Teknik pengumpulan data adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Tes tertulis yang
digunakan dalam penelitian ini, terbagi menjadi dua yaitu tes awal dan tes akhir tindakan. Tes
awal bertujuan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa. Tes akhir tindakan bertujuan
untuk memperoleh data tentang sejauh mana pengetahuan siswa terhadap materi
perbandingan trigonometri setelah dilakukannya proses pembelajaran. Observasi bertujuan
untuk mengumpulkan data dari aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.Wawancara bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai
pemahaman siswa.
Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif model Miles dan
Huberman (1992) yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini
dilakukan sebanyak dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Tindakan pembelajaran dalam
penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian
pada siklus I dan siklus II yang diperoleh dari tes akhir tindakan dan wawancara. Indikator
keberhasilan siklus I yaitu jika diberikan soal tentang perbandingan sinus, cosinus, dan
tangen suatu sudut siswa dapat memahami cara menentukan perbandingan
trigonometritersebut dengan benar. Sedangkan indikator keberhasilan pada siklus II yaitu jika
diberikan soal tentang secan, cosecant, dan cotangent suatu sudutsiswa dapat memahami cara
menentukan secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan benar.Selain itu keberhasilan
tindakan juga dilihat pada hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik
mnemonik. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila
hasil pengamatan setiap aspek yang termuat dalam lembar observasi berkategori baik atau sangan
baik.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini terdiri atas hasil pra tindakan dan hasil pelaksanaan tindakan.
Pada saat pra tindakan peneliti melakukan tes awal tentang materi prasyarat yaitu materi
kesebangunan suatu segitiga, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dan hasilnya dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan informan. Hasil analisis tes
awal menunjukkan bahwa pada umumnya siswa sudah mengetahui cara menentukan
suatu segitiga sebangun. Tetapi masih kurangnya pemahaman siswa terhadap pasangan
sisi yang bersesuaian pada segitiga dan operasi bentuk pecahan menjadi faktor penyebab

142 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

banyaknya siswa yang salah dalam menjawab soal tes awal yang diberikan. Mencermati
hal tersebut, peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal pada tes awal sebelum
masuk ke tahap pelaksanaan tindakan.
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada siklus I membahas
perbandingan trigonometri yaitu: sinus, cosinus, dan tangen suatu sudutsedangkan pada
siklus II membahas perbandingan trigonometri yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu
sudut. Pertemuan kedua pada setiap siklus peneliti memberikan tes akhir tindakan.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dalam tiga tahap yang memuat fase-fase model
pembelajaran langsung yaitu: kegiatan awal terdiri atas fase penyampaian tujuan
pembelajaran dan mempersiapkan siswa, kegiatan inti terdiri atas fase pendemonstrasian
pengetahuan dan keterampilan, fase pembimbingan pelatihan, fase pengecekan pemahaman
dan memberikan umpan balik, kegiatan akhir terdiri atas fase pemberian kesempatan
pelatihan lanjutan dan penerapan.
Kegiatan awal pembelajaran pada setiap siklus menerapkan fase penyampaian tujuan
pembelajaran dan mempersiapkan siswa. Pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa peneliti memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa
bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan mengecek kehadiran siswa. Pertemuan pertama
siklus I, 24orang siswa hadir dan 2 orang siswa tidak hadir yaitu siswa MA dengan keterangan
sakit dan siswa IN tanpa keterangan. Sedangkan pertemuan pertama pada siklus II, 25orang
siswa hadir dan 1 orang siswa tidak hadir tanpa keterangan yaitu siswaTN. Selanjutnya peneliti
menyiapkan siswa untuk belajar dengan meminta siswa untuk merapikan pakaiannya,
menyiapkan buku dan alat tulis yang akan digunakan dalam belajar serta meminta siswa
untuk menyimpan dan menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu:1) siswa mampu menunjukkan
hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam segitiga siku-siku yaitu: sinus, cosinus,
dan tangen suatu sudutsecara tepat, sistematis dan kreatif. 2) siswa mampu menentukan
hubungan antar perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku yaitu: sinus, cosinus, dan
tangen suatu sudutdengan tepat dan kreatif. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II
yaitu:1) siswa mampu menunjukkan hubungan perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalam
segitiga siku-siku yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu sudutsecara tepat, sistematis dan
kreatif. 2) siswa mampu menentukan hubungan antar perbandingan trigonometri dalam segitiga
siku-siku yaitu: secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan tepat dan kreatif. Kondisi yang
diharapkan setelah penyampaian tujuan pembelajaran adalah agar siswa menjadi terarah dan
terbimbing dalam aktifitas belajar.
Selanjutnya peneliti memotivasi siswa dengan cara memberi penjelasan bahwa sangat
penting mempelajari materi perbandingan trigonometrikhususnya sinus, cosinus, tangen,
secan, cosecant, dan cotangent karena banyak benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang
berbentuk segitiga. Satu diantara alasan pentingnya mempelajari perbandingan trigonometri
yaitu banyaknya dijumpai orang yang membutuhkan jasa seorang arsitek untuk membangun
rumah ataupun kantor. Oleh karena itu manfaat yang diperoleh apabila siswa dapat memahami
materi perbandingan trigonometri dengan baik, mereka akan mudah dalam membangun suatu
bangunan yang berbentuk segitiga, seperti menentukan panjang konseng suatu rumah dan lain
sebagainya. Setelah diberikan motivasi terlihat siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti
pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali
pengetahuan prasyarat siswa dengan menanyakan materi kesebangunan suatu segitiga pada siklus

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 143
I, dan materi sinus, cosinus, dan tangent suatu sudut pada siklus II. Apersepsi yang dilakukan
membuat siswa dapat mengingat kembali materi yang erat kaitanya dengan materi yang akan
dipelajari sehingga siswa lebih siap untuk belajar. Kondisi yang diperoleh setelah kegiatan
apersepsi siswa menjadi lebih siap untuk belajar karena telah paham dengan materi prasyarat.
Kegiatan inti pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase pendemonstrasian
pengetahuan dan keterampilan, fase pembimbingan pelatihan, fase pengecekan pemahaman
dan pemberikan umpan balik, dan fase pemberian kesempatan pelatihan lanjutan dan
penerapan.Aktifitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan
keterampilandiawali dengan penelitimenyajikaninformasi mengenai materi sinus, cosinus,
dan tangen suatu sudut dengan cara menggambar dua buah segitiga yang berbeda di papan
tulis dan menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut tahap
demi tahap dengan menerapkan teknik mnemonik khususnya tipe akrostikpada siklus I,
kondisi yang diperoleh siswa masih kebingungan dengan materi yang diajarkan
dikarenakan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik merupakan
model pembelajaran yang baru bagi mereka, sedangkan pada siklus II peneliti
menyajikaninformasi mengenai materi secan, cosecant, dan cotangent suatu sudut. Hasil
yang diperoleh siswa sudah memahami materi yang diajarkan dengan menerapakan model
pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik.
Aktifitas peneliti pada fase pembimbingan pelatihandiawali peneliti dengan merencanakan
dan memberikan bimbingan pelatihan awal dengan cara memberikan latihan soal kepada seluruh
siswa sebanyak 3 nomor untuk setiap siklusnya.Latihan tersebut dikerjakan secara individu.
Selanjutnya peneliti memberi bimbingan kepada siswa TN, MR, AB, AD, MS, MF, IN, RI,
RM, FA, FS, dan PA yang belum mengerti mengenai latihansoal yang diberikanpada siklus I,
dan siklus II dengan cara menjelaskan kembali teknik mnemonik yang telah digunakan agar
siswa tidak kesulitan dalam mengerjakan latihan soal yang diberikan. Hasil yang diperoleh dari
pembimbingan ini adalah tidak ada siswa yang bingung terhadap latihan soal yang diberikan akan
tetapi ada siswa yang cepat mengerjakan danada juga siswa yang lambat dalam mengerjakan.
Aktifitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik
yaitudimulai peneliti dengan menanyakankembali materi perbandingan trigonometri secara
lisan kepada seluruh siswa untuk mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi yang
diajarkan kemudian memberikan umpan balik yaitu: memberikan tepuk tangan kepada
siswa dan memberikan cemilan coklat. Hasil yang diperoleh pada kegiatan ini secara
keseluruhan siswa sudah paham dengan materi perbandingan trigonometri.
Kegiatan akhir pembelajaran dari setiap siklus menerapkan fase pemberian kesempatan
latihan lanjutan dan penerapan.Pada fase pemberian kesempatan latihan lanjutan dan penerapan
yaitu diawali peneliti dengan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan dengan
catatan tugas lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran
melainkan pekerjaan rumah (PR) untuk para siswa. Adapun tugas lanjutan yang diberikan
sebanyak 1 nomor untuk setiap siklusnya.Setelah memberikan PR, peneliti meminta siswa untuk
menyimpulkan kembali mengenai materi yang telah diajarkan dan peneliti menyampaikan agar
siswa belajar di rumah karena akan dilakukan tes pada pertemuan berikutnya. Selanjutnya peneliti
menutup kegiatan pembelajaran dengan salam. Hasil yang diperoleh siswa mencatat PR dan
mengerjakannya di rumah serta menyimpulkan kembali materi yang telah diajarkan, pada
kegiatan ini setiap siswa bertanggungjawab mengerjakan latihan lanjutan sehingga siswa fokus
memahami materi. Kemudian pertemuan kedua setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir
tindakan kepada siswa kelas X TKJ SMKN 1 Parigi. Pada siklus I, hasil tes yang diperoleh yaitu
dari 26 orang siswa yang mengikuti tes, 13 orang siswa tuntas dan 13orang siswa lainnya tidak
tuntas. Soal tes yang diberikan terdiri atas tiga nomor, yaitu: 1) tentukanlah nilai sinus,

144 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

cosinus,dan tangen untuk sudut P dan R pada Gambar 6; 2) pada sebuah segitiga KLM, dengan
siku-siku di L, berlaku sin M
dan panjang sisi KL
cm, tentukanlah panjang sisi segitiga
. Tentukan

yang lain; 3) perhatikan Gambar 7 diberikan segitiga siku-siku, diketahui sin
nilai x.
Q

8

R

P

11

4

Q

P

(a)

R

7
(b)

Gambar 6. Segitiga PQR pada soal nomor 1 tes akhir tindakan siklus 1
A
B
x
12
6
C

A

B

C

x
(b)

(a)

Gambar 7. Segitiga ABC pada soal nomor 3 tes akhir tindakan siklus 1
Dari tiga soal tersebut kebanyakan siswa salah dalam menjawab soal nomor 2, satu
diantaranya adalah siswa WA. Pada jawabannya, siswa WA menuliskan
(WATS101), kemudian siswa WA menuliskan
dan

(WATS103), setelah itu siswa WA menuliskan

akhirnya siswa WA menuliskan
yang sebenarnya adalah

(WATS102)
(WATS104), dan hasil

(WATS105). Jawaban tersebut salah karena panjang sisi KL
cm sedangkan yang dituliskan oleh siswa WA adalah KL

hasil akhir yang sebenarnya adalah

Jawaban siswa WA ditampilkan pada Gambar

8.
WATS201
WATS101

WATS202

WATS102
WATS103
WATS104
WATS105
Gambar 8. Jawaban WA pada tes
akhir siklus 2

Gambar 9. Jawaban WA pada tes
akhir siklus 1

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 145
Setelah memeriksa hasil tes akhir tindakan, peneliti melakukan wawancara dengan siswa
WA untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai pemahaman siswa WA terhadap tes
akhir tindakan. Berikut adalah kutipan wawancara bersama siswa WA pada siklus I.
S1P007

: Pekerjaanmu sudah cukup bagus namun masih ada yang harus diperbaiki.
Kenapa soal nomor 2masih ada yang salah?
S1WA008 : Kemarin waktu ujian itu Kak, saya mengerjakan soal nomor 2 itu kak buruburu karena waktunya sudah habis Kak. Saya juga masih belum yakin dengan
jawabanku Kak.
S1P009
: Oh begitu ya. Kalau boleh kakak tahu, kenapa jawabannya WA yang nomor 2
bisa seperti itu (sambil menunjuk pekerjaan WA), WA dari mana mendapatkan
nilai KM

dan

menjadi

?

S1WA010 : (Diam sejenak) takut saya kak.
S1P011

: Kenapa takut? Ayo coba katakan saja. Supaya Kakak tahu darimana WA
mendapatkan nilai KM
.
S1WA012 : Begini kak, kan di soal itu dikatakan ada Segitiga KLM siku-siku di L
dan panjang sisi KL=
jadi, sin M = . Karena
berlaku sin M
S1P013

:

S1WA014 :
S1P015

:

S1WA016 :

KL
cm berarti =
⇒2KM = 3
KM
. Begitu Kak.
Iya itu sudah benar, tapi lain kali WA harus cantumkan dalam lembar
jawabannya bagaimana cara memperoleh nilai yang belum diketahui dalam
soal, biar jawabannya benar dan hasil pekerjaannya dapat nilai yang
sempurna.
Maaf Kak, kemarin itu saya terburu-buru bakerjanya soalnya temantemanku sudah kumpul semua.
Oh begitu ya. Makanya nanti kalau mengerjakan soal jangan terburu-buru dan
jangan terbawa suasana teman-teman sudah kumpul WA harus cepat-cepat
kumpul juga, tapi WA harus periksa baik-baik dulu pekerjaannya sebelum
dikumpulkan. Oke.
Iya Kak.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa WA
sudah memahami cara menentukan nilai KL akan tetapi siswa WA terburu-buru dalam
mengerjakan soal sehingga jawabannya salah dalam menentukan panjang sisi KL.Hasil tes
akhir tindakan siklus II yaitu dari 26 orang siswa yang mengikuti tes, 23 orang siswa
tuntas dan 3orang siswa lainnya tidak tuntas. Soal tes yang diberikan terdiri dari tiga nomor
soal, yaitu: 1) diketahui sin
tentukan lima perbandingan trigonometri lainnya? 2)
diketahui suatu segitiga siku-siku, dengan nilai sinus salah satu sudut lancipnya adalah .
Tentukanlah nilai cosinus dan tangen sudut tersebut 3) perhatikan segitiga siku-siku di
bawah ini!
B
Tunjukan bahwa:
c
a) sin2A + cos2 A = 1
b) tan B =
a
A

b

C

Gambar 10. Segitiga ABC pada soal nomor 3 tes akhir tindakan siklus 2

146 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Dari tiga soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II kebanyakan siswa salah
dalam menjawab soal nomor 2 dan tidak bisa menjawab soal nomor 3 bagian (a), satu
diantaranya adalah siswa WA. Kesalahan siswa WA terletak padaapa yang diketahui dalam soal,
siswa WA langsung mengerjakannya tanpa menuliskan apa yang diketahuijawaban yang
dituliskan yaitu:
yang benar adalah

(WATS202), seharusnya jawaban
Jawaban siswa WA tersebut

ditampilkan pada Gambar 9.Setelah jawaban siswa terhadap tes akhir tindakan siklus II
diperiksa, peneliti melakukan wawancara dengan siswa WA untuk memperoleh informasi lebih
lanjut tentang pemahaman siswa mengenai tes akhir tindakan. Berikut adalah kutipan
wawancara tersebut.
S2WA010 : (Sambil melihat pekerjaannya) Oh iya Kak. Saya kalau nomor 2 saya lupa tulis
yang diketahui jadi saya salah lagi dalam menuliskan panjang sisi AB dan AC,
kalau nomor 3 sama begitu juga dan yang bagian b nomor 3 saya masih
bingung kak, mau saya apakan rumusnya. (sambil tertawa).
S2P011
: Iya, lain kali jangan lupa menuliskan apa yang diketahui biar tidak salah lagi
dalam penulisan. Kalau yang nomor 3 bagian (a) itu sama seperti yang
bagian (b). Di soalkan sudah diketahui sin A , cos A
yang ditanyakan
2
2
itu sin A + cos A = 1. WA tinggal menuliskan sin A itu apa dan cos A itu
apa kemudian di pangkatkan dua, jawabannya seperti ini:

2

+

2

+
.
S2WA012 : (sambil memperhatikan penjelasan guru), iya kak.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa siswa WA masih
kurang teliti dalam mengerjakan soal sehingga siswa WA salah dalam menjawab soal nomor 2
pada tes akhir tindakan siklus II. Selain itu, kesalahan-kesalahan yang dilakukannya dalam
menjawab soal tes yang diberikan telah dipahami dan diperbaiki.
Aspek-aspek yang diamati pada aktivitas guru saat melaksanakan pembelajaran siklus I dan
siklus II, yaitu: 1) mengucapkan salam, menyampaikan tujuan, mengajak siswa untuk berdoa
sebelum belajar dan mengecek kehadiran siswa, 2) mengecek pengetahun siswadengan tanya
jawab, 3) menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) memotivasi siswa dengan
memberikan contoh–contoh dalam kehidupan sehari–hari berkaitan dengan perbandingan sisi-sisi
yang bersesuaian dalam beberapa segitiga siku-siku,5) mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahaptentang materi perbandingan sisi-sisi yang
bersesuaian dalam beberapa segitiga siku-siku,6) merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal, 7) mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, dan
memberi umpan balik, 8) mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan
perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari, 9)
mengumpulkan tugas latihan yang diberikan, 10) memberikan PR, 11) menutup pembelajaran
dengan berdoa, 12) efektivitas pengolahan waktu, dan13) penampilan guru dalam proses
pembelajaran. Hasil yang diperoleh pada siklus I, aspek 1), 2), 3), 4), 9), 10), dan 11)
berkategori sangat baik dan aspek 13) berkategori baik. Sedangkan aspek 5), 6), 7), 8), dan 12)
berkategori cukup. Aspek yang berkategori cukup menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 147
diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan
yaitu aspek 1), 2), 3), 4), 6), 9), 10), 11), dan 13) berkategori sangat baik dan aspek5), 7), 8),
dan 12) berkategori baik.
Aspek-aspek yang diamati pada aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran siklus I dan
siklus II, yaitu: 1) menjawab salam dan berdoa bersama, 2) memperhatikan tujuan pembelajaran,
3) memperhatikan penjelasan guru mengenai materi prasyarat, 4) memperhatikan penjelasan guru
mengenai materi Perbandingan sisi-sisi yang bersesuaian dalambeberapa segitiga siku-siku, 5)
menagajukan pertanyaan jika ada yang belum dimengerti, 6) memperhatikan penyampaian guru
dan duduk,7) memperhatikan penyampaian guru dan menanyakan apabila ada hal yang kurang
jelas, 8) menerima tugas yang diberikan oleh guru, 9) mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, 10) membuat kesimpulan dan mendengarkan penjelasan guru, 11) mengerjakan tugas
latihan lanjutan, 12) mencatat PR, dan 13) mempersiapkan diri untuk mengakhiri pembelajaran
sambil berdoa.. Hasil yang diperoleh pada siklus I, aspek aspek 1), 2), 8), 9), dan
12)berkategori sangat baik, aspek 4), 6), 11) dan 13) berkategori baik, dan aspek 3), 5), dan 7)
berkategori cukup. Sedangkan, aspek 10) berkategori kurang. Aspek yang berkategori cukup
dan kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil
yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1), 2), 3), 5), 6), 8), 9), 11), 12),
dan 13) berkategori sangat baik dan aspek Aspek 4), 7), dan 10) berkategori baik.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan tes awal yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat. Hasil tes awal menjadi
acuan dalam pembentukan kelompok belajar dan penentuan informan. Hal ini sejalan dangan
pendapat Paloloang (2014), bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan tindakan bertujuan
untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai pedoman dalam
pembentukan kelompok belajar yang heterogen serta penentuan informan.
Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase
pembelajaran langsungyaitu: 1) fase menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
siswa,2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3) fase membimbing
pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan 5) fase
memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penarapan, (Trianto, 2014).
Aktivitas peneliti pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
siswayaitupeneliti mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa
berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Penyampaian
tujuan pembelajaran dimaksudkan untuk menjelaskan kepada siswa tentang hal-hal yang
akan dicapai dalam pembelajaran sehingga siswa terbimbing dalam aktifitas belajar. Siswa
yang mengetahui tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat menjadi lebih terarah dan
terbimbing dalam melaksanakan aktifitas belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya
(2009) bahwa tujuan pembelajaran yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam
melaksanakan aktifitas belajar.
Kemudian peneliti memotivasi siswa untuk bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran
serta memberi penjelasan tentang pentingnya mempelajari materi perbandingan trigonometri
yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang siswa tekuni.Hal tersebut membuat siswa
mengetahui manfaat mempelajari materi yang diajarkan. Siswa yang mengetahui manfaat dari
apa yang dia pelajari akan menjadi termotivasi untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wahid (2012) bahwa motivasi peserta didik akan terpelihara apabila mereka menganggap apa

148 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang
dipegang. Kemudian peneliti melakukan apersepsi untuk mengingatkan kembali pengetahuan
siswa dengan melakukan tanya jawab mengenai materi kesebangunan suatu segitiga pada siklus
I, dan materi perbandingan trigonometri khususnya sinus, cosinus, dan tangen suatu sudut pada
siklus II. Apersepsi yang dilakukan membuat siswa dapat memahami materi prasyarat yang erat
kaitannya dengan materi yang akan dipelajari selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu
memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A,
tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Aktivitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan diawali
penelitidengan menggambar dua buah segitiga siku-siku yang berbeda di papan tulis, setelah itu
peneliti menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, tangen, secan, cosecant, dan cotangent
suatu sudutdengan bantuan teknik mnemonik tipe akrostik tahap demi tahap dengan jelas
sampai siswa benar-benar paham.Hal ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa
Pada fase kedua pembelajaran langsung kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi
sejelas mungkin dan mengikuti langkah-langkah demonstrasi yang efektif.
Aktivitas peneliti pada fase pembimbingan pelatihanyaitupenelitimerencanakan dan
memberi bimbingan pelatihan awal mengenai materi perbandingan trigonometri, dengan
memberikan latihan soal kepada seluruh siswa sebanyak 3 nomor. Peneliti memberi bimbingan
kepada siswa yang belum mengerti mengenai latihan soal yang diberikan dengan cara
menjelaskan kembali teknik mnemonik yang digunakan dalam pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan diantaranya sebagai berikut: 1) menugasi
siswa melakukan latihan singkat dan bermakna, dan 2) memberikan pelatihan kepada siswa
sampai benar-benar menguasai konsep/keterampilan yang dipelajari.
Aktivitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balikdiawali
peneliti dengan mengecek apakah siswa telah paham dengan materi yang telah diajarkan atau
belum dengan cara menanyakan kembali materi yang telah diajarkankepada seluruh siswa.
Selanjutnya peneliti memberi umpan balik kepada siswa yang telah paham dan yang belum
paham dengan materi yang diajarkan kemudian peneliti memberikan umpan balik yang positif
kepada siswa setelah tanya jawab agar siswa tersebut bisalebih giat belajar. Hal ini sejalan
dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa untuk memberikan umpan balik yang efektif
kepada siswa yang jumlahnya banyak dapat digunakan beberapa pedoman yang patut
dipertimbangkan diantaranya sebagai berikut: 1) memberikan umpan balik sesegera mungkin
setelah latihan, 2) mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik agar dapat membantu
siswa, 3) umpan balik ditujukan pada tingkah laku dan bukan pada maksud yang tersirat
dalam tingkah laku tersebut, 4) menjaga umpan balik sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa, 5) memberikan pujian dan umpan balik pada kinerja yang benar, dan 6) apabila
memberikan umpan balik yang negatif tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar.
Aktivitas peneliti pada fase pemberian kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan
penerapandiawali peneliti dengan mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan
dengan catatan latihan lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses
pembelajaran melainkan pekerjaan rumah. Adapun latihan lanjutan sebanyak 1 nomor. Hal
ini sejalan dengan pendapat Kardi dan Nur (2000) bahwa guru memberikan tugas lanjutan
kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru saja diperoleh secara mandiri, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam memberikan tugas lanjutan, yaitu: 1)
tugas lanjutan yang diberikan bukan merupakan kelanjutan proses pembelajaran, melainkan

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 149
kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya, dan 2) guru seyogianya menginformasikan
kepada orang tua siswa tengkat tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa dirumah.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran siklus I, kekurangan peneliti yaitu saat
mengelolah waktu proses pembelajaran, pengelibatan siswa, mengarahkan siswa untuk
mengerjakan tugas, dan mengarahkan siswa untuk mengerjakan tugas lanjutan. Sedangakan
pada siklus II, kekurangan tersebut telah diperbaiki dengan baik.Berdasarkan hasil observasi
aktivitas siswa pada siklus I, siswa tidakmemperhatikan penjelasan peneliti, siswa tidak
mengajukan pertanyaan jika ada yang belum dimengerti, siswa tidak memperhatian penyampaian
peneliti dan menanyakan apabila ada hal yang kurang jelas serta siswa tidakmemberikan
kesimpulan dan mendengarkan penjelasan peneliti. Sedangkan pada siklus II siswa telah
mampu memberikan kesimpulan pelajaran. Pada hasil tes akhir tindakan siklus I diperoleh 13
orang siswa yang tuntas dan 13 orang siswa yang tidak tuntas. Sedangkan, pada tes akhir
tindakan siklus II diperoleh persentase 23 orang siswa yang tuntas dan 3 orang siswa yang tidak
tuntas. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil tes akhir tindakan dari siklus
I ke siklus II. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas XTKJ SMKN 1 Parigi pada materi perbandingan trigonometri.Hal ini sesuai dengan
pendapat Mahendra (2013) bahwa pembelajaran dengan menggunakan model explicit
instruction melalui pendekatan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa. Selain ituBudiman (2012) juga menemukan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa
terhadap materi trigonometri meningkat melalui model pembelajaran mnemonics. Begitu pula
dengan Dewiyanti (2014) yang berpendapat bahwa penerapan metode mnemonik mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas X TKJ SMK Negeri 1 Parigi
yaitu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran langsung sebagai berikut: 1) fase menyampaikan
tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa, 2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, 3) fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan
umpan balik, 5) fase memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa pada materi perbandingan trigonometri di kelas XTKJ SMK Negeri 1 Parigi
yaitu dengan mengikuti fase-fase pembelajaran langsung sebagai berikut: 1) fase menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa, 2) fase mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, 3)
fase membimbing pelatihan, 4) fase mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, 5) fase
memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.
Aktivitas peneliti pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan mempersiapkan
siswa peneliti mengawali pembelajarandengan mengucapkan salam, mengajak siswa berdoa
bersama, dan mengabsen siswa, peneliti menyiapkan siswa untuk belajar dengan meminta
siswa untuk merapikan pakaiannya, memerintahkan siswa untuk menyiapkan buku dan alat
tulis yang akan digunakan dalam belajar serta meminta siswa untuk menyimpan dan
menertibkan benda maupun hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran yang
sedang berlangsung, kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Selanjutnya peneliti mengingatkan kembali materi prasyarat sebelum mempelajari materi yang
akan diajarkan. Aktivitas peneliti pada fase pendemonstrasian pengetahuan dan keterampilan
diawali peneliti dengan menggambarkan dua buah segitiga siku-siku yang berbeda di papan

150 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

tulis, setelah itu peneliti menjelaskan satu persatu defenisi sinus, cosinus, tangen, secan,
cosecant, dan cotangent suatu sudut dengan bantuan teknik mnemonik tahap demi tahap dengan
jelas sampai siswa benar-benar paham. Selanjutnya aktifitas peneliti pada fase pembimbingan
pelatihan diawali peneliti dengan merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal
mengenai materi perbandingan trigonometri, dengan memberikan latihan soal kepada seluruh
siswa. Peneliti memberi bimbingan kepada siswa yang belum mengerti mengenai latihan
yang diberikan dengan cara menjelaskan kembali teknik mnemonik yang digunakan. Kondisi
yang diperoleh ada beberapa siswa yang cepat mengerjakan latihan dan meminta untuk
diberikan latihan tambahan, dan ada juga siswa yang lambat mengerjakan latihan soal yang
diberikan.
Aktivitas peneliti pada fase pengecekan pemahaman dan pemberian umpan balik
diawali peneliti dengan menanyakan kembali materi yang telah diajarkan secara lisan kepada
siswa untuk mengecek apakah siswa sudah paham dengan materi yang diajarkan atau belum,
kemudian peneliti memberi umpan balik kepada siswa yang telah paham dan yang belum
paham dengan materi yang diajarkan agar siswa tersebut tetap semangat belajar dan paham
dengan materi yang diajarkan. Kondisi yang diperoleh masih ada siswa yang belum paham
dengan materi yang diajarkan oleh peneliti. Selanjutnya aktifitas peneliti pada fase pemberian
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapandiawali peneliti dengan mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan catatan tugas lanjutan yang diberikan
bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran melainkan pekerjaan rumah (PR),
pada fase ini siswa dituntut untuk bertanggungjawab dalam mengerjakan latihan lanjutan.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas peneliti dapat memberikan saran yaitu pembelajaran
matematika dengan menerapkan model pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik
dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Saat penerapannya
guru perlu mengontrol pembelajaran dengan baik dan memberikan banyak motivasi kepada siswa
agar siswa fokus dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru juga perlu
memodifikasi pembelajaran langsung dengan bantuan teknik mnemonik agar lebih menarik minat
siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. (1997). Classroom Instruction Management. New York: The Mc Graw-Hill
Company.
[Online].
Tersedia:
https://books.google.
co.za/books/about/
Classroom_Instructionand_Management.html?id=HTUJAAAACAAJ. [12 September 2016]
Budiman. (2013). Ketuntasan Hasil Belajar Trigonometri Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Mnemonics Di Kelas X SMA Negeri 1Banda Aceh. Jurnal Pendidikan
Serambi Akademica.[Online].Vol 1 No 1,10 halaman. Tersedia: http://www.Serambi
mekkah.ac.id/download/serambi-akademika-mei-2013.pdf. [9Agustus 015].
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repoblik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006, [Online]. Tersedia: http://asefts63.files.wordpress.com/2011/01/
permendiknasnomor22-tahun-2006-standar-isi.pdf. [19 November 2015].
Dewiyanti, R A. (2014). Pesnerapan metode mnemonik dengan media kartu berpasangan
untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran biologi kelas VII
SMP Negeri 1 arjasa jember 2013/2014.Skripsi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas

Ahdar, Sutji Rochaminah, dan Ibnu Hadjar, Penerapan Model … 151
Keguruan, dan,Ilmu,Pendidikan,Universitas,Jember., Jember:, 60,Halaman., Diterbitkan.,,
Tersedia:,http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63765/REIVANI%20
AYUNIN%20DEWANTI.pdf?sequence=1. [8 Agustus 2015].
Higbee, K L. (2003). Mengasah Daya Ingat. Dahara Prize. Semarang.
Hudojo, H. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika.Malang:IKIPMalang.
Kardi, S. Dan Nur, M. (2000). Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.
Kemdikbud. (2011). Peran, Fungsi, Tujuan dan Karakteristik Matematika Sekolah, [Online].
Tersedia:,http://p4tkmatematika.org/2011/10/peran-fungsi-tujuan-dan-karakteristikmatematika-sekolah. [20 November 2015].
Kemmis, S dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapura: Springer Sience. [Online]. Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kem
mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%,,20and%20
mctaggart&f=false. [23 Agustus 2016]
Mahendra, A M. (2013).,Penggunaan,Model,Explicit Instruction Melalui Pendekatan
Mnemonik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII
SMPN 3 Sumberlawang. Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diterbitkan. Tersed

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN PADA SISWA KELAS X TKJ SMK NEGERI 1 WIROSARI KABUPATEN G

0 5 163

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI DI KELAS X MA MUHAMMADIYAH 1 MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 3 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS X IPA 3 SMA N 1 SIPAHUTAR.

0 2 21

PENERAPAN TEKNIK MNEMONIK DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL SISWA DENGAN KREATIF.

1 23 51

PENERAPAN TEKNIK BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN SEJARAH KELAS X.

0 1 42

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK DASAR OTOMOTIF KELAS X DI SMKN 1 SEDAYU BANTUL.

0 5 235

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SISWA KELAS XI TKJ SMK N 1 NGAWEN.

0 2 148

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN (TKJ) SMK NEGERI 3 YOGYAKARTA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING SECARA BERKELOMPOK

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

0 0 6

KORELASI PERSEPSI SISWA TERHADAP KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X TKJ ( TEKNIK KOMPUTER JARINGAN ) 1 SMK PGRI KOTA

0 0 15